Metode Ilmiah Linear Dan Siklus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

metode

Citation preview

Metode siklus empirikDenganmelihatsusunan katanya, maka metodeini mempunyaidua segi,yaitu yangdigambarkan dengan istilah siklus dan yang digambarkan oleh istilah empirik. Istilahsiklusmenunjukkepadasuatu bentukpenyelidikanyang seakan-akanmengambilgaris yang melingkar berbentuk daur. Sedangkan istilah empirik menunjuk kepadabahannya,disiniialah:keadaan-keadaan,hal-halatauperistiwa-peristiwayangdalam tingkatan pertama dapat diserap dengan indera, maka dengan demikian bersifat objektifdan positif. Metodesiklusempirikdalam suatukegiatanilmiah mempunyai sejumlah ciri tertentu :a.Bahannya bersifat objektifdan dalam tingkatan pertamadapat dicerap denganindera.b.Padaumumnyapenerapanmetodeinidilakukanterhadapobjek-objekyangbersifat kelamaan.c.Penerapan metodeini selaluberbentukmelingkardandaur.d.Untukmendapatkanhasilyangcermat,makapenerapanmetodeterjadiataudilaksanakan dalamtempatyang tertutup,misalnyadilaboratorium,bengkel-bengkel ilmiah dan semacamnya.e.Karena bahannya bersifat empirik-objektif, maka dalam hal ini hasil penyelidikanyang bersangkutan secara umum dapat dikatakan sangat cermat.

Metode LinierMetodelinierini mempunyai bentuk lurus, dalam halini lurus kedepan ataudapat pula dalam hubunngan tertentu, lurusnya itu berarti tegak lurus, yang berartisekaligus jenjang berjenjang mulai dari yang terendah ke jenjang yang lebih tinggi.Jika kita menerapkan metode penyelidikan ilmiah linier, maka pada umumnya kitamenghadapi objek-objek ilmiah yang bersifat kejiwaan ata kerohanian, dalam hal inidapat berupa tingkah lakumanusiadalam berbagai bidang kehidupansepertibidangpolitik, ekonomi, sosial, kebudayaan dan kepercayaan agama. Adapun tahapan dalampenerapan metode linier :a.Pertama,tahappersepsidimanaorangmengadakanbahan-bahanbaikyangbersifat pra-ilmiah, maupun yang bersifat ilmiah secukup mungkin.b.Kedua, tahap konsepsidimana bahan-bahan yang terkumpultersebutdisusundalam suatu bagan atau sistematika yang polanya sudah tersedia.c.Ketiga, tahap prediksi dimana kita menarik kesimpulan-kesimpulan atau prediksi-prediksiyangbersifatumummenyangkutobjekpenyelidikanilmiahyangbersangkutan.Perbedaan hasil dalam penerapan kedua metode ini yaitu : bila menerapkan metodesiklus-empirik, maka biasanya kita akan sampai pada hipotesa-hipotesa, teori-teori ataubahkan sampai pada hukum-hukum alam, sedangkan penerapan metode linier, maka kitakan sampai pada hukum-hukum umum. Disebut hukum-hukum umum karena dalam kasus-kasustertentuselalu adakemungkinanterjadipenyimpanganterhadaphukum-hukum tadi. Sebaliknya jika kita berbicara mengenai hukum-hukum alam, maka padadasarnya dalam hal initidak memungkinkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan.

