50
http://mutsla.blogspot.in/2012/12/macam-macam-metode- pembelajaran-al-quran.html?m=1 Macam-macam Metode Pembelajaran Al-Qur'an Dalam proses pembelajaran, metode mempunyai peranan sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. a. Metode Iqro’ Metode iqro’ adalah suatu metode membaca Al-Qur'an yang menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan iqro’ terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna. Metode Iqro’ ini disusun oleh Ustadz As’ad Human yang berdomisili di Yogyakarta. Kitab Iqro’ dari ke-enam jilid tersebut di tambah satu jilid lagi yang berisi tentang doa-doa. Dalam setiap jilid terdapat petunjuk pembelajarannya dengan maksud memudahkan setiap orang yang belajar maupun yang mengajar Al-Qur'an. Metode iqro’ ini dalam prakteknya tidak mem-butuhkan alat yang bermacam-macam, karena ditekan-kan pada bacaannya (membaca huruf Al-Qur'an dengan fasih). Bacaan langsung tanpa dieja. Artinya tidak diperkenalkan nama- nama huruf hijaiyah dengan cara belajar siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual. Adapun kelemahan dan kelebihan metode Iqro’ adalah: 1. Kelebihan a. Menggunakan metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif melainkan santri yang dituntut aktif.

Metode Membaca Quran

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Metode Membaca Quran

Citation preview

http://mutsla.blogspot.in/2012/12/macam-macam-metode-pembelajaran-al-quran.html?m=1

Macam-macam Metode

Pembelajaran Al-Qur'an

Dalam proses pembelajaran, metode

mempunyai peranan sangat penting dalam upaya

pencapaian tujuan pembelajaran.

a. Metode Iqro

Metode iqro adalah suatu metode membaca

Al-Qur'an yang menekankan langsung pada

latihan membaca. Adapun buku panduan iqro

terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang

sederhana, tahap demi tahap sampai pada

tingkatan yang sempurna.

Metode Iqro ini disusun oleh Ustadz Asad

Human yang berdomisili di Yogyakarta. Kitab

Iqro dari ke-enam jilid tersebut di tambah satu

jilid lagi yang berisi tentang doa-doa. Dalam

setiap jilid terdapat petunjuk pembelajarannya

dengan maksud memudahkan setiap orang yang

belajar maupun yang mengajar Al-Qur'an.

Metode iqro ini dalam prakteknya tidak

mem-butuhkan alat yang bermacam-macam,

karena ditekan-kan pada bacaannya (membaca

huruf Al-Qur'an dengan fasih). Bacaan langsung

tanpa dieja. Artinya tidak diperkenalkan nama-

nama huruf hijaiyah dengan cara belajar siswa

aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual.

Adapun kelemahan dan kelebihan metode

Iqro adalah:

1. Kelebihan

a. Menggunakan metode CBSA, jadi bukan guru

yang aktif melainkan santri yang dituntut

aktif.

b. Dalam penerapannya menggunakan klasikal

(membaca secara bersama) privat, maupun

cara eksistensi (santri yang lebih tinggi jilid-

nya dapat menyimak bacaan temannya yang

berjilid rendah).

c. Komunikatif artinya jika santri mampu

membaca dengan baik dan benar guru dapat

memberikan sanjungan, perhatian dan peng-

hargaan.

d. Bila ada santri yang sama tingkat pelajaran-

nya, boleh dengan sistem tadarrus, secara

bergilir membaca sekitar dua baris sedang

lainnya menyimak.

e. Bukunya mudah di dapat di toko-toko.

2. Kekurangan

a. Bacaan-bacaan tajwid tak dikenalkan

sejak dini.

b. Tak ada media belajar

c. Tak dianjurkan menggunakan irama

murottal .

b. Metode Al-Baghdad

Metode Al-Baghdady adalah metode

tersusun ( tarkibiyah), maksudnya yaitu suatu

metode yang tersusun secara berurutan dan

merupakan sebuah proses ulang atau lebih kita

kenal dengan sebutan metode alif, ba, ta.

Metode ini adalah metode yang paling lama

muncul dan metode yang pertama berkembang

di Indonesia.

Cara pembelajaran metode ini adalah:

- Hafalan

- Eja

- Modul

- Tidak variatif

- pemberian contoh yang absolute

Metode ini mempunyai kelebihan dan

kekurang-an, yaitu:

1. Kelebihan

a. Santri akan mudah dalam belajar karena

sebelum diberikan materi, santri sudah hafal

huruf-huruf hijaiyah.

b. Santri yang lancar akan cepat melanjutkan

pada materi selanjutnya karena tidak

menunggu orang lain.

2. Kekurangan

a. Membutuhkan waktu yang lama karena harus

menghafal huruf hijaiyah dahulu dan harus

dieja.

b. Santri kurang aktif karena harus mengikuti

ustadz-ustadznya dalam membaca.

c. Kurang variatif karena menggunakan satu

jilid saja.

c. Metode An-Nahdhiyah

Metode An-Nahdhiyah adalah salah satu

metode membaca Al-Qur'an yang muncul di

daerah Tulungagung, Jawa Timur. Metode ini

disusun oleh sebuah lembaga pendidikan Maarif

Cabang Tulungagung. Karena metode ini

merupakan metode pengembangan dari metode

Al-Baghdady, maka materi pembelajaran Al-

Qur'an tidak jauh berbeda dengan metode

Qiraati dan Iqro. Dan perlu diketahui bahwa

pembelajaran metode ini lebih ditekankan pada

kesesuaian dan keteraturan bacaan dengan

ketukan atau lebih tepatnya pembelajaran Al-

Qur'an pada metode ini lebih menekankan pada

kode Ketukan.

Dalam pelaksanaan metode ini mempunyai dua

program yang harus diselesaikan oleh para

santri, yaitu:

1. Program buku paket yaitu program awal

sebagai dasar pembekalan untuk mengenal

dan memahami serta mempraktekkan mem-

baca Al-Qur'an

2. Program sorogan Al-Qur'an yaitu program

lanjutan sebagai aplikasi praktis untuk meng-

antarkan santri mampu membaca Al-Qur'an

sampai khatam.

