Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
MAKE A-MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA POKOK
BAHASAN HIMPUNAN DIKELAS VII
SMP AHMAD YANI MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar untuk Memenuhi Sebahagian Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
WINDA WULANDARI
10536 2531 08
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2013
ABSTRAK
WINDA WULANDARI, 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Make A-Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Pada
Pokok Bahasan Himpunan di Kelas VII SMP Ahmad Yani Makassar. Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muahammadiyah
Makassar. Pembimbing I Muhammad Darwis dan pembimbing II Haerul
Syam.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas VII SMP
Ahmad Yani Makassar melalui pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-Match pada
semester genap tahun pelajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 30 orang. Penelitian
tindakan kelas ini dilakukan dengan 2 siklus, siklus I terdiri 4 pertemuan dan siklus II
terdiri dari 4 pertemuan. Teknik pengumpulan data adalah menggunakan lembar
observasi dan tes hasil belajar dalam bentuk uraian pada setiap akhir siklus sesuai
dengan materi yang diajarkan.
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa, secara
kualitatif terjadi beberapa perubahan. siswa menunjukan sikap antusias untuk
mengikuti pelajaran, keberanian menyampaikan pendapat, tanggapan , bertanya
mengenai materi yang belum dimengerti menjadi meningkat. Sedangkan secara
kuantitatif, terjadi peningkatan skor rata-rata hasil belajar siswa Kelas VII SMP
Ahmad Yani Makassar yaitu dari kategori sedang dengan skor rata-rata 64,83 dan
standar deviasi 15,28 setelah pelaksanaan tindakan Siklus I menjadi kategori tinggi
dengan skor rata-rata 75,33 dan standar deviasi 14,13 setelah pelaksanaan Siklus II.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan diterapkannya
pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-Match pada siswa Kelas VII SMP Ahmad
Yani Makassar dalam proses pembelajaran, maka hasil belajar matematika,
kehadiran, kesiapan dan keaktifan siswa dapat meningkat.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberi rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga skripsi dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-Match Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Himpunan di
Kelas VII SMP Ahmad Yani Makassar.” dapat diselesaikan sesuai dengan waktu
yang direncanakan.
Segala usaha dan upaya telah dilakukan penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini sebaik mungkin, namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak
luput dari berbagai kekurangan sebagai akibat keterbatasan kemampuan. Olehnya itu,
saran dan kritik serta koreksi dari berbagai pihak demi perbaikan dan
penyempurnaan akan penulis terima dengan lapang dada.
Terima kasih yang sedalam-dalamnya dan sembah sujud Ananda haturkan
kepada Ibunda Jumriati dan Ayahanda Irwan yang telah mencurahkan cinta dan kasih
sayangnya serta keikhlasan dalam membesarkan, mendidik dan membiayai penulis
serta doa restu untuk keberhasilan penulis. Semoga apa yang telah beliau berikan
kepada penulis menjadi kebaikan dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di
akhirat. Kepada saudara-saudariku tercinta beserta keluarga terima kasih atas segala
perhatian, arahan, dorongan, bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis
dalam menempuh pendidikan, serta doa dan kasih sayang. Tiada sesuatu yang
berharga yang dapat kupersembahkan kecuali ilmu yang telah kugapai dan skripsi ini
sebagai wujud bakti dan kecintaanku yang tulus.
Taklupa pula penulis menyampaikan terima kasih yang tulus dan ikhlas
kepada:
1. Bapak Dr. Irwan Akib, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Dr. A. Sukri Syamsuri, M.Hum. Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah
Makassar.
3. Bapak Drs. Baharullah M. Pd. dan Bapak Muhlis S. Pd, M. Pd. Ketua Jurusan
dan Sekretaris Jurusan Matematika FKIP Unismuh.
4. Bapak Dr. Muhammad Darwis, M.Pd. dan Bapak Haerul Syam, S.Pd, M. Pd.
Dosen Pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktunya disela-sela
kesibukan beliau untuk mengarahkan dan membimbing penulis dalam
penyusunan skripsi ini sampai tahap penyelesaian.
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Matematika FKIP Unismuh yang dengan ikhlas
memberikan ilmu kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Unismuh.
6. Bapak Muh. Akhir, S.Pd, M.Pd. Penasehat akademik yang senang tiasa
memberikan masukan dan bimbingan selama proses perkuliahan.
7. Ayahanda Amri, S.Pd, M.Pd. Validator instrumen dalam penelitian ini, terima
kasih untuk semuanya.
8. Bapak Syahrul, S.Ag. Kepala Sekolah serta Bapak dan Ibu Guru di SMP Ahmad
Yani Makassar.
9. Sahabat-sahabatku tersayang (Nytha, Ikbal, Adhy, Rafli, Imran dan Jonk) terima
kasih atas segala canda tawa dan kebersamaannya selama ini melewati masa
perkuliahan yang tidak singkat dan segala bantuannya dalam penyusunan skripsi
ini, kalian adalah sahabat yang terbaikku.
10. Ketua tingkatku dan teman-teman kelas E angkatan 2008 yang tidak sempat
disebutkan namanya terima kasih untuk kebersamaannya selama ini dalam suka
dan duka, selama melewati masa perkuliahan, aku sayang kalian.
11. Fuang, dan Nenek terima kasih untuk doa dan dorongannya selama ini, aku cinta
kalian.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
bantuan yang telah diberikan, semoga mendapat imbalan yang setimpal dari
Allah SWT, Amin.
Akhir kata, segalanya penulis kembalikan kepada Allah SWT, semoga
keikhlasan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis walau sebiji dzarrahpun
memperoleh ganjaran pahala disisi-Nya, Amin.
Makassar, Februari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
MOTTO ...................................................................................................... iii
ABSTRAK .................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 5
C. Rumusan Masalah.................................................................. 5
D. Cara Memecahkan Masalah ................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ................................................................... 6
F. Ruang Lingkup ...................................................................... 6
G. Manfaat Hasil Peneltian ......................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN ................. 8
A. Kajian Teori ........................................................................... 8
1. Hasil Belajar ................................................................... 8
2. Hasil Belajar Matematika ................................................ 10
B. Media Komputer dalam Pembelajaran Berbantuan Koputer . 11
1. Pengertian Media ............................................................. 11
2. Media dalam Pembelajaran .............................................. 13
3. Jenis-jenis Medi ............................................................... 15
4. Pembelajaran Matematika dan Teknologi ....................... 16
5. Pembelajaran Matematika Berbantuan Komputer ........... 18
6. Tahapan-tahapan Pembelajaran Melalui Media Komputer 27
C. Materi Yang Diajarkan .......................................................... 28
1. Bangun-bangun yang Sebangun dan Kongruen .............. 28
2. Segitiga-segitiga yang Sebangun ..................................... 30
3. Dua Segitiga yang Kongruen ........................................... 35
D. Kerangka Pikir ....................................................................... 39
E. Hipotesis Tindakan ................................................................ 40
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 41
A. Jenis Penelitian ...................................................................... 41
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ................................................ 41
C. Faktor yang Diselidiki ........................................................... 41
D. Rencana Tindakan atau Cara Pemecahan Masalah .............. 42
E. Tahap Pelaksanaan ................................................................ 42
F. Data Penelitian ....................................................................... 46
G. Instrumen Penelitian .............................................................. 47
H. Cara Pengumpulan Data ........................................................ 48
I. Teknik Analisis Data ............................................................. 48
J. Indikator Kinerja .................................................................... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 50
A. Hasil Penelitian ...................................................................... 50
1. Analisis Deskriptif Hasil Tes Akhir Siklus I .................. 50
2. Analisis Deskriptif Hasil Tes Akhir Siklus II .................. 52
B. Analisis Kualitatif .................................................................. 55
1. Hasil Observasi Siswa ..................................................... 55
2. Refleksi Terhadap Pelaksanaan Tindakan dalam
Proses Belajar Mengajar Matematika .............................. 58
3. Refleksi Umum ................................................................ 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 63
A. Kesimpulan ............................................................................ 63
B. Saran ...................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 65
Lampiran - Lampiran
Riwayat Hidup
DAFTAR TABEL
1. Kategori Standar ................................................................................... 48
2. Analisis Deskriptif Hasil Tes Akhir Siklus I ........................................ 50
3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa pada
Tes Siklus I ........................................................................................... 51
4. Analisis Deskriptif Hasil Tes Akhir Siklus II ....................................... 52
5. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa pada
Tes Siklus I ........................................................................................... 53
6. Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Tiap Siklus .............................. 54
7. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor setelah Proses Pembelajaran
dari Siklus I dan Siklus II ...................................................................... 54
8. Keaktifan Siswa pada Siklus I ............................................................. 56
9. Keaktifan Siswa pada Siklus II ............................................................ 57
DAFTAR LAMPIRAN
A. Screenshoot Software pembelajaran matematika, Rencana
Pembelajaran, LKS .............................................................................. xiii
B. Kisi-kisi, Tes Siklus, dan Pedoman Penskoran ..................................... xiv
C. Lembar Observasi, Angket (Respon) Siswa ......................................... xv
D. Data Hasil Penelitian, Hasil Tes Siswa, dan Tanggapan Siswa ........... xvi
E. Persuratan ............................................................................................. xvii
DAFTAR TABEL
10. Kategori Standar ................................................................................... 48
11. Analisis Deskriptif Hasil Tes Akhir Siklus I ........................................ 50
12. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa pada
Tes Siklus I ........................................................................................... 51
13. Analisis Deskriptif Hasil Tes Akhir Siklus II ....................................... 52
14. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa pada
Tes Siklus I ........................................................................................... 53
15. Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Tiap Siklus .............................. 54
16. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor setelah Proses Pembelajaran
dari Siklus I dan Siklus II ...................................................................... 54
17. Keaktifan Siswa pada Siklus I ............................................................. 56
18. Keaktifan Siswa pada Siklus II ............................................................ 57
DAFTAR LAMPIRAN
F. Screenshoot Software pembelajaran matematika, Rencana
Pembelajaran, LKS .............................................................................. xiii
G. Kisi-kisi, Tes Siklus, dan Pedoman Penskoran ..................................... xiv
H. Lembar Observasi, Angket (Respon) Siswa ......................................... xv
I. Data Hasil Penelitian, Hasil Tes Siswa, dan Tanggapan Siswa ........... xvi
J. Persuratan ............................................................................................. xvii
M O T T O dan persembahan
Ketika jalan yang kita lalui semakin sempit dan terjal, Disaat hati dan fikiran bersatu untuk melangkahkan kaki, Doa dan usaha menjadi penyemangat, Serta canda dan tawa pelepas lelah . . . . .
