23
1. Break-Even Analysis Break-even analysis adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa banyak kapasitas minimum dibutuhkan agar melebihi titik impas (break-even). 1 Dimana analisis Break-even ini digunakan untuk menemukan titik perpotongan antara biaya dan kuantitas unit per periode dalam suatu kegiatan operasional (biaya equivalen dengan pendapatan). Untuk mendapatkan keuntungan, kegiatan operasi perusahaan harus berada diatas titik Break-even. Berikut ini gambar yang menunjukkan analisis break-even dalam suatu kegiatan operasional: Gambar 1.1. Break-even Point Dari grafik diatas, ditemukan adanya faktor-faktor pembentuk kondisi Break-even, kondisi rugi dan kondisi perusahaan mendapatkan laba. Perusahaan akan berada pada 1 Munawarah, Munjiati, (2013). “Manajemen Operasi; Strategi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif”, LP3M UMY: Yogyakarta. 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 Volume (units per period) Cost (Rp) BEP (TC=TR) TR Line TC Line Variabel Cost Fix Cost

Metode Analisis Kapasitas Produksi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Metode analisis kapasitas produksi perusahaan

Citation preview

1. Break-Even AnalysisBreak-even analysis adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa banyak kapasitas minimum dibutuhkan agar melebihi titik impas (break-even).[footnoteRef:1] Dimana analisis Break-even ini digunakan untuk menemukan titik perpotongan antara biaya dan kuantitas unit per periode dalam suatu kegiatan operasional (biaya equivalen dengan pendapatan). Untuk mendapatkan keuntungan, kegiatan operasi perusahaan harus berada diatas titik Break-even. Berikut ini gambar yang menunjukkan analisis break-even dalam suatu kegiatan operasional: [1: Munawarah, Munjiati, (2013). Manajemen Operasi; Strategi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif, LP3M UMY: Yogyakarta.]

Gambar 1.1.Break-even PointDari grafik diatas, ditemukan adanya faktor-faktor pembentuk kondisi Break-even, kondisi rugi dan kondisi perusahaan mendapatkan laba. Perusahaan akan berada pada kondisi impas, jika total biaya dari kegiatan operasional sama dengan total pendapatan yang diporoleh perusahan (Total Cost=Total Revenue). Sementara itu, perusahaan akan memperoleh laba jika total pendapatannya lebih besar dari total biaya yang dikeluarkannya (Total Revenue > Total Cost). Sebaliknya, perusahaan akan berada pada kondisi rugi jika total biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan operasional lebih besar dari total pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan tersebut (Total Cost > Total Revenue).Sebelum melangkah lebih jauh, kita perlu memahami definisi dan stuktur pembentuk dari biaya total dan pendapatan total. Biaya total adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam kegiatan operasionalnya. Dimana biaya total terdiri atas dua jenis biaya, yaitu biaya tetap (fix cost) dan biaya variabel (variabel cost). Biaya tetap adalah biaya minimal yang harus dikeluarkan oleh suatu perusahaan agar dapat memproduksi barang atau jasa. Biaya ini selalu ada walaupun tidak ada unit yang diproduksi, misalnya biaya kendaraan (Mobil Ambulan Wheeled Coach Ambulance, mobil dinas ESEMKA, BUS Temsa), biaya investasi gedung Hard Rock Cafe, tanah dan lain-lain. Sementara itu, biaya tidak tetap (variabel cost) adalah biaya yang berubah secara proporsional dengan aktivitas bisnis.[footnoteRef:2] Biaya ini sering disebut sebagai biaya tingkat unit, karena bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi. Umumnya biaya variabel terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya material. Sedangkan elemen lain sebagai penentu dalam analisis break-even selain unsur biaya adalah total pendapatan. Pendapatan total adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari jumlah barang yang terjual pada saat tingkat harga tertentu. Pada gambar 1.1. diatas, pergerakan pendapatan dimulai dari titik nol menuju kekanan atas. Pergerakan mulai dari titik nol (kiri bawah) menuju kekanan atas menunjukkan adanya peningkatan harga penjualan tiap unit produk. [2: Garrison, Ray H; Eric W. Noreen, Peter C. Brewer (2009). Managerial Accounting (ed. 13e). McGraw-Hill Irwin]