Dalam metode ini buku paketnya tidak dijual

bebas bagi yang ingin menggunakannya atau

ingin menjadi guru pada metode ini harus sudah

mengikuti penataran calon guru metode An-

Nahdhiyah.

Dalam program sorogan Al-Qur'an ini santri

akan diajarkan bagaimana cara-cara membaca

Al-Qur'an yang sesuai dengan sistem bacaan

dalam membaca Al-Qur'an. Dimana santri

langsung praktek membaca Al-Qur'an besar.

Disini santri akan diperkenalkan beberapa sistem

bacaan, yaitu t artil, tahqiq, dan taghanni.

d. Metode Jibril

Terminology (istilah) metode jibril yang

digunakan sebagai nama dari pembelajaran Al-

Qur'an yang diterapkan di PIQ Singosari Malang,

adalah dilatar belakangi perintah Allah SWT

kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengikuti

bacaan Al-Qur'an yang telah diwahyukan melalui

malaikat Jibril. Menurut KH. M. Bashori Alwi

(dalam Taufiqur-rohman) sebagai pencetus

metode jibril, bahwa teknik dasar metode jibril

bermula dengan membaca satu ayat atau

lanjutan ayat atau waqaf, lalu ditirukan oleh

seluruh orang-orang yang mengaji. Sehingga

mereka dapat menirukan bacaan guru dengan

pas. Metode jibril terdapat 2 tahap yaitu tahqiq

dan tartil .

e. Metode Qiroati

Metode Qiroati disusun oleh Ustadz H.

Dahlan Salim Zarkasy pada tahun 1986

bertepatan pada tanggal 1 Juli. H.M Nur Shodiq

Ahrom (sebagai penyusun didalam bukunya

Sistem Qa'idah Qiraati Ngembul, Kalipare),

metode ini ialah membaca Al-Qur'an yang

langsung memasukkan dan mempraktek-kan

bacaan tartil sesuai dengan qa'idah ilmu tajwid

sistem pendidikan dan pengajaran metode

Qiraati ini melalui system pendidikan berpusat

pada murid dan kenaikan kelas/jilid tidak

ditentukan oleh bulan/tahun dan tidak secara

klasikal, tapi secara individual (perseorangan).

Santri/ anak didik dapat naik kelas/ jilid

berikutnya dengan syarat:

1. Sudah menguasai materi/paket pelajaran

yang diberikan di kelas.

2. Lulus tes yang telah diujikan oleh sekolah/

TPA.

1. Prinsip prinsip dasar Qiroati

a. prinsip-prinsip yang di pegang oleh guru/

ustadz yaitu:

- Tiwagas (teliti, waspada dan

tegas)

- Daktun (tidak boleh menuntun)

b. Prinsip-prinsip yang harus dipegang santri /

anak didik:

- CBSA : Cara belajar santri aktif.

- LCTB : Lancar cepat tepat dan

benar.

2. Strategi mengajar dalam Qiroati

Dalam mengajar Al-Qur'an dikenal beberapa

macam stategi. Yaitu:

1. Strategi mengajar umum (global)

a. Individu atau privat yaitu santri

bergiliran membaca satu persatu.

b. Klasikal Individu yaitu sebagian waktu

digunakan guru/ustadz untuk

menerangkan pokok pelajaran secara

klasikal.

c. Klasikal baca simak yaitu strategi ini

digunakan untuk mengajarkan membaca

dan menyimak bacaan Al-Qur'an orang

lain.

2. Strategi mengajar khusus (detil)

Strategi ini agar berjalan dengan baik maka

perlu di perhatikan syarat-syaratnya. Dan

strategi ini meng-ajarkannya secara khusus atau

detil. Dalam mengajar-kan metode qiroati ada I

sampai VI yaitu:

a. Jilid I

Jilid I adalah kunci keberhasilan dalam

belajar membaca Al-Qur'an. Apabila

Jilid I lancar pada jilid selanjutnya akan

lancar pula, guru harus memperhatikan

kecepatan santri.

b. Jilid II

Jilid II adalah lanjutan dari Jilid I yang

disini telah terpenuhi target Jilid I.

c. Jilid III

Jilid III adalah setiap pokok bahasan

lebih ditekankan pada bacaan panjang

(huruf mad).

d. Jilid IV

Jilid ini merupakan kunci keberhasilan

dalam bacaan tartil dan bertajwid.

e. Jilid V

Jilid V ini lanjutan dari Jilid IV. Disini

diharapkan sudah harus mampu

membaca dengan baik dan benar

f. Jilid VI

Jilid ini adalah jilid yang terakhir yang

kemudian dilanjutkan dengan pelajaran

Juz 27.

Juz I sampai Juz VI mempunyai target yang

harus dicapai sehingga disini guru harus lebih

sering melatih peserta didik agar target-target

itu tercapai. Metode ini mempunyai kelebihan

dan kekurangan antara lain:

Kelebihannya :

1. Siswa walaupun belum mengenal tajwid

tetapi sudah bisa membaca Al-Qur'an

secara tajwid. Karena belajar ilmu tajwid itu

hukumnya fardlu kifayah sedangkan

membaca Al-Qur'andengan tajwidnya itu

fardlu ain.

2. Dalam metode ini terdapat prinsip untuk

guru dan murid.

3. Pada metode ini setelah khatam

meneruskan lagi bacaan ghorib.

4. Jika santri sudah lulus 6 Jilid beserta

ghoribnya, maka ditest bacaannya kemudian

setelah itu santri mendapatkan syahadah

jika lulus test.

Kekurangannya:

Bagi yang tidak lancar lulusnya juga akan lama

karena metode ini lulusnya tidak ditentukan oleh

bulan/tahun.

Sumber: http://darussalam-

community.blogspot.com/

Metode Pembelajaran Membaca Al

Quran

1.Metode Qiraati

Belajar adalah sebagai suatu proses di

mana seorang berubah perilakuknya akibat

pengalaman (Gagne, 1985). Pengalaman dapat

diperoleh melalui proses belajar, dengan

mengamati, melakukan, memikirkan dan

merefleksikan. Pengalaman akan menjadi

pengetahuan. Demikian pula dengan

pengetahuan Al Quran diperoleh dengan cara

yang sama. Membaca Al Quran merupakan

bagian dari pengetahuan Al Quran, diperoleh

dengan cara belajar, sehingga tidak ada orang

yang otomatis bisa, dalam belajar diperlukan

waktu, tenaga dan biaya (Hidayatullah, 1994).

