Upload
phungcong
View
239
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
METODE DAN STRATEGI TERJEMAHAN AL-QUR'AN
MAHMUD YUNUS:
(Studi Kasus Terjemahan Ayat Yang Mengandung
Isim Mausȗl ( ما dan م ن ) dan Min Bayȃniyyah)
LUKMAN HAKIM
1110024000003
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M/1436 H
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah
dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya bukan hasil karya asli atau
jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
UIN Syarif Hidayatullah.
Ciputat, 10 Juli 2015
Lukman Hakim
NIM: 1110024000003
iv
ABSTRAK
LUKMAN HAKIM
Metode Dan Strategi Terjemahan al-Qur'an Mahmud (Studi Kasus
Terjemahan Ayat Yang Mengandung Isim Mausȗl ( ما dan م ن ) dan Min
Bayȃniyyah)
Al-qur'an adalah kitab suci yang di dalamnya terdapat banyak sekali ilmu
pengetahuan. al-Qur'an diturunkan menggunakan bahasa arab dengan bahasa yang
indah. Telah kita ketahui al-Qur'an menggunakan bahasa arab sedangkan kita
menggunakan bahasa indonesia. Inilah salah satu faktor yang membuat
kebanyakan orang menjadi sulit mengerti apalagi memahami isi kandungan dalam
al-Qur'an. Terjemahan al-Qur'an merupakan item yang sangat penting bagi
masyarakat muslim terutama bagi mereka yang tidak memahami bahasa Arab.
Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana metode dan strategi yang
digunakan penerjemah dalam menerjemahkan al-Qur'an yang terdapat isim
mausȗl dan min bayȃniyyah. Melalui analisis diketahui bahwa hasil terjemahan
yang diteliti adalah menggunakan metode penerjemahan harfiyah, hal tersebut
bisa dilihat dari ketaatan penerjemah terhadap tata bahasa teks sumber, bentuk
frase, bentuk kalimat dan lain sebagainya. Namun terkadang juga penerjemah
menggunakan penerjemahan bebas, tetapi tidak terjadi penyimpangan makna dan
tidak juga terlalu bebas.
Kebanyakan penerjemah memilih metode ini, dikarenakan teks yang
diterjemahkan berkaitan dengan firman Allah. Jika penerjemahannya terlalu
bebas, bisa terjadi penyimpangan makna, karena mungkin ada kata-kata yang
dihilangkan atau dibuang pada saat menerjemahkan. Sedangkan untuk strategi
yang digunakan penerjemah, penerjemah menggunakan startegi mengedepankan
dan mengakhirkan, membuang, dan menambahkan.
v
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah Swt atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa
senantiasa dilimpahkan kepada sosok teladan umat, Baginda Nabi Besar
Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya semoga kita mendapatkan
curahan syafa‟atnya di hari akhir kelak.
Skripsi ini peneliti persembahkan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Sastra di Fakultas Adab dan Humaniora Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada seluruh civitas akademika UIN Syarif
Hidayatullah khususnya kepada: Prof. Dr. Sukron Kamil, MA selaku Dekan
Fakultas Adab dan Humaniora, Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M. Hum selaku
Ketua Jurusan Tarjamah, Umi Kulsum, MA selaku Sekretaris Jurusan Tarjamah,
serta seluruh dosen jurusan Tarjamah. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat
dan menjadi bekal bagi penulis untuk bisa diaplikasikan dimasa mendatang.
Kepada dosen yang tidak pernah bosan memberikan semangat serta
motivasinya untuk peneliti, Drs. Ikhwan Azizi, MA dan Drs. Ahmad Syatibi,
M.A selaku dosen pembimbing skripsi, penulis mengucapkan terima kasih tak
terhingga atas kesediaannya meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk
membaca, mengoreksi, serta memberikan referensi untuk peneliti, kepada
Karlina Helmanita, M.Ag dan Dr. Ahmad Ismakun Ilyas, M.A selaku dosen
penguji skripsi yang senantiasa menyempurnakan dalam penulisan skripsi ini.
vi
Kemudian kepada kedua orang tua peneliti, H. Jahiya dan Hj. Munamih
dan kakak-kakakku serta adinda Shinta Devi atas doa, dukungan dan motivasi
yang selalu diberikan untuk penulis.
Selanjutnya, kepada teman-teman jurusan Tarjamah angkatan 2010
peneliti haturkan terima kasih khususnya Ahmad Farhan, Kholis Alhasan,
Syafaat Maulana, Makfiyyah Muthia, Siti Nur Asiah, Eva Fauziah, Halimah,
Rifyal Mahmudin, Humairoh, Hanifah, Arif Azami, Novi, Hani, Syarif, Lily,
Rosyid, Fahmi, Zulfikar, Ahmad Syafaat, Imam, dan Nia. Terima kasih atas
motivasi, doa, dukungan serta ide-ide yang kalian sumbangkan untuk peneliti,
dan sudah rela meluangkan waktunya untuk membantu peneliti dalam mencari
referensi dan menulis skripsi. Kepada teman-teman seperjuangan peneliti, terima
kasih atas kebersamaan dan kekompakan selama kita mengemban ilmu bersama
dalam satu atap.
Semoga skripsi yang masih banyak kekurangan ini bisa memberikan manfaat
bagi siapa saja terutama yang tertarik dengan dunia penerjemahan. Saran dan
kritik membangun, peneliti harapkan untuk perbaikan skripsi ini.
Jakarta, 10 Juli 2015
Peneliti
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Dalam skripsi ini, sebagian data ditransliterasikan ke dalam huruf latin.
Transliterasi ini berdasarkan pedoman transliterasi Arab-Latin dalam buku
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. Padanan Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan
B Be
T Te
Ts te dan es
J Je
H h dengan garis di bawah
Kh ka dan ha
D De
Dz de dan zet
R Er
Z Zet
S Es
Sy es dan ye
viii
S es dengan garis di bawah
D de dengan garis di bawah
T te dengan garis di bawah
Z zet dengan garis di bawah
، koma terbalik di atas
hadap kanan
Gh ge dan ha
F Ef
Q Ki
K Ka
L El
M Em
N En
W We
H Ha
' Apostrof
Y Ye
2. Vokal
ix
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari
vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal
tunggul, ketentuan alih aksaranya ialah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
A Fathah
I Kasrah
U Dammah
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya ialah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
Ai a dan i
Au a dan u
2.1 Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
a dengan topi di atas
i dengan topi di atas
u dengan topi di atas
3. Kata Sandang
x
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu , dialihaksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti huruf syamsiyah
maupun huruf qamariyah. Contoh: al-rij lbukan ar-rijâl, al-d w n bukan ad-
d w n.
4. Syaddah (Tasyd d)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda ــــ) ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf , yaitu
dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini
tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata
sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata tidak
ditulis ad-dar rah tetapi al-dar rah, demikian seterusnya.
5. Ta Marbûtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, huruf ta marbûtah terdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat
contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti
oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2 di bawah). Namun, jika huruf ta marbûtah
tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi
huruf /t/ (lihat contoh 3).
No Kata Arab Alih Aksara
1 Tarîqah
2 al-jâmi‟ah al-islâmiyyah
3 wahdat al-wujûd
6. Huruf Kapital
xi
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan
yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, anatara
lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,
dan nama diri. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang,
maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan
huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû
Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).
Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan
dalam alih akasara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic)
atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, juduk buku itu ditulis dengan cetak
miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal
dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar
katanya berasal dari bahasa arab. Misalnya ditulis, Abdussamad al-Palimbani,
tidak „Abd al-Samad al-Palimb n ; Nuruddin al-Raniri, tidak N r al-D n al-R n r .
7. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism), maupun huruf (harf)
ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-
kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di
atas:
Kata Arab Alih Aksara
dzahaba al-ustâdzu
tsabata al-ajru
al-harakah al-„asriyyah
xii
asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh
Maulânâ Maliku al-Sâlih
Yu‟atstsirukumu Allâh
al-mazâhir al-„aqliyyah
al-âyât al-kauniyyah
al-darûrah tubihu al-mahzûrât
DAFTAR ISI
PERNYATAAN............................................................................................ i
xiii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN.............................................................. iii
ABSTRAK..................................................................................................... iv
PRAKATA..................................................................................................... v
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN………………………….. vii
DAFTAR ISI................................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah....................................................1
B. Pembatasan Masalah Dan Perumusan Masalah............... 3
C. Tujuan Penelitian………………………………………. 4
D. Tinjauan Pustaka……………………………………….. 4
E. Metodologi Penelitian………………………….............. 5
F. Sistematika Penulisan…………………………….......... 6
BAB II DASAR TEORI PENERJEMAHAN
A. Gambaran Umum Penerjemahan
1. Definisi Penerjemahan……………………………... 9
2. Metode Penerjemahan……………………………… 10
3. Strategi Penerjemahan……………………………... 15
4. Proses Penerjemahan………………………………. 18
5. Syarat-Syarat Penerjemah………………………….. 20
B. Gambaran Tentang al-Qur'an
1. Pengertian al-Qur'an ..……………………………... 22
2. Penerjemahan al-Qur'an ………………………........ 24
3. Syarat-Syarat Penerjemah al-Qur'an ………………. 25
4. Jenis-jenis Penerjemah al-Qur'an ………………….. 27
5. Cara Menerjemahkan al-Qur'an …………………… 28
C. Ism Mausȗl
xiv
1. Definisi Isim Mausȗl................................................. 29
2. Macam-macam Pronomina Relatif
(Isim Mausȗl)……………………………….............30
3. Pembentukan Takrif dengan Pronomina Relatif........32
D. Huruf Jar Min
1. Macam-macam Makna Harf Min…………………...33
BAB III BIOGRAFI MAHMUD YUNUS
A. Riwayat Hidup Mahmud Yunus……………………….. 35
B. Karya-Karya Mahmud Yunus………………………….. 38
BAB IV ANALISA DATA
1. Surat al-Baqarah : 145………………….……………. 43
2. Surat al-Baqarah : 174…………………………………44
3. Surat al-Baqarah : 213…………………………………45
4. Surat al-Baqarah : 231…………………………………46
5. Surat al-Baqarah : 236…………………………………47
6. Surat al-Nisa : 3……………………………………48
7. Surat al-Nisa : 22…………………………………..49
8. Surat al-Nisa : 37…………………………………..50
9. Surat al-Anfal : 64…………………………………..51
10. Surat al-Hijr : 47…………………………………..52
11. Surat al-Nur : 31…………………………………..52
12. Surat al-Syu'arȃ : 118…………………………………53
13. Surat al-Syu'arȃ : 215…………………………………54
14. Surat al-Syȗra : 29…………………………………..55
15. Surat al-Zȃriyat : 35…………………………………..56
16. Surat al-Jin : 27 ………………………………….57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………….……………………………. 58
xv
B. Saran…………………………………………………….58
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 60
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-quran adalah kitab suci yang di dalamnya terdapat banyak sekali
terdapat ilmu pengetahuan. al-Qur'an diturunkan menggunakan bahasa arab
dengan bahasa yang indah. Telah kita ketahui al-Qur'an menggunakan bahasa arab
sedangkan kita menggunakan bahasa indonesia. Inilah salah satu faktor yang
membuat kebanyakan orang menjadi sulit mengerti apalagi memahami isi
kandungan dalam al-Qur'an.
Penerjemahan al-Qur'an adalah mengalihkan pesan al-Qur'an, ke bahasa
asing selain bahasa Arab, dan terjemahan tersebut dicetak dengan tujuan agar
dapat dikaji oleh mereka yang tidak menguasai bahasa Arab sehingga dapat
dimengerti maksud dari firman Allah tersebut dengan bantuan terjemahan itu.1
Namun, selama ini banyak orang yang mengeluhkan tentang hasil terjemahan al-
Qur'an. Mereka mengeluh ketika membaca hasil terjemahan sulit dipahami atau
dicerna isi terjemahan tersebut dengan baik. Hal tersebut terjadi karena terkadang
seorang penerjemah cenderung banyak unggul dalam satu sisi yaitu hanya
memahami bahasa sumber saja, tetapi tidak pada bahasa sasaran.
Selain itu, seorang penerjemah juga harus mengerti metode penerjemahan.
Karena penerjemahan merupakan salah satu mediator bagi proses perkembangan
keilmuan di dunia. Bahkan sebagai perantara berkembangnya peradaban informasi
keilmuan bagi masyarakat.
1 Moch. Syarif Hidayaullah, Tarjim Al-an; Cara Mudah Menerjemahkan Aran-
Indonesia,(Tagerang: Dikara, 2009), Cet.III,h.54.