Tidak ada masalah yang terlalu besar untuk dihadapi,
Tak ada langkah yang terlalu panjang untuk dijalani, Dan tidak ada orang yang terlalu sulit untuk dihadapi, Ketika kita mampu menyikapi setiap peristiwa yang terjadi dengan hati yang jernih dan kepala dingin . . . . .
Berati-hatilah dalam bersikap dan berusahalah, Yang disertai dengan rasa iklhas dan tawwakkal hanya Kepada Allah SWT, karena itu merupakan jalan Menuju sebuah kebahagiaan . . . . .
Hari kemarin tak pantas untuk kita tangisi, Cukup dijadikan sebagai pandangan untuk Melangkah kehari esok yang lebih baik lagi, Karena semua akan berujung indah disaat kita Berusaha dengan sungguh-sungguh . . . . . Karya sederhana ini kupersembahkan untuk orang-orang yang menyayangiku karena
mereka adalah orang-orang yang paling berharga dalam hidupku . . . . .
Dan Aku sangat mencintai mereka semua . . . . . .
KARYA
WINDA WULANDARI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan suatu mata pelajaran di sekolah yang diajarkan
dari tingkat sekolah dasar hingga menengah. Setiap siswa yang bersekolah harus
mempelajari matematika, matematika memiliki peranan yang sangat penting
dalam kehidupan berhasil tidaknya pembelajaran matematika, sangat
dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang dilakukan, proses pembelajaran
matematika tidak dapat dilepaskan dari peran guru dalam pembelajaran.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran,
seorang guru matematika berhak menggunakan berbagai model pembelajaran
matematika demi mendorong terwujudnya tujuan dari pembelajaran matematika
tersebut dan hal tersebut mudah dicapai apabila siswa memiliki motivasi yang
baik untuk belajar matematik diperlukan peran guru yang sangat besar untuk
memotivasi belajar siswa.
Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa
dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
adalah segala faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, di antaranya
adalah tingkat intelegensi, motivasi, minat, kemampuan awal dan lain-lain.
Sedangkan faktor eksternal adalah segala faktor dari luar diri siswa yang dapat
menambah semangat anak dalam belajar.
Faktor tersebut meliputi lingkungan tempat tinggal anak, keadaan sosial
ekonomi keluarga, kurikulum yang diterapkan dari sekolah, fasilitas belajar yang
dimiliki, metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar dan lain sebagainya.
Dalam proses belajar mengajar motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi aktivitas belajar. Proses belajar akan berjalan lancar apabila
disertai dengan motivasi.
Motivasi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seorang
melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik
dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik dengan adanya usaha yang
tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu
akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang siswa
akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
Motivasi dapat ditimbulkan baik oleh faktor internal maupun faktor
eksternal. Motivasi internal berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena
dalam diri setiap individu telah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Sedangkan motivasi eksternal berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.
Motivasi siswa dapat dilihat atau disimpulkan dari adanya usaha yang tetap,
adanya kecenderungan untuk belajar terus meskipun sudah tidak berada di
bawah pengawasan, atau adanya kesediaan mempertahankan kegiatan belajar
secara sukarela ke arah penyelesaian suatu tugas.
Motivasi seringkali dikaitkan dengan prestasi, yaitu sebagai faktor yang
menjadi penyebab keberhasilan/kegagalan seseorang dalam melaksanakan suatu
tugas. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada hari Senin tanggal 08
Oktober 2012 di SMP Ahmad Yani Makassar ada beberapa kendala yang
ditemukan pada saat proses belajar mengajar yang menyebabkan rendahnya
hasil belajar siswa antara lain : sebagian besar siswa masih kurang termotivasi
untuk belajar matematika, siswa enggan untuk mengerjakan soal latihan, tugas
atau PR, siswa jarang memiliki keberanian untuk bertanya atau mengungkapkan
pendapatnya di kelas. Kegiatan diskusi antar siswa dalam pembelajaran kurang
berjalan dengan lancar, banyak siswa tidak ikut berdiskusi melainkan
mengerjakan hal-hal lain yang tidak berhubungan dengan diskusi.
Hal ini menyebabkan beberapa kelompok terlambat mengumpulkan
hasil diskusi mereka. Selain itu, siswa juga kurang mandiri dalam mengerjakan
tugas ataupun ulangan, pada beberapa tes matematika yang telah dilakukan nilai
rata – rata siswa hanya 58,12 dan masih kurang dari 75% siswa yang memenuhi
standar ketuntasan ≥ Kriteria Ketuntasan Minimal.
Maka dibutuhkan sebuah model pembelajaran yang membuat siswa
merasa senang dan tertarik belajar matematika maka pengamat tertarik untuk
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-Match karena
selain belajar siswa juga dapat bermain dengan kartu-kartu yang mereka pegang
dan mencocokkannya dengan kartu yang dimiliki oleh rekannya sehingga
menimbulkan rasa ingin tahu siswa, suasana yang sangat menarik itu dapat
menyebabkan proses belajar menjadi bermakna secara afektif atau emosional
bagi siswa. Sesuatu yang bermakna akan mudah untuk diingat, dipahami dan
dihargai. Adanya pemberian batasan waktu dalam penyelesaian permasalahan
dan penghargaan (reward) dalam pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-Match
menimbulkan suasana persaingan yang sehat di antara para siswa. Suasana
persaingan akan memberikan kesempatan para siswa untuk mengukur
kemampuan dirinya melalui kemampuan orang lain. Selain itu, belajar dengan
bersaing akan menimbulkan upaya belajar yang sungguh – sungguh, sesuai
dengan prinsip individu untuk selalu lebih baik dari orang lain.
Pemberian penghargaan merupakan cara efektif untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa menuju pada hasil belajar yang baik. Dari hal-hal di atas
peneliti merasa tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-Match Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Himpunan Di Kelas VII SMP
Ahmad Yani Makassar”.
B. Masalah Penelitian
I. Identifikasi masalah
Memperhatikan situasi di atas, kondisi yang ada saat ini adalah :
1. Pembelajaran Matematika di kelas VII masih berjalan monoton.
2. Belum nampak kolaborasi antara guru dan siswa.
3. Metode pembelajaran yang digunakan bersifat konvensional.
4. Rendahnya kualitas proses pembelajaran matematika.
5. Rendahnya hasil belajar siswa untuk mata pelajaran matematika.
II. Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah:
“Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe make
A-Match dapat mendapatkan hasil belajar matematika siswa pada pokok
bahasan Himpunan di kelas VII SMP Ahmad Yani Makassar?”.
