97

MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

  • Upload
    vumien

  • View
    238

  • Download
    8

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi
Page 2: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTUPenelitian Arkeologi. di Sumatera Selatan

Page 3: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Perpustakaan Nasional : Katalog dalam terbitan

MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU. Dominique Guillaud (ed).Cet 1. IRD-Enrique Indonesia. Jakarta. 2006

96 halaman, 21 x28 cm.

ISBN: 979-96988-6-3© IRD Editions, 2006

Hak cipta dilindungi undang-undangAli rights reserved

Buku ini diterbitkan atas dukungan IRD (Lembaga Penelitian Perancis untuk Pembangunan),CMA-CGM Indonesia, dan WASCO (PT Widya Sapta Colas)

Kartografi : semua ilustrasi dari Laurence Billault / D. Guillaud - H. Forestier, IRD,kecuali ilustrasi 1, 2, 5, 13, 23, 24 dan 25.

lIustrasi 1 dan 2 : Enrique IndonesialIustrasi 5 dan 13 : Bambang Dwisusilo/Hubert Forestier

lIustrasi 23, 24 dan 25 : Hélène David/Pierre-Yves ManguinLayout : Cornelius Early viradmadha (Enrique Indonesia)

Folo sampul : Dinding dalam rumah batu, Pasemah. © IRDID. GuillaudBukit Telunjuk, Sungai Lematang. © IRD/D. Guillaud

Dari I<oleksi Foto INDIGO. www.ird.tr/indigo

Cetakan Pertama :Aguslus 2006

Alamat PenerbitPT Enrique Indonesia

Jalan KendaJ 3, Menleng, Jakarta 10310

[email protected]

Page 4: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

MENYElUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTUPenelitian Arkeologi di Sumatera Selatan

Hasil kerja sama 2001-2004Puslitbang Arkeologi Nasional • IRD • EFEü

Edisi i1miah: Dominique Guillaud

Pene~emahan: Ida Budipranoto, Tara Thuraya

Penyuting terjemahan :Truman Simanjuntak

Peneliti:Muriel Charras, IRD/CI~RS

Dubel Driwantoro, Puslitbang Arkeolog NasionalHubert Forestier, IRD

Dominique Guillaud, IRDJatmiko, Puslitbang Arkeolog Nasional

Pierre-Yves Manguin, EFEOBagyo Prasetyo, Puslitbang Arkeolog Nasional

Achmad Romsan, UNSRITruman Simanjuntak, Puslitbang Arkeolog Nasional

Darwin Siregar, P3GSoeroso, Puslitbang Arkeolog Nasional

Usmawadi Amir, UNSRI

Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, JakartaInstitut de recherche pour le Développement, Paris

École française d'Extrême-Orient, Paris

... 9 OCt 20D7

MF IlDocumlnllUlon IRC

III010061974

Page 5: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

DAFTAR 181

PRAKATA

UCAPAN TERIMA KASIH

PENDAHULUAN - WILAYAH SUMATERASELATAN DAN STRATEGI PENELlTIAJIJ

BAB 1 - DAEHAH KAKI GUNUNGBerbagai Tahap Zaman BatuTruman Simanjuntak, Hubert Forestier.Dube/ Driwantoro, Jatmiko. Darwin Siregar

BAB 2 - DAERAH PEGUNUNGANSebuah Pendekatan Arkeogeografis untukMengetengahkan Zaman ProtosejarahDominique Guillaud. Hubert Forestier.Achmad Romsan. 8agyo Prasetyo

1. Segenap Ekologi Daerah Aliran Sungai Musi _

2. Faktor-faktor Pemukiman di Wilayah Sumatera Selatan _

3. Tujuan Program _

Tiga Unsur Pendekatan Terhadap Adaptasi Manusia _

a. Penyusunan Sebuah Rangkaian Kronologis _

b. Pemilihan Daerah-Bukti di Lembah Aliran Sungaibagi Pendekatan Arkeogeografis _

c. Kajian Representasi : Hubungan Antara MasaLampau dan Masa Kini

Penyesuaian Wi/ayah Pene/itian: dari Propinsi5umatera Se/atan ke Daerah Aliran Sungai Musi _

4. Anggota-anggota Tim dan Kegiatan-kegiatan Mereka _

5. Pengaturan Hasil Penelitian: Dari AnalisisDaerah-buktl ke Kajian Dinamika Lembah Aliran Slingai

1, Industri-induslri yang Paling Kuno di Sumatera:Bukti-bukti Zaman Acheulien _

Sekilas Tentang Pithecanthropus danBudaya Teknikflya (Ii Nusantara _

Zaman Acheulien di Padang Bindu _

2. Ekskavasi di Pondok Silabe 1dan Gua Pandan:Stratigrafi, Artefak-artefak. Penanggalan

Pondok Silabe 1 _

Gua Pandan

3. Analisis Peralatan Arkeologis dan Kesimpulan _

Gua Pandan: Mala Rantai Hilang antaraPaleolitik dan Neolitik?

Pondok Silabe: Faset Baru Neolitik di Tengah Hutan _

Tipe Masyarakat dan Pemanfaatan Lingkungan Hutan _

Hubungan dengan Pemllkiman Masa Kini _

1. Tipologi TInggalan _

Megalit _

Gundukan-gundukan Buatan Manusia

Benteng: Si tus Pertahanan _

Medan Kuburan Guci _

2. Sintese: Pendekatan ArkeogeografisEkskavasi Gundukan _

Sebuah Skenario bagi Pemukiman danPemanfaatan Wilayah Pasemah, sertaHubungannya dengan Pemukiman Masa Kini _

11

16

17

17

17

17

18

18

18

19

23

2323

25

25

26

29

29

29

30

32

36

36

39

40

42

44

44

45

Page 6: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

BAB 3 - DAERAH DATARAN RENDAH DANDAERAH PESISIRPeriode KlasikPierre- Vves Manguin, Soeroso, Muriel Charras

1. Lahirnya Kerajaan Sriwijaya:Masuknya Sumatera Selatan di dalam Sejarah _

Karang Agung: Situs yang Dinanli-nanlikan _

Srlwijaya di Palembang: Pusat Pemerintahan

Kompleks Candi Bumi Ayu (Tanah Abang) _

2. Skenario Penempatan Sislem Perdagangan

Perdagangan: Permintaan Dalam dan Luar Negeri _

Penggunaan Ruang dan Pengawasannya:Penempatan Kekuasaan Polilik Terpusal _

49

49

52

57

59

59

62

BAB 4 - PENGHUNI YANG TERLUPAKANTanda-landa Apakah yang Dilinggalkan olehPeradaban Tanaman ?

Hubert Forestier. Ac/)mad Romsan,Dominique Guillaud

1. Berburu dan Meramu: Mengelola Irama Kegialan

2. Hortikultura: Pilihan pada Sagu _

Kolom khusus :

Anak Dalam, Perusakan Lingkungan dan Proses Adaptasi

65

67

68

77

71

72

81

76

78

76

83

75

81

83

84

87

8993

95

1. Dinamika Strukturalisasi Wilayah Sumatera Selatan

Sebuah Pendekatan Teknologia. Zaman Batu : Pemusatan pemukiman _

b. Zaman Logam : Peredaran Besi

c. Peralatan dari Tumbuh-tumbuhan :Keluwesan Sistem-sistem Teknik _

PendekatBn Mela/ui Sistem Produksi Pertanian danPertukaran _

a. Ladang Sebagai Dasar Pertanian diDataran Rendah

b. Proses Keruwetan Antroposistem diDaerah Dataran nnggi _

C. Sekitar Sriwijaya, Wilayah diBawall Tekanan Besar: Sagu dan Padi _

Kemapanan dan Variasi Penghunian Manusiaa. Di Dataran Tinggi _

b. Di Dataran Rendah: KemapananTepian SungailPerianian, Komunikasi, Mobilitas

2. Warisan: Oua Adal Kebiasaan pada Masa Lampau _

Masa Lampau yang "Hi/ang": Masyarakat diSepanjang Aliran Sungai Ogan _

Masa Lampau Sebagai Petunjuk: Masyarakat diPasemall dan di Dataran Ttnggi _

Esai Kronologi Budaya bagi Sumatera Selaian

BAB 5 - SINTESE PENDEKATANSistem-sisiem Teknik, Sistem-sislemProduksi, dan WarisanMuriel ClJarras, Dominique Guillaud,Usmawadi Amir

PENUTUPEsai Kronologi Budaya bagi Sumatera SelaianTruman Simanjuntak, Hubert Forestier,Dominique Guillaud, Muriel Charras

BIBLIOGRAFIDAFTAR ILUSTRASI _

DAFTAR FOTO _

Page 7: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

PRAKATA

Dengan rasa bangga dan bahagia saya mempersembahkan buku ini sebagai wujud kerja sama selama empattahun antara para peneliti Indonesia (Puslitbang Arkeologi NasionaJ) dan Perancis (Ecole française d'Extrême-Orient,Institut de Recherche pour le Développement) dalam penelaahan arkeologi di Su matera Selatan. SeIain itu, sayamenyambut gembira penerbitan buku ini dalam bahasa Indonesia, yang secara nyata mengemukakan hasil-hasilbermanfaat dari kerja sama ini di Nusantara.

Buku ini sangat menarik karena menceritakan sejarah arkeologi Pulau Sumatera dari Prasejarah (zaman batu) sampaiSejarah (zaman klasikJSriwijaya) dan juga masa kini yang berdasarkan desa tradisional dan warisan kelornpokmasyarakat sekarang. Hasil yang disatukan dalam buku ini berasal dari berbagai keunikan metode penelitian khususyang menuangkan konsep-konsep arkeologi. geografi, antropologi, ekologi budaya dan sejarah.

Keistimewaan buku ini terletak dalam pemberian data-data baru mengenai semua periode dan merupakankronologi menyeluruh tentang pemukiman lama Sumatera Selatan : Acheulien, pre-Neolitik, Neolitik. Paleometalikdan sisa-sisa klasik sepert; misalnya candi-candi atau "Kota Negara". Kemudian, perkembangan masa kini üdakdilupakan karena juga meneliti hubungan-hubungan antara nenek moyang dan masyarakat yang sudah memasukipembangunan Indonesia moderen. Hasil penelitian tersebut diuraikan secara jelas dan sarat mengandung unsur­unsur pendidikan, sehingga menjadikannya sebuah buku yang sangat menarik bagi orang-orang yang berminatmendaJami kebudayaan Indonesia, khususnya sejarah Pulau Sumatera

Oleh karena itu, saya sangat merekomendasikan buku ini untuk membuka wawasan ilmiah kita dan juga untuk"merunut waktu" keaslian Propinsi alami Sumatera Selatan.

Jakarta, 29 Juni 2006Dr. Tony DjubiantonoKepala Puslitbang Arkeologi Nasional, Jakart"

7

Page 8: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

8

UCAPAN TERIMA KA81H

Ucapan terima kasih atas terwujudnya karya kerjasama ini tentu saja kami sampaikan kepada rekan-rekan Indonesiakami, terutama Bapak Haris Sukendar, yang waktu itu menjabat sebagai Direktur Puslitbang Arkeoiogi Nasional, danpenggantinya Bapak Tony Djubiantono, yang kedua-duanya telah mendukung proyek ini, serta segenap penelitiPuslitbang yang selalu merupakan rekan-rekan yang baik pada saat penelitian-penelitian kami di lapangan dandi gedung-gedung di Jakarta. Museum Nasional Jakarta juga telah dengan berkenan memberikan dukungan danpenjelasan kepada kami, yang sangat kami perlukan bagi pekerjaan ini.

Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Balai Palembang, yang pada kesempatan itu telah bekerja samadengan kami dan mempermudah pendekatan kami pada wilayah ini. Tentu saja kami tidak melupakan UniversitasSriwijaya, para dosen peneliti dan mahasiswanya yang telah menyertai kami dalam perjalanan-perialanan kami dilapangan. Tanpa bantuan mereka, sebagian pekerjaan ini tidak akan terlaksana.

Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Bagian Sospol, serta para pejabat di Kabupaten dan Kecamatan­Kecamatan Sumatera Selatan, yang telah memberi dukungan sehingga segala urusan administratif di lapanganberjalan dengan baik,

Akhirnya kami juga menyampaikan rasa terima kasih kami yang hangat kepada semua penduduk Provinsi Palembang,dan terutama Kepala Desa Padang Bindu, Bapak Pirman, Kepala Desa Mingkik, Bapak Indarman, dan Kepala Desa(Bapak Burnau) dan Jurai Tue (Bapak Arusin) Benua Keling, yang telah dapat membantu kami dan mempermudahpenggalian-penggallan arkeologis kami. Kami juga berterima kasih kepada semua orang, yang begitll banyak lIntukdisebutkan satu pel' satu, yang dengan sepenuh hati telah berkenan berpartisipasi dalam wawancara-wawancaradan dengan demikian menyediakan materi bagi pekerjaan ini.

DI Jakarta, pekerjaan kami dimungkinkan berkat dukungan para wakil di IRD, Patrice Levang dan Michel Larue, danbantuan berharga dari rekan-rekan mereka, Etny, Tara dan Kris. Pekerjaan ini juga difasilitasi oleh para Direktur EFEOJakarta, Daniel Perret dan Andrée Feillard, dan rekan mereka Ade: kepada mereka semua kami ucapkan banyakterima kasih. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Kedutaan Besar Prancis dan Bagian Kebudayaannya, yangjuga telah menunjukkan minat mereka bagi penelitian ini.

Penerbitan ini telah memperoleh dllkungan keuangan yang besar dari dua mitra swasta, CMA-CGM Indonesia,dan Wasco Indonesia. karena tanpa dukungan mereka karya ini tidak akan dapat diselesaikan; kami tidak pernahakan cukup mengungkapkan rasa terima kasih kami yang dalam atas dukungan mereka pada proyek ilmiahPrancis-Indonesia ini. Bagian Edisi IRD juga memberikan bantuan keuangan atas penerbitan ini, dan untuk itu kamimengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Page 9: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

MENYUSURI SUNGAI MENURUT WAKTUPenelitian Arkeologi di Sumatera Selatan, 2001-2004

Naskah berikut ini meringkaskan hasil-hasil terpenting kerjasama penelitian yang berlangsung dari tahun 2001 sampaitahun 2004 di wilayah Indonesia, dan menyangkut perjanjian ke~asama penelitian Sumatera Selatan yang menyatukanPusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, IRD, dan EFEO.

nnggalan-ünggalan peralatan (sisa-sisa pemukiman, artefak-artefak yang mengungkapkan berbagai-bagai teknik,dsb.) merupakan bahan-bahan yang mutlak dibutuhkan oleh arkeologi, dan mendasari hasil-hasil penelitian yangdisampaikan pada halaman-halaman berikut ini. Sebagai kelanjutan data-data awal ini, tanda-tanda Iain yang tidakbegitu segera tampak, juga mengungkapkan pandangan-pandangan zaman purbakala dan penggunaan Iingkunganhidup. Tanda-tanda ini misalnya mengenai pengaturan wilayah yang dapat dihubungkan dengan tinggalan ataujuga jaringan yang tampaknya mempertautkan berbagai bagian wilayah. Sebagaimana halnya tinggalan-tinggalanarkeologi, semua tanda tersebutjuga memberikan keterangan yang cukup jelas bagi pemahaman ekologi pemukimanmanusia, yaitu hubungan antar kelompok, dan hubungan dengan Iingkungan mereka. "Ekologi pemukiman manusia"inilah yang menjadi judul program penelitian yang dimulai pada tahun 2001.

9

Page 10: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi
Page 11: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

PENDAHULUANWilayah Sumatera Selatan dan Strategi Penelitian

Kurang lengkapnya pengetahuan mengenai arkeologidan terutama prasejarah di Sumatera sejak semulamendasari pilihan untuk menyelidiki pulau luas ini.

Penelitian kami dipusatkan, namun tidak terbatas, padapropinsi Sumatera Selatan, di mana kajian mengenaiadaptasi manusia sepanjang waktu menemukan lahanyang sungguh istimewa: dari keanekaragaman lingkunganekologi, gunung-gunung berapi sampai ke dataran rendah,terdapat pula pengaturan kehidupan sosial-budaya, yangmungkin dihubungkan dengan penghunian manusia yangsudah nyata berlangsung dari zaman dahulu kala.

1. Segenap Ekologi Daerah Aliran Sungai MusiPropinsi Sumatera Selatan (Gambar 1 dan 2)

berada di sekitar salah satu daerah aliran sungai yangpaling penting di Indonesia, yaitu Sungai Musi. Sungai ini,dalam perjalanannya menuju muara, melalui Iingkungan­lingkungan yang sangat berbeda-beda, denganpemukiman-pemukiman manusia yang spesifik. Selaindata setiap lingkungan alam, deskripsi berikut ini jugameringkas keadaan pengetahuan arkeologis pada saatprogram kami dimulai.

• Di sebelah barat. propinsi ini dimulai dari daerahpegunungan berapi yang terletak di rangkaianpegunungan Bukit Barisan, asal mata air Sungai Musi.Daerah pegunungan ini, yang menjorok akibat endapanlava di sekeJillng kepundan gunung berapi terutama

lIustTasi 1: Lokasi Sumatera Se/atan di Pu/au Sumaterarrr-=-:-~:-:-=:----'-----::;;;-::;--;-:;;-""'---.r-= ....

1 DO E51ALaut Jawa.

11

Page 12: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Te/uBambat

lIuslras/2: Peta Propinsi 5umalera-Selatan

Fœnasibatu kapur (karsQ di lingkungan hutan ; Gua PutJi, daerah Baturaja

12

P Bangka

Page 13: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Gunung Dempo yang paling spek1akuler, menunjukkanderetan dataran tinggi yang subur (tanah abu vulkanîs,tan ah podzol coklat keabu-abuan), yang dilalui olehbanyak sungai kecil. Danau-danau seperti DanauRanau merupakan kaldera-kaldera yang, sepertibeberapa gunung berapi, menjadi pusat penghunianmanusia. Daerah-daerah pegunungan ini (500 - 1.000muntuk dataran tinggi, dengan puncak tertinggi lebihdari 3.000 m) sangat menarik karena sumber-sumberminerai yang dimilikinya (emas, besi, tembaga, dll).Oleh karena itu penduduk di daerah pegunungan inisudah merupakan masyarakat yang kompleks palingsedikit sejak zaman logam, yang antara Iain ditandaioleh adanya beberapa struk1ur-struk1ur megalitik,

Foto 2: Pemandangan dengansawah di dafaran tlnggi, daerah

Pasemah

yang sejak lama sudah diteliti di wilayah tersebut[1]. Baru-baru ini, adanya "medan guci" di daerahpegunungan (dan lebih banyak lagi di hilir sungai) telahmemungkinkan kami membuat pendekatan denganunsur-unsur yang mirip dengan unsur-unsur di benuaAsia Tenggara, namun ini tidak berarti bahwa kamidapat menyangkut-pautkan sem ua tinggalan yangsifatnya agak berbeda-beda. Kelompok-kelompokmasyarakat yang terlebih dahulu bertempat tinggal didaerah pegunungan boleh dikatakan tidak tergantungpada kekuasaan-kekuasaan pusat yang didirikan dikedua pantai Sumatera pada saat kedatangan orang­orang Belanda, dan oleh karenanya tidak begitudikenal. Singkat kata, beberapa pengetahuan tersebar

Falo 1: Gunung Dempo (3100 m) diPropinsl Sumatera Selatan

[1] Bandingkan pembahasan mengenai megalilik Van der Hoop (1932) Sukendar (1984) Sukendar & Kusumawali (1999/2000), Soeroso (2000).

13

Page 14: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

yang didapatkan orang tentang daerah pegununganperlu dihubungan satu dengan lainnya dan dilengkapi,kemudian dikaitkan dengan sebuah kronologi budayayang mutlak diperlukan bagi sebuah kawasan yangmemiliki kekayaan arkeologis yang begitu besar.

• Dengan menuruni sungai menuju ke hilir, kamidapat melewati kawasan kaki gunung yang diselingidengan lembah-Iembah yang berhubungan dengansungai-sungai yang lebih besar, dan yang membukabanyak "pintu masuk" ke daerah pegunungan. Dikaki gunung tersebu1 drtemukan kembali tinggalanyang merupakan daerah pesisir lama Sumatera padazaman miosen: eoklaf-enklaf batu kapur yang berupa

Foto 3: Aliran sungai Ogan,daerah Baluraja

titlk-titik (Muara Oua, Baturaja, pegunungan Gumai, diutara Lubuk Linggau). Enklaf-enklaf tersebut kadang­kadang tersusun dari karst, yang secara arkeologiskurang dikenal pada awal penelitian ini, apabila orangtidak memperhitungkan beberapa alat-alat zamanpaleolitik yang sudah dikumpulkan di alur sungaiKikim yang turun dari pegunungan paja! Gumai.Kawasan-kawasan sedimenter ini, dengan tanahyang lumayan baik (tanah podzol coklat dan rendzin),tampak sangat berarti bagi pemahaman penghunianmanusia prasejarah.

• Di hilir itu juga te rhampar sebuah dataran rendah yangdilewati oleh Sungai Musi dan anak-anak sungainya.

Foto 4: Formasi batu kapur (karsl):~=:...~~-!.- ~~.....t..=._IaA:~"""-":':'-'----"------' Gua PII/ri, daeraIJ Baluraja

14

Page 15: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

______________---' Foto 5: Tepi sungai Lematang di Karang Agung

Foto 6: Sungai Musi di kola Palembang

yang dulu merupakan hutan rawa-rawa narnun kinisudatl banyak dirambah. Kawasan ini mencapai pesisiryang dulu juga bertepikan tanaman mangrove, namunkini hanya tinggal sisa-sisanya saja. Kawasan yangapriori sulit dikelola manusia, di mana air tawar jarangdiperole/l, secara sporadis te/ah dimanfaatkan sampaiperiode belum lama ini oleh penduduk pemburu­peramu dan oleh "orang laut" [2]. Meskipun demikiankawasan ini secara ekonomi tidak netral, sebabmerupakan ajang pertukaran niaga (barang-barangdari kawasan ini dan dari daerah pedalaman yangditukar dengan barang-barang dari luar negeri), yangsedikitnya telah giat dilaksanakan sejak zarnan Hindu­Budlla. Penemuan-penemuan menarik telah diperolehdari kawasan tersebutdalam rangka program ini.

..-------~~--------------------,-g

~c;2;!:!;Q

Bentangan panjang bul<it-bukitrendahnya dengan tanah yangkurang subur (tanah podzolmerah-kuning) untuk pertanian.Sebaliknya, tanah endapan disepanjang sungai-sungai utama,menandakan adanya lembah­lembah sempit dengan tanahyang lebih menguntungkanbagi pertanian. Dataran rendahdengan sungai-sungainya yangbesar terutama lampak daritinggalan zaman yang disebut"klaslk" kemudian zaman Islam(candi-candi dan jaringan­jaringan l<anal, mesjid-mesjiddan kuburan-kuburan). Padajarak 80 km dari pantai, pada ujung timur antiklinalterakhir yang memanjang sejajar dengan pantai,sekurang-kurangnya sejak abad VII, telah berdiri kotapelabuhan Sriwijaya yang terutama, dan yang letaknyatelah dipastikan oleh Coedes pada awal abad ke-20.Beberapa penelitian arkeologi tentang situs ini, yangtelah dilaksanakan oleh Pusat Arkeologi, cabang­cabangnya di daerah dan EFEO, sejak lama telahdapat meningkatkan pengetahuan kronologis dan sifatsitus-situs pendudukan Sriwijaya. Kota Palembangsaat ini (ibukota propinsi dengan penduduk lebih darisatu juta orang) terbentang di atas situs kota niagakuno Sriwijaya dan kesullanan-kesultanan yangmenggantikannya.

• Di sebelah hilir dataran rendah itu terdapat kawasanberawa-rawa Juas dengan tanah endapan atau gambut,

[2] Orang lau!. seiengall pengembara yang hidup (Ii perallll mereka. Oulu sebdglaTI dari surnber pengllasilan mereka diperoleh dari perompakan.Mereka rnemainkan peran penling di Sriwijaya.

15

Page 16: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Folo 7: Kawasan berawa-rawa di daera/l Bayung Uncir

2. Faktor-faktor Pemukiman di WilayahSumatera Selatan

pada akhir abad ke-18, disusulkopi robusta, karet pada abadke-20). Kemudian secammenyedihkan menlngkat pesatpada kurun waktu tera!<hlr ini,mula-mula pada tahun 1980­an, dengan pembukaan lahantransmigrasi di wilayah itu yangdilakukan oleh PemerimahIndonesia dan transmigrasispontan serta dengan konsesihutan, kemudian pada tahun1990 dengan perluasanperkebunan-perkebunan danhutan-hutan yang disebut hutanindustri. Dewasa ini hutanhampir seluruhnya telah hilangdi propinsi tersebut: hanyamasih ada beberapa kawasandi daerah pegunungan vulkanis,

yang tanahnya terlalu naik-turun untuk dijadikanperkebunan, beberapa kantong berisi sampah yang agakjauh dari jalan-jalan raya dan sungal-sungai besar dan,di tanah-tanah rendah, sebagian rawa-rawa dengan

Suhu udara di Sumatera tida!<berubah-ubah dan iklimnya lembabsepanjang tahun, dengan curah hujan hampir3000 mm setahun. Curah hujan kurang dari100 mm hanya berlangsung selama tigabulan dalam setahun, antara bulan Meidan September. Iklim di sana digolongkandalam iklim "Iembab katulistiwa" atauiklim "1ropis sangat lembab".

Hutan asli Surnatera sangat beranekaragarn: hutan bakau, hutan berawa-rawagarnbut dan air payau, hutan berawa-rawaair tawar, hutan sempervirente [3] di tanah­tanah rendah (saJah satu kawasannyasangat kaya akan kayu besi tepat di bagianhulu Palembang), dan akhirnya hutan lebatdan basah di gunung-gunung (Gambar 3).Meskipun dernikian, perambahan hutansudahdimulai sangat dini di daerah sekitar ibukotaPalembang, untuk rnernenuhi keperluan kotadan pelabuhannya. Perambahan itu semakinmenfngkat dengan perluasan perkebunanpetani (kopi arabika di daerah pegunungan

lIusùasi 3: Luas daerah hutan di Pu/au Sumatera sekllEr ta/wn 1980(menurut Whitten et al., 1984)

o 00 km,

- -. BataS·bates Proptns/

Qaerah hutan

131 Pohon-pohonnya selalll berganli daun sepanjang tahun, sehingga selalll hijau.

16

Page 17: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

beberapa sisa hutan yang sangat diminati oleh perusahaan­perusahaan kehutanan.

Tumbuh-tumbuhan zaman prasejarah di Sumatera,yang dianalisis oleh Whfften et al (1984, hal. 23 s.) darifosil serbuk sari yang terdapat di sedimen berbagaidanau, menunjukkan perubahan besar selama 10.000tahun terakhir. Hasil analisis tersebul menggambarkanpemanasan iklim yang bermula sejak 8000 - 9000tahun yang lampau. Di sekitar Kerinci (propinsi Jambi),kekacauan hutan bermula sejak 7500 tahun yang lalutetapi indikasi yang lebih dapat dipercaya menyatakanbahwa kekacauan hutan tersebut baru bermula sejak4000 tahun saja (idem ha!. 66).

Seiring dengan hal tersebut, keseluruhan databatimetri dan paleogeografi (BP) menunjukkan bahwa8000 tahun yang lalu permukaan air laut mulai naik untukmencapai ketinggian tetap pada saa1 ini pada sekitar 5000tahun BP: yang merupakan awal fase sejarah manusia diwilayah itu. Fase ini, yang sudah terbentuk sejak lama,bersama-sama dengan daratan benua Asia Tenggara danlapisan tanah Sunda, sedikit demi sedikit membentukkepulauan yang ada sekarang ini. Fenomena pertambahanpu/au dan pemanasan ikJim in; memainkan peran penentubagi migrasi manusia di daerah sub-kontinental Sunda.Secara umum, para pakar mengambil perkiraan luas,yaitu antara 8000 sampai 3000 tahun BP, bagi awalkegiatan manusia moderen di situs-situs Sumatera.Sejarah pemukiman manusia di kawasan tersebut dapatditandai oleh berbagai fase, yang silih berganti dan/atautumpah-tindih dalam waktu:

• Kemungkinan adanya pemu-kiman paleolitik yanglebih kuno, yang belum bertanggal (sebagai catatan:tanggal-tanggaJ untuk Jawa mulai dari 800.000sampai 250.000 tahun) ;

• Pemukiman pertama yang disebut "Australoid",bertanggalkan sekitar 40.000 tahun BP dan berasaldari Asia Tenggara. Bukti-bukti yang masih ada sampaikini ialah penduduk Aborigin dan Papua di Auslralia danPapua Nugini. Gelombang penduduk ini mungkin tidakterputus secara langsung tetapi berlanjut, dan semakinmelemah pada saat transgresi-transgresi laut yangterjadi kemudian ;

• Pemukiman dengan latar belakang yang disebut"Austronesia", bertanggalkan sekitar 5000 BP, dandilandai dengan migrasi laut, yang dimulai dari pulau­pulau pertama di sebelah selatan Cina (Taiwan).Kelompok penduduk ini berasal dari kelompok yangberbahasasama, namun memiliki ungkapan-ungkapanbudaya selempat yang berbeda-beda, dan paling

banyak meninggalkan bekas dalam pemandanganarkeologis dan bahasa saat ini.

3. Tujuan Program

Tiga Unsur Pendekatan Terhadap AdaptasiManusia

Tiga unsur pendekatan dapat memperkayapengetahuan kami mengenai penghunian pada zamanlampau:

a. Penyusunan Sebuah Rangkaian Kronologis

Sebuah rangkaian kronologis pemukimandiperlukan bagi Sumatera-Selatan. Ternyata hanyapenghunian yang lebih baru, yang sedikit mendahuluipengaturan Iingkungan pemukiman berencana zamanHindu, yang telah ditanggali dengan pasti pada awalpenelitian ini dan menyangkut dataran-dataran rendah,atau tepatnya daerah yang diperkirakan menjadlpusat kerajaan niaga Sriwijaya kuno (abad ke-7-13).Beberapa penanggalan Iain sudah lebih dini dilakukanpada megalit daerah pegunungan, namun berdasarkanpada ana/ogi dengan silus-silus Iain yang mirip danberada di luar wilayah ini, yang telah ditanggali denganjelas. Secara umum, para pakar sampai saat inimengambil jangkauan luas, 8000 sampai 3000 tahunBP, sebagai awal penghunian situs-situs di Sumateraoleh manusia moderen. Tetapi hingga kini kami tidakmengetahui banyak tentang pemukiman-pemukimanpertama atau pemukiman-pemukiman transisi(Neolitik, zaman logam dsb.) ini. Kronologi budayayang kami usulkan diringkas dalam kesimpulan yangterdapat di dalam karya ini.

b. Pemilihan Daerah-bukti di Lembah AliranSungai Bagi Pendekatan Arkeogeografis

Mengingat ukuran lembah aliran sungai (iebihdari 50.000 km2), kami tidak mungkin mencatatdengan rengkap segenap tinggalan arkeologi yangtersebar di sana. Sebaliknya, ternyata tepat pemikirankami untuk memilih beberapa daerah-bukti gunadianalisis secara leblh mendalam, berdasarkan padapembagian ekogeografis yang disajikan di atas, dansisanya bertumpu pada ekstrapolasi. TuJuan awalpendekatan kami ialah membuat skenario-skenarioyang menggambarkan berbagai cara adaptasi manusiapada lingkungan, dengan mempelajari penghunian­penghunian kuno dan fase-fase berikutnya, dan apabila

17

Page 18: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

memungkinkan, juga meneliti keadaan sosiaJ danlingkungannya. Oleh karena itu kami tidak memfokuskandiri pada satu atau serangkaian penghunian yangbergulir dengan waktu, tetapi lelJih ke konteks-konteksyang masing-masing mengungkapkan kekhasan caraadaptasi pada lingkungan. Perspektif ini ingin memberinilai model pada pendekatan-pendekatan setempat.Meskipun demikian, hal ini tidak berarti bahwa tidakada pemikiran kronologis tidak ada dalam penelitianini, oleh karena penyusllnan sebuah rangkaian blldayasudah jelas disampaikan sebagai salah satu tuJuandari program 1Ili.

Sebenarnya, dengan berpikir lebih ke arahkonteks daripada ke arah periode memungkinkankami melepaskan diri dari terlalu memfokuskan diripada keharusan memikirkan masalah waktu dansusunan. Hubllngan antara manusia dan lingkungannyamelllang dapat bervariasi dalam waktu namun jugadalam ruang. Dengan mengikuti ide inilah kami perlumemahami pentingnya pendekatan pada kawasan­kawasan ekogeografis yang berbeda-beda, dan dimana pengaturan-pengaturan dapat diperbandingkandalam dimensi waktu (yang menarik misalnya untukperubahan teknik) dan dalam penyebaran ruang (dalamhal ini kami berbicara mengenai penduduk yang samanamun dalam lingkungan yang berbeda-beda).

c. Kajian Representasi:Hubungan Antara Masa Lampau dan Masa Kini

Analisis dalam isblah "arkeogeografi" ini (tipepenghunian - penggunaan Iingkungan - periodisasï)diperkaya 01 eh konfrontasi dengan data sejarah danlradisi lisan mengenai wilayah Itu. Dalam bagianpenelitian yang lebih bersifat antropologi Ini, kamiberusaha untuk lllenganalisis rewesentasi-representasiyang dimiliki berbagai kelompok manusia masa kinidi Sumatera Selatan tentang masa lalu mereka, danterutama untuk mengevaluasi peran yang dimainkanoleh tinggalan-tinggalan arkeologis tersebut dalam tiperepresentasi ini, terutallla sebagai penanda-penandawilayah. Pendekatan "adaptasi budaya" yang terakhirilli terutama mungkin dilakllkan di daeraJl pegunungan.di mana tampaknya penduduk lllelllelihara hUbunganyang lebih kllat dengan wilayah dan masa lalll merekadaripada penduduk di kaki gunung dan di dataranrendah. Percampuran penduduk yang terus terjadi diwilayah-wilayah inilah yang membuat kami memikirkanhubungannya dengan waktu dan ruang secara berbeda.Hal ini juga akan kami bahas secara singkat nanti.

18

Bagaimanapun juga, pendekatan ini memungkinkankami membuat hubungan antara rekonstitusi­rekonstrtusi ilmiah masa lalu dan petaruhan-petaruhanidentitas dan wilayah kekuasaan masa kini.

Penyesuaian Wilayah Penefitian: dari PropinsiSumatera Selatan ke Daerah Aliran SungaiMusi

Pendekatan yang tadinya hanya terbatas padapropinsi Sumatera 8elatan (disingkat Sumse/), diperbesarke kaWâsan yang lebih luas, yang tidak hanya menyangkutsatu wilayah pemerintahan saja, tetapi segenap alamdan budaya lelllbah aliran Sungai Musi. Daerah hulupaling ujung Sungai Musi. yaitu daerah Rejang-Lebong.yang merupakan dalaran tinggi dan termasuk propinsiBengkulu, sejak awal telah tergabung dalam rencanaawal penelitian kami, oleh karena kelerkaitannya secarahistoris dan ekonomis dengan kawasan tersebut. 8amadengan perluasan ini, terjadi perubahan Iain yang untuksementara mengesampingkan pulau granit Bangkadari kawasan penelitian kami. Pulau Bangka dan PulauBelitung yang terletak di dekatnya, yang secara ekologidan budaya berbeda dari kawasan-kawasan yang kamisampaikan sebelumnya, baru-baru ini digabungkan untukmenjadi satu propinsi baru.