2
Penerjemahan merupakan peralihan makna dari bahasa sumber (BSU) ke
dalam bahasa sasaran (BSA), pengalihan ini dilakukan dari bahasa pertama ke
dalam bentuk bahasa kedua melalui struktur semantis. Proses menerjemahkan
berusaha untuk mengalihkan pesan dalam bahasa sumber tanpa merubah maksud
dan pesan tersebut. Begitu pula dalam membentuk kalimat ke dalam bahasa
sasaran haruslah jelas.2
Usaha penerjemahan itu pada hakikatnya mengandung makna
mereproduksi amanat atau pesan di dalam bahasa sumber dengan padanan yang
paling pantas dan paling dekat dengan bahasa penerima baik dari segi gaya.3
Kegiatan menerjemahkan tidaklah semudah apa yang diperkirakan orang.
Karena menerjemahkan identik dengan mengkomunikasikan keterangan pesan
atau gagasan yang ditulis oleh pengarang asli di dalam bahasa terjemahan.
Untuk menganalisis suatu terjemahan hendaknya penerjemah memiliki
pengetahuan tentang model terjemahan yang umum digunakan yaitu : terjemahan
kata demi kata, terjemahan harfiyah, dan terjemahan bebas. Masing-masing
metode penerjemahan tersebut memiliki kelemahan dan kelebihannya.
Metode terjemahan kata demi kata yaitu suatu metode yang sering kali
digambarkan sebagai terjemahan anatarbaris dengan bahasa target berada
langsung di bawah kata-kata bahasa sumber. Metode ini berfokus pada kata demi
kata bahasa sumber, dan sangat terikat pada tataran kata.4
2 Nurachman Hanafi, Teori dan Seni Menerjemahkan, (Nusa Tenggara Timur : Nusa Indah
1986) h. 24. 3 Anton M. Moelino, Beberapa Aspek Masalah Penerjemahan ke Bahasa Indonesia‟, dalam
Kembara Bahasa: Kumpulan Karangan Terbesar (Jakarta : PT Gramedia, 1989) h.195. 4 M. Zaka Al Farizi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia, (Bandung : Remaja Rosdakarya
2011) h. 53.
3
Metode penerjemahan harfiah yaitu metode penerjemahan dengan
mengalihkan kontruksi gramatika bahasa sumber ke dalam kontruksi gramatika
bahasa target yang memiliki padanan paling dekat. Namun demikian, unsur
leksikal yang ada tetap diterjemahkan satu per satu tanpa mengindahkan konteks
yang melatarinya. Jadi seperti halnya pada metode penerjemahan kata demi kata,
pada metode ini pun pemadanan dilakukan masih terlepas dari konteks.5
Berbeda dengan terjemahan bebas, jenis penerjemahan bebas berupaya
mereproduksi materi tertentu tanpa menggunakan cara tertentu. Dalam hal ini,
penerjemah mereproduksi isi semata tanpa mengindahkan bentuk. Akibatnya,
metode ini menghasilkan target yang tidak lagi mengandung gaya atau bentuk teks
sumber.6
Selain penerjemah memiliki pengetahuan tentang model penerjemahan,
penerjemah juga harus memilki strategi di dalam menerjemahkan yang sangat
diperlukan saat penerjemah menemukan kasus dalam Bsu dengan tujuan agar
hasil terjemahannya menjadi baik. Strategi-strategi tersebut antara lain:
mengedepankan dan mengakhirkan, membuang , menambahkan, dan mengganti.
B. Pembatasan Masalah Dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini akan mengkaji
metode dan strategi penerjemahan Mahmud Yunus di dalam menerjemahkan ayat
yang terdapat isim mausȗl (ما dan ( م ن yang diikuti oleh min bayȃniyyah. Namun
5 M. Zaka Al Farizi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia, h.54.
6 M. Zaka Al Farizi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia, h.56.
4
peneliti hanya meneliti beberapa surat dari al-Qur'an : Surat al-Baqarah, al-Nisa,
al-Anfal, al-Hijr, al-Nur, al-Syu'arȃ, al-Syȗra, al-Zȃriyat, dan al-Jin.
Dalam hal ini penulis memberikan perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana metode yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan
ayat yang mengandung isim mausȗl (ما dan ( م ن yang diikuti oleh min
bayȃniyyah?
2. Bagaimana strategi yang digunakan oleh penerjemah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka tujuan umum yang ingin dicapai
pada penelitian ini adalah mengetahui metode dan strategi penerjemahan dengan
menganalisis terjemahannya pada ayat yang mengandungt isim mausȗl (ما dan
م ن ) yang diikuti oleh min bayȃniyyah.
1. Untuk mengetahui metode penerjemahan apa yang digunakan penerjemah.
2. Untuk mengetahui strategi penerjemahan yang digunakan penerjemah.
D. Tinjauan Pustaka
Setelah peneliti meneliti dan menelaah berbagai karya-karya ilmiah baik
dalam buku terjemahan, internet, perpustakaan Adab dan Humaniora maupun
perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sepengetahuan peneliti ada
beberapa penelitian yang memiliki kesamaan, diantaranya:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Astini pada tahun 2004 dengan judul
analisis model terjemahan Arab-Indonesia dalam novel "Gadis Jakarta"
yang dalam penelitiannya menemukan bahwa metode yang digunakan
5
adalah metode adaptasi. Sedangkan dalam penelitian skripsi ini berkaitan
dengan terjemahan ayat al-Qur'an yang mengandung isim mausȗl dan min
bayȃniyyah dengan metode penerjemahan bebas dan harfiyah.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Ulfah pada tahun 2008 dengan judul
analisis terjemahan I.Solihin terhadap Naȃ'ih Al-Ibad Karya Ibnu Hajar
Al-'Asqalani (studi kasus model terjemah dan kalimat efektif) yang dalam
penelitiannya menemukan bahwa metode yang digunakan adalah
terjemahan kata demi kata, terjemahan harfiyah, dan terjemahan bebas.
Sedangkan dalam penelitian skripsi ini berkaitan dengan terjemahan ayat
al-Qur'an yang mengandung isim mausȗl dan min bayȃniyyah dengan
metode penerjemahan bebas dan harfiyah.
Dalam penulisan skripsi ini, peneliti memperoleh sumber-sumber data dari
studi kepustakaan, seperti perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora dan
perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah dan sumber data lainnya seperti buku-buku
penerjemahan yang terkait dengan tema skripsi yang penulis ambil.
E. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif yaitu metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
6
penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.7Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
terjemahan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan
data terkait dengan masalah yang diteliti. Hal ini dilakukan untuk mengungkap
fakta yang ada dan menemukan data-data baru. Kemudian penulis
mendeskripsikan masalah tersebut sesuai dengan data yang ada sehingga
mencapai maksud dan tujuan penelitian.
Dalam pencarian data, penulis membaca dan mengkaji buku-buku yang
mengupas tuntas mengenai penerjemahan, kamus ekabahasa dan dwibahasa dan
internet. Untuk mengetahui metode penerjemahan Mahmud Yunus. Penulis
melakukan analisis pada karya terjemahan al-Qur'an Mahmud Yunus.
Dalam memperoleh data-data penulis menggunakan library reseach
(penelitian/studi pustaka), yaitu dengan mengumpulkan data-data yang berkaitan
dengan penelitian.
Adapun secara teknis dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman
kepada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini agar sistematis, dan melihat
persoalan dengan lebih objektif, maka penulis menyusun skripsi ini ke dalam 5
bab, yaitu:
7 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods) (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 13.
7
BAB I : Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, batasan masalah
dan rumusan masalah, tujuan Penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika
penulisan
BAB II : Landasan Teori, meliputi gambaran umum penerjemahan, metode
penerjemahan, strategi penerjemahan, proses penerjemahan, pengertian al-Quran,
penerjemahan al-Quran, syarat-syarat penerjemah al-Quran, jenis-jenis
penerjemah al-Quran, cara menerjemahkan al-Quran, isim mausȗl, dan macam-
macam makna harf min.
BAB III : Biografi Mahmud Yunus dan karya-karyanya.
BAB IV : Analisis terhadap metode dan strategi terjemahan al-Qur'an
Mahmud Yunus terkait dengan ayat yang mengandung unsur isim mausȗl (ما dan
م ن ) yang diikuti oleh min bayȃniyyah
BAB V : Penutup, meliputi kesimpulan dan rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. GAMBARAN UMUM PENERJEMAHAN
Secara etimologis istilah terjemah itu diambil dari bahasa Arab ترجمة
Menurut Didawi, bahasa Arab sendiri memungut kata tersebut dari . ترجم يترجم
bahasa Armenia, tarjuman. Kata turjuman sebentuk dengan tarjaman dan
tarjuman yang berarti orang yang mengalihkan tuturan dari satu bahasa ke bahasa
yang lain.8
Memasuki dunia penerjemahan sama artinya dengan mengenal sesuatu
yang unik atau menarik. Unik karena sampai saat ini peminat terjemah masih bisa
dikatakan sedikit. Menerjemahkan dibutuhkan kerja keras, teliti dan kesabaran
untuk mendapatkan hasil yang maksimal karena yang dihadapi adalah naskah
berbahasa asing. Menariknya, akan banyak hal-hal baru yang ditemui untuk
menambah wawasan serta informasi. Lewat terjemahan, segala sesuatu yang
tadinya belum dikenal dan tersingkap bisa segera terungkap jelas. Menerjemahkan
sebagai suatu proses akan membedah misteri tersebut guna diambil manfaatnya
oleh setiap individu, masyarakat dan bangsa.
Berbicara tentang penerjemahan ada baiknya dimulai dari perumusan
penerjemahan itu. Sekilas translation dengan interpretation terlihat sama, nyatanya
keduanya sangat berbeda. Biasanya translation mengacu pada peralihan pesan
tertulis. Sedangkan interpretation mengacu pada pesan lisan saja. Kata
penerjemahan dengan terjemahan pun perlu juga dibedakan. Kata penerjemahan
8 Syihabudin, Penerjemahan Arab-Indonesia , (Bandung: Humaniora, 2005), h. 7.
9
mengandung pengertian proses alih pesan, sedangkan kata terjemahan artinya
hasil dari suatu penerjemahan.
1. Definisi Penerjemahan
Dalam pengertian yang luas, penerjemahan adalah istilah umum yang
mengacu pada proses pengalihan buah pikiran dan gagasan dari satu bahasa
(sumber) ke dalam bahasa lain (sasaran), baik dalam bentuk tulisan maupun lisan;
baik kedua bahasa tersebut telah mempunyai sistem penulisan yang telah baku
ataupun belum, baik salah atau keduanya didasarkan pada isyarat sebagaimana
bahasa isyarat orang tuna rungu.9
Seorang teknisi yang sedang memesan
instrumen tertentu seperti apa yang tertera di dalam skema pemasangannya adalah
salah satu contoh kegiatan atau proses penerjemahan. Salah seorang yang sedang
merumuskan gagasan-gagasan yang ada dalam benaknya ke dalam bahasa
matematika merupakan contoh terjemah. Jadi kegiatan terjemahan dalam
pengertian yang luas. Adalah semua kegiatan manusia dalam mengalihkan makna
atau pesan, baik verbal maupun non verbal, dari satu bentuk ke dalam bentuk yang
lainnya.
Sedangkan dalam pengertian yang lebih sempit, terjemah (translation)
biasa diartikan sebagai suatu proses pengalihan pesan yang terdapat di dalam teks
bahasa pertama atau bahasa sumber (source language) dengan padanannya di
dalam bahasa kedua atau bahasa sasaran (target languge).10
Penerjemahan merupakan suatu tindakan komunikasi. Sebagai tindakan
komunikasi kegiatan tersebut tidak terlepas dari bahasa. Dengan demikian,
9 Zuchridin Suryanwinata dan Sugeng Hariyanto, Translation Bahasa Teori dan Penuntun Praktis
Menerjemahkan, (Jakarta: Kanisius, tth), h. 13. 10
Suhendra Yusuf, Teori Terjemahan, Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik dan
Sosiolinguistik, (Bandung: Mandar Maju,1994), cet.ke-1.h.8.
