28
TUGAS MATA KULIAH ISU TERKINI MANAJEMEN KESEHATAN “Tahap Penentuan Prioritas Masalah Metode Hanlon & Tahap Analisis Akar Penyebab Masalah Fish Bone” disusun oleh : Kelompok 2 D 2013 / Kamis 9.30-12.00 Indira Krisma R. 25010113140251 Falentine Lidya T. 25010113140252 Rini Oktaviani H. 25010113140253 Astrid Ayu 25010113130254 Dhia Ghoniyyah 25010113130255 Dina Happy Yusinta 25010113130256 Merry Putri R. Sirait 25010113140257 Rifha Asti Hardinawanti 25010113140259 Syifa Awalia Rahma 25010113140260 Kristian Yudhianto 25010113140312 Armen Zufri 25010115183023 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2015

Metode Hanlon Dan Fish Bone

  • Upload
    robby94

  • View
    155

  • Download
    25

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kedokteran Komunitas

Citation preview

Page 1: Metode Hanlon Dan Fish Bone

TUGAS MATA KULIAH

ISU TERKINI MANAJEMEN KESEHATAN

“Tahap Penentuan Prioritas Masalah Metode Hanlon & Tahap Analisis Akar

Penyebab Masalah Fish Bone”

disusun oleh :

Kelompok 2

D – 2013 / Kamis 9.30-12.00

Indira Krisma R. 25010113140251

Falentine Lidya T. 25010113140252

Rini Oktaviani H. 25010113140253

Astrid Ayu 25010113130254

Dhia Ghoniyyah 25010113130255

Dina Happy Yusinta 25010113130256

Merry Putri R. Sirait 25010113140257

Rifha Asti Hardinawanti 25010113140259

Syifa Awalia Rahma 25010113140260

Kristian Yudhianto 25010113140312

Armen Zufri 25010115183023

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2015

Page 2: Metode Hanlon Dan Fish Bone

2

BAHASAN 1

“Tahap Penentuan Prioritas Masalah Metode Hanlon”

Metode yang dijelaskan di sini memberikan cara untuk membandingkan

berbagai masalah kesehatan dengan cara yang relatif, tidak absolut/mutlak, memiliki

kerangka, sebisa mungkin sama/sederajat, dan objektif.

Metode ini, yang disebut dengan Metode Hanlon maupun Sistem Dasar

Penilaian Prioritas (BPRS), dijelaskan dalam buku Public Health: Administration and

Practice (Hanlon and Pickett, Times Mirror/Mosby College Publishing) dan Basic

Health Planning (Spiegel and Hyman, Aspen Publishers). Metode ini memiliki tiga

tujuan utama:

1. Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi faktor-

faktor eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan prioritas

2. Untuk mengorganisasi faktor-faktor ke dalam kelompok yang memiliki bobot

relatif satu sama lain

3. Memungkinkan faktor-faktor agar dapat dimodifikasi sesuai dengan

kebutuhan dan dinilai secara individual.

Formula Dasar Penilaian Prioritas

A. Metode Hanlon (Kuantitatif)

Berdasarkan tinjauan atas percobaan berulang yang dilakukan dalam

mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan, pola kriteria yang konsisten

menjadi kelihatan jelas. Pola tersebut tercermin pada komponen-komponen

dalam sistem ini.

Komponen A - Ukuran/Besarnya Masalah

Komponen ini adalah salah satu yang faktornya memiliki angka yang

kecil. Pilihan biasanya terbatas pada persentase dari populasi yang secara

langsung terkena dampak dari masalah tersebut, yakni insiden, prevalensi,

atau tingkat kematian dan angka.

Page 3: Metode Hanlon Dan Fish Bone

3

Ukuran/besarnya masalah juga dapat dipertimbangkan dari lebih dari

satu cara. Baik keseluruhan populasi penduduk maupun populasi yang

berpotensi/berisiko dapat menjadi pertimbangan. Selain itu, penyakit –

penyakit dengan faktor risiko pada umumnya, yang mengarah pada solusi

bersama/yang sama dapat dipertimbangkan secara bersama-sama.

Misalnya, jika kanker yang berhubungan dengan tembakau dijadikan

pertimbangan, maka kanker paru-paru, kerongkongan, dan kanker mulut

dapat dianggap sebagai satu. Jika akan dibuat lebih banyak penyakit yang

juga dipertimbangkan, penyakit cardiovascular mungkin juga dapat

dipertimbangkan. Nilai maksimal dari komponen ini adalah 10. Keputusan

untuk menentukan berapa ukuran/besarnya masalah biasanya merupakan

konsensus kelompok.

