Upload
andi2504
View
1.407
Download
474
Embed Size (px)
DESCRIPTION
si
Citation preview
Pengantar Konsep Tektonik Lempeng dan Cekungan Sedimen
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Stratigrafi Indonesia
Disusun Oleh
SALMAN FARISY
270110130116
Kelas D
FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2014
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang mendalam penulis sampaikan kehadiran Tuhan Yang Maha Pengasih,
karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan harapan.
Adapun dalam makalah ini penulis membahas bidang kajian geologi, yaitu Pemilu harus
Bersyarat.
Makalah ini penulis buat dalam rangka memperdalam, memperpaham dan memperkaya
pengetahuan dalam bidang kajian geologi. Adapun makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Stratigrafi Indonesia.
Penulis mohon maaf apabila masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dalam
penulisan makalah ini.
Bandung, 21 September 2015
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
2.1 Pengertian Luber Jurdil..........................................................................................................3
2.2.1 Pengertian Pemilu.......................................................................................................3
2.2.2 Hakekat Pemilu...........................................................................................................4
2.2.3 Tujuan Pemilu.............................................................................................................4
2.3 Sistem Pemilihan Umum Indonesia.......................................................................................4
2.3.1 Sistem Proporsional....................................................................................................4
2.3.1.1 Kelebihan sistem proposional :..............................................................................5
2.3.1.2 Kelemahan sistem proposional :............................................................................5
2.3.2 Sistem distrik (single member constituency)..............................................................5
2.3.2.1 Kelebihan dari sistem distrik adalah :....................................................................5
2.3.2.2 Sistem ini memiliki kelemahan sebagai berikut :..................................................5
2.4 Asas Pemilihan Umum Indonesia..........................................................................................6
2.5 Syarat Pemilu Demokratis.....................................................................................................7
2.5.1 Penyelenggara Pemilu.................................................................................................9
2.5.1.1 Tugas Pemilu.........................................................................................................9
BAB III KESIMPULAN...............................................................................................................10
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tektonik Lempeng
2.1.1 Pengertian Tektonik Lempeng
Tektonik lempeng adalah pergerakan lempeng-lenpeng bumi yang menimbulkan lekukan,
lipatan, rekahan dan patahan yang biasanya di iringi dengan goncangan yang disebut gempa
bumi. Lempeng tektonik adalah penyebab terbentuknya permukaan bumi seperti yang kita lihat
sekarang ini.
Dalam terminologi geologi, lempeng adalah batuan padat, berbentuk menyerupai balok
yang bersifat kaku dan berukuran sangat besar. Kata tektonik berasal dari bahasa Yunani yang
artinya “membangun”. Berdasarkan dua suku kata ini maka kata “tektonik lempeng” merujuk
pada bagaimana permukaan Bumi dibangun dari lempeng-lempeng.
2.1.2 Konsep Tektonik Lempeng
Teori tektonik lempeng pada dasarnya adalah suatu teori yang menjelaskan mengenai
sifat-sifat bumi yang mobil/dinamis yang disebabkan oleh gaya yang berasal dari dalam bumi.
Konsep dari tektonik lempeng adalah bahwasanya lapisan kerak Bumi (litosfir) terpecah-pecah
dalam 13 lempeng besar dan beberapa lempeng kecil. Adapun lempeng-lempeng tersebut adalah
sebagai berikut:
Lempeng Pasifik (Pasific plate)
Lempeng Eurasia (Eurasian plate)
Lempeng India-Australia (Indian-Australian plate)
Lempeng Afrika (African plate)
Lempeng Amerika Utara (North American plate)
Lempeng Amerika Selatan (South American plate)
Lempeng Antartika (Antartic plate)
Kemudian beberapa lempeng kecil seperti :
2
Lempeng Nasca (Nasca plate)
Lempeng Arab (Arabian plate)
Lempeng Karibia (Caribian plate)
Lempeng Philippines (Phillippines plate)
Lempeng Scotia (Scotia plate)
Lempeng Cocos (Cocos plate)
2.2.2 Hakekat Pemilu
2.2.3 Tujuan Pemilu
Gambar 2.1.2 lempeng-lempeng utama litosfer
Anggapan lama pernah ada pada abad-abad yang lampau bahwa bumi adalah sesuatu
yang rigid atau kaku sementara benua-benua berada pada kedudukannya yang tetap tidak
berpindah-pindah. Setelah ditemukannya benua Amerika dan dilakukan pemetaan pantai di
Amerika dan Eropa ternyata terdapat kesesuaian morfologi dari pantai-pantai yang dipisahkan
oleh Samudera Atlantik. Hal ini menjadi titik tolak dari konsep-konsep yang menerangkan
bahwa benua-benua tidak tetap akan tetapi selalu bergerak.
3
Konsep-konsep ini dibagi menjadi tiga menurut perkembangannya (Van Krevelen, 1993):
Konsep yang menerangkan bahwa terpisahnya benua disebabkan oleh peristiwa yang
katastrofik dalam sejarah bumi. Konsep ini dikemukakan oleh Owen dan Snider pada
tahun 1857.
Konsep apungan benua atau continental drift yang mengemukakan bahwa benua-benua
bergerak secara lambat melalui dasar samudera, dikemukakan oleh Alfred Wegener
(1912), akan tetapi teori ini tidak bisa menerangkan adanya dua sabuk gunung api di
bumi.