Banyak ditemukan metode

pembelajaran membaca Al Quran mulai dari

al-Baghdadi, Qiraati, al-Barqi, Iqro, Insani,

Tartila dan lainnya, yang dapat mempermudah

pebelajar membaca Al Quran dengan cepat.

Cepat yang dimaksud yaitu cepat membaca

huruf Al Quran dengan menggunakan metode

Qiraati.

Metode Qiraati adalah suatu model

dalam belajar membaca Al Quran yang secara

langsung (tanpa dieja) dan menggunakan atau

menerapkan pembiasaan membaca tartil

sesuai dengan kaidah tajwid (Zarkasiy, 1989).

Ada dua hal yang mendasari dari definisi

metode Qiraati, yaitu membaca Al Quran

secara langsung dan pembiasaan dalam

membaca tartil sesuai dengan kaidah ilmu

tajwid.

Membaca Al Quran secara langsung

atau tanpa dieja, maksudnya adalah huruf yang

ditulis dalam bahasa Arab dibaca secara

langsung tanpa diuraikan cara melafalkannya

(Supardi, 2004). Pembelajaran membaca Al

Quran dengan menggunakan metode Qiraati

pembelajaran menggunakan kalimat yang

sederhana, sesuai dengan kebutuhan dan

tingkat materi. Target utama dari metode

Qiraati pebelajar dapat secara langsung

mempraktekan bacaan-bacaan Al Quran

secara bertajwid.

Metode Qiraati telah banyak

mengantarkan para pebelajar untuk dapat

secara cepat mampu membaca Al Quran

secara bertajwid. Diakui bahwa tujuan utama

metode Qiraati bukan semata-mata

menjadikan para pebelajar bisa membaca Al

Quran dengan cepat dan singkat melainkan

untuk menjadikan para pebelajar dapat

membaca Al Quran secara baik dan benar

sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

Ukuran standar kemampuan pebelajar

yaitu para pebelajar mampu membaca Al

Quran dengan lancar dan benar dan tidak

memberi kepada pebelajar yang bisa membaca

tetapi tidak lancar. Implikasi dari sistem itu

bahwa lama masa belajar tidak dapat

ditentukan dan ditarget tergantung dari

semangat, kemauan, dan kepatuhan pebelajar

kepada bimbingan pembelajar.

a.Prinsip-prinsip Dasar Pembelajaran Metode

Qiraati

Seperti uraian sebelumnya metode

Qiraati merupakan bagian dari metode sintesis

(tharikah tharkibiyah) khususnya yang terkait

erat dengan sistem fenomena (Supardi, 2004).

Metode Qiraati dalam pembelajaran di mulai

dengan pengenalan lambang atau bunyi huruf

kepada pebelajar, selanjutnya dengan

merangkai kata menjadi kalimat sehingga

dapat dengan lancar membaca Al Quran.

Prinsip-prinsip dasar metode Qiraati adalah:

1.Praktis dan Sederhada

Artinya lansung (tanpa dieja atau

diuraikan) sebagai contoh: bila A-Ba ( )

tidak dieja alif fatha Aba fatha B =A-Ba ( )

dan tidak juga dibaca Aa-Baa. Secara

kuantitatif jumlah kata yang digunakan bila

dibaca secara langsung jauh lebih sedikit

daripada jumlah suku kata yang digunakan

dengan dieja atau diuraikan.

Kalimat yang dipakai harus sederhana,

menunjuk pada realitas bentuk tulisan teks

yang akan dibaca atau menghindari kalimat

yang bersifat teoritik atau deskriptif. Gunakan

kalimat: perhatikan ini! Bunyinya (Ba),

jangan mengatakan yang bentuknya begini,

seperti ini bunyinya adalah untuk

membedakan antar huruf cukup

membedakan perhatikan titiknya ini, atau

atau ini .

Mengajarkan bentuk huruf yang

bersambung atau bergandeng, tidak

diperkenankan mangatakan ini huruf di depan,

ini di tengah dan ini di belakang katakan saja

ini sama bunyinya. Apabila satu huruf bisa

berubah bentuknya seperti , maka

katakan , memiliki bentuk yang beragam

dan dibaca dengan cara yang sama.

Anak usia (7-11 tahun) menurut

Piaget sebagai masa operasional konkrit

(Slavin, 1994). Artinya di dalam proses

pembelajaran, materi pelajaraan yang di

sampaikan diusahakan dengan bahasa yang

sesederhana mungkin, tidak menggunakan

uraian kalimat yang panjang karena pada masa

itu kemampuan verbal pebelajar masih terbatas

pada hal-hal yang nyata (konkrit).

Menurut teori kognitif, dengan kata-

kata yang diuraikan, pebelajar akan mengalami

kesulitan dalam menangkap informasi yang

disampaikan. Banyaknya informasi,

menyulitankan pebelajar dalam menangkap

informasi mana yang penting dan kurang

penting, sehingga lebih banyak informasi itu

terbuang (Slavin, 1994). Dengan demikian,

proses pembelajaran dengan menggunakan

bahasa yang sederhana dan singkat bagi

pebelajar akan lebih efektif bila dibandikan

dengan menggunakan kata-kata yang

diuraikan. Teori belajar kognitif memusatkan

perhatian pada struktur-struktur dan prinsip-

prinsip kognitif yang bertindak sebagai

jembatan antara stimuli pembelajar dan

respon-respon pebelajar. Pembelajar dipandang

sebagai pengkonstruksi makna dari

pembelajaran, bukan makan yang terletak

secara terpisah dalam pembelajaran (Setyosari,

2001).