Komponen B – Tingkat Keseriusan Masalah

Kelompok harus mempertimbangkan faktor-faktor yang mungkin dan

menentukan tingkat keseriusan dari masalah. Sekalipun demikian, angka dari

faktor yang harus dijaga agar tetap pada nilai yang pantas. Kelompok harus

berhati-hati untuk tidak membawa masalah ukuran atau dapat dicegahnya

suatu masalah ke dalam diskusi, karena kedua hal tersebut sesuai untuk

dipersamakan di tempat yang lain.

Maksimum skor pada komponen ini adalah 20. Faktor-faktor harus

dipertimbangkan bobotnya dan ditetapkan secara hati-hati. Dengan

menggunakan nomor ini (20), keseriusan dianggap dua kali lebih pentingnya

dengan ukuran/besarnya masalah.

Faktor yang dapat digunakan adalah:

a. Urgensi: sifat alami dari kedaruratan masalah; tren insidensi, tingkat

kematian, atau faktor risiko; kepentingan relatif terhadap masayarakat;

akses terkini kepada pelayanan yang diperlukan.

Page 4: Metode Hanlon Dan Fish Bone

4

b. Tingkat keparahan: tingkat daya tahan hidup, rata-rata usia kematian,

kecacatan/disabilitas, angka kematian prematur relatif.

c. Kerugian ekonomi: untuk masyarakat (kota / daerah / Negara), dan untuk

masing-masing individu.

Masing-masing faktor harus mendapatkan bobot. Sebagai contoh,

bila menggunakan empat faktor, bobot yang mungkin adalah 0-5 atau

kombinasi manapun yang nilai maksimumnya sama dengan 20. Menentukan

apa yang akan dipertimbangkan sebagai minimum dan maksimum dalam

setiap faktor biasanya akan menjadi sangat membantu. Hal ini akan

membantu untuk menentukan batas-batas untuk menjaga beberapa

perspektif dalam menetapkan sebuah nilai numerik. Salah satu cara untuk

mempertimbangkan hal ini adalah dengan menggunakannya sebagai skala

seperti:

0 = tidak ada

1 = beberapa

2 = lebih (lebih parah, lebih gawat, lebih banyak, dll)

3 = paling

Misalnya, jika kematian prematur sedang digunakan untuk

menentukan keparahan, kemudian kematian bayi mungkin akan menjadi 5

dan gonorea akan menjadi 0.

Komponen C - Efektivitas dari Intervensi

Komponen ini harus dianggap sebagai "Seberapa baikkan masalah

ini dapat diselesaikan?" Faktor tersebut mendapatkan skor dengan angka

dari 0 - 10. Komponen ini mungkin merupakan komponen formula yang

paling subyektif. Terdapat sejumlah besar data yang tersedia dari penelitian-

penelitian yang mendokumentasikan sejauh mana tingkat keberhasilan

sebuah intervensi selama ini

Page 5: Metode Hanlon Dan Fish Bone

5

Efektivitas penilaian, yang dibuat berdasarkan tingkat keberhasilan

yang diketahui dari literatur, dikalikan dengan persen dari target populasi

yang diharapkan dapat tercapai.

Contoh: Berhenti Merokok

Target populasi 45.000 perokok

Total yang mencoba untuk berhenti 13.500

Efektivitas penghentian merokok 32% atau 0,32

Target populasi x efektivitas 0,30 x 0,32 = 0,096 atau 0,1 atau 1

Contoh: Imunisasi

Target populasi 200.000

Jumlah yang terimunisasi yang diharapkan 193.000

Persen dari total 97% atau 0,97

Efektivitas 94% atau 0,94

Populasi yang tercapai x efektivitas 0,97 x 0,94 = 0,91 atau 9,1

Sebuah keuntungan dengan mempertimbangkan populasi target dan

jumlah yang diharapkan adalah akan didapatkannya perhitungan yang

realistis mengenai sumber daya yang dibutuhkan dan kemampuan yang

diharapkan untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan.

Komponen D – PEARL

PEARL yang merupakan kelompok faktor itu, walaupun tidak secara

langsung berkaitan dengan masalah kesehatan, memiliki pengaruh yang

tinggi dalam menentukan apakah suatu masalah dapat diatasi.

P – Propierity/Kewajaran. Apakah masalah tersebut berada pada lingkup

keseluruhan misi kita?

E – Economic Feasibility/Kelayakan Ekonomis. Apakah dengan

menangani masalah tersebut akan bermakna dan memberi arti secara

Page 6: Metode Hanlon Dan Fish Bone

6

ekonomis? Apakah ada konsekuensi ekonomi jika masalah tersebut tidak

diatasi?

A – Acceptability. Apakah dapat diterima oleh masyarakat dan / atau target

populasi?

R – Resources/Sumber Daya. Apakah tersedia sumber daya untuk

mengatasi masalah?

L – Legalitas. Apakah hukum yang ada sekarang memungkinkan masalah

untuk diatasi?

