Upload
niar-pattisina
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/13/2019 Mer Monitor
1/29
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu tanggung jawab utama dari seorang ahli anestesi adalah untuk bertindak sebagai
penjaga pasien yang dibius selama operasi. Bahkan, "kewaspadaan" adalah motto dari
American Society of Anesthesiologists (ASA). Karena monitoring sangat membantu dalam
mempertahankan kewaspadaan yang efektif, standar untuk pemantauan intraoperatif telah
diadopsi oleh ASA. Kewaspadaan yang optimal membutuhkan pemahaman tentang teknologi
yang canggih. Bab ini mengkaji indikasi, kontraindikasi, teknik dan perangkat, dan
komplikasi yang terkait, serta pertimbangan klinis lain yang paling penting dan banyak
digunakan dalam monitoring anestesi.
Pemantauan atau monitoring berasal dari bahasa latin monere yang artinya
memperingatkan atau memberi peringatan. Dalam tindakan anestesi harus dilakukan
monitoring terus menerus tentang keadaan pasien yaitu reaksi terhadap pemberian obat
anestesi khusus terhadap fungsi pernafasan dan jantung. Hal ini dapat dilakukan dengan
panca indera kita yaitu dengan meraba, melihat atau mendengar dan yang lebih penting serta
obyektif dengan alat. Monitoring anesthesia merupakan suatu standar aplikasi pemeliharaan
anestesi,monitoring menginterprestasikan data klinis yang tersedia untuk membantu
mengenali kegawatan yang terjadi sekarang, yang akan terjadi dan kondisi sistem jaringan
yang tidak menguntungkan. 1
Dalam melakukan pemantauan yang kompleks dibutuhkan keseimbangan antara pengetahuan
dan skill dalam bidang anestesi. Walaupun kesalahan manusia tidak dapat dihindari, hal ini
menyangkut tentang keamanan dari pasien yang sangat bergantung pada kewaspadaan dan
respons kita terhadap masalah yang potensial. Dibutuhkan pemahaman yang menyeluruh
tentang prinsip-prinsip anestesi pada saat pemantauan dan parameter tingkat kesadaran
normal dan abnormal pada pasien.
Tujuan dilakukan pemantauan mengurangi resiko insiden dan kegawatan terhadap pasien
selama periode perioperatif dengan mendeteksi konsekuensi dari suatu masalah pada saat
anestesi, ditandai dengan peringatan tanda-tanda pasien gawat. Pemantauan saat anestesi
dikenal menjadi hal yang rutin dilakukan seiring dengan perkembangan yang pesat di bidangfasilitas klinik, pelatihan dan faktor lain yang mempengaruhi pasien. Dari perkembangan
8/13/2019 Mer Monitor
2/29
2
tersebut menurunkan keterkaitan antara mortalitas dan morbiditas pada pasien selama periode
perioperatif. Untuk dapat melakukan pemantauan dengan baik selain faktor manusia
diperlukan juga alat-alat pantau agar lebih akurat. Alat pantau berfungsi sebagai pengukur,
menayangkan dan mencatat perubahan-perubahan fisiologis pasien. Walaupun terdapat
banyak alat pantau yang canggih tetapi faktor manusia sangat menentukan sekali karena
sampai saat ini belum ada alat pantau yang dapat menggantikan fungsi manusia untuk
memonitor pasien. Alat pantau perlu dipelihara dengan baik sehingga informasi-informasi
yang didapat dari alat pantau tersebut dapat dipercaya. 1
8/13/2019 Mer Monitor
3/29
8/13/2019 Mer Monitor
4/29
4
Oksigenasi
Tujuan:
Untuk memastikan konsentrasi oksigen yang cukup dalam udara inspirasi dan darah selama
semua prosedur anestesi.
Metode:
1) udara inspirasi: Selama setiap pemberian anestesi umum menggunakan mesin anestesi,
konsentrasi oksigen dalam sistem pernapasan pasien harus diukur oleh oxygen analyzer
dengan penggunaan alarm dengan batas konsentrasi oksigen yang rendah.
(2) oksigenasi darah: Selama anestesi, metode kuantitatif untuk menilai oksigenasisepertipulse oximetryharus digunakan. 1
Ventilasi
Tujuan:
Untuk memastikan ventilasi yang memadai terhadap pasien selama semua prosedur anestesi.
Metode:
(1) Setiap pasien yang menerima anestesi umum harus memiliki kecukupan ventilasi yang
terus dievaluasi. Tanda-tanda klinis kualitatif seperti pengapatan pengembangan dada,
reservoir breathing bag ,dan auskultasi suara nafas sangat berguna.
(2) Apabila tracheal tubeatau laryngeal mask dimasukkan, posisi yang benar harus
diverifikasi oleh penilaian klinis dan dengan identifikasi konsentrasi karbon dioksida dalam
udara ekspirasi. Analisis End-Tidal CO2 yang terus-menerus, yang digunakan dari waktu
intubasi, sampai ekstubasi atau memindahkan pasien ke lokasi perawatan pasca operasi,
harus terus dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif seperti capnography, atau
capnometry.
(3) Bila ventilasi dikendalikan oleh ventilator mekanik, sebaiknya digunakan sebuah
perangkat yang mampu mendeteksi bila ada komponen yang terputus dari sistem pernapasan.
Perangkat harus memberikan sinyal yang dapat terdengar saat alarm telah melampaui ambang
batas.
8/13/2019 Mer Monitor
5/29
5
(4) Selama anestesi regional dan perawatan anestesi yang memerlukan pengawasan,
kecukupan ventilasi harus dievaluasi, setidaknya, dengan pengamatan terus-menerus tanda-
tanda klinis kualitatif. 1
Sirkulasi
Tujuan:
Untuk memastikan kecukupan fungsi peredaran darah pasien selama semua prosedur
anestesi.
Metode:
(1) Setiap pasien yang menerima anestesi harus memiliki elektrokardiogram terusditampilkan dari awal anestesi sampai saat bersiap-siap meninggalkan lokasi anestesi.
(2) Setiap pasien yang menerima anestesi harus diukur tekanan darah arteri dan denyut
jantung nya dan dievaluasi setidaknya setiap 5 menit. 1,2
(3) Setiap pasien yang menerima anestesi umum harus terus dievaluasi setidaknya salah satu
dari hal berikut: palpasi denyut nadi, auskultasi bunyi jantung, pemantauan dari penelusuran
tekanan intraarterial, pemantauan USG denyut perifer,pulse plethysmographyatau oksimetri.
Suhu Tubuh
Tujuan:
Untuk membantu dalam pemeliharaan suhu tubuh yang tepat selama semua prosedur anestesi.