C. Cara Pemecahan Masalah
Cara pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini
yaitu pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe
make A-Match. Dengan model pembelajaran ini, diharapkan hasil belajar
matematika siswa pada pokok bahasan Himpunan dikelas VII SMP Ahmad
Yani Makassar dapat meningkat.
D.Tujuan Penelitian
Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah yang
telah dikemukakan di atas, namun secara khusus tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada pokok
bahasan Himpunan dikelas VII SMP Ahmad Yani Makassar setelah
mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran Kooperatif Tipe make A-Match.
E. Manfaat Penelitian
Diharapkan melalui penelitian ini, dapat diperoleh manfaat sebagai
berikut:
1) Bagi siswa : dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
matematika.
2) Bagi guru : sebagai masukan dalam memilih model pembelajaran
matematika dan memberikan gambaran kepada guru
mengenai model pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-
Match serta dapat mengembangkan kreativitas guru dalam
menciptakan variasi pembelajaran di kelas.
3) Bagi sekolah : dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah
dalam rangka perbaikan proses pembelajaran, guna
meningkatkan kualitas pembelajaran.
4) Bagi Peneliti: Sebagai acuan bagi peneliti untuk mempelajari dan
mengetahui lebih lanjut tentang prosedur penelitian serta
bahan bagi peneliti lain yang meneliti hal-hal yang relevan
dengan penelitian ini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Tinjauan Pustaka
I. Pengertian Belajar
Belajar mengandung unsur perubahan , disitu terjadi pemerolehan
kebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap baru, ini menurut pendapat (crow and crow).
Sementara Burto mengatakan belajar merupakan perubahan diri seseorang yang
disebabkan oleh interaksi antara dia dengan lingkungannya. Cronbach mengatakan
bahwa belajar itu ditunjukkan oleh adanya perubahan tingkah laku perbuatan sebagai
hasil dari pengalaman. Dan menurut pengertian secara psikologi belajar merupakan
suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Yang dikutip
dari (Muh.Natsir Hamdat, 2006:1-6).
Maka dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
sebagai berikut :
a) Belajar adalah perubahan perilaku
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
yakni sebagai hasil tindakan instrumental yaitu perubahan yang disadari,
kontinue atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya, fungsional atau
bermanfaat sebagai bekal hidup, positif atau berakumulasi, aktif atau sebagai usaha
yang direncanakan dan dilakukan, permanen/tetap, bertujuan dan terarah, mencakup
keseluruhan potensi kemanusiaan.
b) Belajar merupakan proses
Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif dan organik. Belajar
merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar.
c) Belajar merupakan bentuk pengalaman
Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik
dengan lingkungannya. Belajar memiliki tujuan sebagai berikut:
a) Mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan
kemampuan berpikir tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain tidak dapat
mengembangkan kemampuan berpikir tanpa pengetahuan, sebaliknya kemampuan
berpikir akan memperkaya pengetahuan.
b) Penanaman konsep dan pengetahuan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep juga memerlukan suatu
keterampilan.
c) Pembentukan sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru
harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Jadi, tujuan belajar tidak
hanya untuk mendapatkan pengetahuan dan kemampuan berpikir saja, namun juga
sebagai pembentukan sikap, perilaku dan pribadi individu yang melakukan tindakan
belajar tersebut.
2. Hasil Belajar Matematika
“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajarnya”. Tes hasil belajar adalah sekelompok
pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan
tujuan untuk mengukur kemajuan belajar siswa. Howard Kingsley mengungkapkan
bahwa hasil belajar dibagi menjadi tiga macam, yaitu: keterampilan dan kebiasaan,
pengetahuan dan pengertian serta sikap dan cita-cita. Gagne membagi lima kategori
hasil belajar, yakni: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,
sikap dan keterampilan motoris (Nana Sudjana, 2011:22-32). Menurut Benyamin
Bloom dikutip dari Nana Sudjana (2011:23), hasil belajar diklasifikasikan menjadi
tiga ranah, yakni: ranah kognitif, ranah afektif dan psikomotorik.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya
termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri
dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan
internalisasi.
Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni: gerakan refleks,
keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan
gerakan keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif. Jadi, dari
beberapa pendapat tersebut, hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang
diperoleh siswa setelah menerima pengalaman belajarnya, kemampuan-kemampuan
tersebut meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
Hasil belajar tersebut perlu dinilai dengan menggunakan tes hasil belajar.
Kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor menjadi objek penilaian hasil belajar.
Dari ketiga ranah kemampuan itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh
para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam
menguasai isi bahan pengajaran. Dalam penelitian ini akan dikembangkan penilaian
hasil belajar ranah kognitif, untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai
isi dan bahan pengajaran matematika yang diajarkan.
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk
dalam ranah kognitif. Dalam ranah konitif ini terdiri dari enam aspek, yaitu
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat (recall) atau
mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya
tanpa mengarapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan
ini adalah merupakan proses berpikir yang paling rendah
b. Pemahaman
Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami
sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah
mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta
didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau
memberi uraian yang lebih rinci tentang suatu hal dengan menggunakan kata-katanya
sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan setingkat lebih tinggi dari
ingatan atau hafalan.
c. Aplikasi
Aplikasi adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan
ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsipprinsip, rumus-rumus, teori-
teori dan sebagainya dalam situasi yang baru dan kongkret. Aplikasi atau penerapan
ini merupakan proses berpikir setingkat lebih tinggi dibanding pemahaman.
d. Analisis
Analisis merupakan kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan
suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian ang lebih kecil dan mampu
memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktorfaktor yang satu dengan
faktor lainnya. Kemampuan berpikir analisis setingkat lebih tinggi dibanding dengan
pemahaman
e. Sintesis
Sintesis merupakan kemampuan berpikir yang berkebalikan dengan proses
berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian
atau unsur secara logis, sehingga menjadi suatu pola baru.
f. Evaluasi
Evaluasi merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif
menurut Taksonomi Bloom. Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai yang
mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan metode, materil
dan lain – lain (Nana Sudjana, 2011:23-28).
Penilaian hasil belajar mengisyaratkan hasil belajar sebagai program atau
objek yang menjadi sasaran penilaian. Hasil belajar sebagai objek penilaian pada
hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap tujuan – tujuan instruksional. Hal ini
karena isi rumusan tujuan instruksional menggambarkan hasil belajar yang harus
dikuasai siswa berupa kemampuan – kemampuan siswa setelah menerima atau
menyelesaikan pengalaman belajarnya, hasil belajar sebagai objek penilaian dapat
dibedakan kedalam beberapa kategori antara lain, keterampilan dan kebiasaan,
pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita – cita, kategori yang banyak digunakan
dibagi menjadi tiga ranah yakni, kognitif, efektif, dan psikomotorik, masing – masing
ranah terdiri dari sejumlah aspek yang saling berkaitah, Alat penilaian setiap ranah
tersebut mempunyai karakteristik tersendiri sebab setiap ranah berbeda dalam
cakupan dan hakikat yang terkandung di dalamnya (Nana Sudjana, 2011:33-34).
3. Pembelajaran matematika
“Pembelajaran merupakan kegiatan kompleks dalam mengatur berbagai
komponen dan menyelaraskannya untuk terjadinya proses belajar”. Proses belajar
bersifat internal dan unik dalam diri siswa, sedangkan proses pembelajaran bersifat
eksternal yang sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku. Peristiwa belajar
disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik daripada
belajar yang hanya semata-mata dari pengalaman dalam kehidupan sosial di
masyarakat.
Belajar dengan proses pembelajaran ada peran guru, bahan ajar dan
lingkungan yang kondusif Jadi, pembelajaran matematika merupakan upaya penataan
kondisi belajar yang direncanakan yang memberi nuansa agar program belajar
matematika tumbuh dan berkembang secara optimal.
Siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk
memahami atau menyampaikan suatu informasi misalnya melalui persamaan-
persamaan atau tabel-tabel dalam model-model matematika yang merupakan
penyederhanaan dari soal-soal cerita atau soal-soal uraian matematika. Ini
menggambarkan fungsi mata pelajaran matematika sebagai alat. Belajar matematika
bagi siswa, juga merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu
pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan diantara pengertian-pengertian
itu.