Masing-masing faktor kualifikasi dipertimbangkan, dan angka untuk

setiap faktor PEARL adalah 1 jika jawabannya adalah "ya" dan 0 jika

jawabannya adalah "tidak." Bila penilaian skor telah lengkap/selesai, semua

angka-angka dikalikan untuk mendapatkan jawaban akhir terbaik. Karena

bersama-sama, faktor-faktor ini merupakan suatu produk dan bukan

merupakan jumlah. Singkatnya, jika salah satu dari lima faktor yang "tidak",

maka D akan sama dengan 0. Karena D adalah pengali akhir dalam rumus ,

maka jika D = 0, masalah kesehatan tidak akan diatasi dibenahi dalam OPR,

terlepas dari seberapa tingginya peringkat masalah di BPR. Sekalipun

demikian, bagian dari upaya perencanaan total mungkin termasuk

melakukan langkah-langkah lanjut yang diperlukan untuk mengatasi PEARL

secara positif di masa mendatang. Misalnya, jika intervensi tersebut hanya

tidak dapat diterima penduduk, dapat diambil langkah-langkah bertahap

untuk mendidik masyarakat mengenai manfaat potensial dari intervensi,

sehingga dapat dipertimbangkan di masa mendatang.

Semua komponen tersebut diterjemahkan ke dalam dua rumus yang

merupakan nilai numerik yang memberikan prioritas utama kepada mereka

penyakit / kondisi dengan skor tertinggi.

Nilai Prioritas Dasar/ NPD = (A + B) C / 3

Nilai Prioritas Keseluruhan/ NPT = [(A + B) C / 3] x D

Page 7: Metode Hanlon Dan Fish Bone

7

Prioritas pertama adalah masalah dengan skor NPT tertinggi. Metode

Hanlon (Kuantitatif) ini lebih efektif bila digunakan untuk masalah yang

bersifat kuantitatif. Contoh sederhana adalah sebagai berikut:

Penting untuk mengenal dan menerima hal-hal tersebut, karena

dengan berbagai proses seperti itu, akan terdapat sejumlah besar

subyektivitas. Pilihan, definisi, dan bobot relatif yang ditetapkan pada

komponen merupakan keputusan kelompok dan bersifat fleksibel. Lebih jauh

lagi, nilai tersebut merupakan penetapan dari masing-masing individu

pemberi nilai. Namun demikian, beberapa kontrol ilmiah dapat dicapai

dengan menggunakan definisi istilah secara tepat, dan sesuai dengan data

statistik dan akurat.

B. Metode Hanlon (Kualitatif)

Metode Hanlon (Kualitatif) ini lebih efektif dipergunakan untuk

masalah yang bersifat kualitatif dan data atau informasi yang tersediapun

bersifat kualitatif miaslkan peran serta masyarakat, kerja sama lintas

program, kerja sama lintas sektor dan motivasi staf.

Prinsip utama dalam metode ini adalah membandingkan pentingnya

masalah yang satu dengan yang lainnya dengan cara “matching”. Langkah-

langkah metode ini adalah sebagai berikut:

a. Membuat matriks masalah

Page 8: Metode Hanlon Dan Fish Bone

8

b. Menuliskan semua masalah yang berhasil dikumpulkan pada sumbu

vertikal dan horisontal.

c. Membandingkan (matching) antara masalah yang satu dengan yang

lainnya pada sisi kanan diagonal dengan memberi tanda (+) bila

masalah lebih penting dan memberi tanda (-) bila masalah kurang

penting.

d. Menjumlahkan tanda (+) secara horisontal dan masukan pada kotak

total (+) horisontal.

e. Menjumlahkan tanda (-) secara vertikal dan masukan pada kotak total

(-) vertikal.

f. Pindahkan hasil penjumlahan pada total (-) horisontal di bawah kotak

(-) vertikal.

g. Jumlah hasil vertikal dan horisontal dan masukan pada kotak total.

h. Hasil penjumlahan pada kotak total yang mempunyai nilai tertinggi

adalah urutan prioritas masalah.

Page 9: Metode Hanlon Dan Fish Bone

9

Kriteria yang dipakai :

Mendesak (urgency)

Pertimbangan ini dari aspek waktu, masih dapat di tunda atau harus

segera ditanggulangi. Semakin pendek tenggang waktunya artinya

semakin mendesak masalah itu untuk ditanggulangi.

Kegawatan ( seriousness)

Besarnya akibat atau kerugian yang dinyatakan dalam besaran kuantitatif

berapa rupiah, berapa orang dan lain- lain

Page 10: Metode Hanlon Dan Fish Bone

10

Perkembangan ( Growth)

Kecenderungan atau perkembangan akibat daru suatu permasalahan.

