77
Mengelola Pelatihan Partisipatif MODUL KHUSUS FASILITATOR DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Pelatihan Dasar 2 F14 PNPM Mandiri Perkotaan

Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

MengelolaPelatihan Partisipatif

MODUL KHUSUS FASILITATOR

DEPARTEMEN

PEKERJAAN

UMUMDirektorat Jenderal Cipta Karya

Pelatihan Dasar 2F14

PNPM Mandiri Perkotaan

Page 2: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

Modul 1 Pelatihan Partisipatif 1

Kegiatan 1: Curah Pendapat dan Tanya Jawab Pendidikan Kritis dan PNPM Mandiri Perkotaan

2

Kegiatan 2: Permainan dan Diskusi Pelatihan Partisipatif 2

Modul 2 Metode dan Media Pembelajaran 17

Kegiatan 1 : Diskusi Berputar Penerapan Pengalaman Berstruktur 18

Modul 3 Menyelenggarakan Pelatihan 56

Kegiatan 1 : Diskusi Kelompok dan Pleno Pengelolaan Pelatihan 57

Kegiatan 2 : Memulai Pelatihan 58

Modul 4 Mempersiapkan Praktek Fasilitasi Pelatihan 67

Kegiatan 1 : Memahami Modul Dasar Komunitas 68

Kegiatan 2 : Persiapan Praktek 68

Modul 5 Praktek Melatih 70

Melatih Dengan Baik 71

Page 3: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

MengelolaPelatihan Partisipatif

MODUL KHUSUS FASILITATOR

DEPARTEMEN

PEKERJAAN

UMUMDirektorat Jenderal Cipta Karya

Pelatihan Dasar 2F14

PNPM Mandiri Perkotaan

Page 4: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

Modul 1 Pelatihan Partisipatif 1

Kegiatan 1: Curah Pendapat dan Tanya Jawab Pendidikan Kritis dan PNPM Mandiri Perkotaan

2

Kegiatan 2: Permainan dan Diskusi Pelatihan Partisipatif 2

Modul 2 Metode dan Media Pembelajaran 17

Kegiatan 1 : Diskusi Berputar Penerapan Pengalaman Berstruktur 18

Modul 3 Menyelenggarakan Pelatihan 56

Kegiatan 1 : Diskusi Kelompok dan Pleno Pengelolaan Pelatihan 57

Kegiatan 2 : Memulai Pelatihan 58

Modul 4 Mempersiapkan Praktek Fasilitasi Pelatihan 67

Kegiatan 1 : Memahami Modul Dasar Komunitas 68

Kegiatan 2 : Persiapan Praktek 68

Modul 5 Praktek Melatih 70

Melatih Dengan Baik 71

Page 5: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

1

Modul 1 Topik: Pelatihan Partisipatif

Peserta memahami dan menyadari:

1. Makna pendidikan kritis

2. Pendekatan pelatihan partisipatif untuk pendidikan kritis

3. Keterkaitan PNPM Mandiri Perkotaan dengan pendidikan kritis

Kegiatan 1: Diskusi pembelajaran kritis dan PNPM Mandiri Perkotaan

Kegiatan 2: Permainan dan diskusi pelatihan partisipatif

2 Jpl ( 90 ’)

Bahan Bacaan:

1. Pendidikan Kritis

2. Pemandu Pelatihan Partisipatif

3. Prinsip – prinsip Dasar Memfasilitasi

• Kerta Plano

• Kuda-kuda untuk Flip-chart

• LCD

• Metaplan

• Papan Tulis dengan perlengkapannya

• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

Page 6: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

2

Curah pendapat dan Tanya Jawab Pendidikan Kritis dan PNPM Mandiri Perkotaan 1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan memulai Modul Pelatihan

Partisipatif , jelaskan apa yang akan dicapai melalui modul ini , yaitu :

Peserta memahami makna pendidikan kritis • Peserta memahami pelatihan partisipatif untuk pendidikan kritis • Kerterkaitan PNPM Mandiri Perkotaan dengan pendidikan kritis.

2) Tanyakan kepada peserta apa yang dimaksud dengan pendidikan kritis (pembelajaran untuk penyadaran kritis) ? Lakukan curah pendapat dan tulis jawaban peserta dalam kertas plano. Lanjutkan diskusi dengan membahas apa tujuan dari penyadaran kritis, sampai ketemu kata kunci pemberdayaan (pembelajaran yang memanusiakan manusia).

3) Lakukan curah pendapat dengan membahas apa tujuan utama penyadaran kritis dalam PNPM

Mandiri Perkotaan, sampai ketemu kata kunci perubahan paradigma dan membangun sikap perilaku positif untuk menanggulangi kemiskinan. Jelaskan bahwa salah satu cara untuk merubah paradigma dan mendorong sikap mental yang positif di PNPM Mandiri Perkotaan adalah melalui pelatihan – pelatihan.

Permainan dan Diskusi Pelatihan Partisipatif 1) Informasikan kepada peserta bahwa kita akan melanjutkan kegiatan dengan melakukan

permainan “Merapikan Lingkaran”. Ikuti petunjuk permainan seperti yang tertuang dalam Lembar Kerja (LK1).

2) Setelah selesai permainan kemudian diskusikan dengan peserta :

Mana yang lebih efektif di antara kedua permainan tadi ? Mengapa demikian Dari diskusi tersebut apa yang bisa kita pelajari tentang peran seorang Pemandu dan

peserta didik dalam memecahkan persoalan mereka. Apabila dihubungkan dengan pendidikan partisipatif, apa saja prinsip-prinsip yang

harus kita kembangkan?

Page 7: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

3

3) Refleksikan bersama dan beri penegasan – penegasan yang diperlukan mengenai pendidikan kritis dan metodologi pendidikan dengan pendekatan partisipatif dan pendidikan untuk orang dewasa, serta peran dan fungsi Pemandu (gunakan bahan bacaan yang sudah disediakan sebagai referensi dan dianjurkan untuk memperkaya dengan bahan bacaan lain).

Pendidikan kritis adalah upaya untuk membangun kesadaran kritis dari pelaku baik peserta didik maupun pendidik, untuk mengembalikan kemanusiaan manusia. Dalam pendidikan kritis, diberikan ruang kepada para pelaku untuk menganalisa secara kritis hubungan sebab akibat terjadinya dehumanisasi yang menyebabkan masalah – masalah dalam kehidupan manusia sampai dapat ditemukan penyebab utamanya (akar masalah) dan alternatif – alternatif dari pemecahan masalah tersebut. Diharapkan para pelaku pendidikan (baik peserta maupun pendidik), bisa terbebas dari belenggu dehumanisasi, artinya pendidikan berperan untuk membangkitkan kesadaran kritis sebagai prasyarat upaya untuk pembebasan.

Dehumanisasi bersifat mendua, dalam pengertian terjadi atas diri mayoritas kaum tertindas maupun atas diri minoritas kaum penindas. Keduanya menyalahi kodrat manusia sejati. Mayoritas kaum tertindas menjadi tidak manusiawi karena hak – hak asasi mereka dinistakan, mereka dibuat tidak berdaya dan dibenamkan dalam kebudayaan bisu . Adapun minoritas kaum penindas menjadi tidak manusiawi karena telah mendustai hakekat keberadaan dan hati nurani sendiri dengan memaksakan penindasan bagi manusia sesamanya.

Dalam proses pendidikan seringkali malah terjadi proses dehumanisasi dari peserta didik dan pendidik, bila hubungan antara keduanya didasarkan kepada kekuasaan dan otoritas penuh dari si pendidik. Praktek pendidikan seperti ini menjadi melemahkan kesadaran kritis dari warga belajar sehingga mereka menjadi tidak berdaya. Oleh karena itu muncul metodologi pendidikan partisipatif dengan pendekatan pendidikan untuk orang dewasa (adult education). Dalam konteks metodologi ini peran, pengetahuan dan pengalaman peserta didik dilibatkan dengan membangun suasana yang dialogis. Dalam suasana yang dialogis peserta didik dan pendidik sama – sama menjadi subyek, sedangkan yang menjadi obyek bersama adalah realitas kehidupan. Artinya hubungan antara peserta didik dan pendidik adalah hubungan yang setara yang tidak didasarkan kepada kekuasaan, jabatan, jenis kelamin atau yang lainnya akan tetapi masing – masing menghargai keberadaan pihak lain sebagai manusia.

Pelatihan di PNPM Mandiri Perkotaan, pada dasarnya adalah pelatihan motivasional yaitu pelatihan yang mendorong peserta untuk mempunyai paradigma dan sikap mental yang positif yang mendukung upaya – upaya penanggulangan kemiskinan , sehingga peserta mempunyai motivasi untuk menjadi bagian dari pemecahan masalah bukan bagian dari masalah sebagai wujud tanggung jawabnya sebagai manusia. Artinya kesadaran kritis yang diharapkan dari peserta adalah kesadaran mengenai fitrahnya sebagai manusia yang merdeka yang tidak dikungkung oleh lingkungan akan tetapi sikap perilakunya semata – mata hanya dikontrol oleh nilai – nilai kemanusiaan. Dengan proses seperti ini diharapkan akan terkikis proses dehumanisasi yang diyakini sebagai akar penyebab kemiskinan.

Page 8: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

4

LK 1 – Pelatihan Partisipatif Petunjuk Permainan “Merapikan Lingkaran”

1) Bagi peserta belajar ke dalam 2 kelompok, lalu setiap kelompok diminta untuk memilih satu orang yang bertindak sebagai Pendidik (Pemandu).

2) Mintalah setiap orang untuk bergandengan tangan dengan dua orang lain (tangan kiri memegang 1 tangan orang lain, tangan kanan memegang 1 tangan orang yang berbeda) secara acak sehingga terbentuk suatu “simpul manusia’ yang acak – acakan.

3) Tugas kelompok adalah untuk merapikan simpul yang acak-acakan itu menjadi lingkaran manusia yang rapi sambil bergandengan tangan. Selama proses, pegangan tangan tidak boleh lepas. Kalau ada pegangan tangan yang lepas, kelompok dianggap gagal.

4) Anggota kelompok hanya mengikuti perintah pemandunya. Mereka tidak boleh bergerak sendiri sebelum ada perintah dan tidak boleh membantu pemandu untuk mempermudah tugasnya.

5) Sesudah siap, beri aba-aba dan persilahkan pemandu kelompok untuk melakukan tugasnya.

6) Tugas pemandu adalah memberikan perintah lisan kepada kelompoknya, untuk membentuk lingkaran yang rapi tanpa memutuskan simpul manusia. Pemandu tidak boleh menggunakan gerakkan tangan.

7) Kemudian, kelompok mendapat tugas sekali lagi untuk membentuk lingkaran acak yang baru dan pemandu mereka turut ambil bagian dalam ”simpul manusia”. Kali ini pemandu kelompok ikut bergabung dalam simpul.

8) Beri aba-aba dan tugaskan kelompok untuk membentuk lingkaran berdasarkan kerja sama semua anggota kelompok.

9) Setelah selesai, ajak peserta belajar untuk mendiskusikan :

Mana yang lebih efektif di antara kedua permainan tadi ? Mengapa demikian Dari diskusi tersebut apa yang bisa kita pelajari tentang peran seorang Pemandu dan

peserta didik dalam memecahkan persoalan mereka. Apabila dihubungkan dengan pendidikan partisipatif, apa saja prinsip-prinsip yang

harus kita kembangkan?

.

Page 9: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

5

Slide 1 Slide 2

Slide 3 Slide 4

Page 10: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

6

Slide 5 Slide 6

Slide 7 Slide 8

Slide 9 Slide 10

Page 11: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

7

PROSES PEMBELAJARAN KRITIS Disarikan dari : Pendidikan Populer, Membangun Kesadaran Kritis – Mansour Fakih,Roem Topatimasang dan Toto Rahardjo Apa itu Pendidikan Kritis Pendidikan kritis pada dasarnya merupakan aliran, paham dalam pendidikan untuk pemberdayaan pembebasan. Pijakan dasar tradisi pendidikan kritis yakni pemikiran dan paradigma kritik ideologi terhadap sistem dan struktur sosial, ekonomi dan politik yang tidak adil. Dengan demikian pendidikan dalam perspektif paham ini merupakan media untuk resistensi dan aksi sosial yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan bagian dari proses transformasi sosial. Dalam perspektif kritis, pendidikan adalah melakukan refleksi kritis terhadap ideologi dominan ke arah transformasi sosial. Tugas utama pendidikan adalah menciptakan ruang agar sikap kritis terhadap sistem dan struktur ketidakadilan, serta melakukan dekonstruksi dan advokasi menuju sistem sosial yang lebih adil. Dalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis untuk transformasi sosial. Dengan kata lain tugas utama pendidikan adalah ’memanusiakan’ kembali manusia yang mengalami dehumanisasi karena sistem dan struktur yang tidak adil. Peletak dasar filosofi pendidikan kritis adalah Paulo Freire, dia adalah tokoh pendidikan kritis yang meletakkan dasar ”pendidikan bagi kaum tertindas” asal Brazil, memberikan makna pembebasan lebih ditekankan pada kebangkitan kesadaran kritis masyarakat. Dengan kata lain bagi Freire mengungkapkan bahwa hakekat ’pembebasan’ adalah suatu proses bangkitnya”kesadaran kritis” rakyat terhadap sistem dan struktur sosial yang menindas. Pembebasan bagi mereka tidak saja terbebas dari kesulitan aspek material saja, akan tetapi juga adanya ruang kebebasan dari aspek spiritual, idologi maupun kultural. Dijelaskan bahwa sesungguhnya rakyat memerlukan tidak saja bebas dari kelaparan, akan tetapi juga bebas untuk mencipta dan mengkonstruksi dan untuk bercita – cita. Tema pokok gagasan Freire, sesungguhnya mengacu pada keyakinan bahwa pendidikan pada dasarnya merupakan ”proses memanusiakan manusia kembali”. Gagasan ini berangkat dari suatu analisis bahwa sistem kehidupan sosial, politik, ekonomi dan budaya, membuat masyarakat mengalami ”dehumanisasi”. Pendidikan sebagaimana dipraktekan di sekolah –sekolah , sebagai bagian dari sistem masyarakat justru pada kenyataannya menjadi pelanggeng proses dehumanisasi tersebut. Dalam konteks PNPM Mandiri Perkotaan, proses pendidikan alternatif (pembelajaran) yang difasilitasi oleh jajaran konsultan bukan hanya ditujukan terhadap masyarakat yang mengalami dehumanisasi, akan tetapi juga kepada pihak – pihak lain yang terlibat dalam penciptaan situasi dehumanisasi. Kelompok sasaran pembelajaran bukan hanya di tingkat masyarakat kelurahan/desa sasaran akan tetapi juga pada level – level yang lebih tinggi yaitu di tingkat Kota/Kabupaten sampai Nasional. Perubahan atau transformasi sosial yang diharapkan terjadi adalah adanya kesadaran terhadap struktur yang tidak adil disebabkan oleh sikap dan perilaku manusia yang serakah, tidak adil, tidak jujur dan sebagainya. Kondisi tersebut menyebabkan adanya dua kelompok besar dalam

Page 12: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

8

masyarakat, yaitu kelompok yang menindas, biasanya golongan elite yang mempunyai sumber kekuasaan dan kewenangan dan kelompok yang tertindas, biasanya orang – orang yang jauh dari sumber kekuasaan, sehingga tidak mempunyai kesempatan dan terpinggirkan. Struktur yang tidak adil tersebut menyebabkan ketimpangan sehingga menyebabkan kemiskinan pada golongan yang terpinggirkan. Untuk tercapainya transformasi sosial menuju keberdayaan dan kemandirian masyarakat (sebagai wujud dari keadilan), perubahan harus terjadi baik pada golongan elite maupun kelompok marginal. PNPM Mandiri Perktoaan memfasilitrasi proses pembelajaran kritis, agar semua pihak jadi berdaya dalam pengertian pemberdayaan sejati, yaitu diharapkan semua pihak sadar dengan kritis akan jati diri dan menjalankan fitrahnya sebagai manusia. Metodologi Pendidikan Kritis Filsapat Freire bertolak dari kehidupan nyata, bahwa di dunia ini sebagian besar manusia menderita sedemikian rupa – sementara sebagian lainnya menikmati jerih payah orang lain dengan cara – cara yang tidak adil, dan kelompok yang menikmati ini justru bagian minoritas umat manusia. Dilihat dari segi jumlah saja menunjukkan bahwa keadaan tersebut memperlihatkan kondisi yang tidak berimbang, tidak adil. Persoalan itu yang disebut Freire sebagai ’situasi penindasan’. Bagi Freire, penindasan atau apapun nama dan apapun alasannya, adalah tidak manusiawi, sesuatu yang menafikan harkat kemanusiaan (dehumanisasi). Dehumanisasi bersifat mendua, dalam pengertian terjadi atas diri mayoritas kaum tertindas maupun atas diri minoritas kaum penindas. Keduanya menyalahi kodrat manusia sejati. Mayoritas kaum tertindas menjadi tidak manusiawi karena hak – hak asasi mereka dinistakan, karena mereka dibuat tidak berdaya dan dibenamkan dalam kebudayaan bisu . adapun minoritas kaum penindas menjadi tidak manusiawi karena telah mendustai hakekat keberadaan dan hati nurani sendiri dengan memaksakan penindasan bagi manusia sesamanya. Freire melihat penindasan juga terjadi dalam proses pendidikan selama ini, yang disebutnya sebagai ”banking concept of education”. Murid dalam proses pendidikan model bank yang dipraktekan di sekolah – sekolah lebih menjadi objek pendidikan, mereka pasif dan hanya mendengar, mengikuti dan mencontoh para guru. Proses pendidikan seperti itu bagi Freire tidak saja bersifat menjinakkan, tetapi bahkan lebih jauh merupakan proses dehumanisasi dan penindasan. Dalam konsep pendidkan di atas, anak didik dianggap sebagai objek investasi dan sumber deposito potensial. Depositor atau investornya adalah para guru yang mewakili lembaga – lembaga kemasyarakatan mapan dan berkuasa., sementara depositnya adalah berupa ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada anak didik. Anak didikpun lantas diperlakukan sebagai ”bejana kosong” yang akan diisi, sebagai sarana tabungan atau penanaman ’modal ilmu pengetahuan’ yang akan dipetik hasilnya kelak. Jadi guru adalah subjek aktif, sedang anak didik adalah obyek yang pasif yang penurut, dan diperlakukan tidak berbeda atau menjadi bagian dari relaitas dunia yang diajarkan kepada mereka., sebagai obyek ilmu pengetahuan teoritis yang tidak berkesadaran. Pendidikan akhirnya bersifat negatif dimana guru memberi informasi yang harus ditelan oleh murid, yang wajib diingat dan dihapalkan. Secara sederhana Freire menyusun daftar antagonisme pendidikan ”gaya bank” sebagai berikut :

Guru mengajar, murid belajar Guru tahu segalanya, murid tidak tahu apa – apa Guru berpikir, murid dipikirkan Guru bicara, murid mendengarkan Guru mengatur, murid diatur Guru memilih dan memaksakan pilihannya, murid menuruti

Page 13: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

9

Guru bertindak, murid membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan tindakan gurunya

Guru memilih apa yang akan diajarkan, murid menyesuaikan diri Guru mengacaukan wewenang ilmu pengetahuan dengan kebebasan murid-murid Guru adalah subyek proses belajar, murid obyeknya.

