Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2017 Vol. 1 No. 2
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang
1
MENINGKATKAN KEMAMPUAN VISUAL SPASIAL ANAK MELALUI
KEGIATAN KIRIGAMI
Ajeng Sri Hikmayani
[email protected] Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
STKIP Sebelas April Sumedang
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi adanya temuan masalah kemampuan visual spasial anak di
Kelompok B TK Wijaya Kusumah yang memfokuskan pada kegiatan menunjuk arah dengan
tangan, menggambar dan terbatasnya alat sumber pembelajaran untuk penunjang
pembelajaran visual spasial. Permasalahan dirumuskan dalam pertanyaan, (1) bagaimana
kondisi kemampuan visual spasial anak di TK Wijaya Kusumah sebelum dilakukan kegiatan
kirigami, (2) bagaimana proses kegiatan kirigami dalam upaya meningkatkan kemampuan
visual spasial di TK Wijaya Kusumah, (3) bagaimana kemampuan visual Spasial di TK
Wijaya Kusumah setelah dilakukan kegiatan kirigami. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui upaya meningkatkan kemampuan visual spasial anak melalui kegiatan kirigami.
Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Pelaksanaan penelitian ini
terdiri dari dua siklus. Setiap siklus dilakukan 2 tindakan. Jumlah anak yang diberikan
tindakan berjumlah 11 anak (usia 6 tahun). Hasil observasi pra-siklus secara persentase
kemampuan visual spasialanak pada ketegori B=46,02%, kategori C=38,64%, kategori
K=15,34%. Hasil observasi pasca-siklus mengalami peningkatan pada kemampuan visual
spasial melalui kegiatan kirigami secara persentase kategori B=84,56%, kategori C=15,44%,
kategori K=0%,. Maka dapat disimpulkan kegiatan kirigami dapat meningkatkan
perkembangan visual spasial anak. Rekomendasi bagi Sekolah pengadaan referensi untuk
penunjang penyusunan bahan ajar, bagi gurumengusahakan untuk menggunakan berbagai
media yang dapat menstimulasi tahap perkembangan visual spasial anak. Bagi peneliti
berikutnya dapat memecahkan permasalahan visual spasial dengan metode, teknik yang lebih
mutakhir untuk peningkatan kualitas pendidikan anak usia dini.
Kata Kunci : kemampuan visual spasial, kegiatan kirigami
ABSTRACT
This study is motivated by the children’s visual spatial skills issue in TK Wijaya Kusumah
which focuses on activities such as pointing direction by hand, drawing. It also focuses on the
limited tool of learning resources to support visual spatial skill learning.The issue is then
formulated in questions such as (1) how is the condition of children’s visual spatial skills in
TK Wijaya Kusumah before the kirigami activity, (2) how is the process of kirigami activity in
improving children’s visual spatial skills in TK Wijaya Kusumah, (3) how is the condition of
the children’s visual spatialskills in TK Wijaya Kusumah after the kirigami activity.This study
aims to find out the efforts of improving children’s visual spatial skills through kirigami
activity. The method used is the class action research. This research consists of two cycles.
There are two actions performed in each action. There are 11 children in total that are given
JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2017 Vol. 1 No. 2
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang
2
the action (age of 5-6 years old). The result of pre-cycle observation shows visual
spatialskills in percentage as follows: children in the categories B=46,02%, category
C=38,64%, and category K=15,34%. The post-cycle observation result shows that the
children’s visual spatial skills are increased through the kirigami activity. In percentage,
children in category B=84,56%, category C=15,44%, category K=0%,. It can be concluded
that kirigami activity can improve children’s visual spatial skills development. It is
recommended forSchoolto provide references to support the preparation of teaching
materials. As for teachers, it is recommended tousevarious media that canstimulate
children’s visual spatial skills developmentstages. Finally, it is expected from the next
researchers to be able to solve the visual spatial skill issue with methods and techniques that
are more advanced to improve the quality of early childhood education.
