Upload
chindy-rosari
View
118
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
Telaah Ilmiah
METANOL-ETANOL
Disusun oleh:
Try Merdeka Puri, S.Ked (04061001047)
Fadillah Sari, S.Ked (04061001001)
Nipolin Sonoki Meidiansyah, S.Ked (04061001005)
Deniz Mawarni, S.Ked (04061001052)
Fierlindo Angga Pratama, S.Ked (04061001055)
Rudy Chandra, S.Ked (04061001021)
Velysia Nova, S.Ked (04061001077)
Tri Hari Irfani, S.Ked (04061001001)
Ferriansyah Gunawan, S.Ked (04053100093)
Ellyana Perwitasari, S.Ked (04053100041)
Irwan Hadi Saputra, S.Ked (04053100011)
Wahyudi Azwar, S.Ked (04053100044)
Pembimbing:
Dr. Binsar Silalahi, SpF, DFM.SH
DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA2010
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bahan kimia beracun yang dalam suhu kamar (~32oC) berbentuk cair adalah
merupakan bahan toksik yang paling dominan dan banyak jenisnya. Bahan toksik
tersebut ada yang sifatnya mudah menguap dan menjadi gas toksik. Diantara bahan
toksik cair tersebut dalam dosis yang kecil dan dalam larutan sering sengaja diminum
oleh manusia yaitu alkohol. Alkohol dan derivatnya termasuk golongan bahan toksik
karena dapat merusak jaringan terutama jaringan syaraf pusat. Bahan lain misalnya
nitrat dan nitrit, target organ yang dirusak ialah sistem kardiovaskuler. Disamping itu
ada lagi bahan yang termasuk logam yang dalam suhu kamar bersifat cair yaitu merkuri
(Hg). Bahan racun ini juga menyebabkan toksik terutama juga pada sistem syaraf. Dari
hal tersebut maka bahan racun bentuk cair ini jumlah dan jenisnya relatif banyak dan
bahan cair ini juga sangat berpotensi untuk mencemari lingkungan maupun
mengkontaminasi baham makanan.
Alkohol adalah derivat dari hidroksi yang mempunyai ikatan langsung maupun
rantai cabang dari alifatik hidrokarbon. Bentuk rantai alkohol yang sering ditemukan
adalah yang mengandung tiga gugus hidroksil dengan ikatan satu gugus hidroksi dalam
satu rantai karbon. Sedangkan jenis alkohol lainnya ialah alkohol yang mengandung
lebih dari satu gugus hidroksi dalam satu atom karbon. Jenis alkohol yang kedua inilah
yang bersifat toksik yaitu ethanol (ethyl alkohol), methanol (methyl alkohol) dan
isipropanol (isoprophyl alkohol). Pada umumnya semakin panjang rantai karbon maka
semakin tinggi daya toksisitasnya. Tetapi ada kekecualian dalam teori ini ialah methanol
lebih toksik daripada ethanol.
Minuman keras merupakan minuman yang di dalamnya terkandung senyawa
etanol (C2H5OH=ethyl alkohol). Senyawa etanol sendiri adalah salah satu anggota dari
keluarga senyawa alkohol. Senyawa ini jika masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi
kerja syaraf otak, sehingga efek pertama yang dirasakan oleh peminum minuman keras
adalah sakit kepala sampai muntah-muntah. Efek berat yang ditimbulkannya adalah si
peminum dapat bertindak di luar kesadarannya (inilah yang disebut dengan keadaan
mabok). Kalau tindakan di luar kesadaran itu adalah bisa mengangkat peti kemas
2
beserta isinya, itu sangat berguna sekali bagi pembangunan atau setidak-tidaknya bagi
keluarganya. Tetapi yang terjadi adalah tindakan di luar kesadaran itu selalu merupakan
tindakan yang menjurus ke arah kriminal, memalak, memperkosa, dan sejenisnya.
Sehingga dalam hukum negara pun sepantasnya meminum minuman keras itu dilarang.
Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang
ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum,
perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang
penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam
sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar.
Senyawa alkohol yang lain adalah metanol (CH3OH=methyl alhokol). Efek
senyawa ini bukan hanya mempengaruhi kerja syaraf seperti etanol, tetapi sampai
mematikan (merupakan racun). Etanol dan metanol dicampur dan dipasarkan dengan
nama spiritus. Keduanya tidak berwarna seperti air.
Penggunaan alkohol merupakan masalah yang sering muncul di Amerika Serikat
dimana sekitar 40.000 kematian disebabkan kecelakaan akibat penggunaan alkohol,
yang 50% kejadian tersebut dikarenakan pengemudi yang mabuk dan 60% terjadi pada
pejalan kaki. Pada tahun 2002, dalam Annual Report of the Toxic Exposure
Surveillance System (TESS) yang berasal dari American Association of Poison Control
Centers (AAPCC), dilaporkan terdapat 2610 kasus terpapar methanol. Terdapat 18
kematian akibat methanol dan 55 kasus yang berakibat fatal.
3
BAB II
METANOL-ETANOL
2.1. SUMBER
a. Alkohol (etanol)
Etanol diproduksi secara petrokimia melalui hidrasi etilen, dan secara biologis
melalui fermentasi gula dengan peragian.
Hidrasi etilen
Etanol yang digunakan sebagai bahan dasar industri atau pelarut
biasanya diproduksi secara petrokimia terutama melalui hidrasi etilen dengan
katalis asam fosfor dengan persamaan kimia:
C2H4(g) + H2O(g) → CH3CH2OH(l).
Dengan cara lama, etanol juga dapat diproduksi dengan hidrasi etilen
secara tidak langsung melalui reaksi dengan asam sulfat menghasilkan etil
sulfat, kemudian dihidrolisis menghasilkan etanol dan asam sulfat:
C2H4 + H2SO4 → CH3CH2SO4H
CH3CH2SO4H + H2O → CH3CH2OH + H2SO4
Fermentasi
Etanol yang digunakan untuk minuman beralkohol diproduksi melalui
fermentasi. Spesies jamur tertentu (misal: Saccharomyces cerevisiae)
memetabolisme gula menghasilkan etanol dan karbon dioksida dengan
persamaan kimia:
C6H12O6 → 2 CH3CH2OH + 2 CO2.
Proses membiakkan jamur pada kondisi untuk menghasilkan alkohol
dinamakan fermentasi. Proses ini dijaga pada suhu 35-40°C. Fermentasi secara
langsung tidak dapat meningkatkan konsentrasi lebih dari 12-15% karena
jamur akan mati pada kadar alkohol yang lebih tinggi. Melalui distilasi setelah
fermentasi primer, kadar alkohol dapat ditingkatkan sampai 40-60%.
