Upload
darto-kloning
View
31
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya……Dan bila engkau sedang dalam perjalanan, dan tidak mendapatkan juru tulis, maka hendaknya ada barang gadai yang diserahterimakan.” Al Baqarah 282-283
Citation preview
Mengenal Seluk Beluk Pegadaian
Disusun oleh :Muhammad Arifin bin Baderi.
ان��"ا ف�ر�ه �ب �ات & ك �ج�د(وا �م& ت ف�ر. و�ل �(م& ع�ل�ى س (نت �ن ك و�إ(وض�ة� 283 البقرةم;ق&ب
"Bila kalian berada dalam perjalanan (dan
kamu bermu'amalah secara tidak tunai)
sedangkan tidak mendapatkan juru tulis,
maka hendaklah ada barang yang
digadaikan yang diserah terimakan (kepada
pemberi piutang)." (Al Baqarah 283).
Mengapa Ada Gadai? .ل �Bج� �ل�ى أ &ن. إ (م بB�د�ي �نت �د�ايBا ت��ذ & إ ذ�ين� آم�نB(وا ;Bا ال �BهL ي
� �ا أBيمMى �BسLوه( م) (ب &ت �اكBم& ف� ف�ر. و�ل �Bى س�(م& ع�ل (نت �ن ك .... و�إ
(وض�ة� "ا ف�ر�ه�ان� م;ق&ب �ب �ات & ك �ج�د(وا ت“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya……Dan bila engkau sedang dalam perjalanan, dan tidak mendapatkan juru tulis, maka hendaknya ada barang gadai yang diserahterimakan.” Al Baqarah 282-283.
عن عائشة رضي الله عنها قالت: من يهودي\ )اشترى رسول الله
" نسيئة" ورهنه درع�ه(. متفق عليه طعاما
“Sahabat 'Aisyah radhiallahu 'anha,
mengisahkan: "Rasulullah membeli
dari seorang Yahudi bahan makanan
(gandum) dengan cara tidak tunai, dan
beliau menggadaikan perisainya."
Muttafaqun ‘Alaih
Sahabat Anas mengisahkan: "Sungguh Nabi pernah menggadaikan perisainya kepada seorang yahudi di Madinah, dan beliau berhutang kepadanya sejumlah gandum untuk menafkahi keluarganya, dan sungguh aku pernah mendengar Beliau bersabda: Dirumah keluarga Muhammad tidak tersisa lagi gandum walau hanya ada satu sho' (takaran sekitar 2,5 Kg), padahal ia memiliki sembilan istri." (riwayat Imam Bukhory).
Hukum Gadai.
Imam Syafii Imam Syafii berkata: Allah memerintahkan anda agar menggadaikan barang, bila tidak menemukan juru tulis. Selanjutnya Allah mengizinkan anda untuk tidak menggadaikan dan berfirman:
ع&ض"ا� (م ب �ع&ض(ك �م�ن� ب �ن& أ ف�إ“Namun jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain.” (Al Baqarah 283) Ini bukti bahwa perintah untuk menggadaikan pada awal ayat hanya sebatas anjuran dan bukan kewajiban, yang bila anda tinggalkan maka anda berdosa.” (Al Umm 3/89)
Bayar Tunai, Tidak Mau, Menggadaikan Barang, Malu,
Berhutang, Tidak Tepat Waktu!
ان��"ا ف�ر�ه �ب �ات & ك �ج�د(وا �م& ت ف�ر. و�ل �(م& ع�ل�ى س (نت �ن ك و�إ(وض�ة� ;ذ�ي م;ق&ب (ؤ�دk ال &ي �ع&ض"ا ف�ل (م ب �ع&ض(ك �م�ن� ب �ن& أ ف�إ
�ه �ت م�ان� (م�ن� أ 283 البقرة اؤ&ت
"Bila kalian berada dalam perjalanan (dan kamu bermu'amalah secara tidak tunai)
sedangkan tidak mendapatkan juru tulis, maka hendaklah ada barang yang
digadaikan yang diserah terimakan (kepada pemberi piutang. Namun jika sebagian
kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai
menunaikan amanatnya " (Al Baqarah 283).