Oleh karena itu, guru yang menjadi pusat segalanya, maka merupakan hal yang lumrah saja jika murid-murid kemudian mengidentifikasi diri seperti gurunya sebagai prototip manusia ideal yan harus ditiru dan digugu, harus diteladani dalam semua hal. Implikasinya adalah bahwa pada saatnya nanti murid – murid akan benar – benar menjadikan diri mereka sendiri sebagai duplikasi guru mereka dulu, dan pada saat itulah akan lahir lagi generasi baru manusia – manusia penindas. Jika di antara mereka ada yang menjadi guru atau pendidik, maka daur penindasan akan segera dimulai dalam dunia pendidikan, dan demikian seterusnya. Sistem pendidikan, karena itu, menjadi sarana terbaik untuk memelihara keberlangsungan status quo sepanjang masa, bukan menjadi kekuatan penggugah ke arah perubahan dan pembaharuan. Bagi Freire, sistem pendidikan sebaliknya justru harus menjadi kekuatan penyadar dan pembebas umat manusia. Oleh karena itu Freire selanjutnya mengembangkan suatu pendidikan yang tidak saja mentransformasikan hubungan guru dan murid yang lebih membebaskan, serta meletakkan dasar konsep pendidikan yang justru memposisikan murid sebagai subjek pendidikan dengan tidak saja memperkenalkan berbagai metodologi dan praktek hubungan pendidikan yang bersifat membebaskan, namun juga membangkitkan kesadaran kritis warga belajar terhadap ketidak adilan sistemik. Sistem pendidikan pembaharu ini, kata Freire adalah, pendidikan untuk pembebasan – bukan untuk penguasaan (dominasi). Pendidikan harus menjadi proses pemerdekaan, bukan penjinakan sosial budaya. Pendidikan bertujuan menggarap relaitas manusia, dan karena itu secara metodologis bertumpu di atas prinsip – prinsip aksi dan refleksi. Prinsip ’praxis’ menjadi kerangka dasar sistem pendidikan Paulo Freire. Praxis adalah ’manunggal karsa, kata dan karya’ karena manusia adalah kesatuan dari fungsi berfikir, berbicara dan berbuat. Setiap waktu dalam prosesnya, pendidikan ini merangsang ke arah diambilnya suatu tindakan, kemudian tindakan tersebut direfleksikan kembali, dan dari refleksi itu diambil tindakan yang lebih baik. Anak didik menjadi subyek yang belajar, subyek yang bertindak dan berpikir, dan pada saat bersamaan berbicara menyatakan hasil tindakan dan buah pikirannya. Begitu juga sang guru. Jadi keduanya (murid dan guru saling belajar satu sama lain, saling memanusiakan. Dalam proses ini, guru mengajukan bahan untuk dipertimbangkan oleh murid dan pertimbangan sang guru sendiri diuji kembali setelah dipertemukan dengan pertimbangan murid-murid, dan sebaliknya. Hubungan keduanyapun menjadi subyek – subyek, bukan obyek – obyek. Obyek mereka adalah realita. Maka terciptalah suasana dialogis yang bersifat inter subyek untuk memahami suatu obyek bersama. Proses Pendidikan Kritis Suatu penyelenggaraan belajar mengajar, merupakan proses pendidikan kritis – harus mencerdaskan sekaligus bersifat membebaskan pesertanya untuk menjadi pelaku (subjek) utama, bukan sasaran perlakuan (objek) dari proses tersebut.

Page 14: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

10

Ciri – ciri Pokok : Belajar dari pengalaman (realitas kehidupan); yang dipelajari bukan ’ajaran’ (teori, pendapat, kesimpulan, wejangan, nasehat, dsb) dari seseorang , tetapi keadaan nyata masyarakat atau pengalaman seseorang atau sekelompok orang yang terlibat dalam keadaan nyata tersebut. Akibatnya, tidak ada otoritas pengetahuan seseorang lebih tinggi dari yang lainnya. keabsahan pengetahuan seseorang ditentukan oleh pembuktiannya dalam realitas tindakan atau pengalaman langsung, bukan pada retorika teoritik atau ’kepintaran omong’nya. Tidak menggurui; karena itu, tak ada ”guru” dan tak ada ”murid yang digurui”. Semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan ini adalah ”guru sekaligus murid” pada saat yang bersamaan. Dialogis; karena tidak ada lagi guru atau murid, maka proses yang berlangsung bukan lagi proses ”mengajar – belajar” yang bersifat satu arah, tetapi proses ”komunikasi” dalam berbagai bentuk kegiatan (diskusi kelompok, bermain peran, dsb) dan media (peraga, grafika, audio visual, dsb) yang lebih memungkinkan terjadinya dialog kritis antar semua orang yang terlibat dalam proses pelatihan tersebut. Agar tetap pada asas – asas pendidikan kritis yang menjadi landasan filosofinya, maka panduan proses belajar harus disusun dalam pelaksanaannya dalam suatu proses yang dikenal sebagai ”daur belajar (dari) pengalaman yang distrukturkan”. Proses belajar ini memang sudah teruji sebagai suatu proses belajar yang juga memenuhi semua tuntutan atau prasyarat pendidikan kritis, terutama karena urutan prosesnya memang memungkinkan bagi setiap orang untuk mencapai pemahaman dan kesadaran atas suatu realitas sosial dengan cara terlibat (partisipasi), secara langsung maupun tidak langsung, sebagai bagian dari realitas tersebut. Pengalaman keterlibatan inilah yang memungkinkan setiap orang mampu melakukan : Rangkai – ulang (rekonstruksi) : yakni menguraikan kembali rincian (fakta, unsur – unsur, urutan kejadian,dll) dari realitas tersebut. Pada tahap ini juga bisa disebut proses mengalami; karena proses ini dimulai dengan penggalian pengalaman dengan cara melakukan kegiatan langsung. Dalam proses ini partisipan terlibatkan dan bertindak atau berperilaku mengikuti suatu pola tertentu. Apa yang dilakukan dan dialaminya adalah mengerjakan, mengamati, melihat dan mengatakan sesuatu. Pengalaman itulah yang pada akhirnya menjadi titik tolak proses belajar selanjutnya. Ungkapan; setelah mengalami, maka tahap berikutnya yang penting yakni proses mengungkapkan dengan cara menyatakan kembali apa yang sudah dialaminya, bagaimana tanggapan, kesan atas pengalaman tersebut. Kaji-urai (analisis); yakni mengkaji sebab akibat dan kemajemukan kaitan – kaitan permasalahan yang ada dalam realitas tersebut – yakni tatanan, aturan, sistem, yang menjadi akar persoalan. Kesimpulan; yakni merumuskan makna hakekat dari realitas tersebut sebagai suatu pelajaran dan pemahaman atau pengertian baru yang lebih utuh, berupa prinsip – prinsip berupa kesimpulan umum (generalisasi) dari hasil pengkajian atas pengalaman tersebut. Dengan menyatakan apa yang dialami dan dipelajari dengan cara seperti ini akan membantu untuk merumuskan, merinci dan memperjelas hal – hal yang telah dipelajari. Tindakan; tahap akhir dari daur belajar ini adalah memutuskan dan melaksanakan tindakan –tindakan baru yang lebih baik berdasarkan hasil pemahaman atau pengertian baru atas realitas

Page 15: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

11

tersebut, sehingga sangat memungkinkan pula untuk menciptakan realitas-realitas baru yang juga lebih baik. Langkah ini bisa diwujudkan dengan cara merencanakan tindakan dalam rangka penerapan prinsip-prinsip yang telah disimpulkan. Proses pengalaman belumlah lengkap, sebelum ajaran baru, atau pengalaman baru, penemuan baru dilaksanakan dan diuji dalam perilaku yang sesungguhnya. Tahap inilah bagian yang bersifat ”eksperimental”. Tentu saja proses penerapan pun akan menjadi suatu pengalaman tersendiri pula dan dengan pengalaman baru itulah daur proses inipun akan dimulai dari awal lagi dan seterusnya.

Page 16: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

12

PRINSIP-PRINSIP DASAR MEMFASILITASI Sumber : Panduan Memfasilitasi Pelatihan Partisipatif, Program Delivery, DFID Pada umumnya kita sudah berpengalaman terlibat bersama dan bekerjasama dengan orang lain di dalam semacam kelompok atau organisasi yang mempunyai sesuatu tujuan tertentu. Terdapat berbagai macam cara dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan. Banyak kelompok atau organisasi mempunyai seseorang yang ditunjuk dan ditugaskan sebagai pemimpin kelompok atau ketua organisasi. Orang tersebut memikul tanggung jawab atas apa yang terjadi dalam pertemuan-pertemuan kelompok atau organisasi. Dia sudah mendapat delegasi wewenang untuk mengambil inisiatif dan tanggung jawab untuk mengundang anggota-anggotanya dan mengadakan pertemuan-pertemuan, bertindak sebagai pimpinan sidang, merencanakan agenda dan mungkin membuat keputusan sehari-hari. Inilah bentuk yang paling umum dari kepemimpinan kelompok atau organisasi.

Bagaimanapun juga ada sebuah bentuk alternatif fungsi-fungsi kepemimpinan yang lain untuk disebarluaskan, dipergunakan dan dikembangkan, yaitu semua anggota berbagi dalam tanggung jawab. Dalam hal ini bagaimana menjadi seorang "pemimpin" dalam sebuah kelompok atau organisasi dimana semua anggotanya secara bersama-sama berperanserta dalam proses pembuatan keputusan dan tanggung jawab. Jenis kepemimpinan yang akan kita bahas, yaitu - MEMFASILITASI atau MEMANDU - dirancang untuk membantu kelompok mampu melaksanakan fungsinya lebih efektif dengan jalan menghimpun ketrampilan-ketrampilan kepemimpinan dan potensi dari seluruh anggota.

Pengertian Memfasilitasi Istilah "memfasilitasi/memandu" sudah dipakai dalam berbagai cara yang berbeda oleh berbagai orang yang berbeda. Istilah tersebut dipergunakan untuk diartikan sebagai suatu peranan tertentu dalam sebuah kelompok, yang diasosiasikan dengan nilai-nilai tertentu pula. Dalam pembahasan ini, akan didefinisikan apa yang disebut dengan "facilitation" (memfasilitasi) dan akan diidentifikasi nilai-nilai dan tanggung jawab yang menyertainya. Memfasilitasi berasal dari kata bahasa Inggris "Facilitation" yang akar katanya berasal dari bahasa Latin "facilis" yang mempunyai arti "membuat sesuatu menjadi mudah". Dalam Oxford Dictionary disebutkan :"to render easier, to promote, to help forward; to free from difficulties and obstacles". Secara umum pengertian "facilitation" (fasilitasi) dapat diartikan sebagai suatu proses "mempermudah" sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Dapat pula diartikan sebagai "melayani dan memperlancar aktivitas belajar peserta pelatihan untuk mencapai tujuan berdasarkan pengalaman". Sedangkan orang yang "mempermudah" disebut dengan "Fasilitator" (Pemandu).

Nilai-nilai Dalam Memfasilitasi

• Demokrasi : Setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk ikut ambil bagian dalam proses belajar dimana dia menjadi peserta tanpa prasangka; perencanaan untuk pertemuan apa saja terbuka luas dan dilakukan secara bersama-sama oleh fasilitator dan para peserta; agenda dirancang untuk memenuhi kebutuhan para peserta dan terbuka

Page 17: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

13

terhadap perubahan-perubahan para peserta; dan untuk jangka waktu selama fasilitator bekerja dengan mereka itu, tidak ada struktrur organisasi secara hirarkis yang berfungsi.

Tanggung Jawab : Setiap orang bertanggungjawab atas kehidupan-nya masing-masing, pengalaman-pengalaman dan tingkah lakunya sendiri. Hal ini mencakup pula pada tanggungjawab atas partisipasi seseorang di dalam sebuah pertemuan atau pelatihan. Sebagai fasilitator, bertanggungjawab terhadap rencana yang sudah dibuat, apa yang dilakukan, dan bagaimana hal ini membawa pengaruh pada isi, partisipasi dan proses pada pembahasan itu. Fasilitator juga bertanggungjawab atas dirinya sendiri dan apa yang terjadi pada fasilitator. Fasilitator harus sensitif terhadap bagaimana dan seberapa besar para peserta bersedia dan mampu memikul tanggungjawab pada setiap pertemuan atau pelatihan. Melalui pengalaman, para peserta dapat belajar memikul tanggungjawab yang semakin besar.

• Kerjasama : Fasilitator dan para peserta bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama mereka. Orang mungkin akan mengatakan bahwa kepemimpinan adalah sesuatu yang dilakukan oleh seseorang terhadap sebuah kelompok. Sedangkan fasilitasi/memandu adalah sesuatu yang dilakukan oleh seseorang bersama dengan sebuah kelompok.

• Kejujuran : Fasilitator mewakili secara jujur nilai-nilai dirinya sendiri, perasaan, keprihatinan dan prioritas dalam bekerja bersama seluruh peserta pelatihan, dan fasilitator seharusnya menentukan suasana bagi suatu harapan akan kejujuran dari seluruh peserta. Ini juga berarti bahwa fasilitator harus jujur dengan dan terhadap peserta dan terhadap dirinya sendiri menyangkut apa saja yang mejadi kemampuan fasilitator. Fasilitator harus mewakili dirinya sendiri secara adil dan tidak berusaha untuk berbuat terlalu jauh melampaui kemampuannya sendiri dalam peranan sebagai fasilitator.

• Kesamaan Derajat : Setiap anggota mempunyai sesuatu yang dapat disumbangkan pada peserta pelatihan dan perlu diberikan kesempatan yang adil untuk melakukan hal itu; Fasilitator menyadari bahwa dia dapat belajar dari para peserta sebesar apa yang mereka bisa pelajari dari fasilitator. Pada saat yang sama, setiap peserta mempunyai hak untuk memilih dan memutuskan untuk tidak ikut ambil bagian pada pokok bahasan tertentu dalam suatu pertemuan atau pelatihan.

Fungsi dan Peranan Fasilitator

Pekerjaan (fungsi dan peranan) seorang fasilitator ialah memusatkan perhatian pada seberapa baik peserta pelatihan bekerjasama. Tujuan dan fokus ini ialah untuk memastikan bahwa peserta sebuah pelatihan dapat mencapai tujuan mereka dalam pelatihan tersebut.

Fasilitator percaya bahwa masing-masing peserta pelatihan dapat memikul tanggungjawab bersama atas apa yang terjadi, antara lain:

• memanggil para peserta untuk mengingatkan mereka akan jadwal pertemuan berikutnya • menjamin bahwa setiap peserta mempunyai kesempatan untuk memberikan sumbangan

pada sebuah diskusi • meninjau dan mengetahui bahwa agenda yang disusun bertujuan untuk melayani tujuan

dan kepentingan peserta pelatihan dan pelatihan itu sendiri.

Akibat pembagian bersama ini yaitu bisa menyamaratakan tanggungjawab atas keberhasilan atau kegagalan suatu pelatihan dan memberikan kesempatan kepada lebih banyak orang untuk melakukan pengawasan dalam menentukan apa yang yang terjadi dalam sebuah pelatihan dan keputusan-keputusan apa yang diambil.

Page 18: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

14

Seorang fasilitator dapat memenuhi berbagai jenis kebutuhan yang berbeda dalam bekerja dengan peserta pelatihan. Hal ini ditentukan oleh tujuan peserta pelatihan untuk datang dan berkumpul bersama dan segala sesuatu yang diharapkan dari individu yang akan bertindak sebagai fasilitator.

Pengalaman Nyata

Sebagai contoh, anda sudah diminta untuk memberikan presentasi mengenai bidang keahlian anda (misalnya perencanaan regional) kepada sebuah kelompok yang terdiri dari masyarakat yang berminat. Tujuan dari pertemuan itu adalah semata-mata hanya bersifat memberikan informasi.

Sebagai nara sumber, anda bisa mempengaruhi dinamika diskusi melalui cara yang anda pergunakan dalam menyajikan informasi anda, suasana seperti apa yang anda ciptakan dalam kelompok (terbuka atau tertutup, ringan atau berat) dan oleh sikap yang anda tunjukkan kepada orang-orang yang bekerja dengan anda.

Suatu isyarat sangat sederhana tanpa kata-kata - dimana anda duduk - dapat mengakibatkan betapa orang merasa senang dalam suatu diskusi mengikuti presentasi anda. Jika anda duduk pada bagian depan dari ruangan menghadap para hadirin yang duduk berderetan, dan mempunyai sebuah podium di depan anda, anda mempunyai baik jarak dalam ruangan maupun benda penghalang (sebuah obyek tempat berlindung dibaliknya) antara anda sendiri dan anggota kelompok lainnya. Peserta pertemuan kurang mampu menjadi tantangan anda, dan anda terlindung dari upaya mendengarkan apa yang dikatakan peserta.

Sebagai tambahan, perhatian peserta terpusat terutama pada anda, tidak diantara mereka sendiri. Hal ini membuat anda mendapat wewenang yang besar. Pada sisi lain, jika anda dapat duduk diantara para peserta lainnya, dengan mereka berada di sekeliling anda, maka hal ini secara fisik akan menyamakan hubungan dan memudahkan terjadinya proses interaksi. Tujuan dari peranan anda sebagai nara sumber adalah berbagi informasi, dan bukan menempatkan diri anda di atas kelompok sebagai seorang ahli. Dengan memberikan peluang untuk mereka bebas bertanya dan mencoba mendapatkan umpan balik, anda bisa menyelesaikan ini dan, selain itu anda bisa belajar sendiri dari mereka. Contoh sederhana ini akan, kami harap, mendemonstrasikan beberapa segi dari model fasilitasi itu seperti apa.

Seseorang tidak perlu diberikan label sebagai "fasilitator" agar menggunakan teknik-teknik fasilitasi didalam sebuah pelatihan. Siapa saja anggota kelompok bisa mengajak kembali kelompok ke bahan pokok diskusi, menyela pola-pola pertentangan atau kesalahpahaman di antara pihak-pihak lain, menawarkan atau mengusulkan komentar-komentar yang bersifat menjelaskan/memperjelas, membuat ringkasan atas kegiatan-kegiatan atau memberikan umpan balik yang bersifat memberikan penilaian. Di dalam beberapa pelatihan, tanggungjawab ini dibagi merata oleh banyak orang atau seluruh peserta. Pada pelatihan lainnya, dimana pesertanya kurang terampil dalam hal proses interaksi belajar, akan mengharapkan fasilitator untuk melakukan peranan ini sendiri saja.