Metode siklus-empirik ialah cara penanganan dalam penyelidikan ilmiah terhadap obyek ilmiah yang bersifat empirik dan yang prosesnya mengambil bentuk lingkaran atau perulangan-perulangan. Dan metode linier ialah cara penanganan dalam penyelidikan ilmiah terhadap obyek ilmiah yang bersifat kejiwaan/kerohanian yang prosesnya mengambil bentuk garis lurus secara bertahap. Di antara metode siklus-empirik dan metode linier nampak ada perbedaan dalam penerapan, metode siklus-empirik penerapannya dilingkungan ilmu yang bersifat kealaman, sedang metode linier penerapannya dilingkungan ilmu yang bersifat kejiwaan/ kerohanian.Penerapan metode ilmiah di atas tidaklah bersifat mutlak, banya untuk memudahkan dalam mengambil titik awal penelitian atau pengkajian, dengan bahan-bahan penelitian menjadi bahan pertimbangan dalam penerapan metode ilmiah. Pada dasarnya metode ilmiah itu sama bagi semua disiplin ilmu, baik dilingkungan ilmu alam atau dilingkungan ilmu sosial/ilmu kemanusiaan. Jujun S. Suriasumantri menulis: Metode ilmiah pada dasarnya adalah sama bagi semua disiplin keilmuan baik yang termasuk dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial. Bila terdapat perbedaan dalam kedua kelompok keilmuan ini maka perbedaan tersebut sekadar terletak pada aspek-aspek tekniknya dan bukan pada struktur berpikir atau aspek metodologisnya. Teknis pengumpulan data mengenai gejala gunung berapi jelas akan berbeda dengan teknik pengumpulan data tentang sikap kaum remaja mengenai keluarga berencana. Demikian juga teknik pengamatan bintang-bintang di langit akan berbeda dengan teknik pengamatan anak taman kanak-kanak yang sedang belajar mengeja (Suriasumantri, 1990:132). Dengan demikian jelas bahwa tidak ada perbedaan untuk penerapan metode ilmiah dalam penelitian atau pengkajian ilmiah, baik dalam kelompok ilmu alam ataupun dalam kelompok ilmu sosial/ilmu kemanusiaan; hanya berbeda dalam penggunaan teknik-tekniknya yang dikaitkan dengan bahan atau obyek penelitian ilmiah yang menggunakan teknik.Menurut The Liang Gie, teknik adalah sesuatu cara operasional yang seringkali bercorak rutin, mekanis atau spesialistis untuk memperoleh dan menangani data dalam penelitian. Sedang metode ilmiah adalah berbagai prosedur yang mewujudkan pola-pola dan tata langkah dalam pelaksanaan sesuatu penelitian ilmiah (Gie, 1987:58). Jadi dapat dimengerti bahwa teknik yang merupakan cara operasional dan spesialis menjadi bagian daripada metode ilmiah yang memiliki polapola dan langkah-langkah tertentu dalam rangka penemuan ilmu. Dengan kata lain teknik menjadi aspek yang cukup penting keberadaannya dalani metode ilmiah atau metode keilmuan.Langkah-langkah yang cukup umum dalam metode ilmiah, yaitu: penentuan masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan data, penurunan kesimpulan, dan verifikasi hasil (Gie, 1987:54). Langkah-langkah di atas merupakan langkah minimal yang harus ada, dan menjadi pola yang cukup umum dalam proses penemuan pengetahuan ilmiah. Dan langkah ini tidak menutup kemungkinan terhadap masuknya langkah tambahan dari yang telah ada.Ada langkah atau pola lain yang tidak banyak berbeda, langkah ini merupakan langkah-langkah dalam metode ilmiah yang berintikan proses logico-hypotheticoverifakasi, yaitu:1. Perumusan masalah yang merupakan pertanyaan mengenai obyek empiris yang jelas batas-batas serta dapat diidentifikasi faktor-faktor terikat di dalamnya;2. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan;3. Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan;4. Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak;5. Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian terdapat fakta yang cukup yang mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya sekiranya dalam proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup mendukung hipotesis maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis, yang diterima kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan yakni mempunyai kerangka penjelasan konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah teruji kebenarannya. Pengertian kebenaran di sini harus ditafsirkan secara pragmatis artinya bahwa sampai saat ini belum terdapat fakta yang menyatakan sebaliknya (Suriasumantri, 1990:128).Kelima langkah di atas merupakan patokan utama, yang masih membuka pintu kemungkinan berkembangnya langkah atau pola variasi yang relevan yang menjadi pendukung dan penjelas. Maka boleh dikata belum ada kesamaan langkah/pola pasti pada metode ilmiah. Tata langkah atau pola dalam metode ilmiah meskipun belum ada kepastian mengenai jumlah, bentuk dan urutan langkah (Gie, 1987:54), namun pola itu merupakan ide, konsep dan ungkapan pikiran teratur serta sarana menuju penemuan pengetahuan ilmiah dan kebenaran (ilmiah).Metode ilmiah beserta tekniknya yang relevan menjadi tuntutan dalam rangka pencapaian pengetahuan ilmiah, bila tanpa adanya metode ilmiah maka sulit pengetahuan ilmiah yang disebutnya ilmu akan ditemukan, karena metode ilmiah merupakan jalan yang harus dilalui dengan memperhatikan teknik-teknik yang relevan. Bila tanpa adanya relevansi tehnik dengan bidang kajian maka hasilnya akan berbeda, bahkan kesalahan yang ditemukan. Dengan kata lain bidang kajianlah yang yang membedakan penggunaan teknik-teknik yang ada dalam metode ilmiah. Penggunaan teknik pengumpulan data tentang kenakalan remaja atau orang tua dalam bidang seksual akan berbeda dengan teknik pengumpulan data tentang ragam batuan di lereng gunung. Sementara metode ilmiahnya tak ada perbedaan; dengan langkah-langkah pokoknya: perumusan masalah, penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis, perumusan hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan.Langkah-langkah dalam metode ilmiah itu jangan ditafsirkan secara mati, tetapi suatu konsep dinamis yang menekankan logika berpikir dan alur-alur pemikiran benar, sehingga tumbuh kembangnya pola pemikiran kaku akan terkikis. Pola pemikiran dinamis dan optimis menjadi pupuk tumbuh suburnya pohon-pohon ilmu. Ilmu yang kini berjalan cepat karena partisipasinya metode ilmiah yang cukup besar, di samping sumbangsih aspek-aspek lain, seperti sosial (yang melakukan komunikasi ilmiah).Kendatipun metode ilmiah pantas mendapat gelar bintang pengembang ilmu, namun untuk tidak, menimbulkan kecongkakan metode ilmiah kiranya perlu ingat kembali perkataan Leonard Nash bahwa terdapat bahaya yang potensial mengintai di balik mitos yang bernama metode: yakni bahwa ilmuwan akan memperlakukannya secara terlalu bersungguh-sungguh! (Suriasumantri, 1990:133).

