3
MENGGUGAT CAMAT SEBAGAI PPAT (SEMENTARA) Oleh : Prof. Arie Sukanti Hutagalung, SH, Msi. Maferdy Yulius, SH, SpN, MKn. Pengantar. Tulisan ini bermaksud untuk meninjau kembali kedudukan Camat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah Sementara, setelah berlakunya ketentuan ……………………………tentang……, karena perbedaan yang menjadi dasar untuk keberadaan Camat sebagai PPAT sementara telah berubah dengan keluarnya Peraturan Pemerintah tersebut diatas. PPAT. Sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997, ketentuan mengenai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961, yang mengatur mengenai pelaksanaan pendaftaran tanah sebagaimana diperintahkan oleh Pasal 19 UUPA. Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah Pejabat yang menurut ketentuan pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1961 berwenang untuk membuat akta dari perjanjian-perjanjian yang bermaksud untuk memindahkan hak atas tanah, memberikan suatu hak baru atas tanah, menggadaikan tanah atau meminjam uang dengan hak atas tanah sebagai tanggungannya. Pada awalnya pengangkatan seseorang untuk menjadi Pejabat Pembuat Akta Tanah dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri/ Direktur Jenderal Agraria. Selanjutnya Pengangkatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, hak dan kewajibannya diatur di dalam Peraturan Menteri Agraria No. 10 tahun 1961 dan kemudian di tambah dengan Peraturan Menteri Pertanian dan Agraria No. 4 tahun 1963. Orang yang dapat diangkat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah menurut ketentuan PMPA No. 4 tahun 1963 tersebut adalah : a. Notaris; b. Pegawai-pegawai dan bekas pegawai dalam lingkungan Direktorat Jenderal Agraria yang dianggap mempunyai pengetahuan yang cukup tentang peraturan-peraturan pendaftaran tanah dan peraturan-peraturan lainnya yang bersangkutan dengan persoalan peralihan hak atas tanah; c. Para pegawai pamong praja yang pernah melakukan tugas seorang Pejabat Pembuat Akta Tanah; d. Orang-orang lain yang telah lulus dalam ujian yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Agraria. Dengan demikian, untuk dapat diangkat menjadi seorang Pejabat Pembuat Akta Tanah mereka yang termasuk kedalam golongan a,b dan c itu tidak perlu diuji lebih dahulu, karena dianggap telah menguasai peraturan-peraturannya. Untuk itu dengan Surat Keputusan Menteri Agraria tanggal 21 September 1961 No.

Menggugat Camat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Menggugat Camat

MENGGUGAT CAMAT SEBAGAI PPAT (SEMENTARA)

Oleh : Prof. Arie Sukanti Hutagalung, SH, Msi.Maferdy Yulius, SH, SpN, MKn.

Pengantar.

Tulisan ini bermaksud untuk meninjau kembali kedudukan Camat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah Sementara, setelah berlakunya ketentuan ……………………………tentang……, karena perbedaan yang menjadi dasar untuk keberadaan Camat sebagai PPAT sementara telah berubah dengan keluarnya Peraturan Pemerintah tersebut diatas.

PPAT.

Sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997, ketentuan mengenai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961, yang mengatur mengenai pelaksanaan pendaftaran tanah sebagaimana diperintahkan oleh Pasal 19 UUPA. Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah Pejabat yang menurut ketentuan pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1961 berwenang untuk membuat akta dari perjanjian-perjanjian yang bermaksud untuk memindahkan hak atas tanah, memberikan suatu hak baru atas tanah, menggadaikan tanah atau meminjam uang dengan hak atas tanah sebagai tanggungannya.

Pada awalnya pengangkatan seseorang untuk menjadi Pejabat Pembuat Akta Tanah dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri/ Direktur Jenderal Agraria. Selanjutnya Pengangkatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, hak dan kewajibannya diatur di dalam Peraturan Menteri Agraria No. 10 tahun 1961 dan kemudian di tambah dengan Peraturan Menteri Pertanian dan Agraria No. 4 tahun 1963.Orang yang dapat diangkat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah menurut ketentuan PMPA No. 4 tahun 1963 tersebut adalah :

a. Notaris;b. Pegawai-pegawai dan bekas pegawai dalam lingkungan Direktorat Jenderal Agraria yang

dianggap mempunyai pengetahuan yang cukup tentang peraturan-peraturan pendaftaran tanah dan peraturan-peraturan lainnya yang bersangkutan dengan persoalan peralihan hak atas tanah;

c. Para pegawai pamong praja yang pernah melakukan tugas seorang Pejabat Pembuat Akta Tanah;

d. Orang-orang lain yang telah lulus dalam ujian yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Agraria.

