2
Menyelamatkan Lahan Gambut dengan Beje Proyek lahan gambut (PLG) sejuta hektar meninggalkan sejuta masalah bagi warga Desa Dadahup, Kalimantan Tengah. PLG yang diluncurkan tahun 1995, dulunya diadakan sebagai jalan menuju swasembada beras. Lahan gambut dibuka dan dikeringkan. Sejumlah pipa drainase telah dibangun untuk mempersiapkan lahan gambut supaya dapat ditanam sawah. Lahan gambut yang terbuka dan kering rentan terhadap kebakaran. Pada tahun 1997, kebakaran besar terjadi di wilayah PLG. Karena mengalami banyak hambatan, proyek ini dihentikan pada tahun 1999. Kegagalan PLG dikarenakan proyek ini mengabaikan karakteristik alami lahan gambut. Lahan gambut terbentuk dari dekomposisi benda-benda organik dalam jangka waktu yang sangat lama sehingga lahan gambut mengandung karbon dalam jumlah yang sangat tinggi. Dalam keadaan alami, lahan gambut bersifat seperti spons, yang dapat menyerap air dalam jumlah banyak, sehingga secara alami terendam air sepanjang tahun. Namun dalam kondisi kering seperti yang terjadi dalam program PLG, kandungan karbon yang sangat tinggi menyebabkan lahan gambut sangat mudah terbakar dan api yang dihasilkan dapat bertahan sangat lama. Kebakaran bahkan dapat menjalar ke wilayah lahan gambut yang belum rusak dan menimbulkan kerusakan yang lebih parah. Oleh karena itu, pemanfaatan lahan gambut tidak boleh lepas dari usaha konservasi air di lahan gambut, karena 95% lahan gambut adalah air. Lahan gambut seharusnya diperlakukan sebagai kawasan yang harus dilindungi dan tidak boleh dikonversi ke dalam bentuk apapun yang menyebabkan lahan gambut kehilangan air. Memanfaatkan sifat alami lahan gambut untuk usaha yang produktif dapat dilakukan. Hal ini telah dilakukan masyarakat gambut di Kalimantan sejak dahulu. Masyarakat gambut – yaitu masyarakat yang tinggal di lahan gambut – terutama yang berprofesi sebagai nelayan memiliki teknik lokal untuk memanfaatkan lahan gambut. Teknik ini disebut beje. Beje adalah kolam perangkap ikan yang dibuat di lahan gambut. Kolam beje digali saat musim kemarau dengan lebar sekitar 2-4 m dan kedalaman 1-2 m dengan panjang bervariasi. Beje dibuat dekat dengan sungai, sehingga saat hujan beje akan digenangi air. Air ini membawa ikan-ikan. Saat musim kemarau datang, air sungai akan surut, begitu juga air dalam beje. Saat air surut, ikan akan mendiami permukaan yang lebih dalam, dan ikan dalam beje akan terperangkap. Saat inilah, masyarakat dapat memanen ikan tersebut. Beje selalu terendam air dan tidak ada pondasi kedap air yang mengelilinginya. Karena strukturnya inilah, beje dapat mempertahankan kandungan air dan kelembaban gambut di sekitarnya. Dengan kondisi gambut yang selalu lembab, vegetasi di sekitar beje juga dapat tumbuh dengan baik. Dengan ukuran yang tepat, beje bahkan dapat membatasi penyebaran api kebakaran. Supaya berfungsi sebagai pemadam kebakaran yang optimal, beje dibuat setidaknya sepanjang 10-20 m tergantung kondisi lahan. Seperti spons yang kering, lahan gambut yang kering dan terbakar kehilangan fungsinya sebagai penyimpan air. Beje mungkin tidak bisa merestorasi lahan gambut yang telah rusak, namun setidaknya beje merupakan usaha yang baik untuk menyelamatkan lahan gambut

Menyelamatkan lahan gambut dengan kearifan lokal

  • Upload
    vina

  • View
    218

  • Download
    5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Menyelamatkan lahan gambut dengan kearifan lokal