Keywords: visual spatialskills, kirigami activity
PENDAHULUAN
Anak usia dini salah satu
karakteristik yang dimilikinya bahwa
semakin mengenal dunia luar maka
semakin besar juga keingintahuannya.
Keingintahuan yang besar ini perlu di
stimulus dengan baik agar potensi dan
aspek perkembangan dalam diri anak dapat
optimal. Masyarakat saat ini sudah
semakin peduli terhadap perkembangan
anak agar menjadi generasi yang lebih
baik. Sangat banyak lembaga-lembaga
pendidikan yang mendirikan pendidikan
anak usia dini untuk memfasilitasi
stimulasi aspek-aspek perkembangan anak.
Pengertian PAUD Dalam UU
SisdiknasNo 20 Tahun 2003 dijelaskan
bahwa:
Pendidikan Anak Usia Dini adalah
suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
Kondisi pembelajaran pendidikan
anak usia dini dengan cara yang
menyenangkan yaitu belajar sambil
bermain, bermain seraya belajar. Suasana
ini harus diciptakan sedemikian rupa oleh
guru agar anak tidak bosan atau malas
dalam menerima kegiatan belajar, karena
pada dasarnya guru sedang membentuk
minat belajar pada anak serta sedang
menstimulus seluruh aspek perkembangan
anak. Stimulus melalui kegiatan-kegiatan
yang menyenangkan suatu keharusan yang
dilakukan oleh guru pada seluruh aspek
seperti kognitif, bahasa, moral agama,
JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2017 Vol. 1 No. 2
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang
3
sosial emosi, fisik motorik, begitupun
visual spasial.
MenurutGardner dalam Musfiroh
(2008, hlm.44); komponen inti dari
kecerdasan visual spasial adalah kepekaan
pada garis, warna, bentuk, ruang,
keseimbangan, bayangan, harmoni, pola,
dan hubungan antar unsur tersebut.
Komponen lainnya adalah kemampuan
membayangkan, mempresentasikan ide
secara visual dan spasial, dan
mengorientasikan diri secara tepat.
Komponen inti dari kecerdasan visual
spasial benar-benar bertumpu pada
ketajaman melihat dan ketelitian
pengamatan. Untuk mengembangkan
kecerdasan anak lebih efektif dan efisien
pada usia dini karena salah satu indikator
perkembangan kecerdasan visual spasial
pada usia 5-6 tahun yaitu mampu melihat
bangun geometri.
Suyadi (2009, hlm.175) menyatakan
bahwa kecerdasan visual spasial
merupakan kemampuan untuk melihat
suatu objek dengan sangat detail.
Kemudian, anak mampu merekam apa
yang ia lihat tersebut dalam memori
otaknya dalam jangka waktu yang sangat
lama. Selain itu, jika suatu saat ia ingin
menjelaskan apa yang dilihatnya tersebut
kepada orang lain, ia mampu
melukiskannya dalam selembar kertas
dengan sangat sempurna.
Pada zaman modern ini sangat
banyak metode dan kegiatan pembelajaran
untuk stimulasi visual spasial anak.
Namun tidak dipungkiri pesatnya ilmu
pengetahuan yang menghasilkan banyak
ragam metode, teknik pembelajaran
menstimulus perkembangan visual spasial
anak masih terdapat mindset sebagian
masyarakat bahwa belajar itu membaca,
menulis, berhitung. Persoalan ini peneliti
saksikan setelah melakukan observasi di
Kelompok B TK Wijaya Kusumah.Pada
pengembangan visual spasial di TK
Wijaya Kusumah seputar menjelaskan arah
mata angin dengan tangan, menggambar,
menempel dari bentuk geometri yang telah
disediakan guru. Hal ini penulis
melakukan observasi awal dari
dokumentasi hasil karya anak dan
wawancara kepada guru kelas B. Hasil
wawancara yang didapatkan dari guru
kelas menyatakan bahwa guru merasa
bingung untuk mengembangkan kegiatan
dengan menyesuaikan usia anak sehingga
lebih mudah menggunakan media yang
sudah disediakan untuk anak yaitu buku
aktivitas. Selain itu guru merasa dilema
ketika ingin berkreasi memberikan
kegiatan pembelajaran terutama yang
berhubungan dengan visual spasial masih
JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2017 Vol. 1 No. 2
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang
4
ada anggapan dari orang tua bahwa
pembelajaran yang diberikan bukan
belajar.