Matematika sebagai ilmu atau pengetahuan karena metematika selalu
mencari kebenaran dan bersedia meralat kebenaran yang sementara diterima bila
ditemukan kesempatan untuk mencoba mengembangkan penemuan-penemuan
sepanjang pola pikir yang sah. Mata pelajaran matematika pada kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) diberikan kepada semua siswa mulai dari tingkat sekolah
dasar hingga sekolah menengah untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan
memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada
keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
4. Pembelajaran kooperatif Tipe Make A-Match
Model pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok
yamg diorganisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada
perubahan informasi secara sosial diantara kelompok – kelompok pembelajaran yang
di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan
didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota – anggota yang lain ( Roger
dkk, 1992)yang dikutip dari (Miftahul Huda, 2011:29). Singkatnya model
pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran dimana siswa
bekerjasama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar.
Pembelajaran kooperatif umumnya melibatkan kelompok yang
beranggotakan beberapa siswa dengan kemampuan yang berbeda dan ada pula yang
menggunakan kelompok dengan ukuran yang berbeda – beda (Miftahul Huda,
20011:32). Model kooperatif merupakan model pembelajaran yang memfasilitasi
siswa untuk mencapai kompetensinya dengan menekankan kerjasama antar siswa.
Struktur kelompok menunjukkan bahwa dalam kelompok ada peran. Peran dari
tiaptiap anggota kelompok, berkaitan dengan posisi individu dalam kelompok
maupun kemampuan individu masing-masing. Groupness menunjukkan bahwa
kelompok merupakan suatu kesatuan. Kelompok bukanlah sematamata kumpulan
orang yang saling berdekatan.
Kelompok adalah kesatuan yang bulat di antara anggotannya. Jadi,
pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menekankan adanya
pengelompokan siswa ke dalam beberapa kelompok untuk bekerjasama memecahkan
atau mendiskusikan suatu konsep maupun permasalahan dan dalam kelompok
tersebut terdapat interaksi, mempunyai tujuan, berstruktur serta groupness.
Dengan mengajarkan apa yang telah dipelajari kepada seseorang, dia akan
lebih bisa menguasai atau menginternalisasikan pengetahuan dan keterampilannya.
Secara afektif, siswa dengan kemampuan akademis tinggi juga perlu melatih diri
untuk bisa bekerjasama dan berbagi dengan mereka yang berkemampaun akademis
kurang atau sedang. Kemampuan komunikasi verbal dalam matematika siswa
tersebut akan semakin meningkat. Jadi, melalui pembelajaran kooperatif siswa
diajarkan untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan siswa lain dalam proses
belajarnya demi mencapai keberhasilan belajar.
Make A-Match merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif. Model
Make A-Match adalah bentuk pengajaran dengan cara mencari pasangan kartu yang
telah dimiliki dan pasangan bisa dalam bentuk orang perorang apabila jumlah siswa
banyak, kemudian berhadapan untuk saling menjelaskan makna kartu yang dimiliki.
Dalam pembelajaran teknik make a-match terdapat unsur pencocokan kartu yang
dimiliki dengan kartu lain yang sesuai. Teknik make a-match digunakan untuk
memperdalam atau review materi yang telah dipelajari melalui latihan-latihan soal
yang disajikan dalam kartu-kartu. Model pembelajaran Kooperatif Tipe ’’make A-
Match’’ dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Salah satu keunggulan
teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau
topic dalam suasana yang menyenangkan.
Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkatan usia anak didik. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-Match memotivasi
belajar siswa dengan teknik: menimbulkan rasa ingin tahu kepada siswa dengan cara
menugaskan siswa untuk menemukan pasangan dari kartu yang dimilikinya,
pemberian penghargaan bagi siswa yang mampu menemukan pasangan dari kartu
yang dimilikinya sebelum batas waktu yang ditentukan dan penghargaan bagi
kelompok terbaik, menciptakan suasana permainan dalam pembelajaran yang
memperpadukan motivasi-motivasi belajar yang kuat melalui kerja kelompok dan
membuat suasana persaingan yang sehat di antara para siswa serta mengembangkan
persaingan dengan diri sendiri pula melalui pemberian tugas.
Penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-Match ini dimulai dari
teknik yaitu siswa ditugaskan mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal,
siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktunya diberi poin.
(Miftahul Huda, 2011:135-136) mengungkapkan langkah-langkah penerapan
pembelajaran Kooperatif Tipe make A-Match:
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topic
yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes ujian)
2) Setiap siswa mendapatkan satu buah kartu
3) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya
4) Siswa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu
yang cocok. Misalnya, pemegang kartu 3+3 akan membentuk kelompok
dengan pemegang kartu 2x3 dan 12:2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe make a-match,
meliputi:
a) Persiapan guru dan siswa dalam memulai pembelajaran Untuk
memulai pembelajaran siswa maupun guru mempersiapkan media/alat
yang akan digunakan dalam pembelajaran serta adanya penyampaian
tujuan pembelajaran. Sebelum memulai materi pokok guru melakukan
apersepsi, untuk mengingatkan kembali tentang materi yang
diperlukan sebagai dasar untuk mempelajari materi pokok tersebut
b) Pengelompokan
Siswa dikeompokkan menjadi beberapa kelompok, pengelompokkan
diusahakan seheterogen mungkin, dari prestasi belajar maupun jenis
kelaminnya
c) Pembahasan materi
Teknik make a-match bisa diterapkan untuk sesi review terhadap
materi yang telah dipelajari, dengan melalui latihan-latihan soal yang
disajikan dalam bentuk kartu. Jadi, sebelum melakukan permainan
menemukan pasangan dari kartu-kartu yang dimilikinya, ada kegiatan
pembahasan materi, dapat meliputi: pemberian LKS pada setiap
kelompok, diskusi kelompok dan pembahasan hasil diskusi
d) Permainan mencari pasangan
Permainan mencari pasangan meliputi tata cara sebagai berkut:
1. Siswa memperoleh kartu soal dan jawaban
2. Siswa memikirkan jawaban dari soal pada kartu masing-masing
dalam waktu 3 menit
3. Jika sebelum 3 menit sudah selesai mengerjakan soal, siswa tidak
diperkenankan mencari pasangannya terlebih dahulu sebelum ada
instruksi
4. Siswa mencari pasangan kartu mereka di dalam kelompok besar
(gabungan tiga kelompok berurutan) yang telah ditentukan dalam
waktu 2 menit
5. Setelah menemukan pasangan, siswa mengucpakan kata “sukses”
untuk dicatat dan dicek kebenaran jawaban oleh pengamat
6. Setelah menemukan pasangannnya, siswa duduk berdekatan dengan
pasangannya untuk mendiskusikan jawaban dari soal dalam
kartunya
7. Siswa yang dapat menemukan pasangannya akan memperoleh poin
untuk penghargaan kelompok yaitu 10 poin
8. Siswa tidak diperbolehkan mengganggu teman lain yang masih
mencari pasangan
e) Presentasi dan pembahasan hasil permainan
Setelah permainan menemukan pasangan, diadakan presentasi
hasil permainan dari beberapa pasangan serta pemberian kesempatan
kepada siswa lain untuk menanggapi, siswa yang mampu menjawab
pertanyaan, akan diberikan poin untuk kelompoknya. Pembahasan
hasil permainan dilakukan siswa bersama-sama dengan guru.
f) Penghargaan kelompok
Penghargaan kelompok diberikan setelah satu siklus tindakan
penghargaan kelompok berdasarkan hasil pekerjaan LKS dan
permainan, namun dalam setiap pembelajaran diinformasikan poin
permainan yang diperoleh setiap individu, dimaksudkan untuk
memotivasi siswa dalam setiap pembelajaran.
a) Penyimpulan materi
Pada akhir rangkaian pembelajaran teknik make a-match, guru
bersamasama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari serta
guru memberikan penguatan tentang kesimpulan tersebut
b) Penugasan dan persiapan pada materi berikutnya
Pembelajaran diakhiri dengan penugasan dan pemberian informasi
tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
5. Deskripsi Materi Ajar
HIMPUNAN
1. Pengertian himpunan bagian
Himpunan A merupakan himpunan bagian B, jika setiap anggota
A juga menjadi anggota B dan dinotasikan A B atau B ⊃ A. Himpunan A bukan
merupakan himpunan bagian B, jika terdapat anggota A yang bukan anggota B, dan
dinotasikan A B.