Semakin berkembang masalah maka masalah tersebut semakin di

prioritaskan.

Prioritas masalah

Page 11: Metode Hanlon Dan Fish Bone

11

“CONTOH KASUS METODE HANLON”

Setelah ditemukan masalah kegiatan.program (dengan menentukan hasil

kegiatan, yang pencapaiannya < 100%), langkah selanjutnya adalah menentukan

prioritas masalah.

Misal masalah yang ditemukan sbb :

Untuk penentuan prioritas masalah dengan menggunakan metode Hanlon

Kuantitatif.

Kriteria dalam Hanlon Kuantitatif sbb ::

Kriteria A: Besarnya masalah

Kriteria B: Kegawatan masalah

Kriteria C: Kemudahan dalam penganggunalan

Kriteria D: Faktor PEARL

1) Kriteria A: Besarnya Masalah

Besarnya masalah dapat ditentukan melalui langkah-langkah berikut:

Langkah 1:

Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih presentasi pencapaian

hasil kegiatan dengan pencapaian 100%.

Masalah Pencapaian Target

Cakupan imunisasi dasar lengkap 53,8% 90%

Cakupan kunjungan bumil K4 82,39% 100%

Cakupan D/S balita di posyandu 71,4% 80%

Cakupan penduduk yang memiliki BPJS 61,25% 100%

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 88,64 90%

Cakupan penemuan dan oenanganan pneumonia 24,74 100%

Page 12: Metode Hanlon Dan Fish Bone

12

Masalah Pencapaian Target Besarnya

masalah

(Target-

pencapaian)

Nilai

Cakupan imunisasi dasar

lengkap

53,8% 90% 36,2% 4

Cakupan kunjungan bumil K4 82,39% 100% 17,61% 3

Cakupan D/S balita di

posyandu

71,4% 80% 8,6% 2

Cakupan penduduk yang

memiliki BPJS

61,25% 100% 38,75% 5

Cakupan persalinan oleh

tenaga kesehatan

88,64 90% 1,36% 1

Cakupan penemuan dan

oenanganan pneumonia

24,74 100% 75,26% 6

2) Kriteria B: Kegawatan Masalah

Kriteria ini dilakukan dengan cara menentukan keganasan, tingkat urgensi,

dan tingkat penyebaran/meluasnya tiap masalah dengan sistem scoring dengan

score 1 – 5.

Keganasan dinilai sbb :

Sangat ganas : 5

Ganas : 4

Cukup ganas : 3

Kurang ganas : 2

Tidak ganas : 1

Tingkat urgensi dinilai sbb :

Sangat mendesak : 5

Mendesak : 4

Page 13: Metode Hanlon Dan Fish Bone

13

Cukup mendesak : 3

Kurang mendesak : 2

Tidak mendesak : 1

Masalah Keganasan Tingkat urgensi Nilai

Cakupan imunisasi dasar lengkap 4 5 9

Cakupan kunjungan bumil K4 3 2 5

Cakupan D/S balita di posyandu 2 4 6

Cakupan penduduk yang memiliki BPJS 1 3 4

Cakupan persalinan oleh tenaga

kesehatan

4 4 8

Cakupan penemuan dan penanganan

pneumonia

5 5 10

3) Kriteria C: Kemudahan dalam Penganggulangan

Kemudahan dalam penganggulangan masalah di ukur dengan sistem

scoring dengan nilai 1 – 5 dimana:

Sangat mudah : 5

Mudah : 4

Cukup mudah : 3

Sulit : 2

Sangat sulit : 1

Tabel.14 Kriteria C ( kemudahan dalam penganggulangan)

Masalah Nilai

Cakupan imunisasi dasar

lengkap

2

Cakupan kunjungan bumil K4 5

Cakupan D/S balita di

posyandu

2

Page 14: Metode Hanlon Dan Fish Bone

14

Cakupan penduduk yang

memiliki BPJS

2

Cakupan persalinan oleh

tenaga kesehatan

1

Cakupan penemuan dan

penanganan pneumonia

2

4) Kriteria D: PEARL faktor

Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa factor yang saling menentukan

dapat atau tidak nya suatu program dilaksanakan, factor-faktor tersebut adalah:

Kesesuaian (Propriety)

Secara Ekonomis murah (Economic)

Dapat diterima (Acceptability)

Tersedianya sumber ( Resources availability)

Legalitas terjamin (Legality)