(م& ع�ل�ى �ح�د(ك �ع� أ &ب ت) �ذ�ا أ &م� و�إ �ىk ظ(ل &غ�ن )م�ط&ل( ال�ع&( متفق عليه &ب �ت &ي م�ل�ىء. ف�ل
"Penunda-nundaan orang yang telah kecukupan adalah
perbuatan zhalim. Dan bila tagihanmu ditransfer kepada
orang yang berkecukupan, maka hendaknya engkau
menurutinya." Muttafaqun 'alaih.
Awas! Masa Depan Suram
ه( ، &Bن�ه( ع ;Bد;ى الل� ا أ �Bه��د�اء (ر�يBد( أ اس� ي ;Bالن �و�ال &Bم� ذ� أ �Bخ� )م�ن& أ
;ه(( رواه البخاري �ف�ه( الل &ل �ت �ف�ه�ا أ &ال �ت (ر�يد( إ �خ�ذ� ي و�م�ن& أ"Barang siapa yang mengambil harta orang lain, sedangkan ia berniat untuk menunaikannya, niscaya Allah akan memudahkannya dalam menunaikan harta tersebut, dan barang siapa mengambil harta oranga lain sedangkan ia berniat untuk merusaknya, niscaya Allah akan membinasakannya." Riwayat Bukhari.
;ه( Bن� �م( أ �ع&ل "ا ي Bن& �د�ان� د�ي ت &Bن& اس�قال الصBنعاني: ف�م
م"ا �ه� ف�ق�د& ف�ع�ل� م(ح�ر; �ق&د�ر( ع�ل�ى ق�ض�ائ ال� ي
As Shan’ani berkata: “Barang siapa
berhutang dalam jumlah yang ia sadari
bahwa ia tidak kuasa untuk melunasinya,
maka berbuat sesuatu yang haram. (Subulus
Salam 4/406)
قال المنBاوي : أي أتلBف اللBه أموالBه في الBدنيا بكBBثرة المحن والمغBBارم والمصBBائب ومحBBق
البركة وفي اآلخرة بالعذابAl Munawi berkata :Maksud: “Allah membinasakannya” adalah Allah menghancurkan harta kekayaannya semasa ia hidup di dunia. Berbagai cobaan, biaya hidup yang berat, petaka, dan dihapuskan keberkahan hidupnya. Ditambah lagi, kelak di akhirat, azab yang pedih telah menantinya. (At Taisir Bisyar Al Jami’ As Shaghir 2/756)
Bertekad Bulat Melunasi Piutang
Sudikah engkau aku ajari doa yang diajarkan oleh Rasulullah
kepadaku. Dengan doa ini, andai engkau menanggung
piutang sebesar gunung Shiir niscaya Allah akan
memudahkanmu untuk melunasinya.
Ucapkanlah:
�ى �ن �غ&ن ام�ك� و�أ ��ك� ع�ن& ح�ر �ل �ح�ال �ى ب &ف�ن ;ه(م; اك الل�و�اك �ف�ض&ل�ك� ع�م;ن& س� ب
"Ya Allah, limpahkan kecukupan kepada kami
dengan rizqi-Mu yang halal agar tidak memakan harta
yang Engkau haramkan. Dan cukupilah kami dengan
kemurahan-Mu agar tidak mengharapkan uluran tangan selain-Mu. Riwayat Ahmad, At
Tirmizy.
Awas! Besar Pasak Daripada Tiang
Ada seorang lelaki dari Juhainah yang membeli beberapa kendaraan (onta) dengan pembayaran tidak tunai, dan
dengan harga mahal. Selanjutnya ia bergegas mendahului jamaah haji, dan akibatnya iapun ditimpa pailit. Ketika
kasusnya dilaporkan ke Khalifah Umar bin Al Khatthab, ia berkata: Amma ba’du, wahai masyarakat, sesungguhnya
Usaifi’, yaitu Usaifi’ dari Juhainah, merasa puas bila agama dan kepercayaannya digadaikan dengan sanjungan: “ia
berhasil mendahului jamaah haji”. Ia menyepelekan piutang, hingga terlilit. Barang siapa memiliki piutang
atasnya, hendaknya ia menemui kami esok hari, karena harta kekayaannya akan dibagi-bagikan kepada seluruh
krediturnya. Waspadalah kalian dari putang, karena awal piutang itu kegundahan dan akhirnya peperangan.
