38
Teori Perencanaan dan Pembangunan Manajemen Prasarana Perkotaan (MPP) 1. Pendahuluan Adanya berbagai permasalahan di dalam pembangunan kota-kota di Indonesia, khususnya kota-kota menengah dan kota besar, terutama diakibatkan kurang dilibatkannya masyarakat di dalam proses pembangunan kota-kota dimaksud, sejak proses awal yaitu dari tahap perencanaan. Akibatnya hasil pembangunan di kota-kota menengah dan besar di Indonesia cenderung mengarah untuk menampung kebutuhan sebagian kecil kelompok masyarakat, yang rata-rata berpenghasilan tinggi dan menengah. Sebagian besar kelompok masyarakat berpenghasilan rendah tidak tertampung aspirasinya, pada perencanaan pembangunan kota dan perencanaan pembangunan kawasan. Kota-kota menengah dan besar di Indonesia saat ini menyajikan kondisi dilematik. Di satu sisi pertumbuhan dan pembangunan kota cukup pesat, namun di sisi lain mengakibatkan masyarakat berpenghasilan rendah tersingkir dan semakin miskin (marginal-society). Terjadinya kontradiksi ini akhirnya sering menimbulkan konflik sosial yang mengarah kepada pengrusakan sarana- prasarana fisik perkotaan dan sendi-sendi sosial antar kelompok masyarakat yang sebelumnya sudah cukup kuat dan terpelihara dengan baik. Tugas: Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif 1

Pembangunan Partisipatif Dan Non Partisipatif Bdr

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pembangunan partisipasi

Citation preview

Teori Perencanaan dan PembangunanManajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

1. Pendahuluan

Adanya berbagai permasalahan di dalam pembangunan kota-kota di Indonesia,

khususnya kota-kota menengah dan kota besar, terutama diakibatkan kurang

dilibatkannya masyarakat di dalam proses pembangunan kota-kota dimaksud, sejak

proses awal yaitu dari tahap perencanaan. Akibatnya hasil pembangunan di kota-kota

menengah dan besar di Indonesia cenderung mengarah untuk menampung kebutuhan

sebagian kecil kelompok masyarakat, yang rata-rata berpenghasilan tinggi dan

menengah. Sebagian besar kelompok masyarakat berpenghasilan rendah tidak

tertampung aspirasinya, pada perencanaan pembangunan kota dan perencanaan

pembangunan kawasan. Kota-kota menengah dan besar di Indonesia saat ini

menyajikan kondisi dilematik. Di satu sisi pertumbuhan dan pembangunan kota cukup

pesat, namun di sisi lain mengakibatkan masyarakat berpenghasilan rendah tersingkir

dan semakin miskin (marginal-society). Terjadinya kontradiksi ini akhirnya sering

menimbulkan konflik sosial yang mengarah kepada pengrusakan sarana-prasarana fisik

perkotaan dan sendi-sendi sosial antar kelompok masyarakat yang sebelumnya sudah

cukup kuat dan terpelihara dengan baik.

Belajar dari pengalaman yang sama pada negara-negara berkembang lainnya,

maka visi kota-kota besar dan menengah di masa depan memerlukan pemberdayaan

dan peningkatan peran serta masyarakat seluas mungkin, sejak awal, yaitu tahap

perencanaan. Bagaimana mekanisme keterlibatan peran serta masyarakat di dalam

proses penyusunan perencanaan pembangunan kota memerlukan pengkajian secara

mendalam.

Pada tahap-tahap pendekatan awal program pembangunan kota-kota di Indonesia

dilakukan secara sektoral. Selain sektoral pendekatan perencanaan dilakukan secara

top down. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah/Kota merencanakan pembangunan

kota-kota dengan program/proyek untuk ukuran area yang sangat luas dan sifatnya

lebih kepada instruksi dari instansi-instansi atas ke instansi-instansi di bawahnya.

Tugas:Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif 1

Teori Perencanaan dan PembangunanManajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

Pendekatan ini berhasil apabila disetujui secara luas oleh masyarakat luas, terkait

dengan perumusan tujuan pengembangan dan kewenangan pengaturan dan prosedur

administrasi bagi seluruh kelompok masyarakat. Pendekatan tersebut ternyata banyak

yang gagal, sehingga belum bisa mengangkat tingkat kemiskinan masyarakat di kota-

kota tersebut akibat kurangnya sumber daya manajemen lokal, sulitnya penegakan

hukum dan aspek-aspek politis lainnya. Masyarakat di daerah perkotaan negara-negara

berkembang termasuk di Indonesia, pada kenyataannya tetap miskin, sulit mencari

pekerjaan, masa depan belum jelas dan yang bekerja selalu khawatir kehilangan

pekerjaannya. Di samping itu terjadi kompetisi yang tinggi antar berbagai kelompok

masyarakat dan terjadinya penurunan kualitas lingkungan di perkotaan.

Masalah-masalah dan kelemahan tersebut di atas menyebabkan diperlukannya

inisiatif baru di dalam pendekatan proses penyusunan perencanaan pembangunan kota,

untuk tujuan mensejahterakan masyarakat secara luas. Inisiatif baru ditujukan kepada

kegiatan penyusunan perencanaan pembangunan kota, dengan melibatkan masyarakat

setempat (komunitas lokal) secara luas. Pemberdayaan dan peningkatan peran-serta

masyarakat secara luas yang dimulai sejak awal, yaitu sejak penyusunan perencanaan

pembangunan merupakan paradigma baru. Perencanaan pembangunan kota sebagai

ilmu pengetahuan sosial, pada hakekatnya bukan hanya merencanakan pembangunan

fisik semata, tetapi adalah merencanakan ruang (spatial-plan), di mana "manusia"

terdapat di dalamnya yang memiliki cita-cita sama mendapatkan kehidupan dan

penghidupan yang aman, adil dan sejahtera.

2. PENGERTIAN PERENCANAAN

Pengertian Perencanaan dalam UU nomor 25 tahun 2004 adalah suatu proses

untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan

memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan adalah cara berpikir

mengenai persoalan-persoalan sosial dan ekonomi, terutama berorientasi pada masa

datang, berkembang dengan hubungan antara tujuan dan keputusan – keputusan

kolektif dan mengusahakan kebijakan dan program. Perencanaan merupakan suatu

proses yang tidak pernah berakhir. Apabila sebuah rencana telah ditetapkan, maka

dokumen menyangkut perencanaan terkait harus diimplementasikan

Tugas:Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif 2

Teori Perencanaan dan PembangunanManajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

Perencanaan menurut Abe (2001) dalam Ovalhanif (2009) adalah susunan

(rumusan) sistematik mengenai langkah-langkah mengenai langkah (tindakan-

tindakan) yang akan dilakukan di masa depan, dengan didasarkan pada pertimbangan-

pertimbangan yang seksama atas potensi, faktor-faktor eksternal dan pihak-pihak yang

berkepentingan dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.