Anshari, Endang Saifuddin. 1981. Ilmu, Filsafat dan Agama. Surabaya : Bina Ilmu.Ghulsyani, Mahdi. 1986. Fiksafat Sains menurut Al Quran. Penerjemah Agus Effendi. Bandung Mizan.Gie, The Liang. 1987. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Yayasan S.I.T.Hadiwijoyono, Harun. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta : Karnisius.Hashem, O. 1983. Keesan Tuhan Sebuah Pembahasan Ilmiah. Bandung : Pustaka.Kattsoff, Louis O. 1986. Pengantar Filsafat. Alih Bahasa Soejono Soemargono. Yogyakarta : Tiara Wacana.Poedjawaijatna, I.R. 1980. Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat. Jakarta : PT. Pembangunan.Soemargono, Soejono. 1983. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta : Nur Cahaya.Suhadi. 1989. Risalah Dasar Filsafat Hukum. Solo : Tiga Serangkai.Sunoto. 1985. Mengenai Filsafat Pancasila 1. Yogyakarta : PT. Hanindita.Suriasumantri, Jujun S.. 1990. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Sinar Harapan

Olimpiade Penelitian SiswaWow, Ada 983 Makalah Penelitian Siswa!AKARTA, KOMPAS.com- Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) tahun ini dikelompokkan menjadi tiga, yaitu Kelompok Sains Dasar (matematika, fisika, kimia, biologi), Kelompok Sains Terapan (ekologi, mesin dan eletronika, komputer/informatika, kesehatan, pertanian), serta IPS dan Humaniora (ekonomi dan manajemen, sejarah dan kebudayaan, bahasa dan kesusastraan, pendidikan dan psikologi, sosiologi dan antropologi).Dari 983 naskah OPSI 2010 yang diterima panitia, terdapat 240 makalah yang masuk dari bidang sains dasar, 472 dari bidang sains terapan, dan 199 dari bidang IPS dan humaniora. Untuk melakukan proses seleksi terhadap 983 makalah itu, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdiknas, telah membentuk tim juri yang berasal dari beberapa pakar penelitian dan dosen dari berbagai perguruan tinggi negeri dengan latar belakang ilmu ataupun bidang yang diteliti.Koordinator juri bidang sains terapan, Dr Moh. Hasroel Thayib mengatakan, secara garis besar penilaian makalah penelitian OPSI meliputi aspek-aspek antara lain keterpenuhan metode ilmiah, keunikan ide penelitian dan kreativitas, peluang aplikasi, orosinilitas, serta kebahasaan."Maka, peranan para guru sangat penting dalam mendukung motivasi siswa untuk meneliti. Dari beberapa makalah yang diseleksi, masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki oleh siswa, khususnya metodologi penelitian yang dilakukan masih belum terstruktur," ujar Hasroel kepadaKompas.com,Selasa (31/8/2010), di Jakarta.Menurut Hasroel, guru harus lebih dulu memberikan pemahaman pada siswa tentang prosedur-prosedut meneliti yang baik. Dia bilang, sampai saat ini masih banyak makalah yang perlu mendapat perhatian khusus para guru, meskipun beberapa diantaranya sudah ada yang cukup baik untuk tataran siswa SMA."Namun demikian apa yang sudah dilakukan para siswa yang mengirimkan naskah OPSI ini kita berikan apresiasi yang luar biasa atas keinginan mereka untuk meneliti, ini sebenarnya tujuan utama kita," jelas Hasroel.Adapun pelaksanaan Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2010 telah memasuki