(Muwattha’ 2/770)
��ذ&ه�ب� م�ن ; أ �ال " إ &با &ن� ق�ل م�ا د�خ�ل� ه�مL الد;ي
�ع(و&د( � ي &ع�ق&ل� م�ا ال ال
"Tidaklah kegundahan karena
memikirkan piutang
menghampiri hati seseorang,
melainkan akan menyirnakan
sebagian dari akal sehatnya
dan tidak akan pernah pulih
kembali.“
�س(ول ��ا ر � ي م �&م�غ&ر �ع�يذ( م�ن� ال ت �س& �ر� م�ا ت &ث ك� )م�ا أ
��ذ�ب �ذ�ا غ�ر�م� ح�د;ث� ف�ك ج(ل� إ �ن; الر; : )إ �;ه�؟ ف�ق�ال الل( متفق عليه ��خ&ل�ف و�و�ع�د� ف�أ
Seorang bertanya: "Ya Rasulullah, betapa sering engkau berlindung
dari piutang yang melilit nan memberatkan? Beliau menjawab:
Sesungguhnya seseorang yang telah terlilit piutang yang
memberatkan, bila berbicara, ia berdusta, dan bila berjanji, ia
ingkar." Muttafaqun 'alaih
Barang Apa Yang Bisa Anda Gadaikan?
Imam As Syafi'i berkata:
"Bila ada orang yang hendak
menggadaikan seekor anjing, maka tidak
dibenarkan, karena anjing tidak memiliki
nilai ekonomis. Demikian juga halnya
setiap barang yang tidak halal untuk
diperjual-belikan.” (Al Umm 3/162)
Menggadaikan Buah Yang Belum Menua.
Pendapat Pertama: Imam Syafi’i melarang anda menggadaikan buah-buah atau tanaman yang belum siap untuk dipanenImam As Syafi'i berkata: "Tidak dibenarkan bagi seseorang untuk menggadaikan sesuatu yang pada saat akad gadai berlangsung tidak halal untuk diperjual belikan.” (Al Umm oleh Imam As Syafi'i 3
: )نهى عن بيع أن رسول الله عن بن عمرالنخل حتى يزهو وعن السنبل حتى يبيض
ويأمن العاهة، نهى البائع والمشتري.("Dari sahabat Ibnu Umar bahwasannya
Rasulullah melarang penjualan kurma hingga menua, dan dari penjualan biji-bijian
hingga memutih dan aman dari hama, beliau melarang penjual dan juga pembelinya."
(riwayat Bukhary dan Muslim)
Pendapat Kedua: Boleh menggadaikan buah-buahan atau
tanaman yang belum siap untuk dipanen. Ini adalah pendapat yang dianut dalam
mazhab Maliki dan Hambali, dan pendapat kedua dalam mazhab Syafii. (Al Mughni 6/461& Bidayatul Mujtahid 8/28)
Dalil : Tidak ada dalil yang melarang.
Menggadaikan Barang Pinjaman
Ibnul Munzir berkata:
“Seluruh ulama’ yang telah kami hafal
pendapatnya sepakat bahwa anda dibenarkan
untuk meminjam sesuatu barang dari orang
lain untuk anda gadaikan atas piutang anda
dalam nominal yang jelas dan kepada orang
tertentu, dan hingga tempo yang jelas pula.
(Al Mughni Ibnu Qudamah 6/462)
Dua Opsi Ketika Jatuh Tempo:1) Debitur berhasil melunasi piutangnya,
maka barang gadaian dikembalikan kepada pemiliknya.
