2
P O L I C Y B R E A F Ekologi Wilayah Pesisir Dan Lautan Mercuri di Teluk Kao A h d i a t P0201212401 Pascasarjana Universitas Hasanuddin PPW/Manajemen Kelautan A. Kesimpulan Eksekutif Sejak Nusa Halmahera Minerals (NHM) perusahaan joinan (joint venture company) antara Newcrest Mining Limited (Australia) yang menguasai 82,5 % saham, dan PT. Aneka Tambang Tbk, BUMNdengan 17,5 % saham, masuk dan mengksploitasi emas di Gosowong Halmahera Utara banyak masalah sosial terjadi silih berganti. Beberapa media memberitakan bahwa Nelayan di Teluk Kao Kabupaten Halmahera Utara Maluku Utara kehilangan mata pencaharian, kerusakan ekosistem, hilangnya biota seperti ikan dan udang dan perubahan fisik lingkungan. Tahun 2010 di perairan Teluk Kao oleh Domu Simbolon melalui penelitian yang didukung oleh jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro menemukan kandungan mercuri dan sianida di perairan Tanjung Taolas dan Tanjung Akesone dan juga terdapat pada organ hati dan daging Ikan Kakap yang tertangkap di perairan Tanjung Taolas dan Tanjung Akesone. Setahun setelah itu, Walhi melalui KompasDotCom merelease bahwa Air Sungai Kobok dan Sungai Bora di Malifut yang mengalir ke Teluk Kao ditemukan mengandung logam sianida di atas ambang batas. B. Masalah dan Isu 1. Nelayan di Teluk Kao Kabupaten Halmahera Utara Maluku Utara kehilangan mata pencaharian. 2. Kerusakan ekosistem laut di Teluk Kao Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara. 3. Hilangnya ikan teri dan udang di Teluk Kao. 4. Telah terjadi perubahan fisik lingkungan Di desa Dum-Dum, Teluk Kao, Gosowong dan Tuguraci, yang timbul sebagai resultante dari buangan zat Cianida oleh pihak perusahan disekitar Kali Kobok Teluk Kao yang mengakibatkan degradasi lingkungan yang cukup fatal dan berpotensi mengancam sendi-sendi kehidupan masyarakat diwilayah tersebut. C. Latar belakang masalah/isu 1. Air Sungai Kobok dan Sungai Bora di Malifut yang mengalir ke Teluk Kao ditemukan mengandung logam sianida di atas ambang batas. 2. Kandungan merkuri di Tanjung Taolas dan Tanjung Akesone menunjukkan nilai yang sama, yaitu 0,0002 ppm. 3. Kandungan sianida di Tanjung Taolas dan Tanjung Akesone juga memiliki nilai yang sama, yaitu 0,001 ppm. 4. Kandungan merkuri (Hg) pada organ hati dan daging ikan kakap merah yang tertangkap di Teluk Kao, Halmahera Utara masing-masing senilai 0,13-0,38 ppm dan 0,06-0,19 ppm 5. Wilayah lingkar tambang PT. NHM sudah tercemar sejak tahun 2006. D. Kepentingan terhadap isu Kepentingan Peneliti Perguruan Tinggi Lembaga Sosial/Lingkungan Moral Tanggungjawab moral sebagai peneliti 1. Mediator/katalisator. 2. Memberikan dukungan Peneliti dan Lembaga- Lembaga Sosial/Lingkungan dalam proses advokasi. Perang dan Tanggungjawab sebagai Lembaga Sosial/Lingkungan Pengetahuan Proses pembelajaran Pustaka, Dokumentasi dan Data 1. Proses pembelajaran 2. Pustaka, Dokumentasi dan Data