tahap awal, yakni proses penyeleksian naskah penelitian. Sebanyak 983 makalah yang diterima oleh Subdit Kesiswaan Direktorat Pembinaan SMA Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) telah diseleksi oleh tim juri pada 20 22 Agustus 2010 lalu.Kepala Seksi Bakat dan Prestasi Siswa-Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdiknas, Suharlan, mengatakan, OPSI merupakan format baru dan penyempurnaan dari kegiatan Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) sebagai pintu gerbang prestasi para siswa Indonesia di kancah internasional seperti yang diatur dalam Permendiknas nomor 34 dan 38 tentang pembinaan prestasi peserta didik."Ini untuk menghindari kompetisi-kompetisi internasional tanpa melalui proses seleksi secara terbuka yang hanya menunjuk dan membina sekolah-sekolah tertentu," ujarnya.Selasa, 31 Agustus 2010Audit Daftar Pemilih untuk Jamin Hak PemilihJAKARTA, KAMIS- Permasalahan yang sering terjadi dalam setiap Pemilu atau Pilkada adalah mengenai daftar pemilih. Seringkali terjadi protes dari warga yang memiliki hak pilih, karena mereka tak terdaftar untuk menggunakan suaranya. Hal ini disebabkan daftar pemilih yang tidak lengkap dan tidak akurat. Akibatnya, berpotensi menimbulkan sengketa antar peserta Pemilu, juga mengesampingkan hak warga negara.Guna melakukan verifikasi dan menjamin kualitas daftar pemilih, Lembaga Penelitian, Pendidikan & Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) bersama National Democratic Institute (NDI) akan melakukan program Audit Daftar Pemilih (ADP).Program ini bertujuan melakukan verifikasi terhadap akurasi daftar pemilih dan mengevaluasi kualitas proses pendaftaran pemilih dalam hal komprehensivitas dan keterkinian. "Audit ini juga bertujuan untuk menjamin hak pemilih Indonesia terdaftar sebagai pemilih, mencegah terjadinya manipulasi, menginformasikan pemilih terkait dengan proses pendaftaran pemilih," jelas Kepala Divisi Penelitian LP3ES, Fajar Nursahid di Jakarta, Kamis (24/7).ADP akan dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah yang pernah juga dilakukan dalam Pemilu 2004, Pilkada NAD 2006 dan Pilgub Jakarta 2007. Polanya adalah audit dua arah (two-way audit) yaitu tes dari daftar ke pemilih dan tes dari pemilih ke daftar.Tes dari daftar ke pemilih, untuk memastikan nama yang ada dalam daftar pemilih adalah orang yang sebenarnya dan memenuhi syarat untuk memilih. Sementara tes dari pemilih ke daftar dimaksudkan untuk mengecek apakah terdapat orang yang memenuhi syarat menjadi pemilih, namun namanya tidak terdapat dalam daftar pemilih sementara.Program ADP akan dilaksanakan mulai tanggal 7 hingga 10 AGustus 2008, dengan menjaring informasi dari 8874 responden yang tersebar di 33 provinsi. Selain sample nasional, akan dilihat juga kualitas data di beberapa wilayah secara khusus di Aceh, Jakarta, Kalimantan Barat, Kupang, Kota Yogyakarta, dan wilayah Indonesia Timur. Hasilnya akan diumumkan pada 19 Agustus 2008 mendatang.Kamis, 24 Juli 2008 |

http://nasional.kompas.com/read/2010/08/31/11440573/wow.ada.983.makalah.penelitian.siswahttp://nasional.kompas.com/read/2008/07/24/13344851/www.kompas.com