Upload
ridho-hidayat
View
1.310
Download
39
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah tentang teknik dan strategi dalam mengkomunikasikan hasil penelitian
Citation preview
Mengkomunikasikan Hasil Penelitian
Siapa bilang sebuah komunikasi dianggap tidak penting bagi berkembangnya sebuah penelitian. Sebagai contoh dalam sebuah lembaga penelitian diperlukan seorang ahli dibidang komunikasi untuk mengkomunikasikan riset. Mengapa riset perlu dikomunikasikan? karena hasil penelitian pasti terkait hajat hidup orang banyak, apalah arti dari hasil sebuah penelitian apabila tidak memiliki faedah atau manfaat bagi masyarakat baik langsung maupun tidak langsung.
Memang tidak selalu hasil penelitian dapat diketahui masyarakat secara luas, namun hasil penelitian yang dekat dengan masyarakat sebaiknya dikomunikasikan dengan cara yang tepat. apabila hasil penelitian sudah berhasil disosialisasikan kepada masyarakat tentu akan lebih bermanfaat. Seperti yang kita ketahui bahwa ketertarikan masyarakat indonesia pada riset masih lemah, hal ini bukan tanpa alasan karena adanya budaya yang sepertinya sulit diretas oleh bangsa ini.
Sebuah terobosan komunikasi perlu dilakukan pada proses komunikasi hasil penelitian agar lebih terasa manfaatnya. Hasil penelitian tidak hanya semata menjadi buku ilmiah atau jurnal ilmiah, tetapi bagaimana hasil penelitian mampu dipahami oleh masyarakat. Hal ini juga sebagai media untuk mencerdaskan bangsa, bagaimana membuat masyarakat tertarik akan hasil penelitian dan selalu ingin mengetahui.
Tentunya tidak semua jenis penelitian yang ingin diketahui oleh masyarakat. Seseorang akan memiliki ketertarikan yang cukup besar apabila hasil penelitian tersebut berkaitan dengan kehidupannya. Sebagai contoh penelitian tentang penggunaan zat beracun bagi makanan, terkesan simple dan sederhana tetapi permasalahan itu dekat dengan masyarakat dan apabila tidak diketahui dapat cukup beresiko karena makanan merupakan kebutuhan utama. Hal ini juga dapat mendorong rasa ingin tahu masyarakat yang secara langsung mengajarkan bagaimana menjadi masyarakat cerdas yang selektif memilih makanan.
Itu salah satu contoh dalam hal makanan, bagaimana dengan hal yang terkait perekonomian Indonesia. Negara ini cukup ramai menjadi sorotan disaat pemerintah mulai mengeluarkan wacana untuk menaikan harga Bahan Bakar Minyak, seketika rakyat bergejolak menolak kenaikan tersebut. Namun hal tersebut saya yakin tidak akan terjadi apabila pemerintah dapat menjelaskan secara sederhana mengapa BBM terpaksa harus dinaikan. Bukan melalui bahasa ilmiah, bukan melalui bahasa retotika, bukan melalui bahasa politis, tetapi dengan kata-kata sederhana dan ilustrasi seperti melalui kartun atau sketsa bergambar yang menjelaskan sisi positif kenaikan BBM dan alasan dibaliknya.
Memang membahasakan hasil penelitian tidaklah mudah, apalagi yang terkait dengan isu sensitif di masyarakat, namun pemerintah seharusnya lebih cerdas dalam menggunakan pendekatan ke masyarakat. Penggunaan media sosial, seri karikatur, dan cerita bergambar di Iklan Layanan Masyarakat (ILM) sebaiknya perlu dicoba. Apabila masyarakat mendukung dan mengetahui peranannya dalam kehidupan bernegara tentunya Indonesia dapat lebih maju. Karena pemerintah tidak bekerja sendiri dalam membenahi berbagai macam persoalan. Diposkan oleh Diplovellamunikasi vebi di 5:00 AM http://diplovellamunikasi.blogspot.com/2013/01/mengkomunikasikan-hasil-penelitian.html
Tips mudah Mengkomunikasikan hasil Penelitian dalam Seminar
Wednesday, September 14, 2011 Basendra Samsul penelitian No comments Tweet
Mengkomunikasikan Hasil Penelitian Sosial
Para ilmuwan sosial melakukan penelitian tidak hanya ditujukan untuk mencari suatu
pengetahuan sosial yang baru atau penyebab dari masalah-masalah sosial tetapi juga dapat
memberikan suatu sumbangan dalam menyelesaikan masalahmasalah sosial. Dalam
melaksanakan penelitian para ilmuwan sosial melaksankan dengan hati-hati dan ekstra teliti.