Menurut Tjokroamidjojo (1995) dalam Ovalhanif (2009) mendefinisikan

perencanaan sebagai suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya

(maksimum output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif.

Selanjutnya dikatakan bahwa, perencanaan merupakan penentuan tujuan yang akan

dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa.

Menurut Terry (1960) dalam Mardikanto (2010), perencanaan diartikan sebagai

suatu proses pemilihan dan menghubung-hubungkan fakta, serta menggunakannya

untuk menyusun asumsi-asumsi yang diduga bakal terjadi di masa datang, untuk

kemudian merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan demi tercapainya tujuan-

tujuan yang diharapkan.

Perencanaan juga diartikan sebagai suatu proses pengambilan keputusan yang

berdasarkan fakta, mengenai kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan demi

tercapainya tujuan yang diharapkan atau yang dikehendaki.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional, maka Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional mencakup lima pendekatan yaitu:

1. Politik,

2. Teknokratik,

3. Partisipatif,

4. Atas-bawah (top-down),

5. Bawah-atas (bottom-up).

Ahli-ahli teori perencanaan publik mengemukakan beberapa proses perencanaan

1. Perencanaan teknokrat;

Menurut Suzetta (2007) adalah proses perencanaan yang dirancang berdasarkan

data dan hasil pengamatan kebutuhan masyarakat dari pengamat professional,

baik kelompok masyarakat yang terdidik yang walau tidak mengalami sendiri

Tugas:Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif 3

Teori Perencanaan dan PembangunanManajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

namun berbekal pengetahuan yang dimiliki dapat menyimpulkan kebutuhan akan

suatu barang yang tidak dapat disediakan pasar, untuk menghasilkan perspektif

akademis pembangunan. Pengamat ini bisa pejabat pemerintah, bisa non-

pemerintah, atau dari perguruan tinggi.

Menurut penjelasan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional, “perencanaan teknokrat dilaksanakan

dengan menggunakan metoda dan kerangka pikir ilmiah oleh lembaga atau

satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu”.

2. Perencanaan partisipatif;

Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (1996) adalah proses perencanaan yang

diwujudkan dalam musyawarah ini, dimana sebuah rancangan rencana dibahas

dan dikembangkan bersama semua pelaku pembangunan (stakeholders). Pelaku

pembangunan berasal dari semua aparat penyelenggara negara

(eksekutif,legislatif, dan yudikatif), masyarakat, rohaniwan, dunia usaha,

kelompok profesional, organisasi-organisasi non-pemerintah.

Menurut Sumarsono (2010), perencanaan partisipatif adalah metode perencanaan

pembangunan dengan cara melibatkan warga masyarakat yang diposisikan

sebagai subyek pembangunan.

Menurut penjelasan UU. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional: “perencanaan partisipatif dilaksanakan dengan

melibatkan semua pihak yang berkepentingan terhadap pembangunan. Pelibatan

mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki”.

Dalam UU No. 25 Tahun 2004, dijelaskan pula “partisipasi masyarakat” adalah

keikutsertaan untuk mengakomodasi kepentingan mereka dalam proses

penyusunan rencana pembangunan.

3. Perencanaan top-down;

Menurut Suzetta (1997) adalah proses perencanaan yang dirancang oleh

lembaga/departemen/daerah menyusun rencana pembangunan sesuai dengan

wewenang dan fungsinya.

Tugas:Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif 4

Teori Perencanaan dan PembangunanManajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

4. Perencanaan bottom up.

Menurut (www.actano.com) adalah planning approach starting at the lowest

hierarchical level and working upward (pendekatan perencanaan yang dimulai

dari tingkatan hirarkis paling rendah menuju ke atas).

Selain itu, menurut penjelasan UU 25 Tahun 2004, pendekatan atas-bawah (top

down) dan bawah-atas (bottom up) dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang

pemerintahan. Rencana hasil proses diselaraskan melalui musyawarah yang

dilaksanakan di tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan Desa.

Perencanaan, meskipun mengandung pengertian masa depan, bukanlah hipotesis

yang dibuat tanpa perhitungan. Hipotesis dalam perencanaan selalu didasarkan atas

data-data dan perkiraan yang telah tercapai, dan juga memperhitungkan sumber daya

yang ada dan akan dapat dihimpun. Dengan demikian, perencanaan berfungsi sebagai

pedoman sekaligus ukuran untuk menentukan perencanaan berikutnya. Mosher (1965 :

191) menyatakan bahwa, seringkali perencanaan hanya meliputi kegiatan-kegiatan

baru, atau alokasi keuangan untuk kegiatan-kegiatan lama, tanpa menilai kembali

kualitasnya secara kritis. Acapkali lebih banyak sumbangan dapat diberikan kepada

pembangunan dengan memperbaiki kualitas kegiatan yang sedang dalam pelaksanaan

dari pada memulai yang baru.

Perencanaan pada dasarnya adalah penetapan alternatif, yaitu menentukan

bidang-bidang dan langkah-langkah perencanaan yang akan diambil dari berbagai

kemungkinan bidang dan langkah yang ada. Bidang dan langkah yang diambil ini tentu

saja dipandang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, sumber daya yang tersedia

dan mempunyai resiko yang sekecil-kecilnya. Oleh sebab itu, dalam penentuannya

timbul berbagai bentuk perencanaan yang merupakan alternatif-alternatif ditinjau dari

berbagai sudut, seperti yang dijelaskan oleh Westra (1980) dalam Khairuddin (1992 :

48), antara lain :

1. Dari segi jangka waktu, perencanaan dapat dibedakan : (a) perencanaan jangka

pendek (1 tahun), dan (b) perencanaan jangka panjang (lebih dari 1 tahun).

2. Dari segi luas lingkupnya, perencanaan dapat dibedakan : (a) perencanaan

nasional (umumnya untuk mengejar keterbelakangan suatu bangsa dalam

berbagai bidang), (b) perencanaan regional (untuk menggali potensi suatu

Tugas:Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif 5

Teori Perencanaan dan PembangunanManajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

wilayah dan mengembangkan kehidupan masyarakat wilayah itu), dan (c)

perencanaan lokal, misalnya; perencanaan kota (untuk mengatur pertumbuhan

kota, menertibkan penggunaan tempat dan memperindah corak kota) dan

perencanaan desa (untuk menggali potensi suatu desa serta mengembangkan

masyarakat desa tersebut).

3. Dari segi bidang kerja yang dicakup, dapat dikemukakan antara lain :

industrialisasi, agraria (pertanahan), pendidikan, kesehatan, pertanian,

pertahanan dan keamanan, dan lain sebagainya.

4. Dari segi tata jenjang organisasi dan tingkat kedudukan menejer, perencanaan

dapat dibedakan : (a) perencanaan haluan policy planning, (b) perencanaan

program (program planning) dan (c) perencanaan langkah operational planning.

3. PERENCANAAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT

Soetomo (2006 : 56) menjelaskan bahwa, pembangunan masyarakat dilihat dari

mekanisme perubahan dalam rangka mencapai tujuannya, kegiatan pembangunan

masyarakat ada yang mengutamakan dan memberikan penekanan pada bagaimana

prosesnya sampai suatu hasil pembangunan dapat terwujud, dan adapula yang lebih

menekankan pada hasil material, dalam pengertian proses dan mekanisme perubahan

untuk mencapai suatu hasil material tidak begitu dipersoalkan, yang penting dalam

waktu relatif singkat dapat dilihat hasilnya secara fisik. Pendekatan yang pertama

seringkali disebut sebagai pendekatan yang mengutamakan proses dan lebih

menekankan pada aspek manusianya, sedangkan pendekatan yang kedua disebut

sebagai pendekatan yang mengutamakan hasil-hasil material dan lebih menekankan

pada target.

Secara umum community development adalah kegiatan pengembangan

masyarakat yang dilakukan secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk

memperbesar akses masyarakat guna mencapai kondisi sosial, ekonomi dan kualitas

kehidupan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan pembangunan

berikutnya. Dengan dasar itulah maka pembangunan masyarakat secara umum ruang

lingkup program-programnya dapat dibagi berdasarkan kategori sebagai berikut :

Tugas:Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif 6

Teori Perencanaan dan PembangunanManajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

(1) community service, (2) community empowering, dan (3) community

relation (Rudito & Budimanta, 2003 : 29, 33).

Solihin (2006), mengungkapkan tiga tahapan perencanaan pembangunan yaitu :

(1) perumusan dan penentuan tujuan, (2) pengujian atau analisis opsi atau pilihan yang

tersedia, dan (3) pemilihan rangkaian tindakan atau kegiatan untuk mencapai tujuan

yang telah ditentukan dan telah disepakati bersama. Dari ketiga tahapan perencanaan

tersebut dapat didefenisikan perencanaan pembangunan wilayah atau dearah sebagai

berikut yaitu : suatu usaha yang sistematik dari berbagai pelaku (aktor) baik umum

(publik) atau pemerintah, swasta, maupun kelompok masyarakat stakeholder lainnya

pada tingkatan yang berbeda untuk menghadapi saling ketergantungan dan keterkaitan

aspek fisik, sosial, ekonomi dan aspek lingkungan lainnya. Selanjutnya Adi (2003 : 81-

82), pada perencanaan sosial tidak ada asumsi yang pervasif mengenai tingkat

intraktabilitas ataupun konflik kepentingan. Dalam perencanaan sosial klien lebih

dilihat sebagai konsumen dari suatu layanan (service), dan mereka akan menerima

serta memanfaatkan program dan layanan sebagai hasil dari proses perencanaan.

Suzetta (2007) menjelaskan bahwa, Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

telah dijabarkan lebih lanjut ke dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 39 dan No. 40

Tahun 2006. Sistem perencanaan ini diharapkan dapat mengkoordinasikan seluruh

upaya pembangunan yang dilaksanakan oleh berbagai pelaku pembangunan sehingga

menghasilkan sinergi yang optimal dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita bangsa

Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, maka Proses perubahan sosial (atau

“pembangunan”) tersebut perlu dilakukan secara terencana, terkoordinasi, konsisten,

dan berkelanjutan, melalui “peran pemerintah bersama masyarakat” dengan

memperhatikan kondisi ekonomi, perubahan-perubahan sosio-politik, perkembangan

sosial-budaya yang ada, perkembangan ilmu dan teknologi, dan perkembangan dunia

internasional atau globalisasi.

4. PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPASI

sekarang iniIstilah partisipasimenjadi kata kunci dalam setiap program pengembangan

masyarakat dimana-mana, seolah-olah menjadi “lebel baru” yang harus melekat pada

setiap rumusan kebijakan dan proposal proyek. Dalam perkembangannya seringkali

Tugas:Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif 7

Teori Perencanaan dan PembangunanManajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

diucapkan dan ditulis berulang-ulang tetapi kurang dipraktekkan, sehingga cenderung

kehilangan makna. Partisipasi sepadan dengan arti peranserta, ikutserta, keterlibatan,

atau proses belajar bersama saling memahami, menganalisis, merencanakan dan

melakukan tindakan oleh sejumlah anggota masyarakat.

Asngari (2001: 29) menyatakan bahwa, penggalangan partisipasi itu dilandasi adanya

pengertian bersama dan adanya pengertian tersebut adalah karena diantara orang-orang

itu saling berkomunikasi dan berinteraksi sesamanya. Dalam menggalang peran serta

semua pihak itu diperlukan : (1) terciptanya suasana yang bebas atau demokratis, dan

(2) terbinanya kebersamaan. Selanjutnya Slamet (2003: 8) menyatakan bahwa,

partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah sebagai ikut sertanya masyarakat

dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan-kegiatan pembangunan, dan ikut serta

memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan. Gaventa dan Valderama

(1999) dalam Arsito (2004), mencatat ada tiga tradisi konsep partisipasi terutama bila

dikaitkan dengan pembangunan masyarakat yang demokratis yaitu: 1) partisipasi

politik Political Participation, 2) partisipasi sosial Social Participation dan 3)

partisipasi wargaCitizen Participation/Citizenship, ke tiga hal tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut :

a. Partisipasi Politik, political participation lebih berorientasi pada

”mempengaruhi” dan ”mendudukan wakil-wakil rakyat” dalam lembaga

pemerintahan ketimbang partisipasi aktif dalam proses-proses kepemerintahan

itu sendiri.

b. Partisipasi Sosial, social Participation partisipasi ditempatkan sebagai

keterlibatan masyarakat terutama yang dipandang sebagai beneficiary atau

pihak di luar proses pembangunan dalam konsultasi atau pengambilan

keputusan dalam semua tahapan siklus proyek pembangunan dari evaluasi

kebutuhan sampai penilaian, implementasi, pemantauan dan evaluasi.

c. Partisipasi Warga, citizen participation/citizenshipmenekankan pada

partisipasi langsung warga dalam pengambilan keputusan pada lembaga dan

proses kepemerintahan. Partisipasi warga telah mengalihkan konsep

partisipasi “dari sekedar kepedulian terhadap ‘penerima derma’ atau ‘kaum

tersisih’ menuju ke suatu kepedulian dengan berbagai bentuk keikutsertaan

Tugas:Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif 8

Teori Perencanaan dan PembangunanManajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

warga dalam pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan di berbagai

gelanggang kunci yang mempengaruhi kehidupan mereka”.

Pembangunan partisipatif yaitu pembangunan yang memposisikan masyarakat

sebagai subyek atas program pembangunan yang diperuntukkan bagi kepentingan

mereka sendiri. Pelibatan masyarakat mulai dari tahap perencanaan-pelaksanaan-

monitoring-evaluasi. Pengerahan massa (mobilisasi) diperlukan jika program berupa

padat karya.

