Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MERETAS JALAN KONFLIK
KEHUTANAN
Penulis: Sulistya Ekawati, Lukas Rumboko, Sylviani, Subarudi, Ramawati, Surati, Fenti Y Salaka, Indah Bangsawan, Bugi K,
Niken Sakuntala S, Retno Maryani,
OUTLINE
BAB I PROLOG PERKEMBANGAN KONFLIK KEHUTANAN DI INDONESIA
BAB II KONFLIK KPH DAN MASYARAKAT
BAB III KONFLIK PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT
BAB IV KONFLIK ANTARA PEMERINTAH DENGAN PERUSAHAAN
BAB V KONFLIK PERUSAHAAN DENGAN PERUSAHAAN (KONFLIK ANTAR PEMEGANG
IZIN)
BAB VI KASUS TUMPANG TINDIH AREAL PERKEBUNAN DAN AREAL HPHTI DI
KALIMANTAN TIMUR
BAB VII CATATAN KONFLIK TENURIAL ANTAR MASYARAKAT DI KAWASAN HUTAN
BAB VIII KONFLIK ANTAR INSTITUSI PEMERINTAH MENEMBUS BATAS EKOLOGI DAN
POLITIK ADMINISTRASI HUTAN
BAB IX EPILOG : FORMASI NEGARA, DE-TERITORIALISASI DAN KONFLIK KEHUTANAN
PROLOG :PERKEMBANGAN KONFLIK KEHUTANAN DI INDONESIA
- 50.000.000 100.000.000
IPPA/JASLING/KK
PEMANFAATAN HUTAN(HPH, HTI, PS)
PENGGUNAAN KAWASANHUTAN (IPPKH)
PELEPASAN KAWASANHUTAN
JUMLAH
KONTRIBUSI HUTAN (Ha)
SWASTA (PERUSAHAAN) MASYARAKAT KEPENTINGAN UMUM TOTAL
Trend Pelepasan Kawasan Hutan dari tahun 1985 - 2017
Kontribusi Kawasan Hutan untuk Swasta, Masyarakat dan Kepentingan Umum
HUTAN PENYEDIA SEGALANYA
KETIMPANGAN
The culture of forestry has become a culture of conflict (Burley et al, 2001)
SIFAT KONFLIK KEHUTANAN
0 200000 400000 600000 800000
Perkebunan
Kehutanan
Pesisir/Kelautan
Pertambangan
Property
Infrastruktur
Luasan Konflik Per Sektor
SIFAT KONFLIK KEHUTANAN
Melibatkan berbagai pihak, mulai dari skala lokal sampai
skala nasional, dan internasional
Perbedaan status antara pihak yang “kuat” dan yang “lemah”
sangat menonjol
Sering tidak muncul ke permukaan (laten) dan sangat sulit untuk
diselesaikan karena terjadi di tempat yang terpencil (Wulan,
2012).
Keunikan lain konflik di sector kehutanan adalah terkait dengan
sejarah (history) menguasaan lahan yang dibuktikan dengan
umur pohon, kuburan nenek moyang dan benda-benda lain
sebagai penanda.
KONFLIK AGRARIA DI INDONESIA
807.177,613 ha.
JUMLAH KASUS DAN TIPOLOGI KONFLIK
0
10
20
30
40
50
60
70
2015 2016 2017 2018 2019
SUMATERA 24 42 46 62 20
JAWA BALI NUSRA 6 8 14 10 5
KALIMANTAN 13 12 12 9 1
SULAWESI 3 0 3 4 2
MALUKU PAPUA 8 3 1 4 0
Jumlah Kasus di Wilayah Kerja BPSKL
0
50
100
150
200
250
89
5
204
1 1 5 3 6
Jum
lah
Ko
nfl
ik
Pihak yang berkonflik
Tipologi Konflik Berdasarkan Pihak Yang Bersengketa
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Progress Penanganan Konflik
2015
2016
2017
2018
2019
1. Organisasi • Direktorat PKTHA (ada 4 sub dit) • 5 UPT BPSKL • Peltihan asesor • Organisasi di tingkat tapak (KPH,
TN)
2. Revisi permen penanganan konflik 3. Tim Percepatan Penyelesaian Konflik
Agraria (TPPKA) 3. Perpres 88/2017 ttg penyelesaian
Penguasaan Tanah dalam Kawasan Hutan
KONFLIK KPH DAN MASYARAKAT Semua Kawasan hutan terbagi habis dlm KPH sebagian berkonflik KPH memiliki peran penting dalam mengidentifikasi, memfasilitasi dan menentukan pilihan penyelesaian
konflik
Dir PKTHA, 2019
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
Sumatra
Kalimantan
Sulawesi
Maluku
Jawa BaliNusa
Papua
Luas (Ha) 324.725 326.776 61.696 13.282 0 326.776 377
KPH 71 44 36 8 1 15 1
Definitif Areal Perhutanan Sosial di KPH
Ada banyak peran KPH dalam PS mampukah KPH memainkan peran tersebut ?