Mereka menggali data sesuai dengan apa yang tejadi dilapangan. Karena hasil penelitian
yang dilaksanakan akan juga dikomunikasikan kepada masyarakat.
Mengkomunikasikan hasil penelitian tidak semudah dalam menyampaikan suatu makalah
dalam seminar atau workshop. Dibutuhkan kecakapan tersendiri dan juga penguasaan ilmu
baik dari segi teoritis dan metode juga penguasaan masalah yang dikajinnya. Hal ini
dilakukan karena sang peneliti ketika mengkomunikasikan hasil penelitiannya sama saja
mempertahankan ide dasar pengetahuannya dan juga ada tuntutan tentang manfaat dari
penelitian tersebut. Oleh karena itu, peneliti harus benar-benar mempersiapkan laporan
penelitiannya secara mendalam dengan literatur yang rasional.
Hasil penelitian dapat dikomunikasikan dalam berbagai acara yaitu diantaranya seminar, uji
skripsi,tesis, dan disertasi dalam mendapatkan gelar pendidikan. Ada pula melalui bentuk
artikel yang dimuat dalam media massa. Bentuk yang paling efektif adalah seminar karena
memungkinkan adanya masukan penelitian dari para ilmuwan yang lainnya sehingga hasil
penelitian dapat maksimal. Dalam mengkomunikasikan penelitian yang harus dijelaskan
secara mendalam adalah latar belakang dan teori yang melandasinya secara rasional dari
metodologinya. Sebagai peneliti yang dalam pekerjaan sehari-harinya banyak berhubungan
dengan masyarakat umum dan juga pihak-pihak lainnya dalam rangka pengabdian
masyarakat maka hal-hal yang bersifat teoritis-konsepsional sebisa mungkin untuk
dikemukakan secara mendalam. Dalam mengkomunikasikan penelitian harus memperhatikan
beberapa hal yaitu seperti yang dijelaskan oleh Soerjono Soekanto.
1. Khalayak yang dihadapi
Seorang peneliti akan menghadapi khalayak tertentu yang terdiri dari beberapa orang yang
kadang-kadang tidak dapat ditemukan batas-batasnya dalam mengkomunikasikan hasil
penelitiaanya. Orang-orang yang ditemuinnya mempunyai bermacam-macam kharakter dan
juga kemampuan ilmu pengetahuan. Mungkin ada yang lebih menguasai dari public speaker
mungkin ada yang dibawah kemampuan public speaker. Heteregonitas itu mungkin ada
dilihat dari sudut kebudayaan khusus yang dianut, orientasi politik yang berlainan, agama
yang tidak sama, latar belakang pendidikan yang berbeda, dan lain sebagainya. Dalam hal ini
biasanya peneliti selalu memahami wacana-wacana yang diungkapkan oleh khalayak ramai.
Karena sulit diciptakan hubungan batiniah antara pembicara dengan khalayak.
Menghadapi khalayak yang beraneka ragam latar belakang seorang pembicara harus mampu
membuat tolok ukur yang seragam terlebih dahulu. Tolok ukur ini yang dipakai harus
mencakup dari pembahasan masalah yang diteliti. Diusahakan adanya pembatasan masalah
yang dikaji sehingga tidak menimbulkan berbagai pertanyaan bagi khalayak yang nantinya
akan mengancam konsistensi peneliti. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah, meminta
data yang akan dihadapi dihadapi sebelum acar dilakasanakan. Dengan cara demikian peneliti
dapat menegtahui kharakteristik dari kalayak.
2. Usaha agar khalayak menjadi pendengar yang aktif
Seorang peneliti dalam mengkomunikasikan hasil penelitiannya harus mengusahakan agar
khalayak menjadi pendengar yang baik. Sehingga tujuan penelitian dapat dipahami dan
menimbulkan rangsangan tehadap khalayak. Usaha ini ditujukan agar hasil penelitian benar-
benar bermanfaat dan dapat menjadi pemecah dari masalah yang diteliti. Oleh karena itu,
penyampainnya harus dapat menggunakan bahasa yang komunikatif dan tidak perlu
menggunakan istilahistilah yang tidak subtantif atau tidak penting. Adapun halangan-
halangan untuk menjadi pendengar yang baik adalah sebagai berikut:
a. Kesulitan memahami apa yang di bicarakan.
b. Gangguan dalam pandangan.
c. Hal-hal yang mengalihkan perhatiannya.
d. Kelelahan atau keadaan sakit.
e. Waktu yang terbatas
<p>Your browser does not support iframes.</p>
style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-justify: inter-ideograph;">f. Melamun.