Melihat fakta yang terjadi di
lapangan, khususnya di TK Wijaya
Kusumah menunjukkan bahwa anak didik
TK Wijaya Kusumah pada umumnya
belum terstimulasi dengan optimal. fakta
yang dijumpai adalah ada beberapa anak
masih belum tahu arah kanan, kiri, tengah,
luas, sempit, jauh dekat. Pembelajarannya
sering menitik beratkan pada aktivitas
menulis, jarang melakukan kegiatan
melipat kertas, menggunting belum rapi,
bahkan masih terdapat anak yang belum
benar memegang gunting sehingga dapat
membahayakan keamanan anak, serta
kegiatan lainnya yang masih memerlukan
bimbingan dan latihan terhadap
kemampuan visual spasial.
Secara umum penelitian ini
diarahkan untuk menjawab pertanyaan
sebagai berikut: “Bagaimana
Meningkatkan Kemampuan Visual Spasial
Melalui Kegiatan Kirigami?”. Rumusan
masalah di atas, secara khusus dapat
dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian,
sebagai berikut: (1) Bagaimana kondisi
kemampuan visual spasial anak di
Kelompok B TK Wijaya Kusumah
sebelum dilakukan kegiatan kirigami?; (2)
Bagaimana proses kegiatan kirigami dalam
upaya meningkatkan kemampuan visual
spasial anak di Kelompok B TK Wijaya
Kusumah?; (3) Bagaimana kemampuan
visual spasial anak di Kelompok B TK
Wijaya Kusumah Wijaya Kusumah setelah
dilakukan kegiatan kirigami?.
Secara umum tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui upaya
meningkatkan kemampuan visual spasial
anak melalui kegiatan kirigami dalam
pembelajaran di Kelompok B TK Wijaya
Kusumah. Secara khusus, tujuan penelitian
ini adalah: (1) Mengetahui gambaran
kondisi kemampuan visual spasial anak di
Kelompok B TK Wijaya Kusumah Wijaya
Kusumah sebelum dilaksanakannya
kegiatan kirigami; (2) Mengetahui proses
kegiatan kirigami untuk meningkatkan
kemampuan visual spasial pada anak di
Kelompok B TK Wijaya Kusumah Wijaya
Kusumah; (3) Mengetahui sejauh mana
kemampuan visual spasial setelah
mengikuti kegiatan kirigami pada anak di
Kelompok B TK Wijaya Kusumah Wijaya
Kusumah.
LANDASAN TEORI
Konsep Kecerdasan Visual Spasial
Menurut Gardner dalam Armstrong (2013,
hlm. 7) kecerdasan visual spasial
merupakan kemampuan untuk memahami
dunia visual-spasial secara akurat
JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2017 Vol. 1 No. 2
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang
5
(misalnya, sebagai pemburu,pramuka, atau
pemandu) dan melakukan perubahan-
perubahan pada persepsi tersebut
(misalnya, sebagai dekorator interior,
arsitek, seniman, atau penemu).
Kecerdasan ini melibatkan kepekaan
terhadap garis, bentuk, ruang, dan
hubungan-hubungan yang ada diantara
unsur-unsur ini. Hal ini mencakup
kemampuan untuk memvisualisasikan,
mewakili ide-ide visual atau spasial secara
grafis, dan mengorientasikan diri secara
tepat dalam sebuah matriks spasial.
Menurut Olivia (2009, hlm. 82)
kecerdasan visual spasial adalah
kemampuan berpikir menggunakan visual
atau gambar dan membayangkan dalam
pikiran dalam bentuk dua tiga dimensi.