4
Minuman yang mengandung alkohol mempunyai konsentrasi yang bervariasi
seperti:
- Beer, stout, cider 3–6%
- Table wine 9–12%
- Sherry, port (fortified with brandy) 17–21%
- Spirits (whisky, brandy, gin,rum, vodka, dll.) 35–45%
b. Sumber metanol
Metil alkohol/metanol dibuat dari destilasi kayu atau melalui sintesis
kimia. Menjelang tahun 1930, metanol pertama kali dibuat melalui destilasi kering
pada kayu pada suhu 3500C. Secara kimiawi, metanol diproduksi melalui konversi
katalitik gas sintesis (hidrogen, karbon monoksida dan karbon dioksida). Saat ini,
gas sintesis banyak diproduksi dari methan, komponen dari gas natural, dibanding
dari batu bara. Pada tekanan 4 MPa (40 atm) dan suhu tinggi (sekitar 8500C),
methan bereaksi dengan uap air dengan katalis nikel menghasilkan gas sintesis
dengan persamaan kimia:
CH4 + H2O → CO + 3 H2
Methan juga dapat bereaksi melalui oksidasi parsial dengan molekul
oksigen menghasilkan gas sintesis dengan persamaan kimia:
2 CH4 + O2 → 2 CO + 4 H2
Karbon monoksida dan hidrogen kemudian bereaksi dengan campuran katalis
tembaga, zink oksida, dan aluminium, menghasilkan metanol pada tekanan 5-10
MPa (50-100 atm) dan suhu 2500C:
CO + 2 H2 → CH3OH
Setiap produksi gas sintesis dari methan menghasilkan 3 molekul gas
hidrogen dan 1 molekul karbon monoksida, sedangkan sintesis metanol
memerlukan 2 molekul gas hidrogen dan 1 molekul karbon monoksida. Untuk
mengatasi kelebihan gas hidrogen ini yaitu dengan menambahkan karbon dioksida
pada reaktor sintesis metanol yang bereaksi membentuk metanol berdasarkan
persamaan:
CO2 + 3 H2 → CH3OH + H2O
5
Walaupun gas natural merupakan bahan yang paling ekonomis, batu bara masih
digunakan sebagai bahan untuk menghasilkan metanol dengan persamaan:
2 C16H23O11 + 19 H2O + O2 → 42 H2 + 21 CO + 11 CO2 → 21 CH3OH +
11 CO2
2.2. SIFAT-SIFAT FISIKA & KIMIA
METANOL
a. Sifat Fisik Metanol
Metanol, juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus,
adalah senyawa kimia dengan rumus kimia C H 3OH. Ia merupakan bentuk alkohol
paling sederhana. Pada "keadaan atmosfer" ia berbentuk cairan yang ringan,
mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang
khas (berbau lebih ringan daripada etanol). Ia digunakan sebagai bahan pendingin
anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan additif bagi etanol industri.
Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri. Hasil
proses tersebut adalah uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah
beberapa hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan
sinar matahari menjadi karbon dioksida dan air.
Reaksi kimia metanol yang terbakar di udara dan membentuk karbon
dioksida dan air adalah sebagai berikut:
2 CH3OH + 3 O2 → 2 CO2 + 4 H2O
Api dari metanol biasanya tidak berwarna. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati bila
berada dekat metanol yang terbakar untuk mencegah cedera akibat api yang tak terlihat.
Karena sifatnya yang beracun, metanol sering digunakan sebagai bahan additif bagi
pembuatan alkohol untuk penggunaan industri; Penambahan "racun" ini akan
menghindarkan industri dari pajak yang dapat dikenakan karena etanol merupakan bahan
utama untuk minuman keras (minuman beralkohol).
Metanol kadang juga disebut sebagai wood alcohol karena ia dahulu merupakan
produk samping dari distilasi kayu. Saat ini metanol dihasilkan melului proses multi
tahap. Secara singkat, gas alam dan uap air dibakar dalam tungku untuk membentuk gas
hidrogen dan karbon monoksida; kemudian, gas hidrogen dan karbon monoksida ini
bereaksi dalam tekanan tinggi dengan bantuan katalis untuk menghasilkan metanol.
Tahap pembentukannya adalah endotermik dan tahap sintesisnya adalah eksotermik.
6
b. Sifat Kimia Metanol
Saat ini, gas sintesis umumnya dihasilkan dari metana yang merupakan
komponen dari gas alam. Terdapat tiga proses yang dipraktekkan secara
komersial. Pada tekanan sedang 1 hingga 2 MPa (10–20 atm) dan temperatur
tinggi (sekitar 850 °C), metana bereaksi dengan uap air (steam) dengan katalis
nikel untuk menghasilkan gas sintesis menurut reaksi kimia berikut:
CH4 + H2O → CO + 3 H2
Reaksi ini, umumnya dinamakan steam-methane reforming atau SMR, merupakan
reaksi endotermik dan limitasi perpindahan panasnya menjadi batasan dari ukuran
reaktor katalitik yang digunakan.
Metana juga dapat mengalami oksidasi parsial dengan molekul oksigen
untuk menghasilkan gas sintesis melalui reaksi kimia berikut:
2 CH4 + O2 → 2 CO + 4 H2
Reaksi ini adalah eksotermik dan panas yang dihasilkan dapat digunakan secara
in-situ untuk menggerakkan reaksi steam-methane reforming. Ketika dua proses
tersebut dikombinasikan, proses ini disebut sebagai autothermal reforming. Rasio
CO and H2 dapat diatur dengan menggunakan reaksi perpindahan air-gas (the
water-gas shift reaction):
CO + H2O → CO2 + H2,
untuk menghasilkan stoikiometri yang sesuai dalam sintesis metanol.
Karbon monoksida dan hidrogen kemudian bereaksi dengan katalis
kedua untuk menghasilkan metanol. Saat ini, katalis yang umum digunakan
adalah campuran tembaga, seng oksida, dan alumina, yang pertama kali
digunakan oleh ICI di tahun 1966. Pada 5–10 MPa (50–100 atm) dan 250 °C, ia
dapat mengkatalisis produksi metanol dari karbon monoksida dan hidrogen
dengan selektifitas yang tinggi:
CO + 2 H2 → CH3OH
Sangat perlu diperhatikan bahwa setiap produksi gas sintesis dari metana
menghasilkan 3 mol hidrogen untuk setiap mol karbon monoksida, sedangkan
sintesis metanol hanya memerlukan 2 mol hidrogen untuk setiap mol karbon
monoksida. Salah satu cara mengatasi kelebihan hidrogen ini adalah dengan
7
menginjeksikan karbon dioksida ke dalam reaktor sintesis metanol, dimana ia
akan bereaksi membentuk metanol sesuai dengan reaksi kimia berikut:
CO2 + 3 H2 → CH3OH + H2O
ETANOL
a. Sifat Fisika
Gambar 1. Volume berlebih campuran etanol dengan air (kontraksi volume)
8
Gambar 2. Kalor pencampuran campuran etanol dengan air
Gambar 3. Kesetimbangan uap-cair campuran etanol dengan air (termasuk pula
azeotrop)
9
Gambar 4. Celah ketercampuran (miscibility gap) pada campuran dodekana dan etanol
Etanol adalah cairan tak berwarna yang mudah menguap dengan aroma
yang khas. Ia terbakar tanpa asap dengan lidah api berwarna biru yang kadang-
kadang tidak dapat terlihat pada cahaya biasa.
Sifat-sifat fisika etanol utamanya dipengaruhi oleh keberadaan gugus
hidroksil dan pendeknya rantai karbon etanol. Gugus hidroksil dapat berpartisipasi
ke dalam ikatan hidrogen, sehingga membuatnya cair dan lebih sulit menguap dari
pada senyawa organik lainnya dengan massa molekul yang sama.
Etanol adalah pelarut yang serbaguna, larut dalam air dan pelarut organik
lainnya, meliputi asam asetat, aseton, benzena, karbon tetraklorida, kloroform,
dietil eter, etilena glikol, gliserol, nitrometana, piridina, dan toluena. Ia juga larut
dalam hidrokarbon alifatik yang ringan, seperti pentana dan heksana, dan juga
larut dalam senyawa klorida alifatik seperti trikloroetana dan tetrakloroetilena.