Halangan-halangan inilah yang harus dipecahkan oleh pembicara dalam menyampaikan hasil
penelitiannya. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh pembicara agar khalayak dapat
memahami hasil dari penelitian sebagai berikut. Pertama, pembicara harus memberikan
pengantar yang menarik dan mungkin mengangkat permasalahan yang kontrovesial sehingga
pendengar terangsang untuk menanyakan materi penelitian yang disampaikan. Pengantar
yang menarik inilah akan menciptakan suasanana yang menyenangkan dan meimbulkan
pertanyaan bagi khalayak ramai. Tetapi kadang pembicara perlu menempatkan dirinya pada
posisis yang lebih tinggi. Namun hendaknya hal itu dilakukan sebagai taktik agar dihargai
oleh khalayak pendengar juga. Kedua, pembicara harus dapat menciptakan kewibawaan
terhadap khalayak dalam penyampaian materi. Dalam usaha kedua ini yang dititik beratkan
adalah faktor yang bersifat spiritual yaitu faktor penampilan, gaya berbicara, raut wajah, dan
lain sebagainya. Ketiga, yaitu pembicara harus menciptakan landasan pengetahuan yang
sama. Usaha ini dilakukan agar pembahasan tidak terlalu melebar dari inti permasalahannya.
Dan sebisa mungkin pembicara dapat membatasi masalah dan menggiring khalayak ke
pembahasan inti masalah.
3. Usaha untuk mempengaruhi khalayak
Tujuan dari mengkomunikasikan hasil penelitian adalah menyampaikan masalah penelitian
kemudian mencari solusi bersama khalayak. Maka seorang pembicara harus dapat
mempengaruhi khalayak agar aktif dalam seminar. Langkah yang dapat dilakukan dalam
mempengaruhi khalayak adalah mengembangkan suasana sehingga terjadi perubahan. Yang
dilakukan dalam langkah ini adalah pembicara mengemukakan masalah yang sama-sama
dihadapi, misalnya rendahnya taraf hidupnya dengan berikhtiar. Disamping itu pembicara
juga dapat menyakinkan kalayak tentang masalah-masalah yang diteliti. Kedua, pembicara
mulai melakukan interaksi dengan khalayak agar tercipta suasana yang menyenangkan.
Keadaan ini harus tetap dipertahankan agar kegiatan penyampaian materi penelitian dapat
memuat semua gagasangagasan yang dimaksud. Ketiga, pembicara mencoba dan mengajak
khalayak untuk megadakan diagnosis terhadap keadaan yang dihadapi. Dalam tahap ini mulai
menanggulangi masalah-masalah yang mengagangu dalam pembicaraan. Langkah ke-empat
pembicara berusaha untuk menanamkan keinginan dimana pembicara diarahkan pada usaha
agar khalayak mempunyai keinginan atau hasrat yang kuat untuk mengubah keadaan,
sehingga dapat diduga bahwa pada suatu waktu keinginan tadi akan berubah menjadi
tindakan-tindakan yang nyata. Tahap kelima, pembicara sayogyannya berusaha untuk
menjelaskan keuntungan dan kerugian sebagai akibat terjadinya perubahan.
Seorang peneliti harus mempunyai kemampuan agar dapat melakukan pembicara dengan baik
dan benar. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan menambah wawasan dan juga
pengalaman-pengalaman. Yang terpenting yaitu harus mempunyai mental berani dalam
mengkomunikasikan penelitian tersebut. Oleh karena itu, jika kalian rajin berlatih diri
berbicara didepan umum maka kalian akan terbiasa dan akan menjadi pembicara yang
handal. Dengan kemampuan ini maka ketika kalian dalam melakukan penelitian dapat
mengkomunikasikan ke khalayak dengan baik sehingga hasil penelitian kalian sangat
berguna.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka seorang peneliti harus memiliki kemampuan-kemampuan
dalam mengkomunikasikan hasil penelitian sebagai berikut.