Menurut Gardner dalam Musfiroh (2008,
hlm. 43) kecerdasan visual spasial atau
kecerdasan pandang ruang didefinisikan
sebagaikemampuan mempersepsikan dunia
visual-spasial secara akurat serta
mentransformasikan persepsi dunia visual
spasial tersebut dalam berbagai bentuk.
Kecerdasan ini meliputi kemampuan
membayangkan, mempresentasikan ide
secara visual atau spasial, dan
mengorientasikan diri secara tepat
(Riyanto, 2012, hlm. 237).
Karakteristik Perkembangan Visual
Spasial Anak Usia 5-6 tahun
Menurut Suyadi (2009, hlm. 201)
perkembangan kecerdasan visual spasial
pada anak usia dini pada umur 5-6 tahun
adalah: 1. Mampumenghitung dengan cara
menawang atau mencongkak. 2.
Mampumembuat benda seperti yang
tergambar dalam pikirannya. 3. Mampu
mengarang cerita pendek.
Menurut Gunawan (2003, hlm.
123)menyatakan bahwa ciri-ciri
kecerdasan visual spasial yang
berkembang baik adalah: 1) Belajar
dengan cara melihat dan mengamati baik
terhadap yang berpola atau tidak.
Mengenali wajah, objek, bentuk dan
warna. 2) Mampu mengenali suatu lokasi
dan mencari jalan keluar 3) Mengamati
dan membentuk gambaran mental, berfikir
dengan menggunakan gambar. 4) Senang
belajar dengan grafik, peta, diagram, atau
alat bantu visual 5) Suka mencoret-coret,
menggambar, melukis, dan membuat
patung, membuat pola-pola tertentu. 6)
Suka menyusun dan membangun
permainan tiga dimensi. Mampu secara
mental mengubah bentuk suatu objek. 7)
Mempunyai kemampuan imajinasi yang
baik.
JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2017 Vol. 1 No. 2
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang
6
Komponen Kecerdasan Visual Spasial
Menurut Gadner dalam Musfiroh
(2008, hlm. 44) komponen inti dari
kecerdasan visual spasial adalah kepekaan
pada garis, warna, bentuk, ruang,
keseimbangan, bayangan, harmoni, pola,
dan hubungan antar unsur tersebut.
Komponen lainnya adalah kemampuan
membayangkan, mempresentasikan ide
secara visual dan spasial, dan
mengorientasikan diri secara tepat.
Komponen inti dari kecerdasan visual
spasial benar-benar bertumpu pada
ketajaman melihat dan ketelitian
pengamatan.
Kirigami
Kirigami merupakan perpaduan
keterampilan melipat kertas dan
menggungting menjadi suatu bentuk hasil
karya seni. Sebagaimana hal serupa
diungkapkan Mitarwan (2011, hlm. 6)
bahwa :
Kirigami adalah kata dari bahasa
Jepang, yang berasal dari kata “kiru” yang
artinya ‘memotong’, dan “kami” yang
berarti ‘kertas’. Jadi kirigami adalah seni
memotong kertas. Pada awalnya kirigami
hanya seputar melipat kertas yang
kemudian dipotong/digunting, untuk
mendapatkan bentuk yang diinginkan.
Kemudian dalam perkembangannya
meningkat menjadi bentuk-bentuk yang
lebih kompleks, yaitu bentuk dua dan tiga
dimensi. Peralatan yang dibutuhkan amat
sederhana, yaitu kertas, gunting, dan
cutter.
Sebuah thesis dalam Rendi (8 April
2011) tercatat ada sepuluh manfaat
origami, yaitu: pembentukan kemampuan
motorik yang lebih sempurna pada kedua
tangan, peningkatan kemampuan
intelektual, peningkatan kemampuan daya
kreatif, merangsang kinerja seimbang
antara bagian otak kiri dan kanan,
peningkatan daya imajinasi, meningkatkan
kemampuan memusatkan perhatian,
meningkatan kemampuan daya ingat
(memori), melatih kesabaran, memberikan
pengalaman emosional dan estetis, dan
tentu saja membuat seseorang bisa lebih
menghargai kenikmatan, kepuasan, dan
kebanggaan akan hasil kerjanya.