Etika fasilitator

Ada berbagai kemungkinan dan cara dimana peranan dan fungsi fasilitator bisa hilang kendali atau digunakan secara tidak benar. Hal ini sering terjadi tanpa disadari baik oleh peserta pelatihan maupun fasilitator. Masalah ini menjadi tanggungjawab fasilitator itu sendiri untuk mencegah adanya penyalahgunaan posisinya sebagai seorang fasilitator. Menjaga integritas seorang fasilitator memang jauh lebih mudah jika fasilitator sudah memikirkan dengan seksama etika berikut ini dan barangkali perlu mendiskusikannya dengan para fasilitator lainnya.

Page 19: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

15

• Adalah tidak cukup bahwa hanya fasilitator sendiri yang harus mempunyai nilai-nilai kerjasama dan kesamarataan. Kebanyakan orang terbiasa untuk ikut ambil bagian dalam pelatihan dimana seseorang bertindak sebagai pemimpin, guru atau seorang ahli dan orang itu diperlakukan sebagai orang penting, seseorang yang mempunyai wewenang dan kemerdekaan istimewa. Kecuali jika pelatihan memahami peranan fasilitator, mereka mungkin akan melihat dan menganggap fasilitator sebagai seorang yang berwenang dan membiarkan fasilitator mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap mereka. Adalah penting bagi fasilitator untuk turun dari posisi sebagai "tempat tumpuan" dan membiarkan peserta pelatihan melihat fasilitator sebagai "manusia". Inilah yang disebut sebagai peranan fasilitator yang "tidak menakjubkan". Teknik-teknik khusus untuk melakukan hal ini akan diuraikan lebih jauh

• Meskipun fasilitator secara sungguh-sungguh berupaya untuk membuat posisi sebagai yang "tidak menakjubkan", namun demikian, fasilitator boleh jadi menemukan bahwa orang-orang bergantung padanya. Mereka mungkin menyerahkan sebagian dari wewenang mereka sebagai peserta kepada fasilitator dan menunggu serta meminta fasilitator untuk membuat keputusan, mendefinisikan suatu situasi dan lain-lain. Ini barangkali merupakan ujian terberat dan terkuat atas nilai-nilai fasilitator itu sendiri – apakah fasilitator akan menerima dan menggunakan wewenang ini, atau apakah fasilitator merefleksikan kembali kepada peserta pelatihan akan kebutuhan mereka untuk memikul tanggungjawab dan membuat keputusan dan definisi-definisi tersebut. Godaan untuk menggunakan wewenang yang didelegasikan kepada fasilitator untuk mengisi kebutuhannya sendiri (meningkatnya harga diri, manipulasi dari suatu situasi demi untuk keuntungan diri sendiri, meskipun manfaat sederhana) akan menjadi kuat. Kenyataan bahwa peserta pelatihan mendelegasikan wewenang pada fasilitator adalah tidak beralasan.

• Sebuah potensi penyalahgunaan yang sama timbul dari kenyataan bahwa fasilitator itu memainkan suatu peranan yang cerdik dan tanpa memerintah. Fasilitator yang pasif, ramah, bermaksud baik bisa menjadi manipulatif dalam cara-cara dimana seorang pemimpin yang agresif dan kuat tidak akan pernah bisa menghindarinya. Perbedaan antara seorang manipulator yang sangat mempesona dan seorang diktator yang keras sekali mungkin hanya soal apakah peserta pelatihan menyadari atau tidak bahwa mereka sedang dikuasai dan diawasi oleh pemimpin mereka. Itu menjadi tanggungjawab fasilitator untuk tidak menggunakan teknik-teknik fasilitasi untuk mengontrol peserta sebuah pelatihan. Ini memang sungguh terjadi bagi para peserta pelatihan, dan tidak pada peranan kepemimpinan apa saja secara terbuka, yang sedang menggunakan teknik-teknik ini dalam suatu pertemuan atau pelatihan.

• Tidak ada standard external yang dapat digunakan untuk menilai fasilitator. Siapa saja boleh menyebut dirinya sebagai "fasilitator", dan hal ini tidak perlu mencerminkan pengalaman, keterampilan-keterampilan, atau pemahaman seseorang tentang proses pelatihan. Sayang sekali, ada orang yang menyebut dirinya sebagai fasilitator, menuntut dari peserta pelatihan atau kelompok sasaran suatu pembayaran yang tinggi, tanpa meninggalkan sesuatu yang bernilai yang abadi pada mereka. Kami harap para pembaca panduan ini akan menggunakan informasi yang kami sajikan untuk menjadi lebih efektif dalam membantu kelompok agar berfungsi dengan baik dan dalam saling berbagi keterampilan-keterampilan dengan yang lainnya, bukan untuk keuntungan pribadi.

• Menjadi seorang fasilitator tidak berarti bahwa fasilitator sudah mempunyai kualifikasi sebagai seorang ahli psikoterapi, baik bersama dengan sekelompok orang atau perorangan berdasarkan situasi. Mengingat cakupan "memandu" atau "memfasilitasi" tekanannya pada nilai-nilai dan perasaan manusia, fasilitator sering dilihat sebagai nara sumber bagi berbagai masalah psikologis pribadi maupun masalah organisasi. Jadi kadang-kadang para peserta menghubungi para fasilitator, baik langsung maupun tidak langsung, dengan kebutuhan emosi mereka. Hal ini dapat diinterpretasikan sebagai suatu pernyataan atas kekurangan nara sumber yang tersedia bagi permasalahan pribadi dari pada sebagai suatu komentar atas keterampilan anda sebagai seorang ahli terapi. Harap berhati-hati.

Page 20: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

16

• Harus diingat juga bahwa fasilitator, tidak dapat berharap bahwa fasilitator akan mencapai kebutuhan emosionalnya sendiri dalam bekerja dengan peserta pelatihan. Jika fasilitator menggunakan situasi fasilitasi untuk memuaskan beberapa keinginan pribadi (perlu perhatian, respek, kekuasaan, bersahabat, menemukan kekasih), maka hal fasilitator tidak bisa melakukan sesuatu dengan baik dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan peserta pelatihan. Sering dalam pelatihan, kelompok-kelompok orang-orang menciptakan persepsi-persepsi secara sepihak di antara mereka, yang mengakibatkan pada interaksi-interaksi yang intensif. Jika fasilitator menjadi terlibat secara khusus dengan seorang peserta (atau sekelompok kecil peserta) dan dia mengabaikan yang lainnya, boleh jadi dia akan dilihat sebagai seorang penyokong dari seseorang atau orang-orang dimana dia terlibat bersama. Hal ini bisa merusak seluruh peserta pelatihan. Jika ditemukan sesuatu daya tarik tertentu, ikuti terus menurut kesempatan yang ada.

Pada akhirnya, adalah tanggungjawab fasilitator untuk merasa yakin bahwa peserta pelatihan menyadari apa yang sedang dilakukan bersama mereka: apa saja yang menjadi tujuan fasilitator, bagaimana dia berharap untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka, apa yang bisa diberikan kepada mereka dan bagaimana akan dilakukannya.

Adalah tanggungjawab fasilitator itu sendiri untuk mewakili dirinya sendiri secara adil, terbuka menerima kiritik dari peserta pelatihan (fasilitator berada disana sehingga bermanfaat bagi mereka), dan untuk mempertimbangkan merubah tujuan fasilitator guna memenuhi tujuan peserta pelatihan. Adalah hak peserta pelatihan untuk meminta pertanggungjawaban fasilitator atas apa yang diperbuat oleh fasilitator bersama dengan mereka.

Salah satu tujuan dari buku pedoman ini ialah untuk membantu fasilitator untuk menggunakan pengetahuan, pemikiran dan keterampilan dasar yang sudah dipunyai dalam bekerja dengan peserta pelatihan. Dari waktu ke waktu kami akan mendesak fasilitator untuk menggunakan intuisinya sendiri. Hal ini tidak selalu berarti mengambil jalan keluar yang gampang atau mengikuti arah yang paling menyenangkan. Begitu seorang fasilitator mendapat pengalaman dalam hal memfasilitasi, dia belajar untuk mempercayai perasaan inti dari arah dalam menentukan tingkah-laku terbaik dalam suatu situasi tertentu berdasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan, dan suatu pemahaman atas manusia sebagai individu-individu dan dalam kelompok, apakah tingkah-laku ini menyenangkan atau janggal, menggembirakan atau tidak menggembirakan, mudah atau sukar.

Seseorang tidak akan langsung menjadi seorang fasilitator yang efektif hanya membaca sebuah buku. Anda perlu menggabungkan pengalaman, umpan-balik, observasi dan refleksi guna membangun kompetensi. Kami menemukan bahwa pengalaman adalah alat pelatihan yang paling efektif.

Page 21: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

17

Modul 2 Topik: Metode dan Media Pembelajaran

Kualitas pemahaman peserta terhadap metode fasilitasi dan media

pembelajaran mengalami peningkatan

Diskusi berputar review penerapan pengalaman berstruktur

3 Jpl ( 135 ’)

Bahan Bacaan:

1. Modul Pelatihan Dasar 1 Fasilitator : Teknik Fasilitasi

2. Bebagai Metode Diskusi

3, Media Belajar dalam Pelatihan Partisipatif

4. 10 Strategi Membentuk Kelompok Belajar

5. 10 Petunjuk Memfasilitasi Diskusi

6. 10 saran untuk Memperbaiki Ceramah

• Kerta Plano dan Metaplan

• Kuda-kuda untuk Flip-chart

• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

Page 22: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

18

Diskusi Berputar Review Penerapan Pengalaman Berstruktur

1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan mulai pembahasan modul metode dan media

pembelajaran, dengan tujuan : kualitas pemahaman peserta terhadap metode dan media pembelajaran meningkat.

2) Ingatkan kepada peserta mengenai teknik fasilitasi yang sudah dibahas dalam pelatihan dasar 1 yang sudah lalu terutama mengenai pengalaman berstruktur, metode dan media pembalajaran.

3) Bagilah peserta ke dalam 3 kelompok, kemudian masing – masing tugaskan untuk membahas :

Kelompok 1

Tahapan pengalaman berstruktur (daur belajar orang dewasa)

Bagaimana mengembangkan pertanyaan – pertanyaan kunci dalam pengalaman berstruktur?.

Bagaimana pengalaman di lapangan dalam menerapkan pendekatan pembelajaran ini?

Kelompok 2

Apa metode (teknik) yang bisa digunakan dalam memfasilitasi yang sesuai dengan prinsip – prinsip pembelajaran partisipatif.?

Apa yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan metode?

Bagaimana pengalaman menerapkan berbagai metode tersebut di lapangan?

Kelompok 3

Media apa saja yang bisa digunakan sebagai alat bantu pembelajaran?

Apa yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan media?

Bagaimana pengalaman dalam menggunakan media bantu dalam fasilitasi?

4) Setelah selesai diskusi kelompok, bahaslah hasilnya dengan melakukan diskusi berputar. Lihat petunjuk diskusi dalam Lembar Kerja,

5) Refleksikan bersama hasilnya dalam pleno kelas, pemandu memberikan tips – tips dalam memfasilitasi pelatihan sebagai masukkan bagi peserta.

6) Jelaskan kepada peserta bahwa pada dasarnya memfasilitasi proses pembelajaran di lapangan dan dalam pelatihan di kelas prinsip – prinsip nya sama, hanya saja di lapangan pembelajaran yang dilakukan lebih nyata dalam kehidupan sehari – hari atau sering disebut dengan istilah ”Sekolah tanpa dinding”.

Page 23: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

19

MEDIA BELAJAR dalam PELATIHAN PARTISIPATIF Pengertian dan Manfaat Media belajar adalah alat bantu dalam kegiatan pembelajaran yang jenis dan bentuknya bermacam – macam. Dalam menyiapkan dan merancang media belajar, fasilitator perlu menyesuaikan metode yang dipergunakan. Sedangkan metode belajar ini, disesuaikan dengan tujuan belajar. Di dalam pembahasan satu topik (materi) belajar, biasanya :

Dipergunakan variasi metode belajar Dipergunakan variasi media belajar yang sesuai

Media belajar bermanfaat untuk :

Alat bantu Pemandu untuk memberi penjelasan kepada warga belajar. Meningkatkan dan mendorong partisipasi dan keaktifan peserta belajar, artinya : media

sebaiknya dibuat sederhana dan mudah dipergunakan oleh peserta. Menimbulkan daya tarik belajar, artinya : media belajar sebaiknya bervariasi, menarik dan

kalau perlu dengan menggunakan visualisasi (gambar) Meningkatkan pemahaman peserta, artinya : media belajar sebaiknya membentu

memperjelas materi yang sedang dibahas, khususnya hal – hal abstrak yang sulit dijelaskan dengan kata – kata.

Jenis Media Belajar Media belajar yang biasa dipergunakan, terdiri dari banyak jenis dan bentuk. Seorang Pemandu, perlu memiliki kreativitas dan keterampilan untuk membuat media belajarnya sendiri. Jenia media belajar antara lain :

Lembar penugasan (kelompok/perorangan) Lembar kasus/Cerita Lembar praktek (panduan praktek) Skenario bermain peran (role play/drama/frgamen) Bahan permainan/teka – teki Gambar sederhana Plastik transparansi Kartu metapaln (yang sudah diisi tulisan Komik/cerita bergambar Gambar/foto/poster Tayangan Video Kaset cerita Boneka/wayang (puppet – show) Lembar balik (flip – chart) Dan sebagainya

Beberapa jenis media seperti modul, buklet, buku, komik, fotonovela yang isinya lebih panjang (banyak), bisa dianjurkan sebagai bahan bacaan untuk peserta belajar, apabila diperlukan.

Page 24: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

20

Media seperti leaflet, bosur, jarang dipergunakan sebagai media pelatihan karena biasanya juga bersifat informasional (bahan bacaan). Bahan dan Alat Pelatihan Bahan dan alat peltihan terkadang merupakan media belajar, tetapi terkadang hanya merupakan perlengkapan belajar saja. Contohnya :

Dalam bermain peran, diperlukan sayur-sayuran hijau untuk tokoh ibu yang sedang menyampaikan contoh makanan berzat besi tinggi; sayur – sayuran hijau dalam kegiatan ini merupakan bahan atau perlengkapan saja, bukan media belajar.

Tetapi dalam pembahasan materi tentang makanan bergizi, contoh sayur-sayuran menjadi media belajar (bahan peragaan) untuk membahas jenis zat gizi yang terkandung di dalamnya.

Apabila alat/bahan tidak dipergunakan sebagai sarana langsung dalam proses pembelajaran, maka tidak termasuk ke dalam media pembelajaran. Beberapa bahan/alat pembelajaran yang biasanya dipergunakan adalah :

Papan tulis biasa, white – board, magentic – board Kertas plano Kuda – kuda flip – chart Proyektor (slide, film,video) Kartu – kartu metaplan (dibuat dari karton manila bermacam warna dengan - bn ukuran

tertentu Bahan – bahan praktek/peragaan Ruangan yang cukup luas untuk 25-30 orang (bisa bergerak leluasa, melakukan diskusi

kelompok, permainan yang tidak dinamis, dsb) Kursi dan meja yang tidak mengganggu ruang gerak peserta. Dalam pelatihan partisipatif,

sebaiknya digunakan kursi yang memiliki meja lengan, sehingga tidak perlu pakai meja lagi, dan peserta leluasa berpindah atau bergerak. Kalaupun tidak ada kursi bermeja lengan, jangan pakai meja besar/panjang yang menghabiskan tempat dan menghalangi.

Buku tulis, bolpoint, penghapus, supidol, selotip, gunting, paper-clip (penjepit kertas), stapler dan sebagainya.

Menentukan dan Mempersiapkan Media Belajar Dalam menentukan media belajar untuk pelatihan, Pemandu menyesuaikan dengan kebutuhan setiap materi belajar. Seperti yang telah disampaikan di atas, setiap metode yang dipergunakan akan membutuhkan media tertentu. Karena itu, buatlah tabel check – list kebutuhan media untuk seluruh pelatihan agar tidak ada yang terlupa. Karena di dalam pelatihan biasanya Pemandu merupakan tim, maka untuk mempersiapkannya bisa dibagi tugas. Koordinator tim Pemandu kemudian mencek apakah masing – masing pemandu sudah siap dengan media yang perlu digunakan untuk masing – masing topik bahasan. Dalam mempersiapkan media belajar, Pemandu perlu mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut :

Media gambar; apabila digunakan di dalam diskusi umum (pleno), sebaiknya ukurannya cukup besar (ukuran poster), supaya bisa dilihat dengan jelas oleh seluruh peserta di

Page 25: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

21

dalam kelas. Media gambar yang dibuat sendiri, bisa dibuat dengan kertas lebar (plano). Apabila ukurannya kecil (ukuran kartu atau kertas HVS), hanya cocok digunakan dalam diskusi keplompok atau tugas perorangan.

Media tulisan; apabila digunakan di dalam diskusi umum (pleno), tulisan sebaiknya dibuat

dalam bentuk huruf balok, dengan ukuran besar, supaya bisa dibaca oleh seluruh peserta di dalam kelas. Tulisan bisa dibuat di atas papan tulis atau kertas lebar (plano). Apabila tersedia overhead proyektor, tulisan bisa dibuat di atas plastik transparans dan diperbesar oleh proyektor.Saat ini juga biasa digunakan alat bantu LCD (In focus) yang diasmbungkan ke komputer sebagai media bantu. Hanya perhatikan prisnsip-prinsip pembuatan media transparan baik memakai OHP maupun LCD, bentuk huruf sebaiknya balok, ukuran paling sedikit (paling kecil) 18 font (menurut ukuran komputer) dan isinya hanya point – pointnya saja (kalimat kunci).

Media audio-visual; sebelum dipergunakan dalam pembahasan materi di kelas, media

sudah dipersiapkan dan dicoba terlebih dahulu. Yang perlu diperhatikan adalah jarak pandangan peserta terhadap gambar, dan volume suara, agar seluruh peserta bisa melihat dan mendengar secara jelas. Semakin canggih media yang diperlukan, Pemandu juga semakin memerlukan fasilitas pendukung (listrik, layar, proyektor, kabel dan sebagainya).

PENGGUNAAN MEDIA Apa ‘Kegiatan Belajar ‘ ?

• Kegiatan belajar merupakan kegiatan sehari – hari yang dilaksanakan oleh fasilitator atau bersama masyarakat sasaran untuk menambah pengetahuan dan keterampilan yang dapat meningkatkan kesadaran dan memperbaiki kehidupan masyarakat.

• Kegiatan belajar seperti ini tidak sama dengan kegiatan belajar di sekolah, karena bahan

belajarnya ditetapkan berdasarkan kebutuhan kelompok yang benar – benar bermanfaat dalam kehidupan praktis sehari – hari.

• Begitu juga dengan cara belajarnya, dilaksanakan lebih informal, santai dan bebas, sesuai

dengan kreativitas kelomok itu sendiri. Tidak ada yang bertindak sebagai guru dalam kegiatan belajar ini karena pengetahuan dan pengalaman setiap peserta bisa disumbangkan.