a. Menyajikan dengan bahasa yang sederhana tetapi benar, sehingga mudah dimengerti
khalayak.
b. Menyajikan bahan secara sistematis.
c. Menguasai bahan yang disajikan.
d. Memberikan contoh-contoh sederhana tetapi penting yang berasal dari kehidupan sehari-
hari.
e. Menyesesuaikan diri dengan khalayak secara serta merta dan cepat.
f. Tidak menimbulkan ketegangan, walaupun harus menyajikan hal-hal yang kadang-kadang
bersifat kontrovesial.
g. Membentuk opini positif.
h. Berdiskusi dengan benar.
i. Membimbing kalayak ke arah kemampuan untuk memecahkan masalahmasalah yang
dihadapinya secara mandiri.
Dengan menguasai poin-poin diatas maka peneliti benar-benar dapat mewujudkan cita-
citanya yang diuraiakan dalam kerangka penelitian kepada masyarakat. Serta seorang peneliti
juga tidak lagi gagap dalam mengkomunikasikan hasil penelitian terhadap orang-orang yang
lebih cerdas dari peneliti.
Mengkomunikasikan hasil Penelitian antropologi
Setelah penelitian selesai dilaksanakan dan laporan awal selesai disusun, maka hasil penelitiannya perlu diseminarkan. Seminar hasil penelitian dilaksanakan dalam rangka untuk mempresentasikan hasil penelitian kepada orang lain. Tujuan utamanya adalah untuk mengkomunikasikan hasil yang dicapai untuk ditanggapi oleh orang lain. Hasil penelitian tidak tertutup terhadap kritik dari peserta seminar, sehingga masukan-masukan dalam seminar dapat dijadikan bahan untuk memperbaiki dan melengkapi laporan penelitian. Dengan demikian berarti peneliti tidak tertutup terhadap kritik yang sifatnya membangun, melainkan justru harus terbuka terhadap kritik dan masukan yang ada. Dalam seminar yang menjadi pokok permasalahan adalah peneliti. Disini peneliti sebagai
orang yang berperan dalam kegiatan seminar. Peneliti akan menjadi pembicara yang nantinya
akan menjadi tokoh utama untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan hasil penelitian.
Sebagai pembicara dalam seminar ada beberapa tuntunan yang harus dipenuhi.Tuntutan yang
harus dipenuhi adalah mampu menciptakan suasana seminar yang menarik, dapat mengubah
cara pandang, dan memberikan pengetahuan yang bermanfaat dari hasil penelitian yang
dilakukan. Peneliti yang menjadi pembicara juga harus dapat mengaktulisasikan isi dari
laporan penelitian secara sistematis. Apa yang disampaikan langsung pada inti
permasalahannya. Dalam menyajikan materi jangan sampai membuat kejenuhan bagi para
pendengar. Sebisa mungkin peneliti dalam mengkomunikasikan penelitian menyajikan
sesuatu yang menarik dan dapat menimbulkan berbagai pertanyaan untuk memberikan
masukan kekurangan penelitian. Peneliti yang menjadi pembicarakan dalam seminar
menggunakan bahasa yang mudah di pahami dan jangan sampai menggunakan istilah-istilah
yang tidak perlu.
Menurut Soerjono Soekanto (1982) seorang peneliti etnografi yang akan
mengkomunikasikan hasil laporan penelitiannya dengan baik harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut.
1. Menyajikan dengan bahasa yang sederhana tetapi benar, sehingga mudah dimengerti
khalayak.
2. Menyajikan bahan secara sistematis.
3. Menguasai bahan yang disajikan.
4. Memberikan contoh-contoh sederhana tetapi penting yang berasal dari kehidupan sehari-
hari.
5. Menyesesuaikan diri dengan khalayak secara serta merta dan cepat.
6. Tidak menimbulkan ketegangan, walaupun harus menyajikan hal-hal yang kadang-kadang
bersifat kontrovesial.
7. Membentuk opini positif.
8. Berdiskusi dengan benar.
9. Membimbing khalayak ke arah kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya secara mandiri.
10. Mengakui keterbatasan pengetahuannya.
Dalam acara seminar sosial ada beberapa unsur yang menjadi bagian dari peserta seminar.