4. Anggota-anggota Timdan Kegiatan-kegiatan Mereka

Penelitian di Sumsel ini merupakan kerja sam3dari lJerbagai peneliti:

Hubert Forestier adalah arkeolog prasejarah di IRDdan menekuni pendekatan arkeologi klasik yang bertujuanuntuk membuat kronologi budaya tentang penghunianmanusia. la bekerja sama dengan Dominique Guillaud,ahli geografi, untuk melakukan pendekatan arkeogeografiyang bertujuan menemukan model-model Kuno kegiatandi Iingkungan dan logika perkembangan mereka. Bagianprogram ini dilaksanakan dengan partisipasi TrumanSimanjuntak, ahli prasejarah di Pusat Arkeologi, bersertarekan-rekannya (Dubel Driwantoro, Jatmiko, BagyoPrasetyo). Program ini juga didukung oleh Darwin Siregardari ITB Bandung, yang menanganl analisis arkeologi.Dalam peralihan ke periode-periode sejarah, D. Guillaudjuga bekerja sama dengan Muriel Charras, yang beberapakali ditugaskan IRD di luar negeri, dan yang juga menekumanalisis politik-ekonomi sistem regional. Untuk kawasandi hilir sungai dan periode Hindu-Budha, program ini

Page 19: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

secara lebih kllUSUS ditangani oleh EFEO bersama denganPierre-Yves Manguin, arkeolog dan ahli sejarah EFEO, danSoeroso, arkeolog di Pusat Arkeologi dan pakar dalamperiode "klasik", beserta timnya. Beberapa tenaga ahlidalam program ini adalah dosen-peneli1i di UniversitasSriwijaya di Palembang (Sumatera Selatan): AchmadRomsan, Usmawadi, Abdullah Tulip, dlL, yang sangatbanyak berjasa dalam pengumpulan dan penganalisisantradisi lisan serta melokalisir situs-situs kuno.

5. Pengaturan Hasil Penelitian: dariAnalisis Daerah-bukti ke KajianDinamika Lembah Aliran Sungai

Pada akhir penelrtian ini, gabungan kajian berbagaimacam tipe tinggalan dan kronologi menunjukkan bahwaberbagai sub-kelompok alam di daerah aliran Sungai Musidapat dipilih untuk mewakili sebuall periode dan/atauorganisasi teknik dan politik secara khusus (Gambar 4):

• kaki gunung urrluk zaman pra-Neolitik (zamansebelum tembikar dikenal orang atau yang dapatdigolongkan sebagai "Mesolitik" Indonesia, aliasHoabinhien) dan zaman Neolitik (Bab 1) ;

• daerah pegunungan untuk zaman logam (dalamperallhan dengan Neolitik) (Bab 2) ;

• dataran rend ah dan pesisir untuk periode sejarahdan pengaturan lingkungan pemukiman politik danpedagang (zaman sebelum Sriwijaya, Sriwijaya,Kesultanan) (Bab 3).

Penggolongan yang kami buat ini tidak berartibahwa zaman Neolitik atau zaman logam, misalnya, tidakterdapat di dataran-dataran rendah ' Penggolongan inihanya merupakan cara praktis untuk memperbaiki hasilpenelitian. sehingga kami dapat menelaah lebih dalambeberapa kawasan khusus yang dapat mewakili suatuperiode.

Perlu diperhatikan juga bahwa penggolongan initidak memperhitungkan apa yang disebut orang sebagai"penghunian yang terlupakan", terutama penghunianpemburu-peramu yang hampir tidak mengubahpemandangan dan tidak meninggalkan bekas arkeologisserta, secara lebih umum, "golongan tumbuh-tumbuhan"yang tinggalan-tinggalannya tidak ada lagi. Menyadarikurangnya bukti-bukti untuk melakukan pendekatanarkeologi itu, yang bertumpu pada sisa-sisa bendayang tahan lama, kami juga mengamati beberapa "tipekehidupan" yang kurang menyolok dan yang mungkin

/lustras' 4 : Potongan Propinsi Suma/era Se/atan, dari Se/a/an - Barat ke Utara - Timur. Lingkungan dan Penemuan Arke%gi.

3' "JI\ ~ 1 f

~.,,~. ,.. 1"" 0-_ .3.00 Il)

J(NO

IIHllI

MUOEllAHINOt.l

Wua~lllj

- 1 itJ 1Out PJll'I,filn

Sl~ft ft! P mtun{IrISa, ~\JPl.1

SE1-A"!9.';I~C;M

DATARAN TfN/:iGI Kill<1 GJNU, G OfERAH PEABUKITilN DAN D!\Fd'lAN AIî('jOAH PESt:llR, HAW/J.·RAW"

Lingkungan

Penemuandlkeologl

'" 'r, IIJ'UH'1l~ 1/'111

litJlj" *lldtlrl mhtH

19

Page 20: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

pemah ada di wilayah tersebut Dalam perspektit inilahkami memperhatikan pemburu-peramu Kubu yang mulaihidup menetap (yang teknik dan wilayahnya, organisasisosial dan strategi dalam ruang dan tempat sudah diamati),atau hortikulturis-pemburu di Pulau Siberut (yang terletakdi sebelah pesisir barat Sumatera). Kedua kelompok inimenyediakan tanda-tanda yang sama banyaknya untukmeneliti tatanan-tatanan Kuno tertentu, yang mungkindulu ada namun yang saat ini tidak dapat dijangkau oleharkeologi (Bab 4).

Bagian terakhir dari uraian penelitian dan hasil­hasilnya ini tidak terikat pada skala lokal agar dapatmencurahkan seluruh perhatian pada analisis segenaplembah aliran sungai dan dinamikanya. Skala yang lebihdiperkecil ini merupakan tahap awal sintesis fenomena­fenomena yang diamati pada skala lokal (terutamauntuk membuat kronologi budaya, yang disampaikansebagai kesimpulan), sedangkan perubahan ke tahapregional perlu juga memperhitungkan gejala-gejala yangberbeda-beda sifatnya, yang tidak tampak dalam daerah­bukti kami. Di sini kami melakukan analisis mengenaiperubahan teknik dan sosial, geopolitik, pertukaran dalamarti luas. Perbaikan hasil-hasil penelitian ini akhimyaditutup dengan melokalisir "warisan-warisan" yangmenghubungkan masa lampau dan masa kini (Bab 5).

20

Page 21: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

BAB 1 - DAERAH KAKI GUNUNGBerbagai Tahap Zaman Batu

Truman 5imanjuntak, Hubert Forestier,Dubel Driwantoro, Jatmiko, Darwin 5iregar

Setelah melakukan beberapa prospeksi di kawasankarst di Baturaja, yang dilaJui oleh Sungai Ogan(Gambar 5), gua Pondok Silabe 1(SLB1) telah dlgali

selama lebih dari tiga tahun oleh tim IRD/PusatArkeologi,yang dipimpin oJeh Hubert Forestier.

Di dalam dan di sekeliling gua tersebut, pekerjaanekskavasi dan lubang uji telah melibatkan duapuluhanorang (rata-rata 5sampai 6 peneliti dari Jakarta tetapi jugapekerja-pekerja lokal) selama lima program kegiatan, atauseluruhnya 5 bulan penelitian di lapangan sampai saat ini.Sebuah permukaan seluas 8 m2 telah digali. Permukaan inimeliputi hampir seluruh tanah gua itu, dengan kedalaman2 meter. Hal ini merupakan stratigrafi dengan kapasitasyang luar biasa bagi sebuah gua di Indonesia. Lebih dari

Ilustrasi 5: GeoJogi Daerah Baturaja (menurut Garoer.. Amin T.C dan Pardede R. (1993)

11 lOkm1

#~.',)

[:l.,,;'.Wrt .J~. l":I,."=t·~U . ~'Hr~'IU'V ~~J'll:l,ll.

~~tkllt.:~Uil

l·.'b\'.::!:tn:: ~or-t"_ fflti,X"i!IS~...1rKt5IMP..

l','flt) :t.uJ 11!ffi:aU~EJlt

(Jall ::aas.o ~.U3t58 n~JOI"'...jJ II;{ lo;!j't'J !~ItEr3l

t"<ô'it.ll;lSlf ~(f\kfT'iC! atan {". t t;. ,lj~;1r;Qr1 rr6J.j3I' hr-rrt 00

........:J1iJ,.r ~.ll'1 ~~I).; t't,1 ~Jr\] t:j~~ Iif'œ

~t15lIdrJ~

C~f;·lÇP. hl' -',:,,-::abl101:i,j 1(J'lJC,.........M... ".,1 ',:sJ':d'€­

tllLP,l·qf\1sr~JI{:::.l~

. ~ garr,;:~ il2.r!C1 bcilU"'·:M.Jf'"'Jf~~

.. -;~ ~SS' W:::fl Lbrl ~.dt\Jf.JaS; 1JiY11!Jr9Il

L-,~"~ :_p'...~ti, rrt.)t',:L-1t6~LltC ,,-,'Jl11 ru .Et-'J113 .

iUo€'-3"l(t 1;~1~ WitSIO'i ~ -\'1f«(;4i:Jr,n:,<-

o F;"W ,UMA

G .'('~J ;':trIMAT)(t)

D

ilt<:("Çl({ï':'i (il tlr:nc>.i:\~'.dËI~\;ü:~ LlôllllEl1lJ1iT"'.l (Ir an, é?I .1iJ'O.119 f'd'fi Ir ',.: ~"~Jar\ "'S("Jo)llt

t~:lllp.I...,tlnjJt'll91'·

..... NJDr'Y.:zre.Y!l ~lsa-m r' . /'Ijf....()}.,.~ -~,~r"V"~

~oM ..,..~ f .\.~~i;rjVl.:II~Jrrl~.) Ilâ1ijfl{1U.fal

i~"~:..d!.::~

6fm-~iH}J(t~.... UH"l'J" luI Mtilll1.:ll flftto.:~j

ll<i~JI

Jo;J.GI. Nr~:\:U "jf.ll'1·!~r ~/{c\H'\J

Eal~I" .rrtlt lQl • i ~J;ll GJ5:- ....~

'"'l", ""'''''9''''J.lo nal>oIFl.~~.1Ct". 'w~ ~~.' -:~aBJI.J .. f.........;

~.rJ;T.arlilrf!.'r".ll::D"!

8·L"3~11"~ r~ lLJi ~ ...!..b.lnflaS'll;ll,

r.H':'~t\ J.}

t~t'fOCCJd. WOOo::ttIJ/r, ,'L.~ WJ, ":;,n!~~.

J.rtei!(V):: r,ro ,)~~r\' .,

~'~:!If kE-f~j .8JI. hl.ll.Il+Pl' dM, "np.JI";i

•. If rn.L1 ..lJ, I;.".YI'~" ~I JO ' f~···.ifj'.,!:

5111\.1, ,l'AT\JAJ BRE!.~J

GiJ'i1 '.lj"·1 'Uf

nIT V!x,-,,~~ !If,.,_.)"

;( MA:-, ~ "·.JV.

1 1 PWJII'tJ~',;jJ.1'1''l!1I

P' I.\I\;;:J ."·II~ 1A

21

Page 22: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Foto 8: Gua Pondok Se/abe 7

3000 benda ditemukan dan dicatat dalam tiga dimensi.Para pakar dari berbagai bidang (keramik, tipoteknologi,paleontologi, arkeozoologi) ikul serta menganalisisartefak-artefak dan konteksnya. Penelitian itu dilanju1kandengan analisis laboratorium(untuk menentukan fauna danpenanggalannya di C14).

Selain dari itu,prospeksi-prospeksi yangdilakukan di segenapkawasan karst menunjukkanadanya dan berkembangnyapenghunian manusia, yangdihubungkan dengan fase­fase kronologis. Misalnya,di Gua Pandan yang terletaktidak jauh dari situs yang dlgalidi SLB1 ditemukan sîsa-sisatembikar dan alat-aJat kecildari batu rijang yang rasanyaidentik dengan benda­benda yang ditemukan padazaman neolitik di SLB1. Disana kami juga menemukan

22

sebuah industri batu kerakal yang khas Hoabinhien, yangmenunjukkan bahwa penghunian di lempat ini dimulaipada awal periode Holosen dan memberi kronoslratigrafilengkap tentang penghunian manusia di gua selama masaHolosen. Sebuah kegiatan lubang uji telah dilakukan diGua Pandan selama bulan April 2004, bersamaan denganberakhimya penelitian-penelilian terakhir SLB1.

Di kawasan kaki gunung yang dilalui oleh SungaiOgan, pendekatan geo-antropologi menambah penelitîanyang sudah dllakukan oleh arkeologi. Beberapa misipenelitian telah dilakukan oleh D. Guillaud, A. Romsan,Usmawadi, dengan dua tujuan: yang pertama ialahmengumpulkan unsur-unsur tradisi Iisan yang mungkinberhubungan dengan penghunian di gua di sekitarPadang Bindu itu sendîrî, pada waktu bersamaan jugamengumpulkan asal-usul pemukiman dan hubungan­hubungannya dengan penghunian lama di wilayahtersebut. Tujuan kedua, melalui "sepotong kecil" arusSungai Ogan, menentukan evolusi sosial, politik, danteknik yang berhubungan dengan sejarah pemukiman.

Foto 9: Ekskavas/ Gua Pondok Se/abe 1

Page 23: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

1. Industri-industri yang Paling Kuno diSumatera: Bukti-bukti Zaman Acheulien

Sekilas Tentang Pithecanthropus dan BudayaTekniknya di Nusantara

Dengan ditemukannya alat paleolitik kuno di SungaiAir Tawar dan Sungai Semohon di wilayah Padang Bindu (didaerah sekitar Gua Putri atau Sukuman Dusun), kawasankarst Baturaja di kaki gunung Bukit Barisan, wilayahtersebut tampaknya merupakan wilayah pemukimanyang paling tua di Sumatera Selatan dan bahkan mungkin,dengan adanya penemuan-penemuan dewasa ini,wilayah yang terlua di selurllh Pulau Su matera. Benda­benda paleolitik yang ditemukan di permukaan (pecahanbesar, alat batu dua sisi, alat batu satu sisi, linggis, kapakmarli!, dsb) 1idak saja membuk1ikan bahwa pemukimandi daerah itu sudah ada sejak berabad-abad sebelumzaman Paleolitik - Pleistosen Menengah, tetapi juga untukperlama kali memungkinkan kami melakukan identifikasimelalui tipoteknologi kebudayaan yang disebut Acheulien.Seluruh ciri-ciri blldaya ini dilandai oleh produksi alat-alatbatu dua sisi dan kapak-kapak marlil, yang umumnyadisebut orang sebagai budaya Homo erectus, mulai dariAfrika ke Eropa, dan dari Eropa ke Asia.

laman Acheulien di Padang Bindu

foto 11: Beberapa alal-alal batu dari zaman Acheulien. a.b : kapak genggam (hand axe) : c : alat serpih serut gerigi(denticu/ated) , d: kapak pembe/ah.

Pera/alan yang dikumpu/kan di sungai-sungaiyang dekat dengan Pondok Silabe (folo 10), yang tampaksangat masil, sampai kini beillm dikenal dan sebenarnyasangat penting untuk dua alasan berikut ini:• peralatan tersebut merupakan bukti yang tak dapat

disangkal lagi tentang zaman prasejarah yang

Foto 10: Sungai keci/ Air Tawar, di bawa/l Gua Pondok Se/abe 1

sangat lua di Pu/au Surnatera. Hal ini tentunya dapatdiperkirakan, karena pulau itu ternyata terbuktimerupakan jalan yang wajib dilalui oleh gelombang­gelombang pemul<iman pertama di nusantara sekitarsejuta iahun yang lampau;peralatan tersebut dapat memberi pandangan barukepada kami tentang ciri-ciri teknik dan tipologi

peralatan Pithecan1hropus yangsampai hari ini hanya dikenalmelalui kajian-kajian di PulauJawa. Petunjuk-petunjuk barumengenai ukuran batu akanmelengkapi seri peralatan yangsampai kini kami sebut sebagaimilik Homoerectus alat pemotong(chopper / kapak perimbas), alat­alat untuk mengapak (choppingtools / kapak penetak), pecahanbatu, bola, dan seperti yangsudah disebutkan sebeJumnya,kapak pembelah atau alat duasisi/ kapak genggam yang sangatjarang ditemukan (loto 11).

23

Page 24: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

KOTAKW.I

TEMS 1TEMS Il

a 6m

/lustras; 6: Profil Teras dari Gua Pondok Se/abe 1 sampa/ ke Sungai Air Tawar

Kelanjutan, kepadatan dan kelangsungan peng·hunian pada zaman neolitik, kemudian pada zaman logam,telah dibuktikan oleh hasil-hasil penggalian di gua PondokSilabe 1.

Adanya benda-benda dari Sumatera ini menguatkanmodel yang secara menyeluruh diakui sebagai jaJanmigrasi dari benua Asia Tenggara menuJu pulau-pulaudi tengah dan timur kepulauan Indonesia, seperti Jawa,Lombok, atau Flores. Dalam sudut pandang yang sangattungsional, oleh karena aJat merupakan jawaban atassebuah kebutuhan tertentu, bukan tidak mustahil industribatu kerakal berhubungan dengan industri alat batu bersisidua atau kapak pembelah di Asia Tenggara, bahkan jugaindustri pecahan batu ataupun bola. Mungkinkah peralatanPithecanthropus lebih beragam daripada yang kami duga?

Fofo 12: Beberapa a/al balu seperti dilemukan di sungai Air Tawar_P"lI'-._

Pemahaman akan segenap peralatan yangditemukan di permukaan atau di dalam palung sungaimemungkinkan kami mengungkapkan sejumlah sitat-sitatteknik yang khas, yang menerangkan adanya penerapanskema proses kerja istimewa dalam pembentukan alat·alat tersebut (toto 12). Skema tersebut ditujukan untukmemperoleh sebuah volume yang khusus "bersisidua", yang dicari dari pecahan atau paling sering daribongkahan. Bahan baku yang dipiliholeh perajin zaman prasejarahsangat beraneka ragam: batu rijang,batu pasir yang mengkilat, andesrt,batu bersilikat, atau juga kayubersilikat yang seperti kami ingat,merupakan bahan yang terkenalsebagai kekhasan periode kunodi Asia Tenggara. Keis~mewaan

pembentukan alat bersisi dua itu(hand axe/kapak genggam. yangdihubungkan dengan kegiatanproduksi pecahan-pecahan besar,untuk pertama kali memungkinkankami dengan sepenuhnya menunjukcara pembuatan ini sebagai"acheulien" .

Temyata hanya beberapa meter jaraknya dari gua­gua yang dihuni pada zaman Neolitik dan pra-Neoliük(Gambar 6) ; Iihat lebih jauh), terdapat beberapa alat duasisi atau pecahan besar dan tebal yang sudah diperbaikimenjadi dua sisi, dengan ukuran yang kadang-kadangmengejutkan bagi ukuran kepulauan Asia Tenggara, danjuga alat yang dipanggil "cleaver" (kapak pembelah) daripecahan batu. Pecahan-pecahan dan nukleus-nukleusditemukan, juga beberapa chopper dan chopping-tools.

24

Page 25: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

2. Ekskavasi Pondok Silabe 1dan Gua Pandan:Stratigrafi,Artefak-artefak, PenanggaJan

Pondok Selabe 1

Ekskavasi yang dilakukan oleh tim kami di situsSLB1 (Gambar 7dan 8) paling sedikit menunjukkan tiga fasepenghunian yang beliurut-turut:• Sebuah lapisan atas yang baru (1), dengan tebal sekitar

lima belas sentimeter yang kurang lebih dicampurdengan lapisan Neolitik yang ada di bawah. Kamitemukan pot-pot kecil dan unsur-unsur besi di lapisanzaman logam ini; (toto 13).

lIustrasi 7: Dena/) Gua Pondok Selabe 1(SLBI) dilil1atdari atas dan lokasi lubang uji di permukaan gua

lIusfrasi 8: Krono-stratigrafi lubang uji SLB 1 (dinding ulara)

• Sebuah lapisan (2), Neolitik, tertanggal 2700 tahun BP,setebal satu meter, yang berisi keramik halus bertoreh(mangkok kecil, foto 14), yang licin atau dengan hiasantali klasik, sebuah alat kecil dari batu obsidian, baturijang atau andesit (toto 15) ;

Fofo 13: Sebuah keramik zaman Paleometalik, SLBI

• Sebuah lapisan dalam (3), berumur sekitar 4500 tahunBP, sebelum zaman Neolitik dan sebelum zaman keramik,.telah menghasilkan peralatan besar yang dihubungkandengan beberapa sisa fauna hutan Holosen. Beberapaperalatan tersebut sangat istimewa, karena merupakanbenda-benda paleolitik yang sudah dlwamai, dankemudian diperbaiki kembali atau beberapa pinggirantertentu yang tajam diasah kembali.

Blok gamping

D Bedrocl<

_ llSù 1 140 BP (10)

- ,a2~.:. 4ï BP (NZ)

- 2680 ! 170 BP (10)

- 2730:. 17U BP (IDl

- 3119.r. .1-4 8P (NZ)

- 4520 .:. 290 8P (ID)

1. Laplsan urllkan paslr lempungan (zaman paleomelahk)2. LapiS3Jl neolrtik lempllng pasiran warna coklal muda3. Lapisan preneolitil< lempung pasiran warna coklat tuadengan minerai kapur4. Lapisan preneolitik kontak dengan bedrock

Kegiatan zaman batu sekilasmemperlihatkan wilayah pengambilanbahan baku yang kadang-kadang dekatdan kadang-kadang jauh. Batu rijangatau andesit tampak jelas diambli darilapisan kedua di sungai-sungai, yangkaya akan artetak paleolitik, 20 m dibawah pintu masuk gua. Batu obsidiandan tempat pengambilannya lebihsukar ditebak. Prospeksi-prospeksilebih ke utara wilayah Rejang-Lebongmemungkinkan ditemukannya inti-intibatu obsidian yang dimaksud, yangmembuktikan sudah adanya jalan lalu­liotas dan pen:lagangan yang dilakukansekitar 200 km dari SLB1.

25

Page 26: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Falo 14:Beberapa gerabah dengan hiasan, periode Neolilik, SLBI

Falo 15: Alal serpill dan (di pusat) batu infih dari obsidlan, SLBI

Gua Pandan

Berada di atas tanall kapur kebiru-biruan Baturaja,pada ketinggian sekitar 70 m (Garnbar 9), dan terletakkurang lebih seratus meter dari gua Pondok Silabe l,gua Pandan juga menjulang di atas Sungai Air Tawar,sumber bahan baku. Gua tersebut, yang mempunyai tigajalan masuk (Gambar 10) dan salah satunya di sebelahbarat dipenuhi olel1 bongkahan-bongkahan reruntuhan,memperlihatkan sebuah ruangan utama dengan luassekitar empat ratus meter persegi (foto 16).

Sejak kunjungan pertama kami, gua tersebuttampak menarik sebab terdapat banyak alat bersisi satudari batu kerakal yang mirip dengan "Sumateralith"(alat batu yang ditemukan pada bukit-bukit kerang di

26

_ '0

-'J

- 10

o )~\ - i'Ü1n=

lIustrasi 9: Profil morta/agi Gua Pandan dari ara/l Barat ke Timur

Sumatera Utara) dan pecahan-pecahan dari batu rijangyang berserakan di tanah.

Beberapa lubang uji dengan permukaan lebih dari20 m2 (tidak semuanya terJetak bersebelahan) telah dlbukadi gua tersebut (Gambar 11). Dekat dlnding bagian dalamdi sebelah utara gua, bujur sangkar Hl 0 mengungkapkanstratigrafi yang paJing lengkap dan paling kuat (3,60 mdalamnya), dan menunjukkan pertalian yang bukan sajastratigrafrs tetapi juga kronologis. Bujur-bujur sangkarlainnnya yang dibuka, seperti H7 atau urutan melintang D4sampai 14, sebaliknya tampak lebih kacau, sebab terkenarembesan dan aliran sungai baglan gua tersebut (dindingdalam bagian selatan). Meskipun demikian, dari sudutpandang tehno-tipologl, peralatan batu yang ditemukandi sana mempunyai ciri-ciri sama seperti yang terdapatdi bujur sangkar Hl0. TIngkat arkeologis Hl0 (Gambar12) bertanggalkan antara 6950+260 BP dan 9270+380BP, sehingga jelas menerangkan sifat-sifat khas industri­industri pertama zaman Holosen di Sumatera, yang sampaisaat ini belum dikenal (foto 17).

/lustrasi 10: Pinlu masuk di Gua Pandan

Page 27: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Foto 16: Pintu masuk Gua Pandan Foto 17: Ekskavasi kotak HtO di Gua Pandan

o 1 2 3 4m=A_

~'4"l(\N

Cl OI,,,j, .,;Ill&

Ol1k fJ '''1()- !J

• SlCAH'oJll

K.d·~>. L11\S11.a.1l1 lIustrasi 11:DenahGua Pandan difihat

J K L M N dari alas dan lokasi1 1 1 1 1

lubang uji

+ TIMUR LlINOfNG a<\AAï +-0-20

-'0-eo-90-lOtI

-'20-1"0

- 160

- 180

-~oo

-no-2.0

-2""- 2dO

-30<1

- ~l:G

-3<-180

- JeOOTl

_......--....._ l.-ar'O~.....~

_,....fVlii00rra' ..- -,~

lIustrasi 12:Stratigrafi danPenanggalan

"" •..-..., ~~ lubang uji HIO di'------------- .J Gua Pandan

27

Page 28: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

foto 18: A/at batu rijang Gua Pandan. a.' sumatera/ith .. b dan C .' a/at serpih (serut samping) .. d. edan f : a/at serpih (serut gerigi)

Gua Pandan ternyatamerupakan situs yang istimewakarena banyaknya alat batusangat indah yang ditemukandi sana, dan yang dapatmerupakan tonggak budayabaru bagi PraseJarah Indonesia.Artefak-artefak yang ditemukan(foto 18) dapat digolongkandalam dua kategori besar:• Kategori artefak yang

pertama menyangkutskema pembentukan alalsederhana dengan batukeras, dan terdiri ataspecahan-pecahan tebaldan masif, yang dibuatbersisi satu dari batukerakal, dari kepinganbesar pecahan kerakbumi, atau bongkahan.Pecahan-pecahan bersisisatu dari batu kerakallonjong merupakan sifatkhas zaman Hoabinhien.Pecahan-pecahan Iain,yang cukup berbeda,mengingatkan kami padabentuk Paleolitik kunodan sukar untuk dinamai.Di sana kami temukanberagam alat denganpotongan melintang,pecahan dengan punggungtebal kerak bumi (serutdengan bagian depanmencuat, dsb) dan sangatsedikit pecahan batukerakal yang taiam, sejenischopper.

• Kategorl kedua alat, yang juga tidak kami duga,juga dibuat dengan memotong batu yang kerasdengan membentur-benturkannya, dan terdiri atasserangkaian alat dari pecahan yang tampaknya sangat"Mousteraid", dan ditujukan bagi produksi besar­besaran alat kerak dengan perbaikan sisik-sisik yangsangat jelas (dengan demikian alat kerak mellntangterdapat dalam jumlah besar) atau juga torehan­torehan dan gigi-gigi. Nukleus, yang terdapat dalamjumlah kecil, paling sering menunjukkan pemanfaatandasar dari bahan tersebut, yang berlandaskan pada

penggunaan algoritme (permukaan bidang yangdipukul siJih berganti), dan jarang sekali berbentukbulat pipih.

Bahan baku yang dipakai dalam pembuatanalat-alat ini berasal dari Sungai Air Tawar dan meliputisemua batu yang keras seperti batu rijang, andesit, kayubersilikat, dsb. Mengingat kadar keasaman tanah, sedikitsisa-sisa fauna yang ada tetap memungkinkan kami untukmengatakan bahwa sisa-sisa ini mengenai jenis holosenhutan (menjangan, babi hutan).

28

Page 29: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Untuk selanjutnya situs Gua Pandan merupakansitus yang penting bagi pengenalan budaya prasejarah diSumatera dan memperkaya penelitian tentang penghunianpada masa silam di daerah karst Pondok Silabe. Seluruhorisinalitas bahan batu berasal dari segi sangat "kuno"alat yang dibuatnya dan daJam dua skema proses kerjayang hadir bersama-sama, yaitu pembentukan danpemotongannya.

mana kami temukan alat bersisi satu ini. Apablla identitastekno-kompleks haabinhien antara Sumatera Utaradan Sumatera Selatan akhlrnya ternyata benar, hal inimengarahkan pemikiran kami, bukan pada ekonomi untukmemenuhi kebutuhan hidup (dari hasil laut/pantai), tetapipada cara-cara pengelolaan bahan baku yang disediakanoleh Iingkungan hidup.

Pondok Silabe: Faset Baru Neolitik di Tengah Hutan

3. Analisis Pera/atan Arke%gis danKesimpulan

Gua Pandan: Mata Rantai Hilang antaraPaleolitik dan Neolitik?

Gua Pandan dan industrinya yang tak terduga,secara kronologis dan teknologis berada di antaratinggalan-tinggalan acheulien yang ditemukan di palungSungai Air Tawar, dan tingkat-tingkat penghunian sebelumzaman neolitik dan pada zaman neolitik yang ditemukandi Gua SLB1.

Sampai saat ini indusiri "transis j" yang merupakansatu-satunya di Sumatera ini, adalah campuran yang kacauantara alat yang dibuat dari pecahan batu, dan pecahanbersisi satu dari batu kerakal yang memanjang danmengingatkan kami pada zaman Hoabinhien di SumateraUtara atau di Pulau Nias (Driwantoro et al., 2004). Meskipundemikian, sîfat-sifat kllas hoabinhien "klasik" zamanbatu di Sumatera, seperti yang kami temukan di situs­situs panlai timur laut Sumatera antara Aceh dan Medan,berhubungan dengan ekonomi yang hanya berkisarpada sumber-sumber pantai, seperti ditunjukkan olehbanyaknya tumpukancangkang kerang di

Lapisan bawah yang tidak mengandung keramik,yang merupakan lapisan paling tua di SLB1, dibedakanmelalui teksturnya yang lebih berlempung dan benda­benda batu yang lebih sedikit jumlaJlnya: benda bercaruk,alat pengerok, dan pecahan-pecahan dari batu rijang yangjauh lebih tebal. Dengan cakrawala pandangan ini kamiberada di sekitar zaman Holosen, di dalam periode sebelumzaman Neolitik yang masih kurang dikenal di Sumatera.

Lapisan yang tepat berada di atasnya, yangsesuai dengan zaman "Neolitik" karena adanya keramik,lebih banyak memberikan penjelasan. Banyak alat daripecahan batu ditemukan di lapisan ini. Peralatan itu terdiriatas pecahan-pecahan yang dibelaJl-belah dengan alatpematang yang keras dan dengan metode pemotonganyang paling sederhana, yang diterapkan tanpa perbedaanpada batu obsidian, rijang, jasper atau andesit. Secarakeseluruhan, pematangan itu bukan dengan bilah tajam,tidak berbentuk bulat pipih, berukuran kecil dan cukuppendek. Hanya beberapa alat batu tampak benar-benarasli, pembuatannya ditujukan untuk mendapatkanpemotang melintang terhadap bagian ujung pecahan.Bagian ujung pecahan ini biasanya diperbaiki untukdijadikan tangkaj (foto 19). Dari segi morfo-teknik, tipebenda-benda itu menarik karena menyangkut proses

~-~~-~~ ~Folo 19: Gambar aJat

serpih kecil (mieroflakesj L- --J

29

Page 30: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

kompleks lentang pembuatannya dan membuat orangmenduga segala kemungkinan tentang pemasangantangkai alau pemasangan pada sebuah pegangan yangkaku. Oleh karena sifat-sifat morfo-fungsionalnya, alatdengan aspek yang sangal khas ini jelas-jelas merupakanjawaban alas S€buah kebutuhan yang khusus. Benda­benda sangal unik tersebut dapat menjadi penandabudaya dan leknik dari lapisan neolitik ini di Sumatera. Ditempat Iain, tipe alat ini lerdapat di benua Asia Tenggara,di s\tus neoliHk Mae Hong Son di sebelah utara Thailand,namun dalam hubungan dengan beliung.

Sisa-sisa gerabah Neolitik SLB1 lerdapal dalamjumlah besar dan setelah remukan-remukan itu dipasangkembali, kami dapal membayangkan adanya pembuatanwadah-wadah sehari-hari seperti gelas-gelas kecil alaukendi. Keramiknya licin, halus dan dihias, dicelak-tali ataudengan hiasan torehan-torehan halus. Tipe-lipe hiasanyang ada pada kurun waktu yang sama ini merupakan ciri­ciri khas keramik neolitik yang dikenal di Asia Tenggara.Beberapa sisa fauna hutan (menjangan, babi hutan, kera,musang jebat, dl!.) dan sisa manusia ditemukan juga disana.

Data-dala baru ini memungkinkan kami unlukmerumuskan serangkaian dugaan yang mendefinlsikansebuah zaman Neolilik yang berbeda daripada yang kamikenal sekarang ini. Ternyata jika biasanya kami melihatzaman batu yang dipotong dilanjutkan dengan zaman batuyang digosok halus, di sini kami melihat orisinalilas yangmenyanggah skema tersebut. Zaman Neolitik SLB1 samasekali tidak memperlihat1<an unsur penggosokan. Zamanitu tanpa kapak dan beliung, tanpa pembukaan lahanberskala besar yang dipergunakan bagi pertanian atauhortikultura, juga tanpa tanda-tanda penjinakan binatang.Di sini orang berhadapan dengan tipe khusus penghuniandi tempal, penggunaan dan pemanfaatan lingkunganalam, mungkin diwarisi atau diilhami oleh kelompok­kelompok lerakhir pemburu-peramu yang berada diwilayah itu sejak akhir zaman Pleistosen alas Gadi lebihdulu dari budaya penduduk berbahasa Austronesia).

ripe Masyarakat dan Pemanfaatan LingkunganHutan

Semua unsur ini memungkinkan kami untuk menelititJpe masyarakat dan kegiatan-kegiatan yang akan kamitangani. Di sini, pembuatan gerabah menunjukkan periodeneolitik, meskipun demikian periode ini tidak mengandungsemua sifal-sifat yang umum ada pada zaman tersebuttidak ada batu yang dipoles, juga tidak ada penjinakanhewan atau tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya.

30

Ada alau tidak adanya hortikullura primiUf jugasangat dipertanyakan. Khususnya alat bergagang dengansisi tajam melintang dapat membuka jalan bagi berbagaidugaan. Perulangan aJal yang fungsinya dapal disamakandengan pisau pemotong padi tradisional dan moderen diIndonesia, yaitu ani-ani, dapat membuat orang berpikirakan adanya penanaman padi atau penanaman tumbuh­lumbuhan lainnya seperti talas dan ubi.

Meskipun demikian, pengumpulan rumput­rumputan liaI' atau umbi-umbian tetap mungkin terjadiwalaupun tanpa membudidayakannya. Sangal mungkinbal1wa di sini terdapat bentuk Neolitik "kuno" Indonesiadi mana hortikultura kering atau diairi belum dikenal ataubaru sedikit dilakukan. Temyata sisa-sisa fauna yangditemukan di lapisan SLBI menunjukkan perilaku pemburudi Iingkungan hutan. Oleh karena itu zaman Neolilik inimasih terkait dengan zaman NeolitJk yang dikenal orangdi wilayah Iain Nusantara.

Namun hal ini dapat juga menyangkul penghunianmusiman sebuah situs di gua, bangunan-bangunanyang lerletak di pinggiran sungai dan di udara terbuka,yang lebih sesuai dengan model Neolitik. Mungkin jugakelompok-kelompok manusia ini sudah mempunyaikeahlian khusus, yang satu mengusahakan hortikulturadan hidup di desa-desa (situs-silus di udara terbuka) danyang Iain mengusahakan hutan dan menghuni gua-gua.Adanya pertukaran barang dapat dijelaskan aleh adanyapenggunaan gerabah dalam masyarakat yang ekonomidan kebutuhan-kebutuhan hidupnya lerulama lergantungpada berburu dan hasil-hasil hutan.