Prinsip – prinsip pembangunan partisipatif:

Perencanaan program harus berdasarkan fakta

Program harus memperhitungkan kemampuan masyarakat dari segi teknik,

ekonomi dan sosialnya

Program harus memperhatikan unsur kepentingan kelompok dalam masyarakat

Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program

Pelibatan sejauh mungkin organisasi-organisasi yang ada

Program hendaknya memuat program jangka pendek dan jangka panjang

Memberi kemudahan untuk evaluasi

Program harus memperhitungkan kondisi, uang, waktu, alat dan tenaga

(KUWAT) yang tersedia.

Proses Perencanaan Pembangunan Partisipasi menurut Ndraha (1990 : 104)

menyatakan bahwa, dalam menggerakkan perbaikan kondisi dan peningkatan taraf

hidup masyarakat, maka perencanaan partisipasi harus dilakukan dengan usaha : (1)

perencanaan harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata (felt need),

(2) dijadikan stimulasi terhadap masyarakat, yang berfungsi mendorong timbulnya

jawaban (response), dan (3) dijadikan motivasi terhadap masyarakat, yang berfungsi

membangkitkan tingkah laku (behavior). Dalam perencanaan yang partisipatif

(participatory planning), masyarakat dianggap sebagai mitra dalam perencanaan yang

turut berperan serta secara aktif baik dalam hal penyusunan maupun implementasi

rencana, karena walau bagaimanapun masyarakat merupakan stakeholder terbesar

dalam penyusunan sebuah produk rencana. Menurut Slamet (2003 : 11) menegaskan

bahwa usaha pembangunan pedesaan melalui proses perencanaan partisipasi perlu

Tugas:Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif 9

Teori Perencanaan dan PembangunanManajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

didekati dengan berbagai cara yaitu : (1) penggalian potensi-potensi dapat dibagung

oleh masyarakat setempat, (2) pembinaan teknologi tepat guna yang meliputi

penciptaan, pengembangan, penyebaran sampai digunakannya teknologi itu oleh

masyarakat pedesaan, (3) pembinaan organisasi usaha atau unit pelaksana yang

melaksanakan penerapan berbagai teknologi tepat guna untuk mencapai tujuan

pembangunan, (4) pembinaan organisasi pembina/pendukung, yang menyambungkan

usaha pembangunan yang dilakukan oleh individu-individu warga masyarakat

pedesaan dengan lembaga lain atau dengan tingkat yang lebih tinggi (kota, kecamatan,

kabupaten, propinsi, nasional), (5) pembinaan kebijakan pendukung, yaitu yang

mencakup input, biaya kredit, pasaran, dan lain-lain yang memberi iklim yang serasi

untuk pembangunan.

Cahyono (2006), proses perencanaan pembangunan berdasarkan partisipasi

masyarakat harus memperhatikan adanya kepentingan rakyat yang bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga itu dalam proses perencanaan

pembangunan partisipasi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain : (1)

perencanaan program harus berdasarkan fakta dan kenyataan dimasyarakat, (2)

Program harus memperhitungkan kemampuan masyarakat dari segi teknik, ekonomi

dan sosialnya, (3) Program harus memperhatikan unsur kepentingan kelompok dalam

masyarakat, (4) Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program (5) Pelibatan

sejauh mungkin organisasi-organisasi yang ada (6) Program hendaknya memuat

program jangka pendek dan jangka panjang, (7) Memberi kemudahan untuk evaluasi,

(8) Program harus memperhitungkan kondisi, uang, waktu, alat dan tenaga (KUWAT)

yang tersedia.

Unsur penting partisipasi

a. Rasa senang;

b. kesukarelaan untuk membantu kelompok;

c. Unsur tanggung jawab;

d. Keterlibatan mental dan perasaan

Tugas:Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif 10

Teori Perencanaan dan PembangunanManajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

Kelebihan Dan Kekurangan Kegiatan Bottom Up Planing (Partisipasi)

KELEBIHAN KELEMAHAN

Perencanaan yang dihasilkan

merupakan suatu perencanaan

partisipatif

Masyarakat memiliki andil yang

cukup besar dalam memberikan

masukan kepada pemerintah dalam

menjalankan suatu program.

Merupakan perencanaan yang tepat

sasaran karena sesuai kebutuhan dan

keinginan masyarakat karena info

dan ide yang berasal dari masyarakat

itu sendiri sehingga masyarakat yang

paling mengerti apa yang mereka

butuhkan.

Mayarakat terpacu lebih kraetif

dalam mengeluarkan ide karena

peran mereka yang cukup besar

dalam proses perencanaan

Masyarakat dilibatkan dalam prose

dari awal hingga akhir sehingga

masyarakat dapat memiliki dan

tanggung jawab terhadap

perencanaan pembangunan yang

mereka lakukan

Tidak selamanya hubungan

pemerintah dan masyarakat akan

berjalan baik,karena adanya selisih

paham yan muncul serta adanya ide

yang berbeda yang akan menyebabkan

keracunan kerena kurang jelasnya

pembagian tugas atara pemerintah dan

masyarakat.

Lebih memakan waktu, biaya dan

tenaga yang lama karena harus adanya

singkronisasi

Tugas:Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif 11

Teori Perencanaan dan PembangunanManajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

Sebagai Contoh Pembangunan Partisipatif :

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM

NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

(PNPM MANDIRI)

PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama

yang berbasis pemberdayaan masyarakat.Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri di

lapangan perlu adanya sinergi dari masyarakat, pemerintah daerah dan kelompok

peduli (swasta, asosiasi, perguruan tinggi, media, LSM, dll) serta kemitraan diantara

ketiganya. Untuk itu agar semua pihak terlibat dalam program tersebut wajib

bersosialisasi ke masyarakat luas secara intensif. Pelaksanaan PNPM Mandiri secara

benar dapat membangun optimisme bersama yang kuat sebagai bangsa dalam

memerangi musuh utama kita saat ini, yakni kemiskinan dan kebodohan. Melalui

PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan

yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga

pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis

dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, dapat

ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai obyek melainkan subyek upaya

penanggulangan kemiskinan.

 PNPM Mandiri diperkuat dengan berbagai program pemberdayaan masyarakat

yang dilaksanakan oleh berbagai departemen atau sektor dan pemerintah daerah.