Merkuri Di Teluk Kao

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Merkuri Di Teluk Kao

P O L I C Y B R E A F Ekologi Wilayah Pesisir Dan Lautan

Mercuri di Teluk Kao

A h d i a t P0201212401

Pascasarjana Universitas Hasanuddin

PPW/Manajemen Kelautan

A. Kesimpulan Eksekutif Sejak Nusa Halmahera Minerals (NHM) perusahaan joinan (joint venture company) antara Newcrest Mining Limited (Australia) yang menguasai 82,5 % saham, dan PT. Aneka Tambang Tbk, BUMN—dengan 17,5 % saham, masuk dan mengksploitasi emas di Gosowong Halmahera Utara banyak masalah sosial terjadi silih berganti. Beberapa media memberitakan bahwa Nelayan di Teluk Kao Kabupaten Halmahera Utara Maluku Utara kehilangan mata pencaharian, kerusakan ekosistem, hilangnya biota seperti ikan dan udang dan perubahan fisik lingkungan. Tahun 2010 di perairan Teluk Kao oleh Domu Simbolon melalui penelitian yang didukung oleh jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro menemukan kandungan mercuri dan sianida di perairan Tanjung Taolas dan Tanjung Akesone dan juga terdapat pada organ hati dan daging Ikan Kakap yang tertangkap di perairan Tanjung Taolas dan Tanjung Akesone. Setahun setelah itu, Walhi melalui KompasDotCom merelease bahwa Air Sungai Kobok dan Sungai Bora di Malifut yang mengalir ke Teluk Kao ditemukan mengandung logam sianida di atas ambang batas.

B. Masalah dan Isu 1. Nelayan di Teluk Kao Kabupaten Halmahera Utara Maluku Utara kehilangan mata pencaharian. 2. Kerusakan ekosistem laut di Teluk Kao Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara. 3. Hilangnya ikan teri dan udang di Teluk Kao. 4. Telah terjadi perubahan fisik lingkungan Di desa Dum-Dum, Teluk Kao, Gosowong dan Tuguraci, yang

timbul sebagai resultante dari buangan zat Cianida oleh pihak perusahan disekitar Kali Kobok Teluk Kao yang mengakibatkan degradasi lingkungan yang cukup fatal dan berpotensi mengancam sendi-sendi kehidupan masyarakat diwilayah tersebut.

C. Latar belakang masalah/isu 1. Air Sungai Kobok dan Sungai Bora di Malifut yang mengalir ke Teluk Kao ditemukan mengandung logam

sianida di atas ambang batas. 2. Kandungan merkuri di Tanjung Taolas dan Tanjung Akesone menunjukkan nilai yang sama, yaitu 0,0002

ppm. 3. Kandungan sianida di Tanjung Taolas dan Tanjung Akesone juga memiliki nilai yang sama, yaitu 0,001

ppm. 4. Kandungan merkuri (Hg) pada organ hati dan daging ikan kakap merah yang tertangkap di Teluk Kao,

Halmahera Utara masing-masing senilai 0,13-0,38 ppm dan 0,06-0,19 ppm 5. Wilayah lingkar tambang PT. NHM sudah tercemar sejak tahun 2006.

D. Kepentingan terhadap isu Kepentingan Peneliti Perguruan Tinggi Lembaga Sosial/Lingkungan

Moral Tanggungjawab moral sebagai peneliti

1. Mediator/katalisator. 2. Memberikan dukungan

Peneliti dan Lembaga-Lembaga Sosial/Lingkungan dalam proses advokasi.

Perang dan Tanggungjawab sebagai Lembaga Sosial/Lingkungan

Pengetahuan Proses pembelajaran Pustaka, Dokumentasi dan Data 1. Proses pembelajaran 2. Pustaka, Dokumentasi dan Data

Page 2: Merkuri Di Teluk Kao

E. Kebijakan yang sudah ada 1. Larangan mengkonsumsi ikan yang berasal dari Teluk Kao.

F. Pilihan kebijakan 1. Konservasi Pemulihan lokasi pencemaran. 2. Riset pencemaran laut yang dimotori oleh Insitutusi Pendidikan Tinggi bekerja sama dengan Lembaga

Sosial Masyarakat yang concern pada isu-isu lingkungan serta Lembaga Adat yang ditujukan untuk menemukan kebenaran fakta pencemaran.