2)Sedikit Demi Sedikit

Pembelajaran dengan menggunakan

metode Qiraati dilakukan dengan santai dan

tidak tergesa-gesa untuk melanjutkan pada

bagian lain. Pebelajar dapat diperkenankan

untuk menambah materi pada pembelajaran

berikutnya bila sudah bisa membaca dengan

lancar dan bertajwid. Demikian pula halnya

dengan mengajarkan materi utama maupun

materi tambahan seperti mengajarkan materi

menghafal surat Al Fatihah, dilakukan dengan

sedikit demi sedikit, dan tidak mengajarkannya

secara utuh. Tambahan materi diberikan jika

telah manghafal dengan secara baik materi

yang diberikan. Demikian seterusnya, sehingga

surat-surat pendek dihafal dan anak mampu

membaca Al Quran dengan bertajwid.

Berikan materi Qiraati sesuai

kemampuan pebelajar, apabila pebelajar hanya

mampu satu halaman sehari bahkan kurang

dari itu maka janganlah dipaksa, demikian pula

bagi para pebelajar yang mampu beberapa

halaman setiap harinya, maka sebaiknya

diberikan motivasi dan tetap dibimbing sebagai

wujud menghargai kemampuannya. Menurut

Carroll (dalam Winkel, 1999), kemampuan

pebelajar dipandang sebagai ukuran kecepatan

dalam belajar, yaitu jumlah waktu yang

diperlukan oleh pebelajar untuk sampai pada

tingkat pengusaan atau tingkat keberhasilan

tertentu. Dengan demikian, pebelajar yang

pandai akan menguasai pelajaran dalam waktu

yang lebih singkat, dibandingkan dengan

pebelajar yang tidak begitu pandai, pebelajar

yang lebih cerdas memerlukan waktu yang

lebih sedikit, jika dibandingkan dengan

pebelajar yang kurang pandai memerlukan

waktu yang lebih lama untuk menguasai materi

pelajaran yang sama.

Setiap pebelajar dipandang mampu

untuk menguasai materi pelajaran secara

memuaskan, asal disediakan waktu yang cukup

baginya, perbedaan kemampuan antara

pebelajar, diukur menurut waktu yang

deperlukan untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Namun, pebelajar yang tidak

sepenuhnya menggunakan waktu yang

disediakan dan tidak belajar dengan sungguh-

sungguh selama waktu yang disedikan juga

tidak akan mencapai tingkat penguasaan yang

diharapkan. Dengan demikian, tingkat

penguasaan dalam belajar bergantung baik

pada jumlah waktu yang disedikan, maupun

juga pada jumlah waktu yang sebenarnya

digunakan untuk belajar dengan sungguh-

sungguh.

3)Bimbing dan Arahkan

Seorang pembelajar cukup mengulangi

berkali-kali contoh di atas pada setiap bab,

tidak menuntut membaca pada bagian latihan

di bawahnya, sehingga anak mampu membaca

sendiri setiap bab yang telah diajarkan. Metode

ini menjadikan anak-anak betul-betul paham

dengan pelajaran yang tidak dihafal. Anak

mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu,

mempunyai kemauan dan aspirasi sendiri.

Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain

dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang

lain, belajar hanya mungkin terjadi apabila anak

aktif mengalami sendiri. Belajar menyangkut

apa yang harus dikerjakan pebelajar untuk

dirinya sendiri, maka inisiatif belajar harus

datang dari dirinya sendiri. Pembelajar sekedar

pembimbing dan pengarah (John Dewey dalam

Devies, 1987).

Pengetahuan dibentuk oleh individu,

yakni melalui proses interaksi antara pebelajar

dengan lingkungannya, dengan adanya

interaksi itu pengetahuan terus berkembang

(Piaget dalam Dimyati dan Mujiono, 1994).

Menurut teori kognitif, belajar menunjukan

adanya jiwa yang aktif, jiwa mengelola

informasi yang kita terima, tidak sekedar

menyimpannya saja tanpa mengadakan

trasformasi (Gage dan Berliner 1984). Anak

memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu

mencari sesuatu. Pembelajaran membaca Al

Quran dengan metode Qiraati lebih bersifat

mengarahkan dan membimbing, pebelajar

untuk aktif, kreatif dalam belajar membaca Al

Quran, sehingga tidak dibenarkan dalam

membaca Al Quran pembelajar membacakan

semua tulisan yang ada pada setiap

halamannya, pembelajar hanya menegur dan

memperbaiki bacaan pebelajar yang salah.

4)Memberi Rangsangan untuk Saling Berpacu

Seperti telah dikemukakan sebelumnya

bahwa mengajarkan membaca Al Quran

dengan metode Qiraati kepada anak tidak boleh

dipaksakan, apalagi dengan cara keras,

sehingga daya nalar dan kreativitas anak mati.

Anak belajar membaca Al Quran karena

termotivasi oleh kebutuhan, dorongan, dan

tujuan.

Kebutuhan terjadi bila individu merasa

ada ketidak seimbangan antara apa yang ia

miliki dengan yang ia harapkan; dorongan

merupakan kekuatan mental untuk melakukan

kegiatan dalam rangka memenuhi harapan

atau pencapaian tujuan; tujuan adalah hal yang

ingin dicapai oleh seorang individu (Siagian,

1989). Keinginan untuk dapat membaca Al

Quran dengan benar. Cara tepat diterapkan

dengan membiasakan berkompetisi dalam

kelas, sebab kompetisi yang sehat dapat

mencerdaskan anak, sehingga metode Qiraati

dibentuk dengan berjilid, apabila anak naik

tingkat maka secara otomatis temannya akan

bersemangat dan termotivasi. Pembelajaran

yang bertujuan menumbuhkan motivasi belajar

pebelajar diantaranya evaluasi harus sering

diselenggarkan, baik sifatnya harian, per pokok

bahasan, per jilid, serta mengadung

perbadingan dengan pebelajar yang lain

(Winkel, 1999).

5)Waspada dengan Bacaan Salah

Lupa menjadi sebuah kebiasaan bagi

setiap orang apalagi anak yang sedang belajar,

maka dalam pembelajaran membaca Al Quran

dengan metode Qiraati lupa bukan sesuatu hal

yang perlu dirisaukan atau bahkan dianggap

remeh. Kebiasaan lupa merupakan kebiasaan

yang harus diingatkan tidak kemudian

dibiarkan, sehingga menyebabkan kebiasaan

selalu salah dalam membaca. Supaya

kebiasaan salah tidak berkelanjutan dalam

proses pembelajaran, maka perlu diantisipasi

dengan mewaspadai jangan sampai

membiarkan pebelajar membaca salah,

menegur langsung tidak menunggu waktu

sampai akhir ayat atau akhir bacaan.