Campuran etanol-air memiliki volume yang lebih kecil daripada jumlah
kedua cairan tersebut secara terpisah. Campuran etanal dan air dengan volume
yang sama akan menghasilkan campuran yang volumenya hanya 1,92 kali jumlah
volume awal. Pencampuran etanol dan air bersifat eksotermik dengan energi
sekitar 777 J/mol dibebaskan pada 298 K. Campuran etanol dan air akan
membentuk azeotrop dengan perbandingkan kira-kira 89 mol% etanol dan 11 mol
% air. Perbandingan ini juga dapat dinyatakan sebagai 96% volume etanol dan 4%
volume air pada tekanan normal dan T = 351 K. Komposisi azeotropik ini sangat
10
tergantung pada suhu dan tekanan. Ia akan menghilang pada temperatur di bawah
303 K.
Gambar 5. Ikatan hidrogen pada etanol padat pada −186 °C
Ikatan hidrogen menyebabkan etanol murni sangat higroskopis,
sedemikiannya ia akan menyerap air dari udara. Sifat gugus hidroksil yang polar
menyebabkannya dapat larut dalam banyak senyawa ion, utamanya natrium
hidroksida, kalium hidroksida, magnesium klorida, kalsium klorida, amonium
klorida, amonium bromida, dan natrium bromida.[8] Natrium klorida dan kalium
klorida sedikit larut dalam etanol. Oleh karena etanol juga memiliki rantai karbon
nonpolar, ia juga larut dalam senyawa nonpolar, meliput kebanyakan minyak
atsiri dan banyak perasa, pewarna, dan obat.
Penambahan beberapa persen etanol dalam air akan menurunkan
tegangan permukaan air secara drastis. Campuran etanol dengan air yang lebih
dari 50% etanol bersifat mudah terbakar dan mudah menyala. Campuran yang
kurang dari 50% etanol juga dapat menyala apabila larutan tersebut dipanaskan
terlebih dahulu.
Indeks refraksi etanol adalah 1,36242 (pada λ=589,3 nm dan 18,35 °C).
b. Sifat-sifat kimia Etanol
Etanol termasuk dalam alkohol primer, yang berarti bahwa karbon yang
berikatan dengan gugus hidroksil paling tidak memiliki dua hidrogen atom yang
terikat dengannya juga. Reaksi kimia yang dijalankan oleh etanol kebanyakan
berkutat pada gugus hidroksilnya.
11
Reaksi asam-basa
Gugus hidroksil etanol membuat molekul ini sedikit basa. Ia hampir
netral dalam air, dengan pH 100% etanol adalah 7,33, berbanding dengan pH air
murni yang sebesar 7,00. Etanol dapat diubah menjadi konjugat basanya, ion
etoksida (CH3CH2O−), dengan mereaksikannya dengan logam alkali seperti
natrium.
2CH3CH2OH + 2Na → 2CH3CH2ONa + H2
ataupun dengan basa kuat seperti natrium hidrida:
CH3CH2OH + NaH → CH3CH2ONa + H2.
Reaksi seperti ini tidak dapat dilakukan dalam larutan akuatik, karena air
lebih asam daripada etanol, sehingga pembentukan hidroksida lebih difavoritkan
daripada pembentuk etoksida.
Halogenasi
Etanol bereaksi dengan hidrogen halida dan menghasilkan etil halida seperti etil
klorida dan etil bromida:
CH3CH2OH + HCl → CH3CH2Cl + H2O
Reaksi dengan HCl memerlukan katalis seperti seng klorida. Hidrogen klorida
dengan keberadaan seng klorida dikenal sebagai reagen Lucas.
CH3CH2OH + HBr → CH3CH2Br + H2O
Reaksi dengan HBr memerlukan proses refluks dengan katalis asam
sulfat. Etil halida juga dapat dihasilkan dengan mereaksikan alkohol dengan agen
halogenasi yang khusus, seperti tionil klorida untuk pembuatan etil klorida,
ataupun fosforus tribromida untuk pembuatan etil bromida.
CH3CH2OH + SOCl2 → CH3CH2Cl + SO2 + HCl
Pembentukan ester
Dengan kondisi di bawah katalis asam, etanol bereaksi dengan asam
karboksilat dan menghasilkan senyawa etil eter dan air:
RCOOH + HOCH2CH3 → RCOOCH2CH3 + H2O.
Agar reaksi ini menghasilkan rendemen yang cukup tinggi, air perlu dipisahkan
dari campuran reaksi seketika ia terbentuk.
12
Etanol juga dapat membentuk senyawa ester dengan asam anorganik.
Dietil sulfat dan trietil fosfat dihasilkan dengan mereaksikan etanol dengan asam
sulfat dan asam fosfat. Senyawa yang dihasilkan oleh reaksi ini sangat berguna
sebagai agen etilasi dalam sintesis organik.
Dehidrasi
Asam kuat yang sangat higroskopis seperti asam sulfat akan menyebabkan
dehidrasi etanol dan menghasilkan etilena maupun dietil eter:
2 CH3CH2OH → CH3CH2OCH2CH3 + H2O (pada 120'C)
CH3CH2OH → H2C=CH2 + H2O (pada 180'C).
Oksidasi
Etanol dapat dioksidasi menjadi asetaldehida, yang kemudian dapat
dioksidasi lebih lanjut menjadi asam asetat. Dalam tubuh manusia, reaksi oksidasi
ini dikatalisis oleh enzim tubuh. Pada laboratorium, larutan akuatik oksidator
seperti asam kromat ataupun kalium permanganat digunakan untuk mengoksidasi
etanol menjadi asam asetat. Proses ini akan sangat sulit menghasilkan asetaldehida
oleh karena terjadinya overoksidasi. Etanol dapat dioksidasi menjadi asetaldehida
tanpa oksidasi lebih lanjut menjadi asam asetat menggunakan piridinium kloro
kromat (Pyridinium chloro chromate, PCC).
C2H5OH + 2[O] → CH3COOH + H2O
Produk oksidasi etanol, asam asetat, digunakan sebagai nutrien oleh tubuh
manusia sebagai asetil-koA.
Pembakaran
Pembakaran etanol akan menghasilkan karbon dioksida dan air:
C2H5OH(g) + 3 O2(g) → 2 CO2(g) + 3 H2O(l);(ΔHr = −1409 kJ/mol)
13
2.3. METABOLISME DALAM TUBUH
a. Methanol
Methanol dapat diabsorbsi kedalam tubuh melalui saluran pencernaan,
kulit dan paru-paru. Methanol didistibusikan secara luas dalam cairan tubuh
dengan volume distribusi 0,6 L/kg. Methanol secara perlahan dimetabolisme di
hati. Sekitar 3% dari methanol diekskresikan melalui paru atau diekskresi melalui
urin.
Methanol beracun melalui dua mekanisme. Pertama methanol yang telah
masuk kedalam tubuh baik melalui, menelan menghirup atau diserap melalui kulit
dapat menekan saraf pusat seperti yang terjadi pada keracunan etanol. Kedua
methanol beracun setelah mengalami pemecahan oleh enzim alcohol
dehidrogenase di hati menjadi asam format dan formaldehida. Dosis yang
berbahaya dapat terjadi bila seseorang terekspos terus menerus terhadap uap
methanol atau cairan methanol tanpa menggunakan pelindung. Dosis yang
mematikan adalah100-125 ml (4fl oz).
Cara kerja methanol sama dengan cara kerja etanol. Methanol lebih
bersifat toksik dibandingkan dengan etanol. Toksisitas methanol semakin
meningkat disebabkan oleh stukturnya yang tidak murni. metanol diekskresikan
secara lambat di dalam tubuh dan kemudian secara kumulatif methanol dapat
bersifat toksik di dalam tubuh. Selama penelanan methanol secara cepat
diabsorbsi dalam traktus gastrointestinal dan dimetabolisme dihati. Pada langkah
pertama dari degradasi, methanol diubah menjadi formaldehid oleh ensim alcohol
dehidrogenase.Reaksi ini lebih lambat dari reaksi kedua, oksidasi dari formaldehid
menjadi asam format oleh enzim aldehid dehidrogenase. Oksidasi ini berlangsung
cepat sehingga hanya sedikit formaldehid yang terakumulasi dalam serum. Hal ini
menjelaskan latensi dari gejala antara penelanan dan timbulnya efek. Waktu paruh
dari formaldehid adalah sekitar 1-2 menit.