2. Menentukan banyaknya anggota himpunan bagian
Diketahui K = {p, q, r}.
Tentukan himpunan bagian dari K yang mempunyai
a. satu anggota;
b. dua anggota;
c. tiga anggota;
penyelesaian :
a. Himpunan bagian K yang mempunyai satu anggota adalah {p} ⊂ K; {q} ⊂
K; dan {r} ⊂ K; dan {s} ⊂ K.
b. Himpunan bagian K yang mempunyai dua anggota adalah {p, q} ⊂ K; {p, r}
⊂ K; {p, s} ⊂ K; {q, r} ⊂ K; {q, s} ⊂K; {r, s} ⊂ K.
c. Himpunan bagian K yang mempunyai tiga anggota adalah {p, q, r} ⊂ K; {p,
q, s} ⊂ K; {p, r, s} ⊂ K; dan {q, r, s} ⊂ K.
Setiap himpunan A merupakan himpunan bagian dari himpunan A sendiri,
ditulis A ⊂ A.
Menentukan Banyaknya Himpunan Bagian dari Suatu Himpunan Banyaknya
semua himpunan bagian dari suatu himpunan adalah dengan n banyaknya anggota
himpunan tersebut.
OPERASI HIMPUNAN
1.Irisan dua himpunan
Pengertian irisan
Misalkan A = {1, 3, 5, 7 , 9}
B = {2, 3, 5, 7 }
Anggota himpunan A dan B adalah anggota himpunan A dansekaligus
menjadi anggota himpunan B = {3, 5, 7}.Anggota himpunan A yang sekaligus
menjadi anggota himpunan B disebut anggota persekutuan dari A dan B.Selanjutnya,
anggota persekutuan dua himpunan disebut irisan dua himpunan, dinotasikan dengan
( dibaca: irisan atau interseksi). Jadi, A B = {3, 5, 7}.
Irisan (interseksi) dua himpunan adalah suatu himpunan yang anggotanya
merupakan anggota persekutuan dari dua himpunan tersebut .
Irisan himpunan A dan B dinotasikan sebagai berikut.
A B = {x | x ∊ A dan x ∊ B}
Jika A B maka A B = A.
Jika A = B maka A B = A atau A B = B.
2. Gabungan dua himpunan
Pengertian gabungan
Misalkan A = {1, 3, 5, 7 , 9}
B = {2, 3, 5, 7 }
Anggota himpunan A dan B adalah anggota himpunan A dan anggota
himpunan B dijadikan menjadi gabungan satu anggota himpunan disebut gabungan
anggota dari A dan B.Selanjutnya, anggota gabungan dari dua himpunan disebut
gabungan dua himpunan, dinotasikan dengan ( dibaca: irisan atau interseksi).
Jadi, A B = {1,2,3, 5, 7,9}.
gabungan dua himpunan adalah suatu himpunan yang anggotanya merupakan
gabungan anggota persekutuan dari dua himpunan tersebut .
gabungan himpunan A dan B dinotasikan sebagai berikut.
A B = {x | x ∊ A dan x ∊ B}
Jika A B maka A B = B A
3. Selisi (difference)
Selisih (difference) himpunan A dan B adalah himpunan yang anggotanya
semua anggota dari A tetapi bukan anggota dari B. Selisih himpunan A dan B
dinotasikan dengan A – B atau A\B.
Catatan:
A – B = A\B dibaca: selisih A dan B.
Dengan notasi pembentuk himpunan dituliskan sebagai berikut.
A – B = {x | x A, x B}
B – A = {x | x B, x ∉ A}
Diketahui A = {a, b, c, d} dan B = {a, c, f, g}.
Selisih A dan B adalah A – B = {a, b, c, d} – {a, c, f, g} ={b, d},
sedangkan selisih B dan A adalah B – A = {a, c, f, g} – {a, b, c, d} = {f, g}.
4. Komplemen Suatu Himpunan
Komplemen himpunan A adalah suatu himpunan yang
anggotaanggotanya merupakan anggota S tetapi bukan anggota A.
Dengan notasi pembentuk himpunan dituliskan sebagai berikut.
= {x | x S dan x ∉ A}
Diketahui S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7} adalah himpunan semesta dan A = {3, 4, 5}.
Komplemen himpunan A adalah AC = {1, 2, 6, 7}.
Komplemen A dinotasikan dengan atau ( atau dibaca : komplemen A )
Sifat-Sifat Operasi Himpunan
Sifat-sifat irisan dan gabungan himpunan
Untuk setiap himpunan A dan B berlaku sifat komutatif irisan
A B = B A. Untuk himpunanA,B,C dan berlaku sifat asosiatif irisan
(A B) C = A (B C). Sifat ini dikenal dengan sifat idempotent irisan.Untuk
setiap himpunan A dengan semesta pembicaraan S,berlaku
a. sifat identitas irisan
A S = A (himpunan S disebut elemen identitas pada irisan)
b. sifat komplemen irisanA =
Untuk setiap himpunan A, B, dan C berlaku
A (B C) = (A B) (A C)
Sifat –sifat selisi himpanan
Untuk setiap himpunan A, B, dan C berlaku A – (B C) = (A – B) (A –
C) Sifat ini disebut sifat distributif selisih terhadap irisan. Untuk setiap himpunan A,
B, dan C berlaku A – (B C) = (A – B) (A – C) Sifat ini disebut sifat distributif
selisih terhadap gabungan .
B. Kerangka Berfikir
Pencapaian hasil belajar sangat didukung oleh motivasi belajar yang
dimiliki siswa. Motivasi siswa dapat dilihat dari adanya usaha yang tetap, adanya
kecenderungan untuk belajar terus meskipun sudah tidak berada di bawah
pengawasan atau adanya kesediaan mempertahankan kegiatan belajar secara sukarela
ke arah penyelesaian suatu tugas.
Motivasi sangat erat kaiatannya dengan keberhasilan belajar yang dicapai
siswa, sehingga guru berupaya sedapat mungkin untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa melalui proses-proses pembelajaran yang dilakukan. Salah satunya
dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-Match merupakan
salah satu tipe model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-Match cocok digunakan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa karena pada model pembelajaran ini siswa diberi
kesempatan untuk berinteraksi dengan siswa lain, suasana belajar di kelas dapat
diciptakan sebagai suasana permainan, ada kompetisi antar siswa untuk memecahkan
masalah yang terkait dengan topik pelajaran matematika serta adanya penghargaan
(reward), sehingga siswa dapat belajar matematika dalam suasana yang
menyenangkan. Pembelajaran dengan model Make A-Match, siswa ditugaskan untuk
menemukan pasangan dari kartu yang dipegangnya.
Hal tersebut menimbulkan rasa ingin tahu siswa tentang penyelesaian dari
permasalahan dalam kartunya sehingga dapat segera mencocokkan kartu yang
dimilikinya. Rasa ingin tahu merupakan daya untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa. Adanya interaksi dengan siswa lain, dapat mendorong motivasi belajar siswa
sehingga mampu berbagi pengetahuan belajar dengan yang lain.
Permainan merupakan proses yang sangat menarik bagi siswa. Suasana
yang sangat menarik itu menyebabkan proses belajar menjadi bermakna secara
afektif atau emosional bagi siswa. Sesuatu yang bermakna akan mudah untuk diingat,
dipahami dan dihargai. Adanya suasana persaingan akan menimbulkan upaya belajar
yang sungguh-sungguh sehingga meningkatkan motivasi belajar.
Pemberian penghargaan merupakan cara efektif untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa menuju kepada hasil belajar yang baik. Jadi, dari rangkaian
pembelajaran Make A-Match tersebut diharapkan mampu meningkatkan motivasi
belajar siswa sehingga mendorong untuk tercapainya peningkatan hasil belajar siswa.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori, dan kerangka berpikir tersebut maka dapat
diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: Jika dalam proses pembelajaran
diterapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Make a-Match maka meningkatkan
hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan Himpunan dikelas VII SMP
Ahmad Yani Makassar.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
(PTK) atau classroom action research yang dilaksanakan secara kolaboratif dan
partisipatif. Kolaboratif artinya peneliti berkolaborasi atau bekerjasama dengan guru
mata pelajaran matematika kelas VII SMP Ahmad Yani Makassar, Partisipatif
artinya peneliti dibantu oleh rekan sejawat yang terlibat secara langsung dalam
penelitian. Tindakan yang dilaksanakan adalah penerapan model pembelajaran
Kooperatif Tipe Make A-Match untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa
pada pokok bahasan Himpunan di kelas VII SMP Ahmad Yani Makassar.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian adalah SMP Ahmad Yani Makassar dan yang
menjadi Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Ahmad Yani
Makassar yang terdiri dari 16 perempuan dan 14 laki-laki.