Dengan demikian, untuk dapat diangkat menjadi seorang Pejabat Pembuat Akta Tanah mereka yang termasuk kedalam golongan a,b dan c itu tidak perlu diuji lebih dahulu, karena dianggap telah menguasai peraturan-peraturannya. Untuk itu dengan Surat Keputusan Menteri Agraria tanggal 21 September 1961 No. sk/614/Ka/61, semua Notaris dan Wakil Notaris di Jawa dan Madura, serentak diangkat menjadi Pejabat Pembuat Akta Tanah. Demikian pula halnya dengan para Pejabat Pembuat Akta Tanah yang diangkat kemudian juga tidak lebih dahulu menempuh ujian. Dalam praktek ternyata, bahwa masuknya seseorang kedalam golongan a dan c belumlah merupakan jaminan, bahwa ia benar-benar telah menguasai peraturan-peraturan yang bersangkutan.( Boedi Harsono, Undang-Undang Pokok Agraria, Sejarah penyusunan, isi dan pelaksanaannya, Djambatan 1971, hal. 25). Oleh karena itu maka kemudian untuk dapat diangkat menjadi Pejabat Pembuat Akta Tanah, siapapun harus lulus terlebih dahulu dalam ujian yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Agraria, sebagaimana ditentukan dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 28 tahun 1969, yang kemudian dirobah dan disempurnakan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri no.sk.19/DDA/1971 tentang Pembentukan Panitia Ujian Pejabat Pembuat Akta Tanah.Menurut KepMen tersebut diatas, yang dapat menempuh ujian Pejabat Pembuat Akte Tanah ialah:

a. Notaris;b. Wakil Notaris yang diangkat oleh Departemen Kehakiman;

Page 2: Menggugat Camat

c. Bekas pegawai tehnis Direktorat Jnderal Agraria, yang oleh Panitia dianggap cukup mempunyai pengetahuan yang berhubungan dengan peraturan pendaftran tanah dan persoalan peralihan hak atas tanah;

d. Sarjana-sarjana Hukum bekas pegawai negeri;e. Bekas pegawai pamong praja yang pernah menjabat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah

waktu masih bertugas sebagai Camat Mereka yang oleh Panitia dinyatakan lulus dalam ujian tersebut dapat diangkat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah oleh Menteri Dalam Negeri c.q. Direktur Jenderal Agraria.

Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997 pada tanggal 8 Oktober 1997, maka Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1961 dinyatakan tidak berlaku lagi, namun demikian dalam ketentuan pasal 64 Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997, yang merupakan Ketentuan peralihan dinyatakan, bahwa semua peraturan perundang-undangan pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1961 yang telah ada tetap berlaku, sepanjang tidak bertentangan atau diubah dengan ataupun diaganti berdasarkan Peraturan Pemerintah yang baru.

Sebagai Pelaksanaan Ketentuan Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997, dikeluarkan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 tahun 1997, sedangkan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah ( PPAT ) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.Didalam pasal 1 angka 24 PP N0.24 tahun 1997, Pejabat Pembuat Akta Tanah disebut sebagai Pejabat Umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta tanah tertentu sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang bersangkutan, yaitu akta pemindahan dan pembebanan hak atas tanah dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, akta pemberian kuasa untuk membebankan Hak Tanggungan. Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah menurut Penjelasan Umum PP tersebut, adalah merupakan salah satu sumber utama dalam rangka pemeliharaan data pendaftaran tanah.

Pada azasnya untuk setiap Kecamatan diangkat seorang Pejabat Pembuat Akta Tanah, tetapi dalam hal-hal tertentu seorang Pejabat Pembuat Akta Tanah dapat diberi daerah kerja lebih dari satu Kecamatan, sebaliknya juga dapat diangkat lebih dari satu Pejabat Pembuat Akta Tanah untuk satu Kecamatan. Seorang Pejabat Pembuat Akta Tanah hanya berwenang untuk membuat akta atas tanah-tanah yang terletak dalam daerah kerjanya, namun demikian dalam hal-hal tertentu dengan ijin dari Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional, seorang Pejabat Pembuat Akta Tanah dapat membuat akta mengenai tanah yang tidak terletak di dalam daerah kerjanya, misalnya dalam hal pembebanan beberapa bidang tanah yang letaknya terdapat di beberapa Kecamatan dengan hak tanggungan.

Camat.

Menurut pasal 7 Peraturan Pemerintah tersebut, Pejabat Pembuat Akta Tanah diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional. Lebih lanjut disebutkan bahwa untuk mempermudah rakyat di daerah terpencil yang belum ada Pejabat Pembuat Akta Tanahnya dalam melakukan perbutan hukum mengenai tanah, dapat ditunjuk Pejabat Pembuat Akta Tanah Sementara. Yang dapat ditunjuk sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah Sementara itu adalah Pejabat Pemerintah yang menguasai keadaan daerah yang bersangkutan, yaitu Kepala Kecamatan.Jika untuk Kecamatan itu telah diangkat seorang Pejabat Pembuat Akta Tanah, maka Camat yang bersangkutan tetap menjadi Pejabat Pembuat Akta Tanah Sementara sampai ia berhenti menjadi Camat dari Kecamatan itu. Lebih lanjut menurut Surat Edaran Menteri Pertanian dan Agraria No. Unda.1/2/8. tanggal 21 April 1962, oleh karena Camat itu menjadi Pejabat Pembuat Akta Tanah karena Jabatannya, maka dengan sendirinya ia tidak memerlukan surat keputusan pengangkatan untuk bertindak sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah.

Perlu Perubahan.