10
penerjemahan merupakan kegiatan yang melibatkan bahasa, dan dalam
pembahasannya tidak dapat mengabaikan pemahaman tentang konsep-konsep
kebahasaan itu sendiri.11
Mengalihkan bahasa atau menyampaikan berita yang terkandung dalam
bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, dilakukan untuk mengetahui makna yang
digunakan oleh bahasa sumber secara tepat agar isinya mendekati asli dan ketika
membaca seperti bukan hasil penerjemahan dan dapat dipahami oleh pembaca.12
2. Metode Penerjemahan
Metode penerjemahan adalah teknik yang digunakan oleh seorang
penerjemah saat hendak memutuskan menerjemahkan suatu Tsu. Banyak metode
penejemahan yang dikembangkan oleh para ahli. Namun, diantara metode yang
ada, metode yang ditawarkan Newmark (1988) dinilai sebagai paling lengkap dan
menandai.13
Menurut Newmark, dalam bukunya A Textbook of Translation,
membagi metode penerjemahan ke dalam dua keompok besar, yaitu (1) metode
penerjemahan yang berorientasi kepada bahasa sumber; (2) metode penerjemahan
yang berorientasi kepada bahasa sasaran.14
Adapun Nababan, membagi metode
penerjemahan dalam sepuluh jenis.15
Lain halnya dengan Brislin, ia
mengklasifikasikan metode penerjemahan ke dalam empat jenis.16
11
Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah, (Jakarta: Gramedia,2002), h. 17. 12
E. Sadtono, Pedoman Penerjemahan, (Jakarta: Depdikbud, 1985),Cet. Ke-1,h.9. 13
Moch. Syarif, Tarjim Al-an; Cara Mudah Menerjemahkan Aran-Indonesia, h.31. 14
P.Newmark, A Textbook of Translation (UK: Prentice Hall International,1988), h.45-47. 15
Rudolf Nababan, Teori Menerjemah Bahasa Inggris (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), cet
ke-1, h. 30-34. 16
R.W. Brislin, Translation: Application and Research (New York: Garden Press Inc, 1976), h.3-
4..
11
Berikut ini Penulis akan paparkan beberapa Metode Penerjemahan dari
para ahli teori terjemah yang sering digunakan dan dijadikan rujukan oleh para
penerjemah dan pencinta terjemahan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Penerjemahan Kata Demi Kata (Word for Word Translation)
Metode penerjemahan ini pada dasarnya kata-kata bahasa sasaran
diposisikan di bawah versi bahasa sumber. Kata-kata bahasa sumber
diterjemahkan diluar konteks dan sangat terkait dalam tatanan kata. Penerjemah
hanya mencari padanan kata bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran tanpa
mengubah susunan kata bahasa sasaran. Dengan kata lain, penerjemahannya apa
adanya.17
Contoh:
ينرة هم ن هللا ها ينلت ئمبت سا بحم حام صم
Terjemahannya: Allah sekali-kali tidak pernah mensyariatkan adanya Bahi:rah,
Sa‟bah, Wasilah dan Ham.18
b. Penerjemahan Harfiah (Literal Translation)
Kategori ini melingkupi terjemahan-terjemahan yang sangat setia terhadap
teks sumber, seperti urutan-urutan bahasa, bentuk frase, bentuk kalimat dan
sebagainya.19
Akibat yang sering muncul dari terjemah kategori ini adalah, hasil
terjemahannya menjadi saklek dan kaku karena penerjemah memaksakan aturan-
aturan tata bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Padahal, keduanya
mempunyai perbedaan yang mendasar. Hasilnya dapat dengan mudah
17 Moch Syarif , Diktat Teori dan Permasalahan Perjemahan, (Jakarta : t.tp. 2007) h. 14. 18
Moch Syarif , Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan, h.15. 19
Moch Syarif , Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan, h.15.
12
dibayangkan, yakni bahasa Indonesia yang bergramatika bahasa Arab, sehingga
sangat aneh untuk di baca penutur bahasa sasaran (bahasa Indonesia).20
Contoh:
ن لهللا ن تة ن ا ا نبسن م ل هللا بنسهللاطنها هللا هللا م ام ى ه ن سهللا رة ا هلحن فت ن هللا هلهللا هة
Terjemahannya: Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggur pada
lehermu dan janganlah kamu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela
dan menyesal.
c. Penerjemahan Setia (Faithful translation)
Penerjemahan setia adalah memproduksi makna kontekstual, tetapi masih
dibatasi oleh struktur gramatikalnya dan kata-kata yang bermuatan budaya
dialihbahasakan, tetapi penyimpangan dari segi tata bahasa dan diksi masih tetap
dibiarkan, berpegang teguh pada maksud dan tujuan Tsu, sehingga agak kaku dan
terasa asing, tidak berkompromi dengan kaidah Tsa.21
Saat menerjemahkan dengan metode ini, seorang penerjemah
memproduksi makna kontekstual, tetapi masih dibatasi oleh struktur
gramatikalnya. Kata-kata yang bermuatan budaya dialih bahasakan, tetapi
menyimpang dari segi tata bahasa dan diksi masih tetap dibiarkan. Ia berpegang
teguh pada maksud dan tujuan Tsu, sehingga agak baku dan terasa asing. Ia tidak
berkompromi dengan kaidah Tsa. Metode ini biasanya digunakan pada tahap awal
pengalihan.
Contoh:
نن ت ن هللا نن هل ن ا م ن ميهللاسن ا نوا هللا هللا
20
Ibnu Burdah,Menjadi Penerjemah:Metode dan Wawasan menerjemah teks arab, (Yogyakarta: Tiara
Kencana, 2004), h.16. 21
Moch Syarif , Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan, h.3.
13
Terjemahannya: Hendaklah diminta izin kepadamu oleh orang yang dimiliki oleh
tangan-tanganmu.
d. Penerjemahan Semantis (Semantic Translation)
Dibandingkan dengan penerjemahan harfiah, penerjemahan semantis lebih
lentur. Karena penerjemahan semantis dapat dikompromikan dengan struktur
gramatikal bahasa sasaran. Selain itu, penerjemahan semantis masih
mempertimbangkan unsur-unsur bahasa sumber selama masih dalam batas
kewajaran.22
Contoh:
هين م ذا ن هللا ر ان ل ن م هام ا ن ن
Diterjemahkan: Aku lihat si muka dua di depan kelas.
e. Penerjemahan Adaptasi (Adaptation Translation)
Adaptasi merupakan metode penerjemahan yang paling bebas dan paling
dekat dengan bahasa sasaran. Biasanya metode ini di pakai dalam menerjemahkan
drama atau puisi, yaitu yang mempertahankan tema, karakter dan alur. Ini berarti
bahwa unsur budaya dalam teks sumber disulih (substituted) dengan unsur budaya
pembaca TSa. .23
contoh :
ين ة اا ن طهللا حين هللا ب م لى م ا ني ابمينع م ن ق م ن ا هنر ن
Terjemahannya : Dia hidup jauh dari jangkauan, diatas gemericik air sungai
yang terdengar jernih .24
22
Moch Syarif , Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan, h.16 23 Benny Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan (Jakarta: Pustaka Jaya, 2006), h.64. 24
Moch Syarif, Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah, h.4.
14
f. Penerjemahan Bebas (Free Translation)
Metode penerjemahan bebas lebih mengutamakan isi dengan
mengorbankan bentuk teks bahasa sumber. Terjemahan bebas, pada umumnya
lebih diterima, ketimbang terjemahan harfiah, karena dalam terjemahan bebas
biasanya tidak terjadi penyimpangan makna maupun pelanggaran norma-norma
BSu. Kekurangan teknik penerjemahan bebas ialah bahwa yang disampaikan oleh
terjemahan bebas ke dalam teks BSu bukan padanan makna teks BSa, tapi
gambaran situasi yang menghasilkan perolehan padanan situasi. 25
Contoh :
وت ا ن م ن هللا ا ن ن هللا ا ن اا ن اصم
Terjemahannya: Pembaruan wilayah pemerintahan Ibukota Baru‟ (lama) Jerman-
Berlin 26
g. Penerjemahan Idiomatik (Idiomatic Translation)
Metode ini bertujuan memproduksi pesan dalam teks Bsu, tetapi sering
dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak di
dapati pada versi aslinya. Dengan demikian, banyak terjadi distorsi nuansa makna.
Beberapa pakar penerjemahan kaliber dunia seperti Seleskovitch menyukai
metode penerjemahan ini, yang dianggapnya “hidup” dan “alami” (dalam arti
akrab) . 27
Contoh :
م ان حرامهللا ا نوا هللا
25 Salihen Moentaha, Bahasa dan Terjemahan, Language and Translation the New Millenium
Publication (Jakarta: Kesaint Blanc, 2006), h.52-53. 26
Moch.Syarif, Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan, h.16. 27
Rochayah, Pedoman bagi Penerjemah, h. 54.
15
Terjemahannya : Harta haram tak akan bertahan lama 28
h. Penerjemahan Komunikatif
Metode ini mengupayakan mereproduksi makna kontekstual yang
demikian rupa, sehingga baik dari aspek kebahasaan maupun aspek isi langsung
dapat dimengerti oleh pembaca. Oleh karena itu versi Tsa-nya pun langsung
berterima. Sesuai dengan namamya metode ini memperhatikan prinsip-prinsip
komunikasi, yaitu khalayak pembaca dan tujuan penerjemahan.29
Metode ini adalah yang banyak digunakan dalam penerjemahan. Dalam
metode ini yang di pentingkan adalah penyampaian pesannya, sedangkan
terjemahannya sendiri lebih diarahkan pada bentuk yang berterima dan wajar
dalam Bsa. 30
Contoh :
م لا تب هم ن هللانل ل تب هم ن ثنل هللاطنلتب هم ن هللانل هللارا ب هم ن من هللا خل ن ا فا ههللا ن
Terjemahannya : Maka ketahuilah sesungguhnya kami telah menjadikan kamu
dari tanah kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian
dari segumpal daging.31
3. Strategi Penerjemahan
Ada beberapa strategi yang bisa dimanfaatkan pleh seorang penerjemah
saat menghadapi Bsu. Strategi ini sangat diperlukan saat penerjemah menemukan
kasus dalam Bsu. Dalam Bsu bahasa Arab, strategi berikut bisa dimanfaatkan saat
menerjemahkan:
1. Mengedepankan dan Mengakhirkan
28
Moch Syarif, Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan, h.16. 29 Rochayah, Pedoman bagi Penerjemah, h. 54. 30 Moch Syarif, Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah, h. 5. 31 Moch Syarif, Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan, h.17.
16
Strategi ini mengharuskan seorang penerjemah mengedepankan kata
dalam Bsu yang diakhirkan dalam Bsa dan mengakhirkan kata dalam Bsu yang
dikedepankan dalam Bsa.32
Contoh:
654 3 2 1
Islam telah membatasi poligami
3 1 2 456
Pada contoh tersebut, kata dalam Bsu yang semula berurutan 123456, saat
diterjemahkan urutannya berubah menjadi 312456, ada kata yang asalnya
didahulukan dalam Bsu, kemudian ketika ditejemahkan kata tersebut diakhirkan.
Ini terkait dengan kaidah pembuatan kalimat antara Bsu dan Bsa yang berbeda.
Dalam Bsu, dimungkinkan kalimat dengan urutan 123456, sementara dalam Bsa
tidak dimungkinkan adanya kalimat dengan urutan kata seperti itu.
2. Membuang
Strategi ini mengharuskan seorang penerjemah untuk membuang kata
dalam Bsa yang disebut dalam Bsu.33
Contoh:
109 87 6 5 4 3 2 1
Suatu hari, Ahmad (pergi) mengunjungi ibunya
12 6 5 8 910
32 Moch. Syarif, Tarjim Al-an; Cara Mudah Menerjemahkan Aran-Indonesia, h. 29.
33 Moch. Syarif, Tarjim Al-an; Cara Mudah Menerjemahkan Aran-Indonesia, h.31.
17
Pada contoh tersebut, jumlah kata dalam Bsu yang semula berjumlah 10 kata,
ketika diterjemahkan menyusut menjadi 7 kata. Ada beberapa kata yang tidak
diterjemahkan, karena kata-kata itu tidak perlu untuk kepentingan pengalihan Bsu
ke Bsa. Bahkan, apabila kata-kata itu dimunculkan dan tidak dibuang, maka
mungkin pesannya menjadi menyimpang.
3. Menambahkan
Strategi ini mengharuskan seorang penerjemah untuk menambah kata
dalam Bsu yang disebut dalam Bsa.34
Contoh:
1 3 24
Memahami al-Qur'an merupakan hal (yang) penting
1 2 T 3 T 4
Pada contoh tersebut, kata dalam Bsu berjumlah 4 kata, sementara kata dalam Bsa
bertambah menjadi 6 kata. Tambahan kata itu merupakan konsekuensi dari
perbedaan struktur dalam Bsa dan Bsu. Kata tambahan adalam Bsa yang terlihat
wujud luarnya (leksikal) itu merupakan konsekuensi struktur gramatikal dalam
Bsu yang mengharuskan demikian. Dalam Bsu, tidak diharuskan adanya
pemerkah predikat untuk predikat berupa nomina, karena sudah diwakili oleh
struktur gramatikal yang menyimpan hal itu. Sementara itu dalam Bsa, predikat
berupa nomina mengharuskan adanya pemerkah predikat.