Kegiatan belajar diperlukan motivasi

dari pembelajar dan usaha-usaha tentang cara

belajar efektif agar kesalahan dan lupa dapat

dikurangi oleh pebelajar. Hal ini dapat

dilakukan dengan memberikan tes secara

berkala dan kontinyu, serta memberikan umpan

balik kepada pebelajar mengenai keberhasilan

atau kegagalan saat itu juga. Pebelajar yang

ternyata belum menguasai bahan tertentu,

harus melakukan usaha-usaha perbaikan

program pembelajaran, perbaikan dapat

terlaksana melalui pengajaran kembali kepada

kelompok yang belum menguasai, melalui

pembelajaran remedial secara individu (Winkel,

1999). Dengan langkah semacam ini secara

otomatis pebelajar akan melakukan persiapan

belajar sebelum proses pembelajaran, dan

pebelajar akan lebih konsentrasi dalam belajar,

karena kurang konsentrasi dapat menyebabkan

lupa dan salah dalam belajar. Lupa dan salah

mengharuskan pebelajar mengulang pada

materi yang sama, dan tertinggal oleh

pebelajar lain.

b.Kelebihan Buku Qiraati Jilid 1-6

Jilid 1-6 merupakan rangkaian materi

yang dijadikan pelajaran pada metode Qiraati,

memiliki kelebihan dibandingkan dengan

metode lain, yaitu:

1.Sistematis (materi yang disampaikan

dimulai dari

yang paling

mudah).

Jilid 1, pembelajaran di awali

dengan pengenalan huruf-

huruf berharakat fathah ( ),

dari huruf Alif ( )sampai Ya (

), dan huruf-huruf mulai

dirangkai, misalnya: pada

halaman pertama A-Ba ( )

dan halaman terakhir Sahada

( ), membaca tidak boleh

terputus-putus.

Jilid 2, pebelajar dikenalkan

dengan harakat dhamah ( ),

kasrah ( ), tanwin ( )dan

bacaan panjang). misalnya:

Saiigatan ( ) dan Faala

( ).

Jilid 3, pebelajar ditekankan

dalam kesetabilan membaca

panjang, pebelajara mulai

dikenalkan dengan harakat

sukun ( ), misalnya:Mariidhaa

( ), Qadiiri ( )

Jilid 4, pebelajar dikenalkan

bacaan dengung (ikhfa),

tasydid, danbacaan panjang

(6 harakat), misalnya: bacaan

ikhfa ( ), bacaan

tasydid ( ), bacaan

panjang 6 harakat

( ).

Jilid 5, pebelajar dikenalkan

bacaan dengung (idgham),

cara berhenti (waqaf),

misalnya: bacaan idgham

( )

Jilid 6, pebelajar dikenalkan

bacaan jelas (idzhar),

misalnya: ( )

2.Pemindahan halaman pada setiap

jilid harus sesuai dengan amanah

(sekalipun satu kalimat salah,

belum dapat pindah halaman

berikutnya).

3.Pembelajaran di kelas dilakukan

selama 60 menit, yaitu: 15 menit

pertama (klasikal), 30 menit

(individual), 15 menit kedua

(klasikal). Pembelajaran klasikal

dalam metode Qiraati dilakukan

dengan cara pembelajar dan

pebelajar secara bersama-sama

membaca alat peraga (membaca

tulisan di depan disertai ketukkan

secara bersama-sama, dilanjutkan

membaca doa-doa) materi

disesuikan dengan jilid masing-

masing. Pembelajaran individual

dalam metode Qiraati dilakukan

dengan cara pebelajar membaca

materi di depan pembelajar (buku

Qiraati jilid 1-6), banyaknya

halaman disesuaikan dengan

tingkat kemampuan dan hasil

membaca di rumah (deres), cara

ini dikenal juga dengan sistem

sorogan.

c.Jenjang Pembelajaran Metode Qiraati

Pembelajaran metode Qiraati memiliki

empat jenjang, yakni: (1) tingkat persiapan

atau pemula; (2) tingkat dasar; (3) tingkat

menengah; dan (4) madrasah tahfidul Quran.

Pada tingkat persiapan atau permulaan

pebelajar ditargetkan menyelesaikan 6 jilid

buku Qiraati dan sudah mampu membaca Al

Quran meskipun belum begitu lancar. Pada

tingkat dasar, pebelajar ditargetkan mampu

membaca Al Quran dengan lancar, paham

makhrajul huruf, khatam 30 juz Al Quran,

menguasai gharibul Quran dan menguasai ilmu

tajwid. Pada tingkat menengah orentasi utama

materi yaitu percakapan bahasa Arab sebagai

awal untuk memahami kitab-kitab agama

Islam, dan pendalaman terhadap kajian Al

Quran. Adapun yang terakhir pada tingkat

madrasah tahfidul Quran ditetapkan pada

tingkat menghafal Al Quran, tentunya dengan

jumlah pebelajar yang relatif sedikit.

2.Metode Iqro

Metode Iqro adalah metode

pembelajaran membaca huruf-huruf hijaiyah

dari permulaan dengan disertai aturan bacaan,

tanpa makna dan tanpa lagu dengan tujuan

agar pebelajar dapat membaca Al Quran

sesuai dengan kaidahnya (Humam, 1990).

Huruf-huruf hijaiyah yang dimaksud adalah

huruf Arab dimulai dari Alif ( ) sampai huruf

Ya ( ) yang berjumlah 30 huruf.

Metode Iqro disusun oleh sebuah

Teim Tadarus Angkatan Muda Masjid dan

Muslah (AMM) yang diketuai oleh ustad Asad

Humam dari Kotagede Yogyakarta pada tahun

1989. Yang melatar belakang penyususnan

Metode Iqro adalah karena metode

pembelajaran membaca Al Quran selama ini

banyak kekurangannya (Budiyanto, 2006).