2) Debitur tidak berhasil melunasi, maka kreditur berhak melelang barang gadaian,
dan mengambil haknya secara penuh.Selanjutnya peminjam, berkewajiban
mengganti barang atau harganya kepada pemilik. (Al Mughni Ibnu Qudamah 6/464)
Waktu Penggadaian
Dapat dipahami dari teks ayat 282 Surat Al
Baqarah dan juga dari tujuan akad
pergadaian, maka waktu pelaksanaan akad
gadai ialah: • Setelah • Atau bersamaan dengan akad hutang-
piutang (Al Mughnii oleh Ibnu Qudamah
6/444-445)
" نزل برسول عن أبي رافع أن ضيفا"، فأتيت الله، فأرسلني أبتغي له طعاما" من اليهود فقلت: يقول لك محمد رجال
;ه قد نزل بنا ضيف، ولم يلق عندنا إنبعض الذي يصلحه، فبعني أو أسلفني
إلى هالل رجب. فقال اليهودي: ال والله ، فرجعت إلى ال أسلفه وال أبيعه إال برهن.
رسول الله فأخبرته فقال: )والله إني ألمين في أهل السماء أمين في أهل األرض، ولو أسلفني أو باعني ألد;يت
اق إليه. اذهب بدرعي( رواه عبد الرز; وغيره مرسال
“Abu Raafi' , mengisahkan bahwa pada suatu hari ada seseroang bertamu ke rumah
Rasulullah . Lalu beliau mengutusku untuk mencari makanan sebagai hidangan. Aku mendatangi seorang Yahudi, dan berkata
kepadanya: Nabi Muhammad berkata kepadamu, sesungguhnya ada tamu yang
datang kepada kami, sedangkan kami tidak memiliki apapun yang dapat dihidangkan untuk
mereka. Karenanya, juallah kepada kami atau hutangilah kami (gandum) hingga tempo bulan
Rajab.
Orang Yahudi tersebut berkata: Tidak, sungguh demi Allah aku tidak akan menghutanginya
dan tidak akan menjual kepadanya melainkan dengan gadaian. Akupun kembali menemui
Rasulullah, lalu aku kabarkan kepada beliau. Beliau bersabda: Sungguh demi Allah aku
adalah orang yang terpercaya di langit (dipercaya oleh Allah) dan terpercaya dibumi,
andaikata ia menghutangiku atau menjual kepadaku, pasti aku melunasinya). (riwayat Abdurrazzaaq dengan sanad yang mursal).
Gadai Sebelum BerhutangBila ada orang yang berhutang telah memberikan jaminan barang gadaian, maka -menurut pendapat yang lebih kuat- dibolehkan pula. •Hukum asal setiap transaksi adalah halal.•Kedua belah pihak yang menjalankan akad rela dan telah menyepakati hal tersebut. (Al Mughni 6/445& As Syarhul Mumti' oleh Ibnu Utsaimin 9/125 )
Hukum-Hukum Pergadaian.
Pertama: Barang Gadai Adalah Amanah.Status barang gadai selama berada di tangan pemilik
uang adalah sebagai amanah yang harus ia jaga sebaik-baiknya. Sebagai konsekuensinya bila terjadi
kerusakan yang tidak disengaja dan tanpa ada kesalahan prosedur dalam perawatan, maka pemilik uang tidak berkewajiban untuk mengganti kerugian.
Andai pemilik barang mensyaratkan agar kreditur mengganti kerugian bila terjadi kerusakan walau
tanpa disengaja, maka persyaratan ini tidak sah. (Al Um oleh Imam As Syaafi'i 3/168, Mughnil Muhtaaj
oleh As Syarbiny 2/126-127, I'anatut Tholibin oleh Ad Dimyathy 3/59)
Kedua : Pemilik Uang Berhak Membatalkan Pegadaian.