Seminar yang dilaksanakan oleh instansi-instansi memiliki standarisasi umum yang menjadi
unsur-unsur kegiatan. Tetapi juga ada seminar yang dilaksanakan dengan unsur-unsur yang
menimal. Biasanya seminar ini adalah ujian dalam meraih gelar-gelar kesarjanaan. Dalam
bentuk seminar demikian hanya terdiri dari peneliti atau pembicara dan penguji atau penelaah
hasil penelitian. Untuk seminar besar dan resmi unsur-unsurnya terdiri atas:
1. Pemimpin diskusi atau moderator.
2. Pemapar isi laporan.
3. Penanggap utama.
4. Penulis hasil selama presentasi atau notulen.
5. Audiense atau pendengar.
Unsur-unsur seminar diatas ini sudah menjadi satu kesatuan yang harus terpenuhi. Jika salah
satunya tidak ada acara seminar tidak bisa dilaksanakan. Hal ini terkait dengan posisi dari
unsur-unsur seminar yang memiliki peran yang saling melengkapi. Dengan demikian, kegitan
seminar dalam mengkomunikasikan hasil penelitian memang harus direncanakan secara
matang agar acara seminar sukses
Read more: http://texbuk.blogspot.com/2011/09/tips-mudah-mengkomunikasikan-hasil_6840.html#ixzz2jitrPVkHhttp://texbuk.blogspot.com/2011/09/tips-mudah-mengkomunikasikan-hasil_6840.html
Megkomunikasikan hasil studi
-menguraikan strategi-strategi untuk mengkomunikasikan hasil penemuan dari laporan riset.
-menyelidiki elemen-elemen utama dalam penyajian riset yang efektif
Pendahuluan laporan riset
Riset keperawatan memerlukan ketekunan, kesabaran dan ketelitian. Penyelesain suatu riset yang dirancang dan dilaksanakan dengan baik dapat menghasilkan persaan bangga dan puas. Meskipun proses riset tersebut mengasyikan dan bermanfaat, riset keperawatan memberikan sedikit nilai jika hasil riset tidak pernah diperlihatkan pada para ilmuan dan prektisi keperawatan lainnya.
Laporan riset
Laporan riset adalah wahana dimana perawat peneliti mnyebarkan informasi penting tentang riset tersebut. Tujuan laporan tersebut adalah untuk memberikan pengetahuan kritis yag penting bagi konsumen tentang pertanyaan riset dan bagaimana dijawab untuk memberikan evaluasi ilmiah yang menyeluruh. Perawat peneliti perlu mempersiapkan laporan riset karena konsumen mungkin perlu mengevaluasi laporan tersebut untuk berbagai penggunaan, antara lain kemungkinan replikasi, melakukan studi tambahan yang terkait dengan projek tersebut, atau klarifikasi masalah praktik keperawatan.
Definisi kerja: laporan riset adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan aspek-aspek utama studi kepada konsumen riset.
Jika konsumen riset tidak dapat menentukan bagaimana studi dilakukan , evaluasi yang komprehensif tidak memungkinkan dilaksanakan. Penting bahwa laporan harus terus terang dalam mengurai masalah riset, metodelogi, hasil penemuan dan hasil interpsretasi peneliti terhadap hasil penemuan tersebut. Gortner (1974) mengusulkan bahwa satu aspek tanggung gugat peneliti adalah untuk mempublikasikan studi hasil riset agar dapat ditelaah. Apakah disajikan dalam bentuk tertulis atau secara lisan, suatu penyelidikan riset harus membahas isu bagaimana hasil-hasil akan didesiminasikan pada orang lain sebelum awal studi. Selanjutnya penyelidikan keperawatan seharusnya dipertimbangkan tidak lengkap sampai laporan riset dipersiapkan dan disajikan untuk suatu pengetahuan keperawatan yang tepat.
Elemen pada laporan riset
Laporan penelitian merupakan elemen yang pokok dalam proses kemajuan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu dalam menulis laporan penelitian, yang dipentingkan adalah jelas dan menyakinkan.
Memilih target pendengar
Peneliti projek yang perlu mempertimbangkan secara seksama format yang paling tepat untuk melaporkan hasil penemuan studi. Suatu keputusan harus dibuat apakah akan menyajikan hasil penemuan dalam format secara lisan (contoh presentasi konferensi formal atau informal) atau format tertulis (contoh jurnal atau buletin ilmiah).