Pelaksanaan PNPM Mandiri juga harus memprioritaskan pada desa-desa

tertinggal.Dengan pengintegrasian berbagai program pemberdayaan masyarakat ke

dalam kerangka kebijakan PNPM Mandiri, cakupan pembangunan diharapkan dapat

diperluas hingga ke daerah-daerah terpencil dan terisolir Pemberdayaan masyarakat

adalah upaya untuk menciptakan atau meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara

individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya

peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraannya. Pemberdayaan

masyarakat memerlukan keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah

daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin

keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai. PNPM Mandiri hendak nya dapat

Tugas:Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif 12

Teori Perencanaan dan PembangunanManajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok

perempuan, komunitas adat terpencil, dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan

dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan

pembangunan. Sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan

tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat, dan kelompok peduli

lainnya, merupakan langkah untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan

kemiskinan. Inovasi dan pemanfaatan tekhnologi tepat guna, media informasi dan

komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat juga menentukan dalam hal

penanggulangan kemiskinan.

 Dalam mencapai tujuan PNPM Mandiri, hendaknya pelaksanaan PNPM

memiliki beberapa prinsip yang bertumpu pada pembangunan manusia. Masyarakat

harus terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan

dan secara gotong royong menjalankan pembangunan. Kesetaraan dan keadilan gender

mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam

menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan. Setiap pengambilan keputusan

pembangunan dilakukan secara musyarawah dan mufakat dengan tetap berorientasi

pada kepentingan masyarakat miskin. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai

terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan

kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggungjawabkan baik secara

moral, teknis, legal, maupun administratif. Pemerintah dan masyarakat harus

memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan

mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas. Semua pihak

yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan

kerjasama dan sinergi antar pemangku kepentingan dalam penanggulangan

kemiskinan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan

peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanya saat ini tapi juga di masa depan

dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Semua aturan, mekanisme dan prosedur

dalam pelaksanaan PNPM Mandiri harus sederhana, fleksibel, mudah dipahami, dan

mudah dikelola, serta dapat dipertanggungjawabkan oleh masyarakat.

 Masyarakat yang mandiri diwujudkan melalui serangkaian kegiatan

pemberdayaan masyarakat yang direncanakan, dilaksanakan, dan dimanfaatkan oleh

Tugas:Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif 13

Teori Perencanaan dan PembangunanManajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

masyarakat sendiri. Melalui kegiatan yang dilakukan dari, untuk, dan oleh masyarakat,

diharapkan upaya penanggulangan kemiskinan dapat berjalan lebih efektif. Untuk

harmonisasi dan sinergi pelaksanaan berbagai program pemberdayaan. Komponen

pengembangan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk membangun

kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri dari pemetaan potensi,

masalah dan kebutuhan masyarakat, perencanaan partisipatif, pengorganisasian,

pemanfaatan sumberdaya, pemantauan, dan pemeliharaan hasil-hasil yang telah

dicapai. Untuk mendukung rangkaian kegiatan tersebut, haruslah disediakan dana

pendukung kegiatan pembelajaran masyarakat, pengembangan relawan, dan

operasional pendampingan masyarakat; dan fasilitator, pengembangan kapasitas,

mediasi dan advokasi. Peran fasilitator terutama pada saat awal pemberdayaan,

sedangkan relawan masyarakat adalah yang utama sebagai motor penggerak

masyarakat di wilayahnya. Komponen bantuan pengelolaan dan pengembangan

program meliputi kegiatan-kegiatan untuk mendukung pemerintah dan berbagai

kelompok peduli lainnya dalam pengelolaan kegiatan seperti penyediaan konsultan

manajemen, pengendalian mutu, evaluasi, dan pengembangan program. Lokasi PNPM

Mandiri diutamakan pada kecamatan yang memiliki jumlah penduduk miskin cukup

besar, tingkat pelayanan dasar rendah, tingkat kapasitas fiskal rendah, dan memiliki

desa tertinggal. Untuk itu perlu dilakukan serangkaian konsolidasi data, informasi

rencana dan kegiatan serta sasaran, agar harmonisasi pelaksanaan program dapat

terjadi.

Perencanaan partisipatif bertujuan untuk memberikan ruang seluas-luasnya

kepada warga masyarakat baik laki-laki maupun perempuan terutama rumah tangga

miskin untuk terlibat secara aktif dalam penggalian gagasan atau identifikasi

kebutuhan dan pengambilan keputusan perencanaan pembangunan. Kualitas

perencanaan partisipatif dapat diketahui dari jumlah warga yang hadir, kualitas

pendapat, gagasan, usulan, serta dokumen perencanaan yang diputuskan. Perencanaan

partisipatif di desa dimulai dengan meningkatkan kesadaran masyarakat melalui

sosialisasi di masyarakat, pertemuan masyarakat, refleksi kemiskinan. Hal yang harus

diperhatikan dalam perencanaan partisipatif PNPM Mandiri adalah keterlibatan

perangkat pemerintahan desa dan lembaga kemasyarakatan desa dalam memfasilitasi

masyarakat. Oleh sebab itu perlu dilakukan peningkatan kapasitas perangkat

Tugas:Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif 14

Teori Perencanaan dan PembangunanManajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

pemerintahan desa dalam menjaring aspirasi, permasalahan, dan potensi masyarakat

secara nyata.

Pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri dilakukan oleh masyarakat secara

swakelola berdasarkan prinsip otonomi dan difasilitasi oleh perangkat pemerintahan

yang dibantu oleh fasilitator atau konsultan. Tahap pelaksanaan kegiatan dilakukan

setelah proses perencanaan selesai dan telah ada keputusan tentang pengalokasian dana

kegiatan. Pelaksanaan kegiatan meliputi pemilihan dan penetapan tim pengelola

kegiatan, pencairan atau pengajuan dana, pengerahan tenaga kerja, pengadaan barang

dan jasa, serta pelaksanaan kegiatan yang diusulkan. Personil tim pengelola kegiatan

yang dipilih dan ditetapkan oleh masyarakat, bertanggung jawab dalam realisasi fisik,

keuangan, serta administrasi kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan sesuai rencana.

Pada pelaksanaan kegiatan secara swakelola, apabila dibutuhkan barang dan jasa

berupa bahan, alat, dan tenaga ahli (konsultan) perseorangan yang tidak dapat

disediakan atau tidak dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat, maka dinas teknis

terkait dapat membantu masyarakat untuk menyediakan kebutuhan tersebut. Untuk

mendukung pengendalian pelaksanaan PNPM Mandiri, sistem pemantauan dan

pengawasan yang harus dilakukan meliputi pemantauan dan pemeriksaan partisipatif

oleh masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam pemantauan dan pemeriksaan dari

mulai perencanaan partisipatif tingkat desa hingga kabupaten atau kota dan

pelaksanaan PNPM Mandiri.