Pada zaman Meiji (1862-1912),
origami yaitu awal mula dari seni kirigami
digunakan sebagai alat mengajar di Taman
Kanak-kanak dan Sekolah Dasar. Itu
semua karena pengaruh dari ahli
pendidikan Friedrich Wilhelm August
Frobel (1782-1852). Kirigami
menggabungkan dua kegiatan yang
mengembangkan kemampuan visual
spasial dan motorik halus anak usia dini
untuk melatih kelenturan tangan sebelum
JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2017 Vol. 1 No. 2
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang
7
REFLECTING
kegiatan pra menulis. Dua kegiatan yang
ada dalam aktivitas kirigami ini adalah
melipat dan menggunting kertas. Jenis
Kirigami yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 2 dimensi/bentuk dasar berupa
potongan kertas yang terlihat dalam satu
bidang datar saja.
METODE
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Research).
Implikasi dalam penelitian tindakan
inidilakukan secara kolaborasi artinya
peneliti dapat berkolaborasi atau
bekerjasama dengan guru TK Wijaya
Kusumah sebagai mitra dalam penelitian
yang bertujuan untuk membantu
meningkatkan pembelajaran yang variatif
di kelas sertameningkatkan kualitas
kemampuan visual spasial anak kelompok
B. Maka penelitian tindakan kelas ini
bersifat partisipasif dan kolaboratif.
1. Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian kualitatif
untuk mengetahui kondisi dan temuan-
temuan yang ada di lapangan yaitu dengan
desain siklus dengan 2 siklus (dalam 1
siklus melaksanakan 2 tindakan).Penelitian
tindakan kelas yang akan dilaksanakan
mengikuti tahapandesain penelitian Kurt
Lewin. Konsep pokok penelitian tindakan
Model Kurt Lewin terdiri dari empat
komponen, yaitu; a) perencanaan
(planning), b) tindakan (acting), c)
pengamatan (observing), dan d) refleksi
(reflecting). Hubungan keempat komponen
tersebut dipandang sebagai siklus yang
dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1
Desain Model Kurt Lewin
Tahap-tahap di atas, yang
membentuk satu siklus dapat dilanjutkan
ke siklus berikutnya dengan rencana,
tindakan, pengamatan, dan refleksi ulang
berdasarkan hasil yang dicapai pada siklus
sebelumnya. Maka gambar 3.1 dapat
dikembangkan menjadi gambar 3.2.
Gambar 2
Model Dasar Desain Tindakan Kurt Lewin
yang Dikembangkan
Sumber gambar :
http://nayyanrises.wordpress.com/2012/11/2
3/model-penelitian-tindakan-kelas/
OBSERVATING PLANNING
JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2017 Vol. 1 No. 2
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang
8
2. Analisis Data
Miles dan Huberman (Agusta, 2003,
hlm. 10) mendefinisikan penyajian data
adalah kegiatan ketika sekumpulan
informasi disusun, sehingga memberi
kemungkinan akan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Bentuk penyajian data kualitatif berupa
teks naratif : berbentuk catatan lapangan;
matriks, grafik, jaringan dan bagan.
Berdasarkan pemaparan teknik analisis
data Miles dan Huberman, maka peneliti
dalam menganalisis data menggunakan
teknik data analisis interaktif.
3. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian adalah siswa kelas
B usia 5-6tahun. Terdiri dari 11 siswa.