Humam (1990) dalam kata pengantar

buku Iqro, secara eksplisit tidak dikatakan

bahwa buku Iqro dimaksud adalah sebuah

metode, namun secara implisit penyusun

mengatakan bahwa buku Iqro adalah metode

pembelajaran membaca Al Quran. Penyususun

berusaha mencari metode yang ideal dalam

membaca Al Quran dan buku Iqro merupakan

sebuah metode membaca Al Quran (Supriyadi,

1997). Menurut Mackey (1965 dalam Supriyadi,

1997) buku Iqro dapat disebut sebagai metode

pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Arab.

Dikatakan sebuah metode, karena buku Iqro

sudahmencakup yang dipersyaratkan Mackey

yaitu: seleksi (selection), gradasi (gradation),

presentasi (presentation), dan repetisi

(repetition).

a.Prinsip-prinsip Metode Iqro

Buku Iqro ini terbukti telah sanggup

mengantarkan anak-anak usia TK, sampai

orang tua (usia lanjut) mampu membaca Al

Quran dalam waktu yang relatif singkat

dibandingkan dengan cara lama (Baghdadiyah)

(Anwar, 1993; Safii, 1993 dan Budiyanto,

1995). Fakta tersebut dapat disimpulkan

bahwa buku Iqro disusun berdasarkan prinsip-

prinsip sebagai berikut:

1)At-thariqah As-shoutiyah

Langsung dibaca atau langsung

diajarkan menurut bunyi suaranya. Maka Alif

bukan dijabarkan namanya ini

hurufAlifmelainkan diajarkan bunyi suaranya

a bagi yang bertanda fathah, i bagi yang

bertanda kasrah dan u bagi yang bertada

dhamah (Budiyanto, 1995).Pebelajar dapat

membaca bunyi huruf hijaiyah, karena

menekankan sistem membaca langsung atau

membaca huruf yang sudah diberi tanda baca.

Pebelajar dapat membaca huruf Al Quran

secara langsung, dengan tidak diuraikan atau

dieja.

Ditinjau dari segi psikologi belajar,

nampaknya At-thariqah As-shoutiyah lebih

mudah dilakukan anak-anak, karena proses

berfikir yang lebih sederhana, lebih singkat dan

mengurangi verbalitas. Membaca secara

langsung susunan kata yang diperlukan

menjadi lebih sedikit dan sederhana, dan

mempermudah pebelajar dalam

mengucapkannya. Hal ini tidak

membingungkan bagi pebelajar, khususnya

pada tingkat pemula, terutama anak-anak.

Menurut Piaget, pada masa operasional

konkrit, diusahakan pembelajaran

dilangsungkan sesederhana mungkin, agar

mempermudah pebelajar di dalam menangkap

materi pelajaran.

2)At-thariqah Tadaruj

Berangsur-angsur, TKA/TPA ini masuk

6 kali dalam 1 minggu, tiap kali masuk

memakan waktu 60 menit, diperuntukkan:

pembukaan, 05 menit (salam dan doa);

klasikal I, 10 menit (hafalan); privat, 30 menit

(belajar buku Iqro); klasikal II, 10 menit

(bermain, cerita dan menyanyi); penutup, 05

menit (doa dan salam). Pembagian waktu di

atas dapat diketahui bahwa untuk pelajaran

membaca (belajar membaca Iqro jilid 1-6)

dilakukan secara privat, artinya tiap pebelajar

dihadapi oleh seorang pembelajar. Masing-

masing pebelajar mendapatkan jatah waktu

antara 5-10 menit untuk belajar Iqro dengan

seorang pembelajar, dengan cara bergantian.

Dengan demikian waktu untuk belajar

membaca tidak lebih dari 10 menit tiap kali

pertemuan. Waktu 10 menit adalah waktu

maksimal daya konsentarsi anak usia TK

(Budiyanto, 1995).

Karena prinsip yang berangsur-angsur

tersebut di atas, maka anak usia TK akan

dapat mempelajari buku Iqro ini dengan pelan-

pelan bertahap dan tanpa ada perasaan

tertekan. Lebih-lebih bila melihat bahwa buku

Iqro disusun dalam buku kecil yang tipis

dengan sampul yang warna-warni, maka bukan

perasaan tertekan dalam diri anak tetapi justru

tumbuh perasaan sense of success.

3)At-thariqah Riyadlotuil Athfal

Riyadlotuil Athfal adalah suatu prinsip

dalam pembelajaran yang diutamakan belajar

dari pada mengajar (Budiyanto, 1995), atau

dengan perkataan lain pembelajaran yang

menekankan keaktifan pebelajar secara fisik,

mental, intelektual dan emosional (Dimyati dan

Mujiono, 1994). Pembelajaran semacam itu

dimaksudkan untuk memperoleh hasil belajar,

yang merupakan perpaduan tiga ranah kognitif,

afektif dan psikomotorik, jika disandarkan pada

taksonomi Bloom.

Prinsip ini memang sangat pentingkan,

dalam pembelajaran buku Iqro seorang

pembelajar hanya diperkenankan menerangkan

dan memberikan contoh bacaan yang

tercantum dalam pokok bahasan, sedangkan

bacaan pada lembar kerja yang digunakan

sebagai latihan pebelajar, pembelajar tidak

boleh ikut membacakan atau menuntunnya.

Pebelajarlah yang dituntut untuk aktif

membacanya, dan pembelajar hanya bertugas

menyimak dan memberi motivasi, koreksi dan

komentar-komentar seperlunya.

Pembelajar tidak lagi diperkenankan

memberikan contoh dalam setiap halamannya,

sehingga pebelajar dibiarkan membaca sendiri

di bawah bimbingan pembelajar. Kalau ada

kesalahan pembelajar, cukup dengan

mengingatkan misalnya; eeeiss. dan lain

sebagainya, tidak diperkenankan untuk

membacakan. Apabila pebelajar membaca

benar beri motivasi misalnya; betul, terus,

he-eh dan lain sebagainya.

4)At-Tawassui Fi-lmaqaasid Lafil Alat

At-Tawassui Fi-lmaqaasid Lafil Alat

adalah pembelajaran berorentasi pada tujuan,

bukan kepada alat yang dipergunakan untuk

mecapai tujuan itu. Dengan demikian yang

dipentingkan adalah tercapainya tujuan yang

telah dirumuskan.