Pergadaian adalah akad yang mengikat salah satu pihak saja, yaitu pihak penghutang. Dengan demikian ia tidak dapat membatalkan akad pegadaian, melainkan atas kerelaan kreditur. Namun kreditur/pemilik uang, berwenang sepenuhnya untuk membatalkan akad, kapanpun ia suka. Karena pegadaian disyari'atkan untuk menjamin haknya. Sehingga bila ia rela apabila haknya terhutang tanpa ada jaminan, maka itu sepenuhnya adalah wewenangnya.
Ketiga: Pemilik Uang Tidak Memanfaatkan Barang Gadaian.
Barang gadaian sebelum dan setelah digadaikan adalah milik debitur. Sehingga seluruh kegunaannya
milik debitur. Adapun kreditur, maka ia hanya berhak untuk menahan barang tersebut, sebagai
jaminan atas uangnya yang terhutang. Bila ia memanfaatkannya, berarti ia mendapat
keuntungan dari piutangnya dan itu adalah riba. Bahkan adanya persyaratan agar kreditur boleh
memanfatkan barang gadai menjadikan akad hutang-piutang beserta pergadaiannya batal.
(Mughnil Muhtaaj oleh As Syarbini 2/121, Fathul Mu'ain oleh Al Malibaary3/57, dan Nihaayatuz Zain oleh Muhammad Nawawi Al Bantany 244)
Sahabat Fudholah bin Ubaid :فهو ربا جر منفعة كل قرض
"Setiap piutang yang mendatangkan kemanfaatn maka itu adalah riba.” ( Al Baihaqy).Ucapan serupa juga diriwayatkan dari sahabat Abdullah bin Mas'ud, Abdullah bin Salaam dan Anas bin Malik . Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, "Dan piutang yang mendatangkan kemanfaatan, telah tetap pelarangannya dari beberapa sahabat yang sebagian disebutkan oleh penanya dan juga dari selain mereka, di antaranya sahabat Abdullah bin Salaam dan Anas bin Maalik." (Majmu' Fatawa Ibnu Taimiyyah 29/334).
Imam An Nawawi berkata: "Tidaklah pemilik uang (murtahin) memiliki hak pada barang gadaian selain hak sebagai jaminan belaka. Dan murtahin tidak dibenarkan untuk bertasarruf (bertindak), baik berupa ucapan atau perbuatan tentang barang gadaiaan yang ada di tangannya. Dan ia juga dilarang untuk memanfaatkannya.” (Raudhatut Thalibin oleh Imam An Nawawi 3/387)
Dua Pengecualian
1) Bila pemanfaat barang gadai disepakati
ketika akad jual-beli atau sewa menyewa
dilangsungkan, dan dalam batasan waktu
yang disepakati pula. (Nihayatuz Zain
oleh Muhammad Nawawi Al Bantani
244)
Anda menjual kendaraan kepada seseorang, dengan kesepakatan sebagai berikut:
•Harga sebesar Rp. 30.000.000,- dengan cicilan tiap bulan Rp. 3.000.000,-
•Pembeli berkewajiban menggadaikan salah satu rumahnya selama 10 bulan, yaitu
selama masa kridit.•Selama masa pengkriditan, yaitu 10 bulan,
anda menempati rumah gadaian tersebut.
2) Barang gadai berupa binatang hidup.Hal ini bertujuan untuk memudahkan kedua belah pihak. Bila makanan binatang tersebut dibebankan kepada pemilik uang, maka ia akan dirugikan.Dan bila dibebankan kepada pemilik binatang, maka akan merepotkannya, terlebih –lebih bila jarak antara mereka berdua berjauhan.
"، ولبن �ب( بنفقته إذا كان مرهونا ك (ر& )الظ;هر ي"، وعلى ب( بنفقته إذا كان مرهونا �ر (ش& الد;رk ي;فقة(.( رواه البخاري ال;ذي يركب ويشرب الن"Binatang tunggangan bila sedang digadaikan
boleh ditunggangi sebagai imbalan atas nafkahnya (makanannya). Susu binatang bila
sedang digadaikan boleh diperah lalu diminum sebagai imbalan atas makanannya.
Dan orang yang menunggangi dan meminum susu berkewajiban untuk memberikan
makanan." Riwayat imam Bukhori.