• Sebagai fasilitator, pendamping atau kader perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan

baru karena seringkali mereka diharapkan juga untuk menjadi narasumber oleh kelompok belajar.

Mengapa Menggunakan Media dalam Kegiatan Belajar Berkomunikasi dengan masyarakat ( kelompok dampingan) merupakan pekerjaan terpenting pendamping atau kader. Proses komunikasi terutama terjadi dalam kegiatan – kegiatan belajar, baik berupa pertemuan perencanaan program, diskusi mengenai suatu materi atau permasalahan, praktek maupun pelatihan. Media yang dipilih untuk suatu kegiatan belajar harus sesuai dengan tujuan belajar yang ingin dicapai. Tetapi selain memilih media yang tepat, perlu juga diperhatikan cara menggunakan media

Page 26: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

22

secara baik dan benar. Sebab bentuk media apapun yang digunakan, meskipun dirancang dengan baik, tanpa difasilitasi dengan baik proses diskusinya, media – media tidak akan mengsilkan dampak seperti yang diharapkan. Untuk itu, keterampilan memfasilitasi diskusi dengan menggunakan media merupakan faktor yang menentukan bagi pengguna media. Langkah – Langkah Menggunakan Media Berikut ini pedoman umum yang dapat dijadikan acuan dalam menggunakan media secara tepat : Persiapan Langkah – langkah persiapan :

• Mempelajari dan menguasai materi dan tujuan belajarnya sendiri, karena media hanyalah alat Bantu dari kegiatan belajar. Tidak ada salahnya fasilitator mempersiapkan catatan-catatan singkat mengenai isu – isu kunci yang akan diajukan sebagai penggerak diskusi.

• Mempelajari fungsi media berdasarkan tujuan belajar yang bersangkutan, apakah media

yang akan disajikan itu untuk motivasi, penyadaran atau instruksi teknis.

• Memperhatikan bentuk media yang akan digunakan, apakah akan menggunakan poster, poster seri, atau brosur. Ini akan berhubungan dengan kemampuan kelompok diskusi dalam menyimak kajian diskusi. Misalnya, media brosur atau buklet kurang tepat digunakan untuk kelompok yang terbatas kemampuan membacanya. Untuk kelompok ini, poster tunggal atau postr seri akan lebih tepat.

• Memperhatikan jumlah peserta yang dianjurkan dan tata ruang yang tepat dalam

menggunakan media tersebut. Misalnya tayangan video/slide dapat disajikan untuk semua peserta dalam sebuah kelas belajar 20 orang, tetapi fotonovela berbentuk buklet hanya bisa dipergunakan dalam kelompok-kelompok kecil. Untuk kebutuhan ini, tata ruang yang tepat perlu dipersiapkan sejak awal.

• Mempelajari cara menggunakan media tersebut. Sebaiknya media itu dicoba terlebih

dahulu sebelum dipergunakan dalam kelompok belajar, terutama media yang memerlukan alat Bantu seperti tayangan slide/video misalnya.

• Persiapan akan lebih mudah apabila media yang akan digunakan memiliki

pedoman penggunaannya. Pedoman ini biasanya menjelaskan mengenai fungsi media, jumlah pesera maksimal yang dianjurkan, langkah – langkah dan cara menggunakannya serta tata ruang yang dianjurkan.

• Bahan/materi belajar harus disusun oleh fasilitator karena biasanya media-media diskusi memuat hanya informasi-informasi secara tebatas (yang penting-penting saja). Banyak media mencantumkan materi, karena media dipergunakan untuk membahas satu kasus setelah materi dari fasilitator didiskusikan.

Page 27: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

23

Pelaksanaan

• Sebelum memulai pertemuan/diskusi, ciptakan suasana yang santai, sehingga peserta tidak merasa berada dalam sebuah kelas belajar, melainkan dalam kelompok diskusi informal. Bisa juga dimulai dengan permainan atau crita lucu.

• Kemudian sampaikan maksud dan tujuan dilaksanakannya kegatan belajar serta topik yang

akan dibahas.

• Sampaikan dan sepakati bersama dengan peserta mengenai perkiraan waktu yang diperlukan untuk kegiaatan ini.

• Mulailah kegiatan belajar sesuai dengan langkah – langkah yang dipersiapkan. Pergunakan

media yang telah dipersiapkan untuk menyampaikan informasi belajar. Media akan lebih baik bila dipergunakan sebagai bahan diskusi sehingga kegiatan belajar lebih ontraktif ( timabl balik)

• Fsilitator harus selalu menjaga agar media dapat dilihat secara jelas oleh seluruh peserta.

Fasilitator yang menyajikan media agar selalu dalam posisi berhadapan dengan peserta diskusi dan tidak menghalangi pandangan peserta kepada media.

• Fasilitator memancing diskusi dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang berkisar

pada tanggapan mengenai isi/pesan yang terkandung dalam media. Misalnya : apa yang dapat kita lihat dari poster ini ? Mengapa hal itu terjadi ? Apa akibat dari hal tersebut ? Bagaimana cara mencegah agar tidak terjadi ? Apakah hal seperti itu terjadi di kampung ini ? Tips praktis

• Jangan sampai media dipergunakan alat ceramah atau penyuluhan sebab fungsi utama media adalah untuk membantu peserta terlibat dalam kegiatan belajar yang interaktif.

• Fasilitor sebaiknya berusaha agar setiap peserta dapat turut aktif dalam diskusi.

Usahakan agar fasilitator tidak memonopoli pembicaraan, sehingga dapat mengemukakan tanggapan atau pendapatnya.

• Tanggapan atau jawaban dari peserta sebaiknya ditulis di papan tulis atau pada kertas plano ( ditempel di tembok ), karena peserta akan bisa mengingat dengan lebih baik apabila mereka melihat dan membaca daripada hanya mendengarkan saja. Selain itu hasil tersebut akan memancing peserta untuk lebih berpartisipasi dalam diskusi, karena usulan atau tanggapan mereka dianggap penting/diperhatikan .

Page 28: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

24

Setelah diskusi

• Apabila kita menjelaskan hal-hal yang bersifat teknis, akan lebih mudah memahaminya langsung dengan praktek daripada hanya membahas teori saja. Namun perlu diingat pula bahwa praktik yang dilakukan tanpa dasar – dasar atau teori yang kuat, bisa menjadi kacau. Untuk itu diskusikan terlebih dahulu teori dengan alat Bantu media, baru kemudian mempraktekan di lapangan. Sepakati waktu yang tepat untuk melakukan praktek ini.

• Lakukan evaluasi kegiatan setelah diskusi dan praktek di lapangan. Cobalah untuk mengkaji

apakah peserta mempraktikan seperti yang telah didiskusikan dan yang disarankan dalam media ? mengapa demikian ?

• Hasil evaluasi dapat menjadi bahan pertimbangan bagi rencana belajar/kerja selanjutnya.

Bisa jadi pada pertemuan berikutnya masih diperlukan media dalam bentuk dan jenis yang berbeda. Jika demikian, maka kita perlu membuat rencana lagi dan mengembangkan alat Bantu yang sesuai dengan kebutuhan.

Page 29: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

25

10 STRATEGI MEMBENTUK KELOMPOK-KELOMPOK BELAJAR (Dikutip dari “Active Learning” – Mel Silberman)

Bekerja dengan sekelompok kecil merupakan bagian signifikan dari belajar aktif. Sungguh penting untuk membentuk kelompok-kelompok secara tepat dan efisien, pada saat yang sama, mengubah-ubah komposisi dan kadangkala ukuran kelonpok-kelompok seluruh kelas. Pilihan-pilihan berikut adalah alternatif menarik bagi peserta didik memilih kelompok-kelompok mereka sendiri atau membagi pada jumlah yang telah anda tentukan.

1. Mengelompokan Kartu, tentukan berapa banyak peserta didik yang ada di kelas dan berapa banyak kelompok-kelompok yang berbeda yang anda inginkan pada seluruh sesi. Sebagai contoh, pada sebuah kelas berjumlah 20 peserta, satu aktivitas mungkin untuk empat kelompok yang beranggotakan 5 peserta; yang lain untuk lima kelompok beranggotakan 5 peserta; yang lain lagi untuk enam kelompok beranggotakan 3 peserta dengan dua pengamat. Tandailah kelompok-kelompok ini dengan menggunakan titik (berwarna merah, biru, hijau, dan kuning untuk 4 kelompok), stiker dekoratif (lima stiker yang berbeda pada tema umum untuk loma kelompok sebagai contoh singa, kera, harimau, jerapah, gajah), dan sebuah nomor (dari nomor 1-6 untuk enam kelompok). Secara random tempatkan nomor, titik berwarna stiker pada sebuah kartu untuk setiap siswa dan masukan kartu pada materi peserta. Ketika anda siap untuk membentuk kelompok-kelompok anda, identifikasikan kode yang anda gunakan dan arahkan peserta didik untuk menggabungkan kelompok mereka pada suatu tempat yang telah ditentukan. Pada peserta akan dapat bergerak dengan mudah pada kelompok-kelompok mereka, menghemat waktu dan memperkecil kebingungan. Untuk menjadikan proses lebih efisien, anda dapat menempatkan tanda yang menunjukan daerah pertemuan kelompok.

2. Teka-teki (Puzzles) : dapatkan teka-teki menyusun potangan-potangan gambar peserta didik atau buatkan sendiri dengan meotong-motong gambar dari majalah; tempelkan gambar-gambar itu pada sebuah kartu; potong-potonglah mereka pada bentuk; ukuran dan jumlah yang diinginkan. Pilihlah nomor teka-teki sesuai dengan nomor kelompok yang anda inginkan. Pisahkan teka-teki, campurlah potongan-potongan itu, dan berilah setiap peserta sebuah teka-teki. Ketika anda siap untuk membentuk kelompok-kelompok anda, perintahkan peserta untuk menempatkan ini dengan potongan-potongan lain yang diperlukan untuk melengkapi teka-teki.

3. Menentukan teman-teman atau keluarga fiksi yang terkenal Buatlah daftar anggota keluarga atau teman-teman secara fiksi yang terkenal dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari tiga atau empat (seperti peterpan, tingker Bell, Capten Hook, Wendy, Alice, Cheshire Cat, Queen of Heart, Mad hatter, Superman, Loin Lane, Jimmy Olsem, Clark Kent). Pilihlah nomor yang sama dari ciri dasar fiksi sebagaimana ayang ada pada peserta didik. Tuliskan nama-nama fiksi pada kartu-kartu indeks, satu pada setiap kartu, buatlah sebuah kelompok keluarga dari kartu. Kocoklah kartu-kartu itu dan berikan setiap peserta sebuah kartu dengan nama fiksi. Ketika anda siap untuk membentuk membentuk kelompok, suruhlah peserta untuk mendapatkan anggota-anggota lain dari keluarga mereka. Kelompok terkenal lengkap, mereka dapat memperoleh tempat berkumpul.

4. Tanda pengenal nama, gunakan tanda pengenal nama dari bentuk dan atau warna yang berbeda-beda untuk menandai kelompok yang berbeda-beda.

5. Hari Kelahiran, suruhlah peserta didik untuk antri menurut kelahirannya, kemudian bagilah pada jumlah kelompok yang anda perlukan untuk aktifitas tertentu. Dalam kelas-kelas besar, bentuklah kelompok-kelompok menurut bulan kelaihran, sebagai contoh, 60 peserta dapat dibagi menjadi 3 kelompok yang berukuran sama dengan menyusun

Page 30: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

26

kelompok dari para peserta yang dilahirkan pada (1) Januari, Februari, Maret, dan April, (2) Mei, Juni, Juli dan Agustus, dan (3) September, Oktober, dan Nopember.

6. Kartu Permainan, Gunakan sebuah meja kartu permainan untuk membentuk kelompok, sebagai contoh, gunakan yoker, queen, king dan kartu As untuk membentuk empat kelompok dengan empat anggota dan tambahkan nomor kartu sesuai dengan nomor peserta didik. Acaklah kartu-kartu itu dan berikan setiap peserta satu kartu. Kemudian peserta langsung menunjuk yang lain dari jenis mereka untuk membentuk sebuah kelompok.

7. Menulis Nomor, tentukan nomor dan ukuran dari kelomok-kelompok yang akan anda bentuk, letakan nomor pada kertas slip individual, dan letakan mereka pada sebuah kotak. Para peserta menulis sebuah nomor dari kotak itu untuk menunjuk kelompok yang mereka miliki. Sebagai contoh, jika anda menginginkan 4 kelompok dengan empat anggota, anda harus memiliki 16 kertas slip dengan 4 anggota setiap nomor 1-4.

8. Selera permen: berilah peserta didik sebungkus permen gula keras dari berbagai selera / rasa untuk menunjuk kelompok. Sebagai contoh, 4 kelompok anda dapat berupa limun, gula mentega, cherry dan mint.

9. Pilihlah hal-hal yang serupa : pilihlah permainan anak-anak pada sebuah tema umum dan gunakan mereka untuk membentuk kelompok. Sebagai contoh : anda dapat memilih tranportasi dan menggunakan mobil, kapal terbang, kapal laut dan kereta api. Setiap peserta hendaknya menggambar sebuah mainan dari kotak dan menempatkan yang lain dengan permainan yang sama untuk membentuk sebuah kelompok.

10. Materi peserta didik : anda dapat menandai materi belajar peserta dengan menggunakan kertas klip berwarna, materi berwarna atau stiker pada penyangga untuk menentukan kelompok.

Page 31: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

27

10 PETUNJUK KETIKA MEMFASILITASI DISKUSI

Diskusi kelas berperan sangat penting dalam belajar aktif. Dengan mendengarkan keluasan ragam pandangan menantang peran peserta. Peran anda selama diskusi kelompok adalah memfasilitasi jalannya komentar dari peserta. Sekalipun ini tidak perlu untuk menyela setelah setiap siswa berbicara, secara periodik membantu kelompok agar berkontribusi mereka dapat bermanfaat. Inilah sepuluh poin menu fasilitas yang digunakan ketika anda memimpin kelompok diskusi. 1. Membuat parafrase yang dikatakan peserta didik sehingga menjadi sesuatu yang mudah

difahami oleh peserta lain dan dapat diperoleh kesimpulan dari apa yang telah dikatakan pada waktu yang lebih lama: Sehingga apa yang anda katakan adalah bahwa anda telah sangat berhati-hati mengenai kata-kata yang anda gunakan karena peserta tertentu mungkin tersinggung olehnya.

2. Cek pemahaman anda pada kata-kata peserta atau suruhlah ia untukmengklarifikasikan apa yang ia katakan : Apakah anda mengatakan bahwa kebenaran politis ini telah terlalu jauh? Saya tidak yakin bahwa saya betul-betul memahami apa yang anda maksud. Dapatkah anda mengulangi lagi.

3. Melengkapi satu komentar yang menarik atau mendalam : Itu poin bagus, saya senang bahwa anda membawakan itu pada perhatian kita.

4. Elaborasi kontribusi peserta didik pada diskusi dengan contoh-contoh, atau sarankan sebuah cara baru untuk melihat problem : Komentar anda menyediakan poin menarik dari perspektif minoritas, kita juga dapat mempertimbangkan bagaimana mayoritas memandang situasi yang sama.

5. Membangkitkan diskusi dengan mempercepat langkah, dengan menggunakan humor, atau jika perlu mendesak kelompok untuk memberi kontribusi lebih. Oh saya, kita memiliki peserta didik yang diam di kelas ini! Inilah tantangan untukmu. Untuk dua menit mendatang, mari kita lihat berapa banyak kata yang anda pikirkan yang tidak lagi dapat diterima secara politis.

6. Tidak setuju pada komentar peserta untuk mendorong diskusi lebih lanjut. Saya dapat melihat darimana anda mulai, namun saya tidak percaya apa yang anda deskripsikan selalu sesuai dengan masalah. Apakah peserta lain memiliki pengalaman yang berbeda dari pengalaman jim?

7. Tengahilah berbagai perbedaan pendapat antara peserta didik, dan kurangi ketegangan yang ada. Saya kira bahwa Susan dan Mary tidak betul-betul bertentangan satu dengan yang lain namun hanya perbedaan sisi pandang dari keduanya terhadap isu ini.

8. Gabungkan ide-ide, tunjukan hubungan mereka satu dengan yang lain. Sebagaimana anda dapat melihat komentar dari Dan dan Jean, kata-kata yang kita gunakan bisa menyinggung siswa. Keduanya telah memberi contoh bagaimana mereka merasa eksklusif dengan kata-kata yang didasarkan pada jender.

9. Ubahlah proses kelompok dengan alternatif metode untuk memperoleh partisipasi atau memindahkan kelompok pada tingkat evaluasi ide yang telah ditempatkan di depan kelompok. Mari kita bagi pada kelompok-kelompok kecil dan lihatlah jika anda dapat menentukan dengan beberapa kriteria untuk menetapkan penggunaan kata yang sensitif pada jender.

10. Simpulkan (dan rekamlah, jika diperlukan) pandangan-pandangan utama dari kelompok.

Page 32: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

28

Saya telah mencatat tiga ide utama yang berasal dari diskusi kelompok dimana kata-kata itu menyakitkan : (1) mereka menyisihkan beberapa peserta, (2) mereka menghina beberapa peserta (3) mereka ditentukan hanya oleh kultur mayoritas.

Page 33: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

29

10 SARAN UNTUK MEMPERBAIKI CERAMAH Ceramah adalah sebuah metode mengajar yang paling di sukai, tetapi apakah ini memiliki tempat pada lingkungan belajar aktif? Digunakan terlalu sering, ceramah tidak akan pernah mengarah ke belajar, tetapi berkali-kali ketika ini dapat dilakukan secara ekektif. Karena itu pengajar hendaknya membangun daya tarik dulu, memaksimalkan pengertian dan ingatan, melibatkan peserta didik selama ceramah, dan memberi penguatan apa yang telah disajikan. Inilah beberapa pilihan untuk melakukan hal itu. Membangun Minat

1. kemukakan ceritera atau visual yang menarik : sajikan anekdot, ceria fiksi, atau grafik yang relevan yang dapat memenuhi perhatian peserta didik terhadap apa yang anda kerjakan.

2. Buatlah kasus problem : kemukan suatu problem di sekitar ceramah yang akan disusun. 3. Test Pertanyaan : berilah peserta didik sebuah pertanyaan (apakah mereka telah

memiliki sedikit pengetahuan sebelunya) sehingga mereka akan termotivasi untuk mendengarkan ceramah anda untuk menjawabnya.

Memaksimalkan Pemahaman dan Ingatan

4. Headlines : beri poin – poin utama dari ceramah pada kata-kata kunci yang berfungsi sebagai sub-hiding verbal atau alat bantu ingatan.

5. Contoh dan Analogi : kemukakan ilustrasi kehidupan nyata mengenai gagasan dalam ceramah dan, jika mungkin, buatkan perbandingan antara meteri antara materi anda dan pengetahuan dengan pengelaman yang telah peserta didik alami.

6. Alat Bantu Visual : gunakan flip chart, transparansi, hand out singkat dan demontrasi yang membantu siswa melihat dan mendengarkan apa yang anda katakana.