Tabel.15 Kriteria D. PEARL FAKTOR

Masalah P E A R L Hasil kali

Cakupan imunisasi dasar

lengkap

1 1 1 1 1 1

Cakupan kunjungan bumil K4 1 1 1 1 1 1

Cakupan D/S balita di posyandu 1 1 1 1 1 1

Cakupan penduduk yang

memiliki BPJS

1 1 1 1 1 1

Cakupan persalinan oleh tenaga

kesehatan

1 1 1 1 1 1

Cakupan penemuan dan

penanganan pneumonia

1 1 1 1 1 1

Page 15: Metode Hanlon Dan Fish Bone

15

5) Penilaian Prioritas Masalah

Setelah nilai dari kriteria A,B,C dan D didapat, hasil tersebut dimasukan

dalam formula nilai prioritas dasar ( NPD ) serta nilai prioritas total (NPT) untuk

menentukan prioritas masalah yang dihadapi:

NPD = (A+B) x C

NPT = (A+B) x C x D

Tabel.16 Urutan prioritas berdasarkan perhitungan Hanlon kuantitatif

No A B C D NPD NPT Urutan

Prioritas

Cakupan imunisasi dasar lengkap 4 9 2 1 26 26 IV

Cakupan kunjungan bumil K4 3 5 5 1 40 40 I

Cakupan D/S balita di posyandu 2 6 2 1 16 16 V

Cakupan penduduk yang memiliki

BPJS

5 4 2 1 27 27 III

Cakupan persalinan oleh tenaga

kesehatan

1 8 1 1 9 9 VI

Cakupan penemuan dan

penanganan pneumonia

6 10 2 1 32 32 II

Urutan Prioritas Masalah :

1. Cakupan kunjungan bumil K4

2. Cakupan penemuan dan penanganan pneumonia

3. Cakupan penduduk yang memiliki BPJS

4. Cakupan imunisasi dasar lengkap

5. Cakupan D/S balita di posyandu

6. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan

Page 16: Metode Hanlon Dan Fish Bone

16

BAHASAN 2

“Tahap Analisis Akar Penyebab Masalah – Diagram Fish Bone”

1. Pengertian Diagram Fishbone

Diagram ini disebut diagram tulang ikan karena bentuknya seperti

kerangka ikan (tulang-tulang ikan). Diagram ini sering juga disebut Diagram

Ishikawa, sesuai dengan penemunya, yaitu Prof. Kaoru Ishikawa dari

Universitas Tokyo pada tahun 1943 (Kuswadi dan Erna Mutiara, 2004).

Diagram ini pertama kali digunakan oleh Prof. Kaoru Ishikawa untuk

manajemen kualitas di perusahaan Kawasaki, yang selanjutnya diakui

sebagai salah satu pioner pembangunan dari proses manajemen modern.

Diagram Ishikawa adalah alat yang membantu untuk mengidentifikasi

penyebab masalah. Diagram Ishikawa memiliki gambaran menyeluruh dari

penyebab yang menimbulkan masalah dengan representasi terstruktur

semua penyebab yang menghasilkan efek. Ada hubungan antara semua

penyebab dan seseorang dapat mengidentifikasi akar penyebab masalah.

Menurut Scarvada (2004), konsep dasar dari diagram fishbone

adalah permasalahan mendasar diletakkan pada bagian kanan dari diagram

atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya. Penyebab

permasalahan digambarkan pada sirip dan durinya. Scarvada (2004)

menyatakan Diagram fishbone ini dapat diperluas menjadi diagram sebab

dan akibat (cause and effect diagram). Diagram Fishbone diagram berbasis

teknik diagram yang menggabungkan Brainstorming dengan jenis Mind Map,

mendorong untuk mempertimbangkan semua kemungkinan penyebab

masalah, bukan hanya masalah yang paling jelas.

Page 17: Metode Hanlon Dan Fish Bone

17

Format diagram sebab akibat secara umum ditunjukkan dalam gambar berikut:

(Eddy Herjanto, 2007)

2. Tujuan Diagram Fishbone

Fishbone Diagrams (Diagram Tulang Ikan) adalah diagram sebab-

akibat yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi potensi masalah kinerja.

Diagram tulang ikan menyediakan struktur untuk diskusi kelompok sekitar

potensi penyebab masalah tersebut. Tujuan utama dari diagram tulang ikan

adalah untuk menggambarkan secara grafik cara hubungan antara akibat

dan semua faktor yang berpengaruh pada akibat ini.

Page 18: Metode Hanlon Dan Fish Bone

18

Pembuatan diagram ini bertujuan untuk mencari faktor-faktor yang

mungkin menjadi penyebab dari suatu masalah atau penyimpangan (sebagai

akibat dari sebab-sebab). Dengan diketahui hubungan antara sebab dan

akibat suatu masalah, maka tindakan pemecahan masalah akan mudah

ditentukan. (Kuswadi dan Erna Mutiara, 2004)

Fishbone Diagrams adalah alat analisis yang menyediakan cara

sistematis melihat efek dan penyebab yang membuat atau berkontribusi

terhadap efek tersebut. Karena fungsi diagram Fishbone, dapat disebut

sebagai diagram sebab-akibat (Watson, 2004). Fungsi dasar diagram tulang

ikan adalah untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-penyebab

yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan

akar penyebabnya.