Menurut pendekatan secara aljabar (Algebraic Approach), analisis break-even point dibagi menjadi dua, yaitu break-even point dalam unit (BEPx) dan break even point dalam satuan uang (BEPRp). Kemudian dibagi lagi menjadi dua menurut jumlah produknya, yaitu single-product case dan multiproduct case. Berikut ini langkah-langkah secara matematis untuk merumuskan break-even point dalam unit (BEPx) dan break even point dalam satuan uang (BEPRp):a. Single-Product Case1) Seperti yang diketahui, kondisi BEP akan terjadi jika total revenue sama dengan total cost (TR=TC) .................................................................(1)Dimana:TR = Px ...........................................................................................(2)TC = F + Vx ......................................................................................(3)1) Masukkan persamaan (2) dan (3) ke persamaan (1), sehingga persamaannya akan menjadi:Px = F + Vx ......................................................................................(4)2) Mencari break-even point dalam unit (BEPx) dari persamaan (4):Px Vx = F ......................................................................................(5)(P V)x = F ....................................................................................(6)Dari persamaan (6) diatas, maka kita dapat menemukan rumus matematika break-even point dalam unit, yaitu:BEPx = .................................................................................(7)3) Mencari break even point dalam satuan uang (BEPRp) dengan memasukkan P ke sebelah kiri dan kanan persamaan (7):BEPxP =P......................................................................................(8)BEPxP =P = = BEPRp= Keterangan:BEPx=break-even point dalam unitTR=Total Revenue

BEPRp=break even point dalam satuan uangF=Fixed Cost

P=Harga per unitV=Variabel Cost

x=Jumlah unit yang diproduksiTC=Total Cost

Dari persamaan (7) dan (8), maka kita dapat membuat formulasi matematis antara break-even point dalam unit (BEPx) dan break even point dalam satuan uang (BEPRp), yaitu sebagai berikut:1) Persamaan matematis break-even point dalam unit (BEPx).BEPx = 2) Persamaan matematis break even point dalam satuan uang (BEPRp).BEPRp= b. Multiproduct CasePada kebanyakan perusahaan yang memiliki penawaran yang lebih dari satu produk, tentu tidak akan mungkin menganalisis break-even point dengan menggunakan pendekatan single-product karena adanya perbedaan baik pada harga penjualan maupun pada biaya variabel yang digunakan. Untuk mengukur besarnya break-even point dalam unit (BEPx) dan break even point dalam satuan uang (BEPRp) pada kasus multiproduct, maka perlu adanya pengembangan model persamaan (7) dan (8) dengan memasukkan besarnya porsi kontribusi setiap produk dari total penjualan rupiah (Wi) dalam model persamaan. Break even point dalam satuan uang (BEPRp) =

Break-even point dalam unit (BEPx) = 2. Pendekatan Ekspansi KapasitasDalam menentukan keputusan terkait dengan perencanaan kapasitas, manajer operasional perlu melakukan penyesuaian antara kapasitas yang ingin diterapkan dengan ramalan permintaan. Terkadang manajer operasional sering mengalami kesulitan dan ragu dalam mengambil keputusan. Berikut ini beberapa alternative strategi yang dapat digunakan oleh manajer operasi untuk melakukan ekpansi kapasitas produksinya:a. Leading StrategyPendekatan dengan mendahului permintaan dapat dilakukan dengan menambah kapasitas baru secara bertahap sebelum peningkatan permintaan dan dapat juga dilakukan dengan menambah kapasitas baru sebelum peningkatan permintaan dengan sekaligus. Strategi penambahan kapasitas baru secara bertahap sebelum peningkatan permintaan dilakukan atas estimasi bahwa akan terjadi peningkatan permintaan produk atau jasa diwaktu yang akan datang, sehingga manajemen meresponnya dengan menambah kapasitas secara bertahap dan selesai sebelum estimasi permintaan yang diramalkan terjadi. Sementara itu, strategi penambahan kapasitas baru secara penuh atau sekaligus sebelum peningkatan permintaan dilakukan atas estimasi bahwa akan terjadi peningkatan permintaan produk atau jasa diwaktu yang akan datang, sehingga manajemen meresponnya dengan menambah kapasitas secara penuh atau sekaligus sebelum estimasi permintaan yang diramalkan terjadi.TimeDemanddExpected DemandNew Capacity