C. Faktor Yang Diselidiki
Faktor input, yang dapat dilihat dari kehadiran, aktivitas didalam
tugas, dan aktivitas diluar tugas. Sedang faktor hasil, yang akan diselidiki adalah
hasil belajar matematika yang dapat dilihat melalui tes hasil belajar pada setiap akhir
siklus.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus dimana
dalam setiap siklus merupakan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan. Masing-
masing siklus diadakan sebanyak empat kali pertemuan yang terdiri dari tiga kali
proses belajar mengajar ditambah satu kali tes siklus. Dan setiap siklus terdiri dari 4
tahap yakni perencanaan (Planning), tindakan (Action), observasi (Observation ) dan
refleksi (Reflection).
Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam siklus, adalah sebagai berikut:
Permasalahan
Perencanaan
Tindakan II
Observasi
(pengamatan)
engumpulan Refleksi I
Perencanaan
Tindakan I
Pelaksanaan
Tindakan I
Pelaksanaan
Tindakan II
Observasi
(pengamatan)
Refleksi II
Siklus 1
Siklus 2
Apabila
permasalahan
belum
terselesaiakan
Dilanjutkan pada
siklus berikutnya
Sumber: Arikunto (2006 : 74)
1. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan, peneliti membuat dan menyusun:
a) Perangkat pembelajaran RPP, LKS, kartu permainan
b) Instrumen penelitian meliputi: pedoman observasi dan evaluasi
berupa tes hasil belajar disertai dengan kunci jawaban dan panduan
penskoran.
2. Pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini, guru melaksanakan tindakan berupa pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-
Match sesuai dengan RPP yang telah direncanakan dan disusun pada
tahap perencanaan, sementara itu peneliti bersama dengan pengamat
lain mengamati aktivitas dan perilaku siswa pada saat pembelajaran di
kelas. Tindakan yang dilakukan bersifat fleksibel dan terbuka
terhadap perubahan-perubahan sesuai dengan apa yang terjadi di
lapangan.
3. Observasi
Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung
untuk memperoleh data penelitian. Observasi dilakukan oleh 3 orang
pengamat dengan menggunakan pedoman observasi, catatan lapangan
dan alat dokumentasi. Dalam tahap ini dilakukan observasi terhadap
semua proses tindakan, hasil tindakan, situasi tempat tindakan dan
kendala-kendala tindakan.
4. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan mengemukakan dan mengkaji
kembali terhadap proses yang dilakukan. Diadakan diskusi antara
peneliti, pengamat dan guru sehingga dapat diketahui kendala dari
tindakan yang telah dilaksanakan dalam siklusnya. sehingga dapat
digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan siklus-siklus
berikutnya.
Siklus II
Pada dasarnya kegiatan yang dilakukan pada siklus ini adalah
kembali ke tahap-tahap yang dilakukan pada siklus sebelumnya.
Disamping itu dilakukan sejumlah rencana baru untuk memperbaiki atau
merancang tindakan baru sesuai dengan pengalaman dan hasil refleksi yang
diperoleh pada siklus sebelumnya.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam rangka
penelitian ini adalah:
1. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui data tentang kehadiran siswa,
keaktifan, dan perhatian siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.
2. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar digunakan untuk memperoleh informasi tentang penguasaan
siswa setelah proses pembelajaran.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis data: Jenis data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data
kuantitatif dan kualitatif.
2. Cara pengambilan data:
a. Data mengenai hasil belajar matematika siswa diperoleh dari tes
setiap akhir Siklus.
b. Data mengenai aktifitas siswa dalam mengikuti proses belajar
diperoleh melalui lembar observasi selama proses pembelajaran.
G. Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan akan dianalisis secara kuantitatif dan
kualitatif. Data hasil observasi dianalisis secara kualitatif, sedangkan data hasil tes
(evaluasi) dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan teknik analisis
deskriptif, yang terdiri atas: rataan (mean), nilai maksimum dan nilai minimum siswa
yang diperoleh pada setiap siklus. Kemudian nilai tersebut dikategorikan dalam
standar yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang
dinyatakan sebagai berikut.
Tabel Kategorisasi
H. Indi
kator Keberhasilan
Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini
adalah meningkatnya hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan
Himpunan setelah diterapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-
Match. Dan siswa dikatakan tuntas belajar apabila memperoleh nilai terbaik
(minimal sesuai KKM = 65).
No Skor Kategori
1.
2.
3.
4.
5.
00-54
55-64
65-79
80-89
90-100
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas hasil-hasil penelitian yang memperlihatkan
peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif
tipe make a-match dari Siklus I ke Siklus II dengan menggunakan analisis kualitatif
yaitu data tentang hasil pengamatan, sedangkan data tentang hasil belajar siswa
dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu skor rata-
rata, median, modus, skor ideal, rentang skor, , frekuensi, deviasi standar, koefisien
variansi, skor terendah dan skor tertinggi yang dicapai siswa setiap Siklus.
A. Hasil Penelitian
1. Analisis Deskriptif Hasil Tes Akhir Siklus I
Tes hasil belajar pada siklus ini dilaksanakan dalam bentuk ulangan harian.
setelah selesai panyajian materi untuk Siklus I. Adapun deskripsi hasil belajar
matematika pada Siklus I ini dapat dilihat pada Tabel 2.1. berikut:
TABEL 2.1. Hasil Analisis Statistika Deskriptif Skor Hasil Belajar Siswa pada
Siklus I
Statistik Nilai Statistik
Ukuran Sampel
Skor Ideal
Skor Rata-Rata
Modus
Median
Skor Terendah
Skor Tertinggi
Rentang Skor
Deviasi standar
Koefisien Variansi
30
100
64,83
70
70
40
85
45
15,28
23,56
Berdasarkan tabel 2.1 terlihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa setelah
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a-match adalah 64,83 dari skor
ideal yang mungkin dicapai yaitu 100 dan skor terendah yang mungkin dicapai yaitu
0. Skor tertinggi 85 dan skor terendah yang diperoleh 40 dengan standar deviasi
15,28. Jika skor hasil belajar siswa di atas dikelompokkan ke dalam lima kategori
maka diperoleh distribusi skor seperti ditunjukkan pada tabel 2.2 sebagai berikut:
TABEL 2.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa pada Tes
Siklus I
No Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
00-54
55-64
65-79
80-89
90-100
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
8
3
11
8
0
26,66
10,00
36,02
26,66
0
JUMLAH 30 100
Berdasarkan Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 diperoleh informasi bahwa hasil balajar dari 30
siswa memiliki skor rata-rata 64,83 dari skor ideal 100. Menurut kategori skor hasil
belajar pada Bab III, skor rata-rata ini temasuk dalam kualifikasi sangat rendah. Nilai
modus sebesar 70 menunjukkan bahwa skor ini merupakan skor dengan frekuensi
terbanyak yaitu 8 orang siswa. Nilai median sebesar 70 memberikan indikasi bahwa
10,00% siswa atau 3 orang siswa memperoleh skor hasil belajar rendah dan 26,66%
siswa atau 8 orang siswa memperoleh skor hasil belajar siswa sangat rendah.
Adapun ukuran dispusi yang meliputi deviasi standar, koefisien variansi dan rentang
skor yang relatif sangat rendah menunjukkan bahwa penyebaran skor hasil belajar
siswa tidak terlalu jauh dari skor rata-rata. Dengan perkataan lain penyebaran skor
hasil belajar siswa cenderung bersifat homogen dengan skor terkecil 40 (kategori
sangat rendah) dan skor terbesar adalah 85 (kategori tinggi).