4. Mengganti
Strategi ini mengharuskan seorang penerjemah untuk mengganti struktur
kata dalam Bsu dengan memperhatikan makna dalam Bsa.35
34 Moch. Syarif, Tarjim Al-an; Cara Mudah Menerjemahkan Aran-Indonesia, h.31.
18
Contoh:
543 2 1
Gratis atau tidak diperjualbelikan 1 1 2
Pada contoh tersebut, kata dalam Bsu yang berjumlah 5 kata, cukup diterjemahkan
dengan satu kata atau dua kata saja. Ini terkait dengan kelaziman penggunaan
konsep dari struktur itu dalam Bsa. Kapan diterjemahkan menjadi gratis dan
kapan diterjemahkan menjadi tidak diperjualbelikan, sepenuhnya dikaitkan
dengan konteks yang melingkupinya.
5. Proses Penerjemahan
Orang yang berusaha memperoleh pengetahuan mengenai penerjemahan
paling tidak harus mengetahui apa yang dimaksud dengan Proses Penerjemahan.
Soemarno mengatakan bahwa proses penerjemahan ialah langkah-langkah yang
dilakukan oleh seorang penerjemah pada waktu dia melakukan penerjemahan.36
Menerjemahkan bukan hanya sekedar menyadur, dengan pengertian menyadur
sebagai pengungkapan kembali amanat dari suatu karya dengan meninggalkan
detail-detailnya tanpa harus mempertahankan gaya bahasanya dan tidak harus ke
dalam bahasa lain. (Pengertian menyadur tersebut disampaikan oleh Harimurti
Kridalaksana). Selain memahami definisi penerjemahan, seorang penerjemah
hendaknya mengetahui pula proses penerjemahan. 37
35 Moch. Syarif, Tarjim Al-an; Cara Mudah Menerjemahkan Aran-Indonesia, h.32.
36
Soemarno, Harimurti Kridalaksana, (Jakarta: 1997). h. 13. 37
Widyamartaya, Seni Menerjemahkan (Yogyakarta: Kanisius, 1989), h. 14.
19
Menurut Larson, ketika menerjemahkan sebuah teks, tujuan penerjemah
adalah penerjemahan idiomatik untuk mengkomunikasikan setiap makna dari teks
bahasa sumber ke dalam bentuk yang natural dari bahasa sasaran. Larson
menambahkan, bahwa penerjemahan berfokus pada pembelajaran leksikal,
struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks budaya dari teks bahasa
sumber yang dianalisa untuk menentukan maknanya. Pencarian makna ini
kemudian disampaikan kembali secara leksikal dan struktur gramatikal yang
sesuai dengan bahasa sasaran beserta konteks budayanya.38
Bentuk dari teks yang akan diterjemahkan dan hasil penerjemahan
ditunjukkan dalam bentuk yang berbeda antara bujur sangkar dan segi tiga.
Bentuk itu menggambarkan bahwa dalam penerjemahan teks, bentuk dari bahasa
sumber dapat berubah ke dalam bentuk yang sesuai dengan bahasa sasaran untuk
mencapai penerjemahan idiomatik.39
Adapun salah satu Proses Penerjemahan yang sering dianut oleh banyak
teoritisi penerjemahan adalah Proses Penerjemahan karya Nida (1975: 80).40
Nida membagi proses penerjemahan itu menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu ialah
a. Analisis
b. Pengalihan (Transfer)
c. Penyelarasan (Restructuring)41
38
Moch Syarif , Diktat Teori dan Permasalahan Penerjemahan, h.15. 39
Hafidah Fitri Ariyani, “Pergeseran makna dalam naskah film berbagi suami karya Nia Dinata”
(proposal penelitian fakultas bahasa dan seni, universitas negeri Yogyakarta, 2007), h. 11-12. 40 Moch Syarif, Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah, h. 5. 41 Moch Syarif, Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah, h. 5.
20
6. Syarat-syarat Penerjemah
Untuk menjadi penerjemah yang baik, seseorang harus membekali diri
dengan syarat-syarat berikut:
a. Penerjemah harus menguasai Bsu dan Bsa
Penguasaan Bsu dan Bsa dimulai dari pembendaharaan kosakata, pola
pembentukan kata, aspek pemaknaan pada masing-masing bahasa.
Penerjemah yang hanya mengandalkan kemampuannya dalam Bsu, tanpa
mendalami Bsa, akan menghasilkan terjemahan yang terasa asing.
b. Penerjemah harus memahami dengan baik isi teks yang akan
diterjemahkan
Isi teks yang akan diterjemahkan terkait pokok pikiran yang hendak
disampaikan dalam Tsu. Ini dikaitkan dengan penguasaan penerjemah
dalam menyelami apa yang hendak disampaikan oleh penulis Tsu.
c. Penerjemah harus mampu mengalihkan ide atau pesan yang terdapat pada
Bsu.
Setelah memahami isi teks yang akan diterjemahkan, penerjemah yang
baik harus mampu mengalihkan ide dan pesan yang berhasil ditangkapnya.
Keakuratan ide dan pesan yang berhasil ditangkap oleh penerjemah, sangat
tergantung pada pemahaman dan kepekaan penerjemah saat menyelami
Tsu.
d. Penerjemah harus terbiasa teliti dan cermat.
Seorang penerjemah tidak boleh ceroboh, karena ia bertanggung jawab
secara ilmiah dan moral pada penulisan Tsu agar menyampaikan ide dan
pesan penulis dengan sebenar-benarnya.
21
e. Penerjemah harus mempunyai pengalaman dalam menafsirkan sesuatu.
Ini berarti seorang penerjemah dituntut untuk memiliki kemampuan
menganalogikan dan menganalisis suatu kasus.
f. Penerjemah harus terbiasa berkonsultasi dengan penasehat ahli.
Untuk memastikan pemahaman dan pengalihan pesan Tsu, seorang
penerjemah harus terbiasa mendiskusikan kasus-kasus yang dihadapi dan
bertukar teknik baik dalam memahami maupun dalam menerjemahkan
Tsu.
g. Penerjemah harus yang benar-benar orang yang menguasai topik yang
hendak diterjemahkan.
Seorang penerjemah yang baik tidak dibenarkan menerjemahkan topik
yang tidak dikuasai, apalagi bila hasil terjemahanya disebarluaskan untuk
khalayak pembaca.
h. Penerjemah harus mampu menampilkan teks dalam Bsa seperti teks dalam
Bsu.
Ini bagian yang membutuhkan proses dan latihan yang tak kenal lelah.
Karena, hal ini terkait dengan penerjemah dalam mengalihkan Tsu, yang
lebih sering berbeda struktur dengan Tsa.
i. Penerjemah harus mengetahui dengan baik karakteristik sang penulis.
Pada titik tertentu, seorang penerjemah harus memahami benar mana yang
merupakan bagian dari gaya bahasa penulis dan mana yang bukan. Ini
penting agar penerjemah mengerti mana aspek dari Tsu yang harus
dipertahankan dan mana yang tidak harus dipertahankan.42
Terkait dengan
42
Moch Syarif, Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah, h.15-16.
22
penerjemahan penulis juga akan memaparkan sedikit sekilas tentang
Alquran, yaitu sebagai berikut:
B. GAMBARAN TENTANG AL-QUR'AN
1. Pengertian al-Quran
Para ulama tafsir al-Qur'an dalam berbagai kitab „Ulumu al-Qur'an,
ditinjau dari segi bahasa (lughowi atau etimologis) bahwa kata al-Qu'ran
merupakan bentuk mashdar dari kata qara‟a – yaqra‟ȗ – qirȃ‟atan – wa qar‟an –
wa qur‟ȃnan. Makna ini bisa dipadukan menjadi satu, menjadi “al-Quran itu
merupakan himpunan huruf-huruf dan kata-kata yang dapat dibaca”. Sedangkan
makna al-Quran secara istilȃhi ialah “Firman Allah SWT yang menjadi mukjizat
abadi kepada Rasulullah yang tidak mungkin bisa ditandingi oleh manusia,
diturunkan ke dalam hati Rasulullah SAW, di turunkan ke generasi berikutnya
secara mutawatir, ketika dibaca bernilai ibadah dan berpahala besar” Dari
definisi di atas terdapat lima bagian penting:
a. al-Qur'an adalah firman Allah SWT serta wahyu yang datang dari
Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung. Maka firman-Nya (al-
Qur'an) pun menjadi mulia dan agung juga, yang harus diperlakukan
dengan layak, pantas, dimuliakan dan dihormati.
b. al-Qur'an adalah mu‟jizat. Manusia tak akan sanggup membuat yang
senilai dengan al-Qur'an, baik satu mushaf maupun hanya satu ayat.
c. al-Qur'an itu diturunkan ke dalam hati Nabi SAW melalui malaikat
Jibril AS (QS 26:192). Hikmahnya kepada kita adalah hendaknya al-
23
Qur'an masuk ke dalam hati kita. Perubahan perilaku manusia sangat
ditentukan oleh hatinya. Jika hati terisi dengan al-Qur'an, maka al-
Qur'an akan mendorong kita untuk menerapkannya dan
memasyarakatkannya. Hal tersebut terjadi pada diri Rasululullah
SAW, ketika al-Qur'an diturunkan kepada beliau. Ketika Aisyah
ditanya tentang akhlak Nabi SAW, beliau menjawab: Kȃna khuluquhu
al-Quran; akhlak Nabi adalah al-Qur'an.
d. al-Qur'an disampaikan secara mutawatir. al-Qur'an dihafalkan dan
ditulis oleh banyak sahabat. Secara turun temurun al-Qur'an itu
diajarkan kepada generasi berikutnya, dari orang banyak ke orang
banyak. Dengan cara seperti itu, keaslian al-Qur'an terpelihara,
sebagai wujud jaminan Allah terhadap keabadian al-Quran. (QS 15:9).
e. Membaca al-Qur'an bernilai ibadah, berpahala besar di sisi Allah
SWT. Nabi bersabda: “Aku tidak mengatakan alif laam miim satu
huruf, tetapi Alif satu huruf, laam satu huruf, miim satu huruf dan satu
kebaikan nilainya 10 kali lipat” (al-Hadits).
Dari pengertian diatas bahwa al-Qur'an adalah kitab suci yang didalamnya
terdapat banyak sekali terdapat ilmu pengetahuan. al-Qur'an diturunkan
menggunakan bahasa arab dengan bahasa yang indah. Namun, itu semua hanya
dilakukan oleh beberapa orang saja. Sebab adanya perbedaan bahasapun sangat
mempengaruhi. Telah kita ketahui al-Qur'an menggunakan bahasa arab sedangkan
kita menggunakan bahasa indonesia. Inilah salah satu faktor yang membuat
24
kebanyakan orang menjadi sulit mengerti apalagi memahami isi kandungan dalam
al-Qur'an.
Padahal, pada saat yang bersamaan, al-Qur'an sebagai kitab petunjuk atau
hidayah yang harus dipahami dengan baik dan benar oleh seluruh umat muslim.
Dari permasalahan diatas terlihat jelas bahwa harus ada yang dapat
menghubungkannya. Disinilah betapa pentingnya penerjemahan al-Qur'an. Para
alim ulama dan cendikiawan selalu berusaha menerjemahkan serta menafsirkan
al-Qur'an. Karena menerjemahkan al-Qur'an tidak semudah menerjemahkan teks
selainnya. Penerjemahpun bukan sembarang orang dan harus memiliki kriteria
khusus seperti yang disebutkan pada syarat penerjemah.
Selain syarat yang disebutkan diatas, penerjemahpun sebaiknya memiliki
keterampilan dan kompetensi dalam berkomunikasi secara verbal. Penerjemah
juga harus menghargai naskah aslinya, dengan tujuan jika ingin menyingkatnya,
maka pesan inti tidak terlewatkan. Itulah sebabnya seorang penerjemah harus
dapat membedakan mana pesan inti dan mana yang bukan pesan inti.
2. Penerjemahan al-Qur'an
Secara harfiah, terjemah berarti memindahkan suatu pembicaraan dari satu
bahasa ke bahasa lain atau mengalih bahasakan. Sedangkan terjemahan berarti
salinan bahasa atau alih bahasa dari suatu bahasa ke bahasa lain.43
Muhammad Ali Ash-Shobuni menyatakan bahwa menerjemahkan al-
Quran berarti menukilkan al-Quran ke dalam bahasa lain selain bahasa arab.44
43 Departemen Pendidikan dan kebudayaan,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1997),h.1047. 44
Muhammad Ali Ash-Shobuni, Ikhtisar Ulumul Qur‟an Praktis, (Jakarta:Pustaka Amani, 1988),
h.285.