Keunggulan dari pendekatan ini adalah tersedianya kapasitas yang cukup jika terjadi peningkatan permintaan. Sementara kelemahannya adalah perusahaan harus mengeluarkan biaya ekstra untuk memelihara kapaitas untuk kapasitas yang sementara waktu belum digunakan.b. Lag Strategi Pendekatan dengan mengikuti permintaan dapat dilakukan dengan menambah kapasitas baru secara bertahap setelah peningkatan permintaan dan dapat juga dilakukan dengan menambah kapasitas baru ditengah-tengah terjadinya peningkatan permintaan secara bertahap. TimeDemanddExpected DemandNew Capacity

Keunggulan dari pendekatan ini adalah adanya penghematan biaya untuk memelihara kapasitas. Sedangkan kelemahannnya terletak pada tidak mampunya perusahaan untuk dapat memenuhi permintaan karena kurangnya kapasitas yang ada.

c. Straddle StrategyPendekatan dengan strategi ini dapat dilakukan dengan peningkatan kapasitas rata-rata untuk memenuhi permintaan. Artinya disini perusahaan akan menambah kapasitasnya jika permintaan produk atau jasa sudah melebihi kapasitas yang ada. Kuantitas penambahan kapasitas tersebut melebihi permintaan yang sudah terjadi, namun tidak se-extrime yang terjadi pada kasus leading strategy. Sehingga kelebihan kapasitas yang ada hanya akan terjadi sampai dengan pertengahan periode dan setelah itu akan tertutupi lagi oleh kelebihan pada permintaan. Namun kurangnya kapasitas yang ada akibat peningkatan permintaan tidak se-extrime seperti yang terjadi pada kasus lag strategi.

TimeDemanddExpected DemandNew Capacity

3. Decision AnalysisTeori keputusan mempelajari berbagai model sebagai alat untuk mengambil keputusan. Untuk mengambil keputusan, kita membutuhkan informasi. Terdapat 3 macam informasi keputusan:a. Pasti, artinya informasi yang diperoleh dapat diketahui dengan pasti, misalnya jumlah tenaga kerja, bahan baku yang dibutuhkan dan sebagainya.b. Berisiko, artinya informasinya dapat diketahui dengan probabilitas tertentu, misalnya informasi probabilitas keadaan prekonomian suatu negara seberapa besar probabilitas baik atau buruknya.c. Tidak pasti, artinya informasinya tidak dapat diketahui dengan pasti dan biasanya relatif tidak bisa diperkirakan, misalnya kebakaran, bencana alam dan sebagainya.Model keputusan dapat diselesaikan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:a. Menentukan even atau peristiwa dan probabilitas terjadinya peristiwa tersebut.b. Menentukan alternatif keputusan.c. Membuat tabel payoff, yaitu tabel yang menunjukkan hasil perhitungan keuntungan setiap alternatif keputusan pada berbagai peristiwa.d. Membuat keputusan dengan berbagai metode.Case study[footnoteRef:3] [3: Munawarah, Munjiati, (2013). Manajemen Operasi; Strategi Untuk Mencapai Keunggulan Kompetitif, LP3M UMY: Yogyakarta.]

Toko buah melakukan pembelian buah seharga Rp. 3000,- dan menjualnya dengan harga Rp. 4000,-. Apabila ia kehabisan buah, ia tidak mau mengecewakan konsumen, sehingga ia membeli kepada temannya seharga Rp. 39.000/kg. Apabila masih ada sisa buah yang tidak terjual pada hari itu buah layu, tetapi dapat dijual keesokan harinya dengan harga Rp. 2.800,-/kg, karena sudah tidak segar lagi. Berdasarkan pengalaman selama 100 hari, diperoleh data seperti tabel 7.2. Pertanyaannya: Berapa sebaiknya pembelian buah perhari agar optimal?PenjualanHariProbabilitas

100200,2

110250,25

115300,3

120250,25

Tabel 2. Menunjukkan payoff keuntungan dengan berbagai alternative keputusan beli pada berbagai peristiwa penjualan.Penjualan