0
100.000
200.000
300.000
400.000
500.000
600.000
700.000
800.000
900.000
1.000.000
Sumatra Kalimantan Sulawesi Maluku Bali Nusa Papua
Luas (Ha) 414.665 970.218 277.981 61.475 11.905 50.723
KPH 144 107 88 34 28 72
Indikatif Alokasi Kawasan Hutan untuk TORA di KPH
Keberadaan KPH menjadi penting saat Tim melakukan inventarisasi dan verifikasi lapangan terhadap obyek TORA
PENEMPATAN KPH SEBAGAI DESK
PENANGAN KONFLIK KEHUTANAN DI
DAERAH
• PERLU PENGUATAN SDM UNTUK MEDIASI KONFLIK DI KPH • MEMBANGUN RESORT-RESORT (BKPH) UNTUK MEMPERKECIL RENTANG KENDALI
PENGELOLAAN HUTAN • MEMBANGUN KERJASAMA DENGAN MITRA (PEMDA, PT, NGO DAN PERUSAHAAN) DALAM
PENYELESAIAN KONFLIK • MENGGANDENG PENYULUH TERDEKAT
KONFLIK PERUSAHAAN DENGAN MASYARAKAT
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Jumlah kasus konflik antara perusahaan dan masyarakat dari
tahun 2015 hingga 2019 Status penanganan konflik antara Perusahaan
dengan Masyarakat Tahun 2015 - 2019
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
Sumatera Jawa Bali NTT Kalimantan Sulawesi Maluku Papua
Konflik antara Perusahaan dengan Masyarakat
2015 2016 2017 2018 2019
Tahun 2019, KLHK telah memproses izin pengurangan luasan perusahaan melalui adedendum izin
sebanyak 13 perusahaan, dengan total luasan kurang lebih sebesar 60.000 ha.
KONFLIK ANTARA PEMERINTAH DENGAN
PERUSAHAAN
• Tumpang tindih sawit dengan Kawasan hutan
• Kebun sawit yg mempunyai izin lokasi & IUP dan HGU tapi berada di kawasan hutan
• Kebun sawit di HK, HL dan HP
• HTI dengan Taman Nasional (TNTP, TNTN, TNGL)
PENYELESAIANNYA BAGAIMANA ?
• PP 104/2015 ttg Tata Cara Perubahan Peruntukan dan
Kawasan Hutan keterlanjuran izin perkebunan dalam
kawasan hutan (pasal 51)
• Instruksi Presiden (Inpres) No. 8 Tahun 2018 tentang
Penundaan dan Evaluasi Perizinan Perkebunan Kelapa Sawit
KONFLIK PERUSAHAAN DENGAN PERUSAHAAN
Penyebab konflik:
Kasus tumpang tindih areal antara perusahaan di sektor kehutanan dengan pertambangan dan perkebunan
Penyerobotan lahan dari sektor kehutanan, perkebunan (sawit) dan pertambangan, dan konflik tenurial
Beberapa tipologi konflik antar pemegang izin konsesi adalah:
Perusahaan kehutanan dengan perkebunan
Perusahaan perkebunan dengan pertambangan
Perusahaan kehutanan dengan pertambangan.
Dampak konflik :
Perusahaan itu sendiri, karyawan perusahaan, masyarakat disekitar dan pemerintahan Ekonomi : menurunnya jumlah uang yang beredar karena perushaan berkurang produksinya,
berkurang lapangan pekerjaan, menurunnya pendapatan masyarakat sekitar, menurunnya penerimaan daerah, terganggunya kegiatan ekonomi di daerah-daerah
Sosial : disharmoni antar perusahaan dan masyarakat sekitar., penurunan tingkat kepercayaan antar perusahaan pemegang izin dan pemerintah
Ekologi : kerusakan lingkungan
RESOLUSI • Harmonisasi
peraturan • Komunikasi • Gakum • One map
CATATAN KONFLIK TENURIAL ANTAR
MASYARAKAT DI KAWASAN HUTAN
Penyebab:
Terjadi akibat permasalahan batas kawasan
Kurangnya pengetahuan terkait hukum dan peraturan yang berlaku di bidang kehutanan
Penyelesaian konflik lebh mudah melalui mediasi
Cara kekeluargaan atau pengadilan adat
Melibatkan segenap tokoh/ orang penting di desa /tokoh adat
KONFLIK ANTAR INSTITUSI PEMERINTAH
Data Mei 2019, perkebunan sawit dalam kawasan hutan 3.177.014 Ha (Sebagian sudah punya IUP dan HGU)
Ada perbedaan perspektif otoritatif keruangan antarinstitusi sekaligus gap antara batas de jure dan batas de facto suatu wilayah atau kawasan.
Manifestasi dari adanya kontestasi politik atas ruang dan pengelolaan sumber daya alam
Beroperasinya perkebunan sawit di kawasan hutan juga menunjukkan tembusnya batas-batas politik administrasi otoritas ke ruangan pembangunan suatu kawasan
Secara de facto telah terjadi hibriditas antara rezim kehutanan dan perkebunan di tingkat lapangan, tetapi belum di tingkat kebijakan.
Penyelesaian
- Sengaja tidakan hukum
- Tidak sengaja pemutihan (dikeluarkan dari kawasan hutan, pinjam pakai) atau mengakui
keberadaan sawit secara terbatas dalam kawasan hutan
EPILOG • Persoalan konflik kehutanan tidak bisa dilepaskan dari proses formasi negara melalui teritorialisasi
• Teritorialisasi adalah proses penciptaan dan penjagaan dari zona spasial atau wilayah dengan mana praktik-praktik tertentu diijinkan berdasarkan pada allokasi ekplisit maupun implisit atas hak dan control, dan kewenangan (Peluso, 2005)
• Meningkatnya konflik atas tanah dan sumber daya hutan:
• Tatakelola (governance)
• Ketimpangan penguasaan lahan
• Peningkatan permintaan akan lahan meningkat/transformasi penggunaan lahan yang terintegrasi dengan pasar global
• Desain penyelesaian konflik beserta instrumen pendukungnya masih bersifat parsial, cenderung polisional-represif, dan memihak
• Belum mampu menemukan akar masalahnya
• Sudah menemukenali akar masalah, namun tidak mau menyentuh/belum mengamputasi akar masalahnya
• De-teritorialisasi ”terbatas” pemberian akses dan distribusi asset melalui kebijakan Kehutanan Sosial dan Reforma Agraria
TERIMA KASIH