Metode:
Setiap pasien yang menerima anestesi harus dipantau suhu tubuhnya pada
keadaan yang diperkirakan dan diantisipasi, akan tejadi perubahan suhu tubuh yang
signifikan secara klinis. 1
2.1 Monitoring Sistem Kardiovaskuler
Secara prinsip tujuan dari pemantauan kardiovaskuler selama anestesi adalah untuk
memastikan bahwa pasien tidak mengalami gangguan penyediaan oksigen. Hal ini
merupakan hasil daripada curah jantung, konsentrasi hemoglobin dan saturasi hemoglobin.
Secara klinis, konsentrasi dan saturasi hemoglobin dari pasien dapat kita lihat atau kita
8/13/2019 Mer Monitor
6/29
6
perkirakan dengan melihat kulit, dan curah jantung dapat diperkirakan dari kehangatan
anggota gerak tubuh. Sehingga, apabila denyut nadi pasien baik, kuat, kulit berwarna merah
muda dan jari-jari hangat serta ditambah dengan produksi urin lebih dari 0,5 ml/kgBB/jam,
hampir dapat dikatakan tidak ada gangguan dari sistem kardiovaskuler.
Pada pasien anak-anak, dimana penyakit vaskuler perifer jarang dijumpai, waktu pengisian
kapiler merupakan petunjuk yang dapat dipakai untuk menilai curah jantung. Waktu
pengisian adalah waktu yang dibutuhkan kapiler untuk pengisian kembali setelah dilakukan
penekanan pada ujung jari. Dikatakan normal apabila setelah ujung jari ditekan selama 3
detik, waktu pengisian tidak lebih dari 1,5 detik. Apabila waktu pengisian lebih dari 5 detik,
maka dapat dikatakan mengalami syok. 1,2
A. Pengukuran secara noninvasif Inspeksi- Seperti telah diuraikan diatas, kita dapat mengetahui kecukupan penyediaan oksigen
jaringan dengan melihat warna kulit atau keadaan perifer pembuluh darah di ujung
jari apakah warnanya merah muda (oksigenasi baik), pucat (vasokonstriksi, anemia)
atau kebiruan (sianosis).
Palpasi- Pemantauan frekuensi dan irama nadi dapat dilakukan dengan mudah misalnya
dengan meraba arteri temporalis, arteri radialis, arteri femoralis atau arteri karotis.
Dengan meraba nadi, kita mendapatkan informasi tentang kuat lemahnya denyut nadi,
teratur tidaknya irama nadi, cepat lambatnya irama nadi. Selain itu kita dapat
mengetahui curah jantung dengan meraba kulit atau anggota gerak pasien apakah
terasa kering, lembab atau hangat.
Pengukuran tekanan darah- Tindakan anestesi umum atau regional adalah indikasi mutlak untuk dilakukan
pengukuran tekanan darah. Teknik dan macam pengukuran tekanan darah tersebut
sangat tergantung pada kondisi pasien dan jenis tindakan pembedahan. Pada banyak
kasus, pengukuran setiap 3 sampai 5 menit dengan cara auskultasi dianggap sudah
memenuhi syarat . Tetapi dalam kasus pasien dengan kegemukan, akan lebih baik
menggunakan teknik Doppler atau teknik oskilometer. Pengukuran harus dihindari
pada anggota gerak tubuh dengan abnormalitas (misalnya dialysis shunts) atau dengan
jalur intravena.1,2
8/13/2019 Mer Monitor
7/29
7
- Perlengkapan yang digunakan untuk mengukur tekanan darah secara non invasif yangsederhana antara lain adalah manset (kaf), manometer dan stetoskop (Gambar 1).
Yang perlu diperhatikan adalah ukuran kaf tidak boleh terlalu kecil atau terlalu besar,
karena akan mempengaruhi nilai pembacaan tekanan darah. Apabila kaf yang
digunakan terlalu kecil, maka tekanan darah yang terbaca akan lebih tinggi dari
seharusnya dan begitu pula sebaliknya (Gambar 2). Dianjurkan lebar manset adalah
2/3 panjang lengan atau 20% - 50% lebih besar dari diameter lengan (Gambar 3).
Manometer standar yang baik digunakan adalah manometer air raksa. Namun dapat
juga digunakan manometer aneroid, tetapi harus dikalibrasi dulu dengan manometer
air raksa. Untuk saat ini, penggunaan manometer dan stetoskop telah banyak
ditinggalkan, karena telah terdapat monitor elektronik yang secara teknis lebih praktis
digunakan. 2
Gambar 1. Peralatan untuk mengukur tekanan darah sederhana.
- Nilai tekanan darah dinyatakan dalam mmHg atau torr 25, 7. Tekanan tertinggidisebut sebagai tekanan darah sistole dan tekanan terendah disebut diastole. Tekanan
arteri rerata (TAR) atau mean arterial pressure (MAP) dapat dihitung dengan rumus
tekanan diastole + 1/3 (tekanan sistoletekanan diastole) atau { (tekanan sistole + 2
tekanan diastole) : 3 }2.
http://1.bp.blogspot.com/-VbZ9nAjk3iA/UBCSZ_HmAyI/AAAAAAAACHY/iRCCUBklbzw/s1600/1.jpg8/13/2019 Mer Monitor
8/29
8
Teknik pengukuran tekanan darah :
1. Metode palpasiSebelum melakukan pengukuran, kita harus menentukan terlebih dahulu denyut arteri
perifer yang dapat dirasakan. Setelah itu, kita kembangkan kaf sampai denyut nadi
tidak teraba. Perlahan-lahan kaf kita kempeskan sampai teraba kembali denyut nadi.
Tekanan sistolik terbaca saat arteri terasa berdenyut untuk pertama kali. Tetapi oleh
karena ketidaksensitifan perabaan kita dan adana perbedaan waktu antara aliran
dibawah kaf dan pulsasi pada sebelah distal, maka kita tidak dapat menentukan
tekanan diastolik dan tekanan arteri rerata. 1,2
Gambar 2. Ukuran Kaf mempengaruhi pembacaan tekanan darah
2. Metode flushMetode ini biasanya dilakukan pada bayi atau anak-anak. Lengan atas pasienditinggikan agar darah turun, kemudian kaf dikembangkan sampai tidak teraba denyut
nadi. Perlahan-lahan kaf dikempeskan sampai lengan berwarna merah kembali. Saat
perubahan warna inilah menunjukkan tekanan sistolik. 2
3. Metode Korotkoff atau auskultasiTeknik yang digunakan pada metode Korotkoff atau auskultasi hampir sama dengan
metode palpasi, hanya ditambah stetoskop yang ditempatkan di sekitar arteri brakialis.