Cara menentukan bagaimana mencapai target pendengar adalah melihat pengumuman tentang konfirensi riset mendatang. Konferensi-konferensi riset biasanya diumumkan baik untuk peneliti dan konsumen melalui penggunaan call for abstract (dicari abstrak).
Call For Abstract adalah suatu pemberitahuan umum yang mencari laporan-laporan riset untuk penyajian pada suatu konferensi riset yang direncanakan.
Call For Abstract berarti merupakan suatu sinopsis yang ringkas yang menyediakan sponsor-sponsor konferensi, tema spesifik dan target pendengar, tanggal dan lokasi konferensi, batas waktu untuk pengumpulan abstrak, dan contact person (orang penghubung). Organisasi yang mensponsori biasanya menempatkan Call Of Abstract dalam beberapa jurnal dan menyampaikan pengumuman untuk individu-individu yang mungkin berminat untuk hadir. Para perawat yang berminat untuk diberitahukan tentang konferensi-konferensi riset mendatang dapat menghubungi organisasi-organisasi sponsor dan minta untuk ditempatkan dalam daftar pengiriman, dan melihat seksama informasi-informasi pada jurnal.
Memilih metode penyajian
Terdapat berbagai cara untuk menyajikan projek riset. Presentasi secara lisan pada konferensi-konferensi, pertemuan-pertemuan, atau kumpulan informal; penyajian poster, laporan tertulis dalam jurnal, buku-buku atau surat kabar, dan tesis atau disertasi, adalah beberapa format utama yang dipilih untuk mendesiminasikan projek riset.
Tanpa memperlihatkan mode penyajian yaitu penyajian tertulis atau lisan harus membahas elemen-elemen utama pada laporan riset. Masalah riset dan manfaatnya, metodelogi yang digunakan untuk menjawab pertanyaan riset, dan hasil-hasil studi dan pengaruh yang disulkan, harus dibahas satu persatu dalam bentuk apapun penyajian yang dipilih. Beberapa metode akan memberikan sedikitnya detail tentang sifat-sifat pasti projek tersebut. Pedoman yang relevan dengan setiap mode penyajian seharusnya diikuti dengan tepat.
a. Laporan riset tertulisKebayakan konsumen riset yang kritis mengetahui tentang laporan tertulis yang ditemukan dalam jurnal riset. Namun, laporan-laporan tertulis, mungkin dipersiapkan beberapa cara dan untuk beberapa pendengar yang berbeda. Laporan riset secara tertulis biasanya mempunyai keuntungan yakni memberikan waktu dan ruang bagi peneliti untuk menyampaikan laporan secara terperinci dan mendalam.Laporan tertulis cenderung mencapai pendengar lebih luas, karena sirkulasinya lebih besar dan aksesibilitasnya permanen. Kerugian utama pada laporan tertullis adalah banyak jurnal dan buku-buku yang mempunyai cetak lambat yakni satu tahun atau lebih.
b. Laporan riset secara lisanPenyajian secara lisan dapat disampaikan kepada pertemuan profesional, pertemuan informal atau melalui penyajian poster. Terdapat keuntungan dalam memilih suatu penyajian lisan. Pertama, penyajian secara lisan biasanya lebih mutakhir dan terbaru. Karenanya, orang-orang yang berminat mempunyai akses terhadap hasil penemuan ilmiah yang memberikan pengetahuan yang dengan tepat didesiminasikan. Keuntungan kedua adalah didapatkanya segera umpan balik dari para peserta yang menghadiri presentasi tersebut. Umpan balik ini dapat sangat bernilai dalam membantu menginterpretasikan hasil-hasil studi dan membantu untuk penyelidikan riset yang terkait.