Asam format kemudian dioksidasi menjadi karbondioksida dan air oleh
tetrahidrofolat. Waktu paruh asam format di dalam tubuh cukup panjang, yaitu
sampai 20-24 jam sehingga dapat terjadi akumulasi di dalam tubuh yang
menimbulkan asidosis metabolic. Asam format juga menghambat respirasi seluler
sehingga terjadi asidosis laktat.
14
Gambar 6. Metabolisme Metanol
Kecepatan absorbsi dari methanol tergantung dari beberapa factor, dua
factor yang paling berperan adalah konsentrasi methanol dan ada tidaknya
makanan dalan saluran cerna. Methanol dalam bentuk larutan lebih lambat diserap
dibanding dengan methanol yang murni dan adanya makanan dalam saluran cerna
terutama lemak dan protein akan memperlambat absorbsi methanol dalam saluran
cerna. Setelah diabsorbsi, methanol didistribusi ke seluruh jaringan dan cairan
tubuh kecuali jaringan lemak dan tulang, disini konsentrasi methanol paling
rendah. Konsentrasi methanol di dalam darah mencapai maksimum kira-kira
setengah sampai satu jam setelah methanol dikonsumsi. Konsentrasi methanol di
dalam otak setelah tercapai keseimbangan adalah lebih sedikit dibanding dengan
konsentrasi di dalam darah.
Methanol yang telah diabsorbsi, dimetabolisme di dalam tubuh didalam
hepar melalui proses oksidasi. Secara normal, tubuh dapat memetabolisme 10 gms
methanol murni. Jika dikonsumsi berlebihan, konsentrasi methanol dalam darah
akan meningkat dan orang tersebut akan mulai menunjukkan keluhan dan gejala
keracunan alcohol, kecuali orang tersebut telah mengalami toleransi terhadap
methanol. Methanol dalam jumlah yang maksimum yaitu 300 ml methanol murni,
dapat dimetabolisme dalam tubuh dalam 24 jam. Keracunan methanol dapat
menyebabkan gangguan pada hepar dan ginjal.
15
Sedangkan untuk ekskresi metanol dari tubuh relatif lambat, dengan
waktu paruh selama 24 jam. Keparahan toksisitas metanol lebih berkaitan dengan
derajat kejadian metabolik asidosis ketimbang konsentrasi metanolnya. Hal ini
karena ketoksikan metanol ditentukan oleh kecepatan pembentukan asam format
dalam tubuh dan kemampuan hati untuk mendetoksifikasinya.
Seperti halnya ethanol, methanol didistribusikan keseluruh organ yang
proporsinya seimbang dengan air pada cairan jaringan. Hal inilah yang
menunjukkan bahwa organ mata mengalami gangguan yang sangat besar walupun
methanol yang masuk kedalam tubuh relatif kecil.
b. Metabolisme Etanol
Etanol merupakan molekul kecil (CH3CH2OH) yang diabsorpsi secara
difusi sederhana; lambat di dalam lambung, terutama di absorpsi (70-80%) dalam
usus (duodenum dan jejunum). Kadar puncak etanol dalam plasma tercapai dalam
45 menit jika orang tersbut puasa dan dalam 90 menit jika alcohol dikonsumsi
bersama makanan. Setelah diabsorpsi, etanol didistribusikan ke organ dengan
perfusi tinggi seperti otak, paru-paru, dan hati dalam hitungan menit (waktu paruh
distribusi 7-8 menit).
Etanol dimetabolisme melalui oksidasi oleh ADH menghasilkan
asetaldehida, yang kemudian dioksidasi menjadi asetat oleh aldehyde-
dehydrogenase (ALDH). Kemudian dieliminasi dalam bentuk tidak berubah
melalui ekspirasi udara, urin, dan keringat. Kontribusi dari berbagai rute eliminasi
ini bervariasi tergantung pada konsentrasi plasma, dan nilai-nilai clearance
rendah. Kadar etanol darah dapat diperkirakan dari eliminasi oleh paru,
berdasarkan konsentrasi di udara ekspirasi. Sekitar 3% sampai 5% dari jumlah
total yang diabsorpsi akan dieliminasi dalam bentuk tidak berubah oleh
ginjal. Etanol diekskresikan dalam ASI pada konsentrasi sekitar 10% lebih tinggi
daripada yang terdapat dalam plasma. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa susu
mengandung lebih banyak air.
16
Gambar 7. Metabolisme Etanol
Etanol terutama dimetabolisme dalam hati, tetapi jaringan lain mungkin
terlibat dalam oksidasi tersebut. Ethanol mengalami first-pass effect, yaitu
sebagian kecil akan mengalami metabolisme sebelum mencapai sirkulasi
sistemik. Metabolisme awal ini terjadi di mukosa pencernaan dan hati. First-pass
effect cenderung untuk melibatkan tidak lebih dari 20% dosis etanol yang
ditelan. Lebih dari 80% dari alkohol yang tertelan masuk sirkulasi sistemik dalam
bentuk etanol dan kemudian dimetabolisme dalam hati. Dalam hati, oksidasi
etanol terutama memicu peningkatan rasio NADH / NAD +, yang, pada
gilirannya, mengganggu metabolisme karbohidrat dan lemak. Perlemakan hati,
salah satu contoh dari peningkatan rasio NADH / NAD +, menghambat β-oksidasi
asam lemak dan meningkatkan akumulasi trigliserida dalam hati.
Oksidasi etanol pertama oleh ADH menghasilkan asetaldehida. ADH
merupakan sitosol, enzim tergantung-NAD yang memainkan peran penting dalam
metabolisme etanol. Aktivitas ADH menurun pada subyek yang mengkonsumsi
alkohol secara berlebihan. Asetaldehida dioksidasi menjadi asetat oleh ALDH.
Dua isoenzim ALDH, yaitu ALDH1 dan ALDH2, terlibat dalam metabolisme
alkohol. ALDH1, yang sitosolik, memiliki varian sensitivitas yang berbeda pada
17
tiap individu untuk etanol. ALDH2, yang mitokondrial, memiliki afinitas yang
lebih kuat untuk asetaldehida dari ALDH1 dan terutama bertanggung jawab atas
oksidasi asetaldehid ke asetat. Konsumsi alkohol yang berlebihan akan
mengurangi aktivitas ALDH pada manusia.
2.4. MEKANISME KERJA
a. Metanol
Metanol bersifat toksik melalui 2 mekanisme. Yang pertama adalah efek
dari methanol itu sendiri yang dapat berakibat fatal bila masuk ke dalam tubuh
dalam jumlah banyak karena sifatnya yang mendepresi system saraf
pusat.Mekanisme yang kedua adalah metabolisme dari methanol di dalam tubuh
dimana methanol akan dimetabolisme oleh tubuh menjadi zat yang sangat beracun
yang bertanggung jawab atas terjadinya asidosis dan kebutaan yang merupakan
karakteristik dari keracunan methanol.
Langkah awal dalam metabolisme metanol melibatkan enzim alkohol
dehydrogenase (ADH). Pertama, metanol di dalam hati secara perlahan dioksidasi
oleh ADH untuk menghasilkan formaldehida. Selanjutnya, formaldehida
dioksidasi oleh formaldehid dehidrogenase menghasilkan asam format (atau
formate, tergantung pada pH). Proses oksidasi ini terjadi dengan cepat sehingga
sedikit sekali formaldehida terakumulasi di dalam serum. Akhirnya, asam format
dimetabolisme menjadi karbon dioksida dan air, yang diekskresikan oleh ginjal
dan paru-paru.
Akumulasi asam format bertanggung jawab atas terjadinya asidosis
metabolik. Asam format juga mengganggu respirasi seluler yang dapat mengarah
ke asidosis laktat. Cedera pada mata yang disebabkan oleh metanol mungkin
disebabkan cedera pada retina, yang dihasilkan dari metabolisme methanol
intravena dan akumulasi asam format. Atau, mungkin disebabkan terganggunya
metabolisme normal di saraf optic.
