8
METODOLOGI PENELITIAN KONSEP PENATAAN KAWASAN WATERFRONT CITY SEBAGAI KAWASAN WISATA KAWASAN PESISIR SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG ARINA MARTA SETYA PUTRI 3214203006 PERANCANGAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR

Metlit Bab 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a

Citation preview

METODOLOGI PENELITIAN

KONSEP PENATAAN KAWASAN WATERFRONT CITY SEBAGAI KAWASAN WISATA KAWASAN PESISIR SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG

ARINA MARTA SETYA PUTRI

3214203006

PERANCANGAN KOTA

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2014

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai Negara Kepulauan (Archipilagic State) terbesar di dunia. Wilayah kepulauan Indonesia sangat luas, luas daratannya adalah 1,92 Juta Km2, dan luas perairan nusantara dan laut teritorial adalah 3,1 Juta Km2 dan luas perairan ZEE (Zona Ekonomi Ekslusif) adalah 2,7 Juta Km2 dan memiliki panjang garis pantai 80.791 km atau setara dengan 43.670 mil (Statistik Benua Maritim Indonesia), yang tersebar memanjang di sekitar garis khatulistiwa (equator). Dengan kondisi dan potensi kelautan yang demikian besar menyebabkan wilayah pesisir dan lautan Indonesia dikenal sebagai Negara dengan kekayaan dan keanekaragaman hayati (biodiversity) laut terbesar di dunia dengan memiliki ekosistem pesisir seperti mangrove, terumbu karang (coral reefs) dan padang lamun (sea grass beds) (Dahuri et al.1996).Pesisir merupakan wilayah yang dinamis dan rawan. Kedinamisan wilayah pesisir disebabkan oleh karena wilayah tersebut merupakan pertemuan dua ekosistem, yaitu ekosistem daratan dan ekosistem lautan. Wilayah pesisir mengandung potensi sumberdaya yang besar, baik hayati maupun non hayati termasuk jasa-jasa lingkungan. Sumber daya alam di wilayah pesisir dan laut itu merupakan aset yang mempunyai arti strategis yang sangat besar dan bersifat menjanjikan (prospektif) untuk masa depan. Konsekwensi dari dinamika wilayah pesisir yang berpotensi menyebabkan manusia untuk datang dan berinteraksi dengan ekosistem pesisir lainnya. Interaksi manusia dengan lingkungan pesisir menyebabkan terjadi kerawanan-kerawanan karena aktivitas tersebut membutuhkan ruang dan sumberdaya.

Sejak ditetapkannya kebijaksanaan pemerintah untuk meningkatkan devisa dari sektor non migas, pariwisata telah menjadi idola baru untuk dieksplorasi. Kebijakan pemerintah ini mendorong berbagai pihak, baik pemerintah pusat, daerah maupun sektor swasta untuk mengambil bagian di dalamnya. Perkembangan kegiatan pariwisata di Indonesia terindikasi dari peningkatan jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 4.606.416 pengunjung (rata rata hari kunjungan 9.18 hari/ orang) pada tahun 1998 meningkat menjadi 5.064.217 orang dengan jumlah hari kunjungan 12.26 hari/ orang pada tahun 2000. besar devisa yang diperoleh dari sektor ini pada Tahun 2000 sebesar US$ 5.75 miliar.

Dalam Sapta Kebijakan Pengembangan Pariwisata, terdapat tujuh aspek terkait dengan strategi pengembangan pariwisata nasional (Suwantoro, 2004). Tujuh kebijakan itu adalah promosi, aksesibilitas, pengembangan kawasan pariwisata, wisata bahari, produk wisata, sumber daya manusia, dan kampanye nasional sadar wisata. Dalam kebijakan ini, aspek wisata bahari dijelaskan sebagai salah satu produk wisata yang potensial untuk dikembangkan. Bentuk wisata ini pada hakikatnya adalah upaya mengembangkan dan memanfaatkan objek serta daya tarik wisata kawasan pesisir dan lautan Indonesia, berupa kekayaan alam yang indah, keragaman flora dan fauna seperti terumbu karang dan berbagai jenis ikan hias.

Kabupaten Malang yang memiliki perairan pantai yang indah dengan patahan-patahan yang menimbulkan air terjun, hamparan pantai yang luas dan berpasir putih yang memungkinkan pertumbuhan dan pengembangan wilayah Kabupaten Malang yang berbasis pada pariwisata dengan ditunjang oleh sumberdaya alam dan bidang-bidang unggulan seperti pertanian, perternakan, perikanan, industri, pertambangan dan bidang pariwisata sendiri. Kebijakan dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Malang Tahun 2005 disebutkan bahwa perencanaan pariwisata bertujuan untuk membuat Kabupaten Malang sebagai salah satu tujuan wisata dalam lingkup regional, minimal dalam lingkup Jawa Timur dengan strategi pengembangannya yaitu meningkatkan beberapa obyek wisata untuk menjadi andalan tujuan wisata supaya target yang diinginkan dapat dicapai. Untuk pengembangan kegiatan wisata di Kabupaten Malang didasarkan pada pembagian SSWP Kabupten Malang yang meliputi Malang Selatan dan Malang Timur Selatan. Untuk kawasan Malang Timur Selatan daerah pengembangannya diarahkan di 6 lokasi pantai dan salah satunya adalah kawasan Sendang Biru.