3. Membangun komitmen lintas stakeholder untuk pengelolaan pesisir dan laut secara terpadu dan berkelanjutan.

4. Penerbitan Peraturan Daerah dengan sistem pengawasan lingkungan yang ketat tentang sistem pengelolaan SDA.

G. Kelebihan dan kekurangan setiap pilihan kebijakan 1. Konservasi Pemulihan lokasi pencemaran adalah langkah yang harus dilakukan secepatnya untuk

mengantisipasi semakin bertambah luasnya areal lokasi pencemaran. Komitmen peneliti, Pendidikan Tinggi, Lembaga Konservasi Laut dan Lembaga Donor harus mendukung secara maksimal.

2. Riset pencemaran laut yang ditujukan untuk menemukan kebenaran fakta pencemaran, dimana validitas riset ditentukan oleh kekuatan tim di tengah tekanan fisik dan psikologis dari pihak yang dirugikan dengan adanya riset ini.

3. Membangun komitmen lintas stakeholder untuk pengelolaan pesisir dan laut secara terpadu dan berkelanjutan. Komitmen ini ditujukan sebagai langkah preventif dan warning terhadap aktivitas pertambangan yang merusak lingkungan. Proses membangun komitmen ini kemungkinan akan membutuhkan waktu lama karena akan ada tarik ulur kebijakan di tengah arus kepentingan para stakeholder.

4. Penerbitan Peraturan Daerah tentang sistem pengelolaan SDA juga kemungkinan akan membutuhkan waktu lama karena akan ada tarik ulur kebijakan di tengah arus kepentingan para stakeholder.

H. Rekomendasi 1. Konservasi lingkungan laut yang tercemar 2. Riset Pencemaran Perairan 3. Penerbitan Peraturan Daerah tentang sistem pengelolaan SDA

I. Rujukan AntaraNewsDotCom. 2012. Pengamat: Pembangunan di Malut Abaikan Lingkungan.

http://www.antaramaluku.com/berita/18158/pengamat-pembangunan-di-malut-abaikan-lingkungan (Diposting Pada Tanggal 24 Juni 2012 dan diakses pada tanggal 12 November 2012)

KompasDotCom. Nelayan Teluk Kao Kehilangan Mata Pencaharian. http://nasional.kompas.com/read/2011/04/11/03442562/ (Diposting Pada Tanggal 11 April 2011 dan diakses pada tanggal 12 November 2012)

Lafdy. 2007. Penambangan Nusa Halmahera Mineral’s di Maluku Utara (Sebuah Tinjauan Ekologi) http://boetila.blogspot.com/2007/12/penambangan-nusa-halmahera-minerals-di.html (Diposting Pada Tanggal 20 Desember 2007 dan diakses pada tanggal 12 November 2012)

Mukhtar. 2011. Larangan Makan Ikan. http://mukhtar-api.blogspot.com/2011/07/larangan-makan-ikan.html (Diposting Pada Tanggal 15 Juli 2011 dan diakses pada tanggal 12 November 2012)

Simbolon, D, dkk. 2010. Kandungan Merkuri dan Sianida pada Ikan yang Tertangkap dari Teluk Kao, Halmahera Utara. Jurnal Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang.

Radar Halmahera. 2011. Malifut Sudah Tak Lagi Konsumsi Ikan dari Teluk Kao. http://asrulhkoda.blogspot.com/2011/07/malifut-sudah-tak-lagi-konsumsi-ikan.html (Diposting Pada Tanggal 29 Juli 2011 dan diakses pada tanggal 12 November 2012)

Roesly. 2008. Emas Halmahera, Rahmat atau Petaka. http://roeslyblog.wordpress.com/2008/10/17/emas-halmahera-rahmat-atau-petaka/ (Diposting Pada Tanggal 17 Oktober 2008 dan diakses pada tanggal 12 November 2012)

Walhi. 2011. Pertambangan : Nelayan Teluk Kao Kehilangan Mata Pencaharian. http://www.walhi.or.id/id/ruang-media/walhi-di-media/berita-tambang-a-energi/685-pertambangannelayan-teluk-kao-kehilangan-mata-pencaharian.html (Diposting Pada Tanggal 11 April 2011 dan diakses pada tanggal 12 November 2012)