25
Seorang pakar ulama al-Qur'an dari universitas Al-Azhar Mesir,
Muhammad Husayn al-Dzahabi memberikan definisi tersendiri mengenai
penerjemahan al-Qur'an. Pertama, mengalihkan atau memindahkan suatu
pembicaraan dari suatu bahasa ke bahasa lain tanpa menerangkan makna dari
bahasa asal yang diterjemahkan. Kedua, menafsirkan suatu pembicaraan dengan
menerangkan maksud yang terkandung di dalamnya dengan menggunakan bahasa
lain.45
Dari definisi tersebut, dapat di simpulkan bahwa terjemah adalah menyalin
atau mengalihbahasakan serangkaian pembicaraan dari suatu bahasa ke bahasa
lain, agar inti pembicaraan bahasa asal yang diterjemahkan dapat dipahami oleh
orang awam atau orang-orang yang tidak mampu memahami langsung bahasa asal
yang diterjemahkan.
3. Syarat-syarat Penerjemahan al-Qur'an
Kegiatan menerjemah, lebih-lebih menejemahkan al-Qur'an kedalam
bahasa asing, bukan merupakan perbuatan yang mudah yang dapat dilakukan oleh
sembarang orang.
Kegiatan menerjemah merupakan pekerjaan berat meskipun tidak berarti
mustahil dilakukan seorang, terutama oleh mereka yang berbakat dan berminat
untuk menjadi mutarjim. Karena untuk dapat penerjemah dengan baik, seseorang
penerjemah tidak hanya menguasai bahasanya saja, tetapi harus mengetahui
materinya juga. Lain halnya dengan seorang penerjemah yang handal dan
profesional yang tidak mengalami kesulitan baik dalam menerjemahkan buku,
novel, cerven, puisi, syair dan kitab suci al-Qur'an.
45 Muhammad Husayn al-Dzahabi, al-Tafsir Wa al-Mufassirin,(tt:tpn,1976), h.23.
26
Untuk dapat menerjemahkan sesuai dengan maksud tulisan, terlebih lagi
menerjemahkan al-Qur'an, mutarjim harus memenuhi beberapa persyaratan.
Adapun syarat-syarat seperti yang diungkapkan al-Dzahabi sebagai berikut:
a. Mutarjim al-Qur'an pada dasarnya harus memiliki persyaratan yang dikenakan
pada mufassir seperti itikad baik, niat yang tulus, serta menguasai ilmu-ilmu
seperti ilmu kalam, usul fikih ,ilmu akhlak, dan lain-lain. Dengan persyaratn
ini, seorang penerjemah al-Qur'an diharapkan terhindar dari kekeliruan dalam
menerjemahkan.
b. Mutarjim al-Qur'an harus memiliki akidah islamiyah yang kuat dan lurus.
Karena orang yang tidak dibolehkan untuk menerjemahkan dan atau
menafsirkan al-Qur'an, sebab tidak sejalan dengan tujuan ulama dari turunnya
al-Qur'an itu sendiri yaitu sebagai kitab petunjuk.
c. Sebelum menerjemahkan al-Qur'an, penerjemah harus lebih dulu menuliskan
ayat-ayat al-Qur'an itu sendiri yang hendak di terjemahkan, kemudian di
terjemahkan dan atau di tafsirkan sekaligus. Selain dimaksudkan untuk
memudahkan pembaca mengecek makna yang sesungguhnya manakala
terdapat terjemahan al-Qur'an yang di ragukan kebenarannya, terutama dalam
rangka mempertahankan otensitas teks al-Qur'an itu sendiri.
d. Mutarjim juga harus menguasai dengan baik dua bahasa yang bersangkutan,
yakni bahasa asal yang diterjemahkan dan bahasa terjemahan. Dalam konteks
ini, bahasa al-Qur'an dan bahasa terjemahan itu sendiri yaitu bahasa Indonesia.
Jadi, mutarjim al-Qur'an kedalam bahasa Indonesia seperti, tidak hanya
dituntut untuk menguasai derngan baik bahasa Arab
27
al-Qur'an yang diterjemahkan, tetapi juga harus memahami dalam
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.46
Ian Finlay seperti yang dikutip Suhendra Yusuf memaparkan beberapa kriteria
penerjemah antara lain:
1. Memiliki pengetahuan bahasa sumber yang sempurna dan up-to date
2. Memahami materi yang akan diterjemahkan
3. Mengetahui terminologi-terminologi padanan terjemahnya di dalam
bahasa sasaran.
4. Berkemampuan mengekspresikan dan mengapresiasikan serta merakan
gaya, irama, nuaasa serta register kedua bahasa yaitu bahasa sumber
dan bahasa sasaran.
4. Jenis-jenis Penerjemahan al-Qur'an
Secara umum penerjemahan al-Quran dibagi menjadi 2 macam yaitu:
terjemahan harfiyah dan tafsiriyah adalah adalah terjemahan yang dilakukan
dengan apa adanya, tergantung dengan susunan dan struktur bahasa asal yang
diterjemahkan. Terjemahan ini identik dengan terjemahan laterlek atau terjemahan
lurus, yaitu terjemahan yang dilakukan kata demi kata. Muhammad Husayn al-
Dzahabi membagi terjemahan harfiyah ini dalam dua bagian, antara lain:
a. Terjemah harfiyah bi al-mitsl, yaitu terjemahan yang dilakukan apa
adanya, terikat dengan susunan dan struktur bahasa asal yang
diterjemahkan.
46
Muhammad Husayn al-Dzahabi, al-Tafsir Wa al-Mufassirin, h.29-30.
28
b. Terjemahan harfiyah bighairi al-mitsl, pada dasarnya sama dengan
terjemahan tadi, hanya saja sedikit lebih longgar keterikatannya dengan
susunan dan struktur bahasa asal yang akan di terjemahkan.47
Sedangkan terjemahan tafsiriyah atau lebih dikenal dengan penerjemahan
maknawiyah adalah terjemahan yang dilakukan penerjemah (mutarjim) dengan
lebih mengedepankan maksud atau isi kandungan yang terdapat dalam bahasa asal
di terjemahkan. Terjemahan ini tidak terikat dengan susunan dan struktur gaya
bahasa yang diterjemahkan atau biasa disebut dengan penerjemahan bebas.48
5. Cara Menerjemahkan al-Qur'an
Cara menerjemahkan al-Quran tentu sangat berbeda dengan
menerjemahkan teks biasa. Seorang penerjemah al-Qur'an harus memulai dengan
beberapa tahapan. Seperti yang diungkapkan H. Datuk Tombak Alam dalam
bukunya burjudul Metode Menerjemahkan al-Qur'an al-Karim 100 kali Pandai,
beliau memberikan beberapa proses yang harus ditempuh seorang mutarjim al-
Qur'an. Adapun tahapannya sebagai berikut
Pertama, yaitu menerjemahkan secara harfiyah dan menurut susunan bahasa Arab
yang sudah tentu tidak cocok dengan susunan bahasa Indonesia yang baik. Hal ini
dilakukan pada tahap pertama agar dalam penerjemahan dapat mengenal
kedudukan dan hukum kata itu.
Kedua, membuang kata-kata yang ada dalam al-Qur'an kedalam terjemahan.
47 Muhammad Husayn al-Dzahabi, al-Tafsir Wa al-Mufassirin, h.24. 48
Muhammad Amin Suma, Studi Ilmu-ilmu al-Qur‟an (1), (Jakarta: Pustaka Firdaus,2000), h.
131-132.
29
Ketiga, yaitu menggeser atau menyusun kalimatnya dalam terjemah untuk
mencapai bahasa Indonesia yang baik, yaitu di awal digeser ke belakang dan yang
akhir diletakkan ke muka sesuai dengan susunan kalimat dalam bahasa Indonesia
(S,P,O,K). Tahap ini boleh dipergunakan jika diperlukan, akan tetapi jika seorang
penerjemah ingin dikatakan hasil terjemahannya itu baik, maka tahap ini harus
dipenuhi.49
C. Pronomina Relatif (Isim Mausȗl)
1. Definisi Pronomina Relatif (Isim Mausȗl)
Pronomina relatif atau kata sambung adalah ism yang berfungsi sebagai
penghubung beberapa kalimat atau pokok pikiran menjadi satu kalimat. Fungsi
lain dari pronomina relatif yaitu, sebagai penghubung dan menunjuk kembali pada
kata yang mendahuluinya.50
Dalam bahasa Indonesia ism mausȗl tidak memiliki arti yang khusus,
namun dapat diwakili dengan kata yang, orang, tempat, dan dapat berarti pula
barang atau sesuatu. Dalam bahasa Inggris, dapat menggunakan kata which, who,
whom, whose, where, when dan that. Sedangkan dalam bahasa Arab, salah satu
bentuk pronomina relatif dapat dijumpai dalam bentuk ال ذ ن .
Pronomina relatif dalam bahasa Arab memiliki kesesuaian jumlah, jenis,
dan kasus dengan kata yang mendahuluinya. Namun, perbedaan kasus hanya
terjadi pada pronomina relatif untuk bentuk dual.
49
Sei H.Datuk Tombak Alam, Metode Menerjemahkan Al-Qur‟an Al-Karim 100 Kali Pandai,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h.19. 50 Harimurti, Kridalaksana.. Kamus Linguistik. (Jakarta: PT Gramedia, 1983), h.139.
30
2. Macam-macam Pronomina Relatif (Ism Mausȗl)
Pronomina relatif memiliki beberapa macam, perhatikan tabel berikut;
Jumlah Jenis Nominatif Akusatif/Genitif
Tunggal Maskulin
Feminin
Dual
Maskulin
Feminin
Jamak
Maskulin
Feminin
Setiap nomina yang diikuti ism mausȗl statusnya menjadi takrif atau definit.51
Berikut adalah penjelasan tabel di atas;
1. untuk maskulin
singular yaitu,
51
Iis Ismayati, Ketakrifan dalam Bahasa Arab (Sebuah Kajian Sintak-Semantik),
(Depok:Universitas Indonesia,2010) , h .65.
31
Contoh:
„guru laki-laki yang mengajar fiqh itu datang‟
dual yaitu,
Contoh:
„dua guru laki-laki yang mengajar fiqh itu datang‟
plural yaitu,
Contoh:
„guru-guru laki-laki yang mengajar fiqh itu datang‟
2. untuk feminin
singular yaitu,
Contoh:
„guru perempuan yang mengajar fiqh itu datang‟
dual yaitu,
Contoh:
„dua guru perempuan yang mengajar fiqh itu datang‟
32
plural yaitu, atau
Contoh:
„guru-guru perempuan yang mengajar fiqh itu datang‟
3. untuk maskulin dan feminin
apa yaitu, ما
Contoh:
„pelajarilah apa yang kamu suka‟
siapa yaitu,
Contoh:
„sebaik-baik kalian adalah siapa yang mempelajari pelajaran sebelum ujian‟
3. Pembentukan Takrif dengan Pronomina Relatif
Kalimat atau kata yang berada setelah pronomina relatif berfungsi sebagai
keterangan dari kata atau kalimat yang mendahuluinya disebut, klausa relatif. Dalam
klausa relatif harus ada satu kata yang mengacu pada kata yang mendahuluinya dan
setara dengannya dalam hal gender maupun jumlah.
Berikut adalah contoh penggunaan pronomina relatif dalam proses definit,
= „guru itu datang‟ Kalimat I :
33
= „guru itu mengajar fiqh‟ Kalimat II :
Kalimat III : = „guru yang mengajar fiqh itu datang‟
Pada contoh di atas, kalimat ke III mengubungkan Kalimat I dan II dengan pronomina
relatif . Klausa relatif pada contoh tersebut adalah yang berfungsi
sebagai keterangan dari kata
D. Huruf Jar Min
1. Macam-macam Makna Huruf Min
Harf jar min ( ) mempunyai beberapa makna anatara lain:
a) : bermakna "sebagian"
"Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan
Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik"
b) : untuk menjelaskan jenis dari sesuatu. Cirinya
adalah bisa diganti dengan ism mausȗl, ketika lafadz
sebelumnya ma'rifah.
"al-Qur'an dan kata-kata asing di dalamnya"
c) : memulai suatu tujuan
34
"dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa"
d) : dimulainya waktu
"kami diberikan hujan dari hari jumat ke hari jumat
berikutnya"
e) اذ ة / tambahan : berfungsi sebagai taukid (huruf tidak
diberi makna) yang terletak pada kalimat/jumlah, yang di
dalamnya terhadap amil yang menghendaki jar-majrur tersebut
menjadi makmulnya.
"Bukan Tuhan selain Allah"
35
BAB III
BIOGRAFI MAHMUD YUNUS
A. Riwayat Hidup Mahmud Yunus
Mahmud Yunus dilahirkan di Sungayang Batu sangkar, Sumatra Barat.