Penelitian di teras-Ieras Sungai Ogan mengung­kapkan tempat-Iempal perhentian di udara terbuka(Gambar 13), yang lampaknya cocok dengan beberapamasa praseiarah (dari paJeolitik sampai neolitik). Yangpaling jelas terdapat di situs yang terletak di permukaanGunung Kauripan ("Situs Tapak Harimau") di manaditemukan industri dari batu obsidian, rijang atau jasper,yang dipadukan dengan keramik Neolitik (folO 20) : jenissitus ini dapat mengungkapkan penghunian-penghuniantambahan selain di gua, seperti yang sudah disebul diatas.

Dengan demikian, bersama dengan Pondok Silabe,kami juga berurusan dengan pendayagunaan khusussebuah lingkungan yang istimewa di zaman Neolilik, yangmemanfaatkan sumber daya kapur (bahan baku, fauna, airyang keluar dari tanah, tempat perllndungan) dan sumberdaya hutan, letaknya yang dekal dengan sungai dan tanahendapan subur untuk pertanian primitif. Model Neolilik

Page 31: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

, Situs-situs Holosen (gua)

PaleolH:ik : srtus permukaan

o 2km ~

I-__",-_---,I_~r---', J ,

/Iustrasi 13:Situasi silus-silus masa prasejarah di daerah aliransungai Ogan (Padang Bindu)

Folo 20: Sisa-sisa batu dan alat batu (obsidian. rijang) dipermukaan situs Tapak Harimau, Ogan

31

Page 32: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

yang mengusahakan berbagai potensi setempat dan yangmenggabungkan pertanian dan perburuan dapat menarikminat enklav-enklav karst lainnya yang ditemukan di kakiBuk~ Barisan: Muara Dua, Gumai, dsb. Dapat kami catatbahwa pelengkap ekonomi antara kegiatan pertanian/hortikultura dan perburuan ini masih dapat diamati dimasyarakat seperti di Mentawai (Iihat lebih jauh).

Hubungan dengan Pemukiman Masa J<jni

TIdak terdapat hubungan antara semua pemukimankuno ini (situs di udara terbuka, gua-gua) yang telahdiidentifikasi oleh arkeologi, dengan penduduk yang kinilinggal di lembah. Ada makam-makam yang terletak diatas gua Pondok Silabe l, yang tanpa penjelasan lebihlanjut disebut sebagai "orang-orang Bengkulu", dan adasebuah situs tua yang terletak beberapa ratus meter daridesa sekarang, namun kami tak dapat mengidentifikasipenduduknya yang lama. Hubungan antara pemukimanlama dan pemukiman yang ada sekarang ini sudahterputus.

Dalih dari "para pendiri" setiap desa yang adasekarang sebagai "yang pertama" menetap di kawasantersebut merupakan sifat khas kelompok-kelompok yangbaru. Mereka lebih sibuk memperkuat keabsahan merekadalam mendiami tempal-tempat Ini daripada memberiketerangan yang sebenarnya lentang hirarki (susunantingkatan) pemukiman di lembah. Sebenarnya tradisilisan yang dikumpulkan tampak seperti perpaduan dariberbagai pengaruh yang akan coba kami uraikan lebihlanjut.

Pengaruh paling terkini dihubungkan denganagama Islam dan Kesultanan. Pengaruh itu harusdikaitkan dengan keterangan-keterangan mengenaipiagem (prasasli atau berbagai benda kerajaan) yangmenghubungkanpemukiman-pemukimantersebutdenganraja Palembang. Catalan-catatan silsilah yang dilakukandi berbagai desa sepanjang Sungai Ogan memungkinkankami menelusuri kedatangan agama Islam pada periodeyang cukup baru, 4 sampai 6 generasi tergantung daridesa-desa tersebut, yang berarti bahwa daerah sungailersebut sudah diislamkan antara tahun 1850 dan1920, mungkin secara cepat dari hilir ke hulu [4], Olehkarena itu, tadinya muncul pertanyaan apakah lembah-

lembah daerah aliran sungai ini merupakan bagian darikeseluruhan politik terpusat. Para nara sumber seringkalimenyebutkan "agama Hindu" [5] sebagai agama yangmendahului Islam, meskipun tidak terdapal bukti-buktiselempat tentang adanya lempat-tempat ibadah "yangbesar", seperti candi-candi atau kompleks pecandian, dansfsa-sisa benda yang memastikan adanya ajaran Hinduitu (arca-arca). Kuburan-kuburan kuno sampai kini kurangberguna dalam memberikan petunjuk mengenai praktik­praktik keagamaan ini. Hal ini menyebabkan berbagaidugaan mengenai agama yang dianut pada periode pra­Islam, dan tidak saja menyangkut masyarakat di daerahkaki gunung, tetapi juga di dataran rendah dan di daerahpegunungan. Tampaknya kami lebih berhadapan denganpraktik-praktik animisme yang terkait atau tidak terkaitdengan perkelenikan daripada "ajaran Hindu" yangsebenarnya, dan yang bekas-bekasnya belum ditemukandi kaki gunung. Praktik-praktik keagamaan ini dapatmenunjukkan adanya sebuah tipe masyarakat yangkurang tersusun secara hierarkis, yang kegiatan untukmemenuhi kebutuhan hidupnya dan teknik-tekniknyamasih harus ditellti lagi. Beberapa nara sumber (Tubuan,15/09/92, desa dengan nenek moyang yang secaraunik disebut "Anak Dalam") mengungkapkan benda­benda kerajaan namun bukan logam seperti yang umumditemukan orang, tetapi dalam bahan ikan (ikan pilok),pisau dari bambu (sembilu bu lu kapal), alat-alat pertaniandari lidi daun aren (Arenga pinnata).

Lagi pula pemukiman yang lerdapat dewasa ini disepanjang Sungai Ogan sangat heterogen. Dari desa satuke desa lainnya, kelompok-kelompok manusia ini mengakuberasal dari suku bangsa yang berbeda-beda, yaitu Jawa,Bengkulu, Muara Dua, Muara Enim dan Palembang. Merekabenar-benar datang dari segala penjuru, dan sepintas lalukami tidak dapat mendeteksi sebuah arus migrasi yangdominan. Beberapa dari tradisi ini menl)njuk pada daerahPasemah, dan mengingatkan kami bahwa sebagian daripenduduk itu berasal dari daerah pegunungan. Beberapatradisi lainnya mengingatkan kami pada Majapahi~ yangsebaliknya menunjukkan asal-usul dari hilir.

Namun SBmua pemukiman ini tampaknyamenunjukkan lalu-Iintas penduduk yang relatif baru. yangtumpang-tindih dengan dasar yang lebih kuno sehinggasulit untuk mengenali asal-usulnya.

[41 Meskipun demikian, hal ini bukanlah kasus yang terjadi di mana-mana. sebab masyarakal muslim sejak abad XIV slidah menelap disepanjang beberapa sungai tertenlu di wilayall ilu. dengan beqalan melalui hulu daerah-daerah aliran sungai di dekatnya, unluk menghindariPalembang yang waklu ilu menentang Islam.

15] Mungkin referensi mengenai ajaran Hindu sebagai agama yang mendahului Islam lebih dapat dilerima oleh penduduk masakini, meskipunada pula yang meragukannya. Meskipun demikian. kefidakselujuan ini diperillnak oleh penonjolélJl t1nggalan zaman Hindll-Budha yangumum lerdapat di Indonesia

32

Page 33: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Asal-usul pemukiman memang kompleks. Meskipundemikian, Dusun Niru, atau juga disebut Simpang Niruatau Rambang Niru, cukup sering disebut sebagai tempatpenting asal-usul pemukiman. Desa ini terletak di wilayahMuara Enim dan seorang nara sumber menegaskan bahwapenduduk desa ini dulu merupakan orang-orang yangberpindah-pindah tempat dan bekerja sebagai pemburu(informen Palembang, 13/09/02). Jauh sebelumnya,penduduk Dusun Niru itu berasal dari wilayah Bengkulu(Palembang, 13/09/02), atau dari Pasemah (Saung Naga,14/09/02). Singkat kata, dari daerah pegunungan.

Sulit untuk menyimpulkan ke periode yang lebil1terdahulu lagi bagaimana hubungan antara pendudukmasa kini dengan pemukiman kuno yang diperlihatkanoleh ekskavasi di wilayah Padang Bindu ini. Jejak-jejakkuno tersebut sangat tidak menyolok dan terbawa oleharus penduduk yang datang kemudian, seperti dikatakanoleh para nara sumber, untuk menemukan lahan-Iahanperlanian. Landrenten pada tahun 1823 menyebutkanbahwa marga [6] di aliran Sungai Ogan membayar upeti,yang boleh dikatakan eksklusif, kepada KesultananPalembang, terdiri atas produk-produk komersial: lada,kopi, kapas, gula. Hal ini membuktikan adanya imigrasiyang datang pada saat kekuasaan Kesultanan. Padasaat itu penduduk sudah memanfaatkan ketersediaanlahan, namun kami tidak dapat tepat menentukan kapanpenduduk itu menetap di sana, tapi pasti sebelum abadke-19. Kronologi produksi dan lempat-tempat produksidari segenap wilayah, yang digambarkan pada Bab 3 dibawall ini, memungkinkan kami untuk lebih mengarahkananalisis kami. Adapun dari pemukiman terdallulu, yangmungkin secara bertahap-tahap turun dari daerahpegunungan seperti yang terus-menerus dinyatakan olehtradisi lisan, hanya tampak pola ciri-ciri yang tidak jelas:pengaruh sangat kuat budi daya tanaman, tidak adanyaatau jarang adanya logam? Besar kemungkinan bahwapemukiman yang bercampur-baur ini tidak terbatas padadua atau tiga episode berturut-turut yang mudah kamikenali.

[61 Marga adalah istilah Sansekerta, yang menunjukkan gabungan beberapa desa berdasarkan garis keturunan atau daerah. dan yang menladidasar pengaturan ruang di kesullanan.

33

Page 34: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi
Page 35: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

BAB 2 - DAERAH PEGUNUNGANSebuah Pendekatan Arkeogeografîs untuk

Mengetengahkan Zaman Protasejarah

Dominique Guillaud, Hubert Forestier,Achmad Romsan, Bagyo Prasetyo

Ssjumlah wawancara telah dllakukan di wilayahini, baik di daerah Pasemah maupun di bagianpinggirannya di utara (Lintang), pada saat

pelaksanaan beberapa misi di lapangan yang melibatkanD. Guillaud, H. Forestier, M. Charras,A. Romsan, Usmawadi,Tulip, Jatmiko. Sesuai dengan prospeksi-prospeksi yangdilakukan, temu-muka ini secara sistematis bertujuanuntuk menentukan penyebaran tinggalan dan situs-situspemukiman kuno, serta perkembangan pengaturanruang sampai saat ini. Pengukuran beberapa situssudah dilakukan, juga pengumpulan permukaan tanah.Selanjutnya untuk daerah Pasemah, angket difokuskanpada desa-desa Benua Keling/Mingkik di mana kamidapat mencocokkan tinggalan arkeologis dari periode­periode yang berbeda-beda, tradisi lisan, dan praktik­praktik teritorial masa kini, karena informasi-informasi daribermacam-macam bidang-bidang ini saling melengkapi.Pene/itian in; diakhiri dengan membuat dua lubang uji

arkeologis di situs-situs yang berdekatan, di seluruhgundukan-gundukan buatan manusia dan situs yangdikelilingi oleh benteng, yang sudah didokumentasikansebelumnya oleh tradisi lisan.

Pilihan untuk memusatkan tahap penelitian inipada daerah pegunungan (Gambar 14) disebabkankarena wilayah ini mempunyai kekayaan arkeologis yangsangat penting, dan sampai saat ini terutama dikenalkarena megalit-megalitnya. Meskipun demikian, sejumlahtinggalan lainnya, yang sesuai untuk kajian adaptasiterhadap lingkungan, juga terdapat di wilayah tersebut.

Penelitian kami pertama-tama membuat tipologiyang bukan kronologis tentang tinggalan yang ditemukan,seperti yang diringkaskan di bawah ini, sebelummenyilangkan data-data tersebut dengan data-data yangdiambil dari lubang-Iubang uji arkeologis dan tradisi lisan.

lIustrasi 14: Peta wilayah Pasemah dengan tinggalannya yang terutama

5AMUDRAH/NDIA

,.1 •1 JO • _ ...

, t '

-1~",,\.JJih-binolln"l

~-

(

~:=:::: Zona Gamplng

o Zona megalltlk

o SUu. m.,galillk

T.,mpayan kubur

... ~lk~~~~"a~~an.1\. Sllu5gua·gua

35

Page 36: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

1. Tipologi Tinggalan

Megalit

Megalil-megaJil ini mempunyai sitat yang berbeda-beda:

• Rumah batu (foto 21). Salah satu dari rumah-rumahbatu ini, di Belumai, telail diekskavasi beberapa tahunyang laJu oleh penduduk desa yang menemukanbatu dipoles, besi, daun-daun emas, tulang­belulang binalang, manik-manik dari gadlng dandari batu. Ekskavasi ini tidak lengkap oleh karenapenducluk kualir jika balu dari bubungan atap rumahilu akan runtuh. Pada tahun 1932, Van der Hoopjuga menemukan beberapa manik-manik, benda­benda logam (emas, perunggu) dan lukisan-Iukisanberwama-warni di dinding bagian dalam, yang padaumumnya menggambarkan figur binatang.

• Megalit yang dihias dengan ligur manusia (loto 22).Figur-ligur ini dlpahat di batu-batu vulkanis yangmudah diukir (tuf), namun yang eepal rusak begituterkena euaca buruk. Megalit-megalit ini terdapat dibeberapa pulau di Nusantara: Sumalera, Jawa, Sumba,

Folo 21: Rumah batu, Tanjung Ara, daerah Pasemah

36

Folo 22: Megalit di daerah desa BeJumai, Pasemah

Flores dan Sulawesi. Dibandingkan dengan pulau­pulau lainnya, Pula~ Sumatera paling kaya dalam halini dan megalit-megalit yang dihias dapal ditemukandi daerah Toba, Limapuluh Kota, Bangkinang, Kerinei,Pasemah, Pugung dan Raha~o, tanpa melupakanbalu-batu menjularig yang menakjubkan di Pulau Nias.Seliap wilayah ini lampak memiliki gayanya sendiri­sendiri.

• Batu lesung.

• Batu lumpang, biasanya dipakai untuk menumbukhasil-hasil peltanian.

• Jajaran batu-batu: mungkin batu-batu vulkanis yangpenempatannya sudah diatur.

Pemetaan kartografi (Gambar 15) menunjukkankekhasan beberapa iipe megalit menurut wilayahnya,sehingga clapaI memberi sedikit penjelasan mengenaifungsinya: penanda teritorial, penanda kekhasan beberapakelompok lokal tertentu? Megalit yang berhiaskan figurgajah tampaknya berkaitan dengan rumah-rumah batudan batu lesung, dan terutama terdapat di wilayah yang

Page 37: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

dekat dengan Gunung Dempo; sedangkan figur-figurmenyerupai kerbau tersebar di wilayah tersendiri, yangterletak lebih jauh dari gunung berapi, di daerah peralihandengan lemball yang menuju ke kaki gunung. Sebenarnyasaat ini identifikasi megalit yang dihias juga menjadimasalah karena kondisinya yang sudah sangat rusak, dankami tidak selalu dapat mengenali dengan tepat unsur­unsur yang digambarkannya.

Perlu dicatat juga bahwa perluasan megalit initerbatas sampai ke tenggara Gunung Dempo. Di luardaerah itu, terutama di sebelah timur laut dan utaragunung tersebut, tidak tertutup kemungkinan bahwalahar sudah menutupi tinggalan tipe ini. Namun meskipunkemungkinan itu ada, Lol<asi tinggalan megalitik hanyatersebar di sekitar gunung berapi, sebab tinggalan ituterdapat di lembah tinggi Lematang dan sampai ke Lahat.Oleh karena itu tampaknya kami harus menganggaptinggalan tersebut sebagai tanda "etnik", yang menandaihubungan dari sedikit-dikiinya satu kelompok manusiadan satu daerah.

Semua unsur-unsur ini juga menimbulkan per­tanyaan tentang arti simbolis ikonografi ini.

Tinggalan yang paling ekspresif tentulah megalityang dihias, yang banyak memberi petunjuk tentang

Futo 23: Megalil di daera/l desa Pajarbulan, Pasemah

suatu tipe masyarakat tertentu. Figur gajah, keris dannekara perunggu dalam ikonografi yang sama tentu saja(foto 23) menunjukkan kemahiran proses pengolahanlogam, tetapi juga memperkirakan adanya tatanansosial yang khusus, yang diterangkan oleh berbagaipenelitian di Asia Tenggara. Sullt untuk menentukanapakah gajah saat itu merupakan obyek perburuan ataudipekerjakan, dengan kata Iain dijinakkan, karena taktampak satupun gambar pelana dan tali kekang [7]. Jikademikian halnya, kami berhadapan dengan masyarakatyang suka berperang dan tersusun secara hierarkis,apriori masyarakat penakluk. Pertanyaan yang kemudiantimbul adalah untuk mengetahui apakah para pemahatitu benar-benar menggambarkan masyarakat mereka,dan bu kan masyarakat asing! Menurut Schnitger (1964:190), penjinakan gajah tidak diragukan lagl: "beberapaki/ometer di sebe/ah utara Pagara/am [sebenarnya diKotarajaJ te/ah ditemukan sebuah batu berbentuk gajahyang menakjubkan. Di sebe/ah kiri binatang du dudukber/utut seorang prajurit yang memakai tudung perangruncing. Dengan kedua be/ah tangannya ia mencengkamte/inga si gajah dan berpa/ing ke be/akang (. . .). Disebe/ah /ainnya muncu/ seorang prajurd (.. .) yang barusaja berdiri dan menaruh kaki kirinya di atas kaki gajahyang tertekuk. Da/am se/œjap binatang itu mengangkatkakinya dan menaikkan parjurit du ke punggungnya".Sejak saat itu alti monumen ihl menjadi jelas: "Batu gajahitu pasti didirikan o/eh dua orang pemimpin yang berjasa

secara khusus sehingga merekaper/u diabadikan bersama denganseekor gajah. Batu tersebut bertungsisebagai monumen pemakaman ".

Bila terasa sulit untuk cepatmengikuti jalan pikiran ScrlOitgerdalam penafsiran ini [8], sebaliknya adasatu unsur terakllir dalam penampilanbatu gajah yang tidak menimbulkanambiguitas, yaitu benda-benda logam,pedang, topi baja, gelang, dsb.yang dipakai oleh kedua prajurit itu.Sebuah batu Iain, batu tatahan, yangditemukan di Air PuaI' (Vonk, 1934)memperlihatkan dengan nyata sebuahnekara perunggu (tipe Hegel' 1) yangdibawa oleh dua orang.

171 Meskipun dernikian. gajah yang kini dipakai di Asia Tenggara lidak selalu memakai pelana dan lali kekang.

[B] Dalam sejumlall angket kami di daerah pegunungan. kami tidak meneillukan landa atau ringgalan lenlang penjinakan galah.lelapi baru-barumi orang masih menghalau gajah dari kawasan pemukiman Pada zaman dahulu, berkat kegiatan meng/lillau gajah-gajab Inilah pendudukmenemukan lempal yang bai~. unluk didiami.

37

Page 38: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

lIustrasi 15a: Peta situasi megalit-megalit di daerah Pasemah Barat

Foto24:NekaraDong SondariAsiafenggara

Sejumlall benda-benda berhias, yang merupakanbudaya Dong Son, dengan bermacam-macam coraknya,

telah ditemukan di daerah pegunungan: gelang,lempengan dan kapak di daerah Pasemah

itu sendiri, kendi kuno di Kerinci (Vander Hoop, 1932: 91-92). Penemuansebuah nekara kecil berhias di situsBenua Keling Lama juga sudah

disampaikan kepada kami.

Secara menyeluruh, makna darinekara-nekara ini belum diketahui,meskipun banyakpeneliti memperkirakanbahwa benda-benda ini digunakanbagi ritual keagamaan atau peringatan

bagi seorang pemimpin, seorang tokoh besar danpenobatannya di sebuah tempattertentu. Sirkulasi benda­benda untuk ritual ini, yang kira-kira berusia 500 tahunsebelum Masehi, paling tidak menandai awal adanyarambu-rambu di laut, dan dengan tidak langsung jugaawaJ kekuasaan rakyat-rakyat di Utara yang memiliki

Di dalam Iiteratur, rumah­rumah batu juga dlkaitkan denganzaman logam/perunggu [9];berbagai benda dari perunggu tel ahdrtemukan pada saat ekskavasi(van der Hoop, 1932).

Jadi nekara-nekara perungguyang dilukiskan pada megalit-megalitdan bahkan pada benda-bendalainnya, berasal dari penyebaransebuah budaya teknik, yaitu DongSon, yang terkenal sebagaj sejarahprimrt.if Asia Tenggara (foto 24).Nekara-nekara ini berasal daribagian utara Vietnam, dari budayayang disebut "Dongson", menurutnama situs itu. Di wilayah tersebut,nekara-nekara dari berbagaibentuk, tetapi juga genta danberbagai benda dari perunggu(gelang, dsb) dibuat dalam jumlahbesar, dengan menggunakan teknikIilin (cire perdue). Bekas-bekasbudaya Dongson dapat ditemukansedikit di mana-mana di benua AsiaTenggara dan terutama di Malaysiadi mana sekurang-kurangnya dapat ditemukan di7 situs (Klang, Selangor, Johor, dsb). Bekas-bekasbudaya Dongson ini menunjukkanhomogenitas corak yang sangat kuat,namun dengan beberapa variasi keclldi antara benda yang satu denganyang lalnnya, di antara wllayahyang satu dengan wilayah lainnya.Tema "burung terbang", yang secaraumum dihubungkan denganlingkaran-lingkaran danpila-pita yang melengkung,merupakan tema yang seringberulang pada ikonograficorak ini. Selain itu juga adacorak katak, orang-orang yangdisamakan dengan "dukun", tipe-tipe rumah yangkhas (Van Heekeren, 1972). Akhirnya, budaya Dong Sonbersamaan waktunya dengan munculnya persawahanyang dlairi (Higham, 2002).

[91 Telah dikatakafl bahwa pada salah satu clifloing dalam sebuah rumah balu lerdapal Gambar sebuah nekara perunggu yang saal ini sudahpudar warnanya

38

Page 39: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

JalaoDù~

Benteng

K"DUI YlI"1l11il<el'llJT1Dlkon

() ~~"'~.t:~~~<Y :Y)il't,mell'Jr.l berbE.'1luk

lm Rumah tRrtu(S] B;:llule:sung

~ LClsung ~la"l

6î1e P:1~:ghC'r:t."hff' dan

!3undUl<al\ (~\ll>u""7'

\~1 / "

) ,",,,,1. ~"--

/lustras; 15b: Peta situasi megalil-megalit di daerah Pasemah Timur

Pertanyaan yang timbulbagi segenap megalit ini (rumahbatu, jajaran batu, dsb) ialah untukmengetahui apakah megalit-megalitini berhubungan dengan satuatau beberapa tahap pemukiman.Gabungan sebagian besar tinggalanini pada zaman perunggu, sepertiyang baru saja kami lihat, cenderunguntuk menggolongkannya dalamkategori yang sama. Meskipundemikian, pembuatan atau setidak­tidaknya penggunaan barang-barangini dapat berlanjut jauh setelah masaitu. Schüller (193.6) menyatakanbahwa pada tahun 1932 ia telahmengamati sebuah tunggul penjulung(tongkat suratan nasib), yang ditanammenempel pada batu berlubang, dania memperkirakan bahwa benda­benda megalitik ini, yang sama sekalitidak dipakai sebagai menumbuk padi,mugnkin dipakai untuk keperluan ritual(sesaj~. Temyata batu-batu ini seringditemukan di lahan-Iahan pertanian.

A. Makam-makam dari tokoh-tokoh yang cerîtanyadikenal oleh kelompok masyarakat sekarang ini.Ada dua makam seperti ini. Makam-makam inimerupakan makam-makam orang yang duluberkuasa dan menjadi obyek ziarah (Pelang Kenidai,makam Serunting Sakti; Benua Keling Lama, makamAtung Bungsu) (Gambar 16 dan 17, foto 25).

Gundukan-gundukan Buatan Manusia

TInggaJan-tinggalan Iain di daerah pegununganyang sangat menarik ialah gundukan-gundukan buatanmanusia yang oleh penduduk saat ini disebut sebagaimakam. Gundukan-gundukan inl kadangkaJa dihias denganbatu-batu kuburan, dan dilata dalam dua kategori:

Foto 25: Makam Puyang Atung Bungsu,situs Benua Keting Lama, Pasemah .~~i.J::iilK:~rJ ;:::::;..;...:a......=..:::.=

logam. GeJala kontak dan pertukaran teknik di antaradaerah-daerah geografis ini ditegaskan oleh selisihwaktu antara munculnya logam (perunggu kemudianbesi) yang berasaJ dari kawasan benua menuju kekawasan kepulauan:• Vietnam: perunggu Dong Dau berasal dari + 1500 SM ;• Thailand: perunggu Ban Chiang berasal dari 1500 SM;• Indonesia: zaman logam berasal dari 500 SM ; Van

Heekeren (1958) menyatakan bahwa zaman logamyang pertama di Indonesia (Jawa) ditandai denganhadirnya perunggu dan besi secara befsamaanwaktunya.

Juga secara lokal, zaman logam berhubungandengan peningkatan pertukaran barang. Penemuan duanekara perunggu si srtus dekat Padang Peri di Bengkulu,yang terletak di sebelah barat lereng gunung BukitBarlsan, memungkinkan kami membuat pendekatanantara penduduk daerah pegunungan Dempo, danpenduduk yang hidup di dekat pantai.

39

Page 40: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

lIustrasi 16: Skema makam Puyang 5erunting sakti ta/lUn 1930-an,dekat desa Pe/ang Kenidai (menurut Van der Hoop, 1932)

lIustrasi 17: Skema makam Puyallg Atung Bungsu dekat desaMingkik

B, Sebagian besar makam-makam lainnya disebut"makam rejang" [10] oleh penduduk, Tipologigundukan-gundukan ini dapat digolongkan dalambermacam-macam tipe:• Gundukan buatan manusia yang sederhana

(timbunan tanah) ;

Foto 26: Batu yang dihias, disebuf "rejang ", daerah Benua Ke/ing

• Gundukan yang disertal oleh satu atau sejumlahbatu, kadang-kadang disusun berderel padapuncaknya atau diletakkan di sekelilingnya.

• Gundukan yang disertai oleh satu a18u sejumlahnisan yang dihias dengan sangat khas (foto 26).

Penelitian pada Lokasi gundukan-gundukantersebut menunjukkan bahwa gundukan-gundukan inicukup serlng terdapat dl kawasan-kawasan pemukiman:yaitu di dekat aliran air dan tanah garapan. Adapuntinggalan-tinggalan yang sering terdapat di lanah, berupapecahan tembikar atau keping batu yang dipolong.Tanda-tanda ini tampaknya lebih mengarah pada sebuahbangunan a18u situs kuburan. Secara keseluruhan, semuadata ini cenderung menunjul<kan bahwa setidak-üdaknyabeberapa dari situs gundukan ini telah menempatikembali tanah bangunan situs-situs pemukiman yanglama. Hal ini akan kami bahas lebih lanjut, pada saatmembicarakan penemuan-penemuan yang diperolehpada saat ekskavasi.

Benteng: Situs Pertahanan

Sebuah tipe tinggalan yang sampai kini kurangditeliti oleh arkeologi ialah sttus yang disebut benteng a18ukute [11]. Situs ini merupakan tinggalan yang sangat seringditemui, dan yang berkaitan dengan situs-situs bentengyang sudah sering didokumentasikan melalui keterangan­keterangan para penjajah yang pertama (teru18ma perang18hun 1866 melawan Pasemah), Beberapa situs bentengini sudah dikunjungi: Tanjung Tapus (Pelang Kenidai),

[10] Menurul Collins (1998: 431), yang lelall menelilî lagu-Iagu kepahlawanan penduduk Pasemah, "Rejang merupakan penduduk asli wilayahpegunungan ini. Menurut cerita rakyat seiempat. Drang-Drang Rejang telah dipindahkan 01 eh pendiri Pasemah. Alung BungslJ, melaluipenipuan yang cereJik".

[111 Benteng banyak terdapat di seluruh Sumalera Selatan dan istilah ini menunjukkan berbagai tipe pertahanan Islîlal1 Kule lebih khususdipakai di daerah pegunungan Kute juga dapal ditemukan di dalaran rendah, lerulama di sepanjang Sungai Lemalang, di mana dulukata illl menuniukkan sebuah desa atau dusun (Yani et al. 1980) Di daeratl rejang istllah ~1Jte/kuiei masih dipergunakan Kata itu clapaIll1enllnjukkan sebuah clesa, sebuah kesaiuan wilayah alau suku, alau s[lus benteng.

40

Page 41: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

lIustrasi 18; Peta Benteng situs Benua Keling Lama

Dusun Buruk-Kute di Belumai, Benua Keling Lama 2, LubukSepang, Kunduran Lama. Peta dari dua benteng berukuranbesar, Benua Keling Lama 2dan Dusun Buruk, telah disusununtuk memperoleh gambaran mengenai pengaturan tipestruktùr semacam ini (Gambar 18 dan 19).

Benteng atau kute merupakan lingkungan pernukimanyang luas dan clilindungi oleh parit, di atas tanggul yang duluditanami bambu berduri (aur duri), dan berhubungan denganlingkungan luar melalui semacam "jembatan" yang melewatiparit-parit itu. Ukuran dan bentuk benteng sangat beranekaragam, dan tampaknya dapat digolongkan pada dualingkungan pemukiman. Yang pertama ialah benteng-bentengyang melindungi situs yang alamiah, seperti daerah pertemuandua aliran sungai yang berbentuk segi tiga. Benteng ini hanyamenutup markasnya dengan sebuah sistem parit dan tanggulbuatan manusia. Yang kedua merupakan benteng-bentengyang dlbuat dl pinggir sungai yang merupakan parit "alamiah",dan galian parit di ketiga sisinya. "Misalnya, pada satu sisinyadusun yang satIJ dilindungi aleh jurang yang dalam, dusunyang Iain dikelilingi aleh danau keeil; dan dusun lainnya lagimempunyaipertahanan di tanah, dsb. Tetapi semua benteng­benteng itu berdinding tanah dan berpagarkan aur-aur aœubambu berduri (.. .). Pagar hidup itu ( ..) merupakan pagaryangberbahaya apabila batang-batang bambu itIJ ditanam sangatrapat. Beberapa dusun mempunyai pertahanan sederhana

lIustrasi 19; Peta Benteng Dusun Burok dekat desa Belumai

atau pertahanan berganda yang masih harus diseberangt'(Gramberg, 1865: 18-19)

Di tengah-tengah dua benteng, terdapat strukturpersegi empat, padat, yang dipasangi batu, yang menimbulkanpenjelasan yang membingungkan (apakah merupakantempat penyimpanan benda-benda kerajaan atau senjatasuatu kelompok ; atau mungkin "mesjid" yang merupakantempat pengajaran AI-Quran). Bukan tidak mungkin bahwastruktur pusat ini berkaitan dengan tempat ibadah (rumahpuyang atau "rumah leluhur", yang disebut-sebut di desa­desa sampai awal abad ke-2D dan sesudahnya). Akhirnya, ditengah-tengah beberapa benteng terdapat satu atau sejumlahkolam yang dipergunakan untuk menampung air, sepertiyang masih ada di desa-desa saat ini. Di dekat Belumai,benteng Dusun Buruk masih memelihara sistem pemasokanair melalui saluran-saluran dari tumbuh-tumbuhan yangdipasang di batang-batang penyangga. Benteng di BenuaKeling Lama 2 tidak saja mempunyai kolam-kolam di dalam,tetapi juga di luar garis pertahanan.

Di mana-mana, pada zaman prapenjajahan danpenjajahan, kehadiran benteng-benteng ini menegaskanbahwa pada suatu waktu tertentu benteng-benteng inimerupakan bangunan yang umum terdapat di daerahpegunungan. Masih menurut Gramberg, sebagian besar

41

Page 42: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

dusun di daerah Pasemah dikelilingi benteng padaabad ke-19(1865: 17): "setiap situs benteng ini dapat mempertahankandiri sendiri dari serangan wi/ayah lainnya".

Keberadaan sebagian besar benteng jugadijelaskan melalui tradisi lisan pendudul< desa dandihubungkan dengan pemukiman sekarang (Pasemah,namun juga Lintang dan Rejang). Penghuni-penghunilama benteng-benteng ini juga sering dapat dikenalilagi (keturunannya tinggal di desa inl atau di desa itu).Tempatnya yang selalu terletak di dekat lahan pertanianmenunjukkan kondisi sangat khas adanya pemukimanmanusia. Kisah-kisah tradisi lisan mengungkapkanadanya peperangan terus-menerus di antara kelompok­kelompok yang hidup bertetangga, bahkan sebelumpenghaneuran beberapa benteng oleh tentara Belandadan "upaya damai" penjajah dengan mengarahkan desa­desa ke jalan-jalan yang baru dibuat.lnformasi-informasiini dapat menunjukkan situasi yangtidak seimbang antarasumber alam dan penduduk, yang paling-paling dapatdikaitkan dengan pertanian berdasarkan pembabatanhutan dan/atau pertambahan penduduk. Tetapi kisah­kisah ini juga dapat menunjukkan situasi sosial yangkhusus: seperti yang ditunjukkan Collins melalui analisalagu-Iagu kepahlawanan Pasemah, sistem ikatanperkawinan, yang semestinya berada di luar klan danmendapat imbalan mas kawin, dapat mehjadi penyebabkonflik. Selanjutnya, pada awal dasawarsa abad ke­20, Islam berusaha untuk menghapus sistem-sistemtradisional ini, dan perkembangan pesat sawah beririgasidapat memeeahkan masalah-masalall pangan.

Meskipun demiklan kami lahu bahwa situs­situs benteng di Asia Tenggara dapat disamakandengan wilayah-wilayah yang berada di pinggir pusatkekuasaan. Situs-situs tersebut menjalin hubungandengan pusat bukan sebagai bawahan, namun dalampertukaran barang (Fiskesjb, 2001). Tanpa menyebutkanadanya konflik yangterus-menerus, kami berada dalamkonteks persaingan, yang dapat menjelaskan strukturpeperangan pada masyarakat Pasemah, dan daerahpegunungan pada umumnya. Persaingan denganpeperangan ini tidak begitu disebabkan karena alasan­alasan wilayah kekuasaan atau paeeklik, namun lebihkarena perlunya melakukan pengawasan atas sumberalam atau barang-barang dagangan (emas?). Danjuga, mungkin sebagai hal yang tak dapat diabaikanpada periode baru-baru ini, oleh perampokan barangdan peneulikan orang yang dllakukan untuk melawanwilayah-wilayah tetangga, yang memberontak terhadappenguasa-penguasa Belanda yang pertama...

42

Medan Kuburan Guei

Kuburan guei merupakan tipe terakhir yangterpenting dari tinggalan di daerah pegunungan. Kuburanitu terdapat di Lintang (Kunduran, Muara Betung dan MuaraPayang), juga ditemukan guei di srtus-situs di Seneman,di perbatasan Pasemah, di Gunung Meraksa. Ada banyaksrtus berisi guei yang juga ditemukan di daerah Rejang(Bengkulu) dan di bagian barat Sumatera. Guei-guei inimenjadi tonggak penting untuk membangun daerahjajahan di wilayah itu (dan sebagai eara pemakaman)(Soeroso, 1997). Ciri-eiri khas kuburan-kuburan itu identikdalam ketiga kasus yang paling terkenal, yang terdapat diLintang: didirikan menjorok di daerah pertemuan dua aliransungai, di tanah garapan yang agak landai, dan berhadapandengan tepian sungai yang euram (foto 27 dan 28).