18
b. Etanol
Etanol adalah bahan cairan yang telah lama digunakan sebagai obat dan
merupakan bentuk alkohol yang terdapat dalam minuman keras seperti bir,
anggur, wiskey maupun minuman lainnya. Etanol merupakan cairan yang jernih
tidak berwarna, terasa membakar pada mulut maupun tenggorokan bila ditelan.
Etanol mudah sekali larut dalam air dan sangat potensial untuk menghambat
sistem saraf pusat terutama dalam aktifitas sistem retikular. Aktifitas dari etanol
sangat kuat dan setara dengan bahan anastetik umum. Tetapi toksisitas etanol
relatif lebih rendah daripada metanol ataupun isopropanol.
Mekanisme toksisitas
Secara pasti mekanisme toksisitas etanol belum banyak diketahui.
Beberapa hasil penelitian dilaporkan bahwa etanol berpengaruh langsung pada
membran saraf neuron dan tidak pada sinapsisnya (persambungan saraf). Pada
daerah membran tersebut etanol mengganggu transport ion. Pada penelitian
invitro menunjukkan bahwa ion Na+, K+- ATP ase dihambat oleh etanol. Pada
konsentrasi 5 – 10% etanol memblok kemampuan neuron dalam impuls listrik,
konsentrasi tersebut jauh lebih tinggi daripada konsentrasi etanol dalam sistem
saraf pusat secara invivo.
Pengaruh etanol pada sistem saraf pusat berbanding langsung dengan
konsentrasi etanol dalam darah. Daerah otak yang dihambat pertama kali ialah
sistem retikuler aktif. Hal tersebut menyebabkan terganggunya sistem motorik dan
kemampuan dalam berpikir. Disamping itu pengaruh hambatan pada daerah
serebral kortek mengakibatkan terjadinya kelainan tingkah laku. Gangguan
kelainan tingkah laku ini bergantung pada individu, tetapi pada umumnya
penderita turun daya ingatnya. Gangguan pada sistem saraf pusat ini sangat
bervariasi biasanya berurutan dari bagian kortek yang terganggu dan merambat ke
bagian medulla.
19
2.5. GEJALA-GEJALA INTOKSIKASI METANOL-ETANOL
a. METANOL
Gejala klinis toksisitas methanol
Gejala yang dapat terjadi jika seseorang mengalami intoksikasi methanol :
1. Gejala awal
Depresi pada sistem saraf pusat, yang meliputi sakit kepala, pusing, mual,
berkurangnya koordinasi, bingung. Pada intoksikasi yang berat, penderita
menunjukkan gejala stuppor (tidak bereaksi) atau menjadi koma. Kulit teraba
dingin, bau nafas tercium alkohol, suhu tubuh dan frekwensi nafas menurun,
kadang denyut jantung meningkat. Dalam dosis yang lebih besar dapat
menyebabkan hilangnya kesadaran bahkan kematian.
Gejala awal pada orang yang hanya terkena paparan methanol biasanya lebih
ringan dibandingkan dengan orang yang tertelan methanol dengan dosis yang
sama.
2. Gejala lanjutan
Pandangan kabur, hilang penglihatan secara total dan asidosis. Gejala-gejala
tersebut terjadi karena akumulasi dari kadar toksik format di aliran darah.
Akumulasi ini dapat menyebabkan kematian karena gagal napas.
Gejala diawali dengan menunjukkan tanda-tanda seperti intoksikasi
etanol dengan gejala yang biasanya lebih ringan karena daya larut metanol yang
rendah terhadap lemak. Gejala yang terlihat ialah euphoria dan lemah otot.
Kemudian diikuti dengan gejala nausea, muntah, sakit kepala, hilang ingatan,
sakit perut yang sangat dan dapat disertai diare, sakit punggung, kelesuan anggota
gerak. Mata terlihat merah karena hiperemik.
Pada keracunan methanol yang berat, pernafasan dan denyut jantung
tertekan. Terjadi gejala asidosis dengan nafas perlahan dan dalam. Penderita akan
mengalami koma dan kematian terjadi dengan cepat. Pada saat menjelang
kematian, penderita menunjukkan gejala konvulsi dan opisthotonus.
Pada saat methanol teroksidasi menjadi formaldehyd dan asam format,
terjadi peningkatan konversi dari NAD+ menjadi NADH. Kelebihan NADH akan
menjadi asam laktat, sehingga terjadi acidosis yang diakibatkan oleh keracunan
20
methanol. Hal tersebut menyebabkan terbentuk dan terakumulasinya asam format
dan asam laktat. Sebagai akibatnya terjadi pengikatan perbedaan anion (perbedaan
antara total kation dan total anion). Pada kondisi normal selisih perbedaan tersebut
adalah 18 mmoles/L (dihitung dari [Na++K+]-[Cl-+HCO3-], selisih tersebut dapat
meningkat dua kali atau lebih diatas normal pada kondisi keracunan methanol.
Terjadinya kerusakan bola mata sering terjadi pada keracunan methanol.
Orang yang mengkonsumsi methanol sekitar 4 ml dapat menyebabkan kebutaan.
Kerusakan mata adalah suatu bentuk terjadinya kerusakan retina dan saraf optik
yang mengalami degenerasi yang disebabkan oleh akumulai formaldehid dan
berkembang menjadi asidosis.
Keracunan methanol dapat diatasi dengan antidotumnya, yaitu Ethanol
atau Fomepizol. Kedua obat tersebut bekerja secara kompetitif inhibitor dengan
cara mengurangi kerja alcohol dehidrogenase pada methanol. Dengan adanya
antidotum tersebut maka methanol lebih banyak diskskresi melalu ginjal daripada
ditransformasi menjadi racun metabolit. Untuk tata laksana lebih lanjut dapat
diberikan sodium bikarbonat untuk asidosis metabolic, hemodialisis atau
hemodiafiltrasii juga dapat digunakan untuk menghilangkan methanol dan format
dari dalam darah.
Fase-fase efek toksik yang bisa terjadi akibat paparan methanol:
Fase pertama adalah Penekanan sistem saraf pusat. Dapat terjadi dalam 30
menit- 2 jam, intoksikasi dapat terjadi dalam durasi yang lebih pendek daripada
intoksikasi oleh etanol
Fase kedua adalah fase laten tanpa gejala, mengikuti depresi sistem saraf
pusat. Dalam 48 jam setelah diminum, pasien mungkin belum menunjukkan
tanda-tanda keracunan, walaupun gejalanya mungkin berbeda secara
individual.
Fase ketiga terjadi asidosis metabolik berat. Pada fase ini metanol telah
dimetabolisir menjadi asam format dan menyebabkan metabolik asidosis
21
(meningkatnya keasaman darah), yang dapat menyebabkan mual, muntah,
pusing, dan mungkin sudah mulai ada tanda-tanda gangguan penglihatan.
Fase keempat adalah toksisitas pada mata, diikuti dengan kebutaan, koma,
dan mungkin kematian: Gangguan visual/penglihatan umumnya terjadi pada
12-48 jam setelah minum, dan gejalanya bervariasi, dari mulai tidak tahan
cahaya (fotofobia), kabur atau berkabut, sampai kebutaan.
b. ETANOL
Pengaruh etanol pada sistem saraf pusat berbanding langsung dengan
konsentrasi etanol dalam darah. Daerah otak yang dihambat pertama kali ialah
sistem retikuler aktif. Hal tersebut menyebabkan terganggunya sistem motorik dan
kemampuan dalam berpikir. Disamping itu pengaruh hambatan pada daerah
serebral kortek mengakibatkan terjadinya kelainan tingkah laku. Gangguan
kelainan tingkah laku ini bergantung pada individu, tetapi pada umumnya
penderita turun daya ingatnya. Gangguan pada sistem saraf pusat ini sangat
bervariasi biasanya berurutan dari bagian kortek yang terganggu dan merambat ke
bagian medulla.