Laporan-laporan riset secara lisan dapat menimbulkan kecemasan, terutama untuk perawat peniliti pemula. Untuk individu-individu yang belum mempunyai kesempatan untuk mengahadiri konferensi, pertama kali mungkin lebih membantu untuk hadir dalam suatu pertemuan yang lebih informal, seperti penyajian kolega-kolega riset kepada kolega, suatu seminar atau post conference di klinik. Presentasi dalam salah satu lingkungan ini memungkinkan untuk perbaikan gagasan-gagasan pada lingkungan yang tidak menekan.Laporan-laporan secara lisan juga memberi batasan-batasan waktu, karena itu perincian tentang studi yang mungkin disediakan terbatas. Lazim bagi peneliti mempunyai suatu batasan waktu pada penyajiannya, yang bervariasi dari 20 sampai 60 menit. Peneliti harus membuat keputusan-keputusan penting untuk menghilangkan aspek-aspek yang kurang penting pada studi tanpa mengeluarkan elemen-elemen utama yang perlu dimasukkan.Akhirnya, penyajian secara lisan terbatas bagi sejumlah peserta presentasi. Hanya individu-individu yang menghadiri konferensi yang mempunyai pengetahuan mengenai materi tersebut. Penyajian secara lisan juga mencegah evaluasi yang terperinci, karena beberapa data telah dipersingkat dalam penyajian karena adanya keterbatasan waktu. Beberapa peneliti yang menyajikan pada suatu konferensi mengatasi masalah ini dengan memberikan para peserta suatu ringkasan projek yang tertulis. Beberapa organisator konfrensi juga menyediakan presentasi riset tertulis dalam sebuah format brosur yang disebut conference proceedings. Ini adalah salah satu cara meningkatkan jumlah pendengar dan mendorong penggunaan hasil penemuan.Konsumen riset keparawatan yang kritis dapat mengembangkan ketereampilan evaluasi secara aktif dengan mencari suatu presentasi riset. Adalah suatu kegiatan yang bermanfaat untuk menghadiri suatu penyajian riset atau konferensi riset yang menyajikan penyelidikan yang relevan dengan praktik keperawatan. Pemaparan yang berulang kepada para perawat peneliti yang membagikan hasil penemuannya akan mempertinggi kesadaran akan bahasa riset teknis dan ilmiah serta meningkatkan pengetahuan tentang bagaiman mengevaluasi dan mensintesa data.
c. Kiat menyajikan laporan risetApakah penyelidik riset riset memilih suatu format tertulis atau secara lisan, ada beberapa pokok yang perlu dipertimbangkan dalam mempersiapkan penyajian. Komunikasi yang efektif pada projek tersebut memerlukan perhatian dalam penyajian, mematuhi pedoman penyajian dan organisasi yang jelas.Pandangan yang menjadi target peneliti meupakan pertimbangan utama dalam mempersiapkan laporan tersebut. Haruslah diingat bahwa tujuan lapiran riset adalah untuk menginformasikan pendengar tentang projek tersebut. Apapun latar belakang pendidikan atau profesional peneliti tersebut, bahasa yang jelas, langsung dan terus terang seharusnya digunakan. Suatu gaya teknis dan hanya diketahui dan dipahami orang-orang tertentu adalah sulit untuk diikuti dan tidak penting. Laporan seharusnya juga berfokus pada penyajian elemen-elemen pokok pada laporan riset tanpa menyelipkan opini-opini. Kritik yang sungguh-sungguh telah diberikan bagi peneliti yang sedikit usaha dalam mempersiapkan suatu laporan projek yang dapat dimengerti oleh perawat pratisi profesional. Namun demikian, tidak semua projek riset dapat diterapkan langsung
pada praktik. Fawcett (1984) mengidentifikasi dua bentuk penggunaan projek riset: penggunaan dalam dunia praktik keperawatan dan penggunaan hasil penemuan untuk mengembangkan studi lanjutan dalam suatu program riset keperawatan. Karenanya sementara riset dapat mempunyai dua maksud penggunaan yang berbeda, konsumen seharusnya menemukan bahwa laporan menunjukkan dengan jelas apa tujuannya dari bagaimana mencapainya.Presentasi laporan riset seharusnya dipersiapkan dengan cara yang menarik. Peneliti yang mengembangkan suatu laporan yang kering dan dangkal mengurangi stimulasi pandangan terhadap penyelidikan ilmiah. Lindeman (1984) telah mencatat bahwa pernyataan umum suatu laporan riset tertulis adalah laporan yang paling gagal menstimulasi kesan pandang bagi pembaca. Kegagalan untuk mengraikan persepsi yang menimbulkan inisiasi projek telah mengakibatkan hilangnya kekayaan pengalaman riset. Observasi dan intuisi adalah aspek-aspek penting dalam riset, dan menguraikan pada mereka keunikan pengetahuan dalam keperawatan.Apakah laporan riset dipersiapkan untuk suatu jurnal, buku, atau konferensi, peneliti seharusnya berusaha untuk menggunakan alat bantu yang akan meningkatkan pemahaman dan minat pendengar. Alat bantu ini meliputi alat dengar pandang (audio-visual), tabel-tabel, grafik-grafik atau foto-foto. Digabungkan dengan perhatian yang seksama terhadap karakteristik-karakteristik target pendengar, organisasi yang ringkas dan kejelasan, laporan riset dapat menjadi suatu alat mengasyikan untuk mengkomunikasikan pengaruh kuat riset kepada orang lain.