Tekanan sistolik ditunjukkan saat pertama kali bunyi nadi terdengar dan tekanan
http://2.bp.blogspot.com/-hOjWf2rDG9Q/UBCUNtRm6_I/AAAAAAAACHg/Ck6EuUAp0vg/s1600/1.jpg8/13/2019 Mer Monitor
9/29
9
diastolik adalah saat bunyi tersebut menghilang. Bunyi Korotkoff biasanya sulit
didengarkan jika terjadi keadaan hipotensi atau vasokonstriksi pembuluh darah perifer
Gambar 3. Manset (kaf) sebaiknya 20% - 50% lebih lebar dari diameter anggota
gerak pasien.
4. Metode DopplerMetode ini sangat baik digunakan pada pasien dengan kegemukan, pasien anak-anak
atau pasien yang dalam keadaan syok. Prinsip dari alat ini adalah pulsasi dari dinding
arteri atau pergerakan darah yang melalui suatu transduser memancarkan suatu
gelombang ultrasonik. Mula-mula kaf dipompa sampai melewati batas tekanan
sistolik. Perlahan-lahan kaf dikempeskan dan setelah melalui batas tekanan sistolik,
dinding arteri akan berpulsasi dan akan diteruskan melalui transduser. Penempatan
probe harus tepat diatas arteri (Gambar 4). Pada metode Doppler, tekanan yang dapat
diukur hanyalah tekanan sistolik saja. 2
Gambar 4. Probe Doppler harus selalu tepat diatas arteri
agar pengukuran tekanan darah akurat
http://1.bp.blogspot.com/-C_Ag1MGH1_U/UBCW35FJJjI/AAAAAAAACHw/5dIhfGaZ1ww/s1600/1.jpghttp://3.bp.blogspot.com/-8NOzj_75LlI/UBCVg_FEzPI/AAAAAAAACHo/OmBBRZQ08QE/s1600/1.jpghttp://1.bp.blogspot.com/-C_Ag1MGH1_U/UBCW35FJJjI/AAAAAAAACHw/5dIhfGaZ1ww/s1600/1.jpghttp://3.bp.blogspot.com/-8NOzj_75LlI/UBCVg_FEzPI/AAAAAAAACHo/OmBBRZQ08QE/s1600/1.jpg8/13/2019 Mer Monitor
10/29
10
5. OskilometerPulsasi arteri akan menyebabkan oskilasi pada tekanan kaf. Oskilasi ini kecil apabila
kaf dikembangkan diatas tekanan sistolik. Saat tekanan kaf turun sampai tekanan
sistolik, pulasai akan dihantarkan ke seluruh kaf dan oskilasi akan meningkat.
Oskilasi maksimal terjadi saat mencapai tekanan arteri rerata, setelah itu akan turun
kembali. Monitor tekanan darah elektronik akan secara otomatis mencatat perubahan
gelombang oskilasi ini (Gambar5). Monitor oskilometer sebaiknya tidak digunakan
pada pasien yang menjalani pembedahan bypass kardiovaskuler. Sampai sekarang ini,
peralatan oskilometer ini masih terus dikembangkan, dan di Amerika Serikat menjadi
pilihan dalam pemantauan tekanan darah noninvasif. 2,3
Gambar 5. Gambaran perubahan gelombang pada oskilometer
Elektrokardiografi (EKG)- Semua pasien yang menjalani tindakan anestesi harus selalu dipantau gambaran
elektrokardigramnya. Tidak ada kontraindikasi dalam pelaksanaan tindakan ini.
Gambaran EKG menunjukkan aktivitas listrik dari jantung. Selama tindakan anestesi,
EKG dipakai untuk pemantauan kejadian disritmia kordis, iskemia miokard,
perubahan elektrolit, henti jantung dan aktivitas alat pacu jantung. Pada umumnya
digunakan lead I atau lead II untuk memantau kejadian disritmia kordis. Standar yang
digunakan untuk pemantauan EKG adalah penempatan three-limb lead (Gambar 6).
Konfigurasi CM5 yaitu elektroda negatif pada ruang interkostal 1 atau 2 sebelah
kanan manubrium sterni dan elektroda positip pada ruang interkostal 5 garis aksiler
kiri ideal untuk mendeteksi iskemia subendokardial yang sering terjadi (Gambar 7).
- Besarnya gambaran gelombang yang muncul, akan berkurang dengan peningkatanketebalan dinding dada atau elektroda yang digunakan tidak baik. Gambaran ini juga
dapat dipengaruhi oleh aktivitas peralatan listrik (misalnya elektro kauter) yang
digunakan selama tindakan pembedahan. 2,3
http://4.bp.blogspot.com/-OvEp4cX57ng/UBCYJ9EtDfI/AAAAAAAACH4/8jHijoDPflc/s1600/1.jpg8/13/2019 Mer Monitor
11/29
11
- Dalam EKG, potensial listrik yang diukur adalah kecil, sehingga artefak merupakanmasalah yang sering timbul. Pergerakan dari pasien atau kabel lead, penggunaan
elektrokauter, 60-cycle interference dan elektroda yang kualitasnya tidak baik akan
dapat memberikan gambaran seperti disritmia
Gambar 6. Konfigurasi penempatan 3 lead EKG pada pasien
-
Meskipun EKG merupakan pemantauan yang harus dilakukan dalam tindakananestesi, tapi tindakan ini hanya dapat memantau frekuensi dan irama nadi dari
penderita. Aktivitas listrik masih dapat muncul tanpa adanya curah jantung, seperti
contohnya pada tamponade jantung atau syok hipovolemik yang berat.3
Gambar 7. Konfigurasi lead CM5 pada pemeriksaan EKG
http://1.bp.blogspot.com/-6qH1rabJjdk/UBCbs8vvNSI/AAAAAAAACIM/toIrPIAar-k/s1600/1.jpghttp://3.bp.blogspot.com/-tCDPY7-d-jE/UBCayGHJrfI/AAAAAAAACIE/M5bXqwtlMZ4/s1600/1.jpghttp://1.bp.blogspot.com/-6qH1rabJjdk/UBCbs8vvNSI/AAAAAAAACIM/toIrPIAar-k/s1600/1.jpghttp://3.bp.blogspot.com/-tCDPY7-d-jE/UBCayGHJrfI/AAAAAAAACIE/M5bXqwtlMZ4/s1600/1.jpg8/13/2019 Mer Monitor
12/29
12
B. Pengukuran secara invasif.
Kateterisasi arteri- Indikasi dari pemantauan tekanan darah dengan menggunakan kateterisasi arteri
adalah tindakan anestesi dengan hipotensi buatan, antisipasi pada tindakan
pembedahan dengan perubahan tekanan darah yang cepat, tindakan pembedahan yang
memerlukan pemantauan tekanan darah dengan tepat secara cepat dan pemantauan
analisa gas darah secara berkala selama tindakan pembedahan. Tindakan kateterisasi
arteri ini dikontraindikasikan pada pembuluh darah yang tidak terdapat kolateral atau
pada pasien yang sebelumnya dicurigai adanya insufisiensi pembuluh darah pada
anggota gerak tubuh (misalnya Raynauds phenomenon).2,3
- Pada kondisi yang normal, tekanan darah intra arteri 2 8 mmHg lebih tinggidibandingkan tekanan darah yang diukur secara tidak langsung (metode non invasif).