Dari satu situs ke situs lainnya, bahkan pada situsyang sama, ukuran guei-guei itu sendiri eukup beragam,dengan ada atau tanpa adanya lapisan kemerahan ataumotif yang drtoreh. Pada kenyataannya, mungkin dapatdibedakan dua tipe guei:

Folo 27: Beberapa Guci masa kuno. a: Muara Payang "b :Muarabetung : c dan d : Kunduran

~--~..

Page 43: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Folo 28: Sebuah guci di permukaan desa Kunduran (daerah Untang-Empat Lawang)

Kuburan yang dikaitkan denganguei memang dikenal di Asia Tenggara,namun sukar untuk menghubungkan semuatinggalan yang sifatnya agak berbeda-beda iniII 2]. Di Indonesia, beberapa dari guei tersebutdinyatakan berasal dari zaman Neolitik sebab,bersama dengan sisa-sisa kerangka manusiajuga terdapat gigi dan tulang binatang danterutama kapak dari batu dipoles. Meskipundemikian gabungan "guei + kapak =Neolitik"menurut hemat kami terlalu dini, sebab tidakterdapat argumen kuat pada analisa faktatersebut, dan terutama juga tidak didukungoleh penanggalan Cl 4. Tidak dapat dipungkiriballwa kami tidak dapat menentukan earapemakaman tipe neolitik tanpa didukungoleh deskripsi terinei tentang guei tersebut

dan unsur-unsur yang membentuknya, penanggalan, danreferensi arkeologis. Meskipun demikian, sampai saat inibelum ditemukan situs pemukiman yang berhubungandengan pemakaman ini.

Namun demikian kapak-kapak dari batu dipoles,yang dikaitkan dengan situs guei, memiliki kekhasantersendiri (foto 30, 31 dan 32)• digarap dengan sangat bagus,• dibllat dari bahan yang sering benmutu baik seperti

kaJsedon atau batu rijang yang sangat tipis,• dibuat dengan teknik tinggi.

Perlu diketahui bahwa kedua bahanbaku di atas, kalsedon dan batu rijang yangtipis, seeara tradisional tidak terdapatdi Pulau Sumatera. Bahan baku iniditemukan besar-besaran di pusat­pusat produksi di Jawa Tengah atauJawa Barat, dan masih tetap beredar ~

sampai beberapa w a k t u i;>

yang lampau, bahkan hinggasaat ini, yaitu untuk perdagangankalsedon. Benda-benda museum inimengingatkankamipadakompleksitaspergerakan

penduduk pada sekitar sepuluh abadpertama mulai dari Pulau Jawa kepulau-pulau lainnya. dan yang pelan­pelan menjalin jaringan perdagangan,politik dan simbolik.

Folo 30,31,32:Beliung persegi

(kapak batu).daerah Pasemah

Folo29:Sebuah gueilengkap, BalaiArkeologiPalembang

• kuburan dengan guei berukuran besar, dibllat daritembikar sederhana, relatif tebal dan tanpa hiasan.Sisa-sisa jazad manusia yang ditemukan di dalamnyasampai sekarang tidak memungkinkan kamimengetahui apakah kuburan ini primer atau sekunder.Juga terdapat beliung dari batu yang dipoles (kalsedon,jasper) di guei-guei itu (foto 29);

• tempat penyimpanan guel berikut jazad manusia,yang sampai kini hampir tidak memberikan informasiapapun juga.

ndak ada penjelasan apapun juga dari parainfonman masa kini tentang si tus-situs kuburan guei ini. Didesa Kunduran, tampaknya ada kaitan erat antara medankuburan guei dengan kawasan beliung yang dibuat daribatu dipoles.

[12] Medan guci di Sa Huynh yang dihubung~.an clengan silus-silus pesisir di Vietnam (Parmentier 1924): medan di Ban Chiang di Tilailand.yang dikailkan dengan peralihan neolilil<lzaman logam: lelapi juga lempal penyimpanan pemakaman yang lerdiri dari beliung. Illanik-manikdan geraball berhias lali yang dil1ul)ungkan dengan Neolilik, di Ban Kao di Thailand

43

Page 44: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

EkskavasiGundukan

Ekskavasi-ekskavasi ini mene­gaskan ballwa benar ada situs pemukimanKuno atau beberapa situs pemukimanyang berkesinambungan, yang menjadipemakaman dalam periode-periodeyang berbeda-beda. Di dekat tempat itu,di sebelah utara, terdapat bekas-bekasbenteng yang sudah kami sebutkansebelumnya, Di sebelah tenggara, sekitarseratus meter, terdapat dua megalrt yangtidak dapat diterangkan oleh penduduksetempat tokoh dengan kepala terpenggal,tokoh di atas gajah ( ?),

Penelitian cepat mengenai situs-situs ini tampaknyamenunjukkan adanya situs-situs pemukiman Kuno (adanyabatu-batu yang secara kasar dilubangi, yang mungkinmenopang tonggak-tonggak rumah; pecahan gerabahdan peeahan batu yang dipotong, dsb.). Penduduk masakini sama sekali tidal< dapat meneeritakan asal-usul

gundukan-gundukan itu, Batu-batu daribeberapa gundukan ini mungkin sudahdipindahkan, dan tampaknya beberapabatu itu sudah dibuat batu nisan untuk

makam sekarang,

manusia (Gambar 21), Beberapa di antaranya direncanakanatau dimanfaatkan kembali sebagai pemakaman, danberada di sebidang tanah yang menjorok di atas sungaiAir Pasemah, Makam yang paling besar ukurannya adalahmakam dari tokoh pendirinya Atung Bungsu (disebutMakam Bunga) yang bertingkat dua dan tersusun dari batu­batu, Makam-makam lainya lebih sederllana (dua batuyang menjulang), beberapa di antaranya mungkin berasaldari periode sesudah masuknya Islam (bandingkan: arahmakam dan batu nis3n), Beberapa gundukan tidak berbatu,Berbagai peralatan ditemukan di permukaan situs itu: batuobsidian pada tahun 1994, sekarang: peeahan gerabah,peeahan batu yang dipotong". Sebuah misi arkeologiyang dilakukan pada tahun 1993 oleh rekan-rekan kamimenyatakan bahwa mereka telah mengumpulkan lebihdaJi 150 benda di situs seluas 314 m2 tersebut, yangdigolongkan sebagai "megalitik" (Wibosono et al., 1999),

5km432

lIustrasi 20: Peta lokasi situs-situs pemukiman kuno di daerah Benua Keling Lama

2. Sintese: Pendekatan Arkeogeografis

Stratigrafi gundukan (Gambar 22)dengan kedalaman 3 m dibagi dalam 4lapisan utama:

• ketiga lapisan per-tama berasal dariL-.L.-__L--__..::::>-~L___.l..-.....u:.:....-..--'-L_!.!._...:=.... __J zaman sejarah dan berumur antara 590

+ 190 BP clan 1230 + 140 BP. Di sana

Untuk dapat memberikan jawaban nyata atas semuapertanyaan yang ditimbulkan olell tinggalan di wilayahtersebut, kami memutuskan untuk melakukan ekskavasiganda di situs Benua Keling Lama,

Situs spektakuler ini sudah dikenal oleh BalaiArkeologi (Balar) sejak sekitar sepuluh tahun yang lalu(Gambar 20) dan merupakan kumpulan gundukan buatm

Namun demikian tampaknya seni batu tidakmutlak terpisah dari seni logam seperti yang diamatiorang secara kronologis di Asia atau di Eropa, Sangatmungkin bahwa selama beberapa abad terjadi perpaduanberkesinambungan antara kedua bahan ini untuk keperluanpertukaran barang, upacara, pemakaian, sampai saatnyalogam dikenal di seluruh kepulauan Nusantara, SingkatKata, meskipun tidak terdapat penanggalan dan ekskavaslyang teliti, kami tidak boleh menganggap bahwa guci­guei ini berasal dari zaman Neolitik, dan juga tidak bolehmemasukkan semua variasi-variasinya ke dalam satuperiode saja,

o

44

Page 45: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

• sebuah pemukiman Neolitik sejak 3500 BP. Tanggalini sesuai dengan tanggal yang ditemukan di kakigunung, di SLB1, dan sangat mungkin menunjukkan

- 22J)

- 200

- 20

- 180

-0

- 100

- 100

- 140

- 120

- 220

- 60

- 40

- 80

5

Sebuah Skenario bagi Pe­mukiman dan PemanfaatanWHayah Pasemah, sertaHubungannya dengan Pe­mukiman Masa Kin;

ditelantarkan atau pada waktukemudian, karena, seperti seringterjadi saat ini, makam menandakantempat asaJ-mula perjalanankelompok tersebut [13].

6 flOTUN\..a·\N 5A.'h\1

Stratigrafi ini merupakantanda pertama yang dapatdipercaya untuk mengenaliregenerasi pemukiman didaerah pegunungan. Denganmemadukan informasi yangdiberikan oleh tradisi lisan danberbagai dokumen, siratigrafi ini

memungkinkan kami menggarap serangkaian hipotesamengenai pemukiman ini:

78

1 = Humus. la-plsun pllslr berwama hilam (urukon)

2::: LapiSitn pasir berwama cokl~t kemerllhan

3 =Lempung paslran bcrwama coktal keilbu-abuan (ln sllu)

4 ::: Lempung paslran berwanlil c:oklal kemerahan (ln situ)

KETERANGAN

lIustrasi 22: Stratigrafi dan Penanggalan gundukan Iwbur Benua Keling Lama (Pagaralam)

lIustrasi 21: Peta sflus gundukan Benua Keling Lama

ditemukan sisa-sisa gerabah/kendi yang diimpor dariAsia atau Eropa (Holl) seperti Z25 dan 75: piring danmangkok Eropa, Z55: mangkok dari Vietnam. Di dasarlapisan ketiga, penanggalan menunjukkan usia antara1660 + 160 BP, yang sama dengan zaman logam.

• Lapisan 4 setebal 40cm adalah lapisanyang paling kuno. Padalapisan ini terdapatbekas-bekas bangunanneolitik yang berasaldari 3500 tahun BP. Disini ditemukan sisa­sisa tulang-belulangmanusla, keramik halustanpa hiasan (foto 33)dan sepotong beliungyang dipoles (foto 34).

Gund u kan ­gundukan tersebut, yangmungkin mengambll unsur­unsurbangunansebelumnya(landas rumah?), tampaknyadidlrikan setelah situs rtu

[13J Di situs ini lelah dilakukan serangkaian ekskavasi namun penduduk lidak lJersedia men jelaskan hallersebul kepada kami. Namun kami le/ahmenemukan kembali seseorang yang, dengan par[isipasi penduduk desil. lelah melakukan ekskavasi-ekskavasi liaI' lersebut. la rnengatakanbahwa pada penggalian 10 x 10 mdan dengan kedalaman 3 fn. ia lelah menemukan apa yang diduganya sebagai sebuah bengkel pandaibesi k~Jr!o, bekas-bekas logam dan manik-manik, dan Juga benda yang Illirip dengan nekara penunggu kecil yang sudah rusait

45

Page 46: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Foto 33: Keramik yang dilemukan di ekskavasi gundukan BenuaKeling Lama, di lapisan 2 (840 -= 130 BP), kedalaman 60 cm

Foto 34: Pecahankapak batu dipoles,laplsan 4, kedalaman120 cm. 3560 -=

'---- ~ 120BP

kontak antara kawasan-kawasan. paling tidak untukpertukaran bahan baku dari batu. Tempat pemukimanterletak menjorok di a13s sungai. Tanah garapandi dekat tempat itu dan pemuklman yang terus­menerus berlangsung di sana memperlihatkan bahwapenduduknya relatif sudah menetap, karena sudahmelakukan kegiatan pertanian / hortikultura.

• sebuah pemukiman pada zaman logam, yang tidaktampak perbedaannya. Pemuklman ini sesuai dengan

46

lapisan 3 bertanggaJkan 290 :!: 160, dan 720 :!: 140sesudah Masehi. Sangat masuk akal untuk menyamakanpemukiman ini dengan tahap "megalitik" penghuniandi daerah pegunungan. Pemakaian logam yangdiperkenalkan dari Asia T8nggara, pentingnya Ikonografinekara perunggu dan nekara-nekara itu sendiri di wilayah[tu menunjukkan ballwa jaringan jarak jauh sudah mulaiada, dan bahwa benda-benda, harta dan orang-orangsudah hilir-mudik di jalan-jalan (foto 35).

• kedlla tahap pertama ini membllktikan bahwapemukiman itu berjalan selama beberapa waktulamanya, dan meskipun peralihan dari satu waktu kewaktu lainnya tidak diketahui, perlu dicatat bahwasitus yang sama telah dipilih untuk menetap, sehinggamungkin terdapat kesinambungan jenis kegiatan(pertanian) dan beberapa hal yang membuat merekaterpaksa tinggal di sana.

• gangguan terbesar situs terjadi pada sekitar akhir

Foto 35: Megalit dekat situs Benua Kellng Lama

abad ke-14 (1360 :!: 190 setelah Masehi). Gangguanini ditandai oleh perubahan dari situs, yang sampaisaat itu tampak sebagai situs pemukiman, menjadisitus pemakaman: lapisan-Iapisan sebelumnya telahdiekskavasi, jenazah-jenazah diletakkan di kuburandengan sesajen, kemudian makam tersebut dltimbuni13nal1 secara campur-aduk untllk membentukgundukan tanah kuburan. Perlu dicatat bahwa periodeini, pada akhir abad ke-14, b8racla pada periode samaketika kerajaan Majapahit di Jawa mengirimkanekspedisi untuk mengl1ukum Palembang (1377).Tentu saja korelasi ini mungkin hanya dugaan belaka.

Page 47: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Foto 36: Gundukan tanalJ dengan garis ba/u berdiri, s/tus Benua Kelil1g Lama

Meskipun demikian, penduduk yang kini tinggal diPasemah menyatakan bahwa di luar Palembang,mereka memiliki nenek-moyang/hubungan keluargadengan Majapahit melalui Atung Bungsu. Tampaknyatokoh ini telah datang untuk mendirikan Pasemahdan tinggal di situs Benua Keling Lama (secaraharafiah berarti "Negeri hitam" [14], istilah lamahanya menunjukkan bahwa situs itu sudah kunodan ditinggalkan orang [15]. Arti ini dapat ditafsirkansecara berbeda-beda). Adapun gundukan-gundukantampaknya didirikan setelah situs itu ditinggalkanatau pada waktu kemudian, sebab seperti yang seringterjadi saat ini, makam menandakan tempat asal-usulperjalanan sebuah kelompok.

Situs ini memungkinkan kami untuk membuathubungan yang istimewa antara arkeologi dan pemukiman.Benua Keling Lama dianggap oleh klan-klan Pasemahsebagai tempat asal-usul pemukiman mereka. Setelahdihuni oleh pendirinya, tempat itu berkembang menjadienam sumbai (klan) yang menempati 6 desa, yangselanjutnya semakin meluas. Tampaknya dari keluargaini tersebar sebagian besar, bahkan seluruh "jalur"pemuklman daerah pegunungan. Kini peta klan tersebutsudah kacau, tetapi kami dapat merekonstruksi prinsipkolonisasi tempat itu, yang setidak-tidaknya mungkinberasal dari akhir abad ke-14, dimulai dari situs asalnya.

Pemukiman yang ada di daerah Pasemah dewasaini membuat kami bertanya-tanya tentang penghunian­penghunian yang terjadi sebelumnya. Apabila kamisekali lagi mempercayai tradisi lisan, penduduk yangdulu menernpati daerah itu merupakan orang-orangyang sekarang disebut sebagai kaum "Rejang". Sebutannu praktis karena meliputi keragaman etnik dewasa ini.Sebenarnya mungkin latar belakang pernukiman kuno didaerah pegunungan ini secara bertahap "dijajah" ataupaling tidak "dikelola" oleh para pelaku atau kelompok­kelompok di luar daerah tersebut, sejak pembentukankerajaan-kerajaan besar pada masa itu: JawaiMajapahitdi satu pihak, Minangkabau di pihak Iain, dan mungkinfungsi itu kemudian diambil alih oleh kerajaan Sriwijaya,yang didirikan sejak abad ke-? di dataran rendah.

Beberapa petunjuk juga memungkinkan kamimenduga tentang kontak yang terjadi antara pendudukasl; "Rejang" dan para pendatang Pasemah. Sebenarnya,dua dari enam klan Pasemah tidak mengatakan bahwamereka berasal dari keturunan Atung Bungsu, tetapidari Serunting Sakti. Makamnya yang berukuran besardan terletak dekat desa Pelang Kenidai, juga menjaditempat ziarah. Tokoh mitos ini sangat istimewa di daerahpegunungan, di mana ia menitis sebagai Si Pahit Lidah,tokoh yang terkait dengan sejarah pemukiman Melayu.Mltos itu mengisahkan bahwa tokoh ini berhadapandengan Mata Empat, yang mewakili empat klan yang

didirikan oleh Atung Bungsu (Collins, 1998:435). Di daerah pegunungan, KisahSerunting Sakti dihubungkan denganserangkaian mitos setempat, yangdalam pengembaraannya mengubahsemua mahluk hidup yang ditemuinyamenjadi batu, baik manusia maupunbinatang. Meskipun sangat rapuh,apakah hubungan dengan megalitdengan demikian dilestarlkan melaluitradisi lisan ?

[14] Benua melukiskan "negeri yang besar'. dan ungkapéln Benua Keling rnenunjuk paùa India. alau setidak-tidaknya menun luk pada kerajaanyang pentlng

l151 Alung Bungsu mungkin dalang ke wilayah Palembang. dan mela/ui lalan s!mgai sampai ke Air Pasemah Meskipun demikian ia jugaberhubungan dengan kerajaan Malapahil di mana ia berasal. dan membaur ke dalam masyarakal selempa! melalui sislem adopsi/hubunganperkawinan ambil anak. Islilah ini mengacu pada cara hul1ungan perkawinan di mana pengantin pria masuk ke dalam keluarga iSlerinya dandi mana mas kawin tidak diberikan Cara dalam hubuflQan fJerkawinan Ini. yang sering dilaksanakan di rlalaran rendal1 bagi keluarga-keluargayang hanya mempunyai salu anak perempuan kurang dihargai oleh masyarakat Pasemall dewasa ini.

47

Page 48: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi
Page 49: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

BAB 3 - DAERAH DATARAN RENDAHDAN DAERAH PESISIR

Periode Klasik

Pierre- Yves Manguin, Soeroso, Muriel C/7arras 1. Lahirnya KerajaanMasuknya Sumateradalam Sejarah

Sriwijaya:Selatan di

~adaan Iingkungan alam dan manusia di daerah

dataran rendah (peneplain) dan di daerall pesisirangatlah kontras. Keadaan \ingkungan ini masuk

ke dalam bagian penelitian ini dengan alasan bahwakedua daerah tersebut merupakan pelengkap dari sudutpandang fungsinya di dalam sejarah, yang seringkalimenghubungkannya dalam kegialan di lapangan.Informasi yang dapat membantu analisis daerah inididapat dari pelbagai sumber primer, yaitu:

• Angket paleoenvironmental (paleo-lingkungan hidup),daIa-data dari hasil penggalian dan penelilian sejaraholeh Soeroso dan P.-Y. Manguin (situs-silus KotaKapur/ Karang AgunglPalembanglBumiayu);

• Data tradisi Iisan dan data-data prospeksi tentangsejarah pemukiman yang dlkumpulkan oleh MurielCharras dan Usmawadi di sepanjang Sungai Musi(dari hulu ke hilir) dan anak sungai yang utama (Ogan,Lematang, Kikim, Lakllan, Rawas ...) dan di daerahanliklinaJ Palembang, DAS Banyu Asin dan Lalan;

• Data tradisl Iisan dan data-data prospeksl lentangsejarah pemukiman yang dikumpulkanoleh lVIurielCharras dan Usmawadi di daerah Tanah Abang/BumlAyu (situs candi di pinggir Sungai Lematang) oleh M.Charras, Romsan, dan D. Guillaud:

• Data-data yang didapat dari mlsi penelrtian di daerahhilir Sungai Ogan dan Komering (OKI) yang dilakukanoleh D. Guillaud, Romsan, dan Abdullah terhadappandai besi.

Inventarisasi data-data arkelogis yang didapatdi daerah tersebut dilengkapi dengan pengambilan datadi lapangan tentang evolusi lingkungan, pemanfaatanhutan dan perubahan pertanian, asal-muasal dan sejarahdesa-desa, tempat-lempat yang "berpengaruh kuat" ataupusat sekunder, migrasi, tata ruang dan organisasi daerah(teritorlal) dan sosial (marga), serta evolusi perdagangandan transportasi. Secara bersamaan, penelltian atassumber data sekunder (Iinguistik, sejarah , geografi, ...)memungkinkan kami untuk menempatkan daerahpenelitian Ini di dalam keseluruhan perkembangan sejarahdi Asia Tenggara maritim.

Keseluruhan bagian ini didukung oleh penelitianarkeologis yang dilakukan oleh Pusat Penelitian ArkeologiNasional dan cabangnya di daerah (Balai ArkeologlPalembang), yang bekerja sama dengan Ecole Françaised'Extrême-Orient, di Palembang, di daerah perbukitanSumatera Selatan (terutama di Tanah Abang, di SungaiOgan), seperti di daerah-daerah pesisir rawa di hilirPalembang. Penelitian ini dipimpin oleh Soeroso (dariPusat Penelitian Arkeologi Nasional) bersama dengan P.­Y. Manguin, dalam rangka program kerjasama arkeologi,yang dilakukan sejak tahun 1990-an, dan khususnyadalam program penelitian «Ekologi Pemukiman diSumatera Selatan» yang dimulai pada tahun 2001. Timpenelillan IRD tldak ikut serta dalam hal Inl karena sedangmelakukan misi penelitian dl daerah lainnya. Perlhalsitus-situs utama pada periode klaslk, analisis bahan­bahan temuan, penyebarannya di Iingkungan perkotaandi Palembang, dan sekuens kronologisnya masih dalampenelltian atau menjadi objek penelitian Iain (oleh PusatPenelltian Arkeologi Naslonal dan EFEO). Di dalam bagianprogram inl, Iingkungan alam setiap sitlls utama dikajldalam kailan eratnya dengan penelitian arkeologis dansejarah, dimulai dari tingkallokal, kemudian pada tingkat­tingkat menengah, untuk dapat lebih memahami fungsisebllah model regional (Gambar 23).

Karang Agung: Situs yang Dinanti-nantikan

Pelaksanaan program transmigrasi di tahun 1970­1980 di tanah berawa di dekat daerah pesisir di sebelahselalan delta Sungai Musi telah menghasilkan penemuansebuah kelompok situs arkeologi yang dlkenal dengannama Air Sugihan. Campur tangan yang terlambat dari paraarkeolog menyebabkan terjadinya penggalian-penggaJianliar terhadap kekayaan situs ini, yaitu perhiasan emas danmanlk-manlk kaca atau batu-batu mulla yang berkualitastinggi, dan tidak sempat diteliti secara lengkap oleh arkeolog.Namun, data yang dikumpulkan menandakan adanyapemukiman di situs yang terletak di belakang daerah rawapada masa beberapa abad sebelum pendirian kerajaanSriwijaya di daerah hulu. Penemuan ini juga membuktlkan

49

Page 50: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

,, ,

1).ltlt~L IIIHlI.:nt.:..

:to'

r

- ~

006Kma. Kapllr

.l'UI:''"I: Il.lI,,,,jl>

_,0 I.lun!:kllk

"

..........~.. -'--

1 '~I\ ......'U".'

. \

• ',t':'11 hnrm

Dumiar.

. ..

Mu"r'U J~'OIbi

.~ l'

'ilJ"ml)i ..)- .......--- - ..-..., ..---

... Tdak Kipng .

~/~\U. . ..

.--(J

(

\..i

(......t

,"I.lé'-" •

o l"',I{u s::.;ll~", 1.. ,.,

.;; J.

;~ l ,',)1'- 1,1111',

0;"1 1 __ If! ," • -#. 'fil Il,''1\.-. II

6 .~ A ~,,'" J' .. "

lIustrasi 23: Peta sNus-situs periode K/asik di Daerah Sumatera Se/alan

ketidakbenaran hipotesis yang lelah lama dipertallankanoleh para ahli geologi lentang keadaan garis pantai dekatPalembang di masa Sriwijaya. Baru-baru ini. penempatanprogram transmigrasi di daerah yang terletak di antaratepian Sungai Lalan dan Sungai Sembilan, yang daerahcekungan allran sungainya mengelilingi sebagian daerahantiklinal Palembang ini. memungkinkan penemuansebuah kompleks situs dengan nama Karang Agung,yang letaknya di sebelall ulara della Sungai Musi, yangmerupakan sebuah kompleks situs baru. Kali ini paraarkeolog dengan cepal menganllsipasi penemuan silusbaru ini. yang memungkinkan ditemukannya sebuah

kompleks situs pemukiman di tahun 2000, seluas25 kilometer persegi. di sepanjang tepian anak-anaksungai yang lama dari kedua sungai tersebut (Gambar24). Pemukiman padat ini dibangun di atas tiang kayu;beberapa di anlaranya dengan diameter sebesar 30cm. Oua di antaranya telall ditarikhkan dengan anal Isisradiokarbon, yang selelah kalibrasi menunjukkan angka220-440 dan 320-560 M (Wk-1 0420, Wk-1 0421).

Bahan-bahan yang lerkumpul dapat diper­bandingkan dengan silus-silus lainnya, di daerah panlaidi Asia Tenggara Kepulauan, yang ditemukan beberapa

50

Page 51: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Foto 37: Karang Agung (Musi-BanyuasilJ) . Ekskavasi pemukimalJ bertiang (2002),situs abad ke-] 1<e-4 Masehi

Situs-sîtus daerah pantai di delta Sungai Musilerlihat seperti situs perintis negara-negara denganpengaruh India yang kelak lahir di sepanjang pantai itu,yang diramaikan oleh perdagangan maritim jarak jauh,sama halnya dengan situs Kota Kapllr di pulau Bangka,sejak abad ke-3 sampai abad ke-4 (dan sejak masa itutelah memproduksi besi dan Illungkin juga timah). Jikasitus Kota Kapur mengikuti bentuk-bentuk ajaran DewaWisnu dari agama Hindu di abad ke-6 hingga abad ke--7

dari batu atau bata; model-model makamdi sana masih sama seperti pada zamanprasejarah Indonesia. Seperti di tempat­tempat Iain di kawasan panlaiAsiaTenggaraKepulauan, tidak dapat disangkal bahwalerlihat adanya masyarakal yang hidup didalam komunitas padal yang menjalankanhubungan dengan jaringan pedagang yangmemasok barang-barang dari seberanglautan (dari Asia Tenggara atau India), yangsangal mungkin sekaligus mengendalikan,atau paling tidak memperoleh keuntungandari kegiatan perdagangan dengan orang­orang di daerah hulu di Sumatera Selatan.Tanpa adanya bukti-bukti arkeologis,Ilanya dengan palokan sumber-sumberdata tertulis, kita dapat mengatakan bahwamasyarakat tersebut juga memblld idayakanproduksi alam darllinkungan tempat tinggal

mereka, yang sangat diminati 01 eh jaringan pedagang,dan masih dikenal hingga beberapa dasawarsa kemudian:yailu gading gajah, tanduk rusa, tempurung kura-kllra,kulit harimau, kayu-kayu berkualitas tinggi, dan mungkinjuga tanduk badak.

tahun terakhir ini: perhiasan emas, lembaran-Iembaranemas, geraball dengan hiasan bermolif tali, dan ada jugabeberapa tembikar yang dibuat lebih apik dengan hiasantorehan, bandul jaring, sisa-sisa perahu kayu. Objek-objekpenemuan Iain menunjukkan adanya perdagangan denganjaringan regional dan jaringan perdagangan laul lepas,seperti kendi dengan leher linggi dan slip merah yangdiupam, sama seperti yang ditemllkan pada situs makamdi hulu Sungai Musi Uuga dl Jawa dan di daerall-daerahtimur Indonesia). Juga ditemukan sejumlah besar manik­manik kaca dan kornalin yang beberapa di antaranyaberkuaJitas linggi, gelang kaca atau perunggu, kerajinangerabah dengan inspirasi gava India (alau langsung diimpordari India), leonlin dari limah yang dibual di della SungaiMekong pada masa itu. Barang-barang temuan tersebutsekarang sedang dianalisis,namun lelah dapat terlihat sifat- /lustrasi 24: Lokasi daerah s,tus Karang Agung (Landsat)

sifal ulama dari karakteristikmasyarakal masa ilu, yaknimemiliki perahu yang dibualdengan leknik Asia TenggaraKepulauan, mempraktikkankegialan menangkap ikan,menggunakan gerabah, yangdapat memasukkannya ke dalamtradisi yang lebih luas, yaitutradisi regional. Namun, sepertiyang lerjadi di Air Sugihan,silus Karang Agung lidakmemberikan indikasi sedikilpuntenlang praktik keagamaan dariIndia, alaupun pembangunanmonumen-monumen pemujaan

51

Page 52: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Foto 38: Kota Kapur (Bangka)' Ekskavasi (1994) candi vishnu akhir abad ke-6 Masahi

sekaligus membangun candi tertua di Sumatera, maka situsKarang Agung terlihat tidak pernah mengenal kemajuanseperti itu. Dengan memasukkan data arkeologi tentangsitus Kota Kapur. dan dengan mengandalkan data-datatentang daerah tersebut yang didapat dari Gina dan prasastiKuno Malaysia dari abad ke-7 yang menyebutkan tentangpusat-pusat regionallain (yang belum ditemukan oleh paraarkeolog), maka tidak dapat dipungkiri adanya kehadiransistem politik pertama yang ditetapkan di daerah pantal dibagian selatan Sumatera, yang menguasai produksi damardi daerah itu (khususnya kemenyan) untuk diperdagangkandi pasar Gina sebagai penganti bahan wewangian dari TelukPersia. Seperti yang digambarkan dengan baik oleh OliverWolters bahwa di antara faktor-faktor lainnya, penguasaanjarlngan perdagangan tersebut kelak melahirkan sebuahnegara perdagangan yang besar yaitu Sriwijaya di sekitartahun 670-an (Wolters, 1967).

Sriwijaya di Palembang: Pusat Pemerintahan

Ibukota provinsi Sumatera Selatan ini telah lamamenjadi salah satu kandldat untuk "ibukota" kerajaanSriwijaya. Interprelasi yang bias dari sumber-sumbertertulis, teks-teks Gifla, dan prasasti-prasasti berbahasaMelayu abad ke-7 telah lama menyesatkan para arkeolog.Yang seharusnya dilakukan adalah keluar dari wacana

52

Foto 39: Kota Kapur (Bangka) :Arca Visnu akhir abad ke-6 Masehi

Page 53: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

eksklusif yang telah diperbincangkan selama puluhantahun oleh para ahli sejarah dan filologi orientalis.Singkatnya, sebaiknya kita tidak lagi menyibukkan diriseperti para pendahulu kita, dengan pencarian bangunan­bangunan monumental, yang diperkirakan menjaditanda-tanda superioritas di dalam ruang dan waktu darisebuah kekuasaan poliük dan ekonomi yang kuat Lepasdari penelitian yang agak obsesif itu, yang mendominasikhazanah sejarah kolonial, kita harus memisahkandiri dari persepsi tentang tanda-tanda permanen danperbandingan dengan lingkungan Iain seperti Kambojaatau Jawa Tengah. Pemikiran seperti itu akan menganggupandangan para arkeolog dalam melihat sejumlahpemusatan perkotaan di Sumatera Selatan.

Baru pada tahun 1950-an orang lebih dapatmemahami lapangan penelitian Sumatera di dalamkekhasannya (Iapangan ini oleh Wolters dikatakansebagai "teks yang paling pentlng di dalam kajian tentangSriwijaya"). Dengan inspirasi yang berasal dari pengetahuanyang mendalam tentang kota-kota Alam Melayu pada abadke-15-1?, klta dapat melepaskan diri dari penggambaranyang dibawa oleh historiografi orienta lis, dan menawarkanreferensi baru yang lebih dapat diterima untuk lingkunganmanusia dan lingkungan alam tempat kita memperkirakanlahirnya Negara Sriwijaya pada abad ke-? itu. Selanjutnya,kita dapat lebih memahami jenis-jenis lingkungan alamyang harus kita reka ulang di Sumatera Selatan... danakhimya memberikan bukti-bukti tinggalan arkeologistentang lahirnya dan berkembangnya sebuah pusatperkotaan Sriwijaya di Palembang.

tidak dapat saling memahami selain dengan carabersimbiosis dengan lingkungan Sungai Musi. Jlka kotayang ada sekarang telah mengubah dialog tersebutdengan mengeringkan dan menguruk lingkungan alami itu,maka daerah pinggiran kota sebelah timur, dan terutamasebelah barat masih memperlihatkan karakteristiknyalima belasan tahun silam, yang merupakan karakteristikkeseluruhan kota itu pada awal abad ini. Kajian lebihrinci tentang peta daerah ini pada awal abad ke-20 jugamemungkinkan kita menyusun kembali topografi kotaPalembang pada masa silam.

Kota tradisional di Alam Melayu dibangun disepanjang pinggiran sungai dan pedalaman yang dekatdan selalu dipadati oleh sejumlah daerah pemukiman ditanah yang lebih tlnggi dari daerah sekitarnya: di daerahperbukitan dan di tanggul alami yang lebarnya sampaibeberapa ratus meter yang menampung air aliran sungai.Yang pertama disebut talang di daerah Sumatera Selatan,yang ukuran serta tingginya bervariasi dan dikelilingi olehcekungan tanah rawa yang kerap banjir di kala musimhujan, yaitu lebak, yang juga memisahkan talang dengantanggul alami Jtu di tepian Sungai Musi. Dengan demikian,di saat kita mencari situs-situs arkeologis di Palembangdan daerah sekitamya, kita harus mengamati dialektikaantara kelembaban dan kekeringan, antara tempat yangterkena banjir secara l'utin dan tempat yang tidak pernahbanjir sama sekali.

Tingkat ketinggian air di daerah kita ditentukanoleh dua faktor utama: di satu sisi oleh bagian aliranSungai Musi yang menyempit pada daerah barat kota

Berada di titik pusatdaerah aliran Sungai Musi, Folo 40: Situs Museum Badaruddin: pemukiman di tepi sungai, abad ke-15/16 Masehi

Palembang dibangun pada batastimur formasi Plio-pleistosenyang, dari utara ke selatan pulauSumatera, membentuk sebuahdaerah perbukitan yang menurunperlahan-Iahan sampai bertemudengan dataran rendah di sebelahtimur, yang ditutupi oleh hutanrawa. Daerah dataran rendah inimemiliki lebar 80 kilometer diketinggian Palembang; daerahini sangat rendah, hingga airpasang laut dapat masuk sampaike daratan, dengan demikianmemungkinkan kapal-kapalbesar memasuki Sungai Musihingga ke Palembang. Kota inidan sltus-situs arkeologisnya

53

Page 54: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Foro 41: Rumah rakit di Pedamaran. Oeskripsi Palembangtempo (lulu sering menyebut adanya rumah rakil disepanjang sungai

Palembang, yang mempengaruhi secara signifikan tingkatair dan Iingkungan alam lebak yang menjadikan sebuahcekungan yang berfungsi sebagai tempat penampunganair. Perlu diingat bahwa pada sisi lainnya, cli claerail Musimasill terjadi air pasang sekali sellari. dengan perbedaanketinggian air yang dapat mencapai lebih dari 4 meter.