Lokasi kawasan Sendang Biru tepatnya berada di Desa Tambak Rejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, sekitar 60 km dari Kota Malang. Kawasan ini mempunyai banyak potensi wisata alam, seperti panorama alam pantai yang indah dan menarik, keberadaan Pulau Sempu, keberadaan Selat Sempu, dan juga produk khas lokal yang ada di kawasan tersebut. Potensi-potensi tersebut sebenarnya dapat dikembangkan untuk meningkatkan kegiatan wisata di kawasan Sendang Biru. Kawasan Sendang Biru sebagian besar termasuk dalam kategori kawasan lindung, sehingga pengembangan kegiatan wisata di kawasan ini juga harus mempertimbangkan fungsi lindung kawasan. Dalam hal ini konsep ekowisata dapat menunjang untuk pengembangan kawasan, sebab ekowisata adalah kegiatan wisata yang berbasis pada ekologi. Pentingnya pengembangan kegiatan ekowisata di kawasan ini adalah untuk tetap mendukung fungsi lindung kawasan. Kawasini sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan tepi pantai untuk rekreasi mengingat posisinya yang sangat strategis.Berdasarkan kondisi fisiknya, kawasan Sendang Biru ini masih belum terkelola dengan optimal untuk menunjang kegiatan wisata. Hal ini dapat ditinjau dari potensi alamiahnya, seperti masih seringnya terjadi penebangan kayu sehingga kondisi hutan gundul dan mudah untuk tererosi. Selain itu juga tingkat pencemaran yang tinggi pada kawasan perairannya, terutama di dekat kawasan PPI Pondok Dadap akibat kegiatan pengolahan ikan dan sampah masyarakat atau bahkan kegiatan pertanian di kawasan atasnya. Selain itu potensi wisata lainnya juga masih belum dioptimalkan, seperti penyediaan sarana wisata pendidikan, dan wisata menyelam. Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa prasarana dan sarana aksesibilitas kawasan masih kurang dikelola dengan baik dan hal ini ditunjukkan dengan kondisi jalan masuk yang masih menggunakan perkerasan batu kapur (makadam). Ditinjau dari ketersediaan sarana pendukung, nampak bahwa pada kawasan ini juga belum dioptimalkan keberadaannya, karena masih banyak potensi wisata yang belum ditunjang dengan keberadan sarana yang memadai, bahkan kondisi sanitasi seperti kamar mandi juga belum memberikan kepuasan kepada pengunjung.

Berdasarkan pendekatan di atas, maka dapat diketahui bahwa kegiatan wisata kawasan Sendang Biru berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu potensi wisata alam bahari di Kabupaten Malang. Secara teoritis terdapat banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan kegiatan wisata suatu kawasan, namun untuk menyusun pengembangan kegiatan wisata kawasan Sendang Biru perlu ditentukan faktor-faktor dominan yang berpengaruh. Melalui studi ini, diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah Kabupaten Malang supaya obyek wisata di kawasan tersebut dapat dikembangkan dengan penataan seoptimal mungkin.1.2 Rumusan Permasalahan

Kawasan Sendang Biru memiliki potensi pariwista yang cukup besar, namun keberadaan daya tarik tersebut masih belum terkelola dengan maksimal, dan hal ini ditunjukkan oleh kurang penataan kawasan wisata tersebut sehingga menyebabkan tidak tertatanya kawasan Sendang Biru. Dari jumlah kunjungan wisatawan menunjukkan adanya penurunan jumlah kunjungan wisatawan yang menunjukkan rendahnya minat wisatawan. Sebagai kawasan wisata alam, seharusnya kawasan Sendang Biru dapat mengakomodasi semua potensi kawasan untuk dijadikan daya tarik wisata kawasan. Karena itu diperlukan penataan kawasan Sendang Biru sebagai Kawasan Waterfront City dengan berbasis kawasan wisata.Dari uraian di atas, maka dapat dirumuskan bahwa permasalahan di wilayah penelitian yaitu belum optimalnya kawasan waterfront city untuk kegiatan wisata di kawasan Sendang Biru. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka pertanyaan penelitian yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana penataan pada kawasan pesisir Sendang Biru yang optimal dalam menampilkan keunggulan kawasan, sebagai bentuk peningkatan daya tarik wilayah?1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menentukan penataan waterfront city pada kawasan pesisir Sendang Biru Kabupaten Malang1.4 Ruang Lingkup

1.4.1. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah Kawasan Wisata Sendang Biru, yang meliputi Pantai Sendang Biru, Pantai Tamban, dan Pulau Sempu. Secara makro kawasan ini merupakan bagian dari Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Pemilihan wilayah penelitian karena wilayah tersebut memiliki kesamaan dalam hal karakter kawasan, yaitu sebagai kawasan nelayan dan kawasan wisata pantai yang berada dalam satu batas administrasi desa.1.4.2. Ruang Lingkup Materi

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan penataan dengan konsep waterfront city pada kawasan wisata Sendang Biru. Pendekatan yang digunakan dalam studi ini disesuaikan dengan pengembangan kawasan yang menggunakan konsep waterfront city.