3. Manfaat Diagram Fishbone

Diagram Fishbone dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan

baik pada level individu, tim, maupun organisasi. Terdapat banyak kegunaan

atau manfaat dari pemakaian Diagram Fishbone ini dalam analisis masalah.

Manfaat penggunaan diagram fishbone tersebut antara lain:

1. Memfokuskan individu, tim, atau organisasi pada permasalahan utama.

Penggunaan Diagram Fishbone dalam tim/organisasi untuk menganalisis

permasalahan akan membantu anggota tim dalam menfokuskan

permasalahan pada masalah prioritas.

2. Memudahkan dalam mengilustrasikan gambaran singkat permasalahan

tim/organisasi. Diagram Fishbone dapat mengilustrasikan permasalahan

utama secara ringkas sehingga tim akan mudah menangkap permasalahan

utama.

3. Menentukan kesepakatan mengenai penyebab suatu masalah. Dengan

menggunakan teknik brainstorming para anggota tim akan memberikan

sumbang saran mengenai penyebab munculnya masalah. Berbagai

Page 19: Metode Hanlon Dan Fish Bone

19

sumbang saran ini akan didiskusikan untuk menentukan mana dari

penyebab tersebut yang berhubungan dengan masalah utama termasuk

menentukan penyebab yang dominan.

4. Membangun dukungan anggota tim untuk menghasilkan solusi. Setelah

ditentukan penyebab dari masalah, langkah untuk menghasilkan solusi

akan lebih mudah mendapat dukungan dari anggota tim.

5. Memfokuskan tim pada penyebab masalah. Diagram Fishbone akan

memudahkan anggota tim pada penyebab masalah. Juga dapat

dikembangkan lebih lanjut dari setiap penyebab yang telah ditentukan.

6. Memudahkan visualisasi hubungan antara penyebab dengan masalah.

Hubungan ini akan terlihat dengan mudah pada Diagram Fishbone yang

telah dibuat.

7. Memudahkan tim beserta anggota tim untuk melakukan diskusi dan

menjadikan diskusi lebih terarah pada masalah dan penyebabnya.

Secara umum manfaat lain dari proses pembuatan diagram tulang ikan adalah

antara lain:

Merupakan latihan dalam menggunakan logika bagaimana mencari

faktor-faktor penyebab dan hubungannya dengan akibat.

Diagram ini merupakan alat (pemandu) dalam diskusi kelompok secara

sistematis

Dapat diperoleh kemungkinan penyebab yang sebanyak mungkin yang

menimbulkan suatu akibat

Membantu mengidentifikasi akar penyebab masalah dari suatu masalah.

Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah.

Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut.

Mengidentifikasi tindakan untuk menciptakan hasil yang diinginkan.

Membuat issue secara lengkap dan rapi.

Menghasilkan pemikiran baru.

(Kuswadi dan Erna Mutiara, 2004)

Page 20: Metode Hanlon Dan Fish Bone

20

4. Langkah-langkah pembuatan Diagram Fishbone

Diagram tulang ikan atau sebab akibat merupakan pendekatan

terstruktur yang memungkinkan dilakukan suatu analisis lebih terperinci

dalam menemukan penyebab-penyebab suatu masalah, ketidaksesuaian,

dan kesenjangan yang ada (Gasversz (1997: 112)). Terdapat 6 langkah yang

harus dilakukan dalam melakukan analisis dengan diagram tulang ikan yaitu:

I. Menyepakati permasalahan utama yang terjadi dan diungkapkan bahwa

masalah tersebut merupakan suatu pernyataan masalah (problem

statement).

Masalah merupakan perbedaan antara kondisi yang ada dengan kondisi

yang diinginkan (W. Pounds, 1969 dalam Robbins dan Coulter, 2012). Pada

langkah pertama ini, harus dilakukan kesepakatan terhadap sebuah pernyataan

masalah (problem statement). Pernyataan masalah tersebut kemudian

diinterpretasilan sebagai “effect” atau secara visual dalam fishbone seperti

“kepala ikan”. Selanjutnya menuliskan problem statement disebelah kanan

diagram dan menggambar sebuah kotak yang mengelilingi tulisan pernyataan

masalah tersebut dan membuat panah horizontal panjang menuju ke arah kotak.