Melibatkan Peserta didik selama Ceramah

7. Tantangan Spot : Hentikan ceramah secara periodik dan tantanglah (mintalah) peserta didik untuk memberi contoh dari konsep yang disajikan untuk menjawab pertanyaan kuis spot.

8. Ltihan-latihan yang memperjelas : seluruh penyajian, selingi aktivitas-aktivitas singkat yang memperjelas poin-poin yang anda buat.

Memberi Daya penguat Cearamah

9. Aplikasi Problem : ajukan problem atau pertanyaan pada peserta didik untuk diselesaikan dengan didasarkan pada informasi yang diberikan waktu ceramah.

10. Review peserta didik : suruhlah peserta saling mereview isi ceramah satu dengan yang lain, atau berilah mereka mereview test dengan menskor sendiri.

Page 34: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

30

Metode Diskusi

Tukar Pemikiran/Pendapat Kegiatan ini dapat digunakan untuk merangsang keterlibatan peserta dalam proses belajar. Strategi ini juga memperingatkan peserta agar menjadi pendengar yang hati – hati dan membuka diri mereka sendiri tedap berbagai macam sudut pandang. Langkah – langkah :

• Siapkan beberapa pertanyaan pertanyaan atau statemen yang provokatif, menantang, mengundang untuk dikaji, meminta opini mereka mengenai sebuah isu materi belajar yang akan dibahas. Contohnya : ‘ Sikap – sikap apa yang seharusnya dimiliki oleh fasilitator PNPM Mandiri Perkotaan ? ‘. Atau “ Fassilitator diperbolehkan menerima hadiah dari masyarakat untuk alasan sopan santun “. Jumlah pertanyaan atau statemen tadi setengah dari peserta.

• Berilah masing-masing pesert sebuah kartu nama. Mintalah agar mereka menuliskan nama

masing – masing dan memakainya.

• Bagikan statemen atau pertanyaan yang telah disipkan kepada setengah dari peserta, masing-masing mendapatkan satu kartu pertanyaan/statmen.

• Mintalah peserta untuk berpasangan dan memperkenalkan diri pada orang lain, kemudian

setiap pasangan tukar menukar respon terhadap pesan kartu yang telah dibagikan.

• Setelah beberapa menit, mintalah peserta mencari pasangan lain dan mendiskusikan kembali pesan yang ada di kartu dengan pasangan barunya.

• Lanjutkan proses ini sampai kebanyakan dari peserta telah bertemu. Kemudian mintalah

beberapa peserta untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Mintalah pserta yang lain untuk menanggapi.

• Simpulkan materi belajar.

Page 35: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

31

Metode Diskusi Rapat Kota

Format diskusi ini sangat cocok untuk kelas yang besar. Dengan membuat suasana mirip dengan sebuah rapat kota, maka seluruh peserta bisa menjadi terlibat dalam diskusi. Langkah – langkah :

• Pilihlah sebuah topik masalah kasus yang menarik mengenai materi belajar yang akan dibahas.

• Sajikan materi tersebut dengan seobjektif mungkin secara singkat, dengan memberikan

beberapa sudut pandang yang berbeda. Jika diperlukan siapkan dokumen-dokumen yang bisa menjelaskan topik atau masalah tadi.

• Jelaskan bahwa anda ingin mendapatkan pandangan peserta terhadap masalah tersebut.

• Mintalah satu orang peserta untuk mengemukakan pandangannya terhadap topik atau

masalah tadi di depan kelas. Berilah waktu yang cukup.

• Apabila telah selesi mintalah pembicara tadi untuk menyebutkan salah satu nama peserta lain agar maju ke depan kelas dan mengemukakan pandangannya.

• Doronglah agar peserta membuat pidato singkat, agar lebih banyak peserta lain dapat

berpartisipasi dalam rapat kota itu.

• Refleksikan hasil pandangan – pandangan peserta tadi Variasi :

• Aturlah pertemuan ini menjadi suatu perdebatan. Ajaklah para peserta untuk duduk di bagian yang berdasarkan pandangan – pandangan mereka terhadap isi pidato temannya. Ikuti format panggil berikutnya, dengan meminta pembicara selanjutnya harus mempunyai sudut pandang yang bertentangan. Doronglah peserta didik untuk pindah ke bagian berbeda dari ruang itu jika pendapat mereka dipengaruhi oleh perdebatan itu.

• Mulailah pertemuan kota dengan diskusi panel. Mintalah para panelis menyampaikan

pandangannya – pandangannya dan kemudian panggilah para pembicara dari audiens itu.

Page 36: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

32

Metode Diskusi

BETUL ATAU SALAH Kegiatan kolaboratif ini juga merangsang keterlibatan langsung dalam materi pelajaran anda. Strategi tersebut untuk mengembangkan bangunan team (tem building), berbagi pengetahuan, dan belajar langsung. PROSEDUR :

1. Buatlah sebuah daftar pertanyaan yang berkaitan dengan materi belajar anda, Setengah darinya benar dan setengah yang lain salah. Sebagai contoh, pertanyaan “Marijuana adalah candu” adalah benar, dan pernyataan “Alkohol adalah suatu stimulant” adalah salah. Tulislah masing-masing statemen dalam suatu index yang terpisah. Pastikan ada banyak kartu sebanyak warga belajar yang ada di kelas. (Jika ada satu nomor ganjil dari peserta didik yang ganjil, buatlah kartu untuk diri anda sendiri.)

2. Bagikan satu kartu pada masing-masing warga belajar. Beritahukan kelas bahwa misi mereka adalah menetapkan kartu-kartu mana yang benar dan mana yang salah. Jelaskan bahwa mereka bebas menggunakan metode yang mereka inginkan untuk mencapai tugas tersebut.

3. Apabila proses belajar selesai, mintalah masing-masing kartu dibacakan dan dapatkan opini mengenai apakah statmen itu benar atau salah. Berilah pandangan atau pendapat minoritas.

4. Berilah tanggapan balik untuk tiap – tiap kartu, dan catatlah cara di mana kelas bekerja bersama dalam penugasan/penentuan itu.

5. tunjukan bahwa keterampilan team yang positif yang ditunjukkan akan perlu bagi seluruh kelas ini, karena pengajaran aktif akan mewarnai.

Variasi :

• Sebelum kegiatan mulai, rekrutlah beberapa peserta didik sebagai pengamat. Mintalah mereka memberikan umpan balik mengenai kualitas kerja team yang muncul.

• Sebagai ganti dari pernyataan factual, buatlah sebuah daftar opini pada sebuah kartu

index. Bagilah kartu-kartu dan mintalah warga belajar berusaha mencapai sebuah kesepakatan tentang reaksi warga belajar terhadap tiap – tiap opini. Mintalah mereka untuk mengahrgai sudut pandang minoritas.

Page 37: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

33

Metode Diskusi

Diskusi Berputar Teknik ini dipakai untuk diskusi mengenai beberapa topik secara mendalam. Dengan teknik ini diharapkan semua peserta dapat terlibat penuh dalam semua topik diskusi. Langkah langkah

• Tentukan beberapa topik diskusi yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas. • Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok, jumlah kelompok sesuai dengan jumlah topik.

• Mintalah peserta untuk duduk berdasarkan kelompoknya di beberpa sudut dalam kelas.

• Mulailah putaran pertama , setiap kelompok membahas satu topik diskusi, berilah waktu

yang cukup disesuaikan dengan kedalaman masalah yang dibahas.

• Lanjutkan kepada putaran kedua, setiap kelompok diminta pindah tempat ke kelompok sebelahnya (berdasarkan arah jarum jam ), mintalah pada masing –masing kelompok untuk menunjuk salah satu anggotanya tetap tinggal ( tidak ikut berpindah tempat).

• Mintalah anggota kelompok yang tinggal tadi untuk mempresentasikan hasil diskusi

kelompoknya kepada kelompok yang baru, kemudian lakukan pembahasan kembali topik – topik tersebut.

• Lanjutkan kembali pada putaran selanjutnya dengan cara yang sama, sampai semua

kelompok membahas semua topik yang disediakan.

• Lakukan refleksi dalam pleno.

Page 38: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

34

Metode Diskusi

Jajak Pendapat

Suatu perdebatan dapat menjadi sebuah metode berharga untuk mengembangkan pemikiran dan refleksi, khususnya jika para peserta latihan diharapkan mengambil posisi yang bertentangan dengan pendapatnya. Ini adalah sebuah strategi untuk suatu perdebatan yang secara aktif melibatkan setiap peserta. Strategi ini juga bisa dipakai untuk menggali dan mempengaruhi kayakinan peserta terhadap suatu isu tertentu. Petunjuk :

• Kembangkan suatu pernyataan yang berkaitan dengan isu yang kontroversial yang berkaitan dengan materi yang dibahas.

• Lakukan jajak pendapat kepada peserta dengan kategori setuju, tidak setuju dan netral terhadap pernyataan yang telah dibuat tadi. Mintalah peserta untuk berkumpul dengan peserta lain yang satu pendapat ( menjadi 3 kelompok )

• Mintalah ketiga kelompok tadi untuk mengembangkan argumen – argumen terhadap kategori pilihannya ( setuju karena …………, tidak setuju karena ……., netral karena …)

• Setiap kelompok kemudian saling berhadapan dan berdebat berdasarkan argumen – argumen yang dipilihnya, dan bisa saling mempengaruhi.

• Dalam perdebatan setiap anggota kelompok diperbolehkan untuk pindah kepada kelompok lawan debatnya apabila lebih setuju dengan argumen yang dikemukakan pihak lawan.

• Ketika dirasa sudah cukup, akhiri perdebatan tersebut. Buatlah diskusi seluruh kelas tentang apa yang telah dipelajari oleh para peserta berdasarkan pengalaman debat tadi.

• Mintalah peserta mengidentifikasi apa yang mereka pikirkan merupakan argumen – argumen terbaik yang dibuat oleh kedua kelompok.

Page 39: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

35

Metode Diskusi

Keputusan Fishbowl Tiga Langkah Fishbowl adalah suatu format diskusi yang di dalamnya sebagian kelas membentuk sebuah lingkaran diskusi di sekitar kelompok diskusi. Langkah – langkah :

• Buatlah tiga pertnyataan yang relevan dengan materi belajar yang sedang dibahas.Misalnya :

Untuk menanggulangi kemiskinan, satu – satunya yang harus dilakukan adalah melembakan nilai – nilai kemanusiaan tanpa harus memperbaiki sistem yang ada.

Intervensi yang dikembangkan oleh PNPM Mandiri Perkotaan merupakan intervensi yang tepat, oleh karena itu tidak perlu diperdebatkan kembali.

• Aturlah kursi – kursi dengan sebuah konfigurasi fishbowl ( dua lingkaran konsentris ). • Bagilah peserta ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan banyaknya pernyataan yang

telah disiapkan ( satu kelompok terdiri dari 5 – 6 orang ).

• Mintalah kelompok satu untuk menempati tempat – tempat duduk lingkaran diskusi, sisakan satu kursi kosong . Tunjukkan pernyataan yang perama, dan mintalah kelompok satu (yang dalam lingkaran) untuk mendiskusikannya. Anggota kelompok lainnya yang ingin mengajukan pertanyaan atau pernyataan di sela – sela waktu diskusi dipersilahkan untuk menempati kursi kosong yang telah disediakan dalam lingkaran diskusi, secara bergiliran.

• Setalah selesai, lakukan kegiatan yang sama untuk kelompok selanjutnya dengan

mendiskusikan pernyataan yang berbeda .

• Apabila semua pernyataan telah dibahas, gabungkan kembali semua peserta. Mintalah mereka untuk membuat refleksi mengenai diskusi tadi.

Page 40: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

36

Metode Diskusi

Membaca Keras ( Reading Aloud)

Mungkin mengherankan membaca suatu teks dengan keras dapat membantu peserta memfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaan – pertanyaan, dan merangsang diskusi. Strategi ini jauh seperti satu sesi studi Bibel. Strategi tersebut mempunyai efek pada memusatkan perhatian dan membuat suatu kelompok yang kohesif. Langkah – langkah

• Pilihlah sebuah teks yang cukup menarik untuk dibaca dengan keras. Batasi dengan suatu pilihan yang kurang dari 500 kata.

• Perkenalkan teks pada peserta. Perjelas poin – poin kunci atau masalah – masalah pokok

untuk diangkat.

• Bagilah bacaan teks tersebut dengan alinea – alinea atau beberapa cara lainnya. Ajaklah sukarelawan – sukarelawan untuk membaca keras bagian – bagian yang berbeda.

• Ketika bacaan-bacaan tersebut berjalan, hentikan di beberapa tempat untuk menekankan

poin – poin tertentu.

• Munculkan beberapa pertanyaan atau berilah contoh – contoh.

• Buatlah diskusi singkat apabila peserta menunjukkan minat dalam bagian tertentu. Kemudian lanjutkan dengan menguji apa yang ada dalam teks.

Variasi

• Kerjakan membaca tersebut untuk diri anda sendiri jika anda merasakan hal itu akan meningkatkan presentasi teks atau anda mempunyai perhatian tentang keterampilan membaca para peserta.

• Mintalah pasangan-pasangan, membaca satu sama lain, dengan menghentikan untuk

klarifikasi dan diskusi ketika melihatnya cocok.

Page 41: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

37

Metode Diskusi

Pemerikasaan Oleh Pengadilan (Trial by Jury)

Teknik ini menggunakan sebuah pemerikasaan pura – pura yang lengkap dengan saksi, jaksa, pembela, pegawai pengadilan, dan yang lain. Adalah sebuah metode yang baik untuk mencetuskan “pengajaran kontroversi” – belajar dengan berargumen secara efektif tentang sebuah pendapat yang berlawanan. Langkah – langkah

• Buatlah sebuah dakwaan yang akan membantu para peserta melihat sisi – sisi yang berbeda dari suatu masalah. Contoh – contoh “kejahatan” yang dengan itu seseorang atau sesuatu mungkin diperikasa, misal : karakter sebuah cerita atau tokoh nyata dengan kegagalan – kegagalan moral; sebuah konsep yang controversial; teori yang belum terbukti; suatu nilai yang tidak mempunyai manfaat; dan satu proses, hokum atau lembaga yang keliru.

• Tentukan peran – peran peserta, yaitu ; terdakwa, pengacara terdakwa, saksi terdakwa, pengacara penuntut, saksi penuntut, pegawai pengadilan, hakim, anggota hakim. Tiap peran dapat disisi dengan satu orang atau oelh sebuah Tim.

• Berikan waktu bagi peserta untuk mempersiapkan diri. Hal ini bisa jadi beberapa menit sampai satu jam, tergantung kepada kerumitan masalah.

• Lakukan pengadilan itu. Pertimbangkan dengan menggunkan kegiatan – kegiatan ini : argument pembuka, kasus disampaikan oleh jaksa dan saksi, teman – teman dari laporan pengadilan, dan argument penutup.

• Lakukan pertimbangan – pertimbangan pengadilan. Pertimbangan ini hendaknya dilakukan secara umum, sehingga setiap orang bisa mendengar bagaimana bukti dipertimbangkan. Para anggota non-pengadilan dapat diberikan sebuah tugas untuk mendengar berbagai aspek dari kasus tersebut.

Variasi

• Perluaslah kegiatan ini dengan menyelenggarakan pemerikasaan kembali. • Hilangkan sebuah pemerikasaan oleh pengadilan dan gantilah pemeriksaan hanya oleh

hakim.

Page 42: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

38

Metode Diskusi

Poin – Kaunterpoin (Point-Counterpoint)

Kegiatan ini merupakan sebuah teknik untuk merangsang diskusi dan mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang berbagai isu kompleks. Format tersebut mirip dengan sebuah perdebatan namun kurang formal dan berjalan dengan lebih cepat. Langkah – langkah :

• Pilihlah sebuah masalah yang mempunyai 2 sisi atau lebih • Bagilah peserta ke dalam kelompok – kelompok menurut jumlah topik yang telah anda

tetapkan. • Mintalah tiap kelompok mengungkapkan argument untuk mendukung topik yang akan

dibahas. Doronglah mereka bekerja dengan teman di sebebelah kiri atau kanan atau kelompok – kelompok inti yang kecil.

• Gabungkan kembali seluruh kelas, tetapi mintalah anggota dari setiap kelompok untuk duduk bersama dengan jarak antara sub - sub kelompok itu.

• Jelaskan bahwa peserta bisa memulai perdebatan. Setelah itu peserta mempunyai kesempatan untuk menyampaikan sebuah argument yang sesuai dengan topik yang telah ditentukan . teruskan diskusi tersebut, dengan bergerak secara cepat maju mundur antara atau di antara kelompok-kelompok itu.

• Simpulkan kegiatan tersebut dengan membandingkan isu-isu sebagaimana anda melihatnya. Berikan reaksi dan diskusi lanjutan.

Variasi

• Sebagai ganti sebuah perdebatan kelompok dengan kelompok, pasangkan peserta dari kelompok – kelompok berbeda dan mintalah mereka saling berargumen. Ini dapat dilakukan secara serentak, agar setiap peserta didik didorong dalam perdebatan itu pada saat yang sama.

• Aturlah kelompok-kelompok yang berlawanan agar mereka saling berhdap – hadapan.

Ketika seseorang menyimpulkan argumennya, mintalah peserta untuk melemparkan suatu benda (seperti sebuah bola atau tas kecil) kepada seorang anggota dari kelompok yang berlawanan. Orang yang menangkap benda tersebut harus menangkis argument orang sebelumnya.

Page 43: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

39

Metode Diskusi

Memperluas Panel Kegiatan ini merupakan suatu cara terbaik untuk merangsang diskusi dan memberikan para peserta sebuah kesempatan mengenal, menjelaskan, dan mengklarifikasi berbagai isu sambil menjaga partisipasi aktif mereka. Langkah – langkah :

• Pilihlah sebuah persoalan yang akan memancing perhatian peserta. Sampaikan beberapa isu agar peserta terangsang untuk mendiskusikan pandangan – pandangan mereka. Identifikasikasilah sampai lima pertanyaan untuk diskusi.

• Pilihlah empat sampai enam orang yang berfungsi sebagai kelompok diskusi panel. Aturlah mereka dengan setengah lingkaran di depan ruang.

• Mintalah sisa kelas untuk mengelilingi kelompok diskusi tersebut pada tiga sisi dengan susunan sepatu kuda.

• Mulailah dengan sebuah pertanyaan pembuka yang provokatif, moderasilah, sebuah diskusi panel dengan aturan permainan kelompok sementara pengamat mencatat sebagai persiapan untuk diskusi mereka sendiri. Misalnya, beberapa poin yang mungkin dimunculkan dalam suatu diskusi dari pertanyaan itu. “ Apa pendapat pro dan kontra mengenai pendekatan kader yang tidak dibayar ?”.

• Pada akhir waktu diskusi yang ditentukan tersebut, pisahkan seluruh kelas ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk meneruskan diskusi tentang pertanyaan – pertanyaan yang tersisa.