Metabolisme etanol dan mekanisime terjadinya intoksikasi:
22
*MEOS
ADH*AD
H
Etanol
Asetaldehid Peningkatan NADH/NAD+
↑ laktat/piruvat
Menghambat glukoneogenesis
Menghambat oksidasi asam lemak
Menghambat gliserofosfat dehidrogenase ↑ gliserofosfat
Membentuk produk adisi
dengan protein dan asam nukleat
Diubah menjadi asetat
Diubah menjadi asetil-KoA
↑ sintesis asam lemak
Perlemakan hati
Interpolasi ke dalam
membran
↑ fluiditas membran
Efek toksik,
terutama di dalam otak
*ADH: alcohol dehidrogenase*MEOS: sistem oksidasi etanol di dalam mikrosom-spesies sitokrom P450
Gambar 8. Metabolisme Etanol dan Intoksikasi
Gejala Klinis Toksisitas Etanol
Gejala dari keracunan etanol bervariasi dari yang sifatnya ringan yaitu
ataxia (sempoyongan) sampai berat yaitu koma. Pada intoksikasi yang berat,
penderita menunjukkan gejala stupor (tidak bereaksi) atau menjadi koma. Kulit
teraba dingin, bau nafas tercium alkohol, suhu tubuh dan frekwensi nafas
menurun, kadang denyut jantung meningkat. Kejadian koma karena keracunan
alkohol biasanya KAD nya mencapai 300 mg% atau 0,3 %. Pada konsentrasi
kurang dari 100 mg%, lobus frontal otak terpengaruh sehingga tidak berfungsi.
Gejala subyektif termasuk peningkatan percaya diri “tidak mengikuti
peraturan” dan daya penglihatan menurun. Bila KAD meningkat dari 0,1%
menjadi 0,2%, lobus parietal otak terpengaruh. Pada kondisi tersebut terjadi
penurunan daya syaraf motorik, bicara terbata-bata, tremor dan ataksia. Bila KAD
mencapai 0,3% akan berpengaruh terhadap serebelum dan juga lobus osipitalis
dan serebelum. Pada kondisi ini penderita akan terganggu keseimbangannya dan
persepsinya. Bilamana KAD mencapai LD50 (sekitar 0,45-0,5%), penderita akan
koma, pernafasan sesak, pembuluh darah tepi (perifer) tidak berfungsi. Pada
konsisi tersebut bagian medula otak terpengaruh dan kondisi menjadi sangat
kritis.
Tabel 2. Gejala intoksikasi Etanol
Gejala klinis Konsentrasi alkohol dalam
darah (%)
Bagian otak yang
terkena
1. Ringan.
- Penglihatan menurun
- Reaksi lambat
- Kepercayaan diri meningkat
0,005 – 0,10 Lobus depan
23
2. Sedang
- Sempoyongan
- Berbicara tidak menentu
- Fungsi saraf motorik
menurun
- Kurang perhatian
- Diplopia
- Gangguan persepsi
- Tidak tenang
0,15 – 0,30
Lobus parietal
Lobus ocipitalis
Serebellum
3. Berat
- Gangguan penglihatan
- Depresi
- Stupor
0,30 – 0,50
Lobus ocipitalis
Serebellum
Diencephalon
4. Koma
- Kegagalan pernafasan
0,50 Medulla
Sumber: Gossel and Bricker, 1984
Gejala Klinis Keracunan Etanol Kronik
Konsumsi etanol dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan hampir
pada semua organ.
Sistem Saraf
Konsumsi etanol dalam waktu yang lama akan mengganggu sistem saraf
pusat dan sistem saraf perifer. Perubahan anatomi yang terjadi seperti
kerusakan pada lobus frontalis otak, penciutan massa otak, dan pembesaran
ventrikel. Paralisis otot-otot eksternal bola mata, cerebellar ataxia, dan
gangguan mental biasanya ditemui pada Sindroma Wernicke-Korsakoff akibat
keracunan etanol kronik. Terlebih lagi akan terjadi degenerasi nervus optikus
yang menimbulkan gangguan penglihatan bilateral dan simteris.Kerusakan
persarafan perifer biasanya ditandai dengan parestesia yang simetris pada
tangan dan kaki.
24
Hati
Penyakit hati merupakan komplikasi tersering dari penyalahgunaan
etanol. Sekitar 90% peminum etanol kronik menderita fatty liver yang ditandai
dengan akumulasi abnormal trigliserid pada hepatosit. Fatty liver tersebut
kemudian dapat berkembang menjadi hepatitis alkoholik, chirrosis alkoholik,
bahkan kanker hati.
Pada hepatitis alkoholik terjadi degenerasi hepatosit dan nekrosis.
Manifestasi klinis yang dijumpai yaitu mual, muntah, jaundice, nyeri perut, dan
hepatosplenomegali. Chirrosis alkoholik merupakan kondisi proliferasi
fibroblastik dan produksi jaringan ikat pada hati.
Traktus GI
Efek yang ditimbulkan akibat konsumsi etanol dalam jangka panjang
yaitu gastritis, pankreatitis, dan kerusakan pada usus yang menyebabkan
defisiensi vitamin, diare, dan penurunan berat badan.
Sistem Kardiovaskuler
Konsumsi alkohol berat yang kronik dapat menyebabkan dilated
cardiomyopathy dengan fibrosis dan hipertrofi venrtikuler dan aritmia.
Gambaran Keadaan Organ Dalam Mayat dengan Intoksikasi Etanol
Kelainan yang ditemukan pada korban mati tidak khas, Mungkin
ditemukan gejala-gejala yang sesuai dengan asfiksia. Seluruh organ menunjukkan
tanda perbendungan, darah lebih encer, berwarna merah gelap. Mukosa lambung
menunjukkan tanda perbendungan, kemerahan dan tanda inflamasi tapi
kadangkadang tidak ada kelainan. Organ-organ termasuk otak dan darah berbau
alkohol.
Pada pemeriksaan histopatologik dapat dijumpai edema dan pelebaran
pembuluh darah otak dan selaput otak, degenerasi bengkak keruh pada bagian
parenkim organ dan inflamasi mukosa saluran cerna. Pada kasus keracunan kronik
yang, meninggal, jantung dapat memperlihatkan fibrosis interstisial, hipertrofi
25
serabut otot jantung, sel-sel radang kronik pada beberapa tempat, gambaran seran
lintang otot jatunng menghilang, hialinisasi, edema dan vakuolisasi serabut otot
jantung. Schneider melaporkan miopati alhokolik akut dengan miohemoglobinuri
yang disebabkan oleh nekrosis tubuli ginjal dan kerusakan miokardium.
Gambar 9. Steatosis hati pada keracunan alkohol akut
Gambar 10. Chirrosis hepatis pada konsumsi alkohol kronik
26
Gambar 11. Pankreatitis akut pada konsumsi alkohol kronik
2.6. CARA MENDETEKSI
Pemeriksaan Laboratorium
a. Keracunan Alkohol (etanol)
Bau alkohol bukan merupakan diagnosis pasti keracunan. Diagnosis pasti
hanya ditegakkan dengan pemeriksaan kuantitatif kadar alkohol darah. Kadar
alkohol dari udara ekspirasi dan urin dapat dipakai sebagai pilihan kedua. Untuk
korban meninggal sebagai pilihan kedua dapat diperiksa kadar alkohol dalam
otak, hati, atau organ lain atau cairan serebrospinalis. Penentuan kadar alkohol
dalam lambung saja tanpa menentukan kadar alkohol dalam darah hanya
menunjukkan bahwa orang tersebut telah minum alkohol.
Penegakan diagnosis intoksikasi alkohol dilakukan dari segi klinis
seperti yang telah disebut kan pada gejala-gejala. Definitif diagnosis dilakukan
dengan alcohol blood test sebagai bagian dari pemeriksaan toksikologi. Banyak
pemeriksaan informal yang dilakukan sendiri untuk mendeteksi alkohol. Tetapi
pemeriksaan ini tidak direkomendasikan dalam ilmu kedokteran.