Pada hari sabtu 10 Februari 1899 (10 Ramadhan 1316). Ayahnya bernama Yunus
bin Incek dan ibunya bernama Hafsah binti Muhammad Thahir. Buyutnya dari
pihak ibu adalah seorang ulama besar di Sungayang Batu Sangkar bernama
Muhammad Ali gelar Angku Kolok. (H. Harun Nasution, Ensiklopedi Islam
Indonesia, Djambatan: Jakarta, 1992 hal 592)
Sejak usia tujuh tahun Mahmud Yunus Mulai mengenal dan mandalami al-
Quran dan bahasa Arab secara sungguh-sungguh dari kakeknya Muhammad
Thahir. Pada masa itu tingkat sekolah dasar baru mencapai kelas tiga dan
Mahmud Yunus sempat menempuh pendidikan sekolah dasar ini sampai kelas tiga
tersebut. Dengan bekal ilmu pengetahuan Agama yang diperoleh oleh kakeknya,
Mahmud Yunus meneruskan ke Madrasah diniyah yang dipimpin oleh Syekh H
M. Thaib Umar. Berkat ketekunan dan keuletan belajar, dalam waktu hanya empat
tahun ia dapat mengajarkan ilmu yang diperoleh kepada orang lain. Khususnya
kepada santri yang belajar di Surau tersebut. Ia sanggup mengajarkan kitab-kitab
mutakhir seperti Mahalli, Alfiah Ibn Malik, dan Jamal-jawami, ketika gurunya
(Syekh H M. Thaib Umar) tersebut berhenti mengajar karena sakit, ia ditunjuk
sebagai gantinya.
Setelah mengabdi beberapa tahun di Madrasah tersebut, pada tahun 1924
Mahmud Yunus memperoleh kesempatan untuk memperdalam ilmu
pengetahuannya ke Universitas Al-Azhar, Cairo dan memperoleh ijazah setahun
36
berikutnya. Kemudian ia melanjutkan studinya ke Universitas Dar al-Ulum Ulya,
cairo. Dengan mengambil spesialisasi tadris, hingga berhasil memperoleh ijazah
pada tahun 1930. Ia tercatat sabagai orang Indonesia pertama yang belajar di
Universitas tersebut.
Ketika ia kembali dari Timur Tengah, waktunya bertepatan dengan
bangkitnya semangat pembaharuan Islam di Minangkabau. Iapun mengabdi diri
diberbagai perguruan Islam antara lain al-jȃmi'ah al-islȃmiyyah di Batu Sangkar
(1931-1932), Kuliah Mu'alimin Islȃmiyyah (atau normal islam) di Padang (1943-
1946). Ia ikut mendirikan Majlis Islam Tinggi (MIT) Sumatra Barat 1946 dan
pernah mengajar Agama di Akademi Pamongpraja di Bukit Tinggi (1948-1949).
Tahun 1957 ia mendirikan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA), yang sekarang
bernama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kemudian pada tahun 1960-1963 ia
menjadi dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan tahun
1966-1971 menjadi rector IAIN Imam Bonjol di Padang. Atas jasa-jasanya
dibidang pendidikan Agama ini. IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menganugerahkan gelar Doktor Honoris Causa kepadanya pada tahun 1977.
(Dahlan Abdul Azis, Ensiklopedia Hukum Islam, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta
1996)
Ia pernah memangku beberapa jabatan dilembaga pemerintah untuk
bidang pendidikan. Tahun 1945-1946 ia terpilih menjadi anggota Komite
Nasional untuk Sumatra Barat. Pada tahun 1946-1949 ia memegang kepala bagian
Islam Propinsi Sumatra di Pematang Siantar (sekarang masuk dalam propinsi
Sumatra Utara). Tahun 1947 ia menjabat sebagai Inspektur Agama pada jawatan
37
PP dan K (sekarang Kanwil Departemen Pendidikan Nasional) propinsi Sumatra
di Bukit Tinggi. Iapun pernah dipercaya untuk menjabat sebagai sekretaris
menteri Agama pada masa pemerintah Darurat Republik Indonesia (1949). Tahun
1950 ia diserahi tugas sebagai pegawai tinggi diperbatukan pada Kementrian
Agama di Yogyakarta, setahun kemudian ia diangkat sebagai kepala penghubung
pendidikan Agama pada tahun 1956 ia diangkat sebagai kepala lembaga
pendidikan Agama pada jawatan Pendidikan Agama.
Beliau sering juga berkunjung ke luar negeri, baik sebagai tugas yang
diberikan pemerintah kepada beliau maupun atas undangan untuk mengahdiri
berbagai muktamar sebagai berikut: ke Singapura sebagai salah seorang utusan
MIT untuk menghadiri Muktamar Alim Ulama (1943), ke Sembilan Negara Islam
Mesir, Arab Saudi, Suriah, Libanon, Yordan, Irak, Turki, Tunisia dan Marako
dalam rangka mempelajari pendidikan Agama (1961), ke Arab Saudi untuk
menghadiri sidang Majlis A'la Istisyari al-Jȃmiyah al-Islȃmiyyah Di Madinah
Munawarah (1962 dan 1969), ke Mesir memenuhi undangan Majma Buhuts al-
Islȃmiyyah Universitas Al-Azhar untuk menghadiri Muktamar yang kesatu (1964)
yang kedua (1965) yang ketika (1966) dan yang keempat (1967), dimana beliau
mengucapkan pidatonya yang berjudul al-Israiliyat al-Tafsir Wa al-Hadits
(Mahmud Yunus Tafsir Quran Karim Pt Hidakarya Agung; Jakarta, 1993 cet 31)
Mahmud Yunus juga dikenal sebagai pendiri organisasi Sumatra
Thawalib, yang menerbitkan majalah Islam Basyir (1920) dan pendiri persatuan
guru-guru Agama Islam (PGAI). Tahun 1952-1956 ia menjadi anggota
Minangkabau Raad dan berhasil memasukan Pendidikan Agama ke sekolah-
sekolah umum Akhirnya pada tanggal 16 Januari 1982, dalam usia 83 tahun,
38
Mahmud Yunus berpulang kerahmatullah dikediamannya, kelurahan kebon
kosong,kemayoran, Jakarta Pusat, sehari kemudian ia dimakamkan pada
pemakaman IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
B. Karya-Karya Mahmud Yunus
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, selain seorang yang aktif dalam
dunia pendidikan, beliau juga seorang penulis yang handal, yakni menuangkan
gagasan dan pemikiran dalam bentuk tulisan. Karya-karyanya diberbagai cabang
ilmu, antara lain: tauhid, Fiqh, perbandingan agama, tafsir, hadits, bahasa Arab,
Politik, ilmu jiwa pendidikan dan sebagainya. Karya-karyanya ada yang berbentuk
bahasa arab dan dan ada juga dalam bahasa Indonesia. Paling tidak 76 karya yang
telah dibukukan, dan 27 diantaranya dalam bahasa Arab.
Di bawah ini hasil buah pemikiran Mahmud Yunus
1. Bidang al-Qur'an dan Tafsir
a. Tafsir al-Qur'an Karim
b. Terjemahan al-Qur'an Tanpa Tafsir, untuk memudahkan dan
memahami al-Qur'an
c. Marilah ke al-Qur'an, pelajaran untuk tingkat Tsanawiyah dan
PGA. Buku ini ditulis bersama H. Ilyas M.Ali
d. Kesimpulan Isi al-Qur'an
e. Allah dan Makhluknya, buku ini berisi tentang Ilmu Tauhid
f. Ta‟lim Untuk Ilmu al-Qur'an, untuk Ibtidaiyah, sebanyak 2 jilid
g. Alif Ba Ta‟wa Juz Amma, sebanyak 1 jilid untuk Ibtidaiyah
h. Juz Amma wa tarjamatuhu, untuk tingkat Tsanawiyyah
39
i. Mudkhal fi Tafsir al-Qur'an, untuk Perguruan Tinggi
j. Tafsir Al-fatihah, untuk perguruan tinggi ditulis bersama temannya
k. Muhadarah fi li Al-Isma‟iliyah fi al-Tafsir wa al-Hadits, untuk
perguruan tinggi
l. Tafsir Ayat Al-Akhlak, untuk SLTA dan perguruan tinggi
2. Bidang Fiqh
a. Marilah Sembahyang, pelajaran salat untuk anak-anak SD,
sebanyak empat jilid
b. Puasa dan Zakat, untuk anak-anak SD
c. Haji ke Mekkah, cara-cara mengerjakan haji untuk anak SD
d. Hukum Warisan Dalam Islam, untuk tingkat aliyah
e. Kumpulan doa-doa Rasulullah saw, untuk tingkat Aliyah
f. Doa-doa Rasulullah saw, untuk tingkat Tsanawiyah
g. Kajian Sembahyang ( Salat ), untuk tingkat Aliyah, Mahasiswa dan
Umum
h. Hukum Perkawinan dalam Islam Menurut Empat Madzhab
i. Soal Jawab Hukum Islam Dalam Empat Madzhab
j. Manasik Haji , untuk orang dewasa
k. al-Fiqh al-Wadib, tingkat Tsanawiyah
l. al-Masail al-Fiqhiyah ‟ala al-Madzhab al-Arba‟ah, (perbandingan
empat madzhab), untuk Perguruan Tinggi
m. Mabadi al-fiqh al-wadib, untuk Ibtidaiyah
n. Mudzakirat Ushul Fiqh, untuk tingkat Aliyah
40
o. Tarikh al-Fiqh al-Islami, untuk perguruan tinngi
3. Bidang Tauhid
a. Keimanan dan Akhlak, untuk anak SD, sebanyak 4 jilid
b. Beriman dan Budi Pekerti , untuk tingkat anak-anak SD
c. Perbandingan Agama, untuk tingkat Aliyah
d. Dar al-Tauhid, untuk tingkat Ibtidaiyah dan Tsanawiyah
e. al-Adyah, untuk parguruan tinggi
4. Bidang Bahasa Arab
a. Metodik Khusus Bahasa Arab, untuk Fakultasa Tarbiyah/PGTA
b. Dar al-Lughah al-Arabiyah, untuk tingkat ibtidaiyah dan
Tsanawiyah
c. Al-Muhadatsah al-Arabiyah, untuk Tsanawiyah, ditulis bersama
temannya bernama Mukhtar Yahya.
d. al-Mukhtarat li al-Muthala‟al wa al-Mahfudzat, untuk tingkat
Aliyah
e. Qamus Arabi Indunisi, untuk Aliyah dan Perguruan Tinggi
5. Bidang pendidikan
a. Pemimpin Pelajaran Agama, untuk Agama
b. Pelajaran Umum Ilmu Mendidik, ditulis bersama st. M. Said
c. Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran , untuk Fakultas Tarbiyah
atau PGA
41
d. Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, untuk Fakultas
Tarbiyah atau PGA
e. Sejarah Pendidikan Islam dari Zaman Rasulullah, Khalifah
Rasyidin, Bani Umayah, Bani Abbasiyah sampai Zaman Mamluk
dan Utsmani Turki, untuk Fakultas Tarbiyah
f. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia
g. Perbandingan Mendalam di Negara-negara Islam dan Intisari
Pendidikan Barat
h. Ilmu Jiwa Anak - anak, untuk kuliah dan kursus-kursus
i. Ilmu al-Nafs, untuk mahasiswa Fakultas Tarbiyah buku ini ditulis
bersama temannya M. Qosim Bakri
j. Akhlak, untuk tingkat Aliyah
k. Moral pembangunan dalam Islam, untuk tingkat Aliyah
l. Beberapa Kisah Pendek, untuk anak-anak SD
m. Riwayat Rasul Dua Puluh Lima, ditulis bersama Rasyidin dan
Zubair Utsman
n. Sejarah Islam Minangkabau dalam Penyelidikan
o. al-Syukur al-Arabiyah fi al-Arabiyah, untuk Aliyah
p. Khulasha Tarikh Hayat ustadz Mahmud Yunus
6. Lain-lain
a. Lagu-lagu Baru atau not angka-angka, ditulis bersama Kasim
st. M.Syah
42
b. Ilmu Musthalahat al-Hadits, ditulis bersama Mahmud Aziz
c. Pendoman Dakwah Islamiyah, kuliah untuk Dakwah
d. Dasar-dasar Negara Islam (Ilmu Politik)
42
BAB IV
ANALISA DATA
Pada bab II peneliti telah memaparkan segala hal yang berkaitan dengan
metode dan strategi penerjemahan. Pada bab ini peneliti akan menguraikan
penelitian tentang analisa metode dan strategi penerjemahan dalam
menerjemahkan ayat yang terdapat isim mausȗl dan min bayȃniyyah. Berikut
hasil penelitian tersebut:
1. Surat al-Baqarah: 145
Demi, jika engkau turut kemauan mereka, setelah datang kepada engkau
ilmu pengetahuan, niscaya engkau termasuk orang-orang zalim.51
Pada terjemahan ayat di atas, penerjemah tanpa menjabarkan satu persatu
atau menerjemahkan secara kata demi kata dan penerjemah lebih mengutamakan
isi dengan mengorbankan bentuk teks bahasa sumber.