2. Analisis Deskriptif Hasil Tes Akhir Siklus II
Hasil analisis deskriptif terhadap skor perolehan siswa setelah penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe make a-match selama Siklus II dapat dilihat pada
lampiran dan disajikan pada tabel 3.1 sebagai berikut:
TABEL 3.1. Deskripsi Skor Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
Statistik Nilai Statistik
Ukuran Sampel
Skor Ideal
Skor Rata-Rata
Modus
Median
Skor Terendah
Skor Tertinggi
Rentang Skor
Deviasi standar
Koefisien Variansi
30
100
75,33
60
75
50
95
45
14,13
18,75
Berdasarkan tabel 3.1 terlihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa setelah
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a-match adalah 75,33 dari skor
ideal yang mungkin dicapai yaitu 100 dan skor terendah yang mungkin dicapai yaitu
0. Skor tertinggi 95 dan skor terendah 50 yang diperoleh dengan standar deviasi
14,13. Jika skor hasil belajar siswa di atas dikelompokkan ke dalam lima kategori
maka diperoleh distribusi skor seperti ditunjukkan pada tabel 3.2 sebagai berikut:
TABEL 3.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa pada Tes
Siklus II
No Skor Kategori Frekuensi Persentase
1.
2.
3.
4.
5.
00-54
55-64
65-79
80-89
90-100
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi
1
8
8
4
9
3,33
26,66
26,66
13,33
30,00
JUMLAH 30 100
Setelah digunakan kategorisasi pada tabel 3,2 di atas, terlihat bahwa dari 30 orang
siswa yang dijadikan subjek penelitian, 1 orang siswa atau 3,33% yang berada pada
kategori sangat rendah, 8 orang siswa atau 26,66% yang berada pada kategori
rendah, 8 orang siswa atau 26,66% berada pada kategori sedang, 4 orang siswa atau
13,33% berada pada kategori tinggi dan 9 orang siswa atau 30,00% berada pada
kategori sangat tinggi. Apabila skor rata-rata hasil belajar tes Siklus II yaitu 75,33
dikategorisasikan ke dalam kategorisasi standar (skala lima) maka skor tersebut
berada pada kategori sedang. Berdasarkan tabel 3.1 dan tabel 3.2 dapat disimpulkan
bahwa skor rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Ahmad Yani
Makassar pada siklus II adalah 75,33 dari skor ideal 100, atau berada dalam kategori
sedang.
Untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe make a-match pada setiap siklus, tercatat pada tabel di
bawah ini:
TABEL 4.1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Tiap Siklus
No. Siklus
Skor Perolehan
Ideal Terendah Tertinggi Rata-rata Median
1.
2.
Siklus I
Siklus I
100
100
40
50
85
95
64,83
75,33
70
75
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar matematika
siswa pada Siklus I adalah 64,83 dan skor rata-rata hasil belajar matematika pada
Siklus II adalah 75,33. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar
siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a-match dari
kategori sangat rendah menjadi kategori sedang.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor setelah Proses
Pembelajaran dari Siklus I dan Siklus II
No. Skor Kategori Frekuensi Persentase
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
1. 00 – 54 Sangat rendah 8 1 26,66 3,33
2. 55 – 64 Rendah 3 8 10,00 26,66
3. 65 – 79 Sedang 11 8 36,02 26,66
4. 80 – 89 Tinggi 8 4 26,66 13,33
5. 90 – 100 Sangat tinggi 0 9 00,00 30,00
Dari hasil analisis deskriptif di atas menunjukkan bahwa setelah pemberian tindakan
selama dua siklus, skor rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Pada
Siklus I, skor rata-rata hasil belajar siswa yaitu 64,83 yang apabila dikategorisasikan
ke dalam kategorisasi standar (skala lima) maka ia berada pada kategori rendah. Pada
siklus II meningkat menjadi 75,33 yang apabila dikategorikan ke dalam skala lima
maka berada pada kategori sedangi. Data hasil penelitian mengenai skor rata-rata
hasil belajar siswa pada Siklus I dan Siklus II yang terdapat pada lampiran,
menunjukkan bahwa jumlah siswa yang memperoleh nilai yang lebih baik atau
mengalami peningkatan dari Siklus I ke Siklus II sebanyak 30 rang. Dari 30 jumlah
siswa yang mengalami peningkatan tidak semuanya berada pada kategori tinggi akan
tetapi 1 orang siswa yang berada pada kategori sangat rendah, 8 orang siswa yang
berada pada kategori rendah, 8 orang siswa berada pada kategori sedang, 4 orang
siswa yang berada pada kategori tinggi dan 9 orang siswa yang berada pada
kategori sangat tinggi. Ini berarti bahwa pembelajaran matematika melalui model
pembelajaran kooperatif tipe make a-match dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa pada pokok bahasan himpunan di kelas VII SMP Ahmad Yani
Makassar.
B. Analisis Kualitatif
Data yang dianalisis pada bagian ini adalah data yang diperoleh dari hasil
pengamatan saat proses pembelajaran berlangsung dan tanggapan-tanggapan siswa
yang dibuat secara tertulis pada akhir setiap siklus.
1. Hasil Observasi Siswa
a) Siklus I
Pada Siklus I, keaktifan siswa dapat dilihat pada lembar observasi yang
ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.1 Keaktifan Siswa pada Siklus I
NO KOMPONEN YANG DIAMATI PERTEMUAN
RATA
-
RATA %
I II III
1 Banyaknya siswa yang hadir pada saat
pembelajaran.
26
27
28
27
90
2 Siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru
pada saat penyajian materi pelajaran.
5
5
3
4,33
14,44
3 Siswa yang menjawab pertanyaan dari guru.
2
3
2
2,33
7,77
4 Siswa yang memberi bantuan kepada siswa dan
kelompok.
1
3
2
2
6,66
5. Siswa yang mengerjakan pekerjaan rumah (PR).
25
26
26
25,66
85,55
6. Siswa yang melakukan kegiatan lain (ribut,
bermain,dll).
7
3
5
5
16,66
Berdasarkan Tabel 5.1 di atas, dapat dilihat bahwa sekitar 90% siswa hadir
pada setiap pertemuan, dan dari 90% siswa yang hadir ada sekitar 14,44% siswa
yang mengajukan pertanyaan mengenai materi pelajaran, 7,77% siswa dapat
menjawab pertanyaan guru, ada sekitar 6,66% siswa yang memberi bantuan kepada
siswa dan kelompoknya, 85,55% siswa yang mengerjakan PR, dan masih ada sekitar
16,66% siswa yang melakukan kegiatan lain.
b) Siklus II
Pada Siklus I, keaktifan siswa dapat dilihat pada lembar observasi yang
ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.2 Keaktifan Siswa pada Siklus II
NO KOMPONEN YANG DIAMATI PERTEMUAN
RATA
-
RATA %
I II III
1 Banyaknya siswa yang hadir pada saat
pembelajaran.
29
29
30
29,33
97,77
2 Siswa yang mengajukan pertanyaan kepada
guru pada saat penyajian materi pelajaran.
2
4
3
3
10
3 Siswa yang menjawab pertanyaan dari guru.
3
2
4
3
10
4 Siswa yang memberi bantuan kepada siswa
dan kelompok.
3
2
3
2,66
8,88
5. Siswa yang mengerjakan pekerjaan rumah
(PR).
29
28
30
29
96,66
6. Siswa yang melakukan kegiatan lain (ribut,
bermain,dll).
3
2
2
2,33
7,77
Berdasarkan Tabel 5.2 di atas, dapat dilihat bahwa sekitar 97,77% siswa hadir
pada setiap pertemuan, dan dari 97,77% siswa yang hadir ada sekitar 10% siswa
yang mengajukan pertanyaan mengenai materi pelajaran, 10% siswa dapat menjawab
pertanyaan guru, ada sekitar 8,88% siswa yang memberi bantuan kepada siswa dan
kelompoknya, 96,66% siswa yang mengerjakan PR, dan masih ada sekitar 7,77%
siswa yang melakukan kegiatan lain.
2. Refleksi terhadap Pelaksanaan Tindakan dalam Proses Belajar
Mengajar Matematika.
a) Siklus I
Sebelum proses pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif
tipe make a-match dimulai, proses pembelajaran diawali dengan pengenalan model
pembelajaran yang akan dipakai dalam pembelajaran yaitu menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe make a-match. Penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe make a-match diawal proses belajar mengajar sudah memikat
perhatian dari siswa, karena model pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini
memiliki karakteristik yang istimewa seperti permainan mencari pasangan yang
membuat para siswa merasa penasaran dengan pasangan kartu yang mereka punya.
Hal ini ditunjukkan dengan perubahan sikap siswa yang tadinya acuh, ribut, dan
mengganggu siswa yang lain menjadi sangat berantusias dalam mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a-
match ini. Proses pembelajaran pada Siklus I berlangsung selama empat kali
pertemuan, dimana pada pertemuan pertama siswa yang hadir sebanyak 26 siswa.