Tetapi pada keadaan kritis, tekanan darah arteri dapat 1030 mmHg lebih tinggi.
- Arteri radialis merupakan arteri yang sering untuk pelaksanaan kanulasi. Selainletaknya yang superfisial juga karena memiliki banyak kolateral. Arteri lain yang
dapat digunakan untuk kanulasi adalah arteri ulnaris, arteri brakialis, arteri femoralis,
arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior serta arteri aksilaris.2
-
Teknik untuk melakukan kanulasi arteri radialis dapat diuraikan seperti berikut ini(Gambar 8) :
Posisikan pergelangan tangan terlebih dahulu dalam keadaan supinasi danekstensi untuk memudahkan meraba arteri radialis. Sebelumnya siapkan
terlebih dahulu semprit yang berisi heparin 0,52 U/ml dalam larutan NaCl.
Lakukan palpasi untuk menentukan letak arteri radialis, setelah itu lakukandesinfeksi. Infiltrasi daerah yang akan ditusuk dengan lidokain menggunakan
semprit dengan jarum 25 G atau 27 G.
Kateter intra arteri ukuran 18 G, 20 G atau 22 G ditusukkan dengankemiringan 45 derajat.
Setelah tampak darah mengalir melalui kateter, posisi kemudian diubahmenjadi 30 derajat dan didorong masuk kira-kira 1 2 mm kedalam lumen
arteri.
Dalam posisi tetap, kateter kemudian didorong masuk ke lumen arteri denganjarum tetap diluar.3
8/13/2019 Mer Monitor
13/29
13
Tekan bagian proksimal arteri dengan dua jari, lepas jarum kateter, kemudianmasukkan heparin yang telah disiapkan. Hubungkan dengan jalur infus yang
telah dipersiapkan dengan hati-hati. Amankan kateter dengan menggunakan
plester agar tetap ditempatnya.
Komplikasi yang dapat timbul dari tindakan kanulasi intra arteri adalahhematom, perdarahan, trombosis arteri, pembentukan pseudoaneurisma arteri,
vasospasme, emboli udara atau trombus, nekrosis dari kulit, kerusakan saraf,
infeksi, iskemia daerah distal dan masuknya obat ke intra arteri. Hal-hal yang
dapat meningkatkan resiko terjadinya komplikasi adalah prolonged
cannulation, hiperlipidemia, percobaan pemasangan berulang kali, sirkulasi
ekstrakorporeal dan penggunaan obat-obatan vasopresor. Resiko terjadinya
komplikasi dapat dikurangi dengan penggunaan kateter ukuran kecil,
heparinisasi kontinyu (2 3 mL/jam), pembatasan pemakaian jalur intraarteri
dan teknik aseptik harus selalu dilaksanakan. 3
Gambar 8. Cara melakukan kanulasi arteri radialis
http://4.bp.blogspot.com/--d9QSVG7wMk/UBCebF6JxlI/AAAAAAAACIY/2PqXHx8ZGXE/s1600/1.jpg8/13/2019 Mer Monitor
14/29
14
Kateterisasi vena sentral.- Indikasi dari kateterisasi vena sentral adalah untuk pemantauan tekanan vena sentral
pada penatalaksanaan cairan pada keadaan hipovolemi dan syok, infus nutrisi
parenteral dan obat-obatan, aspirasi emboli udara, insersi transcutaneous pacing leads,
dan pada pasien dengan akses vena perifer yang tidak baik.
- Kontraindikasi dari kateterisasi vena sentral termasuk didalamnya adalah penyebaransel tumor ginjal yang masuk ke atrium kanan atau fungating tricuspid valve
vegetations. Kontraindikasi lainnya adalah yang berhubungan dengan tempat
kanulasi. Sebagai contoh kanulasi vena jugularis interna dikontraindikasikan (relatif)
pada pasien yang mendapatkan terapi antikoagulan atau yang pernah dilakukan
ipsilateralcarotid endarterectomy, oleh karena kemungkinan terjadinya penusukan
arteri karotis yang tidak disengaja.2,4
- Pada pengukuran tekanan vena sentral, ujung kateter harus berada diatas atau tepatpada pertemuan vena kava superior dan atrium kanan. Oleh karena lokasi ini
menggambarkan ujung kateter pada tekanan intratoraks, maka keadaan inspirasi akan
meningkatkan atau menurunkan tekanan vena sentral, tergantung apakah pernafasan
tersebut dikendalikan atau spontan. Pengukuran dinyatakan dalam water colomn
(mmH2O) atau lebih baik dengan transduser elektronik (mmHg), dan sebaiknya
diukur selama end-expiration. Nilai normal tekanan vena sentral adalah 5 12
mmH2O.
- Tindakan kanulasi dapat dilakukan di beberapa tempat. Kateterisasi untuk waktu yanglama pada vena subklavia akan meningkatkan resiko pneumotoraks selama
pemasangan dan resiko meningkatnya infeksi. Vena jugularis interna kanan akan
menghasilkan kombinasi kemudahan dan keamanan dalam pemasangan (Tabel 1).
- Kateterisasi yang dilakukan pada sebelah kiri akan meningkatkan resiko vascularerosion, efusi pleura dan chylothorax. 1,3
- Ada tiga teknik dalam melakukan kanulasi vena sentral, yaitu: Teknik seperti pada pemasangan vena perifer (jarum berada didalam kateter). Teknik kateter dimasukkan ke dalam jarum (membutuhkan large- bore needle
stick).
Kateter dimasukkan dengan menggunakan kawat pemandu (TeknikSeldinger). (Gambar 9).
1. Penderita berada dalam posisi Trendelenberg untuk meminimalkan emboliudara dan mengembangkan vena jugularis interna. Teknik ini memerlukan
8/13/2019 Mer Monitor
15/29
15
kondisi aseptik (sarung tangan steril, masker, desinfeksi kulit dan kasa
steril).