Laki-laki 9 anak, perempuan 2 anak di TK
Wijaya Kusumah Jl.Citopeng No. 262 RT
1 RW 22 Kelurahan Melong Kecamatan
Cimahi Selatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Anak usia kelompok Bmasanya untuk
dirangsang pertumbuhan otak melalui
salah satunya kegiatan kirigami. Kegiatan
ini dapat membantu mengembangkan
potensi-potensi yang dimiliki anak dalam
hal kesabaran, memecahkan masalah,
mengetahui arah, mengetahui posisi
gambar dan imajinasi. Pelaksanaan
kegiatan ini harus disesuaikan dengan
karakteristik anak sehingga proses
pembelajaran berlangsung dengan baik dan
memperoleh hasil sesuai harapan. Hasil
asesmen awal kecerdasan visual spasial
siswa pada penelitian menunjukan bahwa
kecerdasan visual spasial siswa masih
perlu ditingkatkan. Kemampuan yang
perlu ditingkatkan antara lain adalah
kemampuan dalam mengobservasi gambar,
melipat arah kertas, dan menggunting
sesuai dengan pola. Pelaksanaan kegiatan
kirigami dibuat beragam dengan pola,
gambar, bentuk yang berbeda-beda.
Berdasarkan hasil observasi sebelum
tindakan terhadap kemampuan
perkembangan visual spasial anak
menunjukkan sebanyak 15,34%
kategoriKurang (K). PadakategoriCukup
(C) sebanyak 38,64%. Sebanyak 46,02%
padakategoriBaik (B). Dari
hasilobservasiinimenunjukkanbahwabelum
setengahnyadarianakdidik di kelasB
mampu untuk melakukan kegiatan
kirigami secara mandiri.
pada siklus I tindakan I kategori (B)
sebesar 62,10% dan terjadi peningkatan
pada tindakan II menjadi 65,70%.
Persentase tindakan I kategori (C) sebesar
33,50% dan terjadi penurunan pada
tindakan II menjadi 30,58%. Ketegori(K)
JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2017 Vol. 1 No. 2
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang
9
saat tindakan I sebesar 4,40% dan pada
tindakan II menjadi 3,72%.. Kegiatan
kirigami di siklus II setiap tindakan
mengalami peningkatan yang cukup
signifikan.
Hasil siklus II tindakan I pada
kategori Baik (B) poin yang diperoleh oleh
semua anak 246, sedangkan pada tindakan
II poin yang diperoleh pada ketegori ini
adalah 288. Terlihat adanya peningkatan
poin dari tindakan I ke tindakan II pada
siklus II.Hasil rekapitulasi observasi pada
kategori Cukup (C) poin yang diperoleh
oleh semua anak 78, sedangkan pada
tindakan II poin yang diperoleh pada
ketegori ini adalah 48. Terlihat dari data di
atas ada penurunan poin dari tindakan I ke
tindakan II pada siklus II, artinya
kemampuan anak yang berada pada
kategori cukup (C) sudah berkurang dan
meningkat pada kategori baik (B).
Hasil tindakan I pada kategori Kurang
(K) poin yang diperoleh oleh semua anak
yaitu 0, sedangkan pada tindakan II poin
yang diperoleh pada ketegori ini adalah 0.
Data di atas menunjukkan kemampuan
anak yang berada pada kategori kurang (K)
sudah berkurang dan meningkat pada
kategori Cukup (C) dan kategori Baik (B).
Berdasarkanhasilobservasiperkemba
nganvisual spasialanak,
dapatdilihatsetelahdiberikanperlakuanpem
belajarandenganmenggunakankegiatankiri
gamisetelahtindakanpadakategoriBaik (B)
sebesar 84,56%, padakategoriCukup (C)
sebesar 15,44% (K) yaitusebesar 0%.
2. Pembahasan Hasil Penelitian
Kegiatan kirigami yang telah
diberikan pada proses pembelajaran
memberikan manfaat dalam meningkatkan
perkembangan visual spasial anak kelas B
TK Wijaya Kusumah. Hal ini terlihat dan
dapat dibuktikan melalui data dari hasil
observasi selama tindakan siklus I, siklus
II serta posttest yang dilakukan.
Kirigami selain dapat meningkatkan
kemampuan visual spasial anak dalam
penelitian ini anak dapat terstimulus
kemampuan motorik halus yaitu
mengkoordinasikan mata dan tangan.