Keempat : Piutang Tidak Berkurang Karena Barang Gadai Rusak.
Imam As Syafi'i berkata: "Bila seseorang telah menggadaikan barang, kemudian barang itu rusak, maka pemberi piutang tidak berkewajiban untuk menggantinya. Dan jumlah piutang anda tidak berkurang, dari jumlah semula.....Selama Pemilik uang tidak berbuat kesalahan, maka status barang gadaian bagaikan amanah. Sehingga bila penghutang telah menyerahkan barang gadaian kepada pemilik uang, kemudian ia ingin menarik kembali barangnya, maka pemilik uang berhak untuk menolaknya. Dan bila barang itu rusak, maka pemilik uang tidak berkewajiban untuk menggantinya. (Al Umm 3/167)
kelima : Barang Gadaian Boleh
dilelang ketika Jatuh
Tempo.
Bila piutang telah jatuh tempo, maka akan terjadi beberapa kemungkinan berikut:
1) Penghutang dapat melunasi piutangnya. Bila ini yang terjadi, maka barang gadai, sepenuhnya harus dikembalikan kepada pemiliknya.
2) Penghutang tidak mampu melunasi piutangnya, dan pemilik uang rela untuk menunda haknya.
�ن& ة وأ �ر �Bس& �ل�ى م�ي ة� إ ��ظB�ر ة. ف�ن �ر &Bذ(و ع(س ��ان Bن& ك� )و�إون( )BBBم� �ع&ل (م ت &ت (ن �ن& ك (م& إ �ك ر� ل &BBBي�د;ق(وا خ �BBBص� ت
280البقرة "Dan jika (orang berhutang itu) dalam
kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedakahkan (sebagian atau semua hutang) itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui." (Al Baqarah 280).
“Kelak, Allah mendatangkan seorang hamba-Nya yang pernah Ia beri harta kekayaan, kemudian Allah bertanya kepadanya: Apa yang engkau lakukan ketika di dunia? (Dan mereka tidak dapat menyembunyikan dari Allah suatu kejadian) (An Nisa’ 42) Iapun menjawab: Wahai Tuhanku, Engkau telah memberiku harta kekayaan, dan aku berprofesi sebagai pedagang. Kebiasaanku adalah senantiasa memudahkan, aku meringankan (tagihan) orang yang mampu dan menunda (tagihan) orang yang tidak mampu. Kemudian Allah berfirman: Aku lebih berhak untuk melakukan ini daripada engkau, mudahkanlah hamba-Ku ini." Muttafaqun 'alaih.
;ه( ;ه( الل ظ�ل� �ه( أ و& و�ض�ع� ل
� ا أ ر" &ظ�ر� م(ع&س� �ن )م�ن& أ� ظ�ل; �و&م� ال ه� ي ش� �ح&ت� ظ�لk ع�ر& �ام�ة� ت &ق�ي �و&م� ال ي
Lه( ( ; ظ�ل �ال إ"Barang siapa menunda atau
memaafkan piutang orang yang kesusahan, niscaya Allah
menaunginya di bawah arsy-Nya di hari yang padanya tidak ada
naungan selain naungan-Nya." Riwayat Bukhari, Muslim, At
Tirmizy dan ini adalah teks riwayat At Tirmizy.
3) Penghutang tidak mampu melunasi piutangnya, dan pemilik uang tidak
mau untuk menunda tagihan.
Pada keadaan seperti ini, barang gadai harus dijual, dan hasil penjualannya digunakan untuk melunasi piutang.
1.Hasil penjualan lebih sedikit dari jumlah piutang, maka seluruh hasil penjualan diserahkan kepada pemilik uang dan penghutang masih berkewajiban untuk menutup kekurangannya.
2.Hasil penjualan sama dengan jumlah piutang, maka hasil penjualan sepenuhnya diserahkan kepada pemilik uang guna melunasi haknya.
3.Hasil penjualan melebihi jumlah piutang, maka hasil penjualan itu dipotong jumlah piutang, dan sisanya dikembalikan kepada pemilik barang (penghutang).