2. Pada ujung segitiga yang dibentuk oleh otot sternokleido-mastoid danklavikula dilakukan infiltrasi dengan obat lokal anestesi menggunakan
jarum ukuran 25 G. Vena jugularis interna dapat ditemukan dengan cara
menusukkan jarum ukuran 18 G pada sisi medial dari otot
sternokleidomastoid lateral, menuju puting susu pada sisi yang sama
dengan sudut 30 derajat, sambil dilakukan aspirasi. Alternatif lain adalah
dengan menggunakan ultrasonografi.1,4
3. Setelah terlihat darah mengalir lewat jarum, maka kawat berbentuk huruf Jdimasukkan melalui jarum tersebut, kemudian jarum dilepaskan.
4. Sebuah pliable kateter (contoh Silastic), kemudian dimasukkan denganpanduan kawat-J tadi. Setelah diperkirakan cukup, maka kawat dilepaskan
dan kemudian kateter dihubungkan dengan jalur intravena. Jangan sampai
udara luar masuk melalui kateter. Dilakukan fiksasi kateter dengan kuat,
dan ditutup menggunakan kasa steril. Apabila perlu, dapat dilakukan
konfirmasi dengan melakukan foto toraks.4
Gambar 9. Teknik pemasangan kanulasi vena jugularis interna
dengan teknik Seldinger
http://3.bp.blogspot.com/-dHM6fpzwFbs/UBCiUjsTbfI/AAAAAAAACIo/ODwIAlmsv64/s1600/1.jpg8/13/2019 Mer Monitor
16/29
16
- Komplikasi yang dapat terjadi selama tindakan kanulasi vena sentral termasukdidalamnya adalah infeksi, emboli udara atau trombus, disritmia (jika ujung kateter
masuk ke atrium kanan atau ventrikel), hematom, pneumotoraks, hidrotoraks,
chylothorax, perforasi jantung, tamponade jantung, trauma pembuluh darah atau
nervus dan trombosis. Komplikasi ini dapat terjadi bila kita tidak menggunakan teknik
yang benar.3,4
Tabel 1. Derajat kemudahan pemasangan kateter vena sentral
2.2 Monitoring Respirasi
Pemantauan secara klinis dari sistem respirasi selama anasthesi meliputi pengamatan
terhadap gerakan balon reservoir, warna mukosa bibir dan lidah, penilaian patensi jalan nafas
dan pola respirasi. Secara fisiologis, respirasi adalah proses pertukaran oksigen, pertukaran
karbondioksida dan pengaturan pH darah. Proses ini terutama meliputi aktivitas respirasi
eksternal (pertukaran gas antara darah dan udara sekitar) dan respirasi internal (pertukaran
gas antara darah dan jaringan )
Pemantauan secara klinik terutama adalah untuk mengenal tanda-tanda hipoksemia,
hiperkarbi dan obstruksi jalan nafas. Pemantauan sistem respirasi yang umumnya digunakan
adalah penggunaan stetoskop (prekordial dan esofageal), penggunaan oksimeter denyut,
kapnografi dan analisa gas darah.2,4
Stetoskop prekordial
- Stetoskop prekordial (Wenger chestpiece) terbuat dari metal, sangat berat danberbentuk seperti bel. Stetoskop ini diteletakkan diatas dada atau pada suprasternal
notch.(Gambar 10). Meskipun berat disini bertujuan untuk mempertahankan posisinya
saat dipasang, tetapi masih diperlukan perekat dua sisi untuk lebih memperkuat,
disamping untuk memperjelas suara yang keluar.
http://3.bp.blogspot.com/-B6pedaDEc2w/UBCg-kDWguI/AAAAAAAACIg/8aIuV5RTQNc/s1600/1.jpg8/13/2019 Mer Monitor
17/29
17
- Stetoskop ini dihubungkan dengan menggunakan extension tubing ke telinga dokteranestesi, dan dapat memantau keadaan pasien dan lingkungan kamar operasi secara
bersama-sama.
- Komplikasi yang dapat timbul dari penggunaan alat ini adalah reaksi alergi pada kulit,abrasi kulit dan rasa sakit saat pelepasan stetoskop dari tubuh pasien. 2,3
Gambar 10. Stetoskop prekordial
Stetoskop esofageal
- Stetoskop esofageal terbuat dari plastik lembut, berbentuk seperti kateter denganujung distal yang dilindungi dengan balon (gambar 11). Meskipun kualitas
pemantauan nafas dan suara jantung lebih baik dibanding stetoskop prekordial, tapi
penggunaannya terbatas pada pasien yang dilakukan intubasi.
- Komplikasi pemasangan melalui mulut atau lubang hidung dapat secara tidak sengajamengakibatkan iritasi mukosa dan perdarahan. Yang mungkin tapi jarang terjadi
adalah stetoskop ini masuk ke trakea, sehingga mengakibatkan kebocoran disekitar
kaf dari pipa endotrakeal.
- Informasi yang didapatkan pada penggunaan baik itu stetoskop prekordial atauesofageal adalah konfirmasi tentang ventilasi, kualitas dari suara nafas (misalnya
wheezing), keteraturan dari denyut nadi dan kualitas dari irama jantung. 4
http://1.bp.blogspot.com/-yEpbFfmjiWc/UBClAjjpkFI/AAAAAAAACI0/hHl8q2MAWNc/s1600/1.jpg8/13/2019 Mer Monitor
18/29
18
Gambar 11. Stetoskop esofageal
Oksimeter denyut (Pulse oximetry)
- Oksimeter denyut mengukur frekuensi denyut nadi dan tingkat saturasi oksigenhemoglobin dengan menggunakan metode penyerapan gelombang cahaya dengan
panjang gelombang tertentu. Setiap molekul organik mempunyai spektrum
penyerapan tertentu, dan biasanya saat oksigen terikat pada hemoglobin, maka terjadi
perubahan spektrum peyerapan. Hal inilah yang akan ditangkap oleh probe pada
oksimeter denyut. Probe tersebut dapat dipasang pada seluruh bagian tubuh pasien
antara lain pada kaki, telinga atau lengan (pada anak-anak), tapi biasanya pada ujung
jari (Gambar 12). Pada probe oksimeter denyut terdapat dua sisi, dimana sisi yang
satu terdapat light-emitting diodes (LEDs) dan pada sisi yang lain terdapat sensor
cahaya.
- Oksimetri tergantung pada pengamatan bahwa oksigenasi dan reduksi hemoglobinberbeda penyerapannya pada cahaya merah dan inframerah (hukum Lambert-Beer).