Citation preview

Menyelamatkan Lahan Gambut dengan Beje

Proyek lahan gambut (PLG) sejuta hektar meninggalkan sejuta masalah bagi warga Desa Dadahup, Kalimantan Tengah. PLG yang diluncurkan tahun 1995, dulunya diadakan sebagai jalan menuju swasembada beras. Lahan gambut dibuka dan dikeringkan. Sejumlah pipa drainase telah dibangun untuk mempersiapkan lahan gambut supaya dapat ditanam sawah. Lahan gambut yang terbuka dan kering rentan terhadap kebakaran. Pada tahun 1997, kebakaran besar terjadi di wilayah PLG. Karena mengalami banyak hambatan, proyek ini dihentikan pada tahun 1999.Kegagalan PLG dikarenakan proyek ini mengabaikan karakteristik alami lahan gambut. Lahan gambut terbentuk dari dekomposisi benda-benda organik dalam jangka waktu yang sangat lama sehingga lahan gambut mengandung karbon dalam jumlah yang sangat tinggi. Dalam keadaan alami, lahan gambut bersifat seperti spons, yang dapat menyerap air dalam jumlah banyak, sehingga secara alami terendam air sepanjang tahun. Namun dalam kondisi kering seperti yang terjadi dalam program PLG, kandungan karbon yang sangat tinggi menyebabkan lahan gambut sangat mudah terbakar dan api yang dihasilkan dapat bertahan sangat lama. Kebakaran bahkan dapat menjalar ke wilayah lahan gambut yang belum rusak dan menimbulkan kerusakan yang lebih parah.Oleh karena itu, pemanfaatan lahan gambut tidak boleh lepas dari usaha konservasi air di lahan gambut, karena 95% lahan gambut adalah air. Lahan gambut seharusnya diperlakukan sebagai kawasan yang harus dilindungi dan tidak boleh dikonversi ke dalam bentuk apapun yang menyebabkan lahan gambut kehilangan air. Memanfaatkan sifat alami lahan gambut untuk usaha yang produktif dapat dilakukan. Hal ini telah dilakukan masyarakat gambut di Kalimantan sejak dahulu.Masyarakat gambut yaitu masyarakat yang tinggal di lahan gambut terutama yang berprofesi sebagai nelayan memiliki teknik lokal untuk memanfaatkan lahan gambut. Teknik ini disebut beje. Beje adalah kolam perangkap ikan yang dibuat di lahan gambut. Kolam beje digali saat musim kemarau dengan lebar sekitar 2-4 m dan kedalaman 1-2 m dengan panjang bervariasi. Beje dibuat dekat dengan sungai, sehingga saat hujan beje akan digenangi air. Air ini membawa ikan-ikan. Saat musim kemarau datang, air sungai akan surut, begitu juga air dalam beje. Saat air surut, ikan akan mendiami permukaan yang lebih dalam, dan ikan dalam beje akan terperangkap. Saat inilah, masyarakat dapat memanen ikan tersebut.Beje selalu terendam air dan tidak ada pondasi kedap air yang mengelilinginya. Karena strukturnya inilah, beje dapat mempertahankan kandungan air dan kelembaban gambut di sekitarnya. Dengan kondisi gambut yang selalu lembab, vegetasi di sekitar beje juga dapat tumbuh dengan baik. Dengan ukuran yang tepat, beje bahkan dapat membatasi penyebaran api kebakaran. Supaya berfungsi sebagai pemadam kebakaran yang optimal, beje dibuat setidaknya sepanjang 10-20 m tergantung kondisi lahan.Seperti spons yang kering, lahan gambut yang kering dan terbakar kehilangan fungsinya sebagai penyimpan air. Beje mungkin tidak bisa merestorasi lahan gambut yang telah rusak, namun setidaknya beje merupakan usaha yang baik untuk menyelamatkan lahan gambut yang tersisa sekaligus memberi penghidupan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lahan gambut. Semoga artikel ini menjadi inspirasi untuk mengembangkan cara mempertahankan lahan gambut dunia yang hanya seluas 3% dari total luas lahan di dunia dan terus berkurang sejak tahun 1980-an.