Variasi

• Baliklah lagi urutannya; mulailah dengan diskusi kelompok kecil dan ikuti dengan diskusi panel.

• Ajaklah peserta didik menjeneralisasi pertanyaan – pertanyaan untuk diskusi.

Page 44: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

40

Metode Diskusi

METODA DISKUSI PARTISIPATIF TERPADU (DPT) Catatan : Dalam pengembangan metoda diskusi ini (DPT) sangat diinspirasi oleh metoda diskusi yang telah dikembangkan terlebih dahulu oleh Prof Kawakita Jiro di Jepang.

APAKAH DPT DPT adalah singkatan dari Diskusi Partisipatif Terpadu. Merupakan suatu metoda diskusi yang melibatkan semua peserta secara aktif dan terpadu. Metoda ini memberikan jaminan akan bagi semua peserta diskusi bahwa pendapatnya atau gagasannya akan diakomodasi oleh kelompok diskusi secara adil dan demokratik.

MENGAPA DPT Dalam diskusi kelompok seringkali terjadi hambatan psikologik oleh sebab adanya perbedaan pendidikan, kedudukan sosial, dsb antara peserta diskusi, atau adanya peserta yang ingin mendominansi diskusi sehingga pengkayaan gagasan dari berbagai unsur peserta diskusi tidak terjadi. Melalui metoda DPT ini maka hambatan psikologik tersebut tidak terjadi oleh sebab tiap peserta diwajibkan menuliskan terlebih dahulu gagasan masing-masing sebelum diskusi dan upaya dominansi tersebut juga tidak mungkin dilakukan karena semua pihak telah mengkontribusikan gagasan masing-masing.

BAGAIMANA MELAKSANAKAN DPT Untuk melakukan DPT maka peserta dibagi dalam beberapa kelompok diskusi yang terdiri antara 7 s/d 9 orang. Tiap kelompok memilih koordinator masing-masing. Kemudian tiap kelompok akan melakukan diskusi dengan dibimbing oleh satu/beberapa pertanyaan diskusi. Pada umumnya DPT dimulai dengan sebuah pertanyaan mengenai suatu subyek yang ingin dibahas. Misalnya : Mengapa orang miskin tetap miskin ? atau Apakah faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan ?, dsb. Selanjutnya dilakukan langkah-langkah sebagai berikut ini

Langkah 1 : Eksplorasi Gagasan Pada tahap ini tiap peserta diskusi tanpa berbicara mencoba menjawab pertanyaan tersebut dalam kurun waktu yang telah ditetapkan dengan menuliskannya di atas kartu (kerta polio yang dibagi 8) yang telah disiapkan oleh panitia dengan aturan sebagai berikut. • Satu jawaban harus hanya mengandung satu gagasan, misalnya bodoh dan bukan bodoh dan

malas. • Tiap kartu hanya untuk satu jawaban/satu gagasan • Tiap peserta harus menulis sebanyak-banyaknya jawaban dengan mengunakan banyak kartu.

Langkah 2 : Menstrukturkan Gagasan Setelah waktu yang ditetapkan selesai semua jawaban dikumpulkan oleh koordinator kelompok dan kemudian distrukturkan dengan cara klasterisasi gagasan-gagasan sejenis. Jadi tiap jawaban dibandingkan satu terhadap yang lain apakah mengandung gagasan sejenis. Bila ya maka dimasukkan dalam satu kelompok atau klaster. Perlu diperhatikan yang didiskusikan adalah gagasan yang terkandung terlepas dari penyebabnya.

Page 45: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

41

Langkah 3 : Sintesis Setelah seluruh klasterisasi selesai maka langkah selanjutnya adalah mensintesiskan tiap klaster tersebut menjadi satu kesimpulan. Kesimpulan ini kemudian menjadi judul dari tiap klaster. Misalnya malas, kinerja rendah, kurang rajin, cepat bosan, kurang semangat, kurang ulet disimpulkan sebagai etos kerja rendah. Kemudian kelompok masih harus mendiskusikan hubungan sebab akibat dari tiap jawaban tersebut di atas sehingga diperoleh struktur gagasan tersebut berupa pohon permasalahan

Langkah 4 : Kesimpulan Pada tahap ini kelompok diskusi :

• Menyimpulkan jawaban dari pertanyaan tersebut di atas untuk disajikan kepada kelompok yang lain dalam suatu diskusi kelas/pleno.

• Mendiskusikan dan menyimpulkan akar permasalahannya

Page 46: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

42

Metode Permainan

Perkenalan Siapa Dia ? Petunjuk :

• Minta semua peserta untuk berdiri dan membentuk lingkaran

• Minta seorang peserta untuk memperkenalkan nama dan satu hal lain mengenai dirinya dalam bentuk satu kalimat pendek ( tidak boleh lebih dari 6 kata ), missal :Nama saya Retno, fasilitator P2KP .Nama saya Rachman, Kader Komunitas

• Mintalah peserta kedua untuk mengulang kalimat peserta pertama, baru kemudian memperkenalkan dirinya sendiri, misal : teman saya Retno, fasilitator, saya Mika, guru sekolah

• Peserta ketiga harus mengulang kalimat 2 peserta sebelumnya sebelum memperkenalkan diri, demikian seterusnya sampai seluruh peserta memperoleh gilirannya.

• Apabila peserta tidak dapat mengingat nama dan apa yang dikatakan 2 peserta lainnya, maka ia harus menanyakan langsung pada yang bersangkutan : ‘siapa nama anda?’ atau ‘siapa nama anda dan apa yang anda katakana tadi ?’

Page 47: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

43

Metode Permainan Perkenalan

Kisah Angka Angka Permainan ini dipakai agar peserta mengenal satu sama lain dengan cara santai dan menghapuskan kekakuan. Langkah langkah :

• Mintalah seluruh peserta berhitung dari nomor 1 dan seterusnya sampai selesai ( habis) • Minta setiap peserta mengingat nomor urutnya masing-masing dengan baik, jika perlu

lakukan pengujian dengan menyebut secara acak beberapa angka dan minta peserta yang disebut nomornya utntuk menyahut ‘ya’!, atau tunjuk beberapa orang peserta secara acak dan tanyakan ia nomor urut berapa.

• Tegaskan sekali lagi apakah mereka benar – benar mengingat nomor urutnya masing – masing.

• Setelah yakin, jelaskan bahwa anda akan menyampaikan suatu berita atau suatu cerita tertentu di mana dalam sepanjang cerita itu akan disebut sejumlah angka – angka. Peserta yang disebut angka atau nomor urutnya diminta segera berdiri dan langsung meneriakkan namanya keras – keras kepada seluruh peserta lain. Jika terlambat 3 detik, peserta dikenakan hukuman ramai – ramai oleh peserta lain.

• Tanyakan kepada peserta apakah mereka paham peraturan tersebut ?, jika perlu ulangi sekali lagi dan berikan contoh.

• Mulai bercerita, misalnya : saudara – saudara, latihan inis sebenarnya sudah direncanakan sejak lima bulan yang lalu, tapi karena beberapa hal, barulah tiga bulan yang lalu ada kejelasan dan kemudian dipersiapkan oleh delapan orang panitia ……….. dst. Atau cerita lain yang anda karang sendiri pada saat itu ( yang penting, dalam cerita itu ada disebutkan angka – angka nomor urut peserta setiap satu kalimat atau setiap selang satu menit ).

• Lakukan sampai separuh peserta tersebut nomornya atau seluruhnya (bergantung kepada kecepatan anda dan peserta dan sesuai dengan waktu yang tersedia)

• Lakukan diskusi dengan peserta tentang apa makna permainan ini dan dapat digunakan untuk apa saja dalam kegiatan latihan, termasuk perasaan – persaan peserta sendiri.

• Simpulkan

Page 48: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

44

Metode Permainan Perkenalan

Mencari Jodoh Petunjuk :

• Buatlah kalimat pendek yang berhubungan dengan materi pelajaran yang akan diberikan , misal : Bersama Membangun Kepedulian. Kalimat yang dibuat sebanyak setengah dari jumlah peserta, kalau peserta 20 orang, harus disediakan 10 kalimat.

• Pecahlah kalimat tersebut ke dalam dua bagian dan ditulis di kertas , satu kertas berisi

kalimat Bersama Membangun dan satu kertas berisi kata Kepedulian.

• Gulunglah kedua kertas yang berisi tulisan tadi. • Bagikan kertas – kertas tergulung yang sudah disiapkan sebanyak jumlah peserta (apabila

peserta ganjil, satu orang berpasangan dengan pemandu sendiri ) • Minta peserta untuk membuka gulungan kertas masing – masing dan membaca isinya yaitu

sepotong kalimat yang belum lengkap. • Minta peserta untuk mencari pasangannya masing – masing agar kalimat itu menjadi

lengkap.

• Minta setiap pasangan berkenalan dan mendiskusikan arti kalimat tersebut. • Minta peserta berkumpul lagi dan meminta setiap pasangan memperkenalkan

pasangannya dan menyampaikan arti kalimat kepada peserta yang lain.

Page 49: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

45

Metode Permainan

Perkenalan Berdirilah Jika ………… Petunjuk :

• Minta semua peserta untuk duduk membentuk lingkaran, lalu pemandu berdiri di tengah. • Jalaskan kepada peserta bentuk permainannya, yaitu setiap pemandu mengucapkan

kalimat , peserta mengucapkan kalimat, peserta diminta berdiri apabila kalimat itu sesuai dengan dirinya; misal : “ Keluarga saya adalah keluarga pedagang….. “; “ Saya seorang perempuan yang berani bicara di depan publik……. “ dsb.

• Ucapkan kalimat – kalimat yang relevan dengan keadaan peserta ( jangan sampai ada peserta yang tidak pernah berdiri), contoh – contoh kalimat misalnya :

Saya adalah petugas lapangan Saya lahir di pedesaan Saya lahir di kota besar Saya memiliki hobby membaca, dsb

• Setelah selesai, minta seluruh peserta untuk memperkenalkan nama, asal, dan hal lain yang berkenaan dengan dirinya secara singkat.

Page 50: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

46

Metode Permainan

Adu Panjang, Besar dan Tinggi Permainan ini bermanfaat untuk membuat suasana menjadi segar dan menumbuhkan semangat baru. Langkah – Langkah

• Ajaklah semua peserta berdiri dan minta mereka membagi diri menjadi 2 – 3 kelompok.

• Susunlah 3 kelompok itu secara berjajar. Lalu jelaskan bahwa 3 kelompok itu akan berlomba satu sama lainnya untuk masing-masing perintah dari wasitnya ( berperan sebagai wasit adalah pemandu atau salah seorang peserta ).

• Setelah semua menyiapkan kelompoknya masing – masing, segera mulai permainan.

Misalnya : Berlombalah untuk membuat barisan terpanjang tanpa terputus Atau buatlah kelompok anda menjadi yang paling tinggi Buatlah lingkaran kelompok besar.

Catatan :

• Jangan memberi komentar bahwa mereka berhak menggunakan apa saja untuk menang dan menjadi kelompok yang tertinggi, terlebar dan terpanjang. Misalnya jika saat lomba ada peserta laki – laki yang sampai melepas kaos kaos untuk digunakan sebagai penyambung tangan supaya barisannya paling panjang. Biarkan saja , itu hak dia untuk secara kreatif memenangkan lomba.

• Jika selesai permainan, anda bisa menanyakan, misalnya ; “kenapa kelompok A bisa

mancapai panjang hingga ke luar ruangan padahal anggotanya sama-sama 5 orang, itu untuk membuat peserta menikmati permainan dan melihat sesuatu yang tidak sekedar permainan”.

Page 51: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

47

Metode Permainan

Menghangatkan suasana

Badai Berhembus ( The Great Wind Blows) Strategi ini merupakan icebreaker yang dibuat cepat yang membuat para peserrta latihan bergerak tertawa. Strategi tersebut merupakan cara membangun team yang baik dan menjadikan para peserta lebih mengenal satu sama lain. Petunjuk :

• Aturlah kursi – kursi ke dalam sebuah lingkaran. Mintalah peserta untuk duduk di kursi yang telah disediakan.

• Jelaskan kepada peserta aturan permainan, untuk putaran pertama pemandu

akan bertindak sebagai angin.

• Pemandu sebagai angin akan mengatakan ‘ angin berhembus kepada yang

memakai – misal : kacamata’ ( apabila ada beberapa peserta memakai kacamata). • Peserta yang memakai kacamata harus berpindah tempat duduk, pemadu sebagai

angin ikut berebut kursi.

• Akan ada satu orang peserta yang tadi berebut kursi, tidak kebagian tempat

duduk. Orang inilah yang menggantikan pemandu sebagai angin. • Lakukan putaran kedua, dan seterusnya. Setiap putaran yang bertindak sebagai

angin harus mengatakan ‘ angin berhembus kepada yang …………. ( sesuai dengan karakteristik peserta, misal : baju biru, sepatu hitam, dsb )

Page 52: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

48

Metode Permainan

Menghangatkan suasana ( Ice Breaker )

Lempar spidol Permainan ini bertujuan untuk menghangatkan suasana dan menghilangkan kekakuan antar peserta dan pemandu dan antar peserta sendiri . Pelajaran yang bisa dipetik dari permainan ini adalah perlunya sikap hati –hati dan cepat tanggap. Langkah – langkah :

• Mintalah semua peserta berdiri bebas di depan tempat duduk masing-masing.

• Minta peserta bertepuk tangan ketika anda melemparkan spidol ke udara, dan pada saat spidol anda tangkap lagi dengan tangan, semua peserta serta merta diminta berhenti bertepuk tangan. Ulangi sampai beberapa kali.

• Ulangi proses ke-2 dengan tambahan selain bertepuk tangan juga bersenandung. (

bergumam ) : “Mmmmm….!”.

• Ulangi proses – 3 ini beberapa kali, dan setiap kali semakin cepat gerakannya, kemudian akhiri dengan satu anti klimaks : spidol anda tidak dilambungkan, tapi hanya melambungkan tangan seperti akan melambungkannya ke atas (gerk tipu yang cepat !). amati : apakah peserta masih bertepuk tangan dan bergumam atau tidak ?

• Mintalah tanggapan dan kesan, lalu diskusikan dan analisa bersama kemudian simpulkan.

Page 53: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

49

Metode Permainan

Kerjasama Tim Sepatu Lapangan Permainan ini bermanfaat untuk mendorong proses kerjasama Tim, bahwa dalam sebuah Tim setiap orang akan belajar mendengar pendapat orang lain dan merekam masing-masing pendapat secara cermat dalam pikirannya, sebelum memutuskan pendapat apa yang terbaik menurut kelompok. Langkah – langkah

• Bagilah peserta ke dalam kelompok – kelompok kecil ( 5 – 6 orang ), 1 orang akan menjadi pembicara kelompok.

• Mintalah setiap kelompok untuk mendiskusikan tentang sepatu lapangan apa yang cocok untuk

bekerja di ‘lapangan’ dan peralatan apa lagi yang dibutuhkan (waktunya sekitar 5 menit)

• Mintalah pembicara kelompok untuk mengingat pendapat yang berbeda dan pendapat yang sama dari setiap orang di kelompoknya masing-masing.

• Mintalah pembicara kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi ini seklaigus memperkenalkan nama

anggota kelompoknya dan apa pendapat orang – orang tersebut mengenai topik diskusi di atas.

• Setelah semua kelompok selesai, kemudian diskusikan : Apakah pembicara telah menyampaikan pendapat semua anggota kelompoknya secara tepat ? Apa yang dikurangi? Apa yang ditambah ? Apa yang tidak tepat.

Page 54: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

50

Metode Permainan

Kerjasama Tim Kalimat Sulit Langkah – langkah :

• Siapkan beberapa kata, dan tulis setiap kata dalam sebuah kartu metaplan

• Bagilah peserta menjadi dua tim

• Letakkan kartu yang telah ditulisi tersebut di lantai (termasuk kata – kata yang saling berhubungan)

• Kedua tim membuat kalimat dengan menggunakan kartu – kartu tersebut.

• Seorang anggota tim memulai sebuah kalimat dengan kata yang pertama, yang lainnya

mengikuti secra bergantian hingga kalimatnya selesai. Satu kata di dalam kalimat bernilai 5 poin bila kalimatnya benar.

• Bila kalimatnya salah maka setiap kata yang salah kehilangan 5 poin. Bila seluruh kalimat

mejadi tidak bermakna tim tersebut kehilangan 50 poin. Bila kalimatnya merupakan kalimat yang belum sempurna maka tim tersebut kehilangan 25 poin. Setelah setiap kalimat selesai, letakkan kembali kartu kata – kata untuk digunakan oleh peserta yang lain .

Page 55: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

51

Metode Permainan

Kerjasama Tim Kompak Permainan ini bermanfaat untuk menghangatkan suasana dan membentuk suasana kerja dalam Tim. Langkah – Langkah

• Jelaskan kepada peserta aturan permainan ini

• Bagilah peserta ke dalam 5 – 6 kelompok, yang penting satu kelompok terdiri dari 6 orang.

• Mintalah masing – masing kelompok untuk membuat lingkaran dan satu orang anggota dari masing-masing kelompok untuk berdiri di tengah – tengah kelompoknya.

• Katakana bahwa permainan ini untuk mnguji kita , apakah di antara teman-teman dalam

kelompok itu saling percaya kepada TIM KERJA KITA. Yang berdiri di tengah harus menutup matanya, dengan ditutup kain, kemudian menjatuhkan diri secara bebas kea rah mana saja.

• Sementara itu teman-teman dalam kelompoknya melingkar dan harus bertanggungjawab

atas keselamatan teman yang di tengah tadi, karena permainan ini bisa – bisa akan memakan korban, maka jika yang di tenagh menjatuhkan diri kepadanya dia harus siap dan bertanggungjawab untuk menahan dan melemparkannya kepada teman yang lain. Begitu seterusnya, dan minta siapa yang di tengah bisa bicara dengan cara bergiliran .

Page 56: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

52

Metode Permainan

Kerjasama Tim Bercermin Langkah – langkah :

• Minta setiap peserta untuk berpasangan, 1 orang menjadi bayangan di cermin dan 1 orang menjadi seseorang yang sedang berdandan di depan cermin.

• Bayangan harus mengikuti gerak – gerik orang yang berdandan.

• Keduanya harus bekerja sama agar bisa bergerak secara kompak dengan kecepatan yang

sama.

• Minta peserta untuk mendiskusikan apa pesan dalam permainan ini.

Page 57: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

53

Metode Permainan

Komunikasi Broken T Permainan ini bermanfaat untuk mengajak peserta memahami perbedaan antara komunikasi satu arah dan komunikasi partisipatif, serta menyadarkan peserta akan pentingnya prinsip kesetaraan dalam berkomunikasi dengan masyarakat. Langkah – langkah

• Siapkan pecahan hurup T ( lihat irisan hurup T dalam gambar) sebanyak setengah dari jumlah peserta; kertas karton yang bisa berdiri – apabila tidak ada karton bisa diganti dengan koran dan tali rapia – (berfungsi sebagai pembatas) sebanyak hurup T.