Keputusan BeliProbabilitas0,200,250,300,25

Jumlah100110115120

100100000101000101500102000

11098000110000110500112000

11597000109000115000115500

12096000108000114000120000

Penjelasan Tabel Payoff.1.Laba penjualan = harga jual harga beli; maka laba/kg buah = Rp. 4000 Rp. 3000 =Rp. 1000,-

2.Apabila kekurangan buah (keputusan beli < penjualan), maka:Laba penjualan = harga jual harga beli dari teman penjual buah; maka laba/kg buah = Rp. 4.000 Rp. 3.900 =Rp. 100,-

3.Apabila kelebihan buah (keputusan belinya > penjualan), maka:Laba (rugi) penjualan = harga jual buah layu harga beli buah; maka laba/kg buah = Rp. 2.800 Rp. 3.000 = - Rp. 200,-

4.Jika keputusan belinya 110 kg dan penjualannya 110, maka:Laba penjualan = 110 kg x Rp. 1.000 = Rp. 110.000,-

5.Jika keputusan belinya 110 kg dan penjualannya 115, maka: maka terjadi kekurangan buah sebanyak 5 kg.Laba penjualan = (110 kg x Rp. 1.000) + (5 kg x Rp. 100) = Rp. 110.500,-

6.Jika keputusan belinya 110 kg dan penjualannya 100, maka: maka terjadi kelebihan buah sebanyak 10 kg.Laba penjualan = (110 kg x Rp. 1.000) + (10 kg x (- Rp. 200)) = Rp. 98.000,-

Setelah membuat tabel payoff, langkah selanjutnya mengambil keputusan dengan memilih kriteria yang cocok dengan situasi kondisi maupun pengambilan keputusan. Adapun kriteria yang dapat digunakan dalam mengambil keputusan adalah:a. MAXIMAX: Maksimum dari payoff maksimumKriteria maximax dapat dihitung dengan cara:1) Mencari payoff maksimum setiap alternative keputusan.KeputusanPayoff Maksimum

100102.000

110112.000

115115.500

120120.000

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa keputusan 120 menjadi kriteria pengambilan keputusan MAXIMAX, karena memiliki nilai terbesar dari payoff maksimum masing-masing alternative keputusan.

b. MAXIMIN: Maksimum dari payoff minimumKriteria maximin dapat dihitung dengan cara:1) Mencari payoff minimum setiap alternative keputusan.KeputusanPayoff Minimum

100100.000

11098.000

11597.000

12096.000

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa keputusan 100 menjadi kriteria pengambilan keputusan MAXIMIN, karena memiliki nilai terbesar dari payoff minimum masing-masing alternative keputusan.

c. MINIMAX: Minimum dari payoff opportunity loss maksimumKriteria maximin dapat dihitung dengan cara:1) Menghitung opportunity loss.Adapun langkah-langkah menghitung opportunity loss adalah:a) Memilih payoff terbesar setiap alternative keputusan. Contoh pada keputusan 100, maka payoff terbesar adalah 102.000.b) Mengurangkan payoff terbesar tersebut dengan masing-masing payoff setiap alternative keputusan. Pada contoh keputusan 100, nilai pengurang payoff terbesar pada keputusan tersebut adalah 100.000, 101.000, 101.500, dan 102.000.Dari langkah-langkah tersebut, maka dapat dibuat opportunity loss pada kasus diatas, yaitu:

TabelOpportunity LossAlternatif Payoff

100 110 115 120

2.000 14.000 18.500 24.000

1.000 2.000 6.500 12.000

500 1.500 500 6.000

- - - -

Untuk menentukan kriteria MINIMAX, dari tabel opportunity loss diatas pilih nilai minimum dari payoff terbesar pada masing-masing alternative keputusan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kriteria keputusan MINIMAX yang digunakan adalah pada keputusan 100.d. Kriteria LAPLACEKriteria LAPLACE dapat dihitung dengan cara:1) Merata-ratakan payoff setiap alternative keputusan.KeputusanRata-rata