Secara spesifik, oksihemoglobin (HbO2) diserap lebih pada cahaya inframerah (960
nm), sedangkan deoksihemoglobin diserap lebih pada cahaya merah (660 nm)
sehingga pada mata telanjang nampak biru atau sianosis (Gambar 13). Rasio dari
penyerapan pada panjang gelombang merah dan inframerah dianalisa oleh
mikroprosesor sehingga menghasilkan saturasi oksigen dari pulsasi arteri.5
http://3.bp.blogspot.com/-8-_CBruJ8-k/UBCqyEBIUXI/AAAAAAAACJA/7_8k9K5FIz4/s1600/1.jpg8/13/2019 Mer Monitor
19/29
19
Gambar 12. Probe oksimeter denyut pada anak-anak/bayi
- Hasil yang didapatkan dengan menggunakan oksimeter denyut ini adalah dapatdipercaya dalam mengukur frekuensi denyut nadi dan tingkat saturasi oksigen
hemoglobin secara non invasif, sehingga alat ini digunakan sebagai peralatan standar
dalam pemantauan selama anestesi. 3,5
Gambar 13. Perbedaan penyerapan oksihemoglobin dan deoksihemoglobin pada cahaya
merah dan infra merah
- Alat oksimeter denyut ini tidak mengukur tekanan parsial oksigen (PaO2) dantergantung dari letak pada kurva disosiasi oksihemoglobin (Gambar 14), PaO2 dapat
http://4.bp.blogspot.com/-LN-vu4BU6to/UBCuBAXGCbI/AAAAAAAACJQ/xntK8o63cFs/s1600/1.jpghttp://1.bp.blogspot.com/-ulCVQ6YJLPk/UBCspqkOB7I/AAAAAAAACJI/8sbRiLCPOf0/s1600/1.jpghttp://4.bp.blogspot.com/-LN-vu4BU6to/UBCuBAXGCbI/AAAAAAAACJQ/xntK8o63cFs/s1600/1.jpghttp://1.bp.blogspot.com/-ulCVQ6YJLPk/UBCspqkOB7I/AAAAAAAACJI/8sbRiLCPOf0/s1600/1.jpg8/13/2019 Mer Monitor
20/29
20
jauh berbeda (Tabel 2). Saturasi 95% atau lebih yang terukur dengan oksimeter
denyut merupakan bukti kuat oksigenasi arterial perifer yang adekuat. Oksimeter
denyut memerlukan perfusi perifer yang intak dan tidak mampu membedakan
oksihemoglobin dari karboksihemoglobin maupun methemoglobin, sehingga
membatasi kegunaannya pada penderita yang mengalami vasokonstriksi hebat dan
penderita dengan keracunan karbonmonoksida. Penggunaan oksimeter denyut secara
khusus dalam praktek ditunjukkan pada Tabel 3. 2,4
Gambar 14. Kurva disosiasi oksihemoglobin
Tabel 2. Perkiraan tekanan parsial oksigen (PaO2) dibandingkan tingkat saturasi oksigen
(SaO2)
Tingkat PaO2 Tingkat SaO2
90 mmHg 100 %
60 mmHg 90 %
30 mmHg 60 %
27 mmHg 50 %
http://4.bp.blogspot.com/-pckxjs5zQ4Y/UBCvT-66VpI/AAAAAAAACJY/__GXvX3gY2U/s1600/1.jpg8/13/2019 Mer Monitor
21/29
21
- Komplikasi penggunaan oksimeter denyut sangat jarang terjadi, tetapi bila probedipasang pada ekstremitas untuk jangka waktu yang lama, akan dapat menimbulkan
kerusakan kulit. Sayangnya, kelemahan dari pulse oksimeter ini adalah tanda yang
diterima apabila terjadi kegagalan oksigenasi biasanya terlambat, yaitu setelah pasien
mengalami hipoksemia yang mungkin terjadi beberapa menit sebelumnya, contohnya
pada terputusnya sistem pernafasan dari mesin anestesi ke pasien. 1,5
Tabel 3. Penggunaan oksimeter denyut secara khusus dalam praktek
Kapnografi
- Kapnografi adalah alat non invasif, yang berguna untuk mengukur karbondioksida(CO2) pada satu siklus respirasi didalam sirkuit nafas. Alat ini menggambarkan pola
kadar CO2 (diukur dalam kilo Pascal atau mmHg) pada fase inpirasi dan ekspirasi
serta menunjukkan kadar CO2 pada akhir ekshalasi (End Tidal CO2 atau ETCO2).(Gambar 15).3,4
Gambar 15. Kapnografi
http://3.bp.blogspot.com/-e8rGHxfvaNI/UBDX5aSkgvI/AAAAAAAACJs/KzK-PovM5LE/s1600/1.jpghttp://1.bp.blogspot.com/-0jRkmvSvc5o/UBCwcjw4n9I/AAAAAAAACJg/Gk_IjNl01fg/s1600/1.jpghttp://3.bp.blogspot.com/-e8rGHxfvaNI/UBDX5aSkgvI/AAAAAAAACJs/KzK-PovM5LE/s1600/1.jpghttp://1.bp.blogspot.com/-0jRkmvSvc5o/UBCwcjw4n9I/AAAAAAAACJg/Gk_IjNl01fg/s1600/1.jpg8/13/2019 Mer Monitor
22/29
22
- Pengukuran kadar CO2 dalam sirkuit nafas ini berguna untuk menilai ventilasi yangadekuat, deteksi intubasi esofageal, diskoneksi sirkuit nafas atau ventilator, problem
sirkulasi dan deteksi hipertermia maligna.
Kapnografi adalah standart emas untuk mendeteksi intubasi esofageal, dimana tidak ada atau
sangat kecil CO2 terdeteksi bila terjadi intubasi esofageal. Peningkatan tekanan intrakranial
dengan menurunkan PaCO2 dapat dengan mudah dipantau dengan menggunakan analisa
ETCO2. Penurunan secara cepat ETCO2 adalah indikator yang sensitif terhadap terjadinya
emboli udara yang sering terjadi pada kraniotomi dengan posisi duduk. Nilai normal PaCO2
adalah 5,3 kPa (40 mmHg). Ada beberapa teknik pengukuran. Yang paling sering digunakan
adalah infrared absorption spectroscopy. Teknik yang lain adalah photo-acoustic
spectroscopy, Raman scattering dan mass spectrometry . Gambaran kapnografi yang normal
terdiri dari 4 fase. Fase pertama terjadi saat inspirasi. Fase kedua adalah mulai terjadinya
ekspirasi, yang hasilnya adalah peningkatan CO2. Fase ketiga adalah expiratory plateau,
merupakan pengeluaran CO2 dari seluruh alveoli. Titik tertinggi dari plateau dikenal sebagai
end-tidal CO2 (ETCO2). Ini adalah tanda dari akhir ekspirasi. Fase keempat adalah mulai
terjadinya kembali inspirasi. (Gambar 16). 5
Gambar 16. Gambaran normal kapnografi
http://1.bp.blogspot.com/-B8Kch_ciuwA/UBDZK4B26sI/AAAAAAAACJ0/4Gwl_-0ppLk/s1600/1.jpg8/13/2019 Mer Monitor
23/29
23
Analisa gas darah
Tujuan pemantauan disini adalah untuk mengetahui tekanan parsial O2, tekanan parsial CO2,
saturasi oksigen dan pH darah
- Pemeriksaan Analisa gas darah penting untuk menilai keadaan fungsi paru-paru.pemeriksaan dapat dilakukan melalui pengambilan darah astrup dari arteri
radialis,brakhialis,atau formalis.1,6
- Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asambasa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan
kelebihan atau kekurangan basa.