• Siapkan gambar hurup T, sesuai dengan irisan tadi ( T dalam gambar ), sebanyak pecahan hurup T ( simpan masing – masing dalam amplop)

• Mintalah peserta untuk berpasangan, masing – masing pasangan yang satu berperan sebagai Bos dan yang seorang lagi berperan sebagai atasan.

• Selanjutnya atasan Bos dan bawahan, masing-masing duduk berhadapan dengan dibatasi oleh karton atau kertas koran yang digantung dengan tali rapia.

• Beritahu peserta bahwa permainan ini akan dibagi ke dalam beberapa babak. • Setiap peserta yang berperan sebagai Bos akan mendapatkan gambar hurup T yang ada

dalam amplop, sedangkan bawahan akan mendapatkan pecahan hurup T. • Babak pertama, Bos harus memberi perintah kepada bawahan untuk menyusun hurup T,

bawahan tidak boleh bertanya, atasan tidak boleh memperlihatkan gambar kepada bawahan.

• Apabila babak pertama telah selesai, babak kedua lakukan dengan perintah yang sama tetapi dalam hal ini bawahan boleh bertanya. (pembatas masih tetap dipakai) dan gambar tetap tidak boleh diperlihatkan.

• Babak ketiga, bawahan boleh bertanya dan pembatas boleh dihilangkan. • Diskusikan pengalaman bermain ‘Broken T’ tadi : Apakah ada yang berhasil ? Mengapa

terjadi demikian ? Bagaimana perasaan bawahan dan pendapatnya tentang Bos ? Bagaimana pendapat Bos tentang bawahannya ?

• Simpulkan bersama peserta dengan mengaitkan efektifitas komunikasi yang setara dan partsisipatif.

Page 58: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

54

Metode Permainan

Partisipasi Menghitung mundur Dalam pendampingan terhadap kelompok belajar di tengah masyarakat, kita sudah biasa menganggap bahwa masyarakat hanyalah penerima informasi, dan bukan pemberi atau sumber informasi. Mengubah kebiasaan atau cara pendang yang sudah lama kita miliki, merupakan hal sulit. Kita biasanya selalu menggunakan kacamata kita. Kita menggunakan bahasa, symbol, gambar, informasi dan teknologi yang berasal dari ‘kebudayaan’ kita. Kita tidak memperhatikan apa kesulitan yang dialami masyarakat untuk menerima hal – hla yang tidak biasa bagi mereka. Sebenarnya, program yang kita kembangkan perlu dinilai menurut kacamata masyarakat, berdasarkan apa yang mereka butuhkan, dengan cara yang mudah diterima mereka. Langkah – langkah

• Minta peserta untuk berdiri mambentuk suatu lingkaran. Setiap peserta menghitung secara bergiliran mulai dari 1 sampai 50 (atau sejumlah peserta)

• Pada saat menghitung, minta peserta memenuhi peraturan : setiap angka ‘tujuh’ atau ‘ kelipatan tujuh’, angka itu tidak disebutkan, melainkan diganti dengan tepuk tangan.

• Apabila ada peserta yang salah melaksanakan tugasnya, maka permainan dimulai dari awal.

• Sesudah 3 – 4 ronde, permainan tahap 1 selesai • Permainan tahap – 2 dimulai dengan cara yang sama seperti di atas, tetapi hitungannya

dimulai dari angka 50 mundur terus sampai dengan angka 1. Peraturan yang diterapkan juga sama, yaitu setiap angka ‘tujuh’ atau angka ‘kelipatan tujuh’ , angka itu tidak disebutkan, melainkan diganti dengan tepuk tangan.

• Setelah 3-4 ronde, permainan selesai. • Minta peserta untuk mendiskusikan : (1) Manakah yang lebih baik banyak terjadi

kesalahan, cara 1 atau cara 2 ? (2) Mengapa demikian ? (3) Kira-kira, apa hubungannya permainan ini dengan cara kerja kita dalam kelompok belajar atau di tengah – tengah kehidupan masyarakat kita ( apakah mudah mengganti kebiasaan pendekatan dari atas dengan yang dari bawah ) ?.

Page 59: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

55

Metode Permainan

Memahat Patung Permainan ini bisa dipakai untuk menyadarkan peserta bahwa manusia tidak bisa dibentuk sedemikian rupa oleh orang lain. Langkah – langkah

• Minta beberapa orang peserta untuk tampil ke depan; • Minta satu orang untuk menjadi pemahat patung, satu orang lainnya menjadi patung itu

sendiri. • Minta pemahat patung untuk mulai bekerja menjadikan patung itu sesuai dengan

keinginannya dengan cara membimbing posisi kepala, kaki, tangan, tubuh patungnya ( misal : tangan kanan ke atas, tangan kiri memegang kepala, lutut kanan bertumpu di lantai, kepala belok ke kiri, dsb)

• Minta patung untuk menuruti semua posisi yang diminta oleh pemahat ( selama proses, pemahat dan patung tidak boleh saling berbicara)

• Setelah selesai, ajukan pertanyaan kepada para pemahat : Apakah menyenagkan membuat patung sesuai keinginannya sendiri ?

• Ajukan juga pertanyaan kepada para pemahat : Apakah menyenagkan untuk dibentuk sedemikian rupa oleh orang lain ?

• Kemudian diskusikan bersama peserta : Apakah manusia bisa dibentuk sedemikian rupa oleh orang lain ? Apakah anak – anak bisa ? Apakah orang dewasa bisa ? Bagaimana tanggapan peserta tentang permainan ini ?

Page 60: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

56

Modul 3 Topik: Menyelenggarakan Pelatihan

Peserta memahami dan menyadari:

1. Cara – cara mengelola pelatihan

2. Memulai pelatihan

3. Mengorganisir pelatihan di tingkat kelurahan/desa

Kegiatan 1: Diskusi pengelolaan pelatihan

Kegiatan 2: Memulai Pelatihan

3 Jpl ( 135 ’)

Bahan Bacaan:

1. Manajemen Pelatihan

2. Modul Belajar Bersama Pelatihan Fasilitator

3. Bgaimana Membuat Peserta Didik Aktif Sejak Dini

• Kerta Plano

• Kuda-kuda untuk Flip-chart

• LCD

• Metaplan

• Papan Tulis dengan perlengkapannya

• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

Page 61: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

57

Diskusi Kelompok dan Pleno Pengelolaan Pelatihan 1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan memulai Modul

Manajemen Peltihan , jelaskan apa yang akan dicapai melalui modul ini , yaitu :

Peserta :

• Memahami persiapan yang harus dilakukan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian pelatihan

• Mampu mengorganisir kegiatan pelatihan PNPM Mandiri Perkotaan di tingkat kelurahan/desa

4) . Ajak peserta untuk berdiskusi mengenai manajemen kegiatan. Tanyakan kepada peserta

apabila ingin melakukan suatu kegiatan, misalnya yang sederhana akan menjual sate , apa saja yang harus kita lakukan agar terlaksana dan sate yang dijual laku. Tuliskan jawaban peserta pada kertas plano . Kemudian kelompokkan jawaban peserta mana yang merupakan tahap persiapan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian. Jelaskan juga bahwa semua tahapan tersebut merupakan fungsi manajemen. (lihat LK 1)

5) Jelaskan kepada peserta bahwa dalam melaksanakan pelatihan, tidak beda dengan menjual

sate, kita harus mengelola dengan baik supaya kegiatan pelatihan berjalan dengan sukses dan tujuan pelatihan tercapai.

6) Bagilah peserta ke dalam 3 kelompok, kemudian tugaskan setiap kelompok untuk menyusun

kegiatan pengelolaan pelatihan berdasarkan kepada petunjuk berikut : • Bagikan gulungan kertas yang sudah berisi pernyataan – pernyataan (lihat LK

2), kepada setiap kelompok. • Mintalah setiap kelompok untuk menyusun pernyataan – pernyataan tersebut

ke dalam format yang sudah disediakan dalam LK 2, sesuai dengan kegiatan manajemen pelatihan.

7) Apabila diskusi kelompok sudah selesai mintalah kepada wakil kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusinya, kemudian bahas bersama. 8) Refleksikan bersama dan beri penegasan dengan menggunakan Media Bantu yang sudah

disediakan.

Page 62: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

58

Memulai Pelatihan 1) Ingatkan kepada peserta kepada pengalaman menjadi peserta/pemandu pelatihan selama ini.

Diskusikan bersama :

Apa yang membuat nyaman dalam pelatihan

Apa yang membuat ”susah”

Bagaimana perasaan ketika pertama kali mengikuti pelatihan

2) Tuliskan poin – poin hasil diskusi dalam kartu metaplan berbeda warna, sesuai dengan kelompok jawaban peserta.

3) Refleksikan hasilnya terutama mengenai bagaimana memulai pelatihan agar peserta nyaman untuk belajar dan berkontribusi aktif dalam proses belajar.

Suasana dan kesan awal dalam sebuah proses belajar sangatlah penting untuk menumbuhkan motivasi peserta. Awal yang baik akan membuat proses belajar selanjutnya menjadi menyenangkan. Penting bagi pemandu pelatihan untuk membina hubungan baik dari awal (menciptakan rapport) dengan menghargai keberadaan peserta, membangun kesetaraan di antara peserta dengan peserta dan peserta dengan pemandu; memahami harapan – harapan yang ingin dicapai dalam pelatihan oleh peserta; memahami kekhawatiran – kekhawatiran peserta. Pemandu pada initnya harus mampu membongkar sekat – sekat psikologis di antara para peserta juga antara peserta dengan pemandu. Penciptaan suasana belajar di awal menjadi penting, oleh karena itu dalam proses pelatihan partisipatif selalu dimulai dari perkenalan dengan cara – cara yang dapat mencairkan suasana; memberikan penjelasan kepada peserta apa yang akan dialami selama proses pelatihan dan membuat kesepakatan – kesepakatan agar proses belajar berjalan seperti yang diharapkan.

Page 63: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

59

LK 1 – Manajemen Pelatihan Petunjuk ‘Penjual Sate’ Tanyakan kepada peserta apa yang harus dilakukan apabila kita akan berjualan sate? Dan masuk kepada kolom mana setiap kegiatan yang harus dilakukan, persiapan, pelaksanaan atau evaluasi?

Kegiatan yang harus dilakukan

Persiapan Pelaksanaan Evaluasi

dst

Page 64: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

60

LK 2 – Manajemen Pelatihan Buatlah daftar kegiatan di bawah ini, masing – masing poin dalam kertas. Kemudian gulunglah masing – masing pernyataan tersebut dan bagikan kepada peserta secara acak .

o Menyusun TOR

o Bahan presentasi

o Bahan permainan

o Pertemuan pemandu

o Menyediakan modul dan kurikulum

o Foto copy bahan serahan

o Fto copy lembar evaluasi

o Foto copy lembar kerja

o Membuat daftar kebutuhan

o Memastikan tempat pelatihan

o Menyusun jadual

o Membentuk painitia pelaksana

o Pembagian tugas memandu

o Membentuk panitia pengarah

o Merumuskan biaya pelatihan

o Koordinasi dengan RM /USK Pelatihan KMP

o Evaluasi topik

o Evaluasi harian

o Absesnsi peserta

o Absensi pemandu

o Distribusi bahan serahan

o Distribusi lembar kerja

o Distribusi alat dan bahan

o Notulensi

o Konsumsi

o Rekap evaluasi dan topik harian

o Pre test

o Post – test

o Analisa pre – post test

o Analisa kemampuan pemandu

o Analisa pemahaman peserta

o Analisa seluruh hasil evaluasi topik - Laporan

Page 65: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

61

Manajemen Pelatihan Marnia Nes Mengapa pelatihan harus dikelola ? Latihan, sebagaimana layaknya suatu program, melibatkan sejumlah sumberdaya (orang, biaya, barang/peralatan, dan sejumlah waktu) dalam proses pelaksanaannya. Semua hal tersebut diadakan untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain, semua sumberdaya tersebut harus dikelola secara efisien dan efektif. Jika dikehendaki tercapainya tujuan latihan secara optimal. Fungsi Fungsi Pokok Secara klasik, fungsi – fungsi pokok manajemen dirumuskan sebagai 4-P (perencanaan, pengorganisasian,pelaksanaan dan pengendalian). Ini berarti bahwa dalam melakukan proses pelatihan kita harus merencanakan, mengorganisir, melaksanakan, dan mengendalikan proses dari suatu program latihan. Artinya kita harus bekerja sejak awal sebelum kegiatan latihan berlangsung, sampai sesudahnya. 1. Merencanakan Menentukan Peserta Hal yang paling pertama harus diidentifikasi adalah siapa peserta yang akan dilatih. Kita harus mengetahui terlebih dahulu siapa yang akan kita latih. Pada kelompok masyarakat sasaran apakah itu Relawan, BKM/LKM atau UP – UP. Karakteristik peserta, akan menentukan banyak hal seperti metodologi, media bantu, materi yang akan disampaikan dan sebagainya. Jumlah peserta harus diketahui pada tahap ini, untuk menentukan jumlah kelas, jumlah pemandu, perbanyakan materi, alat dan bahan yang harus disediakan serta biaya yang diperlukan. Menentukan Tujuan Pelatihan Setiap kegiatan pelatihan mempunyai tujuan dan output tertentu. Dalam sebuah pelatihan tujuan yang hendak dicapai menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan dari peserta. Oleh karena itu sebelum pelatihan dimulai harus ditentukan terlebih dahulu tujuannya baik tujuan umum maupun tujuan khusus serta keluran yang diharapkan dari pelatihan yang akan diselenggarakan. Identifikasi kebutuhan latihan (need assesment) calon peserta. Materi yang disusun untuk kegiatan pelatihan haruslah sesuai dengan kebutuhan peserta, sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Identifikasi kebutuhan dalam pelatihan yang sifatnya proyek/program tertentu, biasanya diarahkan kepada analisa kompetensi yang dibutuhkan oleh proyek/program dengan kompetensi yang sudah dimiliki oleh peserta. Untuk materi – materi konsep dan pendekatan proyek/program yang dianggap relatif baru bagi peserta, bisa langsung dianggap sebagai kebutuhan tanpa harus melalui proses survei mendalam. Untuk PNPM Mandiri perkotaan, hal – hal yang menyangkut paradigma permasalahan kemiskinan yang diyakini PNPM Mandiri Perkotaan, konsep dan pendekatannya, secara otomatis materi – materi tersebut termuat dalam pelatihan untuk semua jajaran pelaku termasuk pelatihan Relawan, BKM/LKM dan UP – UP. Sedangkan materi – materi lainnya disesuaikan dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh masing – masing disesuaikan dengan peran dan fungsinya. Artinya materi – materi tambahan untuk Relawan bisa sama dan bisa berbeda dengan BKM/LKM dan UP – UP. Sesuai dengan tugas dan fungsinya setiap UP (UPK, UPS dan UPL) juga akan mendapatkan materi tambahan yang berbeda.

Page 66: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

62

Menyusun Kurikulum dan Modul Pelatihan Berdasarkan hasil analisa kebutuhan, disusun kurikulum pelatihan yang menyangkut materi (topik bahasan) yang akan disampaikan, tujuan pembelajaran, metode penyampaian, media bantu, alat dan bahan dan waktu yang diperlukan (Jam pelajaran/JPL). Alur kurikulum/pelatihan disusun menurut urutan logis dari seluruh topik bahasan, sehingga dari awal sampai akhir pelatihan semua topik bahasan merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan sehingga urutannya tidak bisa dipertukarkan. Kurikulum yang sudah disusun diterjemahkan ke dalam Modul pelatihan, yang merupakan susunan penyampaian pesan dari materi-materi yang diperlukan. Di dalam Modul biasanya termuat :

Panduan Pemandu (PP) yang terdiri dari : Tujuan pembelajaran Kegiatan belajar/Metodologi Alat dan bahan Media bantu Lembar Kerja (LK) Media Bantu (MB) Bahan Bacaan (BB), sebagai acuan materi

Kurikulum dan modul untuk pelatihan Relawan, BKM?LKM dan UP – UP, sebagian dikembangkan terpusat di KMP berdasarkan identifikasi kebutuhan proyek yang dilaksanakan oleh KMP dan FGD dengan KMW dan Tim Fasilitator. Sedangkan untuk kebutuhan – kebutuhan yang sangat khusus kurikulum dan modul pelatihan dan atau coaching dilakukan oleh KMW dan Tim Fasilitator. Menentukan tempat dan waktu. Tempat pelatihan harus sesuai dengan kebutuhan, ruangan kelas harus mempertimbangkan jumlah peserta , metode yang digunakan (kalau menggunakan banyak permainan harus cukup luas, ada tempat cukup untuk diskusi kelompok dan sebagainya) dan mudah dijangkau dari tempat peserta. Untuk pelatihan Relawan dan BKM/LKM, menggunakan sumberdaya setempat (di lokasi Kelurahan/Desa), bisa menggunakan sekolah, balai desa, kantor kelurahan dan lainnya yang memungkinkan. Untuk pelatihan UP – UP, beberapa UP dalam satu wilayah disatukan, jadi tempatnya bisa di Kecamatan atau di salah satu Kelurahan/Desa.. Terkecuali bagi UP – UP yang terpencil secara geografis, maka tempat pelatihan tersendiri di lokasi kelurahan/desanya. Untuk coaching karena sifatnya lebih informal, maka tempat bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Waktu pelatihan dan coaching yang berhubungan dengan siklus menyesuaikan dengan waktu siklus. Maksimal seminggu sebelum siklus dilaksanakan, Relawan harus diberi pembekalan terlebih dahulu. Sedangkan coaching – coaching yang sifatnya khusus waktunya disesuaikan dengan kebutuhan dan menjadi tugas rutin pendampingan fasilitator. Penyusunan TOR Rancangan pelatihan yang akan dilaksanakan disusun ke dalam TOR (Term Of Reference). TOR merupakan alur dan kerangka logis mengapa pelatihan diperlukan dan bagaimana akan dilaksanakan, secara garis besar TOR memuat :

Latar belakang ; merupakan dasar pemikiran diselenggarakannya pelatihan Tujuan umum; apa yang ingin dicapai dalam pelatihan Keluaran yang diharapkan (output); apa yang bisa didapat setelah pelatihan terutama yang

berhubungan dengan proyek/program Sasaran peserta; siapa calon peserta pelatihan Metodologi dan rancangan kegiatan ; pendekatan yang dipakai (dalam P2KP memakain

pendekatan participatory andragogy), alur kegiatan selama pelatihan dan materi/topik bahasan yang akan disampaikan.

Page 67: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

63

Pemandu dan narasumber; siapa saja pemandu yang akan terlibat dan narasumber dari luar apabila diperlukan.

Pengorganisasian; siapa yang menjadi panitia pengarah dan panitia pelaksana dan bagaimana pelatihan akan diorganisir.