Kami juga ingin memallami bagaimana struktur kotaPalembang di masa lampau, berclasarkan hipotesis bahwakola tersebut adalah sebuarl kota-negara pelabullan di AlamMelayu, dan semestinya memlliki kesamaan karakteristikdengan kota-kota pelabuhan Iain, Kota-kola itu, meskipunbesar-besar dan kaya, tidak meninggalkan bukti-buktiarkeologis dalam jumlah cukup yang dapat dengan mudahdiungkap di lapangan: kola-kola itu dibangun dari kayu,didirikan pada tiang-tiang kayu, terutama pada tepian sungaiyang tidak tetap sifatnya. Kota-kota ini telah membiasakandiri pada lingkungan tepi sungai dan membentuk sebuahdaerah pedesaan-perkotaan (rurban) di bagian luarnya,lanpa dikelilingi oleh benteng atau didirikan bangunantembok permanen.

Orang-orang Melayu berbeda, misalnya, dengantetangga mereka orang-orang Kamboja. Merel<a tidakmencoba untuk membentul< secara geometris ruangtempat mereka tingga!. Paling-paling mereka hanya menatalingkungan aiam yang ada. Istana-istana yang menakjubke1Jlmilik raja-raja mereka yang kaya raya Ilanya dipagari olehpagar kayu yang sederhana; bahkan istana-istana itudibangun dari kayu dan dillias dengan emas (Ian kain; semuabahan-baJlan itu dapat dipakai ulang dan tidak tahan lama.Hanya ada beberapa monumen pemuJaan yang dibangunkokoh di tempat yang tinggi, terlindung dari air pasang danair banjir: namun, karena kurang tersedia batu di sekitartempat pendirian bangunan itu, maka orang-orang Melayutelall memal<ai batu-batu bata dan terra-caffa, yang cepa!runtuh dan bahan-bahan materialnya dapat dipakai ulanghingga masa sekarang (Manguin, 2ooob. 2001, 2oo2b).

54

Keseluruhan data-data arkeologis yang banyak.yang terus bertambah dari tahun ke tahun membuktikanpada saat ini, bahwa pusat kegiatan terpadu politik,agama, dan ekonomi dari negara baru Sriwijaya terletakdi Palembang, dari abad ke-7 sampai abad ke-ll. Kotaitu merupakan titik pusat dari daerah aliran SungaiMusi yang luas (50.000 kilometer persegi). Data-dataarkeologis tersebut menandakan dengan jelas bahwabeberapa pusat aktivitas dijalankan di sana sejak masapendiriannya, pada perempat terakhir abad ke-7. Setelahsatu periode yang masill belum terungkap, sekitar abadke-8 (yang masill menjadi persoalan di selliruil AsiaTenggara), kami menemukan lagi tinggaJan dan buktiarkeologis yang berlimpah tentang Lokasi kota Sriwijayatersebut di Palembang pada masa lonjakan ekonomi diabad ke-9 dan ke-1o. Sumber-sumber iertulls maupunarkeologis menglndikaslkan terjadinya pemindahanIbllkota ke Jambi, yang letaknya di daerah aliran SungaiBatang Hari, di sebelah utara daeraJl aliran Sungai Musi.pada masa abad ke-11 (namun aktivitas ekonomi telapselurullnya di Palembang) (Gambar 25).

SejumlaJl situs arkeologi dalanl perbatasan atau dilingkar luar kota Palembang yang sekarang ini memberikanseperangkat alat, prasasti, dan situs bangunan (meskipundalam bentuk bekas-bekasnya saja), yang jumlah danpembagian ruangnya memberikan bukti yang tak dapatdibantah tentang adanya berbagai pusat kegiatan politik,imlustri, perdagangan, dan agama. paling tidak sejak akhirabad ke-7, Tingkat I<onsentrasi situs seperti ini, denganpelbagai fungsinya, Mak dapat dimengerti tanpa hubungandengan sebuah pusat perkotaan yang terpumpun; ataudengan kata Iain, yang berfungsi sebagai sebuah tempatpusat (central place), yang dapat disebut "ibukota" kerajaanMelayu Sliwijaya.

Struktur perkotaannya yang terungkap melaillistudi situs-situs arkeologis yang ada di Palembang, yangberlarikh masa Sriwijaya, mengkonfirmasikan data-data

Foto 42: Bukit Seguntang (Palembang) : Ekskavasi gedungbatu-bata abad ke-g Masehi

Page 55: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

-) luu,lob "r:: ,LJoftlh"t:~i,/!l.hlU \'Int: LUlln

...LlLI.I' Il,-l>.• <I:l.ln Irll,~kn':ll .)11':;:,,\

1~

N

))

...

(' ,\-

/

.'

~ J:-lillt<:.lJl1j.l.l: l'III~·.

l"lIt) '''1111':; ....j 111 A :-Ilt!... \.ulg1!ltdJ 1• l.. • ~ !".2I'1'n

.. 1'-\:1 l .~l,l. .a

..Â. IJ,II:~I ·I:I\~~. dJ~.ill 0 !'l \'.,1',11

",­.'.:~.... :.:.-

lIustrasi 25: Sistem aliran sungai dan situs arkeologi di daerah Palembang 1Sriwijaya

yang didapatdari sumber-sumber mutakhir dari luar daerahitu, seperti dari Cina atau Arab-Persia. Kami memperlihatkandengan jelas, seperti yang sudah clinanti-nantîkan, sebuahpemukiman di tepian sungai, dengan beberapa pusat danpengkllususan al<tivitas yang tersebar di sepanjang sekitar12 ki/ometer di tepi Sungai Musi bagian utara, begilu puladi tepi anak-anak sungainya. Pemukiman di atas tiang itumerupakan aturan di sana. Jlka kita menilai dari besamyajumlall artefak yang ditemukan pada situs-situs tertentlldi tepian sungai, maka kepadatan penduduk pastilahbesar Situs-situs pemujaan seluruhnya ditemul<an padatanah talang yang lebih tinggi, dan teriindllng dari naiknyapermukaan air.

Melalui sejumlah anak-anak sungai kecilnya yangberkelok-kelok di daerah peàalaman yang masih asri,seluruh pusat aktivitas itu berjarak tak jauh dari sungai,dapat dilewaii perahu, dan berhubungan langsung denganSelat Melaka dengan lalu-lintasnya yang ramai. Hal yangpenting dari keseluruhan aktivitas itu menandakan adanyasuatu perdagangan laut lepas: sejumlall besar pecahankeramik Cina membuktikan kepentingan hubunganperdagangan dengan pesisir selatan Cina. Namun artefak­artefak itu bukan seluruhnya temuan arkeologis, karenahasil-hasil alam atau industri dari daerah itu (seperti

Foto 43: Geding kaca, situs Geding Suro (Palembang), abad I<e"7/8Masehi

55

Page 56: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Folo 44: Situs Museum Badaruddin: keramik diimpor dari Guangdong, abad ke-g Masefn

damar) atau dari samudra Hindia (kain-kain, kaca yangdiimpor dalam bentuk bahan baku untuk dlbuat di tempatItu menjadi manik-manik, dan beberapa keramik dari TelukPersia dan India) tidak dilestarikan dengan sernpurna dldalam konteks arkeologis.

Namun, sebuah kota-negara pelabuhan tidakJallrnasuk akal kecuali rnerniliki hubungan yang erat dengandaerah pedalaman, Salah satu hasil penting yang diperolehdari program penelitian arkeologi di Sumatera Selatan iniadalah penataan tinggalan-tinggalan dari sekitar duapuluhan candi Hindu dan Budha yang biasanya dibangundekat pertemuan anak-anak Sungai Musi, yang kadang­kadang jauh ke arah hulu (lihat gambar 23). Selaintinggalan-tinggalan di kompleks candi Bumiayu di tepiSungai Lematang, jarang dilakukan penelitian arkeologldi daerah situs itu; yang dikenal hanyalah monumen­monumen pemujaan dan arca-arca yang melindungi situsitu, namun hanya dalam penggalan-penggalannya sajaKita hanya memiliki sedikit indikasi tentang kelompok­kelompok pemukiman yang masing-masing rupanyamempunyai sejarahnya sendiri-sendiri. Saat ini kitamengetahui bahwa beberapa di antaranya bertarikh awaldasawarsa pertama sejak pendirian Sriwijaya, jika dillhatdari arca-arca Budha yang di temukan di tempat (arca daricandi Tingkip dan Blngin bertarikJl akhir abad ke-? atauawal abad ke-8). Candi lainnya ter1ihat bertarikJl beberapafase setelahnya, di zaman sejarah Sriwijaya, antara abadke-9 dan ke-13 (kompleks candi Bumiayu dan Teluk Kijing,bahkan candi-candi di Bukit Candi atau Nikan). Ukuranyang besar candi-candi tersebut menyiratkan adanyasurplus ekonomi dan/atau angkatan kerja yang besaryang dikerahkan untuk membangun candi-candi tersebut.Situs-situs candi ini menandakan keberadaan suatu pusataktivitas ekonomi di pelbagai penjuru di daerah aliranSungai Musi.

Negara Sriwijaya nampakdengan cepat menjadi semacampengawas dari keseluruhan daerahpedalamannya melalui jaringankomunikasi yang pokok di SumateraSelatan sebelum pembangunan jaringanjalan modern, yaitu laJu lintas perairansungai yang dapat dlternpuh hingga kelembah-Iembah dataran tinggl (candiBingin didirikan padatempat riamyang mengharuskan bongkar-muat isiperahu). Sistem ini dijalln pada tingkatdaerah cekungan aliran sungai yang luas,yang melibatkan adanya jaringan rumityang dibangun antara tempat pusat diIlilir dan pelbagai pusat sekunder dihulu. Sambil menetap di Palembang

Folo 45: Situs Tlngklp (Musi Rawas): Arca Buddha abad ke-7-B(Museum Balaputradewa, Palembang)

56

Page 57: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

pada akhir perempat abad ke-l, raja Sriwijaya dengancepat menjalin hubungan dengan kelompok-kelompokpenduduk yang menetap di hulu sebagai satu-satunya carayang dapat ditempuh untuk mendapatkan akses pada hasilproduksi di pedalaman. Hal itu dilakukannya tanpa membuatperhitungan mengenai aktivitas-aktivitas ekonomi lainnya(seperti pengawasan terhadap jalur-jalur perairan samudralepas, fungsi-fungsi penyimpanan di beberapa zona maritimdan tentang waktu-waktu pergantian musim).

Pelaksanaan model hierarki hulu-hilir, yang jugadisebut Hdenditric" (yaitu Hberbentuk pohon H) membantukita memahaml struktur kota-negara Sriwijaya, danhubungan yang dapat dipeliharanya sebagai pusat dengandaerah pedalamannya [16]. Model ini memungkinkanpusat membuat suatu sentra perkotaan tingkat primerdi hilir sungai dan seperangkat sentra-sentra sekunder(atau tersier, dan seterusnya) di daerah hulu yang terletakdi sepanjang aliran anak-anak sungai utama. Semuaini dapat dijalankan dengan syarat terjadi di daerahcekungan aliran sungai. Pada model seperti ini, pusatkota di hilir, berkat posisi geografisnya, mengawasi arusperdagangan yang masuk dan keluar dari daerah aliransungai. Pelaksanaan pengawasan di titik pusat daerahaliran sungai ini menetapkan posisi kunci yang dominanterhadap daerah pedalaman di hulu.

Kelompok-kelompok masyarakat di hulu yangikut serta di dalam suatu hubungan ekonomis denganpenguasa baru yang berada di Palembang sangat mungkinmencakup kelompok masyarakat yang menetap di dataranlinggi, khususnya di Pasemah, yang diketahui sejakakhir zaman Prasejarah dan zaman Protosejarah sudahmakmur: suatu masyarakat megalitik yang kompleks,namun sudah memanfaatkan hubungan mereka denganjaringan maritim, karena mereka sudah menggunakangerabah yang berlaku di daerah yang luas, barang-barangperunggu dari Dông Son, atau perhiasan komalin dariIndia. Semua barang itu mereka dapatkan meskipunmereka berada jauh dari lautan. Dengan demikian,masyarakat hulu bergantung pada kota pelabuhan baruuntuk mernperoleh barang-barang berharga dari seberanglautan yang telah mereka kenal kegunaannya dari masasebelumnya. Akan tetapi, jarak sosial antara merekadan masyarakat hilir di SriwijayaiPalembang tetap jauh:kecuali situs candi Japara, tidak satupun situs arkeologiyang terkenal pengaruh kebudayaan India ditemukan didaerah lembah dataran tinggi.

Kami menemukan hampir semua candi yang telahdisebutkan di atas pada situs-situs di daerah perbukitan danlembah dataran rendah aliran Sungai Musi. Namun pada fasepenelitian ini, kami belum dapat mengungkapkan denganpasti model hubungan yang dijalin antara para pedagangdi hulu dan di hi iiI' Palembang, bahkan di Jambi. Adanyaancaman perintah militer tidak dapat dipungkiri untuk dapatmenjalankan posisi dominan seperti itu. Hal ini dapat terlihatdengan adanya cara-cara agresif dan referensi tentangadanya penglriman angkatan perang pada prasasti abad ke­1 (tentu saja kalau diakui pula pengiriman itu juga ditujukanuntuk masyarakat di hulu, hal yang belum dapat dibuktikan).Sementara itu, isi keseluruhan prasasti utama Sebokingking(Telaga Satu) dan prasasti--prasasti pendukungnya yangditulis sekitar tahun 680, pada saat pendirian Sriwijaya,memungkinkan kita untuk memperkirakan suatu bentukpersekutuan atau sebuah kontrak yang diperbarui secaraperiodik dalam ritual di mana sumpah diucapkan: hipotesisyang mungkin dapat diperkuat dengan sumber-sumberIain yang mengatakan bahwa perjanjian-perjanjian sejenisitu terus diperbarui secara teratur pada masa kesultananPalembang (antara abad ke-16 dan abad ke-19). Sangatmasuk akal jika kita mengusulkan suatu sistem politikhierar1<is tingkatan daerah aliran sungai, yang didasarkankeadaan geografrs, yang masyarakatnya pada intinya salingbergantung; kecil kemungkinannya jika kekuatan militersaja mampu memaksa masyarakat hulu untuk menjalankanmodel hubungan seperti itu (kalau tidak setuju, masyarakathulu selalu mendapat kemungkinanuntuk menjalankanhubungan dengan sistem politik tetangganya yang Iain, dipesisir barat pulau Sumatera maupun di daerah alira.n sungaiyang bersebelahan).

Kompleks Candi Bumiayu (Tanah Abang)

Si tus keagaamaan Bumiayu (dahulu dikenaldengan nama Tanah Abang) yang berada pada sekitarseratus kilometer ke arah hulu dari Palembang/Sriwijayaadalah kompleks candi yang terbesar di Sumatera Selatan.Ada sekitar selusin monumen didirikan di tepi SungaiLematang, anak Sungai Musi yang melintas di datarantinggi Pasemah.

Seluruh candi-candi tersebut (yang sekarangsedang dipugar) dibangun dari batu bata dan dindingnyadihias penuh dengan panil-panil dari terra-coffa, dengangaya yang mirip dengan gaya masa akhir periode JawaTengah dan selanjutnya. Beberapa tahap konstruksi dan

[16] Model ini diadaplasi unluk pertama kalinya pada negara-negara pesisir di Asia Tenggara oleh Bennet Bronson (1977 •39-52) Lihal jugaManguin, 2000b.

57

Page 58: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

penataannya dapat dikenali, yaitu berasal dari masaabad ke-9 sampai sekitar abad ke-13. Kondisi akhircandi-candi itu diperuntukkan bagi agama Hindu, dalambentuk Tantris Siwa, berbeda dengan agama Budha,yang paling tidak pada masa pendiriannya di abad l<e-?menjadi agama negara Sriwijaya. Sementara pada abadke-9, ketika candi-candi itu pertama didirikan, Sriwijayadiperintah olel1 pangeran Sallendra yang berasal dariJawa Tengah, sehingga kelihatannya masuk akal jikakedua agama itu ada secara bersamaan. Hal yang samabiasa terjadi di Jawa, bahwa pusat-pusat pemujaanyang besar berada jauh dari pusat politik negara.

Situs ini nampaknya telah mengenal sistemhidrolik sederhana di dalam penataannya, yangmengatur air dari tepian Sungai Lematang ke beberapamonumen tertentu (kita Udak dapat menentukan denganpasti waktu terjadinya penataan terusan ini, karena situsini telah digunakan ulang, dan beberapa monumennyatelah berubah dari fungsi semula pada masa Islam(abad ke-16 dan 17?). Jejak-jejak situs pemukimanpenduduk di sekitar candi telah dapat diungkap melaluipenggalian uji, yang mengeluarkan tinggalan-tinggalanberupa gerabah dan keramik Cina dari abad ke-l0sampai abad ke-13.

Pertanyaan yang masih belum terjawab mengenaifungsi situs yang luar biasa ini adalah: sementara candi­candi lainnya yang dibangun antara abad ke-? danabad ke-14 terlihat terpencil, maka situs Bumiayu inimenampung sejumlah besar bangunan. Apakah situs iniadalah pusat sistem politik yang otonom (mandala) yangberfungsi pada daeral1 yang mengelilingi Sriwijaya, dengancara seperti yang telah tertulis di dalam prasasti-prasastiSrlwijaya dua abad sebelumnya? Apal<ah situs ini memilikihubungan yang lebih langsung dengan penguasa saat itudi Palembang? Apa pun sebabnya, seperti situs-situs Iaindi daerah hulu yang ditandai oleh pendirian candi-candidi lingkungan alam tempat pertemuan jaringan-jaringanhidrografi, atau pada tempat bongkar-muat perahll (sepert!pada kasus situs Bumiayu), situs pemujaan ini terlihatmengapit sebuah tempat pemuklman yang merupakansuatu perhentian dalam perjalanan lewat SungaiLematang, sekaligus tempat pengawasan perdagangandi tengah-tengah suatu hierarki situs-situs yang dibuatoleh atau yang berhubungan dengan penguasa pusat diPalembang/Sriwijaya.

Foro 46: SitllS Bumiayu (Sungai Lematang): penggalian dan pemugaran Candi J

58

Page 59: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Foto 47: Kampung Sungsang di muara Musi : pemukimanbertiang di tepi sungai

Perdagangan: Permintaan Da/am dan LuarNegeri

Jika posisi Sriwijaya sebagai suatu kekuatanpolitik di dalam jaringan perdagangan maritim telah dikajisecara mendalam, maka partisipasi daerah pedalaman,dan juga peranannya di dalam proses pemukiman danintegrasi ekonomi, sosial, dan politîk di wilayah DAS Musidiabaikan sampai sekarang. Memang ada kesulitan data.Pengembara dan pedagang yang singgah di Sriwijayatidak menjelajah jauh dari pesisir dan pelabuhan,sehingga harus menunggu hingga abad ke-17, yaknikomak pertama dengan vac untuk mendapat beberapadata ten1ang pedalaman. Inventarisasi yang cukup berartimulai terdapat dengan datangnya pemerintah Belandadan Inggris pada awal abad 19 (Court, 1821; Sturler,1843; Gramberg, 1865; dll). Berdasarkan gabungandata ini dengan observasi keadaan lingkungan, angketdi lapangan, dan analisa distribusi penemuan arl<eologidalam ruang, maka peranan daerah pedalaman di dalamsejarah negeri-kota dan proses integrasi regionalnyamulai dapat dipahami.

Asumsi awal dalam studi ini adalah bahwadaerah pedalaman adalah: 1. pemasok beberapa barangkebutuhan el<spor kerajaan Sriwijaya, 2. dan juga memberibahan yang memungkinkan hidup dan berkembangnyakota pelabuhan.

Alam wilayah Musi rnenghasilkan cukup banyakbahan dari surnber alarn dan hasil hu1an yang dirninatioleh perdagangan rnarrtirn. Wilayah pasaran rnaritimyang terpenting untuk Surnatera bagian selatan ada tiga,yartu: India di Barat, Cina di Utara T1mur dan bagian tirnurNusantara, terutarna pulau Jawa. Di antara sumber dayayang tersedia, logarn tertentu seperti tirnah, ernas, perak,pada dasamya diminati oleh India dan Jawa. Hasil sumberdaya tersebu1 tidak ada yang ekskJusif di Sumatera Selatan,tetapi di sekitarsitus bahan baku sering terdapa1 peninggalanarkeologi yang cukup penting seperti: 1. candi Kota Kapurdari abad ke-4 di pulau Bangka yang kaya akan Umah (dankemungkinan besi), 2. juga peninggalan dari periode Hindu­Budha yang terJetak di ru1e perjalanan produksi emas danperak dari dataran tinggi (daerah diperbatasan Bengkulu­Sumsel-Jarnbi, dan sekitar Danau Ranau) ke hilir.

Permintaan dari luar juga banyak terdiri darihasil hutan, terutarna untuk berbagai rnacarn getahyang digunakan sebagai pernis, lak dan lain-Iain (daribeberapa jenis darnar), atau bahan berbau yang di bakarsebagai dupa (dari getah kemenyan dan kayu gaharu);tanpa rnelupakan juga perrnintaan akan berbagai rnacarn

Sistem2. Skenario PenempatanPerdagangan

Seperti yang telah diJelaskan oteh Wolters (1967),pesisir dari Jambi sampai Palembang adalah lokasi yangmenguntungkan untuk perdagangan dengan Cina, karenapadasaattertentu, dari lokasi i1u angin dapat mengantarkankapal ke Kanton dalam wak1u 5 hari tanpa persinggahan.Sehingga, Sriwijaya seringkali dianggap sebagai"gudang" (entrepo~, penyimpanan barang sempurnadari seluruh Nusantara; dari sanalah para pedagangakan berkumpul untuk menunggu angin yang baik. Tetapidapat dipertanyakan: apakah fungsi gudang cukup untukmembenarkan kekuatan dan keberlangsungan Sriwijaya(dan kesultanan naminya) pada kurun waktu yang cukuppanjang. Dengan banyaknya peninggalan arkeologi dipedalaman, (termasuk tugu batu tertulis, candi, arca..)menimbulkan pertanyaan yang hingga kini belum terjawab,yaitu tentang hubungan antara pelabuhan/pusat kerajaandengan daerah sekrtarnya. Dengan kata Iain: apakah hasilproduksi daerah pendalaman tidak memiliki peran pentingdalam kelahiran dan perkembangan Sriwijaya?

"..--------------------y-----,~~~

~

~

59

Page 60: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

binatang buas (harimau, badak, gajah, burung, dan kura­kura, dll.). Permintaan barang "eksotis" Ini sangat diminatioleh elite dari Cina Selatan paling tidak sejak abad ke-3,dan berlangsung semakin intensif dengan permintaanorang Cina biasa. Bahan "wangi-wangian" dalam bentukminyak, kayu yang dibakar (gaharu), dan getah yangdibakar (kernenyan) di pakai di Cina sebagai obat, pewangirumah, pewangi pakaian dan badan, dan juga untukbanyak upacara. Dari sumber tulisan Cina [17], bahanitu datang dari "selatan Jaut", suatu wilayah luas yangmencakup pesisir Vietnam (kemungkinan Tongking adalahdaerah pengumpul pertama pada masa awal), Teluk Siam,Semenanjung Malaysia, Sumatera, Bomeo, Jawa dll. ditimur Nusantara... artinya bukan hanya dari SumateraSelatan. Tetapi, kalau kita fokuskan kepada kemenyan,kemungkinan besar Jawa juga merupakan daerahpermintaan karena pohon jenis ini tidak tumbuh di sana,hanya sedikit di satu lokasi di ujung Jawa Barat (yang kitabelum dapat pastikan lokasinya). Permintaan itu bisa sajadimulai jallh sebelulll periode hindu-budha, karena di dllniaberbagai kepercayaan umumnya memerlukan bahan yangberasap wangi bagi upacara keagamaan. Artinya, denganpermintaan Cina dan Jawa, Sumatera bagian Selatanmenjadi lokasi strategis untuk pasaran kemenyan.

Bahan yang diperlukan di dataran Slimatera bagianselatan adalah antara Iain besi dan kemungkinan besarbahan pangan kalau kita memikirkan perkembangan kota

Folo 48: Air Upang, pemuf<jman bemang di tepi sungai

yang cukup pesat. Besi merupakan produk yang sangatdiminati di dalam negeri sebegai produk tukar denganluar negeri, seperti sering disebutkan dalam sumbertertulis dari Cina dan Arab. Nilai tinggi besi di dalam negeriini merupakan tanda kelangkaannya untuk memenuhikeperJuan pertanian dan perkotaan. Mitos tentang besi danasal-usul pengetahuan tentang keterampilan pekerjaanlogam ini menunjukkan adanya hubungan erat denganpulau Jawa (yang juga tidak mempunyai sumbemya).

Persediaan bahan makanan sejak pendirian suatukota pelabuhan di lingkungan tropis yang sangat basahmenimbulkan pertanyaan karena, pertama, sulit memenuhipertambahan/surplus hasil dengan kondisi teknik pertanianyang diperkirakan pada saat itu (yang paling mungkinadalah hasil padi ladang di dataran rendall); dan kedua, sulitjuga untuk menyimpan surplus itu. Tetapi sumber tertulisdari Cina dan Arab melukiskan SriwijayaIPalembang sepertidaerah subur, kaya dengan benih (padi) dan swasembadapangan. Apakah kerajaan inl menguras padi dari daerahpedalaman, dan di mana? Apakah keadaan hutan yang telahrusak pada abad ke-19 di bagian hilir dan menengall anaksungai yang bermuara dekat Palembang (Ogan, Komering,dan Lematang) menunjukkan adanya eksploitasi berlebihanyang berkaitan dengan keperluan perkotaan? Tentu sajalebih dari sekadar keperluan bahan makanan, ba~lkan

termasuk kayu untuk bangunan (rumah dan kapal) danbahan bakar untuk rumall dan kerajinan, di antaranya pande

l171 Tentang bahan willlgi di Ctlina terutama dapal dilihat dari Wang Gungwu (1958) dan Paul Wheatley (1959)

60

Page 61: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

besi. Lalu ada pertanyaan tentang peranan dataran tinggi, dimana tanah vulkanik jauh lebih subur dan memungkinkanpengairan untuk perkembangan sawah: apakah daerah itutermasuk di dalam lingkup kekuasaan Sriwijaya?

Kembali kepada kemenyan sebagai komoditipenting dalam asal-usul sejarah Musi, tanpa memasukansecara mendetil semua elemen yang sedang dikerjakan,kita bisa mencoba menarik benang lurus. Dari datalapangan kita mengetahui bahwa pohon kemenyantumbuh di mana-mana di DAS Musi (kemungkinankecuali di DAS Komering), bukan hanya di hulu tetapisampai hilir, hingga sampai tanah sebelum rawa pantai,termasuk di bagian kanan aliran Sungai Lalan (antiklinalPalembang), sebuah sungai yang bermuara langsung kelaut. Di sungai ini terdapat situs Karang Agung yang bisadianggap sebagai suatu pelabuhan, pusat pertukaran padaabad ke-4. Di hulu Lalan terdapat juga bekas candi (dekatBayat). Inventarisasi yang pertama dari Belanda (Sturler,1843) menyebut Lalan sebagai sungai di mana terkumpulbanyak kemenyan. Informasi ini dicek di lapangan dimana penduduk masih mengumpulkan kemenyan sampaisekitar tahun 1965 karena harga sangat tinggi, terutamadengan dibawa ke Mekah pada waktu naik haji [18].

Sturler (1843: 110) menyebu1 juga kemenyan yangpaling baik adalah getah dari pohon di hutan di sekitarSungai Batang Hari Leko, yang dikenal sebagai daerah

Falo 49: BatEng Hari Leko. pemukiman bertiang di tepi sungai

Kubu. Kemenyan menupakan hasil yang dikumpulkan olehsuku KubuJAnak Dalam hingga sekarang. Dengan demikianperanan dari pemburu-peramu hutan mempunyai dimensibaru. Bukan saja sebagai kegiatan pertukaran semata­mata, akan tetapi juga, pertama, di dalam perluasan daerahkegiatan peramu kemenyan; kedua, dalam diversifikasiproduk yang ditukar. Kita bisa membayangkan kemenyanpada awaldikumpulkan dekat dari pantai, mulai dari Lalanlalu meluas ke Batanghari Leko yang bermuara di Musi,di Teluk Kijing (di mana terdapat bekas candi). Perluasantersebut memungkinkan perpindahan pusat pertukaran dariSungai Lalan ke Sungai Musi, dan situs yang paling cocokuntuk perdagangan maritim adalah di hilir, sebelum mulaidaerah rawa asin. Sebagai pembuka daerah pedalamanmasyarakat pembunu-peramu hutan berperan untukmengenalkan kekayan alam termasuk emas dari hulu.

Ujung hulu Sungai Lalan dan Batanghari Leko dekatsekali degan ujung hulu anak Sungai Batang Hari yangmengalir ke Melayu/Jarnbi, suatu lempat bersejarah yangselalu terkait dengan Sriwijaya. Oua daerah mempunyaihasil yang sama: kemenyan dan juga emas yang terdapatdi hulu utara DAS Musi dan di hulu selatan DAS BatangHari. Pembahasan berbagai bentuk yang berbeda (geografi,perkotaan, politik, dll.) memungkinkan kita mempertajammodel pohon bercabang untuk menggambarkan apa yangterjadi di pusat perdagangan pesisir (Bronson, 1977,Manguin, 2002b) (Gambar 26).

[18J Di Mekah dan di daerah Magreb kemenyan disebul "Iuban jawi" Belum jelas mengapa pasaran terputlis pada iahun 1964-1965

61

Page 62: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

/lustrasi 26: Model bercabang-cabang negara-negara pesisir danpedalamannya, menurut Manguin (2002b: 73-99).

Penggunaan Ruang dan Pengawasannya:Penempatan Kekuasan Politik Terpusat

Persediaan ballan makanan untuk penduduk kotadan semua awak kapal yang berlabuh di sana menjadisuatu elemen yang krusial/sangat penting; di satu slsi

Penetapan suatu kekuasaan terpusat dimulaipaling tidak pada saat pendirian kerajaan Sriwijaya, akantetapi, pembuatan struktur daerah pedalaman masih tetapmenjadi pertanyaan. Jejak tertentu dari beberapa "keraja.ankecil" serta beberapa nama tempat yang berasal darinama organisasi politik pada masa lampau, menjadi bahananalisa yang sedang dike~akan bersama-sama denganmelihat bentuk daerah aliran sungai (muara, luas, jarak,dan ruang antara dual, serta barang yang dikontrol olehpusal, dan asal usul penduduk. Pembahasan semenlaramemperkirakan bahwa tidak semua lernbah dikuasaiatau perlu diatur secara bersama-sama. Organisasidalam serikat desa (yang disebut "marga") dan peranansebelum datangnya Belanda dipelajari varlasinya di dalamruang. Hasil sementara, muncul perbedaan antara daerahhulu yang cenderung memilik! organisasi yang bersifatgenealogis atau berdasarkan keturunan, sedangkan

akan menyakinkan otonomi politik pusat ini di wilayahpasaran maritim, di sisi Iain akan menyebabkan integrasidan pengawasan daerall sekitar. Pada umumnya, dalamkondisi sekarang (yang mengutamakan sawah pengalran)lingkungan Palembang dianggap sulit untuk pertaniandengan tanah yang tidak begitu subur, dan rawa lebakyang luas (Iebih dari 400.000 ha pada musim hujan)yang memerlukan pekerjaan drainase besar-besaran(dalam persepsi insinyur pekerjaan umum). Beberapapeneliti bahkan meragukan kebenaran sumber tertulisyang menggambarkan ketersediaan bahan makananyang mellmpah. Dlperkirakan bahwa informasi tersebutmerupakan kesalallan yang sengaja dibuat untukmengesankan bahwa kerajaan ini mampu bertahan lamadengan peran dan situasi tersebut. Untuk itu akan dilihatkemudian dalam bagian "evolusi pertanian", hipotesisbaru yang mengutamakan sagu/rumbia dan padi lebak.

Jika pengumpulan getah kemenyan dan hasilhutan lainnya dapat berlangsung lama di tangankelompok masyarakat pemburu-peramu dengan sistemperdagangan yang tersembunyi, barter, maka eksploitasilogam (emas, timah), dan penyediaan bahan untukkeperluan kola pelabuhan telah dapat menggerakkantenaga kerja secara lebih besar dan melibatkan pendatangdi bawah suatu pengawasan yang tertentu. Pertambahantenaga kerja dapat ditandai dengan penemuan arkeologispada kota Palembang (Manguin, 1992, 1993a, 1993b),tetapi masill ditelit! untuk daerah pedesaan atas toponimi(nama desa) dan asal-usul desa.

monlillnl~

8 0."" ....~~

",

makanan (untuk penduduk kota, pedagang tetapi jugauntuk kapal yang singgah dan akan berlayar lama). Topikpersediaan kayu untuk sementara dapat dlkesampingkanterlebih dahulu, oleh karena kekayaan hutan tidakdiskriminatif untuk penentuan tempat pendirian kota didaerall tropis sangat basah di Nusantara baglan barat.Hal ini berbeda dengan masalah persediaan air minum;kita bisa membayangkan keterbatasan situs KarangAgung yang berdiri di rawa pasang-surut [19]. SitusSriwijaya/Palembang terletak pada ujung antiklinal, dibatas air asin-air tawar dan di muara dua anak sungai(Ogan dan Komering) dengan airnya yang meluap palingsedikit enam bulan pertahun. Di si tus tersebut. selain dariair minum terdapat juga keuntungan ganda yakni adanyaair untuk prasarana transportasi.

Lingkungan situs Sriwijaya alau Palembangdipertanyakan kemampuannya sebagai pusat kolapentlng dengan keberlangsungan jangka panjang (suatufenomena luar biasa yang terjadi di Nusantara bagianbasah) paling tidak sejak abad ke-7. Ada tiga sumberdaya yang dengan nyata diperlukan untuk pendiriandan perkembangan ibukota itu: air minum, kayu (yangdiperlukan untuk bangunan kota dan kapal), serta bahan

[19] Karang Agung juga memiliki sumber air Jernill yang dekal dengan lingkungannya. yailu Tanah Abang di sungai Sembilang. akan letapisumber air du lidak mungkin dapal mencukupi keperluan pengaejaan unluk sualu pusal pelabuhan yang ramai yang menarik perhaliankapal dalam lumlah Ilesal

62

Page 63: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Foto 50 : Kampung Upang (Air Upang)' kebun bibi! di kotak kayu

di daerah hilir rnemiliki organisasi yang sifatnya lebihteritorial; yang terakhir ini diduga sebagai tanda adanyapernukirnan yang lebih heterogen dan terkait denganrnobili1as penduduk

Sernua perkernbangan pada periode Hindu-Budha,dan cara kerja suatu sistern perdagangan, rnenirnbulkanpertanyaan penting tentang keterampilan dan peranankelompok orang rirnbalpernburu-peramu yang merupakanbagian utarna unluk eksp/oitasi hutan dan tentu sajapenling juga untuk asal-usul sislern pertukaran hasilnya.Penelitian tentang sesuatu rnasyarakat "Iain" yang hidupdari hutan akan rnernbawa kila kepada identifikasi tipeorganisasi rnasyarakat hortikultura yang kurang dikenalselarna ini. Model ini, rnerupakan lagi suatu modelalternatif pada pertanian padi, yang juga berorientasi kuatpada pernanfaatan hutan. Dengan contoh kelornpok orangrirnba, rnodel ini rnenggalllbarkan dua sisi "peradabanvegetal" yang perlu dike1ahui untuk dapat memaharnidinarnika l'uang rnasa larnpau.

63

Page 64: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi
Page 65: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

BAB 4 - PENGHUNI YANG TERLUPAKANTanda-tanda Apakah yang DitinggaJkan

oleh Peradaban Tumbuhan ?