Pemantauan dan pemeriksaan oleh Pemerintah juga harus dilakukan secara

berjenjang dan bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan PNPM Mandiri

dilaksanakan sesuai dengan prinsip dan prosedur yang berlaku dan dana dimanfaatkan

sesuai dengan tujuan program. Pemantauan dan pengawasan oleh Konsultan dan

Fasilitator mesti dilakukan secara berjenjang dari tingkat nasional, regional, provinsi,

kabupaten atau kota, kecamatan dan desa. Kegiatan ini dilakukan secara rutin dengan

memanfaatkan sistem informasi pengelolaan program dan kunjungan rutin ke lokasi

program. Pengawasan melekat juga dilakukan oleh fasilitator dalam setiap tahapan

pengelolaan program dengan maksud agar perbaikan dan penyesuaian pelaksanaan

program dapat dilakukan dengan segera. PNPM Mandiri pun harus menjamin

keterbukaan dalam melakukan pemantauan independen oleh berbagai pihak, antara

Tugas:Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif 15

Teori Perencanaan dan PembangunanManajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

lain, LSM, universitas, wartawan yang ingin melakukan pemantauan secara

independen terhadap PNPM Mandiri dan melaporkan temuannya kepada proyek atau

instansi terkait yang berwenang.

PNPM Mandiri perlu mengacu pada beberapa prinsip. Adapun prinsip itu adalah

semua bentuk intervensi program dan berbagai aturan tidak boleh berbenturan atau

mengesampingkan dan menghilangkan tatanan sosial masyarakat yang sudah mapan,

seperti: keswadayaan masyarakat, gotong royong. Bahkan sebaliknya, harus

dikondisikan untuk membatasi perilaku menyimpang yang bakal timbul dalam

pelaksanaan dan mungkin juga intervensi diantara para pelaku. Semua aturan baik

formal maupun informal yang diterapkan dalam PNPM Mandiri merupakan akumulasi

dari kebutuhan riil masyarakat.

Berbagai desain kelembagaan perlu disertai dimensi tata kelola yang baik yang

ditujukan untuk meminimalisasi dampak sosial dan lingkungan yang bakal muncul.Hal

yang perlu diperhatikan untuk mencapai kesuksesan pada tahap ini adalah bantuan

pendanaan yang merupakan faktor utama penggerak proses pemberdayaan masyarakat

dibandingkan pada tahap lainnya. Keberadaan bantuan pendanaan merupakan media

untuk meyakinkan kepada masyarakat bahwa mereka mampu menyusun perencanaan

dan melaksanakan pembangunan bagi masyarakat dan daerahnya sendiri. Disediakan

bantuan pendanaan dan pendampingan secara khusus terhadap perempuan, atau

kelompok lain yang terpinggirkan.

Kelemahan Dari PNPM Mandiri :

1. Meskipun secara konseptual proyek-proyek infrastruktur disusun dan diusulkan

oleh masyarakat miskin, elite desa (seperti kepala desa dan anggota LKMD)

berperan sangat dominan.

2. Pencairan dana PNPM Mandiri sering kali mengalami keterlambatan. Hal itu

membuat pengerjaan proyek melenceng dari yang semula direncanakan.

Keterlambatan pencairan dana sering memaksa suatu proyek infrastruktur

dilakukan dengan tergesa-gesa.

3. Meskipun pemerintah menempatkan PNPM Mandiri sebagai program andalan

untuk menekan angka kemiskinan, sayangnya tidak pernah ada evaluasi resmi

Tugas:Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif 16

Teori Perencanaan dan PembangunanManajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

yang dilakukan pemerintah untuk mengidentifikasi permasalahan dan kelemahan

yang bisa mengganggu keefektifan program itu.

4. Terdapat indikasi bahwa dana PNPM Mandiri rawan tersalur ke kelompok bukan

sasaran (orang miskin). Ini terjadi karena di satu sisi, jumlah dana yang tersalur

ke suatu kecamatan/desa didasarkan pada pendekatan individu. Artinya, besar

kecilnya dana ditentukan oleh jumlah orang miskin di kecamatan/desa yang

bersangkutan.

Di sisi lain, proyek-proyek yang dibiayai dana PNPM, baik SPP (simpan pinjam

perempuan) maupun non SPP (infrastruktur dan pelatihan), didasarkan pada

pendekatan kelompok.Karena itu, sangat mungkin orang miskin di luar kelompok

pengusul tidak bisa menikmati manfaat PNPM Mandiri.

5. Masyarakat memiliki skill yang terbatas untuk membangun proyek infrastruktur

secara mandiri. Tidak mengherankan bila banyak proyek infrastruktur dibangun

bukan merupakan kebutuhan utama dengan kualitas rendah.

Solusi :

1. Untuk mencapai tujuan seperti yang diharapkan, hendaknya dana PNPM Mandiri

ini disalurkan kepada masyarakat miskin, yang berhak untuk mendapatkannya,

disinilah peran dari para fasilitator desa untuk dapat mengawasi jalannya

program ini agar sesuai arah dan tujuannya.

2. Untuk mendapatkan hasil kerja yang sesuai spesifikasi (untuk bidang

infrastruktur), diharapkan PNPM Mandiri memberikan pelatihan untuk

meningkatkan skill masyarakat.

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk partisipasi

masyarakat terhadap PNPM Mandiri adalah partisipasi yang positif, karena masyarakat

mendukung program yang dilaksanakan oleh PNPM Mandiri. Sifat partisipasi yang

diberikan oleh masyarakat terhadap PNPM Mandiri adalah mandiri, karena

keikutsertaan masyarakat dalam program ini tanpa adanya mobilisasi dari pihak

manapun, jadi masyarakat ikut serta secara sukarela.

Tugas:Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif 17

Teori Perencanaan dan PembangunanManajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

5. PEMBANGUNAN NON PARTISIPATIF (TOP – DOWN)

Pembangunan Non Partisipatif menurut Suzetta (1997) adalah proses

perencanaan yang dirancang oleh lembaga /departemen /daerah menyusun rencana

pembangunan sesuai dengan wewenang dan fungsinya.

perencanaan yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan sebagai pemberi gagasan

awal serta pemerintah berperan lebih dominan dalam mengatur jalannya program yang

berwal dari perencaan hingga proses evaluasi, dimana peran masyarakat tidak begitu

berpengaruh.Perencanaan dari atas ke bawah ( Top Down)  adalah pendekatan

perencanaan yang menerapkan cara penjabaran rencana induk ke dalam rencana rinci.

Rencana rinci yang berada di "bawah" adalah penjabaran rencana induk yang berada di

"atas". Pendekatan perencanaan sektoral acapkali ditunjuk sebagai pendekatan

perencanaan dari atas ke bawah, karena target yang ditentukan secara nasional

dijabarkan ke dalam rencana kegiatan di berbagai daerah di seluruh Indonesia yang

mengacu kepada pencapaian target nasional tersebut. Pada tahap awal pembangunan,

pendekatan perencanaan ini lebih dominan, terutama karena masih serba terbatasnya

sumber daya pembangunan yang tersedia.Pendekatan top-down planning, adalah

pendekatan pembangunan di mana penentuan keputusan tidak menampung semua

aspirasi elemen di kelompok, tetapi hanya mementingkan keputusan bagian tertentu

dalam kelompok. Top-down planningmerupakan model perencanaan yang dilakukan

dari atasan yang ditujukan kepada bawahannya dimana yang mengambil keputusan

adalah atasan sedangkan bawahan hanya sebagai pelaksana saja. Dalam pengertian lain

terkait dengan pemerintahan, perencanaantop-down planning atau perencanaan atas

adalah perencanaan yang dibuat oleh pemerintah ditujukan kepada masyarakat dimana

masyarakat sebagai pelaksana saja.