Gambar kesepakatan permasalahan utama

II. Mengidentifikasi penyebab masalah yang mungkin

Identifikasi ini dilakukan dengan metode brainstorming. Menurut Scarvada

(2004), penyebab permasalahan dapat dikelompokkan dalam enam kelompok

yaitu materials (bahan baku), machines and equipment (mesin dan peralatan),

Page 21: Metode Hanlon Dan Fish Bone

21

manpower (sumber daya manusia), methods (metode), mother

nature/environment (lingkungan), dan measurement (pengukuran). Gaspersz dan

Fontana (2011) mengelompokkan penyebab masalah menjadi tujuh yaitu

manpower (SDM), machines (mesin dan peralatan), methods (metode), materials

(bahan baku), media, motivation (motivasi), dan money (keuangan). Kelompok

penyebab masalah ini ditempatkan di Diagram Fishbone pada sirip ikan. Pada

tahap kedua ini, dilanjutkan dengan pengisian penyebab masalah yang disepakati

seperti pada gambar berikut:

Gambar identifikasi penyebab masalah

III. Identifikasi kategori penyebab

Dimulai dari garis horizontal utama, membuat garis diagonal yang

menjadi cabang. Setiap cabang mewakili sebab utama dari masalah yang

ditulis. Sebab ini diinterpretasikan sebagai cause, secara visual dalam fishbone

seperti tulang ikan. Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab

sedemikian rupa sehingga masuk akal dengan situasi. Kategori-kategori ini

antara lain:

a. Kategori 6M yang biasa digunakan dalam industri manufaktur:

1) Machine (mesin atau teknologi)

Page 22: Metode Hanlon Dan Fish Bone

22

2) Method (metode atau proses)

3) Material (termasuk raw material, consumption, dan informasi)

4) Man Power (tenaga kerja atau pekerjaan fisik) / Mind Power

(pekerjaan pikiran: kaizen, saran, dan sebagainya)

5) Measurement (pengukuran atau inspeksi)

6) Milieu / Mother Nature (lingkungan)

b. Kategori 8P yang biasa digunakan dalam industri jasa:

1) Product (produk/jasa)

2) Price (harga)

3) Place (tempat)

4) Promotion (promosi atau hiburan)

5) People (orang)

6) Process (proses)

7) Physical Evidence (bukti fisik)

8) Productivity & Quality (produktivitas dan kualitas)

c. Kategori 5S yang biasa digunakan dalam industri jasa:

1) Surroundings (lingkungan)

2) Suppliers (pemasok)

3) Systems (sistem)

4) Skills (keterampilan)

5) Safety (keselamatan)

Kategori di atas hanya sebagai saran, bisa digunakan kategori lain yang

dapat membantu mengatur gagasan-gagasan. Jumlah kategori biasanya sekitar

4 sampai dengan 6 kategori.

IV. Menemukan sebab potensial

Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui

sesi brainstorming. Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama

dimana sebab tersebut harus ditempatkan dalam fishbone diagram, yaitu

Page 23: Metode Hanlon Dan Fish Bone

23

tentukan dibawah kategori yang mana gagasan tersebut harus ditempatkan.

Sebab-sebab ditulis dengan garis horizontal sehingga banyak “tulang” kecil

keluar dari garis diagonal. Pertanyakan kembali “Mengapa sebab itu muncul?”

sehingga “tulang” lebih kecil (sub-sebab) keluar dari garis horizontal tadi. Satu

sebab bisa ditulis di beberapa tempat jika sebab tersebut berhubungan dengan

beberapa kategori.

V. Mengkaji kembali

Setelah menemukan penyebab potensial dari setiap penyebab yang

mungkin, kemudian dikaji kembali urutan penyebab hingga ditemukan akar

penyebabnya. Setelah itu tempatkan akar penyebab masalah tersebut pada

cabang yang sesuai dengan kategori utama sehingga membentuk seperti

tulang-tulang kecil dari ikan. Selanjutnya adalah menginterpretasikan dan

mengkaji kembali diagram sebab akibat tersebut mulai dari masalah awal

hingga ditemukannya akar penyebab tersebut.

VI. Mencapai kesepakatan

Setelah proses interpretasi dengan melihat penyebab yang muncul

secara berulang, didapatkan kesepakatan melalui konsensus tentang

penyebab itu, sehingga sudah dapat dilakukan pemilihan penyebab yang

paling penting dan dapat diatasi. Selanjutnya adalah memfokus perhatian

pada penyebab yang terpilih melalui konsensus tersebut untuk hasil yang lebih

optimal. Penerapan hasil analisis dengan menggunakan diagram tersebut

adalah dengan cara mengembangkan dan mengimplementasikan tindakan

korektif, serta memonitor hasil-hasil untuk menjamin bahwa tindakan korektif

yang dilakukan itu efektif dengan hilangnya penyebab masalah yang dihadapi.

5. Kelebihan dan Kekurangan Diagram Fishbone

Kelebihan Fishbone diagrams adalah dapat menjabarkan setiap

masalah yang terjadi dan setiap orang yang terlibat di dalamnya dapat

menyumbangkan saran yang mungkin menjadi penyebab masalah tersebut.