Bila kita mengacu pada metode penerjemahan bebas, dapat dilihat bahwa
model ini bersifat bebas, bukan berarti penerjemah boleh menerjemahkan
sekehendak hatinya sehingga esensi terjemahan itu sendiri hilang. Bebas disini
berarti penerjemah dalam menjalankan misinya tidak terlalu terikat oleh bentuk
maupun struktur kalimat yang terdapat pada naskah bahasa sumber. Ia boleh
51 Mahmud Yunus, Tarjamah al-Qur'an al-Karim (Bandung: al-Ma'arif, 1983), h. 21
43
memodifikasi kalimat dengan tujuan agar pesannya mudah dimengerti secara jelas
oleh pembacanya.
Pada kata penerjemah mengartikan dengan "datang
kepada engkau ilmu pengetahuan," disini terlihat jelas bahwa penerjemah
menggunakan strategi penerjemahan membuang kata dalam Bsa yang disebut
dalam Bsu yaitu pada huruf isim mausȗl dan bayȃniyyah. Sehingga
terjemahan ayat di atas tidak terlihat kaku dan bisa dipahami.
2. Surat al-Baqarah: 174
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan Kitab yang diturunkan
Allah dan menjualnya dengan uang yang sedikit, mereka itu menelan api
neraka ke dalam perutnya.52
Pada penggalan ayat di atas, penerjemah menggunakan metode
penerjemahan . Terjemahan tersebut terlihat menggunakan metode ini, karena
sangat setia terhadap teks sumber, seperti urutan-urutan bahasa, bentuk frase,
bentuk kalimat dan sebagainya. Dalam penerjemahannya, penerjemah
menggunakan strategi membuang kata dalam Bsa yang disebut dalam Bsu yaitu
isim mausȗl , huruf bayȃniyyah, huruf nafi, dan huruf istisna . Selain
menggunakan strategi membuang kata, penerjemah juga memnggunakan strategi
52 Mahmud Yunus, Tarjamah al-Qur'an al-Karim , h. 25.
44
mengedepankan dan mengakhirkan, bisa kita lihat pada kata
penerjemah menejemahkannya dengan "menyembunyikan Kitab yang
diturunkan Allah," kemudian pada kata
penerjemah tidak menerjemahkannya sesuai dengan urutan yang ada dalam Bsu.
Ini terkait dengan kaidah pembuatan kalimat antara Bsu dan Bsa yang berbeda.
3. Surat al-Baqarah: 213
Maka Allah menunjuki orang-orang yang beriman kepada kebenaran yang
mereka perselisihkan dengan izinNya.53
Pada penggalan ayat di atas, penerjemah menggunakan metode
penerjemahan harfiah. Terjemahan tersebut terlihat menggunakan metode ini,
karena sangat setia terhadap teks sumber, seperti urutan-urutan bahasa, bentuk
frase, bentuk kalimat dan sebagainya. Dalam penerjemahannya, penerjemah
menggunakan strategi membuang kata dalam Bsa yang disebut dalam Bsu yaitu
isim mausȗl , huruf jar + dhomir ( ), dan huruf bayȃniyyah. Selain
menggunakan strategi membuang kata, penerjemah juga menggunakan strategi
mengedepankan dan mengakhirkan, bisa kita lihat pada kata
53 Mahmud Yunus, Tarjamah al-Qur'an al-Karim , h. 31.
45
penerjemah menejemahkannya dengan "kepada kebenaran yang mereka
perselisihkan" penerjemah tidak menerjemahkannya sesuai dengan urutan yang
ada dalam Bsu. Ini terkait dengan kaidah pembuatan kalimat antara Bsu dan Bsa
yang berbeda, sehingga dimungkinkan adanya kalimat dengan urutan kata seperti
itu.
4. Surat al-Baqarah: 231
Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu dan apa-apa yang
diturunkanNya kepadamu, yaitu Kitab dan hikmah, sedang Dia memberi
pengajaran kepadamu.54
Disini penerjemah menggunakan metode penerjemahan harfiyah.
Terjemahan tersebut terlihat menggunakan metode ini, karena sangat setia
terhadap teks sumber, seperti urutan-urutan bahasa, bentuk frase, bentuk kalimat
dan sebagainya.tanpa merubah posisinya sedikit pun. Ini bisa dilihat dari kata
, huruf isim mausȗl , dan huruf bayȃniyyah
diterjemahkan oleh penerjemah. Sehingga terlihat jelas bahwa, penerjemah tidak
menggunakan strategi penerjemahan dalam menerjemahkan ayat di atas, namun
hasil terjemahan ayat di atas masih bisa dipahami. Jika kita menggunakan metode
dan strategi penerjemahan, maka ayat tersebut bisa diterjemahkan menjadi :
54 Mahmud Yunus, Tarjamah al-Qur'an al-Karim , h. 34.
46
ingatlah nikmat Allah kepadamu yaitu kitab dan hikmah, untuk memberi
pengajaran kepadamu.
5. Surat al-Baqarah: 236
Tiada berdosa kamu, jika kamu meminang perempuan dengan sindiran
atau kamu sembunyikan dalam hatimu.55
Dilihat dari hasil terjemahannya, penerjemah menggunakan metode
penerjemahan bebas dengan terlebih dahulu menerjemahkan kata dan
mengakhirkan kata yang berarti penerjemah dalam menjalankan
misinya tidak terlalu terikat oleh bentuk maupun struktur kalimat yang terdapat
pada Bsu. Dalam penerjemahannya, penerjemah menggunakan strategi
membuang kata dalam Bsa yang disebut dalam Bsu yaitu huruf jar , huruf ,
isim mausȗl , huruf bayȃniyyah. Selain menggunakan strategi membuang
kata, penerjemah juga menggunakan strategi mengedepankan dan mengakhirkan,
bisa kita lihat pada kata penerjemah
menejemahkannya dengan "jika kamu meminang perempuan dengan sindiran,"
karena apabila tidak menggunakan strategi membuang, mengedepankan dan
55 Mahmud Yunus, Tarjamah al-Qur'an al-Karim , h. 36.
47
mengakhirkan, maka terjemahannya menjadi "di dalam apa-apa yang kamu
sindirkan dengannya dari meminang perempuan". Hal ini jelas akan menjadi
interpretable, artinya masih membutuhkan asumsi-asumsi yang jelas, dan sudah
pasti kalimat tersebut terlihat janggal.
6. Surat al-Nisa: 3
Maka kawinilah olehmu perempuan-perempuan yang baik bagimu,
berdua, bertiga, atau berempat orang.56
Terjemahan tersebut terlihat menggunakan metode penerjemahan bebas
dengan terlebih dahulu menerjemahkan kata dan mengakhirkan kata
yang berarti penerjemah tidak terlalu terikat oleh bentuk maupun struktur
kalimat yang terdapat pada Bsu. Dilihat dari terjemahannya, penerjemah
menggabungkan strategi membuang kata dalam Bsa yang disebut dalam Bsu
dengan strategi mengedepankan dan mengakhirkan, bisa kita lihat pada kata
yang diterjemahkan dengan "perempuan-perempuan yang baik
bagimu," huruf isim mausȗl , huruf bayȃniyyah dibuang oleh penerjemah,
sedangkan kata diterjemahkan lebih dahulu daripada kata .
56 Mahmud Yunus, Tarjamah al-Qur'an al-Karim , h. 70.
48
7. Surat al-Nisa: 22
Janganlah kamu kawini perempuan-perempuan yang telah dikawini oleh
Bapakmu, kecuali pada masa yang telah lalu.57
Terjemahan tersebut terlihat menggunakan metode penerjemahan bebas
dengan terlebih dahulu menerjemahkan kata dan mengakhirkan kata
yang berarti penerjemah tidak terlalu terikat oleh bentuk maupun struktur
kalimat yang terdapat pada Bsu. Adapun dalam penerjemahannya, disini
penerjemah menggunakan strategi membuang kata dalam Bsa yang disebut dalam
Bsu yaitu isim mausȗl , huruf bayȃniyyah. Selain menggunakan strategi
membuang kata, penerjemah juga memnggunakan strategi mengedepankan dan
mengakhirkan, bisa kita lihat pada kata penerjemah
menerjemahkannya dengan "kawini perempuan-perempuan yang telah dikawini
oleh Bapakmu," kemudian pada kata penerjemah
menerjemahkannya dengan "kecuali pada masa yang telah lalu", disini terdapat
tambahan kata (yang) yang tidak ada dalam Bsu. Dari terjemahan ayat di atas,
penerjemah bukan hanya menggunakan dua strategi penerjemahan, tetapi tiga
strategi penerjemahan, yaitu membuang kata, mengedepankan dan mengakhirkan,
dan menambahkan kata. Sehingga terjemahan ayat di atas bisa dipahami.
57 Mahmud Yunus, Tarjamah al-Qur'an al-Karim , h. 74.
49
8. Surat al-Nisa: 37
(yaitu) orang-orang yang bakhil dan menyuruh manusia berlaku bakhil,
dan menyembunyikan karunia yang diberikan Allah kepadanya.58
Terjemahan tersebut terlihat menggunakan metode harfiyah, karena
penerjemahannya hanya mencari padanan konstruksi Bsu yang terdekat dalam
Bsa. Selain itu terjemahan tersebut terlihat menggunakan metode ini, karena
sangat setia terhadap teks sumber, seperti urutan-urutan bahasa, bentuk frase,
bentuk kalimat dan sebagainya. Dilihat dari terjemahannya, penerjemah
menggabungkan strategi membuang kata dalam Bsa yang disebut dalam Bsu
dengan strategi mengedepankan dan mengakhirkan, bisa kita lihat pada kata
yang diterjemahkan dengan "dan menyembunyikan
karunia yang diberikan Allah kepadanya," huruf bayȃniyyah oleh penerjemah
tidak diterjemahkan, sedangkan kata diterjemahkan lebih dahulu daripada
kata , selain itu penerjemah juga menambahkan kata (yaitu) yang
merupakan strategi dalam penerjemahan yang merupakan sebuah penjelasan dari
ayat sebelumnya.
58 Mahmud Yunus, Tarjamah al-Qur'an al-Karim , h. 77.
50
9. Surat al-Anfal : 64
Hai nabi (Muhammad), Allah telah mencukupkan engkau dan
orang yang mengikuti engkau di antara orang-orang beriman.59
Terjemahan ayat di atas, penerjemah menggunakan strategi menambahkan
kata pada Bsa yang tidak disebut dalam Bsu yaitu pada kata (Muhammad). Dilihat
dari terjemahannya, penerjemah sangat setia terhadap teks sumber, seperti urutan-
urutan bahasa, bentuk frase, bentuk kalimat dan sebagainya, tanpa merubah
posisinya sedikit pun dan huruf isim mausȗl dan huruf bayȃniyyah tetap
diterjemahkan oleh penerjemah. Pada terjemahan tersebut terlihat penerjemah
menggunakan metode harfiyah, karena penerjemahannya hanya mencari padanan
konstruksi Bsu yang terdekat dalam Bsa. Selain itu terjemahan tersebut terlihat
menggunakan metode ini, karena sangat setia terhadap teks sumber, seperti
urutan-urutan bahasa, bentuk frase, bentuk kalimat dan sebagainya. Namun hasil
terjemahan ayat di atas masih bisa dipahami.
10. Surat al-Hijr: 47
59 Mahmud Yunus, Tarjamah al-Qur'an al-Karim , h. 167.
51
Dan kami cabut apa yang ada dalam dada mereka (ya'ni sifat)
dengki.60
Disini penerjemah menggunakan metode penerjemahan harfiyah yaitu
mengacu pada pengalihan atau pemindahan kata yang ada dalam bahasa sumber
dengan memaksakan aturan-aturan tata bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.
Terjemahan tersebut terlihat menggunakan metode ini, karena sangat setia
terhadap teks sumber, seperti urutan-urutan bahasa, bentuk frase, bentuk kalimat
dan sebagainya. Adapun dalam penerjemahannya, huruf isim mausȗl dan huruf
bayȃniyyah tetap diterjemahkan oleh penerjemah . Disini terlihat bahwa,
penerjemah hanya menggunakan strategi penerjemahan menambahkan kata yang
tidak ada dalam Bsu. Namun hasil terjemahan ayat di atas masih bisa dipahami.
Jika kita menggunakan strategi penerjemahan dan metode yang sesuai, maka ayat
tersebut bisa diterjemahkan menjadi : dan kami cabut sifat dengki dalam hati
mereka.