Hubert Forestier, Achmad Romsan,Dominique Guillaud

Data dalam register ini berasal dari misi-misietnogeografi: saJah satu dari misi ini ditujukan untukmeneliti kehldupan para pemburu-peramu di daerah

rawa-rawa pesisir Bayung Lincir oleh Hubert Forestier,Achmad Romsan, Usmawadi Amir, Jatmiko ; dan beberapamisi lainnya dilaksanakan di daerah rendah Rawas oleh H.Forestier, D. Guillaud,A. Romsan, UsmawadiAmir. Misi terakhirdilakukan di Siberut (kepulauan Mentawai) oleh H. Forestier,D. Guillaud, H. Truman SimanJuntak dan R. Handini.

1. Berburu dan Meramu: MengelolaIrama Kegiatan

Kami patut merenungkan terlebih dahulu bahwasistem ini bukanlah merupakan sistem yang dapatditentukan waktunya dengan tepat, dan ekonomi berburudan meramu masih tetap terjadi di daerah yang kamiteliti, meskipun dalam Jumlah sangat sedikit karena

Falo 51 : Suku Anak DalEm: orang memancing di rawa Bayung Lineir

keterbatasan tempat (disebabkan hutan yang semakinmenyempit) dan tenaga orang yang terlibat di dalamnya.Selain itu, ekonomi ini sejak lama berfungsi sebagaipelengkap sistem produksi masyarakat yang menetap disatu tempal. Dalam hal ini, semua mitos tentang asal-usulpara pemburu-peramu Anak Dalam yang ada sekarangini (atau Kubu, Sakai ...) di wilayah Sumatera Selatanatau wilayah-wilayah tetangga mengingatkan kami akanperistiwa penolakan rnereka oleh penduduk sellinggamemicu kepergian mereka dari wilayah desa ke hutan,di mana mereka pada prinsipnya memenuhi seluruhkebutuhan hidup mereka.

Sistem ini, yang kini diamati di lingkungan AnakDalam di Rawas dan di Bayung Lincir, mengandalkanpengelolaan luwes dalam waktu dan ruang. Pengelolaanini hanya dapat berfungsi dalam konteks sekat-sekat yangterus terpelihara dan sistem kontak yang diatur denganbaik antara dunia hutan dan dunia pertanian, sebagaimanayang dijalankan oleh sistem "barter bisu/perdaganganbisu (silent barter/silent trade), yang secara luas dilakukansampai beberapa waktu lalu, dan memungkinkan terjadinyapertukaran tanpa kontak langsung antara pemburu-

65

Page 66: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

peramu dengan perantara-perantara yang bertugasuntuk membeli hasil-hasil hutan ini, di mana komunikasidilakukan berdasarkan tanda-landa suara. Sistem ini jugamernperkirakan bahwa penduduk hutan tidak banyakjllmlahnya. Dalam konteks pengetatan sllmber daya hutanyang semakin besar, sistem ini kini hampir pllnah, karenadominasi peranan Jenang (middle man) dan orang-orangyang bersangkutan berada dalam situasi sangat rapuh.Dleh sebab itu para pemburu-peramu saat ini, yang dipaksaPemerintah untuk hidup menetap di tempaHempattertentu,melakukan kompromi yang per1u bagi kelangsungan hidupmereka: mereka mengubah sebagian waktu mereka untukbekerja di pertanian kecil atau perkebunan, bahkan sebagaiburuh yang menerima gaji.

Karena itu masalah yang muncul berkaitan denganvaliditas model yang diamati saat ini bagi periode-periodesebelum adanya pertanian, atau pada pertanian secaraluas. Tentunya jamak bahwa hasil-hasil yang dipetik,yang akan ditukar atau dijual dalam sistem perdagangan,tidak dapat disamakan dalam konteks ekonomi yangboleh dikatakan swasembada, yaitu ekonomi kelompok­kelompok kecil yang tidak berhubungan dengan jaringanpertukaran jarak jauh dan harus memenuhi sendiriseluruh kebutuhan hidup mereka. ttulah sebabnya logisbahwa Anak Dalam, atau seUdak-lidaknya sebagian darimereka [20], berasal dari wilayah desa-desa, yang telahmereka tin99alkan untuk menjawab permintaan niaga.Comoh yang mereka berikan untuk menggambarkanekonomi kuno berburu dan meramu hanya sebagian sajamenjelaskan kepada kami, mungkin hanya mengenaipengelolaan waktu dan ruang yang khas di daerah hutan.

Foto 53: Suku Anak OaJam .' orang memancing di rawa Bayung Llncir

,-------------------,gg&

~~

~

Foto 52 : Suku Anak Da/am.' orang dengan kujur (tombak) untukberburu. Sungai Rebah, Oaerah Sorolangun, Propinsi Jambi

Irama kegiatan di hutan sangat penting. Untuk beberapakegiatan, irama kegiatan ini berlangsung setiap hari(pemanfaatan wilayah untuk keperluan sehari-hari danpengumpulan hasil-hasil hutan, sebelum berpindah ketempat Iain ketika sumber-sumber yang tersedia mulaihabis), atau berlangsung selama beberapa hari untukkegiatan lainnya (perburuan yang melibatkan sekelompokorang). Mereka bersandar pada Irama musiman yangdisebabkan oleh sumber-sumber itu sendiri: perpindahanke daerah Iain pada saat migrasi beberapa mamaliatertentu, perpindahan ke "daerah darurat" kelompok ituketika terjadi krisis pangan, ballkan dengan tunggang­langgang seluruh kelompok melarikan diri pada saatkematian saiah seorang anggota mereka (melangun).Semua irama kegiatan ini melibatkan ruang-ruang yangberbeda-beda dalam sifat dan luasnya, perjalanan beratyang dilalui sehari-hari oleh para pejalan kaki, yangterbatas pada trayek pulang-pergi dari beberapa kilometer

[201 Juga tidak tertulup keillungkinan ba/lw3 dengan beqalannya wakiu, kelolllpok-kelompok pemburu-peramu yang mengusa/lakan sUl11berdaya /lutan untuk kebutuhan /lidupnya, ielal1 dilambah dengan kelompok-kelompok yang dulunya penduduk desa, namun rnelarikan diridari ke/lidupan lelap mereka untuk berbagai alasan. dan yang Illengembangkan perdagangan atau barter produk-produk Ilutan denganduniiJ luar.

66

Page 67: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Folo 55 : Suku Anak Da/am: sampan dan pemukiman bertiang di rawa-rawa

2. Hortikultura: Pilihan pada SaguSistem Ini berdasarkan beberapa pilihan tertentu

yang dilakukan oleh sekelompok penduduk, dan yangsempat kami amati di Pulau Siberut.

Pilihan yang pertama adalah tidak adanyapenggarapan sawah. Mungkin juga hal ini berhubungandengan jenis masyarakat tertentu. Ternyata apabilakelompok manusia yang menggarap tanah darimembuka hutan sedikit banyak berpindah-pindah danmandiri, kelompok yang menggarap sawah beririgasiberhubungan dengan masyarakat yang menetapdan boleh dikatakan tersusun secara hierarkis. DiSiberut, kelompok-kelompok sosial yang menjalankan

hortikuttura diatur berdasarkanklan, dan setiap klan pada mulanyamengidentifikasikan diri dengankesatuan tempat tinggal (vma).

Memang benar, lllungkJnpada suatu waktu tertentu padazaman sejarah, penggarapan sawalldipaksakan pada sistem-slstem yangsampai saat itu menonjolkan kegiatan­kegiatan hortikultura. Lebih tepat lagi,masyarakat-masyarakatyangtersusunsecara hierarkis berhubungan denganpenguasaan logam dan mungkin padasaat awal perkembangan penduduk,penggarapan sawah menggantikansistem-sistem yang sebelumnyadijalankan. Namun apabila kami

berbicara mengenai pilihan, hal itu dilakukan untuk tidakterperangkap daJam skema evolusionis yang terlalusederhana, dan bahwa kami berpendapat bahwa, untukalasan sosial dan demografis tetapi juga untuk alasanekologis, mungkin kelompok-kelompok penduduk yangtidak mampu atau tidak ingin berpindah pada duniamasyarakat penggarap sawah yang teratursecara hierarkis,tetap dapat bertahan hidup dan telah memellhara unsur­unsur atau segenap sistem yang berlaku sebelurnnya.

Pilihan lainnya, yang melengkapi penolakanatas penggarapan sawah, adalah sistem produksi yangrnemungkinkan unit-unit yang memiliki kesamaanuntuk memelihara kemandirian mereka: budidaya talasdi kebun-kebun pribadi, dan terutama budidaya sagu(Metroxylon spp.) yang, digabungkan dengan peternakanbabi, sungguh-sungguh sesuai dengan "hortikultura yangmelimpah". Perhitungan yang dilakukan di desa Madobagdapa! menunjukkan bahwa setiap kepala keluarga

Folo 54 : Suku Anak Da/am: orang memancing di rawa Bayung Lincir

yang ditempuh dalam sehari, sampai pada migrasi kedaerah-daerah yang dikenal oleh kelompok tersebut danberjarak puluhan kilometer dari perkemahan utama.

Singkat kata, apabila pengelolaan ruang parapemburu-peramu yang saat ini diamati dapat mewakilipengelolaan yang terjadi pada saat berdirinya danberfungsinya kerajaan-kerajaan niaga, kelompok­kelompok seperti ini boleh dikatakan sama sekali tidakmampu mengawasi peredaran dan negosiasi produksi­produksi hutan atau pertambangan secara besar-besaran.OIeh karena itu hal ini membuat kami menduga bahwajauh sebelum masa sejarah, telah ada perantara-perantaraatau kelompok-kelompok perantara yang berperansebagai penghubung antara produksi atau pengumpulandi hulu dan penyaJurannya di hHir: mereka disebut jenang,yang berdasarkan data-data pada periode masa kini danmasa kesultanan, menyelenggarakan transaksi denganAnak Dalam.

\;.------------------------------,~~~

~~

67

Page 68: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Anak Oalam, Perusakan Lingkungan dan Proses Adaptasi.

r------------------------------------........,s~~!'!;o

Foto 56 : Kap8k besl dengan IkaJan tal; rotBn (suku Arra1c 08/aIll, Sungai rebah)

DefOl"llStas yang terJadl dl hampll seluruh wllayahlndonesia memflawadampaknegatilyang' sJgnltlkart ferhadapkeglatan berbUrtt dan meram ha Il hutan masyarakatterasing, qOunie lat! jembar" (aJam ssroakil'l fUas) merupakB(le~resl yang SEllalu dlwuJudkan oleh Anak datam temadapkerusakan hulan. wllayah perblmJhan semakln langkah,areal peraMuan hasil hutan semakin lauh. obaHlbattradlSlonàl yang d!ambll 8111l olall abâ(,ooBLrnrmasl. PllIbartsurrt Yang dlhadapkan dengen mereka Ulltuk menel'llukankelangstJngan 111tlUp merElka adàl Il sntara ke/'lBl'lfsan

ikot serta dalam ProyeR Permuklman MasyaraI(at Terasfng(PPMn. atau berlntegrasl dengan masyarakat selémpat(oraog dusun) atau masyarakat pendatang atau menyingkirliluh masuk l<edalam hutan jaoh dari Jamahan pembangunan.Beberapa ~ilg atan pembangull8l1 yang mulai memasuklhabitat Suku Anak Dalam adalah HPH (Hak PengusahaanHUlan). permuklman transmlgrasl, perkampungan pendudUkdan perkebunan kàrat millk pendu[Juk desa.

l<ecenden:JllgaJl areaJ hUtan yaog semal<ln sempl~

plllhan adaIah keharusan untuktleradap1as dangan lingkuoganyang baru, yan.g dllstilâhkan oleh me~ ~mendel<atl j$1an"artJnya sgar mereka Iebll1 mudah tterkomunlkasl denganmasyaraJœt faln. Prose$ adaptssl inl tentll saja IT1llmlllkibebeJapa koll$ekwensJ ~ng bel'muata kepada hambalBO

68

sosial, budaya. œn pel1Jedaan ekonoml. Hambatan­Mmb"3tan InlleGermlh dalam Istirall "Kubù" yànIJ Ulberlkanoleh m~kat luar unl1Jk Aoak Dalam~8ng secara tersÎratmaogandun9 arti tentang kelBrtlelakarçm merekal<eadaanInl)ugamenIpakan salah satu faklorpenghambal keberhasllanpl'Oyek PPMT dtatas, Sering kali terjadJ DIMas SoStal melâ/uiprayek PPM'T memukfman orang yang sama. Memang p(oyekPPMT men/pekàn proyek yang sangat IilahlIl yang 1idak$8llaJ1dJng de~n hasll yanll dlcapat dari proyek fersefllJl

DefornstasJ yangterjadl di(lalam habltall\nakDalam membawa damPélk~ berubâ/ln~ slstemjliilJ ben yang rmlrakaprakteklcan.l<eterllbalanAnakDalam denganperekonomillllmodem [21} (flfandalclengan JenYll1InY3 praktek."PenlàQlUl9Dn BISu" yangkemudfan dlgantll<an d~an•Jenang", P@/1ghubunganlarâ pedagang luardenganAnek Dalam. Eksploitasltldak saja leôSdi pJ!{lamssa "Jenaog:" Juga plldamasa "Perdàgangan Blsu·maslh dipraktskkan oIehAn8k Dalam. DI beberapapermuklman Arn1k Dalam.peran "Jenaoo" sudahtklâk bel'fungsi lagi. keCualidi SUf1ll8i Rebah, MuslRawas. Suku Anal< Dalamberhubungan langsung

dengan para _Jiang yang membawa barang Re dasa-desayang berdekstan atsu dl pasar-pasar, dengan ~nJualkan

hasllllUtan. aepertl ro1an yallg meœka petIlleh.l<etidak 1a'h\Jilnmeroka tert1ad8p1nllal nomInal mata uang meruPl!kan peluangyang empukbagl para pembeli yang berttlkatl jelek.

(211 FafekonomJan modeln di sini dima~udll3n adalil.l1Iransa JÎUill bell dlla~sana~an <lengan melfggunakan mlIla'uano kertas, lldak lagll1Bnoall s slltm barter

Page 69: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

mempunyai kurang lebill seri bu pohon sagu, dan setiappohon, yang dapat menghasilkan setelah berumur kuranglebih 15 tahun, tepat sebelum bunganya mekar, dapatdipanen dan menyediakan makanan yang cukup untukmemenuhi kebutuhan pangan keluarga selama 3 bulan!Tepung sagu yang disimpan dalam keadaan basah dapattahan lama sampai hampir setahun ; sisa pokok pohonyang sudah dipanen, atau bagian-bagian utuh dari palmayang berlimpah ini, digunakan untuk memberi makankepada babi. Dalam batas-batas ini kami dapat memahamibahwa penggarapan sawah tampak lebih melelahkan bagipara pengusaha hortikultura di Siberut, yang mengatakanbahwa penggarapan penting di sawah masih ditambahpula dengan keharusan mengawasi tanaman padi itu,padahal tunas pohon sagu yang baru tumbuh hanyaperlu dilindungi, dan kadang-kadang ditanam kembali,serta tidak memerlukan perawatan apapun juga sampaisaatnya dipanen.

Masalah kelimpahan dari sagu ini juga menarikperhatian banyak ahli nutrisi yang berusaha kerasmencari kekurangan dari sistem ini. Sebenarnyakekayaan dari sagu terkait dengan kemungkinan untukmempertahankan sistem budidaya semacam itu dalamkonteks kepadatan penduduk yang semakin bertambah,dan kemungkinan untuk melestarikan sistem kekuasaanyang boleh dikatakan tanpa pimpinan dalam kontekspersaingan sosial yang kuat.

Sistem hortikultura tersebut, yang di Slnl

dldasarkan pada contoh pohon sagu, mampu bertumpupada produksi-produksi lainnya seperti talas dan tanaman­tanaman berumbi lainnya (ubi?) Dapat dikatakan bahwasemua produksi ini telah memainkan peran penting dalammemperkirakan pertanian di Sumatera pada umumnya,dan paling sedikit pada abad-abad awal kerajaanSriwijaya, seperti yang akan dibicarakan kemudian.

Foto 57 : Sikerei dengan potongan sagu di panggung : pilihanpada saga di /wtan nmba pu/au Siberut, Mentawai

69

Page 70: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi
Page 71: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

BAB 5 - 81NTE8E PENDEKATANSistem-sistem Teknik, Sistem-sistem Produksi dan Warisan

Muriel Charras, Dominique Guillaud, Usmawadi Amir

1. Dinamika StrukturalisasiWilayah Sumatera Selatan

Dari daerah kaki gunung sampai ke daerahpegunungan dan dataran rendah. Dengan demikiantiga daerah geografis besar memungkinkan kamimenggambarkan keadaan dan cara pemukiman padaabad-abad yang berbeda di masa lampau. Sekarangkami perlu melewati pembagian-pembagian ekogeografisini untuk berusaha memahami apakah fungsi yangmungkin dimainkan oleh segenap wilayah tersebut, danalasan-alasan yang mendasari penduduk untuk lebihmengutamakan sebuah cara pemanfaatan dan lingkungan,daripada lainnya. Dua tema besar akan menllntun kamidalam pendekatan ini: di satu pihak, masalah bahan bakuyang tersedia bagi sistem teknik, dan di pihak Iain, masalahpilihan-pilihan budaya dan sistem-sistem produksi yangdilakukan pada waktu yang berbeda-beda dan padawilayah yang berbeda-beda. Bagian ini akan ditutupdengan analisis hubungan-hubungan terakhir antaratinggalan-tinggalan masa lampau, dan pembangunanidentitas dan daerah masa kini.

lIustrasi 27 : Sketsa asal bahan baku di daerah Sumatera Selatan

Sebua/1 Pendekatan Tekn%gi

a. Zaman Batu: Pemusatan Pemukiman

Di wilayah Sumatera Selatan, penggunaan alatyang relatif jarang ada dan sangat terlokalisir untukmemecah batu (Gambar 27) mengingatkan kami bahwasebelum 2000 BP pemukiman-pemukiman manusiaterpusat pada lapisan-Iapisan tanah yang mengandungbahan baku, sedangkan secara bersamaan pertukaranbarang, yang membuka kesempatan untuk melepaskandiri dari ketergantungan ketat pada wilayah-wilayahsllmber batu, sekilas memperlihatkan penstrukturanpaling di ni dalam ruang.

Di daerah pegunungan, pada abad-abadsebelum zaman logam, kelangkaan bahan baku yangbaik untuk dipotong dan dipoles (batu yang berasal darigunung berapi tampaknya kurang cocok) mungkin telahmempersempit pemukiman. Hasil-hasil prospeksi yangtidak seberapa di situs-situs kuno, di sungai-sungai dandi gua-gua yang baik untuk ditinggali, dan juga petunjuk­petunjuk yang diberikan oleh penghuni-penghuninya,tampaknya menegaskan hal ini. Kelangkaan atauketiadaan karst, yang mungkin terbenam oleh vulkanismepada era kuarter, tidak memberikan banyak kesempatanuntuk memanfaatkan batu sedimenter seperti batu rijang,kalsedon, jasper, dsb.

BENGKULU

Daerah asal blJ' besl Daerah sedlmen : rljang

Bangka

V Daerah volkanik :obsidlan

Meskipun demikian,seperti yang ditunjukkanoleh beberapa pecahanlangka dari batu vulkanis,berbagai artefak dari batudipoles yang ditemukan disana-siniolehpetani-petani,dan terutama seperti yangditunjukkan oleh hasil-hasilpenelitian yang dilakukandi Benua Keling Lama yangmenghasilkan beberapapecahan batu obsidian danbeliung dari batu dipoles,sebuah daerah pemukimanbaru yang terlokalisir, dandidukung oleh peredaranbahan baku, bahkan alat,

71

Page 72: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Folo 59: Mega/it, Tegur Wangi, Pasemah

Folo 58: Gua Pondok Si/abe 1 di daera/) karst Baturaja semu/a ekskavasi

telah ada sejak zaman Neolitik, meskipun pemukimanyang lebih sistemaUs dan padat di daerah pegununganbaru tiba bersamaan dengan munculnya logam. Jadi bahanbaku, langka, berasal dari luar, dan penggunaan alat daribatu dipoles yang telah ditemukan maslh harus ditentukan:apakah alat itu lebih digunakan untuk keperluan upacaradaripada keperluan biasa?

Ada hal yang penting untuk diperhatikan: padasaat melakukan berbagai diskusi, para informan daridaerah pegunungan (Pasemah) berpendapat bahwamasalah bahan baku memperlihatkan hubungan yangcukup sistematis antara besi dan batu. Hubungan antarakedua bahan ini dilakukan melalui perantaraan api, dankami sering memperoleh penje lasan bahwa dulu orangmembuat api dengan membentur-benturkan logam padabatu rijang; lagi pula batu rijang yang dlgunakan seringberasal dari beliung dari batu dipoles yang ditemukan olehpara petani di ladang atau kebun mereka. Sebenamyabeliung tersebut beberapa kali diperlihatkan kepada kamidengan nama gigi guru atau gigi guntur (istilah yang padaprinsipnya menunjuk pada beliung dari batu dipoles)dari pecahan-pecahan sederhana batu rijang, dari batukuarsa, dari kayu bersilikat. Selain daripada itu, sebuahcontoh "tambang besi kuno" yang disampaikan kepadakami ternyata merupakan sebuah pecahan besar batudari letusan gunung berapi. Mungkinkah secara simbolishal ini merupakan "besi zaman kuno"?

Juga perlu diselidîki apakah tidak ada semacamkesinambungan teknik dalam peralihan batu - logam,meskipun hanya dalam kesinambungan pendirlan pusat­pusat teknik. Di Masambulau misalnya (Kec. TanjungSakti, Pasemah Ulu Manna), wilayah yang mungkin dihunimengingat tersedianya, bahan baku batu yang berguna

,• 1

(batu rijang, namun masih harus dikonfirmasilagi mengenai ada-tidaknya dan mutu lapisantanah yang mengandung bahan tersebut ; danbatu kuarsa) juga merupakan salah satu dariempat pusat pembuatan barang dari besi selamamasa pra-pemukiman di daerah pegunungan.

b. Zaman Logam: Peredaran Besi

Dalam perjalanan melintasi Palembang- Ogan - Gumai - Pasemah - Bengkulu, ataudari hilir ke daerah pegunungan, perbincangan­perbincangan yang dilakukan dipusatJ<anpada masalah besl, proses pembuatannya,jalannya pertukaran, kemahiran yang bertaliandengan teknik ini dan asal-usul bijih besi atau

bahan baku tersebut. Masalah ini juga ditimbulkan olehketerangan tentang langkanya barang baku batu yangberguna di daerah pegunungan, yang membuat kamiberpikir bahwa pemukiman intensif mereka hanya dapatterjadi dengan tibanya zaman logam.

72

Page 73: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Masih di hilir, keterangan-keterangan yangdiperoleh di daerah Pasemah dan Gumai menunjukkanempat pusat pandai besi pada masa pra-pemukiman.Keempat kimpalan di daerah pegunungan itu ialah:Masambulau, Kimpalan Tungkam (wilayah Manna; dipropinsi Bengkulu), Sawa atau Rompayan Alam, danMekam (Gu mai) (Gambar 28). Kemahiran dalam menempabesi mungkin diperkenalkan dari Jawa. Masalah asal-usulbijih besi lebih sulit: mungkin hal ini berasal dari lapisantanah yang mengandung sulfur besi (pyrit) dan tembagadari formasi Hulusimpang untuk Manna dan Masambulau.Sebaliknya di Mekam, besi mungkin dibawa dari "GunungBue" di Pulau Bangka, pulau di mana kami benar-benarmenemukan pengerasan tanah yang mengandung besi,sehingga kami memperkirakan bahwa paling tidak padaperiode yang belum lama, terdapat hubungan erat dengankesultanan di Palembang.

Secara umum, keterangan-keterangan yangdiperoleh memungkinkan kami sedikitnya membedakandua pusat yang barangkali merupakan asal-usul besi:

daerah hilir dan pesisir dengan Pulau Bangka (danBelitung; bandingkan Court, 1821: 207) dan pengerasantanah yang mengandung besi, dan daerah pegunungandengan bijih besinya. Kedua pusat sumber besi ini [22Jsedikitnya dapat Illenggambarkan dua wilayah dandua tipe persedlaan yan batas-batasnya Illasih harusdijelaskan. Di antara kedua wilayah tersebut, keterangan­keterangan yang diperoleh di kaki gunung di bagian huluSungai Ogan menunjukkan bahwa penduduk teringatakan periode di mana alat yang dipergunakan bukan daribesi, tetapi dari bahan tUlllbuh-tumbuhan: para informanberbicara mengenai "penggaruk" yang dibuat dari pohonaren, dan dipakai untuk menggaruk tanah.

Juga perlu diperhatikan bahwa terdapat korpus yangsangat simbolis tentang lradisi lisan yang berhubungandengan industri-industri kuno, yang dapat dicatat dandianalisis: asal-usul tumbuh-tllmbuhan atau hewan yangdijadikan bahan "keris", cara pembuatannya yang tidakmemakai logam, dsb.

/lustras; 28: Lokasi tempat kimpalan (perbengkelan besi) di dataran ünggi daerah Sumatera Selatan

•, .., •, •, .. ....., ,

(~

j 1~ 1~

3

Zona gamping

Klmpalan.besi

[221 Ke!erangan-keierangan Iain menyebulkan adanya lapisan lanah yang secara leratur rnengandung besi di sekitar Prabumulih (di TalangSeleman, sampai 25 km). dan di propinsi Jambi saal ini . di Tembesi. di Bukil Rala/Air Pinang (28 km di sebelah bara! Sarolangull ) danluga di selalan Lampung, di Gunung Ralai.

73

Page 74: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

berhadapan lewat dua sultan yangbersaingan. Jaringan perdaganganpandai-pandai besi ini, yang secaraefisien terstruktur di seputarpembagian tugas, sejak pemesanansampai penyerahan barang, serta diseputar migrasl musiman yang diatur,kini meluas sampai ke Riau, Bengkuludan Jambi. Sejak akhir abad ke-19,perluasan ini dlmungkinkan berkattersedianya besi bermutu baik yangberasal dari saluran-saluran pipa danbenda-benda Iain yang dipungut dariladang-Iadang minyak yang terdapatdi dataran rendah dan dari anekaragam baglan mobil.

Foto 60: Tukang besi di Meranjat. Tanjung Laut (OKI)

Foto 61: Tukang Desi di Kepahiang, Lintang-Empat Lawang

Di hilir sungai, sebuah pusat pandai besi padazaman sejarah tampaknya menyebar di wilayah itu, yaitupandai-pandai besi di Meranjat (Tanjung Laut, Kab. OKI).Pandai-pandai besi Ini berada di bawah pengawasanSultan Palembang, dan terdapat di kota itu sendlri,sampai akhirnya tersisih sebagai kelanjutan konflikpada abad ke-19, ketika Inggris dan Belanda saling

74

Tampaknya besi merupakan sumber yang sangatlangka di wilayah tersebut (seperti juga di Jawa) danpaling sedikit pada abad ke-B, merupakan produk Imporyang sangat dicari orang, yang mengarah pada sumber­sumber dari Cina atau Arab. Adanya nekara perunggu didaerah pegunungan menunjukkan kehadiran metalurgisebelum waktunya, mungkin juga sebelum waktunya diJawa. Hal ini membuat kami bertanya-tanya tentang asal­usul sesungguhnya dari teknik pandai besi, yang mungkintiba dengan budaya Dong Son, dan datang dari Jawa.Terlebih-Iebih lagi karena situs pesisir Karang Agung(abad ke-4) yang pasti hanya hidup karena pertukaranbarang dengan dunia luar, telah menghasilkan banyakbenda dari besi.

Singkat kata, perbincangan-perblncangan danprospeksi-prospeksl yang sampai saat Ini dilakukanmemungkinkan kami untuk menonjolkan beberapadaerah teknil< sebagai hipotesa: daerah-daerahpegunungan tampaknya sejak lama telah mandiri dalamproduksi besi, kemahiran teknik mereka berasal dari"Iuar". Maslh di daerah pegunungan, wilayah Rejang­Lebong mungkin mernpunyai pandai-pandai besinyasendiri, dan telah mengembangkan pertukaran denganwilayah Pasemah. Daerah kaki gunung Bukit Barisanbarangkali belum lama mengenal besi. Sriwijaya dankesultanan Palembang merupakan sumber pertukaranyang terus berlanjut sampai sekarang. Masalah besi initampaknya penting sehingga kami mempertanyakanapakah pengawasan tentang persediaan besi bukanmerupakan alat utama bagi pengawasan politik diwilayah tersebut.

Page 75: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

C. Peralatan dari tumbuh-tumbuhan:Keluwesan Sistem-sistem Teknik

Kunjungan ke situs-situs yang ditinggalkan belumlama ini oleh para pemburu-peramu menjelaskan bahwaseiring dengan waktu, semua tinggalan pemukiman itucepat punah, sehingga membuat kami menilai bahwapemukiman-pemukiman ini "perlahan-Iahan lenyap". Jadiperalatan dari bahan tumbuh-tumbuhan tidakmeninggalkanbekas di pemandangan ataupun di tinggalan. Tetapi ada duahal pertama-tama, batu mutlak diperlukan pada beberapatahap pembuatan alal, yang dibuat dari bambu misalnya ;sampai saat ini hanya sedikit yang diketahui dari gabunganfungsi batultanaman. PadahaJ, beberapa mitos tertentumengambil gabungan ini (misalnya, pendudul< Rejangyang, sebelum adanya besi, "membuat keris dengan jari­jan mereka, lanpa menempa logam ilu dengan api, dari"bunga-bunga" yang keluar dari "nodulus-nodulus balu").Dengan demikian, pengamatan yang dilakukan dalambidang arkeologi seperti juga dalam bidang elnografimembuat kami menduga adanya kesinambungan teknik­teknik batu dan logam di satu pihak, yang dilengkapidengan teknik-teknik batll dan alat tumbuh-tumbuhan dipihak Iain, dan hal ini bahkan terjadi setelah datangnyazaman logam. Keterangan-kelerangan yang dikumpulkandi sana-sini di Siberut, di mana industri tumbuhan masihada sampai sekarang, menegaskan ha! ini.

Selanjutnya, walaupun di luar konteks parapemburu-peramu, terdapat beberapa tipe perkakasyang terbuat dari berbagai bahan turnbuhan, yang

Falo 62: Membuka biji kemlii dengan a/al ku/il bambu

digunakan sampai pada periode sebelum sekarang diSlimatera Selatan. Berbagai perkakas dari bambu untukmengumpulkan getah kemenyan masih dipergunakanhingga saat ini, di mana bagian dasarnya tertutup, bagiantengahnya dimanfaatkan untuk menampung getah kering,bagian atasnya dipisah untuk pegangan, dan bagianujungnya ditajamkan sebagai pisau untuk mengikistetes getah yang sudah kering yang mengalir dari lukayang dibikin beberapa bulan sebelumnya [23]. Akhirnya,

Falo 63: Getah kemenyan. Di sebe/ah kanan terdapat sepotonggetah bersih, dan di sebe/all kin ada/ah hasi/ getillJ yanglercampur dengan kotoran dari ku/il pO/IOn

bambu menjadi bahan dasar untuk menulis yang masihditemukan di dalam beberapa dokumen peninggalan(berbagai kisah, surat, penanggalan); dokumen ini, yangtahan sekitar duaratus tahun, pada umumnya disimpanoleh para penanggung jawab adat. Bentuk tulisan yangpaling banyak dipakai adalah jenis Ka-na-ga. yang

ditemukan di kisaran daerah dataran1inggi dari Lampung Selatan, sampai kedaerah Rejang, melalui dataran tinggidan pertengahan Sungai Musi (f010 64).

Berkaitan dengan lokasi bahanbaku yang didukung oleh sistempertukaranya, maka mereka dapatmembangun industri campuran antarabatu dan tetumbuhan di dalam hutan.Ini/ah asal mula penyesuaian, ataufleksibllitas sis1em eksploitasi daerahini, yang mengizinkan untuk melakukankegiatan perburuan, peramu dankemungkinan juga asal-usul l<egiatanpertanian.

[231 Teles ilu yang paling baik dan berharga (kanan di folo 31), akan tetapi bisa juga memukul manis bagian kulil pohon yang disakili supaya dapatkemenyan bulir kecil sekali (seper1i pecal1an kaca) yang lercampllr dengan kotoran Iain (Iumut). yang berkualitas kurang baik (kiri di (ota 31)

75

Page 76: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Foto 64: Tulisan Ka Na Ga di atas kulit kayu (disebut bedue dalam balJasa daera/l)Biasanya buku ini disimpan di rumah dalam kanlung plaslik dan bahan dasar tidak lallanlebih dari 200 talwn

Secara khusus dapat dikatakan bahwa pendekatanpenelitian kelompok pemburu-peramu mas pembagianruang dan waktu, memungkinkan kita untuk mendapatkaninti dari beberapa strategi adaptasi hidup di tengah hutan.Strategi itu berdasarkan atas persepsi dan pemakaian ruangsecara lembut (territorial fluidity), dimana ada tempat tetapuntuk peramu dan pemburu yang berubah sesuai denganirama musim, tetapi ada juga strategi dan tempat yangkhusus lIntllk menghadapi musim paceklik atau sITuasikrisis: seperti ruang lindung dengan persediaan yangkhusus. Irama yang berbeda memllngkinan keseimbanganantara kebutuhan dan persediaan.

Kasus masyarakat Siberut di satu pulau kecil agakberbeda, dan nampaknya merupakan sebuah alternatif daricara berproduksi berdasarkan budidaya padi. Penduduknyamemilih untuk bercocok tanam berdasarkan hortJkulturadengan dasar talas dan sagu, serta peternakan babi. Pilihanitu yang dimungkinkan 01eh lingkungan ekologi pulau itu(banyaknya rawa) serta berdasarkan ketersediaan lahanyang luas dan sumber hutan (kepadatan penduduk yangringan} mllngkin juga terkait dengan karakteristik sosial,yaitu sistem suku relatif tanpa pemimpin kelompok.

Pendekatan melalui Sistem ProduksiPertanian dan Pertukaran

Perlu diingatkan bahwa seluruh daerah yangdibahas merupakan "daerah tropis dengan kelembabantinggi" dengan satu musim kering yang pendek (duaatau tiga bulan) antara bulan Mei hingga September,curah hujan keseluruhan berkisar antara 2700 sampal

76

sedikit lebih dari 3000 mm pel' tahun.Beberapa sumber mencatat bahwacurah hujan dl dataran tlnggi lebihrend ah dan intensitas turunnya hujanlebih ringan dibandingkan di dataranrendah. Demikian pula curah hlljandi bagian selatan cekungan lebihsedikit daripada di bagian utara.Selain 01 eh pengaruh di atas tanah(erosi), mllsim hlljan panjang jugadapat memengaruhi penyimpanganproduksi pertanian. Perbedaan zonaagro-ekologi dibikin atas nilai tanah,dengan peringatan kualitas tanahbukan bergantung pada karakteristikfisik dan kimia, tetapi juga berubahbergantung kepada perkembanganteknik pertanian dan ketrampilan,permintaan produk yang tertentu dan

juga tingkat perhubungan (accessibility}. Setiap wllayahekologi di DAS Musi mempunyai wôktu yang tertentu(irama, batas, dan perpecahan) untuk penentuan nilai.Tingkat akses tampak sebagai salah satu faktor pentingdalam pembentukan wilayah budaya. Nanti kami akancoba memetakan wilayah budaya DAS Musi dengansemua variabelnya.

a. Ladang Sebagai Dasar Pertanian di DataranRendah

Tanpa melupakan ekonomi pemburu-peramu,sama dengan tahap hortikultura berdasar umbi-umbian(talas, dU.) dan sagu/rumbia (Metroxylon) , kita dapatmemikirkan bahwa sistem pertanian dasar pada prosespemukiman aliran Sungai Musi didasarkan pada ladang.Dengan singkat, sistem ladang adalah: pembukaansebagian hutan (sering sedikit kurang dari satu ha pel'keluarga} dengan pembabatan dan pembakaran kayu, lalusesudah paling lama dua musim tanam tanpa cangkul,lahan ditinggalkan selama beberapa tahun agar hutan dantanah kembali hampir utuh seperti semula.