Kaitanya dengan pembelajaran

membaca Al Quran, tujuan yang hendak

dicapai adalah pebelajar bisa membaca Al

Quran dengan baik dan benar sesuai dengan

kaidah-kaidah tajwid yang ada. Mengenai

kemampuan mengenal nama-nama huruf,

kemampuan mengeja, mengetahui ilmu tajwid

adalah termasuk alat untuk tercapainya tujuan

tersebut. Untuk itu, penguasaan pebelajar

terhadap alat cukup sekedarnya saja

(Budiyanto, 1995).

Tujuan pembelajaran itu dapat tercapai

dengan melakukan latihan-latihan membaca.

Dengan banyak latihan akan memperkuat

retensi pebelajar (Degeng, 1988). Pembelajaran

membaca Al Quran dapat tercapai dengan baik

dengan cara melakukan latihan-latihan

membaca. Latihan ini dimaksud untuk

memberikan penguatan. Pembelajaran

membaca dengan latihan-latihan dikenal

dengan metode assosiasi atau pengulangan

yang dimaksudkan untuk memperkuat

tanggapan pebelajar (Herbart dalam Rohmat,

1995). Lebih lanjut menurut Zuhairini (1983)

dalam pembelajaran pendidikan agama Islam

metode pengulangan dipakai untuk melatih

dalam pembelajaran membaca Al Quran.

Wirjodijoyo (1989) mengatakan bahwa latihan-

latihan penguatan yang masing-masing

menyumbang pada penguasaan belajar, secara

rinci dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu:

(1) latihan intensif: latihan keaktifan yang

segera mengikuti pembelajaran dan digunakan

untuk mengurangi kemungkinan kehilangan

ingatan dengan segera; dan 2) latihan

teraturan: keaktifan yang dilakukan secara

berkala untuk menjamin apa yang dipelajari

pebelajar tetap dikuasai.

5)At-Thariqah Bimuraa-atil Listidaadi Wal-

thabiiy

Pembelajaran itu haruslah

memperhatikan kesiapan, kematangan,

potensi-potensi dan watak pebelajar.

Pembelajaran yang tidak memperhatikan

masalah ini akan menjadi pemaksaan yang

bisa mengakibatkan berantakannya usaha

pembelajaran secara keseluruhan. Pemaksaan

ini bisa terjadi kalau peserta didik belum siap

menerima suatu materi pembelajaran, karena

belum menguasai materi-materi yang menjadi

prasyarat bagi materi yang baru (Budiyanto,

1995).

Prinsip buku Iqro ini nampak pada

sistem penyusunannya. Oleh penyusunnya,

nampak sekali buku Iqro ini telah

diperhitungkan dengan cermat, sehingga tidak

terjadi loncatan-loncatan yang tidak

sistematis. Buku jilid 1 merupakan prasyarat

bagi jilid 2, dan jilid 2 merupakan prasyarat

bagi jilid 3 dan seterusnya. Setiap pebelajar

harus tunduk mengikuti tertib jilil yang telah

ditentukan, tidak boleh meloncat-loncat

(Budiyanto, 1995).

b.Kelebihan Buku Iqro

Kelebihan buku Iqro jilid 1-6 adalah

sebagai berikut:

1.Adapun klasifikasi dalam tiap jilidnya

buku Iqro.

Jilid 1, disajikan kepada pebelajar yang sama

sekali belum mengenal huruf hijaiyah,

membaca secara langsung huruf Alif ( )

sampai huruf Ya ( ). Pebelajar membedakan

huruf-huruf yang memiliki persamaan

makhrajul hurufnya, seperti Alif ( ) dengan A (

), Ha( ) dengan Ha ( ), Ja ( ) dengan

Za ( ), Sa ( ) dengan Sod( ), Da ( )

dengan Dza ( ) dan lainnya.

Jilid 2, pebelajar mulai menyempurnakan

bacaan. Pebelajar bisa membaca huruf-huruf

sambung, misalnya; kalimat Kajada ( ),

pembelajar tidak perlu menjelaskan, ini Ka ( )

di muka, ini Ja ( ) di tengah, dan seterusnya.

Pebelajar diajarkan hukum bacaan mad/

panjangfathah bertemu Alif ( - ).

Jilid 3,pebelajar sudah diperkenalkan harakat

kasrah ( ), dhamah( ), dan sukun ( ), dengan

jumlah huruf dalam setiap katanya lebih dari

tiga, dan pebelajar mulai diperkenalkan dengan

bacaan mad/panjang, kasrah bertemu dengan

Ya sukun ( - ) dan dhamah bertemu dengan

Wawu sukun ( - ).

Jilid 4,pebelajar sudah diperkenalkan dengan

harakat tanwin ( ), misalnya: lafal Hasyiman (

), Baqaratin ( ) dan Samiiun (

). Pebelajar sudah diperkenalkan dan cara

mengucapkah huruf-huruf qalqalah.

Jilid 5 pebelajar diperkenalkan bacaan Alif-lam

qamariyah, tanda wakaf, mad fari, alif lam

samsiyah, lafal jalalah, dan idgham.

Jilid 6, pebelajar tidak mengenal istilah-istilah

dalam ilmu Tajwid seperti; ikhfa, idhar, iqlab

dan lainnya. Yang penting secara praktis

pebelajar dapat membaca dengan baik dan

benar. Pada jilid ini kalimatnya yang dibaca

mulai panjang-panjang dan adanya sedikit

cuplikan beberapa ayat Al Quran. Pebelajar

diperkenalan tanda waqaf dan bacaan waqaf,

dancara baca huruf-huruf fawatihussuwar

(Budiyanto, 1995).

2.Adanya rambu-rambu penyajian

materi pelajaran, seperti; bacalah

langsung A-Ba dan seterusnya,

tidak perlu diurai/dieja, bacaan

harus jelas beda, mana panjang

mana pendek, keliru baca

panjang-pendek adalah kesalahan

besar, penting!, bedakan

dengan jelas, coba ulangi lagi,

biar pelan. asal benar ulangi-

ulangilah! Sampai tidak keliru

lagi, maaf jangan diteruskan

dulu!, bila masih keliru panjang

pendeknya, walau lancar tapi tak

benar jangan dilanjutkan, ulangi

sampai betul semua dan lain

sebagainya. Hal ini mendorong

perhatian pebelajar dalam belajar,

dan juga menjadi perhatian pula

bagi pembelajar, agar lebih teliti

dan perhatian dalam menyimak

bacaan pebelajar (Human, 2002).