Pertimbangan dasar dalam mempermudah penggunaan laopran riset
Konsumen riset dapat menggunakan beberapa parameter dalam membuat manfaat umum suatu studi apakah dapat menggunakannya dalam suatu evaluasi laporan yang mendalam atau tidak. Parameter ini meliputi judul laporan, abstrak (credential), referensi atau surat kepercayaan penyelidik.
a. Pembuatan judul laporan risetJudul laporan riset adalah paparan pertama konsumen riset studi. Idealnya, suatu judul tidak hanya singkat, tetapi juga menstimulasi minat membaca laporan seluruhnya. Judul projek riset seharusnya menggambarkan tekanan utama dan sifat-sifat penyelidikan. Biasanya judul yang dipilih mengidentifikasi variabel-variabel utama dari populasi studi.Judul laporan riset: suatu kelompok/frase kata yang jelas menunjukkan variabel-variabel studi yang utama dan populasi dalam riset.
b. Abstrak risetAbstrak riset adalah suatu ringkasan yang jelas tentang komponen-komponen utama pada projek riset. Deskripsinya biasanya 300-400 kata, adalah suatu cara ringkas yang menginformasikan kepada konsumen riset tentang pokok-pokok projek. Abstrak bermaksud memberikan suatu sinopsis studi, karenanya memberikan informasi yang cukup kepada konsumen tentang penyelidikan untuk memutuskan apakah seluruh laporan perlu untuk diperiksa atau tidak.Abstrak riset: suatu sinopsis penyelidikan riset yang terdiri dari 300-400 kata. Abstrak disusun untuk memberikan informasi yang cukup kepada konsumen untuk memutuskan apakah diperlukan waktu tambahan atau tidak untuk digunakan pada laporan tersebut.
Abstrak biasanya ditempatkan di bawah judul dan mendahului laporan riset yang sebenarnya. Konsumen riset seharusnya menggunakanabstrak dalam menentukan nilai studi tersebut.
c. Referensid. Latar belakang dan kredensial peneliti
Latar belakang dan kredensial: pengalaman profesional, pendidikan, dan riset yang mengkualifikasi peneliti untuk melakukan riset.
Tinjaun kritis dalam mengkomunikasikan riset
Penyampaian hasil penemuan riset keperawatan adalah dasar untuk perkembangan pengetahuan keperawatan. Penyampaian riset yang tepat akan memberikan sumbangan bagi peningkatan penggunaan riset dalam praktik keperawatan.
Teori praktik dan riset keperawatan saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Untuk mengembangkan ilmu keperawatan peneliti dan konsumen riset harus rela mengkritik dengan seksama dan menilai setiap bagian dari riset tersebut. Komunikasi yang efektif dari laporan riset dapat menjadikan riset secara kreatif, segar, untuk merangsang pelaporan dan menggunakan projek dan hasil penemuan yang terkait.
Contoh tinjauan kritis dalam penyajian riset:
Ellen varnes adalah seorang perawat yang praktik di unit bedah di sebuah rumah sakit di desa kecil. Dalam melakukan pengkajian riwayat kesehatan klien, perawat memperhatikan bahwa beberapa individu melaporkan gangguan fungsi gastrointestinal dan perubahan mood/afek setelah mencerna tipe makanan tertentu. Minat untuk mempelajari lebih jauh tentang fenomena ini dan saran yang paling baik untuk menasehati klien, Ellen menghadiri suatu konferensi riset yang berjudul “Asupan nutrisi, peningkatan kesehatan dan peran perawat”. Beberapa sesi berfokus pada orang dewasa yang baik yang mengalami kesulitan mencerna makanan tertentu.
Ellen menghadiri sesi yang diminati. Berikut ini adalah suatu tinjauan tentang penyajian riset yang dihadirinya.
Judul Laporan Riset : Zat tambahan makanan dan laporan tentang respon yang merugikan