Pada mayat, alkohol dapat berdifusi dari lambung ke jaringan sekitarnya
termasuk ke dalam jantung, sehingga untuk pemeriksaan toksikologik, diambil
darah dari pembuluh darah vena perifer (kubiti atau femoralis).
Salah satu cara penentuan semikuantitatif kadar alkohol dalam darah atau
urin yang cukup sederhana adalah tehnik modifiaksi mikrodifusi (Conway),
sebagai berikut :
27
Letakkan 2 ml reagen antie ke dalam ruang tengah. Reagen antie dibuat
dengan melarutkan 3,70 gm kalium dikromat ke dalam 150 ml air. Kemudian
tambahkan 280 ml asam sulfat dan terus diaduk. Encerkan dengan 500 ml
akuades.
Sebarkan 1 ml darah atau urin yang akan diperiksa dalam ruang sebelah
luar dan masukkan 1 ml kalium karbonat jenuh dalam ruang sebelah luar pada
sisi berlawanan
Tutup sel mikrodifusi, goyangkan dengan hati-hati supaya darah atau
urin bercampur dengan larutan kalium karbonat
Biarkan terjadi difusi selama 1 jam pada temperatur ruang, kemudian
angkat tutup dan amati perubahan warna pada reagen antie.
Warna kuning kenari mununjukkan hasil negatif. Perubahan warna
kuning kehijauan menunjukkan kadar etanol sekitar 80 mg%, sedangkan
warna hijau kekuningan sekitar 300 mg%.
Kadar alkohol darah yang diperoleh pada pemeriksaan belum
menunjukkan kadar alkohol darah pada saat kejadian. Hal ini akibat dari
pengambilan darah dilakukan beberapa saat setelah kejadian, sehingga
perhitungan kadar alkohol darah saat kejadian harus dilakukan. Meskipun
kecepatan eliminasi kira-kira 14-15 mg%, namun dalam perhitungan harus juga
dipertimbangkan kemungkinan kesalahan pengukuran dan kesalahan perkiraan
kecepatan eliminasi. Gruner (1975) menganjurkan angka 10 mg% per jam
digunakan dalam perhitungan. Sebagai contoh, bila ditemukan kadar alkohol
darah 50 mg% yang diperiksa 3 jam setelah kejadian, akan memberikan angka 80
mg% pada saat kejadian.
b. Metil alkohol (Metanol)
Bahan-bahan yang perlu diambil untuk pemeriksaan toksikologik adalah
darah, otak, hati, ginjal dan urin. Dalam urin dapat ditemukan metil alkohol dan
asam formiat sampai 12 hari setelah keracunan.
Pada kasus keracunan metanol, formaldehida tidak pernah terdeteksi
dalam cairan tubuh korban karena formaldehida yang terbentuk sangat cepat
diubah menjadi asam format (waktu paruh 1-2 menit) dan selanjutnya diperlukan
28
waktu yang cukup lama (kurang lebih 20 jam) oleh enzim 10-formyl
tetrahydrofolate synthetase (F-THF-S) untuk mengoksidasi asam format menjadi
senyawa Karbon dioksida dan air, sehingga ditemukan adanya korelasi antara
konsentrasi asam format dalam cairan tubuh dengan kasus keracunan metanol.
Berat ringannya gejala akibat keracunan metanol tergantung dari
besarnya kadar metanol yang tertelan. Dosis toksik minimum (kadar keracunan
minimal) metanol lebih kurang 100 mg/kg dan dosis fatal keracunan metanol
diperkirakan 20 – 240 ml (20 – 150g).
2.7. ASPEK MEDIKOLEGAL
Aspek medicolegal minum minuman beralkohol tidak dilarang oeh undang-undang. KUHP
yang mengatur mengenai alkohol.
Pasal 300:
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak empat
ribu lima ratus rupiah:
1. Barang siapa dengan sengaja menjual atau memberikan minuman yang memabukkan
kepada seseorang yang telah kelihatan mabuk; Perdagangan wanita dan perdagangan
anak laki-laki yang belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama enam
tahun.
2. Barang siapa dengan sengaja membikin mabuk seorang anak yang umurnya belum
cukup enam belas tahun;
3. Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa orang untuk minum
minuman yang memabukan.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.
(3) Jika perbuatan mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan pidana penjara
paling lama sembilan tahun.
(4) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencariannya,
dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencarian itu.
Pasal 492:
(1) Barang siapa dalam keadaan mabuk di muka umum merintangi lalu lintas, atau
mengganggu ketertiban, atau mengancam keamanan orang lain, atau melakukan sesuatu
29
yang harus dilakukan dengan hati-hati atau dengan mengadakan tindakan penjagaan
tertentu lebih dahulu agar jangan membahayakan nyawa atau kesehatan orang lain,
diancam dengan pidana kurungan paling lama enam hari, atau pidana denda paling
banyak tiga ratus tujuh puluh lima rupiah.
(2) Jika ketika melakukan pelanggaran belum lewat satu tahun sejak adanya pemidanaan
yang menjadi tetap karena pelanggaran yang sama, atau karena hal yang dirumuskan
dalam pasal 536, dijatuhkan pidana kurungan paling lama dua minggu. Pasal 493
Barang siapa secara melawan hukum di jalan umum membahayakan kebebasan bergerak
orang lain, atau terus mendesakkan dirinya bersama dengan seorang atau lebih kepada orang
lain yang tidak menghendaki itu dan sudah tegas dinyatakan, atau mengikuti orang lain
secara mengganggu, diancam dengan pidana denda paling banyak seribu lima ratus rupiah
Pasal 536:
(1) Barang siapa terang dalam keadaan mabuk berada di jalan umum, diancam dengan
pidana denda paling banyak dua ratus dua puluh lima rupiah.
(2) Jika ketika melakukan pelanggaran belum lewat satu tahun sejak adanya pemidanaan
yang menjadi tetap karena pelanggaran yang sama atau yang dirumuskan dalam pasal
492, pidana denda dapat diganti dengan pidana kurungan paling lama tiga hari.
(3) Jika terjadi pengulangan kedua dalam satu tahun setelah pemidanaan pertama berakhir
dan menjadi tetap, dikenakan pidana kurungan paling lama dua minggu.
(4) Pada pengulangan ketiga kalinya atau lebih dalam satu tahun, setelah pemidanaan yang
kemudian sekali karena pengulangan kedua kalinya atau lebih menjadi tetap, dikenakan
pidana kurungan paling lama tiga bulan.
Pasal 537:
Barang siapa di luar kantin tentara menjual atau memberikan minuman keras atau arak
kepada anggota Angkatan Bersenjata di bawah pangkat letnan atau kepada istrinya, anak
atau pelayan, diancam dengan pidana kurungan paling lama tiga minggu atau pidana denda
paling tinggi seribu lima ratus rupiah.
Pasal 538:
Penjual atau wakilnya yang menjual minuman keras yang dalam menjalankan pekerjaan
memberikan atau menjual minuman keras atau arak kepada seorang anak di bawah umur
enam belas tahun, diancam dengan pidana kurungan paling lama tiga minggu atau pidana
denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.
30
Pasal 539:
Barang siapa pada kesempatan diadakan pesta keramaian untuk umum atau pertunjukkan
rakyat atau diselenggarakan arak-arakan untuk umum, menyediakan secara cuma-cuma
minuman keras atau arak dan atau menjanjikan sebagai hadiah, diancam dengan pidana
kurungan paling lama dua belas hari atau pidana denda paling tinggi tiga ratus tujuh puluh
lima rupiah.