Pada pertemuan kedua jumlah siswa yang hadir sebanyak 27 siswa dan 3 siswa tidak
hadir, pada pertemuan ketiga siswa yang hadir sebanyak 28 siswa. Pada pertemuan
keempat siswa yang hadir sebanyak 28 siswa.
Pada awal pertemuan siklus I, belum menampakkan adanya kemajuan, tetapi
menjelang akhir pertemuan Siklus I sudah menampakkan adanya kemajuan. Hal ini
terlihat dengan semakin kurangnya siswa yang ribut dan mengganggu siswa lain,
antusiasme siswa untuk bertanya tentang materi pelajaran, dan tumbuhnya rasa
percaya diri siswa dengan adanya siswa yang berani mengangkat tangan untuk
mengerjakan soal-soal latihan/ lembar kerja siswa di papan tulis.
b) Siklus II
Proses pembelajaran pada Siklus II berlangsung selama tiga kali
pertemuan, dimana pada pertemuan pertama siswa yang hadir sebanyak 29 siswa.
Pada pertemuan kedua jumlah siswa yang hadir sebanyak 29 siswa, pada pertemuan
ketiga siswa yang hadir sebanyak 30 siswa, Pada pertemuan keempat siswa yang
hadir sebanyak 30 siswa. Memasuki Siklus II, perhatian, motivasi, serta keaktifan
siswa semakin memperlihatkan kemajuan. Hal ini terjadi karena peneliti memberikan
motivasi dan dorongan untuk selalu meningkatkan prestasi belajar dengan cara
mendorong siswa untuk mau bekerja sama, saling membantu bila ada siswa yang
kesulitan dalam belajar, dan memotivasi siswa agar menghilangkan rasa takut salah
bila diminta untuk menuliskan jawaban dari soal-soal latihan/LKS pada papan tulis.
Pada Siklus II ini, peneliti mendorong siswa untuk lebih kreatif, hal ini ditunjukkan
dengan memotivasi dan mendorong siswa untuk dapat menemukan dan
menyimpulkan sendiri hubungan antar konsep dan rumus-rumus yang mungkin dapat
siswa temukan melalui kartu-kartu soal dan jawaban, sehingga dengan proses belajar
tersebut siswa lebih aktif, hal ini membawa dampak yang baik karena siswa yang
ribut semakin berkurang dan pada akhirnya proses belajar mengajar pada Siklus II
berlangsung dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.
Secara umum hasil yang telah dicapai setelah pelaksanaan tindakan dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a-match mengalami
peningkatan. Baik dari segi perubahan sikap siswa, keaktifan, perhatian, serta
motivasi siswa maupun dari segi kemampuan siswa menyelesaikan soal matematika.
Sehingga tentunya telah memberikan dampak positif terhadap peningkatan hasil
belajar matematika siswa.
3. Refleksi Umum
a) Pendapat Siswa terhadap Pelajaran Matematika
Pada umumnya siswa suka dengan pelajaran matematika, menurut mereka
matematika adalah salah satu pelajaran yang sangat penting untuk dipelajari dan
dikuasai karena berguna dalam kehidupan sehari-hari dan matematika juga melatih
kita dalam mengasah kemampuan. Namun tidak dapat dipungkiri sebagian siswa ada
juga yang berpendapat bahwa matematika pelajaran yang susah dicerna, serta ada
pula yang berbendapat bahwa pelajaran matematika itu susah dan tidak mudah
menyelesaikan soal-soal yang diberikan sehingga mereka membutuhkan banyak
latihan mengerjakan soal. Beberapa siswa berpendapat bahwa matematika
membutuhkan banyak hafalan terutama rumus. Alasan lain yang muncul sehingga
suka dengan pelajaran matematika adalah dari siswa senang dengan cara mengajar
peneliti yang dianggap lebih rileks dari mata pelajaran yang lain sehingga mereka
lebih termotivasi untuk belajar matematika.
b) Pendapat Siswa terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A-
Match.
Secara umum siswa menanggapi bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe make a-match sangat baik diterapkan dalam kelas pada saat pelajaran
matematika. Siswa beranggapan dengan menggunakan kartu-kartu soal dan jawaban
dalam matematika dapat membantu siswa sehingga mudah dipahami oleh siswa.
Selain itu, siswa juga senang dalam artian bahwa siswa menciptakan situasi "Belajar
sambil Bermain", ini disebabkan karena pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe make a-match memberi semangat bagi siswa untuk
menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan yang ada pada kartu yang mereka punya.
Penggunaan model pembelajaran ini membuat siswa merasa lebih nyaman, kreatif,
dan menimbulkan sikap saling bekerja sama sehingga motivasi untuk belajar pada
diri siswa itu muncul.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
1. Model pembelajaran koperatif tipe Make A-Match dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa pada pokok bahasan himpunan di kelas VII SMP
Ahmad Yani Makassar dari siklus I dengan persentase sebesar 64,83 ke siklus II
dengan persentase sebesar 75,33 dari kategori “rendah” ke kategori “sedang”.
2. Terjadi peningkatan persentase kehadiran, keaktifan, keberanian dan rasa
percaya diri siswa dalam proses belajar mengajar sesuai dengan hasil lembar
observasi yang diamati selama pelaksanaan penelitian.
B. Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka penulis
mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Kepada guru matematika khususnya agar dapat mencoba menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Make A-Match dalam proses belajar mengajar
agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Guru matematika sebaiknya kreatif dalam menciptakan suasana kelas agar siswa
tidak cepat bosan dan tegang dalam belajar serta lebih termotivasi untuk
memperhatikan apa yang diajarkan.
3. Sebaiknya kepada pihak sekolah memaksimalkan sarana dan prasarana di
sekolah, misalnya peningkatan kualitas dan kuantitas buku-buku perpustakaan,
sehingga siswa yang tidak memiliki buku pelajaran belajarnya tidak terhambat
dengan meminjam keperpustakaan.
4. Diharapkan kepada peneliti yang akan melakukan penelitian sebaiknya
mengambil satu permasalahan misalnya kombinasi antara model pembelajaran
kooperatif tipe Make A-Match ini dengan salah satu metode pembelajaran,
untuk mengetahui apa dengan penerapannya dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati.2006.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta
Hamdat,Muh. Nasir.2006.Belajar dan Pembelajaran.Makassar:FKIP Universitas
Muhammadiyah Makassar
Huda,Miftahul.2011.Cooperative Learning.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Lie,Anita.2002.Cooperative Learning.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama
Nuharini,Dewi.2008.Matematika Konsep Dan Aplikasinya.Jakarta:Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional
Ratumanan. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Unesa University Press.
Rosnani. 2007. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran
Koopertif Model Missouri Mathematics Project Pada Siswa Kelas VIII SMP
NEGERI 3 Herlang Kab.Bulukumba. skripsi UNISMUH Makassar.
Sagala, syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Sanjaya,Wina.2006.Strategi Pembelajaran.Jakarta:Kencana Prenada Media Group
Sudjana,Nana.2005.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung:PT. Remaja
Rosdakarya
Sukardi.2003.Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta:PT.Bumi Aksara
Sukino dan Simangunsong, Wilson. 2004. Matematika SMP untuk Kelas VII Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Trianto.2007.Model – model Pembelajaran Inovatif.Jakarta:Prestasi Pustaka
RIWAYAT HIDUP WINDA WULANDARI. Lahir Di Makassar pada tanggal
13 Mei 1990 Anak Ketiga dari lima bersaudara dan
merupakan buah kasih sayang dari pasangan Bripka H.
Muh. Arifin dan Hj. Rosmiyati, S.Pd, M.Pd. Penulis
menempuh pendidikan dasar di SD Inpres Malino mulai
tahun 1997 sampai tahun 2002. Pada tahun yang sama,
penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Tinggimoncong dan tamat pada
tahun 2005. Selama masa SMP, penulis aktif dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah
(OSIS) Selain itu, penulis juga aktif di organisasi Pramuka. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikan di SMK Negeri 04 Makassar Jurusan Akuntansi, hingga
akhirnya tamat tahun 2008. Semasa SMK penulis sering mengikuti berbagai
macam perlombaan akuntansi tingkat SMA sederajat.
Dan akhirnya pada tahun 2008 penulis berhasil lulus pada Jurusan
Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar program strata 1 (S1) kependidikan.