Mengembalikan Penyiaran Kepada Publik

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/16/2019 Mengembalikan Penyiaran Kepada Publik

    1/2

    Mengembalikan Penyiaran Kepada Publik 

    Banyak yang berpikir bahwa kondisi penyiaran kita baik-baik saja. Pikiran tersebut muncul

    karena sistem penyiaran kita sudah lepas dari cengkeraman otoritarianisme Orde Baru lewat

     penghapusan UU Penyiaran No. !"#$$% menjadi UU No. &"''. (iandaikan bahwa

    re)ormasi penyiaran sudah selesai. *ndonesia sudah berada dalam arus demokrasi. +ika kita

    tengok ke belakang, kita akan kagum pada peran teleisi swasta pada penghujung Orde Baru.

    / swasta melakukan positioning yang mendukung re)ormasi. Kita masih ingat bagaimana

    seorang presenter berita meneteskan air mata saat membacakan berita kematian mahasiswa

    dalam peristiwa 0emanggi Mei #$$1. 2ahirnya UU Penyiaran No. &"'' juga tidak bisa

    lepas dari gerakan ciil society untuk menggenapi re)ormasi pers lewat UU No. !'"#$$$.

    3kan tetapi, perkembangan historis selanjutnya membuat kita seharusnya berpikir dalam

     perspekti) yang berbeda. 4atak industri penyiaran semakin tampak sebagai lembaga

    komersial ketimbang lembaga sosial. Perkembangan yang pertama adalah judicial reiew

    yang dilakukan oleh 3sosiasi eleisi 0wasta *ndonesia 53/0*6 pada tahun ''! untuk 

    memangkas peran KP*. (alam negara demokrasi, wewenang pengaturan lembaga penyiaran

    tidak dilakukan oleh pemerintah namun oleh lembaga independen yang disahkan oleh

     pemerintah. Namun, industri penyiaran kita enggan hidup dalam habitat sehat seperti itu.

    3kan tetapi, 3/0* lebih suka diatur oleh pemerintah. *ni merupakan kemunduran penting

    dalam sistem demokrasi penyiaran kita. *ndustri penyiaran kita lebih nyaman berada di

     bawah ketiak birokrasi yang potensial korup, kolusi), dan bisa disuap, daripada berdiri

    sebagai industry penyiaran yang sehat dalam sistem kapitalisme yang semestinya.

    Perkembangan industri penyiaran kita masih berada dalam koridor kapitalisme semu 5ersat7capitalism6 sejak kemunculannya di penghujung Orde Baru. Niat re)ormasi penyiaran

    menuju industri yang sehat dilawan oleh industri penyiaran. (ukungan masyarakat sipil

    dalam membebaskan sistem penyiaran dari hegemoni Orde Baru telah dina)ikan.

    Perkembangan kedua adalah tidak dijalankannya amanat UU untuk menyelenggarakan sistem

     penyiaran berjaringan yang seharusnya dilaksanakan paling lambat 1 (esember ''$. 3lih-

    alih melakukan sistem berjaringan, penyiaran kita malah semakin rakus dengan melakukan

    sentralisasi penyiaran di +akarta. Negeri sebesar dan sekaya ini dipaksa hanya menonton

    tayangan-tayangan yang bias +akarta.

    *ndustri penyiaran kita semakin menampakkan watak komersialnya dengan perkembangan

    terkait kepemilikan. UU Penyiaran jelas-jelas melarang kepemilikan lembaga penyiaran lebih

    dari satu lembaga di satu proinsi. Namun UU itu dilanggar setidaknya oleh tiga kelompok 

     perusahaan media di +akarta. Mitos teleisi nasional terus direproduksi, padahal tidak ada

    de)inisi tentang teleisi nasional dalam sistem penyiaran swasta kita. 0emua ijin penyiaran

     berbasis proinsi.