- Gas darah arteri merupakan pengukuran standar dan lebih diterima untuk penentuanstatus pernapasan, terutama untuk oksigenasi. Gas darah arteri member informasi
langsung mengenai fungsi paru dan adekuasi ekskresi CO2 ,dan merupakan
pemantauan invasif yang membutuhkan punksi arteri atau jalur arteri yang menetap.6
2.3 Monitoring Suhu
Selama tindakan anestesi, terutama tindakan dalam waktu yang lama, temperatur pasien harus
selalu dipantau. Alat yang digunakan untuk memantau temperatur adalah termistor atau
thermocouple. Alat ini dapat ditempatkan pada membrana timpani, rektum, nasofaring,
esofagus, kandung kencing atau kulit.
Hipotermi didefinisikan temperatur tubuh kurang dari 36 derajat celcius.. Keadaan ini sering
terjadi selama tindakan anestesi dan pembedahan. Meskipun keadaan hipotermi bersifat
proteksi untuk otak dan keadaan iskemik jantung karena menurunkan kebutuhan oksigen
untuk metabolisme, tapi hal ini mempunyai efek fisiologik yang tidak menguntungkan bagi
pasien (Tabel 4).3,6
Tabel 4. Efek fisiologik yang tidak menguntungkan dari hipotermi
http://1.bp.blogspot.com/-BUolciLLynE/UBEVl6yuIrI/AAAAAAAACKc/nrbwZImRSIM/s1600/1.jpg8/13/2019 Mer Monitor
24/29
24
Terjadinya hipotermi akan merangsang vasokonstriksi dan menggigil, dimana menggigil
merupakan refleks dibawah kontrol dari hipotalamus. Mekanisme ini adalah untuk
meningkatkan core temperature. Core temperature (central blood temperature) biasanya turun
1 derajat celcius 2 derajat celcius pada satu jam pertama selama anestesi umum (fase I),
kemudian diikuti dengan penurunan secara gradual selama 3 4 jam berikutnya (fase II) dan
pada akhirnya berada pada keadaan menetap (fase III) (Gambar 17).2,6
Gambar 17 . Pola penurunan suhu selama anestesia umum
Menggigil dapat menimbulkan efek yang berbahaya. Aktivitas otot yang meningkat padaakhirnya akan meningkatkan konsumsi oksigen dan produksi karbondioksida. Kebutuhan
oksigen otot jantung juga akan meningkat, dapat mencapai 200% hingga 400%. Hal ini
tentunya akan sangat berbahaya bagi pasien dengan kondisi fisik yang jelek seperti pada
pasien dengan gangguan kerja jantung atau anemia berat, serta pada pasien dengan penyakit
paru obstruktif menahun yang berat. Menggigil pasca anestesi dapat dikurangi dengan
berbagai cara, diantaranya meminimalkan kehilangan panas selama operasi, mencegah
kehilangan panas karena lingkungan tubuh dan memberikan obat-obatan. (Tabel 5). 1,4
http://3.bp.blogspot.com/-s1B1sddQu3c/UBEaHmxSQQI/AAAAAAAACKw/v50FeNp_StE/s1600/1.jpghttp://1.bp.blogspot.com/-EI1rRPowoZ4/UBESgpvCJvI/AAAAAAAACKM/lf3NnUFi6uA/s1600/1.jpghttp://3.bp.blogspot.com/-s1B1sddQu3c/UBEaHmxSQQI/AAAAAAAACKw/v50FeNp_StE/s1600/1.jpghttp://1.bp.blogspot.com/-EI1rRPowoZ4/UBESgpvCJvI/AAAAAAAACKM/lf3NnUFi6uA/s1600/1.jpg8/13/2019 Mer Monitor
25/29
25
2.4 Pemantauan Produksi Urin
Dalam tindakan anestesi, pemantauan produksi urin menjadi hal yang penting. Produksi urin
menggambarkan fungsi sistem urogenital dan secara tidak langsung menunjukkan keadaancurah jantung, volume intravaskuler dan aliran darah ke ginja. Kateterisasi kandung kemih
adalah metode yang paling mudah untuk dilaksanakan.
Indikasi untuk dilakukan pemasangan kateter urin adalah pada pasien dengan penyakit
jantung kongestif, gagal ginjal, penyakit hati lanjut atau pasien syok. Selain itu kateterisasi
urin merupakan tindakan yang rutin dilakukan pada pembedahan jantung, bedah aorta atau
pembuluh darah ginjal, kraniotomi, bedah abdomen mayor, pembedahan dengan waktu lama
dan pembedahan yang kemungkinan memerlukan cairan yang banyak serta pemberian obat
diuretik selama pembedahan.1,5
Kateterisasi kandung kemih biasanya dilakukan oleh dokter bedah atau paramedis yang
terlatih. Komplikasi yang mungkin timbul dari tindakan ini adalah trauma pada uretra dan
infeksi saluran kencing. Pengosongan yang terlalu cepat dari kandung kencing yang penuh
akan dapat mengakibatkan terjadinya hipotensi.