Tidak ada satupun yang menyangkal bahwa metode top-down yang diterapkan  diera

orde baru menghasilkan pertumbuhan pembangunan ekonomi yang menakjubkan

secara presentase. Akan tetapi sayangnya  kemajuan ini tidak diikuti oleh kemajuan

bidang-bidang sosial yang lain sehingga muncullah ketimpangan pembangunan.

Ketimpangan pembangunan dibeberapa daerah terjadi bukan karena kesalahan konsep,

tetapi ketidakmampuan sistem pelaksanaan dalam menterjemahkan konsep tersebut ke

dalam program operasional yang mantap. Ketidakmampuan ini bisa diakibatkan oleh

Tugas:Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif 18

Teori Perencanaan dan PembangunanManajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

rendahnya kemampuan teknis aparat pelaksana, bisa juga karena ketidakcocokan

(rasionalisasi penerapan) antara program yang dibuat Pemerintah Pusat dengan kondisi

daerah dan keinginan masyarakat, sebab masyarakat setempat tidak diberi kesempatan

untuk terlibat pada penyusunan konsef atau tidak berdaya mempengaruhi atau

merencanakan masa depan mereka. Hal tersebut menjadikan masyarakat menjadi

apatis terhadap pembangunan, masyarakat merasa tidak berkepentingan dengan

pembangunan yang pada akhirnya hal tersebut mengakibatkan permasalahan bagi

pemerintah.

Filosofi Perencanaan top down

a. Dilaksanakan oleh sekelompok elite politik;

b. Melibatkan lebih banyak teknokrat;

c. Mengandalkan otoritas dan diskresi;

d. Mempunyai argumen untuk meningkatkan efisiensi, penegakan peraturan,

konsistensi input-target-output, dan publik/ masyarakat masih sulit dilibatkan.

Kelebihan Dan Kekurangan Kegiatan Top-Down Planing (Non-Partisipasi)

KELEBIHAN KELEMAHAN

Masyarakat tidak perlu bekerja dan

memberikan masukan, karena

rencana tersebut dapat berjalan

sendiri karena peran pemerintah yang

optimal

Hasil yang dikeluarkan bisa optimal

karena biaya yang dikeluarkan

ditanggung oleh pemerintah

Lebih cepat dalam mengambil

keputusan karena keputusan hanya

berasal dari salah satu pihak dan

bukan merupakan kesepakatan.

Kurangnya peran aktif masyarakat

dikarenakan dominasi peran

pemerintah (steakholder)

dibandingkan peran masyarakat, yang

merupakan target dari suatu

perencanaan

Masyarakat hanya berperan sebagai

objek penerima keputusan tanpa

mengetahui jalannya proses

pembentukan rencana dai awal hingga

akhir perencanaan tersebut

Adanya suatu perencanaan yang tidak

tepat sasaran dikarenakan apa yang

diperlukan oleh masyarakat tidak

Tugas:Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif 19

Teori Perencanaan dan PembangunanManajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

dapat diakomodir oleh pemerintah

disebabkan pemerintah yang tidak

mengerti kebutuhan mayarakat

Rawannya terjadi konflik antara pihak

pemerintah dan masyarakat

6. TUJUAN PERENCANAAN

Tujuan perencanaan menurut Stephen Robbins dan Mary Coulter dalam

Wikipedia adalah (1) memberikan pengarahan yang baik; (2) mengurangi

ketidakpastian; (3) meminimalisir pemborosan; (4) menetapkan tujuan dan standar

yang digunakan dalam fungsi selanjutnya yaitu proses pengontrolan dan evaluasi.

Tujuan perencanaan dari masing-masing proses perencanaan sebagai berikut :

a. Perencanaan teknokrat

Tujuannya untuk membangun perencanaan strategis dan perencanaan

kontingensi, menetapkan ketentuan-ketentuan, standar, prosedur petunjuk

pelaksanaan serta evaluasi, pelaporan dan langkah taktis untuk menopang

organisasi (Tomatala, 2010).

2. Perencanaan partisipatif

Tujuannya agar masyarakat diharapkan mampu mengetahui permasalahannya

sendiri di lingkungannya, menilai potensi SDM dan SDA yang tersedia, dan

merumuskan solusi yang paling menguntungkan.

3. Perencanaan top down

Tujuannya adalah untuk menyeragamkan “corak”, karena perencanaan top down

menurut Djunaedi (2000) dalam kegiatan perencanaan kota dan daerah dilakukan

dengan mengacu pada corak yang seragam yang ditetapkan oleh Pemerintah

Pusat dan mengikuti “juklak dan juknis” (petunjuk pelaksanaan dan petunjuk

teknis).

4. Perencanaan bottom up

Tujuan adalah untuk menghimpun masukan dari “bawah”, karena menurut

Sumarsono (2010), apabila di Indonesia perencanaan bottom up dimulai dari

tingkat desa, yang biasanya dihadiri oleh mereka yang ditunjuk peraturan

Tugas:Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif 20

Teori Perencanaan dan PembangunanManajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

perundangan ataupun kebijakan lain, misalnya melalui kegiatan Musyawarah

Pembangunan Desa (Musbangdes) atau Musyawarah Rencana Pembangunan

Desa (Musrenbangdes).

7. PRINSIP PERENCANAAN

Secara umum prinsip perencanaan menurut Abe dalam Ovalhanif (2009) adalah:

1. Apa yang akan dilakukan, yang merupakan jabaran dari visi dan misi;

2. Bagaimana mencapai hal tersebut;

3. Siapa yang melakukan;

4. Lokasi aktivitas;

5. Kapan akan dilakukan, berapa lama;

6. Sumber daya yang dibutuhkan.

Prinsip-prinsip perencanaan menurut Prinsip-prinsip Penyusunan Renstra Satuan

Kerja Perangkat Daerah/SKPD (2007) sebagai berikut :

A. Prinsip-prinsip perencanaan teknokratis:

1. Ada rumusan isu dan permasalahan pembangunan yang jelas;

2. Ada rumusan prioritas isu sesuai dengan urgensi, kepentingan, dan dampak

isu terhadap kesejahteraan masyarakat;

3. Ada rumusan tujuan pembangunan yang memenuhi kriteria SMART

(specific, measurable, achievable, result oriented, time bound);

4. Ada rumusan alternatif strategi untuk pencapaian tujuan;

5. Ada rumusan kebijakan untuk masing-masing strategi;

6. Ada pertimbangan atas kendala ketersediaan sumberdaya dan dana;

7. Ada prioritas program;

8. Ada tolok ukur dan target kinerja capaian program;

9. Ada pagu indikatif program;

10. Ada kejelasan siapa bertanggungjawab untuk mencapai tujuan, sasaran, dan

hasil, serta waktu penyelesaian termasuk tinjau ulang kemanjuan pencapaian

sasaran;

11. Ada kemampuan untuk menyesuaikan dari waktu ke waktu terhadap

perkembangan internal dan eksternal yang terjadi;

12. Ada evaluasi terhadap proses perencanaan yang dilakukan;

Tugas:Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif 21

Teori Perencanaan dan PembangunanManajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

13. Ada komunikasi dan konsultasi berkelanjutan dari dokumen yang

dihasilkan;

14. Ada instrumen, metodologi, pendekatan yang tepat digunakan untuk

mendukung proses perencanaan.