    +ika disederhanakan, industri penyiaran kita, khususnya teleisi, telah bersalin rupa. *a

     berubah dari semula sebagai sebuah kekuatan yang mendukung demokratisasi menjadi

    sebuah kekuatan yang akhirnya mengancam demokrasi itu sendiri. 3dalah merupakan sebuahkesesatan pikir kalau demokrasi dianggap semata-mata sebagai persoalan menguatnya

  • 8/16/2019 Mengembalikan Penyiaran Kepada Publik

    2/2

    aspirasi rakyat lewat lepasnya otoritarinisme negara. erlebih bagi media massa yang punya

    irisan kuat dengan ekonomi, ancaman demokrasi juga bisa muncul lewat menguatnya media

    massa sebagai lembaga ekonomi yang mengorbankan aspek publik dalam perilakunya.

    (alam logika politik, struktur dominasi tidak hanya muncul karena kekuatan negara, namun

     juga kekuatan ekonomi. Pengertian seperti ini sudah diingatkan oleh banyak ilmuwan diantaranya Noam 8homsky 9 :dward 0 ;ermann 5#$116 dan matang sebagian? seperti di *ndonesia, berbagai

     penyanderaan mungkin terjadi dalam berbagai sektor. (i sektor pertahanan misalnya, :dward

    3spinall 5'#'6 menyatakan bahwa pemisahan N* dan Polri tidak menjamin demokrasi dan

    tetap potensial mengancam kebebasan in)ormasi melalui produk hukum lain semacam UU

    *ntelejen dan UU Keamanan Nasional. 0elain itu, proses akselerasi demokratisasi jugamengalami kemunduran sejak sekitar ''!-''@ lewat munculnya regulasi anti demokrasi

    semacam UU *: dan UU Ailm.

    (alam dinamika penyiaran sejak #$$$, yang terjadi adalah positioning yang berpihak pada

    demokratisasi sampai pada era sekitar ''!, lalu berubah menjadi aktor komersial yang

    mengorbankan hak-hak publik. Penyiaran telah >berhasil? mengikuti arus re)ormasi pada

    awalnya dan kemudian dengan cepat bersalin rupa sebagai entitas econimicus yang

    meminggirkan hak-hak warga untuk mendapat tontonan yang sehat dan independen. Kita

    tidak sadar, sesosok >penumpang gelap? telah hadir dalam proses demokratisasi kita.

    Perkembangan paling mutakhir adalah bersatunya elemen partai politik dengan elemen

    industri media yang potensial menguasai opini publik menjelang Pemilu '#!. 0ebuah bentuk 

     baru kapitalisme semu telah muncul dengan konteks dan tingkat kerumitan yang berbeda

    dengan kapitalisme semu era Orde Baru.

    (alam triangulasi kepentingan politik, kepentingan pasar, dan kepentingan publik, penyiaran

    kita saat ini telah sedemikian jauh dikuasai oleh kepentingan pasar dengan didukung oleh

     birokrasi negara dan merugikan kepentingan publik. 2okus penting dalam diskursus ini

    adalah persoalan kepemilikan yang terbukti menjadi jantung persoalan penyiaran kita.

    Koalisi *ndependen untuk (emokratisasi Penyiaran 5K*(P6 merespon persoalan ini denganmengambil sikap bahwa kepemilikan media telah dita)sirkan secara berbeda-beda oleh

     berbagai pihak. Oleh industri penyiaran, hal itu dita)sirkan sebagai boleh melakukan

    kepemilikan lebih dari satu media di satu proinsi meskipun UU Penyiaran sudah sangat jelas

    mengatur. Untuk itu K*(P mengajukan uji ta)sir pasal #1 tetang kepemilikan dan pasal &!

    tentang masa ijin )rekuensi.

    Koalisi *ndependen untuk (emokratisasi Penyiaran 5K*(P6 adalah koalisi masyarakat sipil

    yang terdiri dari 3+* *ndonesia, 3+* +akarta, Media 2ink, ayasan 1, 2embaga 0tudi Pers

    dan Pembangunan 520PP6, *nstitute )or 8riminal +ustice