Penyelenggara; siapa yang bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan Waktu dan tempat Pengendalian ; bagaimana mengendalikan pelatihan muali dari proses perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pasca pelatihan Pembiayaan ; sumberdana pelatihan di tingkat masyarakat merupakan sharing antara pihak

proyek serta masyarakat dan atau pemerintah kelurahan/desa setempat. Dari pihak P2KP dana diambil dari dana fix cost yang dititipkan kepada Tim Fasilitator. Karena sifat dana ini titipan maka Tim Fasilitator tidak berhak menggunakan dana ini semena – mena, akan tetapi harus dikelola secara transparan dengan masyarakat. Kontribusi masyarakat dan atau pemerintah kelurahan/desa bisa berupa tempat, konsumsi, tenaga atau bahkan berupa uang.

Lampiran : kurikulum pelatihan, jadual harian, lembar evaluasi harian, pre – post test, dan lainnya sesuai kebutuhan .

Semua TOR pelatihan dan coaching di tingkat kelurahan/desa disusun oleh Tim Fasilitator untuk diperiksa dan mendapat persetujuan dari KMW (Korkot dan TA Pelatihan). 2. Mengorganisir Pelatihan

Koordinasi dengan TA Pelatihan KMW dan Korkot, membahas rancangan pelatihan , rincian pekerjaan yang harus dilakukan, rincian kebutuhan alat dan bahan termasuk modul, perbanyakan materi , sitem pengendalian dan format yang dibutuhkan , biaya dan sebagainya

Pembentukan panitia pengarah dan panitia pelaksana; Panitia pengarah adalah orang – orang yang memahami substansi materi bisa dari TL KMW, TA, Korkot maupun Tim Fasilitator sendiri. Panitia pelaksana adalah orang – orang yang akan mengorganisir pelaksanaan pelatihan , sebaiknya masyarakat (relawan) dan kelurahan dilibatkan dalam kepanitiaan. Pembagian tugas sampai rincian pekerjaan yang harus dilakukan oleh masing – masing orang dan jadual kerja , persiapan teknis administratif seperti penggandaan bahan dan lainnya (lihat lampiran).

Menyusun jadual harian , jadual pelatihan untuk di tingkat masyarakat disesuaikan dengan kondisi dan ketersediaan waktu masyarakat. Biasanya di tingkat masyarakat sulit untuk pelatihan dengan jadual waktu lebih dari 2 hari berturut – turut. Jadual pelatihan dimungkinkan untuk tidak berturut – turut, akan tetapi harus dipastikan tetap memenuhi satuan Jam Pelajaran yang sudah ditetapkan dan tujuan pembelajaran dijamin bisa tercapai.

Membentuk Tim Pemandu dan narasumber ; Tim Pemandu adalah Fasilitator kelurahan dan bisa dibantu oleh KMW apabila dibutuhkan. Untuk menyusun Tim Pemandu perlu dipetakan kekuatan dan kelemahan masing – masing orang baik dalam kemampuan memandu maupun pemahaman substansi, sehingga pembagian tugas memandu akan lebih efektif. Apabila diperlukan bisa diundang narasumber dari luar KMW, misalnya dari pemerintah daerah setempat atau lainnya. Sebelum pelaksanaan harus dilakukan diskusi terlebih dahulu dengan narasumber mengenai materi apa yang diharapakan dari mereka dan arah pelatihan secara garis besar sehingga kerangka logis pelatihan tetap terjaga.

Menyusun pembagian kelas; Jumlah peserta yang efektif dalam satu kelas adalah tidak lebih dari 30 orang, apabila peserta lebih dari 30 orang sebaiknya di bagi ke dalam beberapa kelas.

Page 68: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

64

Technical meeting; Sebelum pelaksanaan pelatihan, akan dilaksanakan technical meeting selama satu hari, dengan dihadiri oleh Tim Pengarah, Panitia Pelaksana, Pemandu dan Narasumber.

3. Melaksanakan Sudah merupakan fungsi langsung, dalam proses kegiatan latihan yang sesungguhnya ,yakni memfasilitasi proses acara kegiatan latihan bagi para peserta. Pada tahapan fungsi inilah sesungguhnya kita secara bertahap mulai bisa menyerahkan sebagian besar tanggungjawab pelaksanaan latihan kepada para peserta sendiri (misalnya saja pengaturan tata tertib latihan beserta pelaksanaan dan pengendaliannya, pengaturan ruang latihan, dan berbagai pekerjaan teknis lainnya). Keseluruhan proses pelatihan dicatat untuk dasar pelaporan dan dokumentasi, sehingga dalam pelaksanaannya fungsi pencatat proses menjadi penting. 4. Mengendalikan Merupakan fungsi langsung kita dalam proses acara latihan yang sesungguhnya, yaitu : Mengamati jalannya semua proses kegiatan latihan, apakah sudah sesuai dengan apa yang dirancang sebelumnya, atau apakah sudah mampu memfasilitasi proses belajar peserta dari pengalamannya sendiri. Merubah proses, bentuk kegiatan, atau media yang digunakan jika ada yang menyimpang dari rancangan atau ternyata tidak mampu memfasilitasi proses belajar peserta dari pengalaman mereka sendiri. Pengendalian pelatihan terdiri dari :

• Pengendalian pada tahap perencanaan dilaksanakan oleh KMW melalui TOR dari Tim Fasilitator

• Pengendalian pada tahap pelaksanaan, dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut : o Korkot melakukan monitoring dan supervisi untuk 1 kelurahan/desa pertama dalam

satu Tim, dan 1 kelurahan/desa random setelah berjalan 50% o KMW, melakukan monitoring dan supervise di 2 kelurahan/desa pertama di setiap

korkot dan 1 kelurahan random untuk setiap Korkot setelah berjalan 50% o KMP, melakukan monitoring dan supervise di 2 kelurahan/desa pertama di setiap

KMW dan 1 kelurahan random setelah berjalan 50%.

• Evaluasi harian di kelas , dilakukan secara terbuka dengan melaksanakan review harian dan secara tertutup dengan pengisian format evaluasi oleh peserta (contoh format terlampir).

• Pre – post test untuk mengukur efektifitas pelatihan terhadap peningkatan pemahaman peserta. Hasil pre test harus langsung diolah (dianalisa) untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman peserta terhadap materi yang akan dibahas. Peta pemahaman peserta dapat menjadi acuan untuk strategi peningkatan pemahaman mereka dalam proses pelatihan. Hasil pre test pada saat akhir pelatihan dibandingkan dengan hasil post test, untuk menilai seberapa jauh terjadi peningkatan pemahaman dan apakah tujuan pembelajaran tercapai.

• Evaluasi harian Tim Pemandu; pembahasan pelaksanaan dan capaian kegiatan dalam satu hari oleh seluruh Tim Pemandu termasuk hasil evaluasi harian yang dilakukan di kelas. Hasil evaluasi akan menjadi umpan balik bagi pelaksanaan selanjutnya.

5. Pelaporan dan Dokumentasi Seluruh proses pelatihan harus dilaporkan kepada pihak proyek melalui KMW dan juga menjadi dokumentasi baik bagi Tim Faskel maupun masyarakat.

Page 69: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

65

BAGAIMANA MEMBUAT PESERTA DIDIK AKTIF SEJAK DINI Ketika anda memulai pelajaran, maka sangat penting (bagi anda) membuat para peserta didik agar aktif sejak awal. Jika tidak, maka anda akan mengambil resiko terjadinya kapasitas seperti halnya semen yang tinggal menunggu waktu untuk mengering. Berbagai kegiatan pembuka struktur (pembelajaran) dibuat agar peserta didik lebih mengenal, mengerak-gerakan, mengajak pikiran mereka, dan memancing perhatian mereka dalam mata pelajaran, pengalaman-pengalaman ini dapat dianggap sebagai ”pembangkit selera makan” terhadap makanan penuh perangsang selera makan tersebut memberikan peserta didik sebuah rasa apa yang harus diikuti. Meskipun beberapa guru memilih memulai suatu pelajaran hanya dengan sebuah pengantar singkat, namun, paling tidak, dengan menambah sebuah latihan pembuka terhadap perencanaan pengajaran anda merupakan langkah pertama yang mempunyai banyak keuntungan. Mari kita eksplorasi bersama mengapa demikian. Memulai Tujuan Pada saat-saat paling awal pengajaran aktif, ada tiga tujuan penting yang harus dicapai. Artinya penting tujuan tersebut hendaknya tidak terabaikan, walaupun pelajaran hanya berakhir satu sesion. Tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Membangun Team (Team building) : bantulah peserta didik menjadi kenal satu sama lain dan ciptakan semangat kerja sama dan saling bergantung.

2. Penegasan : pelajari sikap, pengetahuan, dan pengamalan peserta didik. 3. Keterlibatan belajar seketika : ciptakan perhatian / minat awal dalam mata pelajaran.

Semua tujuan ini, ketika tercapai, membantu mengembangkan lingkungan belajar yang melibatkan peserta didik, mengembangkankemauan mereka untuk berperan serta dalam pengajaran aktif dan menciptakan norma-norma ruang kelas yang positif. Mengambil dimanapun mulai dari lima menit sampai dua jam untukkegiatan-kegiatan pembuka (tergantung pada lamanya pelajaran anda) akan menjadi waktu yang baik untuk dimanfaatkan. Memperkenalkan kembali kegiatan-kegiatan ini dari waktu ke waktu dari keseluruhan materi pelajaran juga membantu memperbaharui bangunan team, memperbaiki pengukuran, dan membangun kembali minat dalam mata pelajaran. Dalam bab ini, kita akan menguji strategi untukmencapai tiga tujuan ini. Anda hendaknya mencari beberapa (dari strategi ini) yang akan berguna bagi anda. Ketika anda memilih strategi-strategi pembuka untuk digunakan didalam kelas, ingatlah beberapa pertimbangan berikut ini :

1. Tingkat Ancaman : Apakah pelajaran yang anda ajarkan terbuka terhadap gagasan dan kegiatan baru, atau apakah anda mengantisifasi keragu-raguan dan keberatan dari para peserta didik pada awalnya? Membuka dengan sebuah strategi yang menunjukan tidak adanya pengetahuan dan keterampilan peserta didik dapat berbahaya : mereka mungkin tidak siap mengungkapkan keterbatasan-keterbatasan mereka. Sebagai gantinya, sebuah strategi yang meminta para peserta untuk berkomentar tentang sesuatu yang sudah akrab dengan mereka akan mempermudah keterlibatan mereka dalam pelajaran.

2. Ketepatan terhadap norma-norma peserta didik. Sebuah kelas para remaja atau orang dewasa mungkin pada awalnya kurang menerima untuk memainkan permainan-permainan dibandingkan dengan yang dilakukan oleh sebuah kelompok dari kelas lima. Para peserta didik perempuan mungkin merasa lebih nyaman berbagi perasaan mereka dalam sebuah latihan penyingkapan diri dibandingkan dengan peserta didik laki-laki. Anda menetapkan langkah bagi keseluruhan pelajaran ketika anda memilih sebuah kegiatan pembuka, pertimbangkan audiens anda dan rencanakan secara tepat.

Page 70: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

66

3. Relevansi terhadap mata pelajaran: Jika anda tidak tertarik pada sebuah (strategi) tukar-menukar nama secara sederhana, maka berbagai strategi yang mungkin and abaca menawarkan sebuah kesempatan yang baik bagi para oeserta didik untuk memulai mempelajari materi pelajaran. Gantilah sebuah pemecah kebekuan (icebreaker) yang disarankan agar mencerminkan materi yang sedang anda rencanakan untuk diajarkan dalam pelajaran anda. Semakin erat ada hubungan antara latihan anda dengan mata pelajaran, maka semakin mudah transisi yang akan bisa anda buat terhadap berbagai kegiatan pengajaran penting yang harus anda miliki/simpan.

Pertimbangan-pertimbangan tersebut mempunyai relevansi dengan setiap aspek dari rangkaian pengajaran anda, namun sangat penting dalam tahap-tahap pembuka. Sebuah pembuka yang sukses akan menentukan langkah bagi sebuah kelas (pembelajaran) yang sukses pula. Demikian juga, sebuah pembuka yang nampaknya mengancam, iseng, atau tidak dikaitkan dengan bagian pelajaran anda dapat menciptakan sebuah situasi yang buruk yang sulit untuk diatasi.

STRATEGI MEMBANGUN TIM (Team-Building Strategies)

Kumpulan strategi awal akan membantu para peserta didik untuk lebih mengenal dan mengenal kembali atau membangun semangat team dengan sebuah kelompok yang telah mengenal satu sama lain. Berbagai strategi ini juga mengembangkan sebuah lingkungan belajar yang aktif dengan membuat para peserta didik bergerak secara fisik, untuk berbagai opini dan perasaan mereka secara terbuka mereka bisa berbangga diri. Banyak dari strategi-strategi ini sangat dikenal dalam seluruh profesi pengajaran. Beberapa di antaranya merupakan ciptaan asli saya (penulis buku-red) sendiri. Semua strategi tersebut membuat para peserta didik aktif sejak awal. ketika anda menggunakan berbagai strategi membangun teamini, cobalah menghubungkannya dengan mata pelajaran kelas anda. Juga, buatlah eksperimen dengan strategi-strategi yang baru bagi anda dan para peserta didik anda. Di dunia sekarang ini, para peserta didik sangat terbiasa dengan pemecah kebekuan populer (icebreaker) tertentu yang mungkin lebuh suka mereka matikan daripada hidupkan. Mereka akan menyambut baik berbagai kegiatan yang menyegarkan kebali dengan strategi berbeda.

Page 71: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

67

Modul 4 Topik: Mempersiapkan Praktek Fasilitasi Pelatihan

Peserta memahami dan menyadari:

1. Pelatihan dasar tingkat komunitas

2. Tujuan dan kurikulum pelatihan dasar komunitas

Kegiatan 1 : Memahami Modul Dasar Komunitas

Kegiatan 2 : Persiapan Praktek

8 Jpl ( 360 ’)

Bahan Bacaan:

1. Modul – modul Dasar Komunitas

• Kerta Plano

• Kuda-kuda untuk Flip-chart

• LCD

• Metaplan

• Papan Tulis dengan perlengkapannya

• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

Page 72: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

68

Memahami Modul Dasar Komunitas 1) Jelaskan bahwa kita akan memulai pembahasan mengenai modul dasar tingkat komunitas yang

akan dipakai acuan pelatihan komunitas oleh fasilitator.

2) Uraikan kepada peserta bahwa semua kelmpok sasaran pelatihan di tingkat kelurahan yaitu relawan, anggota BKM/LKM, UP – UP dan juga Lurah akan mendapatkanmateri dasar yang disebut “Modul Dasar Komunitas”.

3) Bagikan kepada peserta kumpulan Modul Dasar Komunitas. Dengan acuan modul – modul tersebut buatlah GBPP bersama peserta.Pakailah tabeli bawah ini sebagai acuan :

Tema/Topik Tujuan Pembelajaran

Metode Alat/Bahan JPL

4) Refleksikan hasilnya kemudian beri kesempatan kepada peserta untuk meberikan tanggapan dan pertanyaan.

Persiapan Praktek

1) Jelaskan kepada peserta, bahwa kita akan mempraktekan modul untuk pelatihan relawan.

Modul yang akan dipraktekan adalah : • Paradigma Pembangunan • Masalah Kemiskinan • Penanggulangan Kemiskinan • Pemberdayaan Sejati dan Kerelawanan

Page 73: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

69

• Kepemimpinan Masyarakat Manusia • Partisipasi Perempuan • Komunitas Belajar Kelurahan

2) Sebelum memulai praktek, peserta akan diberikan kesempatan untuk memahami modul

dan membahas di dalam kelompok yang praktek. Bagilah peserta ke dalam 7 kelompok dan masing – masing kelompok mendapat tugas untuk praktek dengan pembagian topic bahasan dan waktu praktek sbb :

Kelompok Tema /Topik JPL

1 Paradigma Pembangunan 2 2 Masalah Kemiskinan 3 3 Penanggulangan Kemiskinan 3 4 Pemberdayaan Sejati dan Kerelawanan 3 5 Kepemimpinan Masyarakat Manusia 2 6 Partisipasi Permempuan 3 7 Komunitas Belajar Kelurahan (Modul 1) 3

Jumlah jam praktek 19

5) Mintalah peserta untuk menyusun persiapan untuk praktek dalam kelompoknya selama 6 JPL (270’)

Page 74: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

70

Modul Topik: Praktek Melatih

Peserta mampu memfasilitasi pelatihan komunitas

Praktek Melatih

21 Jpl ( 945 ’)

Bahan Bacaan:

Modul Dasar Komunitas

Modul Khusus Relawan : KBK

• Kerta Plano

• Kuda-kuda untuk Flip-chart

• LCD

• Metaplan

• Papan Tulis dengan perlengkapannya

• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

Page 75: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

71

Melatih Dengan Baik 1) Jelaskan bahwa kita akan memulai praktek melatih dengan berdasarkan kepada modul yang

sudah dibahas sebelumnya.

2) Untuk urutan praktek, supaya lebih adil dilakukan dengan cara diundi.

3) Lakukan simulasi praktek melatih dimulai dari kelompok pertama, sesuai urutan yang sudah disepakati.

4) Setiap selesai satu kelompok bahas bersama dan beri komentar terhadap praktek yang dilakukan. Gunakan Lembar Kerja Pengamatan Praktek yang sudah disediakan sebagai acuan.

Page 76: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

72

LK – Lembar Pengamatan Praktek Melatih Lembar Pertanyaan untuk Pengamat :

Pertanyaan Pemandu Komentar Pengamat 1) Secara umum apakah ada yang kurang

dlm simulasi tersebut ?

2) Apakah fasilitator mengenalkan diri, mengemukakan tujuan pembahasan modul ?

3) Sebagai apa dan dimana fasilitator memposisikan dirinya

4) Apakah bahasa yang digunakan oleh fasilitator sesuai dengan karakteristik peserta ?

5) Apakah media bantu yang digunakan sesuai dengan karakteristik peserta?

6) Bagaimana keterampilan fasilitator dalam menggunakan media bantu?

7) Apakah semua peserta terlibat ? Siapa yang tidak cukup terlibat ? Mengapa ?

8) Apakah ada peseta yang mendominasi ? Bagaimana fasilitator mengatasi orang yang mendominasi ?

9) Apakah peserta bisa menghargai dan menerima perbedaan pendapat ? Bagaimana fasilitator mengatasi hal tersebut ?

10) Apakah fasilitator masih dominan dibandingkan dengan peserta ?

11) Apakah fasilitator cukup ramah, bisa mengembangkan suasana yang akrab dan akomodatif ? Apakah ada hal-hal yg tdk boleh dilakukan tapi tetap dilakukan oleh fasiitator

12) Bagaimana cara fasilitator mengembangkan pertenyaan? Apakah cukup sistematis?

13) Apa saja yg dicatat oleh perekam proses

Page 77: Mengelola Pelatihan Partisipatif - p2kp.org · PDF fileDalam perspektif kritis, pendidikan harus mampu menciptkan ruang untuk mengidentifikasi dan menganalisa secara bebas dan kritis

DEPARTEMEN

PEKERJAAN

UMUMDirektorat Jenderal Cipta Karya

Perkotaan