Page 24: Metode Hanlon Dan Fish Bone

24

Sedangkan kekurangan Fishbone diagrams adalah opinion based on tool

dan didesain membatasi kemampuan tim/pengguna secara visual dalam

menjabarkan masalah yang mengunakan metode “level why” yang dalam,

kecuali bila kertas yang digunakan benar-benar besar untuk menyesuaikan

dengan kebutuhan tersebut. Serta biasanya voting digunakan untuk memilih

penyebab yang paling mungkin yang terdaftar pada diagram tersebut.

Page 25: Metode Hanlon Dan Fish Bone

6. Contoh Kasus Penggunaan Diagram Fishbone

Tingginya angka kematian ibu di Indonesia terkait dengan rendahnya pencapaian pelaksanaan Antenatal Care

(ANC). Salah satu indikator tingkat perlindungan ibu hamil adalah K4. K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga

kesehatan yang keempat (atau lebih) untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan.

Kabupaten Banyuwangi memiliki pencapaian cakupan K4 pada tahun 2013 yaitu 82.39%, di bawah standart nasional

yang ditetapkan yaitu 93%

PENYELESAIAN:

Menyepakati permasalahan utama yang terjadi dan diungkapkan bahwa masalah tersebut merupakan suatu

pernyataan masalah (problem statement).

Dalam kasus diatas problem statement yang akan diungkap adalah rendahnya pencapaian cakupan K4 di

Banyuwangi. Problem statement diletakkan di bagian kepala ikan dalam diagram fishbone

Mengidentifikasi penyebab masalah yang mungkin

Menemukan sebanyak mungkin penyebab-penyebab yang memungkinkan problem statement terjadi.

- Kepala Puskesmas

- Ibu Hamil

- Dukun

- Alat peraga penyuluhan kurang

- Kerjasama bidan dukun belum terbentuk

- Pencatatan pelaporan tidak lengkap

- Akses

Page 26: Metode Hanlon Dan Fish Bone

26

- Budaya

- Puskesmas kurang berfungsi

-

Identifikasi kategori penyebab

- Man

- Method

- Mesin

- Lingkungan

Menemukan sebab potensial

A. Man

Kepala Puskesmas: motivasi kerja rendah, kurang keterampilan

Ibu Hamil: sangat percaya dukun, masih tradisional, ka puskesmas kurang memahami masalah

Dukun: banyak menolong persalinan, penyuluhan oleh puskesmas kurang.

B. Machine/alat

Alat peraga penyuluhan kurang: inventaris tidak diperiksa, alat tidak pernah digunakan, petugas

belum mendapat pelatihan

C. Lingkungan

Akses: Desa jauh, jalan buruk,

Budaya: masyarakat masih kolot

Puskesmas kurang berfungsi: penyuluhan kurang berhasil, partisipasi masyarakat kurang

Page 27: Metode Hanlon Dan Fish Bone

27

D. Metode

Kerjasama bidan dukun belum terbentuk: bidan tidak melakukan pendekatan, keterampilan

pendekatan

Pencatatan pelaporan tidak lengkap: kurang pembinaan, kurang koordinasi

Diagram Fishbone dari contoh kasus

Page 28: Metode Hanlon Dan Fish Bone

DAFTAR PUSTAKA

Azwar A., 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara.

Gaspersz, V. dan A. Fontana. 2011. Integrated Management Problem Solving

Panduan bagi Praktisi Bisnis dan Industri. Penerbit Vinchristo Publication.

Herjanto, Eddy. 2007. Manajemen Operasi Edisi Ketiga. PT Gramedia Widiasarana

Indonesia: Jakarta

Intiasari, Arih Diyaning. 2011. Menetapkan Prioritas Masalah. (Online)

http://www.budidarma.com/2011/06/menetapkan-prioritas-masalah.html

Kaplan, R.S. dan D.P. Norton. 1996. The Balanced Scorecard: Translating Strategy

into Action. Harvard Business Press.

Mutiara, Erna dan Kuswadi. 2004. Delapan Langkah dan Tujuh Alat Statistik untuk

Peningkatan Mutu Berbasis Komputer. PT Elex Media Komputindo: Jakarta

Scarvada, A.J., Tatiana Bouzdine-Chameeva, Susan Meyer Goldstein, Julie M.

Hays, Arthur V. Hill. 2004. A Review of the Causal Mapping Practice and

Research Literature. Second World Conference on POM and 15th Annual

POM Conference, Cancun, Mexico, April 30 – May 3, 2004.

Siti Thomas Zulaikhah, pemecahan masalah kesehatan. Bagian Kesehatan

Masyarakat

http://www.kesehatanmasyarakat.com/2009/01/4-faktor-penting-dalam-

penetapan.html