Wilayah luas di dataran rendah dan daerahperbukitan di kaki gunung merupakan lingkungan hutanyang sulit untuk diolah secara permanen karena kualitastanahnya tidak begitu subur: sesudah dua kali tanamhasil panen akan turun sekali. Di tempat tersebut, sampaisekarang, petani masih berladang tetapi sejak lama merekamemperkaya ladangnya sebeJum ditinggalkan denganpohon yang berguna (buah-buallan, pohon bergetah, dU}.Sistem ladang berjalan sama dengan peramuan di hutansekitar ladang: g8tah, l'otan, madu. dan Iain sebagainya.

Page 77: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Ini merupakan sistem yang sangat adaptlf, sebagaimanayang dilihat dengan cepatnya respons petani ladang ataspermintaan pasar: karet pada awal abad ke-20, lada padasekitar awal abad ke-16, dan kapas, gambir, buah pinang,dan Iain sebagainya yang bahkan mungkin sebelumabad ke-16. Kita harus menunggu model pertanian yangditerapkan oleh pemerintahan Hindia Belanda, yangkemudian dilanju1kan oleh Program Transmigrasi, untukmelihat perubahan agrosistem di dataran rendah denganteknik budidaya "moderen" yang berkembang di Jawa,seperti sistem irigasi pada tahun 1930-an, pembajakan,penggunaan pupuk dan Iain sebagainya. Walaupundemikian, kegagalan sementara dari pertanian tanamanpangan di tegalan (Iahan permanen kering) di MusimenunJukkan betapa cocoknya agrosistem Iradisional didataran rendah Musi.

Kalau sistem ladang membuat tingkat perpindahantinggi, kemungkinan besar pertanian di atas tanah renahdapat mengikat pemukiman secara permanen. Renahadalah tanah yang mengenal kebanjiran dan yang akanbebas dari banjir pelan-pelan mulai bulan April kalaucurah hujan mulai turun. Terdapat renah pada pematangrendah dari sungai, Iingkaran danau/empang dan rawa,lebak atau depresi tanah di belakang pematang sungai.Di tanah tersebut tanaman tahunan seperti padi, sayur,kapas, dapat tumbuh dengan subur karena terdapatsedimen baru setiap tahun.

Falo 65: Pondok di daerah Pasemah"5!li

~

""~ç;

b. Proses Keruwetan Antropo-s;stem d; DaerahDataran nngg;

Daerah dataran tinggi yang memiliki gunungberapi kelihatan baik untuk melakukan kegiatan pertaniansecara permanen. paling tidak pada zaman logam. Kajianmengenai posisi antroposistem pertama di sana masih sulituntuk dipastikan akibat kurangnya data-data paleobotanika.Berbagai penelitian kami difokuskan pada lokasi penemuandi Pasemah dan Lintang. Saat ini, pertanian di wilayahPasemah mirip dengan pertanian di wilayah datarantinggi gunung berapi lainnya di Nusantara yang termasukzona tropis yang lembab (dengan dua musim, kering danhujan, yang sama lamanya). Pertanian itu ditandai denganhampir punahnya aktîvitas berladang, diganti oleh sistemcampuran atas: persawahan dengan irigasi gravitasi,tegalan kering dengan sayur-sayuran dan palawija, sertakebun dengan penanaman jangka panjang (terutama kopidan karet). Kami bisa mendapatkan gambaran pertanianmasa lalu dari survei Belanda pada pertengahan abad ke­19, dan juga sedikit data pada abad sebelumnya dengancatatan mengenai pertukaran dan upeü dengan daerahpusat, yaitu Kesultanan Palembang. Tulisan-tulisan pertamamenunjukkan adanya sistem pertanian campuran antarapersawahan dengan sistem irigasi dan perladangan denganmembakar hu1an atau lahan aJang-aJang, produksi sepertikopi arabika di lereng gunung paling atas, serta sayur­sayuran. Luasnya padang alang-alang (Imperata cylindrica)yang menonjol pada waktu Belanda masuk di Pasemah(1866), menjadi pertanyaan sulit. Pada umumnya di

Nusantara, alang-alang ini dianggapsebagai tanda pemanfaatan tanahyang berlebihan (over exploitation)[24]. Te1api di dalam konteksgunung berapi, kami tidak dapatsepenuhnya mengabaikan efekdari berbagai fenomena vulkanis.Apabila hipotesis mengenaipemanfaatan tanah yang berlebihanternyata terbukti, maka hal tersebutberkartan dengan kepadatanpenduduk dan batas sistem ladangdalam konteks itu, yang juga dapatmemberikan penjelasan mengenaiperubahan pemandangan saat iniyang teru1ama disebabkan olel1pengaturan persawallan dan irigasi.

[24] Sehingal orang [ua di Pasernall lallan alang-alang dipingiran sUllgai adalall padang kerbau dulu: ditinggalnya disitu lampa pellgawasansesudatl selesai kerlaan disawah

17

Page 78: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

~.--------------------,

j;§s;;~

Foto 66: Sawah dan gundukan sisa kopi,desa Muara Payang. Pasemah

Hingga saat ini kami masih belum mengetahui kapanteknik pengairan sawah mulai di terapkan. Sastra lisanmenujukkan pengetahuan irigasi datang dari Jawa (sepertihalnya pandai besi), pada zaman kerajaan Majapahit (abadke-13 sampai ke -15). Tetapi bisa jadi teknik ini berasal darimasa sebelumnya [25]. Dalam evolusi pertanian kami harusmengakui bahwa inovasi pertanahan dan teknik bukansemua berasal dari daerah hilir Sungai Musi (pan13i timur),tetapi bisa juga datang dari daerah pesisir barat, atau daridataran tinggi di lItara, yaitu melalui daerah Rejang (yangberada pada keadaan agro-ekologis yang sama), Kerincidan daerah Minangkabau. Tanaman kopi mungkin dikenalterlebih dahlilu di bagian barat.

Pertanian di da13ran tinggi lainnya di hulu anakSlingai Musi memiliki ciri-ciri yang sama dengan diPasemah, walaupun tidak kompleks karena kepada13n tidaktinggi dan kondisi topografi tidak memungkinkan. Di daerahDanau Ranau (Komering Ulu), di mana terdapat bekas candi

(Jepara), sistem pertanian teratur dengan sawah danladang. Tegalan tidak berkembang di situ karena danaudikelingi oleh pegunungan dengan lereng tajam, tanpalembah yang berarti; sejak 13hun 1980 berkembang kebunkopi. Semen13ra diperkirakan hubungan antara daerahdataran tinggi lebih kuat dari hubungan dengan hilir di barat(pantai Bengkulu) atau di timur (pantai Palembang).

c. Sekitar Sriwijaya, Wilayah di bawah TekananBesar: Sagu dan Padi

Masalah keblltuhan pangan ibukota daerah Musimenjadi pertanyaan penting sejak awal penelitian ini.Sumber sejarah tldak pernah menyebutkan bahwa daerahdataran tinggi dapat menyediakan makanan secara regularkepada kesultanan. Hanya kalau beliau memerlukanbantuan penduduk ulu untuk mengadapi ancaman darilaut, mereka akan diminta untuk turun ke ilir denganmembawa bekal sendiri. Pada awal abad ke-19, penghunidi aJiran iengah sungai (dataran rendah) mengirim upetitahunan, termasuk padi te13pi tidak mungkin cukup untllkkeperluan pangan kota-pelabuhan yang ramai (Court,1821; Sturler, 1843). Beberapa sumber tertulis an13raabad 10 dan 14 menggambarkan Palembang sebagaidaerah subur dan penuh dengan benih. Dengan data ituki13 mulai dapat melakukan survei daerah sekitar yangterdiri dari tiga Iingkungan: zona tanah kering (bebas daribanjir) sebagai ujung antiklinarium, dan dua zona berawa,perairan payau/asin di hilir sungai, dan perairan tawar dihulu sungai.

Dari Palembang sampai muara Musi (sekitar 80km) terdapat rawa yang dipengaruhi pasang-surut airlaut setiap hari (tidal lowland). Di rawa ini terdapat jugagambut yang cukup teba!. Apabila wilayah itu merupakantempat pemburuan (terutama buaya), penangkap ikan danperamuan, kemungkinan sangat kecil bahwa daerah inicocok untuk perkembangan pertanian tanam pangan danpenghunian permanen pada masa lampau. Rawa tersebutmenjadi wilayah kerja orang Rimba dan orang Laut. Barusekitar 13hun 1950an dengan da13ngnya para migranBugls, yang mempraktikkan sistem pertanian pasang surutyang berasal dari daerah rawa Banjarmasin (Kalsel) [26].Sejak awal tahun 70-an. pemerintah Indonesia melakukanperombakan secara besar-besaran dengan teknik insenioruntuk menempati ribuan transmigran dengan sistem

[25] Perlu diingalkan bahwa sislem persawahan irigasi dikenal pada masyarakat Dong Son. Jawa juga mengenal system irigasi gravilasi palinglambal pada abad 5, dan kon\ak anlara Jawa dan kekuasaan di Musi dimulai jauh sebelum MajapahiL

[26] Mereka menggali paril dari aliran sungai sampai beberapa kilometer di pedalaman dan, kiri-kanan. di lahan pertanian di bangun pematangparaleluntuk tanaman kering. padi ditanam pada lobang diantaranya. Lihat Collier et al .. 1993.

78

Page 79: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

pasang-surut "teknik". Tetapi usaha ini berakllir dengansetengah kegagalan (terdapat satu musim tanaman padidengan hasil paling banyak hanyalah , ,2 ton gabah/ha).!tu mungkin cukup untuk membuktikan ketidakmungkinanpertanian pada masa lampau di daerah rawa asin.

Sehingga hanya tinggal daerah ulu Palembang didataran rendah atau di daerah berbukitan di antiklinal yangmungkin sebagai daerah pertanian tanaman pangan. Didaerah berbuk.it kami sudah melihat keterbatasan pertanianladang yang memungkinkan satu kali panen padi pel' tahundengan hasil yang jarang di atas , ,7 Uha, yang mencukupiuntuk keluarga petani tetapi tidak terdapat banyak kelebihanuntuk dikirim bagi penduduk kota. Ditambah lagi, dengankepadatan penduduk yang bertambah mengakibatkanrotasi ladang pasti terlalu pendek untuk regenerasi hutandan tanah, dan akibatnya hasil menurun drastis. Sekarangdaerah ini tidak mempunyai persawahan dan menurutpara arkeolog, sampai saat ini mereka tidak menemukanbukti apa pun yang berkartan dengan pengaturan air.

Di dataran rendah di hulu Palembang terdapat rawaair tawar (backwater atau backswamrtJ yang luas sekalipada waktu tingginya musim hujan (di antara 400 dan 500000 ha), tetapi mulai bulan April air mulai turun sampai naiklagi pada bulan Oktober-November. Pada puncak musimkering, daerah rawa menjadi hanya 5.000 ha luasnya.Rawa ini terjadi karena beberapa fenomena. Pertama aliranair Sungai Musi terpaksa berbelok ke selatan di sekitarSekayu-Teluk Kijing karena bertemu dengan antiklinal yangberjalan paralel dengan sisi pantai. Sungai Musi kemudianberbelok kembali ke arah laut pada suatu bagian rendah diujung antiklinal, tetapi air meluap karena saluran di tempattersebut terlalu sempi!. Tepat di lokasi itulah SriwijayaJ

Palembang berdiri. Ma Huan (1433) mengambarkanPalembang dengan "air banyak, tanah kering sedikrt" danseperti sumber Iain ia juga menyebutkan kesuburan tanahdan panen raya/mas. Sebelum Palembang, Sungai Musimendapat air dari Sungai Lematang (ulunya di Pasemah)dan tepat di belokan terdapat air dari anak Sungai Ogandan Komering. Semua sungai ini meluap pada musimhujan dan berdiri rawa yang umumnya disebut di Sumselsebagai lebak. Keunikan lebak Palembang disebabkanadanya sedimen yang berbeda dari beberapa sungai yangmengandung pH tinggi dan alkanin yang baik sekali untukkesuburan tanah.

Hipotesis yang sedang dikerjakan adalah: apakahlebak Sriwijaya/Palembang mendapat hasil padi yangbesar-besaran pada waktu lampau? Budidaya padilebak (foto 68) tidak memerlukan alat yang tertentumaupun pengaturan air da/am konteks cuaca di Sumse!.Lahan terendam air dan disuburkan oleh sedlmen yangdibawa pada setiap musim hujan oleh sungai sellinggamenghasilkan panenan yang baik sekali (Iebih dari 3 Uha). Penyemaian bibit padi bisa dimulai di dekat rumahatau di pinggiran lebak, atau bisa dengan menabur benihlangsung di tepi lebak yang baru bebas dari air (bulan April)dan yang sudah dibersihkan dari rumput dengan tangan;dan penanaman dilakukan terus seperti itu mengikutiturunnya air. Tetapi budidaya rtu beresiko: pertama di bulanMei hujan lebat bisa saja kembali turun, air lebak akannaik kembali dan membanjiri tanaman awal (resiko kecil);kedua kalau musim kering terlalu kering (tanpa hujan)atau/dan terlalu panjang, yang ini merupakan resiko besarkarena lahan berada di pinggiran lebak, sehingga sampaidi kedalaman akan menjadi keras seperti batu, dan panenakan musnah [27].

Foto 67 & 68 : Tanaman di tanah re/ebak. Air mu/ai surut " semai sudah siap dan akan ditanam /agi bertahap da/am /umpur endapanyang subur

!

[271 Pelani lebak sekarang mengalakan bahwa kegagalan ilu biasa lerjadi seliap 4alau 5 tahun. tetapi kadangkala Iidak lenlU.

79

Page 80: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Sebuah sumber dari Cina pada abad ke-13menyebutkan tindakan penting: raja hanya dapatmemakan sagu, jika tidak, kekeringan akan melandalebih lama dan mereka akan kekurangan biji (padi).Tabu ini mungkin menggambarkan kelemahan sistemtanaman pangan di daerah lebak karena masa keringyang panjang tidak membahayakan panen padi ladang.Kegagalan panen menjadi beneana untuk pusat karena,antara Iain, kapal dapat memilih untuk berlabuh di Iaintempat.

Tabu itu juga menarik perhatian tentangkepentingan sagu/rumbia. Lingkungan PalembanglSriwijaya memang cocok untuk pohon Metroxylon yangsuka tumbuh dengan kaki basah (bukan rawa dalam),dengan kata Iain tumbuh di pinggiran lebak. Sekarangpohon sagu/rumbia jarang terlihat di sekitar Palembangtetapi masih dapat ditemukan di kaki bukit Seguntang,tempat ditemukannya banyak area dan kepingangerabah dari masa berdiri Sriwijaya. Terigu sagu pastimemillki peran penting pada awal sejarah pelabuhanini [28]. bukan hanya untuk penduduk kota tetapi juga

Foto 69 : Sebuah rumah di daerah Pasemah

karena bisa dlbawa di kapal sebagai bekal yang tahanlebih dari satu bulan kalau masih basah.

Dengan penelitian yang sedang dikerjakan atasteknik pertanian, peta lebak lama, sumber dari Cina,Arab dan Belanda, sejarah lisan tentang asal-usul benihpadi atau pohon sagu, penemuan arkeologis (terutamakanal, batu merah yang mengandung fosH padi), sertasejarail padi rawa di daerah Iain [29J akan mungkinmemperkuat hipotesis baru tentang persediaan makananpangan di Sriwijaya. Sementara diperkirakan, pada awalberdiri situs Sriwijaya, penduduk dan kapal mendapatbahan makanan dari pohon sagu, lalu dllengkapidengan padi lebak, sampal kemudian kehabisan pohonsagu [30]. Kemungklnan besar sistem pertanian padilebakl padi renah dapat mencakup wilayah yang lebihluas daripada sekitar ibukota [31 J. Kami juga sedangmeneliti akibat dari sistem pertanian itu untuk petanilebak, yang kemungkinan besar diatur ketat oleh rajasetempat Mereka tinggal tidak jauh dari pusat, di suatulingkungan yang sulit karena selalu basah, dan merekabertanggungjawab bagi persediaan yang pentingsekali untuk menunjang ekonomi dan politik kerajaan.

Dengan kata Iain kemungkinanbesar penduduk ini tidak bebas, ataudipaksa.

Singkat kata, perpaduan padilebak dan sagu adalah suatu elemenyang dapat menbenarkan lokasiberdirinya kerajaan Sriwijaya. Berkatkemandiriannya dalam bidangpangan, Sriwijaya dapat menandingikekuatan kerajaan di Jawa (yangpada saat yang tertentu merupakanpenyedia utama beras bagi sejumlahkerajaan di Nusantara) dan pusatkekuasaan musuh lainnya.

[28] Di pelabuhan/kerajaan Iain juga di zona trapis sangat basah. termasuk pulau Bomeo (infOlmasi dari Bernard Sellalo).

[29] Sepeni temuan penelitian arkeologi di Angkor Borei. Fox J & Ledgerwood J (1999)

[30J Lain dari bahan makanan (Iermasuk biskuil kerinQ dan terigu unluk bikin empek-empek dulu) semua bagian dari pohon sagu berguna: daunherlahan lebih lama dari daun nipah sebagai alap rumah, dlbuat sebagai las unluk mengangkut makanan dan binalang ; balangnya lanpadaun di pakai untuk pagar dan ijuk dipakai sebagai saringan Budidaya sagu tergambar pada penelilian di Papua. Maluku dan oleh penelitiprogram ini di Luwu (Sulsel). Kila dapat bertemu dengan petani di Palembang yang menggambarkan semuanya.

[31] Pada wal<lu sekarang padi lebak lidak dihargai dan diperhalikan. Diperkirakan awal dari penanaman padi di lokasi tersebul sebagaiperkembangan luas kebun karel (awal abad 20) yang mengurangi areal la[lang. Pada tahun 80an dikerjakan proyek sislem drainase/irigasiteknik yang mengakibalkan perubal1an pH dan semua areal percobaan Illenjadi lahan terlanlar sampai sekarang.

80

Page 81: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Kemapanan danVariasi Penghunian Manusia

a. Di Dataran Tinggi

Selalu terdapat faktor-faktor tetap yang terlihat dipemukiman manusia, baik di situs-situs di ladang guei, dibenteng dan di situs-situs yang didirikan sebelum masakini. Sftus-situs yang paling banyak terpilih terletak didaerah pertemuan dua sungai, oleh karena tempatnya yangmampu memberikan perlindungan selain juga mengawasilalu-tintas yang dilakukan melalui jalan air (Tangge lVIanik,Kunduran). Namun apabila keadaannya tidak demikian,situs itu dapat bersifat sangat defensif. Benteng TanjungTapus, situs lama Pelang Kenidai, terfetak menjorok ditempat tinggi dan mengawasi kedua lembah yang beradadi sekelilingnya. Sftus Benua Keling Lama juga terletakmenjorok di atas. Benteng Dusun Buruk (Belumai) terdiriatas dua baris parit. Ladang-Iadang guei di Muara Betungdan Kunduran, dan juga di Muara Payang, juga terletakdalam konteks yang sama: lahan yang landai, di dekatdaerah pertemuan antara dua sungai. Seeara umum, kamidengan mudah dapat melaeak kembali model pemukimankuno melalui pertalian yang sangat mungkin terjadi antaradaerah-daerah pemukiman, pekuburan dan kegiatan.

Berdasarkan faktor-faktor tetap daJam pilihanuntuk mendirikan pemukiman, kami mengamati bahwasitus-sltus yang sama secara cukup sistemalis telahdigunakan kembali oleh pemukiman-pemukimanyang bergantian mendiaminya. Benua Keling Lamamemberikan contoh yang jelas: pada tempat yang sama,berdampingan atau tumpang tindih, terdapat sekaligussebuah pemukiman neolitik, sebuah pemukiman Iaindari zaman logam, sebuah benteng, dan sebuah tempatmakam. Gejala yang sama juga dapat diamati di Belumai,di mana "makam-makam Rejang" di dua situs yangberbeda, telah dipisahkan oleh benteng di Dusun Buruk.Di Kunduran, di beberapa are terdapat sebuah ladangguei, sebuah benteng dan desa yang sekarang. Tumpangtindihnya pemukiman menyebabkan kami tidak sajameneliti tinggalan-linggalan dari satu pemukiman saja,tetapi dari beberapa pemukiman di situs-situs kuno.

Kekacauan terbesar pengaturan manusiadftimbulkan oleh serbuan mendadak budaya luar yangdatang memutuskan faktor-faktor tetap pemukiman­pemukiman ini. Penjajahan Belanda mewajibkan

perdamaian di antara daerah-daerah yang berpenduduk,melakukan penghematan biaya yang bertujuan untukmengawasi, memanfaatkan, dan mengatur pemukjman­pemukiman tersebutdi sekeliling sistem yang berhubungandengan jalan. Begitu tidak ada jalan yang melewatinya,maka pemukiman-pemukiman lama dilinggalkan. Skemapemukiman dalam ruang berubah secara radikal.

b. Di Dataran Rendah: Kemapanan TepianSungai /Pertanian, Komunikasi, Mobilitas

Daerah dataran rendah yang luas adalah wilayahdi mana terdapat perpaduan dua jenis dunia: kehidupandi antara dua aliran sungai (interfluve) yang dihunioleh masyarakat orang Rimbalpemburu-peramu, dandaerah pinggiran sungai yang dihuni oleh masyarakatpetani yang bergantung kepada sistem ladang karenalingkungan tidak memberi kemungkinan Iain (kesuburantanah dan musim kering pendek). Sungai merupakan jalurkomunikasi yang penting sekali pada saat itu, dan masihbisa dibayangkan hingga sekarang walaupun semuatelah berubah Jalan darat yang dibangun pada waktupemerintah Belanda sering melalui sungai dan kadang­kadang menggabungkan dua aliran sungai: sehinggaterdapat penambahan satu jaringan tanpa menghapusyang semula. Jaringan penghunian yang mengiklfÜjaringan sungai tetap dapat dilihat dan memiliki karakteryang kuat sepanjang waktu (tropisme).

Di semua desa yang terletak di tepi sungai, mitosmenyebutkan asal-usul yang berupa satu migrasi. Yangpallng banyak terjadi dari hilir ke hulu [32]. Namunkadangkala disebut migrasi dari daerah hulu ke hilirsungai, yang antara Iain, dapat diartikan sebagai: 1.dinamika pertanian dan kepadatan penduduk, 2. tandapertukaran antar penduduk di semua daerah hulu, dan3. strategi menjauhi kontrol dari pusat. Migrasi hulu-hilirditemukan juga dalam kumpulan legenda penduduk lokal,yang merupakan transkrip ulang dari buku kulit kayudengan huruf ka na ga, yang berisi eema perkembanganklompok Muslim pada abad ke-14 sampai abad ke-15(Yani et al., 1980)

Penearian lahan baru umumnya dilakukan disepanjang garis sungai. Desa baru terbentuk (baik darisebagian atau seluruh desa lama atau oleh pendatang baru),untuk mendekati ladang baru yang dibuka atau karena situsdesa tua sudah tidak memungkinkan lagi untuk ditinggali(pematang sungai sudah 10l1gsor, kebakaran, wabah

[321 Hal ini mungkin ada kailan dengan istilah ke laul. unluk menunJukan arah dari clalaran ke sungai. kadang kala arah ke sungai illi sendiri.

81

Page 82: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

•. ,----__- __...--------::::i,..,.__-__r----,--=

~

penyakit atau bencana Iain). Tet3.pi tempat baru selalu Mal<lebih jauh dari dua-tiga kilometer dari tepi sungai. Daerahantar-sungai jarang dihuni oleh kelompok petani ladangdan tetap menjadi daerall yang cukup eksklusif bagi paraorang Rimbalpemburu-peramu, terutama di bagian utaraDAS Musi. Perubahan proses pemukiman dimulai padaabad ke-2D dengan pembukaan lahan besar-besaran yangdidorong oleh pemerintah (transmigrasi dan perkebunanbesar), sering dengan pendatang dari luar (transmigrasi danmigrasi spontan dari Jawa).

Dinamika masyarakat pedesaan membualterciptanya skenario ideal yang menggambarkanperkembangan proses pemukiman para masyarakat petani.Pada umumnya beberapa keluarga akan membuka ladangbaru di hutan yang belum pernah dibuka, di luar jangkauanpulang-pergi ke dusun lama (nama desa di Sumsel) dalamsatu hari kerja; bisa dekat sungai atau di pedalaman. Padaawalnya tempat itu merupal<an pemukiman musiman padawaktu lanam sampai selesai panen. Kalau kondisi situsmemungkinkan (dalam arti tanah, luas, dan posisi cukuppotensial untuk menjadi ramai) perumahan akan menjadipermanen dan kampung kecil itu sering di sebut talang[33]. Dengan pertambahan keluarga (perkembangan dariperintis asal dan penerimaan pendatang) tempa1 itu akanmenjadi satu dusun yang tetap tetapi mempunyal ikatankhusus dengan dusun lama. Ini adalah gambaran dasar,

Faro 70 : Rakit di daerahBayung Lincir. Di beberapakota kecil te/api ramai. rumahrakit masih berbaris di /episungai. Sering. penghuninyamerupakankeluargapendalangdari /empa/lain di Sumsel

namun sebenarnya, bukan hanya potensi pertanian dankepadatan penduduk yang mendorong proses pemukiman.Beberapa faktor Iain pun mempengaruhi, seperti mobilitasmusiman dalam satu atau beberapa tahun, sistem keluarga,keturunan dan warisan. Contohnya pada keluarga Semendodi daerah dataran tinggi di selatan Pasemah. Meskipunkelompok keluarga cenderung untuk menjadi perintisdengan membuka lahan baru di luar wilayahnya (dulumenuju ke hilir, sel<arang mereka membuka hutan jauhdi dataran tinggi Lampung); namun mereka (yang pergikarena tidak mendapat warisan tanah) mempunyai tujuanakhir kembali ke daerah asal dengan uang secukupnyauntuk membeli sawall.

Beberapa elemen alam tertentu merupakan faktorpendukung menetapnya pemukiman dalam ruang, sepertihaillya untuk pertanian sawah dengan irigasi sederhanadan tanah renah (pematang sungai yang rendah, lebak,beJokan sungai yang sedang dalam proses mati) semuaadalah tanall subur yang bisa ditanami setiap tahununtuk menjadi lahan permanen. Untuk lokasi pemukimanumumnya mereka mencari pematang tinggi yang bebasdari banjir, keadaan satu bagian sungai yang lebar (Iubuk)untuk mandi dan cuci, dekat atau di persimpangan muarasebagai situs pertahanan atau untuk menambah wilayahpertukaran, tidak hanya dalam arti pertukaran barangtetapi juga Ilubungan masyarakat. Paling tidak, pemukiman

[331 ,A,rti ltlin unluk talang di daerilh yang lTIengalami banii[ adalah \anall yang lidak lergenang, di mana penduduk bisa bermunkjm dan bertani.

82

Page 83: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

harus berdiri di satu segmen sungai yang memungkinkanterjadinya hubungan dengan dusun Iain dengan rakit. Kitamelihat di lapangan semakin hulu anak sungai, semakinkuat identrtas kelompok.

Gambaran dasar proses pemukiman ini bisaditemukan pada dunia Melayu di tempat Iain di pantai timurSumatera, Semenanjung Malaka dan Bomeo. Sering kaliberdasarkan cerita dari penjelajah Eropa yang pertamamemasuki daerah dapat diketahui bahwa pertemuandengan orang Melayu umumnya terjadi di sepanjangsungai yang bisa dijangkau dengan perahu kecil, kemudiandi hulunya baru bertemu dengan mereka yang disebutsebagai "orang asli".

Dapat diperkirakan bahwa pertambahan kekuasanpusat kerajaan ke peclalaman te~adi melalui pengawasanmuara anak sungai besar yang Illembuka daerall yangmendapat hasil produksi yang penting untuk perdaganganmaritim (kemenyan, mas, lada, kapas dll). Muara (dan jugasegmen sungai yang sulit untuk hubungan utama [34])menjadi titik-berat dari jaringan yang tergambarkan olehaliran Sungai Musi. Tetapi sistem ini cukup kompleks karenasetiap lembah terkait dengan lembah Iain dalam satu DAS,bahkan juga dengan lembah dari daerah aliran sungaiyang Iain melalui jalan setapak. Oleh karena itu, Ilubungandengan urutan tingkatan belum pasti hanya dari hilir kehulu tetapi juga pada arah sebaliknya, dan kemungkinanbesar, masyarakat satu lem bah bisa memainkan atas duapusat kekuasaan. Kemungkinan besar keberadaan sistemjaringan terkontrol oleh pusat pelabuhan tidak begitu tua.Pada zaman Sriwijaya perpindahan pusat antara MusilPalembang dan Batang Hari/Jambi mungkin merupakantanda adanya kesulitan pengawasan terhadap ruang.

Kami dapat mengllubungkan besarnya pemukimandengan lokasi di jaringan perllUbungan sungai: titik-beratadalah tempat singgah yang merangsang pertumbuhanjumlah penduduk. Di desa persimpangan muara (yangdahulu sering disebut sebagai 51kap [35] )terdapat beberapaaktivitas seperti pangkalan, gudang, pasar, bengkel kapal,dll. Selllua ini mendorong cliversiflkasi penduduk di pusatkegiatan itu (adanya pedagang, buruh, pande besi, dll.)yang terdiri dari penduduk lokal atau pendatang dari luar.Pada waktu kesultanan yang terakhir, ketua sikap diangkatoleh pusat kekuasaan Palembang, tetapi kemungkinan

berasal dari wilayah sekrtar muara supaya melempengkanhubungan dengan penduduk yang memproduksi bahanyang berada dalam monopoli sultan.

2. Warisan: Oua Adat Kebiasaan padaMasa Lampau

Sebuah aspek yang menurut hemat kami tidakdapat dihindarkan dalam penelitian kami adalah menilaiapakah makna penting yang terdapat dalam tinggalanarkeologi, atau secara lebih umum, yang terdapat padamasa lampau dan maknanya bagi masyarakat masakini. Bahkan menurut kami, pendekatan ini memberipertanggungjawaban atas petaruhan-petaruhan yangditalllPilkan saat ini oleh arkeologi dan rekonstitusi­rekonstitusi masa lampau, dan melalui hal itu juga,memungkinkan kami menilai jangkauan penelitian yangdiperuntukkan bagi tema-tema ini secara orisinal.

Kami telah sempat melakukan analisis semacamitu di dua daerah. Pemikiran-pemikiran masa lampau yangtelah dapat diungkapkan, dengan jelas menyingkapkanberbagai strategi yang dikembangkan oleh masing-masingkelompok manusia yang kami teliti, dan sedikit banyakIllenutupi sejarail sampai kegunaannya yang masihaktual dewasa ini [36]. Barulah pada akhirnya di daerallpegunungan, di mana masih ada benda-benda zamandahulu dan masih terpelillara keseimbangan pemukimanmanusia, tinggalan-tinggalan masa lampau benar-benarmenjadi tempat berpijak bagi wilayah dan identitas. Tetapibahkan dalam proses-proses ini, peralatan masa lampautampak jelas. Melalui referensi yang dibuat di Jawa(melalui kerajaan Majapahit) dalam bidang inovasi teknik(pengenalan metalurgi dan penggarapan sawah yangberirigasi) di Pasemah, kami terutama melihat bahwareferensi semacam itu merupakan alat identifikasi bagipemukiman yang datang dengan tokoll Atung Bungsu.

Masa Lampau yang "Hilang":Masyarakat di Sepanjang Aliran Sungai Dgan

Contoh yang paling jelas dari logika ini, yangmengawali sejarah sebuah kelompok pada saatkedatangannya di sebuah wilayah, diberikan oleh lembah

[34] Seperfi acliinya IJJlli-baluar! \,ang rn ,rnai<sa Il3rang diplndahkan uilfi ';alu pi:;f<1IHi ~e [JOldl1 J 1,IInflya

[35] Sebuah islilah yang sama sekilli kehildngan makllilllya pada rnasa kinl IClapi DlilSi/l dl emukan sellagai nal11i:l cmpal (manJd dlau uesa)

[361 Sebuail cOlllol1 Iain ortr! pemungulan kembali masa lampau dalam konle~;s globalisas; dibûlikan oletl penggulI,:!a1 ndl11a Sriwijaya secaraumum Iii wllayah Palembal Q Conloll ifll dil<embang"an olet) Manguin 12000(;)

83

Page 84: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Folo 71 : Sebuah rumal!di daerah Ogan

Sungai Ogan. Di sana, kelompok-kelompok manusiayang sebagian besar baru tiba (masyaral<at animis yangsebagian datang dari hulu, dari daerah pegunungan, dansebagian lagi dari hilir) saat ini banyak mendiami desa­desa di sepanjang Sungai Ogan, dan menyingkirkanmasyarakat-masyarakat yang sudah lebih dahulu tinggaldi tempat itu. Masyarakat yang terdahulu ini, yangsebagian menetap dan sebagian lagi berpindah-pindah(pemburu-peramu), hanya meninggalkan sedikit bekasdari kehadiran mereka (selain tinggalan yang masihada di endapan-endapan gua atau di situs-situs yangberada di permukaan dan yang tidak dapat diperkirakantanggalnya). "Monumen-monumen" satu-satunya yangbiasanya didirikan orang di dataran rendah berasal dariperiode Hindu, dan berhubungan dengan penandaanpolitik dan wilayah yang kurang berasal dari masyarakatsetempat itu sendiri, dan lebih berasal dari sebuah pusatyang kurang lebih jauh jaraknya. Pendatang-pendatangbaru menyebarkan tanda-tanda pengenal mereka yangtidak menyolok di dalam ruang: makam-makam nenek­moyang. namun seringkali tanpa nama atau tanpa sejarahyang jelas, tempat suci yang terletak di antara dua aliransungai, atau di bawah pohon beringin yang sangat besar.

Masayarakat yang sudah menetap dan berakarini, yang dengan demikian tinggal di sana dalam periodebelum lama ini, menyampaikan "tradisi-tradisi" lisanterpenting yang dapat dikumpulkan orang saat ini. Namunpemukiman yang bercampur-baur inl tidak memungkinkankami mengenali referensi identitas yang khas. Sebaliknya,kami mengamati keanekaragaman "tradisi-tradisisetempat" yang singkat. Tradisi-tradisi yang campur-aduk

84

ini semakin membuktikan tumpang-tindihnya desa-desayang sedikit banyak membentuk gabungan di antaramereka, sesuai dengan skema marga yang berdasarkanwilayah, dan bukan berdasarkan identitas setempat yangsemakin pami dengan berjalannya waktu dan dibangunberdasarkan referensi asal-usul yang menggabungkanklan-klan yang terkait dengan tokoh pendiri (AtungBungsu / Serunting Sakti) seperti yang terdapat di daerahpegunungan.

Masa Lampau Sebagai Petunjuk: Masyarakat diPasemah dan di Dataran Tinggi

Sejumlah tinggalan disebutkan oleh pendudukdaerah pegunungan saat ini apablla mereka membicarakanmasa lampau mereka, beberapa tinggalan lainnyamenjadi bagian dari dekor pemukiman manusia namuntidak dimasukkan dalam tradisi lisan. Tinggalan megalitikmisalnya, tidak disebutkan dalam tradlsi lisan klan-klanPasemah, namun seperti kami lihat, telah dihubungkandengan tokoh Serunting Sakti, yang telah disebut namanyaoleh beberapa kelompok.