Jumlah urin yang keluar menggambarkan fungsi dan perfusi dari ginjal. Semua ini adalahpetunjuk keadaan fungsi ginjal, kardiovaskuler dan volume cairan. Urin yang keluar dianggap
baik bila lebih atau sama dengan 0,5 ml/kgBB/jam, dan bila kurang dari jumlah tersebut
(oliguria) perlu mendapatkan perhatian.6
2.5 Pemantauan Perdarahan
Dalam tindakan pembedahan besar, kehilangan darah menjadi masalah yang penting. Selama
tindakan anestesi dan pembedahan, kita harus menghitung jumlah perdarahan, baik itu dari
botol penghisap, dari kasa operasi yang mengandung darah, dari kain penutup pasien, dari
baju ahli bedah maupun dari darah yang mungkin ada di lantai. Selain itu kita harus
mengamati warna perdarahan apakah merah tua, merah muda atau hitam. Pada anak-anak
atau bayi, jumlah perdarahan sedikit sudah dapat mengakibatkan anemia. Sebagai contoh,
kehilangan darah sekitar 20 ml pada bayi dengan berat badan 2 kg sudah menunjukkan
kehilangan darah yang banyak 5. Pada pasien dewasa dengan Hb yang normal, perdarahan
sampai 20% volume darah total atau penurunan Hb sampai 9 10 gr% masih dapat
ditoleransi oleh tubuh.1,6
8/13/2019 Mer Monitor
26/29
26
Penggantian darah yang hilang hendaknya sesuai dengan kebutuhan. Pemberian darah
lengkap memungkinkan terjadinya penyulit lebih besar, seperti infeksi atau kelebihan volume
sirkulasi. Transfusi dengan komponen darah lebih spesifik, sehingga lebih tepat guna dan
lebih ekonomis. Komponen darah yang dapat diberikan antara lain adalah eritrosit konsentrat
(packed red cell), lekosit, trombosit atau plasma.
2.6 Pemantauan Blokade Neuromuskuler
Kecukupan relaksasi otot selama pembedahan akibat pemberian pelumpuh otot
nondepolarisasi dapat dipantau secara klinis. Pemantauan itu dapat dilihat lewat ekspirasi
eksternal yang timbul, tonus dan gerakan otot, dan respon otot terhadap tindakan
pembedahan. Kepentingan utama pemantauan blokade neuromuskuler adalah memastikan
keefektifan penawaran blok neuromuskuler pada akhir operasi.1,3,6
Kecukupan pulihnya penderita pada akhir operasi terhadap obat pelumpuh otot, umumnya
berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Parameter non respirasi- Kemampuan membuka mata dengan lebar.- Kemampuan menjulurkan lidah.- Kekuatan pegangan tangan.- Kemampuan mengangkat kepala sekurangnya 5 detik.- Kemampuan batuk secara efektif.
Parameter respirasi- Volume tidal yang adekuat.- Kapasitas vital sekurang-kurangnya 15-20 ml/kgBB.- Kekuatan inspirasi pada tekanan negatif 2025 cmH2O.
Respon pada pemantauan stimulator syaraf- Kembalinya respon pada twitch tunggal setinggi kontrol.- Respon tetanik terus menerus pada stimulasi frekuensi tinggi.- Kembalinya reson TOF pada rasio diatas 75%.2,5
8/13/2019 Mer Monitor
27/29
8/13/2019 Mer Monitor
28/29
28
BAB III
KESIMPULAN
Monitoring adalah segala usaha untuk memperhatikan, mengawasi dan memeriksa pasien
dalam anestesi untuk mengetahui keadaan dan reaksi fisiologis pasien terhadap tindakan
anestesi dan pembedahan. Tujuan utama monitoring anestesi adalah diagnosa adanya
permasalahan, perkiraan kemungkinan terjadinya kegawatan, dan evaluasi hasil suatu tindaka
n, termasuk efektivitas dan adanya efek tambahan. Ahli anestesi harus hadir di ruangan
operasi selama dilakukannya operasi pada anestesiumum dan regional untuk melakukan
pengawasan selama prosedur operasi, dikarenakan perubahan status pasien yang dapat
berubah dengan cepat. Selama prosedur anesteasi berlangsung, harus terus dipantau hal-hal
berikut:1,5
1. Monitoring Sistem Kardiovaskuler: nadi, tekanan darah, elektrokardiografi,dan banyaknya Perdarahan.
2. Monitoring Respirasi: Dengan inspeksi kita dapat mengawasi pasien secara langsunggerakan dada-perut baik pada saat bernapas spontan atau dengan napas kendali dan
gerakan kantong cadang apakah sinkron. Untuk oksigenasi warna mukosa bibir,
kuku pada ujung jari dan darah pada luka bedah apakah pucat, kebiruan, atau merahmuda. Perlu juga dilakukan pemeriksaan ventilasi dengan menggunakan alat bantu
seperti stetoskop, oksimeter denyut, dan kapnometer.
3. Monitoring Suhu Tubuh: dilalukan untuk memantau bila terjadi hipotermi atauhipertermi
4. Monitoring Ginjal: jumlah urin yang keluar menggambarkan fungsi dan perfusi dariginjal. Semua ini adalah peunjuk keadaan fungsi ginjal, kardiovaskular dan volume
cairan. Urin yang keluar dianggap baik apabila volumenya lebih atau sama dengan 0,5
ml/kgBB/jam, dan bila kurang dari jumlah tersebut perlu mendapatkan perhatian.
5. Monitoring Blokade Neuromuskular: stimulasi saraf untuk mengetahui apakahrelaksasi otot sudah cukup baik atau sebaliknya setelah selesai anestesia apakah tonus
otot sudah kembali normal.
6. Monitoring Sistem Saraf: Pada saat pasien dalam keadaan tidak sadar, monitoringterhadap SSP dikerjakan dengan memeriksa respons pupil terhadap cahaya, respon
terhadap trauma pembedahan, respons terhadapotot apakah relaksasi cukup atau tidak.
8/13/2019 Mer Monitor
29/29
DAFTAR PUSTAKA
1. Thaib MR. Monitoring Perianestesi. Dalam : Muhiman M., Thaib MR., Sunatrio S.,Dachlan R. Anestesiologi. Jakarta : Bagian Anestesiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2002: 9096.
2. Savino JS, Salgo I. Monitoring the anesthethized patient. In: Longnecker DE.,Murphy FL (eds). Introduction to anesthesia. Philadelphia : W.B. Saunders Company,
1997: 48 - 62.
3. Morgan, G. Edward Jr,. Maged, S. Mikhail, and Murray, Michael J,. 2006. ClinicalAnesthesiology, Fourth Edition. United States of America: Appleton & Lange. p.210-
218
4. Byrne A. Monitoring In : Aitkenhead AR, Rowbotham DJ, Smith G. Textbook ofanaesthesia. London : Churchill Livingstone, 2002 : 470 - 88.
5. Miller, Ronald D. 2005. Millers Anesthesia, 7 th edition. United States of America:Elsevier
6. The Association of Anaesthetists of Great Britain and Ireland. 2007.Recommendations For Standards Of Monitoring During Anaesthesia And Recovery
Available at: http://www.aagbi.org/sites/default/files/standardsofmonitoring07.pdf ,
Diunduh 25 November 2013