100101.125

110107.625

115109.125

120109.500

2) Pilih rata-rata terbesarBerdasarkan tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa keputusan 120 menjadi kriteria pengambilan keputusan LAPLACE, karena memiliki nilai rata-rata payoff terbesar dari masing-masing alternative keputusan.e. Kriteria Kemungkinan MaksimumPengambilan keputusan pada kriteria ini yaitu dengan mencari nilai probabilitas terbesar dari alternative keputusan. Berdasarkan Tabel 2. diatas, maka dapat disimpulkan bahwa keputusan 115 menjadi kriteria pengambilan keputusan karena memiliki nilai probabilitas paling besar, yaitu 0,3.f. EXPECTED VALUE = (probabilitas X payoff)EXPECTED VALUEAlternative Keputusan(probabilitas X payoff) (probabilitas X payoff)

100110115120

EV 10020000252503045025500101200

EV 11019600275003315028000108250

EV 11519400272503450028875110025

EV 12019200270003420030000110400

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa keputusan 120 menjadi kriteria pengambilan keputusan Expected Value, karena memiliki Expected Value terbesar.Dalam pengambilan keputusan, seseorang biasanya memiliki sumber informasi yang sempurna (perfect information) terhadap peristiwa yang akan terjadi. Nilai yang diharapkan dari informasi seperti itu dikatakan sebagai nilai yang diharapkan atas informasi yang sempurna (EVPI/Expected Value of Perfect Information). Kritia keputusan berdasarkan nilai yang diharapkan adalah memilih keputusan berdasarkan payoff maksimum atau berdasarkan biaya ataupun kerugian minimum. Secara matematis, Expected Payoff Perfect Information (EPPI) dapat ditulis dalam persamaan:EPPI = (Payoff maksimin peristiwa)P(i)EVPI = EPPI - Expected Payoff maximumBerdasarkan kasus diatas, maka:EPPI = (0,2x100.000) + (0,25x110.000) + (0,3x115.000) + (0,25x120.000) = 112.000EVPI = 112.000 110.400 = 1.6004. Strategy-driven InvestmentPerencanaan kapasitas dapat dikaitkan kelayakan investasi. Hal ini disebabkan karena penambahan maupun pengurangan kapasitas akan selalu berkaitan dengan investasi, terutama kaitannya dengan pemenuhan fasilitas operasional. Dalam hal ini manajer operasional harus berperan aktif kaitannya dengan tanggung jawabnya atas pendapatan dari investasi yang dilakukan. Perlu adanya pengkajian dari manajer atas investasi yang akan dilakukan, apakah akan memberikan keuntungan dalam jangka panjang atau tidak. Sehingga nantinya investasi yang dilakukan dapat memberikan keuntungan bagi investor maupun bagi keberlangsungan operasional perusahaan. Dalam memecahkan persoalan tersebut, umumnya metode yang sering digunakan adalah dengan Net Present Value. Sebelum melangkah pada pembahasan tentang Net Present Value, terlebih dahulu kita akan membahas konsep nilai sekarang (Present Value) dan nilai yang akan datang (Future Value).Rumus:P = ...................................................................................................................(9)Dimana:P=Present Value

F=Future Value

i=Interest Rate

n=Number of years

Net Present Value adalah nilai sekarang dari arus kas masa depan dengan memperhatikan faktor diskonto.[footnoteRef:4] Sebagai contoh kita telah melihat bahwa uang Rp. 100 yang diinvestasikan selama satu tahun pada tingkat bunga 5% akan tumbuh menjadi nilai masa depan 100 x 1,05 = 105,-. Mari kita balikkan logika ini: Berapa investasi sekarang yang perlu kita investasikan untuk menghasilkan Rp. 105,- diakhir tahun? Ini yang disebut dengan nilai sekarang (Present Value) dari imbalan Rp. 105,-. Untuk menghitung nilai sekarang, kita mendiskontokan nilai masa depan pada tingkat bunga i. Dengan menggunakan rumus Present Value pada persamaan (9) diatas, maka kita dapat menemukan kebutuhan nilai investasi sekarang dari nilai masa depan Rp. 105,- yaitu sebesar Rp. 100,-. [4: Brealey, R.A., et al. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan Jilid I. Edisi 5. Terjemahan Zaimur. Jakarta: Erlangga, 2008.]