Konsep paling mutakhir yang dianut oleh para ilmuwan sekarang yaitu Teori Tektonik
Lempeng. Teori ini lahir pada pertengahan tahun 1960an. Teori ini terutama didukung
oleh adanya Pemekaran Tengah Samudera (Sea Floor Spreading) dan bermula di
Pematang Tengah Samudera (Mid Oceanic Ridge : MOR) yang diajukan oleh Hess
(1962).
Teori tektonik lempeng merupakan konsep dari ilmu geologi yang relatif baru, yang
diperkenalkan sekitar tahun 1960-an dan konsep ini telah merubah pandangan dan pemahaman
kita terhadap planet bumi yang dinamis. Teori tektonik lempeng telah mempersatukan kajian-
kajian tentang Bumi dari berbagai sudut pandang keilmuan yang ada dalam cabang ilmu geologi,
mulai dari cabang ilmu yang mempelajari tentang fosil (paleontologi) sampai cabang ilmu yang
mempelajari kegempaan (seismologi).
Pada abad ke 17, para pemikir di Eropa mengemukakan bahwa banjir merupakan faktor
utama dan berperan penting dalam pembentukan permukaan Bumi. Pemikiran ini kemudian
dikenal sebagai faham “katatrofisme”, yaitu faham yang didasarkan pada pemikiran bahwa
semua perubahan yang terjadi dimuka bumi terjadi secara tiba-tiba yang disebabkan oleh
serangkaian peristiwa katatrofisme. Namun demikian, pada pertengahan abad ke 19, faham
katatrofisme kemudian ditinggalkan dan beralih kepada faham “uniformitarianisme”, yaitu cara
pandang baru tentang prinsip-prinsip keseragaman yang diajukan oleh James Hutton pada tahun
1785, seorang akhli geologi Skotlandia. Prinsip-prinsip uniformitarianisme menyatakan bahwa
“The present is the key to the past”, yaitu suatu pemikiran yang menganggap bahwa proses-
proses dan gaya-gaya geologi yang bekerja di muka bumi saat ini, secara berangsur sebagaimana
katatrofisme, juga bekerja pada masa yang lampau.
4
2.1.3 Batas-batas Tektonik Lempeng
Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik yang satu dengan
lainnya (plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu:
Konvergen, yaitu pergerakan lempeng yang saling mendekat atau bertumbukan berupa
subduksi dan obduksi.
Divergen, yaitu pergerakan lempeng yang saling menjauh. Contoh hasilnya adalah Mid
Oceanic Ridges dan rifting
Transform,yaitu pergerakan lempeng yang berpapasan dan saling bergeser satu dengan
yang lainnya sehingga membentuk sesar mendatar
Gambar 2.1.3 batas-batas konvergen, divergen, dan transform
2.2 Cekungan Sedimen
2.2.1 Pengertian Cekungan Sedimen
Cekungan sedimen adalah suatu daerah rendahan, yang terbentuk oleh proses tektonik, di
mana sedimen terendapkan. Subsidens dari kerak bumi bagian atas harus terjadi sehingga depresi
yang sedemikian rupa bisa terbentuk. Mekanisme yang dapat menghasilkan subsidens yang
5
cukup untuk membentuk cekungan antara lain mencakup proses penipisan kerak, pembebanan
tektonik, pembebanan subkrustal, aliran astenosferik, dan densifikasi krustasl (Dickinson, 1993).
Mekanisme Pembentukan Cekungan Sedimen
Crustal thinning: Gaya ektensional atau tarikan, erosi selama terjadi pengangkatan, dan
magmatic withdrawal
Mantle-lithosperic thickening: Pendinginan dari litosfer baik dikarenakan proses tarikan
atau pemanasan oleh peleburan adiabatic dari pencairan astenosferik
Sedimentary and volcanic loading: Kompensasi isostatik local dari suatu kerak dan
flexure litosfer regional, tergantung dari kerapatan flexural dari litosfer bagian bawah,
selama terjadi overthrusting dan underpulling.
Subcrustal loading: Flexure pada litosfer selama terjadi proses underthrusting pada suatu
litosfer yang padat.
Astenosferik flow: Efek dinamik dari aliran astenosferik, pada umumnya dikarenakan
proses delaminasi dari litosfer yang mengalami subduksi.
Crustal thickening: Bertambahnya densitas dari suatu kerak dikarenakan perubahan
tekanan atau temperatur dan proses emplacement dari cairan dengan densitas lebih tinggi
yang menuju kerak dengan densitas lebih rendah.
2.3.1 Sistem Proporsional
2.3.1.1 Kelebihan sistem proposional :
2.3.1.2 Kelemahan sistem proposional :
2.3.2 Sistem distrik (single member constituency)
2.3.2.1 Kelebihan dari sistem distrik adalah :
6
2.3.2.2 Sistem ini memiliki kelemahan sebagai berikut :
2.4 Asas Pemilihan Umum Indonesia
2.5 Syarat Pemilu Demokratis
2.5.1 Penyelenggara Pemilu
2.5.1.1 Tugas Pemilu
7
BAB III
KESIMPULAN
8
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kamusq.com/2012/11/tektonik-lempeng-pengertian-dan-definisi.html
http://www.academia.edu/6464227/Tektonik_Lempeng
http://www.powershow.com/view4/495fca-OGZlY/
Lempeng_Tektonik_Tectonic_Plate_powerpoint_ppt_presentation
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/195901011989011-
YAKUB_MALIK/HANDOUT_TEKTONIK_LEMPENG.pdf
9