Selanjutnya melalui kegiatan kirigami
yang telah dilakukan dapat
mentimuluskereativitas anak. Hal ini
terlihat saat diminta oleh guru membuat
kirigami sesuai keinginan masing-masing,
anak-anak antusias melipat dan
menggunting sesuai keinginannya.
Berdasarkanpenjelasan di atas,
secaragarisbesarkemampuanvisual
spasialanakmengalamipeningkatan yang
baikjikamelalui proses belajar yang
variatifdisertaidengankondisipembelajaran
yang menyenangkan.
JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2017 Vol. 1 No. 2
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang
10
SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian
mengenai meningkatkan kemampuan
visual spasial anak melalui kegiatan
kirigami di TK Wijaya Kusumah
JlCitopengNo 262 Rt 01 Rw 22
Kecamatan Cimahi Selatan dapat
disimpulkan bahwa:
(1) Kondisikemampuanvisual spasialanak
di kelasB
TKWijayaKusumahsebelumdiberikant
indakanataupra-
siklusmenunjukkanbahwasecaraumum
kemampuananakpadakategoriBaik (B)
sebesar 46,02%, kategoriCukup (C)
sebesar 38,64%, dankategoriKurang
(K) sebesar 15,34%.
Sehinggadapatdisimpulkanbahwaperk
embanganvisual
spasialanakbelumbanyakterstimulus.
(2) Kemampuanvisual
spasialanakkelasmawar di KelompokB
TKWijayaKusumahpascasiklusatauset
elahdilakukantindakankegiatankirigam
imenunjukkanhasilbahwasecaraumum
padakategoriBaik (B) sebesar 84,56%,
kategoriCukup (C) sebesar 15,44%,
dankategoriKurang (K) sebesar 0%.
Dengandemikianberdasarkantindakan
yang
telahdilakukanterlihathasilnyapadaseti
apsiklusmengalamipeningkatanperke
mbanganvisual
spasialanaksecarasignifikan.
2. Saran
Dengan demikian terdapat beberapa
saran bagi peneliti selanjutnya ialah
Penelitian yang telah dilakukan masih
terbatas sehingga banyak aspek yang
belum terungkap. Bagi peneliti berikutnya
dapat mengungkapkan bagian-bagian detil
ataupun dapat menemukan aspek yang
belum terbahas pada penelitian ini.
Sehingga dapat memberikan kontribusi
untuk peningkatan kualitas pendidikan
anak usia dini menuju abad generasi emas.
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, I. (2003). “Teknik Pengumpulan
dan Analisis Data Kualitatif”.
Makalah pada pelatihan metode
kualitatifdi Pusat Penelitian Sosial
Ekonomi. Litbang Pertanian,
Bogor.
Armstrong, T.(2013). Kecerdasan Multiple
di Dalam Kelas. Jakarta: Indeks.
Gunawan, A. (2003). Genius
LearningStrategy. Jakarta :
Gramedia.
JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Agustus 2017 Vol. 1 No. 2
JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 2 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang
11
Mitarwan, H. (2011). Membuat
GiftCardKirigami. Jakarta:
Gramedia Pustaka utama.
Musfiroh, T. (2008). Cerdas Melalui
Bermain. Jakarta: Grasindo.
Olivia, F.,Ariani, L. (2009) Belajar
Membaca yang Menyenangkan
untuk Anak Usia Dini. Jakarta :
Elex Media Komputindo.
Rendi.(2011). Origami [Online]. Tersedia:
http://origamiadalahseni.blogspot.c
om/2011_04_01_archive.html [20
Februari 2012]
Riyanto, Y. (2012). Paradigma Baru
Pembelajaran: Sebagai Referesi
Bagi Pendidik dalam Implementasi
Pembelajaran yang Efektif dan
Berkualitas. Jakarta: Kencana.
Suyadi. (2009). Permainan Edukatif yang
Mencerdaskan. Yogyakarta: Power
Books (Ihdina).
Undang-Undang Republik Indonesia, No.
20, 2003, Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.