P = = Rp. 100,-Sementara itu, untuk menghitung nilai masa depan maka kita cukup dengan membalikkan proses persamaan (9) dan mengalikan nilai masa sekarang dengan tingkat diskontonya, sehingga menjadi persamaan:F = P ...........................................................................................................(10)Permasalahan akan muncul ketika kita ingin menghitung nilai sekarang (Present Value) dan nilai yang akan datang (Future Value) dengan tahun yang terlalu banyak, seperti 30 tahun dan 20 tahun. Misalnya untuk 30 tahun, ketika kita akan menghitung nilai investasi sekarang dengan nilai investasi 30 tahun yang akan datang, maka kita akan memasukkan jumlah tahunnya kedalam rumus Present Value sehingga rumusnya akan menjadi . akan sulit untuk dicari dengan menggunakan alat perhitungan seperti kalkulator yang memiliki spesifikasi yang rendah, lebih-lebih ketika kita menghitung secara manual tanpa alat bantu hitung yang hanya menghandalkan selembar kertas putih dan sebatang pensil. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dibuat tabel nilai sekarang dan nilai masa depan dengan tingkat bunga dan jumlah tahun yang digunakan. Sehingga rumus yang digunakan pada model kasus ini tentunya akan berubah juga. .....................................................................................................(11): X = faktor dari tabel (ada dilampiran bagian belakang makalah), didefinisikan sebagai faktor diskonto = dan F = nilai yang akan datang.Persamaan (9) dan (11) digunakan untuk menentukan nilai sekarang atas satu jumlah kas masa depan. Namun ada situasi lain dimana terjadi serangkaian investasi yang yang merata setiap periode dengan jumlah kas yang sama. Jenis dari investasi ini umumnya disebut anuity. Misalnya, investasi yang dikeluarkan sebesar Rp. 100 juta pertahun selama 4 tahun. Rumus yang digunakan untuk menghitung present value dengan konsep anuitas adalah:S = R.X ......................................................................................................................(12)Dimana: X=Factor disconto (ada dilampiran)

S=Present Value of a series of uniform annual receipts

R=Receipts thatre received every year for the life of the investment (The anuity)

Setelah membahas konsep present value dan future value, maka kini kita akan membahas konsep Net Present Value dalam menentukan keputusan dalam investasi. Net Present Value adalah nilai sekarang arus kas dikurangi dengan besarnya investasi. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:NPV = PV investasi yang diperlukan ..................................................................(13)

Case studyMisalkan Mr. Ahya yang merupakan seorang pengusaha muda kaya raya ingin melakukan investasi di Yogyakarta pada bisnis transportasi untuk menyaingi Trans Jogja dan KOPAJA jalur 9. Dia berencana akan mendatangkan bus Temsa sebanyak 20 bus dengan total harga pembelian sebesar $800.000. Dengan harapan, investasi tersebut akan menghasilkan keuntungan sebesar $350.000 tiap tahunnya selama lima tahun. Namun karena dianggap harga bus Temsa terlalu mahal, Mr. Ahya berencana untuk membeli bus dari Cina dengan jumlah yang sama dengan total harga pembelian sebesar $700.000 dengan asumsi terdapat biaya servis sebesar $50.000 pertahun. Jika biaya modal (i) sebesar 7%, manakah pilihan yang lebih baik?Dari case study diatas, kita dapat membuat arus kas dari kedua pilihan diatas, yaitu seperti pada tabel dibawah:Arus Kas (ribuan dolar)

BUSNPV pada 7%

Temsa-800+350+350+350..................?

Merk Cina -700+300+300+300..................?

Menghitung PV arus kas dengan anuitas:a. Bus Temsa PV = arus kas x faktor anuitas = $350.000 x = $350.000 x 2,62 = $918,5NPV = -$800 + $918 = $118,5b. Bus Merk Cina PV = arus kas x faktor anuitas = $300.000 x = $300.000 x 2,62 = $787NPV = -$700 + $787 = $87,3Berdasarkan case study diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Mr. Ahya seharusnya membeli Bus Temsa dari pada membeli bus merk Cina, karena Bus Temsa memiliki NPV yang lebih besar.