Beberapa tinggalan lainnya, seperti makam­makam, merupakan petunjuk yang penting. Sebagianbesar desa yang diteliti saat ini telah meninggalkan tempatsemula, yang selalu berada di sebidang tanah yang lebihtinggi dan menjorok di atas aliran sungai. Mereka telahdipindahkan atau pindah ke jarak yang cukup berarti padasaat penjajahan Belanda, sebagai kelanjutan pemusnahandesa, atau demi kepraktisan tempat, untuk lebih mendekatke jalan di mana sejak saat ini komunikasi terselenggara

Page 85: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Folo 72:Contohmakampuyang, OganUlu

Folo 73:Contohmakampuyang,Un/ang

dl sekitarnya. Jadi haJ ini merupakan gejala yang cukupluas antara lingkungan abad ke-19 dan tahun 1930-an,selama seluruh lahap penempalan dan penyusunan ruangoleh penjajahan Belanda.

Perpindahan desa-desa ini dapat melokalisirbanyak situs-situs lama di mana beberapa di anlaranyamemiliki satu alau beberapa gundukan yang disebulsebagai makam. Gundukan-gundukan ini merupakankuburan dari nenek-moyang yang mendirikan silus-situsini (makam puyang). DaJam kenyataan, pada saat kamipergi mencari makam-makam para pendiri ini, yangselalu dikeramalkan di desa-desa masa kini, sering kalikami dapat meLokasi sltus-situs lama desa-desa Itu. Didesa-desa yang lampaknya tidak meninggalkan tempatsemula (Lubuk Sepang, dan mungkln Sawa dan LubukTabun, yang lelah dapat pindah hanya ke jarak yangsangal dekal), makam nenek-moyang pendiri desa beradadi desa sendiri.

Perbincangan-perbincangan yang sudah dllakukanlelah menguatkan penlingnya tanda-tanda wilayah saalini, yang terdiri atas makam-makam nenek-moyangpendiri lama di desa pegunungan dan kaki gunung.Selain daripada itu, di tingkat daerah pegunungan, dapatdigambarkan hierarki makam da/am ruang dan waktu. DiOlak Mengkudu, di daerah Lintang, penduduk desa yangdikenal sebagai "yang paling lama" di daerah ilu pertama­lama menunjuk pada puyang mereka yang makamnyalerlelak di Tebing Trnggi, di tepi Iain sungai, di lempat desalama mereka berada Tetapi mereka juga mengeramatkan

makam nenek moyang yang lebih jauh lelaknya. Oua harisebelum perbincangan dilakukan, mereka baru kembalidari ziarah di makam Serunting Sakti, puyang desa PelangKenidai. dari mana mereka berasal. Begllu juga di PadangBindu (Oganl, makam pendiri Adji Bekurl benar berada dipinggir desa, di lempat lama desa tersebul berada, tetapipenduduk yang sekarang selalu menunjuk pada makamasli "puyang Adji" di wilayah Muara Oua di mana merekaberasal, dan di mana mereka masih memlliki hak ataslanah lersebut.

Dengan demlkian penandaan wilayah yangmempergunakan makam-makam menggambarkan hierarkiwaktu-ruang anlara desa-desa di daerah pegunungan.Di dasar hierarki ini lerdapat kedua tempal pendiri yangditandai oleh makam Serunting Sakti dan Atung Bungsu.Makam Serunting Sakti merupakan tempat ziarah bagisemua penduduk yang berasal dari klan Semidang, yangtelah menyebar sampai ke Untang (Tebing Trnggi).

Sedangkan makam-makam "kelas dua", yangberasal dari pemukiman-pemukiman pertama ini, hinggakini masih merupakan longgak penling bagi sejarahpemukiman. Dengan kedalaman kronologis yang berbeda­beda, desa-desa menyimpan memori rute pendudukmereka, yang ditandai oleh makam-makam para pendiriyang juga merupakan penanda-penanda wilayah. Rulemakam-makam ini merupakan landa-tanda penling bagiidentitas dan perjalanan kelompok-kelompok tersebut, danmembenluk hierarki tempal dalam ruang-ruang budayayang kurang lebih homogen.

85

Page 86: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi
Page 87: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Periode

Paleolitlk

NeoliUk

Neolitlk

Sriwijaya

PENUTUPEsai Kronologi Budaya bagi Sumatera Selatan

Truman Simanjuntak, Hubert Forestier. Dominique Guillaud, Muriel Charras

Jenis situs 1masyarakat

Situs di udara tel'buka(pengarnbilan bende danpermukaan, tanah dialur-alur sungaij

Silus di gus, berhubungarrdenganpemuklmal\ di d6Sil-desa?

Ann'nisme 1pe/1lukunanKelonlPok nomad/selenga~ nomad

1

am. Pendirian desa. penguatanlilraoan regional

87

Page 88: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi
Page 89: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Barendregt B., 2002. "Representing the ancient otller" .Indonesiaand Ihe Malay World vol. 30, n° 88: 277-308.

BECEOM, 1989. Musi river Basin Study. Final report and annexes.Jakarta, PU.

Bellwood P., 2000. Prasejarah kepulauan Indo-Malaysia. Jakarta,Gramedia

Bellwood P.. 2004. "The origins and dispersals of agriculturalcommunities in Sout!least Asia". In P. Bellwood and andC. Glover (Eds.), Soulheast Asia: from PrehislolY 10 History.London. Routledge Curzon: 21-40.

Brady M., 1997. Organic malterdynamics ofcoastalpeat deposilsin Sumalera. Indonesia. Unpublished PhD. University ofBritish Columbia, Depl of Forestery.

Bronson B.. 1977. "Exchange at the Upslream and DownslreamEnds: NoIes Toward a Functional Model of the Coastal Statein Southeast Asia", in K. L. Hutterer, Economic Exchangeand Social Interaction ln Soulheast Asia.· Perspectives tromPrehislory. History and Ethnography. Ann Arbor, MichiganPapers on South and Southeast Asia: 39-52.

Bronson B., Wisseman J., 1974. "An Archaeological Survey inSumatera, 1973". Sumatera Research Bulletin, 4 (1): 87­94.

Coedés G, 1968. The Indianlzed States of SoutheastAsia (Editedby W.F. Wella, translaled by S.B. Cowing). Kuala Lumpur/Honolulu, University of Malaya Press / lJniversrty of HawaiiPress.

Coedés G., Damais L.-Ch., 1989. Kedaluan Sriwijaya: Penelitianlenlang Sriwijaya. Jakarta, Departmen Pendidikan danKebudayaan!EFEO.

Collier w., Kartapura D., Wibono R., 1993. "Sponlaneousmigration in the coaslal wetland". In M. Charras, M. Pain(eds), Spontaneous seNlements in Indonesla. DepartemenTransmigrasi/ORSTOM!CNRS, Jakarta: 189-207

Collins W. A., 1998. nie Guritan of Radin Suane. A study ofthe Besemah oral epic from South Sumatera. BlbliothecaIndonesica 28, Leiden, KITLV Press.

Court M. H., 1821. An exposi/jon of the relations of the BritishGovemment with the Sultan and State of Palembang andthe designs of the Netherland's Govemment upon tf/atcountry. London, Black, Kingsbury, Parbury &Allen

De Vonck L.M., 1891. Nota over de benzoecultuur in de residenliePalembang. Tijdschr. Sekajoe, Orgaan Ned. MaatschappijBevordering Nijverheid.

Driwarrtoro D., Forestier H.. Simanjunlak H. T, Wiradnyana K.,Siregar D, 2004. "Tiigi Ndrawa cave site at Nias island; newdata on Iile during the Holocene period". Berkala Arkeologi"Sangkhakala ". n° 13, Balai Arkeologi Medan: 10-15.

BIBLIOGRAFI

Ferdinandus P.. 1993. "Peninggalan arsiteklural dari situs BurniAyu, Sumatera Selalan". Amer/a, 13: 33-38.

Fiskesjii M., 2001. "The question of the farmer fortress: on theethnoarchaeology of fortified settlements in the northempart of mainland Southeast Asia". In: P. Bellwood, D.Bowdery, 1. Glover, M. Hudson, S. Keates (eds), Bull. of theIndo-pac. Prehistory association n° 2: 124-131.

Forestier H., 2003 "Des out11s nés de la forét : l'importance duvégétal en Asie dans l'imagination et l'invention techniqueaux périodes préhistoriques". In: A. Froment, J Gutfroy(eds). Peuplements anCiens et actuels des forêts tropicales.Paris, IRD, coll. Colloques el Séminaires: 315-337.

Forestier H.. Simanjuntak H. T. Driwantoro D. 2005. "Lespremiers indices d'un faciès Acheuléen à Sumatera-sud,Indonésie". Dossiers d'Archéologie n0302 spécial Asie duSud-Est: 16-17.

Fox J, Ledgelwood J, 1999. "Dry-season f1ood-recession ri cein the Mekong Delta: Two thousand years of sustainableagriculture". Asian Perspectives 38 (1): 37-50.

Galoer S.. Amin TC., Pardede R., 1993 Peli1 Geologi LembarBaturaja, Sumatera. Pusat Penelitian dan PengembanganGeologi, Bandung.

Gramberg J. S. G., 1865. De inlijving vant Ilerianschap Pasoemah.Balavia, Van Dorp.

Hanaria Djohan, 1988. Palembang zaman Ban; ciira Palembangtempo doeloe. Palembang, Humas Pemkot.

Heyne K., 1987 [1927]. Tumbuhan berguna Indonesia, 4 vol.Jakarta, Dep1. Kehulanan

Higham C., 2002. Early Cultures of Mainland Southeast Asia.Bangkok, River Books.

Kulke H., 1993. '''Kadatuan Srivijaya'- Empire or Kraton ofSrivijaya ? A Reassessment of the Epigraphical Evidence".Bulletin de l'Ecole française d'Extrême-Orient 80: 159­181

Mahruf. Soetadji, Hanafia, 1999. Pasemah sindang merdika,1821-1866. Masyarakat peduli Musi. Jakarta, PustakaAsri

Ma Huan, 1970. Ying-yai Shen-Ian, The overall survey of Illeocean shores (1433]. Translaled and edited by JVG. Mills.Cambridge lJniv. press for the HakJuyt Society, extra seriesn° XLII.

Maloney B. K, 1996. "Possible early dry-land and wet-Iand ri cecullivation in highland North Sumatera". Asian Perspectives35: 165-192.

Manguin P.-Y, 1982. "The Sumateran Coastline in the Straitsof Bangka: New Evidence for ils Permanence in HistoricalTimes". SPAFA Digest 3(2): 24-29

89

Page 90: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Manguin P.-Y, 1984. "Garis panlai Sumatera di Selat Bangka;Sebuah bukti baru tentang keadaan yang permanen padamasa sejarah". Amena 8: 17-24.

Manguin P-y, 1987 "Erudes sumateranaises, 1: Palembang etSriwijaya: anciennes hypothèses, nouvelles recherches(Palembang Ouest)". Bulletin de l'Ecole française d'Extrême­Orient 76: 337-402.

Manguin P.-Y., 1989. A bibliograpllY for Sriwijayan sftJdies.Jakarta, EFEO.

Manguin P.-Y., 1992. "Excavations in South Sumalera, 1988­1990: New evidence for Sriwijayan siles". In lan C. Glover(Ed,) Southeast Asian Archaeology 1990: Proceedings of theThird Conference of the European Association of SoutheastAsian Archaeologists, Hull, Centre lor Southeast AsianStudies: 63-73,

Manguin P,-Y., 1993a "Sriwijaya and the early trade in Chineseceramics: observations on recent finds from Palembang(Sumatera)", ln Report, UNESCO Maritime Route of SilkRoads, Nara Symposium 1991, Nara, The Nara InternationalFoundalion: 122-133.

Manguin P-Y.. 1993b. "Palembang and Sriwijaya: an early Malay­harbour·city rediscovered", JMBRAS 66(1): 23-46.

Manguin p.Y., 2000a, "City-states and city-state cultures in pre·15th century Southeast Asia", ln Mogens Herman Hansen(Ed.), A comparative Study of Thirty City·State Cultures: Aninvestigation conducted by the Copenhagen Polis Centre.Copenhagen, Historisk-filosofiske Skrifter, The Royal DanishAcademy of Sciences and Letters: 409-416,

Manguin p.Y., 2000b. "Les cités-États de l'Asie du Sud-Estcôhère : de l'ancienneté et de la permanence des formesurbaines", Bulletin de l'Ecole française d'Extrême·Orient87(1): 151-182.

Manguin P.-Y, 2000c, '''Welcome to Bumi Sriwijaya', or thebuilding of a provincial identity in modern Indonesia". In F.cayrac-Blanchard, S. Dovert and F. Durand (Eds.), Indonésie:un demi·siecle de construction nationale. ParislMorrtréal.L'Harmattan, Collection Recherches asiatiques: 199-214.

Manguin P·Y, 2001. "Sriwijaya. entre texte historique etterrain archéologique: un siècle à la recherche d'un Étatévanescent", Bulletin de l'Ecole française d'Extrême-Orient88: 331-339,

Manguin P,·Y.. 2002a "From Funan to Sriwijaya: Culturalcontinuities and discontinuities in lhe Early Historicalmaritime states 01 Southeast Asia". In 25 tahun kerjasamaPut Penelitian Arkeologi dan Ecole française (J'Extrême­Orient Jakarta, Pusat Penelitian Arkeologi / Ecole françaised'Extrême-Orient: 59-82

Manguin P,-Y., 2002b, "The amorphous nature of coastal politiesin Insular Southeast Asia: Restricted centres, extemledperipheries". Moussons 5: 73·99.

90

Manguin P.-Y., Dalsheimer N., 1998. "Visnu mitrés et réseauxmarchamJs en Asie du Sud·Est: nouvelle donnéesarchéologiques sur le 1er millénaire après J-C," Bul/etin del'Ecole française d'Extrême-Orient, 85: 87-123.

Marsden W, 1966 [1783]. The History of Sumatera London,Oxford University Press.

Masyarakat Peduli Musi, 2000. Sumatera Selatan melawanpenjajah abad 19, berdasarkan catatan perang Pasemah Th1866. Jakarta, Millenium.

McKinnon E, 1982. "A brier noie on Muara Kumpei Hilir: an earlyport site on the Batang Hari?". Spafa Digest 3: 37-40.

Mestika Zed, 1991, Kepialangan politik dan revolus;- Palembang1900-1950. PhD. Amsterdam, Vnle Universiteit.

Miksic J. N., 1980 "ClassicalArchaeology in Sumatera" .Indonesia30: 42-66.

Mikslc J N" 1985. "Traditional Sumateran Trade", Sul/elin del'Ecole française d'Extrême-Orient 74: 423-468.

Miksic J N.. 1990. "Settlement patterns and sub-regions inSoutheast Asian history". Review of Indonesian and MalayAffairs 24: 86-144.

Palembang 1823. Landrenten. 271 desa. Ms, arsip nasionaln° 11.7,.

Parmentier H., 1924. "Notes d'archéologie indochinoise. VII:Dépôts de jarres il Sa Huynh (Quang·Nam, Annam)". Bulletinde l'Ecole française d'Extrême-Orient 24: 325-343.

Peeters J" 1997, Kaum Tuo - Kaum Mudo, Perubahan religius diPalembang 1821 ·1942, Jakarta, INIS.

Prodolliet S., Znoj H., 1992, "lllusory worlds and economicrealities: the gold of Lebong, a contribution to the history ofRejang-Lebong". The Rejang ofSouthem Sumatera. Univ, ofHull, Centre for South East Asian Studies, Occasional paper19: 52- 92.

Psota Th., 1992. ""Forest souls and rice deities": Riluals in hilllrice cultivation and forest product collection". The Rejang ofSouthem Sumatera. Univ. of Hull, Centre for South East As/anStudies, Occasional paper 19: 30 - 51

Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, 1979. Pra Seminar PenelitianSriwijaya. Jakarta, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Romsan A" 1991. "Gambaran umum suku Kubu di kecamatanBayung Lincir, kab. Musi Banyu Asin dewasa ini", PetaBudaya Selatan. Palembang, Pusat Penelitian, UNSRI: 154­176

Romsan A., 1994. Studi etlmografi suku Anak Dalam (Kubu) dipropinsi Sumsel. Palembang, Lembaga Penelitian, UNSRI.

Sakai M" 1997. "Remembering origins: Ancestors and placesin the Gumai society of South Sumatera". In: J Fox (ed,).The Poetic Power of Place. Comparative Perspectives onAustronesian Ideas of Locality. Canberra, Research School01 Pacific Stuclies, Australian National University: 42·62.

Page 91: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

Schnitger F. M, 1964 11 9391. ForgoNen Kingdoms in Sumatera.Lelden, Brill.

Schnrtger F. M., StuttBrheim W F., 1935-36 Oudheidkundigevondsten in Palembang 5 vol; vol. 1: 14 p. ; vol. 2: bijl. A:verslag over de gevonden inscrip~es piS (1935) ; vol 3: bijl.B: 1. addenda en corrigenda (1935), 2. Fondsten te MoearaTakoes (4p.) ; vol. 4: bijl. B: addenda en corrigenda, 11 p. ;vol. 5: bijl. C(1936): kaarten. Palembang, Ebeling.

Schnitger FM., 1937. The Are//ae%gy of Hindoe SumateraLeiden, Internationales Archiv fur Ethnographie, supplementlU band '/..XY0J, 1937.

Schüller C. W, 1936. "Megalitische Oudheden in de Palembangschebovenlanden en overheidslorg". TaG76: 391-397

Shuhaimi, Nik Hassan, 1992. Arke%gi, 5eni dan Kerajaan KunoSumatera sebe/um abad ke-14. Kuala Lumpur, Ikatan AhliArkeologi Malaysia, 1992.

Siddik A., 1980. Hukum Adat Rejang. Jakarta, Balai Pustaka.

Simanjuntak H. T., Forestier H.. 2004 "Research in pragress onthe Neolithic in Indonesia: Special reference ta the PondokSilabe Cave, South Sumatera". In: V. paz (ed.), SoutheastAsial1 Archaeo/ogy, W G. Solheim Il Festschrifi. Manilla, TheUniversity of the Philippines Press: 104-118.

Soeraso, 1997. "Recent discoveries 01 jar burial site in SouthSumatera". BEFE084: 418-422.

Soeroso, 1999. "Sumatera Selatan pada Masa Proto Sejarahdan Awal Terbentuknya Negara", in Kumpu/an Maka/ahPertemuan tlmiah Arke%gi VIII, Yogyakarta, 15-19 Februari1999.- Jakarta: Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia, p. 536-538.

Soeroso, 2000. "Peninggalan Megali~k di Daerah PedalamanSumalera Selatan" Maja/ah Arke%gi Ka/pataru na 14.Jakarta, Puslit Arkenas.

Soeroso, 2002, "Pesisir Timur Sumatera Selatan Masa ProtoSejarah: Kajian Pemukiman Skala Makra". Paper presentedat Pertemuan tlmiah Arke%gi lX dan Kongres fJJA12002.

Sturler (de), 1843. De in/ijving van /lel/andsehap Pasoema/7. VanDorp, Batavia.

Sukendar H., Kusumawati A, t999/2000. Mega/itik Bumi Pasemah:Peranan serta Fungsinya. Jakarta. Dir. Jend. Kebudayaan.

Sukendar H., 1984. ''Tinjauan Arca Megalitik Tinggihari danSekitamya". Berka/a Arke%gi na 5, BalaI' Yogyakarta.

Suleiman, Satyawati, 1980. "The History and Art of Srivijaya". InSubhadradis Diskul, The M ofSnvijaya. Paris-Kuala Lumpur.UNESCO. OUP: 1-20.

Van der Hoop A. N. J. Th., 1932. Mega/ithie remains in Souffl5umatera. Thieme, Zulphen.

Van Heekeren H. R., 1912. The stone age of /ndonesia 's­Gravenhage, Martinus NijhoH.

Van Heekeren, H.R., 1956, The um eemetery at Me/%, East Sumba(/ndonesia) Jakarta, Dinas Purbakala 1 Pusat PenelitianArkeologi Nasional.

Van Heekeren. H.R., 1958, The Bronze-/ron Age of /ndonesia. 's­Gravenhage. Martinus NijhoH.

Vonk H. W, 1934. "De "Batoe-Tatahan" bij Air Poear (Pasemahlanden), met naschrift van Dr. P. V. van Stein Callenfels".Tijdsehr. Kon. BaL Gen. LXXIV: 296-300.

Voorhoeve P.. 1955. Critiea/ sUNey of studies on the languages ofSuma/era. Leiden, KITLV, Bibliographical series 1: 17-24

Wang Gungwu, 1958. "The Nanhai trade. A study of the earlytlistory of Chinese trade in the South China sea". JMBRAS31,2.

Wheatley, 1959. "Geographical notes on sorne commoclitiesinvolved in Sung maritime trade". JMBRAS 32, 2.

Watson-Andaya B., 1989. "The cloth trade in Jambi andPalembang society during the seventeenth and eighteenthcenturies". /ndone.sia 48: 27-46.

Watson-Andaya B., 1993. "Cash cropping and upstream ­downstream tensions: the case of Jambi in the sevenleenthand eigteenlh centuries". In A. Reid (ed.), 50u//7eas/ Asiain the early modem era: Trade, Power. and belief. Ilhaca,Comell Univ. Press.

Watson-Andaya B., 1993. Ta live as brathers; Sou1east Sumaterain Ihe seventeenth and eighteenth centuries. Honolulu,University of Hawaii Press.

Watson-Andaya B, 1997. "Adapting ta political an economicchange: Palembang in the late eighteenttl and earlynineteenth centuries". In A. Reid (ed), The fast stand ofAsian au/onomies. Responses to modemity in the diversestates of Southeas/ Asia and Korea, 1150-1900. New York.St Martin's Press:187-215.

Whil1en A. J., Damanik S. J., Jazanul Anwar, Nazarudin Hisyam,1984 The ec%gy of Suma/era. Yogyakarta, Gadjah MadaUniv. Press.

Wibisono S., Budi Utomo B., Sunaryo U., Yenny, Raden MasSusanta, Yunno A.w., Ansyori L., 1993. Laporan pene/i/ianarke%gi situs Benua Ke/ing, Kee. Dempo Se/atan, Kab.Lahat Balai Arkeologi Palembang.

Woelders M. 0, 1975. He/ Su/tEnaat Palembang. 1811-1825. 's­Gravenhage, Nihhoff, Verh. KITLV 72.

Wolters O. W, 1983. "A Few Miscelianeous Pi-chi Jottings onEarly Indonesia". /ndonesia 36: 49-64.

Wolters O.w., 1967. Earty /ndonesian Commerce: A Study of theOrigins ofSri Vijaya. Ithaca, Corneli University Press.

Wolters O.W.. 1975. "Landlali on tlle Palembang coast in medievaltimes". /ndonesia 20: 1-57.

Wolters O.w., 1979. "A note on Sungsang village at the estuaryof Musi river in Southem Sumatera: A reconsideration 01 thehistorical geography of Ille Palembang region". /ndonesia27: 33-49.

Wolters O.w., , 986. "Restudying sorne Chinese writing onSriwijaya". tndonesia 42: 1-41.

Yani et al.. 1980. Batang hari Sembilan dari abadke abad. Jakarta,Dept P&K, Balai Pustaka.

91

Page 92: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi
Page 93: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

DAFTAR ILUSTRASI

lIustrasi 1: Lokasi Sumatera Selatan di Pulau Sumatera

lIustrasi 2: Peta Propinsi Sumatera-Selatan

lIustrasi 3: Luas daerah hutan di Pulau Sumatera sekitar tahun 1980 (menurut Whitten et al., 1984)

lIustrasi 4: Potongan Propinsi Sumatera Selatan, dari Selatan-Baral ke Utara-Timur, Lingkungan dan Penemuan Arkeologi.

lIustrasi 5: Geologi Daerah Baturaja (menurut Gafoer S" Amin TC, dan Pardede R, (1993)

lIustrasi 6: Profil Teras dari Gua Pondok Selabe 1 sampai ke Sungai Air Tawar

IIustrasi 7: Denah Gua Pondok Selabe 1(SLB1) dilil1at dari atas dan lokasi lubang uji di permukaan

IIustrasi 8: krono-stratigrati lubang uji SLB 1 (dinding utara)

lIustrasi 9: Profil morfologi Gua Pandan dari arah Barat ke Timur

IIustrasi 10: Pintu masuk di Gua Pandan

IIustrasi 11: Denah Gua Pandan dari atas dan lokasi lubang uji di permukaan

IIustrasi 12: Stratigrati dan Penanggalan lubang uji H1 0 di Gua Pandan

IIustrasi 13: Situasi situs-srtus masa prasejarah di daerah aliran sungai Dgan (Padang Bindu)

IIustrasi 14: Peta wilayah Pasemah dengan tinggalannya yang terutama

IIustrasi 15a: Peta situas! megalit-megalit di daerah Pasemah Barat

lIustrasi 15b: Peta situasi megalit-megalit di daerah Pasemah lïmur

lIustrasi 16: Skema makam Puyaflg Seruflting Sakli tal1un 1930-an, dekat desa Pelang Kenidai (menurut Van der Hoop, 1932)

IIustrasi 17: Skema makam Puyang Alung Bungsu dekat desa Mingkik

IIustrasi 18: Peta Benteng situs Benua Keling Lama

IIustrasi 19: Peta benteng Dusun Buruk dekat desa Belumai

Ilustrasi 20: Peta lokasi situs-situs pemukiman kuno di daeral1 Benua Keling Lama

lIustrasi 21: Peta situs gundukan Benua Keling Lama

lIustrasi 22 : Stratigrati dan Penanggalan gundukan kubur Benua Keling Lama (Pagaralam)

IIustrasi 23: Peta situs-situs periode Klasik di Daerah Sumatera Selatan

IIustrasi 24: Lokasi daerall silus Karang Agung (Landsat)

IIustrasi 25: Sistem aliran sungai dan situs arkeolgi di daerah Palembang/Sriwijaya

lIustrasi 26: Madel bercabang-cabang negara-negara pesisir dan pedalamannya, menurut Manguin (2002b: 73-99),

lIustrasi 27: Sketsa asal bahan baku di daerah Sumatera Selatan

IIustrasi 28: Lokasi tempat kimpalan (perbengkelan besi) di dataran tinggi daerah Sumatera Selatan

93

Page 94: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi
Page 95: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

DAFTAR FOTO

1. Gunung Dempo (3100 m) di Propinsi Sumatera Selatan © IRD/D. Guillaurl

2. Pemandangan dengan sawah di dataran linggi, daerah Pasemah © IRD/D. Guillaud

3. Aliran sungai Ogan, daerah Baturaja ©IRDIH Forestier

4. Formasi batu kBpur (karst) di lingkungan hutan ; Gua Putri, daerah Baturaja ©IRD/H. Forestier

5. Tepi sungai Lematang di Karang Agung © IRD/D. Guillaud

6. Sungai Musi di kola Palembang © IRDID. Guillaud

7. Kawasan berawHawa di daerah Bayung Lineir ©/RD/H. Forestier

8. Gua Pondok Selabe 1 (SLB1), dekat desa Padang Bindu, kab. OKU © IRD/D. Guillaud

9. Ekskavasi Gua Pondok Selabe 1 (SLB1). tahun 2003 ©IRD/H. Forestier

10. Sungai keeil Air Tawar, di bawah Gua Pondok Selabe 1©IRD/H. Foreslier

11. Beberapa alat-alat batu dari zaman Aeheulien. a, b : Kapak Genggam (hand axe) : e :alal serpih serul gerigi(dentieulateri) : d : Kapak Pembelah (cleaver). ©IRD/H. Forestier

12. Beberapa alal balu seperti dilemukan di sungai Air Tawar ©IRD/H. Forestier

13. Sebuah keramik zaman Paleomelalik, SLBI ©IRD/H. Forestier

14. Beberapa gerabah dengan hiasan, periode Neolitik, SLBI ©IRD/H. Forestier

15 Alat serpih dan (di pusat) balu intih dari obsidlan, SLBI ©IRD/H. Forestier

16. Pintu masuk Gua Pandan ©IRD/H. Forestier

17. Ekskavasi kotak H10 di Gua Pandan ©IRD/H. Forestier

18. AJal batu rijang Gua Pandan. a: sumateralith : b dan e : alal serpih (serut samping) ; d, e dan f : alal serpi/l(serut gerigi) ©IRD/H Forestier

19. Gambar alat serpih keeil (microflakesj ©IRDIH Foreslier

20. Sisa-sisa batu dan alat balu (obsidiall, rijang) di permukaan silus Tapak Harimau, Ogan ©IRD/H. Forestier

21. Rumah balu, Tanjung Aro, daerah PaselTIah © IRD/D. GlIillaud

22. Megali1 di daerah desa Belumai, Pasemah © IRD/D. Guillaud

23. MegalH di daerah desa Pajarbulan, Pasemah © IRD/D. Guillaud

24. Nekara Dong Son dari Asia Tenggara ©IRDIH Forestier

25. MakBm Puyang Atung Bungsu, situs Benua Keling Lama, Pasemah © IRD/D. Guillaud

26. Batu yang dihias, disebul "rejang". daerah Benua Keling © IRDID. Guillaud

27 Beberapa Guei masa kuno. a : Muara Payang ; b : Muara betung ; e dan d : Kunduran. ©/RD/H Forestier

28, Sebuah guei di permukaan desa Kunduran (daerall Linlang-Empat Lawang) © [RD/O. Guillaud

29. Sebuah Quel lengkap, Balai Arkeologi Palembang © IRD/D. Guillaud

30. Beliung persegi (kapak batu), Mllara Payang, Pasemah © IRD/D. Guillaud

31. Beliung persegi (kapak batu), Kundllran (daerah Lintang-Empal Lawang) © IRD/D. Guillaud

32. Beliung persegi (kapak batu), Kunduran (rlaemh Lintang-Empat Lawang)© IRD/D Guillaud

33. Keramik yang dilemukan di ekskavasi gundukBn Benua Keling Lama, di lapisan 2 (840 :!: 130 BPl. kedalaman60 cm © IRD/D. Guillaud .

34. Peeahan kapak balu dipoles, lapisan 4, kedalaman 120 cm, 3560 :!: 120 BP ©IRD/H. Forestier

35. Megalil clekal silus Benua Keling Lama © IRDID. GlIillaud

36. Gundukan tanall dengan garis batu berdiri. sillis Benua Keling Lama ©IRD/H. Forestier

37. Karang Agung (Musi-Banyuasin) : Ekskavasi pemukiman bertiang (2002), srrus abad ke-3 ke-4 Masehi.©EFEO/P-Y. Manguin

95

Page 96: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

96

38. Kota Kapur (Bangka) : Ekskavasi (1994) candi vishnu akhir abad ke-6 Masehi.©EFEO/P. -Y Manguin

39. Kota Kapur (Bangka) :Arca Visnu akhir abad ke-6 Masehi. ©EFEO/P.-Y Manguin

40. Situs Museum Badaruddin : pemukiman di tepi sungai, abad ke-15/16 Masehi.©EFEO/P.-Y Manguin

41. Rumah rakit di Pedamaran. ©M. Charras

42. Bukil Segunlang (Palembang) : Ekskavasi gedung batu-bata abad ke-9 Masehi.©EFEO/P. -Y. Manguin

43 Geding kaca, situs Geding Suro (Palembang), abad ke-7/8 Masehi. ©EFEO/P.-Y. Manguin

44. Silus Museum Badaruddin: keramik diimpor dari Guangdong, abad ke-g Masehi. ©EFEO/P.-YManguin

45. Situs Tingkip (Musi Rawas): Arca Buddha abad ke-7 -8 (Museum Balaputradewa, Palembang).©EFEO/P.-Y Manguin

46. SI tus Bumiayu (Sungai Lemalang): penggallan (lan pemugaran Camli 1. ©EFEO/P.-Y. Manguin

47. Kampung Sungsang di muara Musi : pemukiman bertiang di tepi sungai. ©EFEO/P.-Y. Manguin

48. Air Upang, pemukiman bertiang di tepi sungai. ©EFEO/P.-Y. Manguin

49. Batang Hari Leko, pemukiman bertiang di tepi sungai. ©EFEO/P -Y. Manguin

50. Kampung Upang (Air Upang): kebun bibit di kolak kayu ©EFEO/P-Y. Manguin

51. Suku Anak Dalam : orang memancing di rawa Bayung Lincir. ©IRD/H. Forestier

52. Suku Anak Dalam : orang dengan kujur (tombak) untuk berburu. Sungai Rebah. Daerah Sorolangun.Propinsi Jambi. © IRD/D. Guillaud

53 Suku Anak Dalam : orang memancing di rawa Bayung Lincir ©IRD/H. Forestier

54. Suku Anak Dalam : orang memancing di rawa Bayung Lincir. ©IRD/H. Forestier

55. Suku Anak Dalam : sampan dan pemllkiman bertiang di rawa-rawa. ©IRD/H. Foreslier

56. Kapak besi dengan ikatan tali rotan (suku Anal( Dalam, Sungai rebah). © IRD/D. Guillaud

57. Sikerei dengan polongan sagu di panggung : pilihan pada sago di hulan rimba plilau Siberut.Mentawai. © IRD/D. Guillaud

58. Gua Pondok Silabe 1 di daerah karst Baluraja semula ekskavasi. ©IRD/H. Forestier

59. Megalil, Tegur Wangi, Pasemah © IRD/D. Guillaud

60. Tukang besi di Meranja!, Tanjung Laul (OKJ). © IRDID. Guillaud

61. Tukang besi di Kepahiang. Unlang-E.mpal Lawang. © IRD/D. Guillaud

62. pembukaan biji kemiri dengan alal kulil bambu. © IRD/D. Guillaud

63. Gelah kemenyan ©M. Charras

64. Tulisan Ka Na Ga di atas kulit kaYlI (disebut "bedue" dalam ballasa daerah). ©M. Charras

65. Pondok di daerah Pasemah. © IRD/D. Guillalld

66. Sawah dan gundukan sisa kopi, desa Muara Payang, Pasemah. © IRD/D. Guillaud

67. dan 68 Tanaman di tanah relebak. ©M. Charras

69. Sebuah rumah di daerah Pasemah © lAD/O. Guillaud

70. Rakit di daerah Bayung Uncir. ©M. Charras

71. Sebuah rumah dl daerah Ogan. © IRDID. Guillaud

72. Contoh Makam Pwang. Ogan Ulu. © IRD/D GlIillaud

73. Contoh Makam Puyang. Daerah Linlang. © IRD/D. GlIillaud

Page 97: MENYELUSURI SUNGAI, MERUNUT WAKTU - IRDhorizon.documentation.ird.fr/exl-doc/pleins_textes/divers09-05/... · Stratigrafi, Artefak-artefak ... Kolom khusus : Anak Dalam, ... propinsi

BUkU ini merupakan sintesis hasil ke~asama Perancis-Indonesia selama empattahun dalam bidang ar1<eologi, yangmenyatukan Pusbang Arkeologi, ÉcoleFrançaise d'Extrême Orient dan Insûtutde Recherche pour le Développement.Arkeologi unik ini, yang terbuka bagiantropologi, geografi dan sejarah,berlangsung di Propinsi Sumatra Selatan.

Untuk pertama kalinya penelitianini memungkinkan kita melaporkan,dalam bidang arkeologi, bagaimanamanusia memahami dan mengusahakanlingkungan-lingkungan yang sangatberbeda-beda, yang ditemuinya selamamigrasi-migrasinya. Dari barat sampaike timur, dataran-dataran tinggi, daerahkaki gunung, dataran-dataran rendahdan akhirnya daerah rawa-paya di pesisirmenggambarkan berbagai ekosistemyang telah mengalami perkembangan­perkembangan sosial, teknik dan budayakhusus sejak zaman prasejarah.

Rentetan ruang-ruang yang terselenggaradi sepanjang daerah aliran Sungai Musiini sama banyaknya menentukan contoh­contoh arkeologi yang ditarikhkan dandrtandai di sini, dari zaman Paleolitik ktlnosampai Neolitik, dari zaman Logam dankemudian periode-periode klasik, darizaman Islam bah kan sampai periode­periode masa kini. Dengan demikiankarya ini mengajak kita untuk menyelusuriruang sungai ini, dan juga mengundangkita untuk merunut waktu.

'nrr-96r-6

f9789799 698865