31
BAB III
KESIMPULAN
Metanol (metil alkohol, wood alcohol atau spiritus) adalah senyawa kimia dengan rumus
kimia C H 3OH. Merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada "keadaan atmosfer" berbentuk
cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau
yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol). Sedangkan etanol adalah cairan tak berwarna
yang mudah menguap dengan aroma yang khas, terbakar tanpa asap dengan lidah api berwarna
biru yang kadang-kadang tidak dapat terlihat pada cahaya biasa.
Methanol beracun melalui dua mekanisme. Methanol masuk kedalam tubuh baik secara
langsung dapat menekan saraf pusat seperti yang terjadi pada keracunan etanol. Mekanisme
lainnya methanol beracun setelah mengalami pemecahan oleh enzim alkohol dehidrogenase di
hati menjadi formaldehida dan asam format. Cara kerja methanol sama dengan cara kerja etanol.
Methanol lebih bersifat toksik dibandingkan dengan etanol. Toksisitas methanol semakin
meningkat disebabkan oleh stukturnya yang tidak murni. Metanol diekskresikan secara lambat di
dalam tubuh sehingga dapat terjadi akumulasi dan dapat bersifat toksik. Sedang mekanisme
toksisitas etanol terjadi karena etanol berpengaruh langsung pada membran saraf neuron dan
tidak pada sinapsisnya. Pada daerah membran tersebut etanol mengganggu transport ion.
Dengan menghambat ion Na+, K+- ATP ase. Pada konsentrasi 5 – 10% etanol memblok
kemampuan neuron dalam impuls listrik, konsentrasi tersebut jauh lebih tinggi daripada
konsentrasi etanol dalam sistem saraf pusat secara invivo.
Gejala keracunan methanol diawali dengan tanda-tanda seperti intoksikasi etanol dengan
gejala yang biasanya lebih ringan karena daya larut metanol yang rendah terhadap lemak. Gejala
yang terlihat ialah euphoria dan lemah otot. Kemudian diikuti dengan gejala nausea, muntah,
sakit kepala, hilang ingatan, sakit perut yang sangat dan dapat disertai diare, sakit punggung,
kelesuan anggota gerak. Mata terlihat merah karena hiperemik. Pada keracunan methanol yang
berat, pernafasan dan denyut jantung tertekan. Terjadi gejala asidosis dengan nafas perlahan dan
32
dalam. Penderita akan mengalami koma dan kematian yang terjadi dengan cepat. Pada saat
menjelang kematian, penderita menunjukkan gejala konvulsi dan opisthotonus. Sedangkan gejala
dari keracunan etanol bervariasi dari yang sifatnya ringan yaitu ataxia (sempoyongan) sampai
berat yaitu koma. Pada intoksikasi yang berat, penderita menunjukkan gejala stupor (tidak
bereaksi) atau menjadi koma. Kulit teraba dingin, bau nafas tercium alkohol, suhu tubuh dan
frekwensi nafas menurun, kadang denyut jantung meningkat.
Kelainan yang ditemukan pada korban mati dengan keracunan methanol atau etanol tidak
khas. Mungkin ditemukan gejala-gejala yang sesuai dengan asfiksia. Seluruh organ menunjukkan
tanda perbendungan, darah lebih encer, berwarna merah gelap. Mukosa lambung menunjukkan
tanda perbendungan, kemerahan dan tanda inflamasi tapi kadang-kadang tidak ada kelainan.
Organ-organ termasuk otak dan darah berbau alkohol. Pada pemeriksaan histopatologik dapat
dijumpai edema dan pelebaran pembuluh darah otak dan selaput otak, degenerasi bengkak keruh
pada bagian parenkim organ dan inflamasi mukosa saluran cerna. Pada kasus keracunan kronik
yang meninggal, jantung dapat memperlihatkan fibrosis interstisial, hipertrofi serabut otot
jantung, sel-sel radang kronik pada beberapa tempat, gambaran serat lintang otot jatunng
menghilang, hialinisasi, edema dan vakuolisasi serabut otot jantung.
Diagnosis keracunan methanol diambil dari bahan-bahan untuk pemeriksaan toksikologik
yaitu darah, otak, hati, ginjal dan urin. Dalam urin dapat ditemukan metil alkohol dan asam
formiat sampai 12 hari setelah keracunan. Adanya korelasi antara konsentrasi asam format dalam
cairan tubuh dengan kasus keracunan metanol. Sedangkan diagnosis pasti keracunan etanol
ditegakkan dengan pemeriksaan kuantitatif kadar alkohol darah. Kadar alkohol dari udara
ekspirasi dan urin dapat dipakai sebagai pilihan kedua. Untuk korban meninggal sebagai pilihan
kedua dapat diperiksa kadar alkohol dalam otak, hati, atau organ lain atau cairan serebrospinalis.
Sedangkan untuk penegakan diagnosis intoksikasi alkohol dilakukan dari segi klinis seperti yang
telah disebut kan pada gejala-gejala. Definitif diagnosis dilakukan dengan alcohol blood test
sebagai bagian dari pemeriksaan toksikologi. Pada mayat, alkohol dapat berdifusi dari lambung
ke jaringan sekitarnya termasuk ke dalam jantung, sehingga untuk pemeriksaan toksikologik,
diambil darah dari pembuluh darah vena perifer (kubiti atau femoralis).
33
Aspek medikolegal minum minuman beralkohol tidak dilarang oeh undang-undang.
KUHP yang mengatur mengenai alkohol. Pemberian sanksi yang diatur dalam undang-undang
diantaranya dengan sengaja menjual atau memberikan minuman yang memabukkan kepada
seseorang yang telah kelihatan mabuk, dalam keadaan mabuk di muka umum merintangi lalu
lintas, atau mengganggu ketertiban, atau mengancam keamanan orang lain, dan beberapa
keadaan lainnya.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Alex Paton, 2005, Alkohol in the body, BMJ Publishing Group Ltd,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC555673/. Diakses tanggal 2 November
2010
2. Anonem, 1999, Alcohol in your body, Bmj group. http://translate.google.co.id/?hl
=id&tab=wT#. Diakses 2 November 2010
3. Anonim. 2002. Pengaruh Alkohol Terhadap Metabolisme.
http://www.geocities.com/jodii002/napza. Diakses tanggal 1 November 2010.
4. Anonymous. Ethanol. Available from: http://en.wikipedia.org/wiki/Ethanol. Diakses
Tanggal 1 November 2010
5. Anonymous. Methanol. Available from: http://en.wikipedia.org/wiki/Methanol. Diakses
tanggal 1 November 2010.
6. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997. Ilmu
Kedokteran Forensik, Edisi Kedua. Jakarta.
7. Edy. 9 April 2009. Efek kadar alkohol dalam tubuh.
http://ercege.wordpress.com/2009/04/09/efek-kadar-alkohol-dalam-darah/. Diakses
tanggal 3 November 2010
8. International Programme on Chemical Safety. Methanol health and safety guide no105.
Available from: http://www.inchem.org/documents/hsg/hsg/v105hsg.htm. Diakses
tanggal 1 November 2010.
9. Methanol. Diunduh dari: http//www.wikipedia.com/. Diakses tanggal 6 November 2010
10. Methanol Intoxication. Diunduh dari: http://www.emedicine.com/NEURO/topic217htm.
Diakses tanggal 6 November 2010
11. Methanol Poisoning Overview. Diunduh dari: http://www.antizol.com/mpoisono.htm .
Diakses tanggal 6 November 2010
12. Shepherd R. Simpson`s Forensic Medicine. Edisi ke-12. London:Arnold 2003;p159.
13. Tya, eka yulianti, 10 Mei 2010, Kadar Alkohol Dalam Darah, Detik Bandug,
http://bandung.detik.com/read/2010/05/10/161939/1354615/486/kadar-alkohol-dalam-
darah-05-persen-siap-siap-cuci-darah. Diakses tanggal 3 November 2010
35
36