11. Surat al-Nur: 31
Janganlah mereka berjalan sambil menggoyangkan kakinya,
supaya diketahui orang perhiasannya yang tersembunyi (gelang
kaki).61
60 Mahmud Yunus, Tarjamah al-Qur'an al-Karim , h. 219.
52
Pada penggalan ayat di atas, penerjemah menggunakan metode
penerjemahan harfiah. Terjemahan tersebut terlihat menggunakan metode ini,
karena sangat setia terhadap teks sumber, seperti urutan-urutan bahasa, bentuk
frase, bentuk kalimat dan sebagainya. Adapun dalam penerjemahannya, disini
penerjemah menggunakan strategi membuang kata dalam Bsa yang disebut dalam
Bsu yaitu isim mausȗl , huruf bayȃniyyah. Selain menggunakan strategi
membuang kata, penerjemah juga menggunakan strategi mengedepankan dan
mengakhirkan, bisa kita lihat pada kata penerjemah
menerjemahkannya dengan "perhiasannya yang tersembunyi (gelang kaki)".
Penerjemah juga menambahkan kata yang tidak ada dalam Bsu, seperti tambahan
kata yang dan gelang kaki . Dari terjemahan ayat di atas, penerjemah bukan hanya
menggunakan dua strategi penerjemahan, tetapi tiga strategi penerjemahan, yaitu
membuang kata, mengedepankan dan mengakhirkan, dan menambahkan kata.
Sehingga terjemahan ayat di atas bisa dipahami.
12. Surat al-Syu'arȃ: 118
Sebab itu hukumlah antaraku dan antara mereka dengan suatu
hukuman dan lepaskanlah aku dan orang-orang yang bersamaku di
antara orang-orang yang beriman.62
61 Mahmud Yunus, Tarjamah al-Qur'an al-Karim , h. 239.
62 Mahmud Yunus, Tarjamah al-Qur'an al-Karim , h. 337.
53
Terjemahan tersebut terlihat menggunakan metode penerjemahan bebas,
karena penerjemahannya lebih mengutamakan isi dengan mengorbankan bentuk
teks bahasa sumber dan yang disampaikan oleh penerjemah bukan padanan makna
teks, tapi gambaran situasi yang menghasilakan perolehan padanan situasi, seperti
pada kata yang penerjemah artikan tidak berdasarkan arti dalam kamus,
namun diterjemahkan berdasarkan konteks yang dimaksud dari makna ayat
tersebut. Disini terlihat bahwa, penerjemah tidak menggunakan strategi
penerjemahan membuang kata pada Bsa, karena huruf isim mausȗl dan huruf
bayȃniyyah tetap diterjemahkan oleh penerjemah, tetapi penerjemah berusaha
menambahkan kata yang tidak ada dalam Bsu,yaitu penerjemah menambahkan
kata dengan suatu. Namun hasil terjemahan ayat di atas masih bisa dipahami. Jika
kita menggunakan metode dan terjemahan yang baik, maka ayat di atas bisa
diterjemahkan menjadi: sebab itu hukumlah antaraku dan antara mereka dengan
suatu hukuman dan selamatkanlah aku dan mereka yang beriman bersamaku.
13. Surat al-Syu'arȃ: 215
Dan rendahkanlah sayapmu (berhina dirilah) terhadap orang-orang
yang mengikutimu di antara orang-orang mukmin.63
63 Mahmud Yunus, Tarjamah al-Qur'an al-Karim , h. 341.
54
Disini penerjemah menggunakan metode penerjemahan harfiyah.
Terjemahan tersebut terlihat menggunakan metode ini, karena sangat setia
terhadap teks sumber, seperti urutan-urutan bahasa, bentuk frase, bentuk kalimat
dan sebagainya. Bisa kita lihat pada kata yang diterjemahkan dengan
"sayapmu", masih mengikuti arti dalam kamus, meskipun penerjemah sudah
menambahkan kata (berhina dirilah). Disini terlihat bahwa, penerjemah hanya
menggunakan strategi penerjemahan menambahkan kata yang tidak ada dalam
Bsu, sedangkan huruf isim mausȗl dan huruf bayȃniyyah tetap
diterjemahkan oleh penerjemah. Namun hasil terjemahan ayat di atas masih bisa
dipahami, meskipun terjemahan tersebut terasa janggal. Jika kita menggunakan
strategi penerjemahan dan metode yang sesuai, maka ayat tersebut bisa
diterjemahkan menjadi : "dan rendahkanlah dirimu kepada orang mukmin yang
mengikutimu."
14. Surat al-Syȗra: 29
di antara ayat-ayat (tanda-tanda) Allah, ialah kejadian langit dan
bumi dan apa-apa yang bertebaran pada keduanya di antara
binatang-binatang (apa-apa yang melata di muka bumi).64
Terjemahan tersebut terlihat menggunakan strategi menambahkan kata,
yaitu tanda-tanda, Allah, ialah, dan apa-apa yang melata di muka bumi. Disini
64 Mahmud Yunus, Tarjamah al-Qur'an al-Karim , h. 439.
55
penerjemah menggunakan metode penerjemahan harfiyah, karena sangat setia
terhadap teks sumber, seperti urutan-urutan bahasa, bentuk frase, bentuk kalimat
dan sebagainya. Bisa dilihat pada kata yang diterjemahkan dengan "ayat-
ayat", meskipun penerjemah sudah menambahkan kata tanda-tanda, kemudian
kata yang diterjemahkan dengan "binatang-binatang", masih mengikuti arti
dalam kamus. Selain itu penerjemah juga tetap menerjemahkan huruf isim mausȗl
dan huruf bayȃniyyah. Namun hasil terjemahan ayat di atas masih bisa
dipahami. Jika kita menggunakan strategi penerjemahan dan metode yang sesuai,
maka ayat tersebut bisa diterjemahkan menjadi : "di antara tanda-tanda
(kebesaran-Nya) adalah penciptaan langit dan bumi, serta makhluk melata yang
Dia sebarkan pada keduanya."
15. Surat al-Zȃriyȃt: 35
Lalu kami keluarkan orang-orang yang ada dalam negeri Luth itu
(yaitu) orang-orang mukmin.65
Terjemahan tersebut terlihat menggunakan metode harfiyah, karena
penerjemahannya hanya mencari padanan konstruksi Bsu yang terdekat dalam
65 Mahmud Yunus, Tarjamah al-Qur'an al-Karim , h. 471.
56
Bsa, tetapi hanya saja lebih longgar keterikatannya dengan susunan dan struktur
bahasa asal yang akan diterjemahkan. Disini terlihat bahwa, penerjemah hanya
menggunakan strategi penerjemahan menambahkan kata yang tidak ada dalam
Bsu,yaitu penerjemah menambahkan kata negeri Luth itu. Namun hasil
terjemahan ayat di atas masih bisa dipahami. Jika kita menggunakan strategi
penerjemahan, maka ayat tersebut bisa diterjemahkan menjadi : "maka kami
keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di dalamnya (negeri kaum
Luth)."
16. Surat al-Jin: 27
Kecuali kepada orang yang disukaiNya di antara rasul.66
Disini penerjemah menggunakan metode penerjemahan harfiyah yaitu
mengacu pada pengalihan atau pemindahan kata yang ada dalam bahasa sumber.
Terjemahan tersebut terlihat menggunakan metode ini, karena urutan-urutan
bahasa, bentuk frase, bentuk kalimat dan sebagainya. Disini terlihat bahwa,
penerjemah hanya menggunakan strategi penerjemahan menambahkan kata yang
tidak ada dalam Bsu, yaitu dengan tambahan kata kepada. Namun hasil
terjemahan ayat di atas masih bisa dipahami. Jika kita menggunakan strategi
penerjemahan, maka ayat tersebut bisa diterjemahkan menjadi : "kecuali kepada
rasul yang diridai-Nya."
66 Mahmud Yunus, Tarjamah al-Qur'an al-Karim , h. 517.
57
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah peneliti melakukan analisis terhadap terjemahan al-Quran
Mahmud Yunus pada ayat yang terdapat isim mausȗl dan min bayȃniyyah, maka
peneliti menyimpulkan. Bahwa dalam penerjemahannya, penerjemah tidak
berpegang pada salah satu metode terjemahan saja. Peneliti menemukan beberapa
metode yang sering digunakan penerjemah, yaitu metode bebas dan penerjemahan
harfiyah.
Dalam setiap ragam penerjemahan pasti memiliki strategi atau cara yang
dilakukan oleh seorang penerjemah dalam menerjemahkan bahasa sumber ke
bahasa sasaran yang bertujuan agar hasil terjemahannya berkualitas baik dan bisa
dipahami oleh pembaca. Berdasarkan hasil terjemahan al-Qur'an Mahmud Yunus
pada ayat yang terdapat isim mausȗl dan min bayȃniyyah, maka peneliti
menemukan beberapa strategi yang sering digunakan oleh penerjemah,
diantaranya yaitu :
1. Strategi mengedepankan dan mengakhirkan
2. Strategi membuang kata
3. Strategi menambahkan kata
B. SARAN
Dalam menerjemahkan suatu teks Arab, sebaiknya penerjemah dapat
menentukan metode dan strategi apa yang harus diterapkan oleh penerjemah
untuk mencapai terjemahan yang baik dan mudah dipahami.
58
Jadi alangkah baiknya jika dalam pembahasan metode dan strategi
penerjemahan, dibahas juga teknik dan sistematika penerjemahan yang tepat bagi
suatu naskah Bsu.
Penelitian ini belum komprehensif, karena peneliti baru melakukan kajian
terhadap metode dan strategi penerjemahan pada terjemahan al-Qur'an Mahmud
Yunus pada ayat yang berkaitan hanya dengan isim mausȗl (ما dan م ن) yang
diikuti oleh min bayȃniyyah. Oleh karenanya dapat dilakukan lebih mendalam
lagi aspek-aspek yang berkaitan dengan kualitas terjemahan yang belum dibahas
secara mendalam dalam penelitian ini.
59
DAFTAR PUSAKA
Al-Dzahabi, Muhammad Husayn. Al-Tafsir Wa al-Mufassirin. tt:tpn,1976.
Alam, Tombak Sei H. Datuk. Metode Menerjemahkan Al-Qur’an Al-Karim 100
Kali Pandai. Jakarta: Rineka Cipta, 1992.
Ariyani, Hafidah Fitri, Pergeseran makna dalam naskah film berbagi suami karya
Nia Dinata. Proposal penelitian fakultas bahasa dan seni, Universitas
Negeri Yogyakarta, 2007.
Ash-Shobuni, Muhammad Ali, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis. Terjemahan
Muhammad Qodiru Nur, Jakarta: Pustaka Amani, 1988.
Brislin, R.W. Translation: Application and Research. New York: Garden Press
Inc, 1976.
Burdah, Ibnu, Menjadi Penerjemah Metode dan Wawasan menerjemah teks arab.
Yogyakarta: Tiara kencana, 2004.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 1988.
Hanafi, Nurachman. Teori dan Seni Menerjemahkan. Nusa Tenggara Timur :
Nusa Indah,1986.
Hidayatullah, Syarif Moch. Tarjim Al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab-
Indonesia. Tangerang, Dikara, 2010.
Hidayatullah, Syarif Moch. Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah. Jakarta:
t.pt. 2007.
60
Hoed, Benny Hoedoro. Penerjemahan dan Kebudayaan. Jakarta: Pustaka Jaya,
2006.
Ismayati, Iis. Ketakrifan dalam Bahasa Arab (Sebuah Kajian Sintak-Semantik).
Depok :Universitas Indonesia, 2010.
Kridalaksana, Harimurti. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Flores: Nusa Indah,
1985.
Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia, 1983.
Machali, Rochayah. Pedoman bagi Penerjemah. Jakarta: Gramedia,2002.
Moeliono, M Anton. Beberapa Aspek Masalah Penerjemahan ke Bahasa
Indonesia. Jakarta : PT Gramedia, 1989.
Nababan, Rudolf. Teori Menerjemah Bahasa Inggris. cet ke-1, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1999.
Newmark, P. A Textbook of Translation. UK: Prentice Hall International, 1988.
Sadtono, E. Pedoman Penerjemahan. Jakarta: Depdikbud Cet. Ke-1, 1985.
Salihen, Moentaha, Bahasa dan Terjemahan, Language and Translation the New
Millenium Publication. Jakarta: Kesaint Blanc, 2006.
Suma, Muhammad Amin. Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an (1). Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2000.
Suryanwinata, Zuchridin dan Sugeng Hariyanto. Translation Bahasa Teori dan
Penuntun Praktis Menerjemahkan. Jakarta: Kanisius, tth
Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia. Bandung: Humaniora, 2005.
Widyamartaya, A. Seni Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius, 1989.
61
Yunus, Muhamad. Tarjamah al-Quran al-Karim. Bandung: PT al-Ma'arif, 1983
Yusuf, Suhendra. Teori Terjemah Pengantar Ke Arah Pendekatan Linguistik dan
Sosiolinguitik. Bandung: Mandar Maju, 1994.
Sumber Dari Internet:
http://alqurani.net/definisi-alquran.// (Diakses pada hari rabu tgl. 1 Juli 2015)