B. Prinsip-prinsip perencanaan partisipatif:

1. Ada identifikasi stakeholders yang relevan untuk dilibatkan dalam proses

perumusan visi, misi, dan agenda SKPD serta dalam proses pengambilan

keputusan penyusunan renstra SKPD;

2. Ada kesetaraan antara government dan non government stakeholders dalam

pengambilan keputusan;

3. Ada transparansi dan akuntabilitas dalam proses perencanaan;

4. Ada keterwakilan yang memadai dari seluruh segmen masyarakat, terutama

kaum perempuan dan kelompok marjinal;

5. Ada sense of ownership masyarakat terhadap renstra SKPD;

6. Ada pelibatan media;

7. Ada konsensus atau kesepakatan pada semua tahapan penting pengambilan

keputusan seperti perumusan prioritas isu dan permasalahan, perumusan

tujuan, strategi, dan kebijakan, dan prioritas program.

C. Prinsip-prinsip perencanaan top down:

1. Ada sinergi dengan RPJM Nasional dan Renstra Kementerian/Lembaga;

2. Ada sinergi dan konsistensi dengan RPJPD dan RPJMD;

3. Ada sinergi dan konsistensi dengan RTRWD;

4. Ada sinergi dan komitmen pemerintah terhadap tujuan-tujuan pembangunan

global Millenium Development Goals; Sustainable Development,

pemenuhan HAM, pemenuhan air bersih dan sanitasi, dan sebagainya.

D. Prinsip-prinsip perencanaan bottom up :

1. Ada penjaringan aspirasi dan kebutuhan masyarakat untuk melihat

konsistensi dengan visi, misi dan program Kepala Daerah terpilih;

2. Memperhatikan hasil proses musrenbang dan kesepakatan dengan

masyarakat tentang prioritas pembangunan daerah;

3. Mempertimbangkan hasil Forum Multi Stakeholders SKPD;

4. Memperhatikan hasil Proses Penyusunan Renstra SKPD.

Tugas:Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif 22

Teori Perencanaan dan PembangunanManajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

Sedangkan menurut Sumarsono (2010) prinsip perencanaan teknokrat dan

partisipatif, dijelaskan sebagai berikut: pertama, prinsip perencanaan teknokrat yaitu

dilakukan secara sepihak oleh para teknokrat yang duduk di struktur pemerintah, tidak

melibatkan warga masyarakat, sehingga perencanaan pembangunan biasanya justru

tidak sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan, karena seringkali jauh dari harapan

dan kebutuhan masyarakat. Masyarakat dibiarkan menjadi penonton saja. Kedua,

prinsip perencanaan partisipatif yaitu masyarakat sebagai subyek pembangunan dalam

arti memberikan peluang masyarakat untuk menggunakan hak-hak politiknya untuk

memberikan masukan dan aspirasi dalam penyusunan perencanaan pembangunan.

8. FILOSOFI PERENCANAAN PROGRAM

Menurut Ovalhanif (2009), “filsafat perencanaan” adalah suatu studi tentang

prinsip-prinsip dalam proses dan mekanisme perencanaan secara mendalam, luas, dan

menyeluruh berdasarkan filsafat antologis, epistemologis, dan aksiologis.

Filsafat perencanaan juga diharapkan akan dapat menguraikan beberapa

komponen penting perencanaan dalam sebuah perencanaan yakni tujuan apa yang

hendak dicapai, kegiatan tindakan-tindakan untuk merealisasikan tujuan dan waktu

kapan bilamana tindakan tersebut hendak dilakukan.

Kerangka pikir dari filosofi perencanaan dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Strategi perencanaan adalah untuk membentuk/membuat suatu

konsep/konteks untuk keputusan dalam kelembagaan;

2. dan proses perencanaan adalah untuk merumuskan arah pelembagaan dan

berusaha untuk lebih baik;

3. Hasil yang diinginkan dari proses perencanaan adalah untuk menyajikan

suatu dokumen yang penting, berguna bagi semua orang.

Filosofi perencanaan strategis mengandung visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan,

program dan kegiatan yang realitas dengan mengantisipasi perkembangan masa depan.

1. Filosofi Perencanaan Teknokrat

a. Dilaksanakan oleh kelompok teknorat;

b. Keberadaan dimensi politik sebagai elemen yang secara signifikan

mempengaruhi proses dan hasil perencanaan;

Tugas:Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif 23

Teori Perencanaan dan PembangunanManajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

c. Perencanaan dipersepsikan menjadi sebagai alat pengambilan keputusan yang

bebas nilai dan tidak ada urusannya dengan kepentingan dan proses politik yang

dilakukan oleh para politikus dan pengambil keputusan. Politik sebagai elemen

bebas yang menganggu keseimbangan dalam proses perencanaan yang terjadi;

d. Menempatkan masyarakat sebagai objek rekayasa dan politik sebagai sebuah

elemen irasional dan varian yang harus dihindari;

e. Produk perencanaan memiliki posisi yang sangat signifikan dalam

mentransformasi masyarakat.

2. Filosofi Perencanaan Partisipatif

Menekankan adanya peran serta aktif dari masyarakat dalam merencanakan

pembangunan mulai dari pengenalan wilayah, pengidentifikasian masalah sampai

penentuan skala prioritas.

3. Filosofi Perencanaan top down

f. Dilaksanakan oleh sekelompok elite politik;

g. Melibatkan lebih banyak teknokrat;

h. Mengandalkan otoritas dan diskresi;

i. Mempunyai argumen untuk meningkatkan efisiensi, penegakan peraturan,

konsistensi input-target-output, dan publik/ masyarakat masih sulit dilibatkan.

4. Filosofi Perencanaan bottom up

a. Dilaksanakan secara kolektif;

b. Mengandalkan persuasi;

c. Mempunyai argumen untuk meningkatkan efektivitas, meningkatkan kinerja

(performance, outcome), merupakan social virtue (kearifan sosial), serta

masyarakat diasumsikan sudah paham hak-hak dan apa yang mereka butuhkan.

Tugas:Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif 24