3.Sistem pembelajaran dengan metode

Iqro diawali pembukaan, 05 menit

(salam dan doa); klasikal I, 10

menit (hafalan); privat, 30 menit

(belajar Iqro); klasikal II, 10 menit

(bermain cerita dan menyayi);

penutup, 05 menit (doa dan

salam).

Pembelajaran metode Iqro

dilangsungkan dengan cara privasi

(pembelajaran individual)

(Taringan, 1989). Pembelajar

mendengarkan satu persatu

bacaan pebelajar, dengan demikian

apabila jumlah pebelajar sangat

banyak, maka pebelajar yang lebih

tinggi tingkatnya diperkenakan

untuk membantu pembelajar

dengan menyimak bacaan

pebelajar lain.

Pembelajaran dengan mengunakan

metode Iqro dianjurkan pelan-

pelan dengan bacaan terputus-

putus pada setiap hurufnya. Ada

penekanan dalam membaca setiap

hurufnya agar lebih fasih (Humam,

2000). Cara membaca dapat

dilakukan dengan cara kelompok

agar lebih semarak, dan dapat

menumbuhkan semangat bagi

pebelajar.

c.Jenjang Pembelajaran Metode Iqro

Pembelajaran menurut metode Iqro

memiliki delapan jenjang, yakni: (1) TKA/TPA;

(2) TKAL/TPAL; (3) TQA; (4) kursus tartil

Quran; (5)keterpaduan BKB-TKA/TPA; (6)

Iqro klasikal di sekolah; (7) diklat ustadz; (8)

kursus seni baca Al Quran. Untuk

pembelajaran ilmu tajwid ada pada jenjang

TKAL/TPAL.

Tingkat TKA/TPA, pebelajar

ditargetkan menyelesaikan 6 jilid buku Iqro.

Pada tahap TKAL/TPAL, pebelajar sudah

mampu membaca Al Quran dengan benar dan

lancar (sesuai dengan kaidah tajwid). Pada

tingkat TQA, pebelajar ditargetkan mampu

membaca Al Quran dengan benar dan lancar

dan memahami isi Al Quran dan

mengamalkannya. Kursus tartil Al Quran,

menyiapkan para ustadz, dai, imam, khatib

dan sebagainya. Keterpaduan BKB adalah

mempersiapkan ibu-ibu untuk dapat mendidik

anak-anaknya sendiri dalam membaca Al

Quran. Iqro klasikal di sekolah, bermaksud

menerapkan buku Iqro di sekolah formal.

Diklat ustadz, dimaksudkan untuk

meningkatkan kualitas dan kuantitas para

pembelajar/ustadz. Kursus seni baca Al Quran,

mencetak Qori/Qoriah berkualitas, mantap

serta memiliki dasar-dasar ilmu seni baca Al

Quran (Budiyanto., dkk, 2003).

Daftar Pustaka

Budiyanto, M, dkk. 2003. Ringkasan

Pengelolaan, Pembinaan dan

Pengembangan Gerakan Membaca,

Menulis, Memahami, Mengamalkan

dan Memasyarakatkan Al Quran.

Yogyakarta: Balitbang LPTQ Nasional

dan Yayasan Team Tadarus AMM

Yogyakarta.

Dimyati dan Mujiono. 1999. Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.

DIKTI.

Gage, N.L. dan David, C.Berliner. 1984.

Educational Psychology. Chicago:

Rand Mc. Nally College Publishing

Compony.

Gagne, R.M. 1985. The Conditions of Learning

and Theory of Instruction, Fourth

edition. New York: Holt Rinehaert and

Winston.

Hidayatullah. 1994. Mutiara al-Quran. Edisi II

tahun IV, Maret.

Humam, A. 2000. Cara Cepat Membaca Al

Quran.Yogyakarta: Balai Litbang

LPTQ Nasional dan Team Tadarus

AMM

Setyosari. P. 2001. Rancangan Pembelajaran

Teori dan Praktis. Malang: Elang Mas.

Siagian, S.P. 1989. Teori Motivasi dan

Aplikasinya. Jakarta: Bina Aksara.

Slavin, R. 1997. Educational Psychology:

Theory and Practice. Allyn and Bocon.

Supardi. 2004. Perbandingan Membaca Al-

Quran bagi Pebelajar Pemula di TKA/

TPQ Masjid Quba dan Masjid al-Amin

Burengan Malang. Tesis tidak

diterbitkan. Malang: PPS UM.

Tarigan, H.G. 1989. Metode Pengajaran

Bahasa: Suatu Penelitian Kepustakaan.

Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan P2LPTK.

Winkel, W.S. 1999. Psikologi Pengajaran.

Jakarta: Gramedia.

Zarkasiy, D.S. 1989. Pelajaran Ilmu Tajwid

Praktis. Semarang: Yayasan

Pendidikan al-Quran Raudatul

Mujawwidin.

[1] Disampaikan dalam pelatihan guru TPA/

TPQ di Sendangbumen Berebek Nganjuk, 7 Juni

2014.

Oleh A. Jauhar Fuad

07 Jun 2014 | 08:52

Lajnah Tarbiyyatul Islaamiyyah "Shohibul

Barokah"

Metode Pengajaran Baca Tulis al-Qur'an1

Metode Pengajaran Baca Tulis al-Qur'an1

di sadur dari seminar mas komari barokallohu lahu

A. Muqoddimah

Fenomena yang terjadi di masyarakat kita,

terutama di rumah-rumah keluarga muslim

semakin sepi dari bacaan ayat-ayat suci Al

Qur'an. Hal ini disebabkan karena terdesak

denganmunculnya berbagai produk sain dan

tehnologi serta derasnya arus budaya asing yang

semakinmenggeser minat untuk belajar membaca

Al Qur'an sehingga banyak anggota keluarga

tidakbisa membaca Al Qur'an. Akhirnya kebiasaan

membaca Al Qur'an ini sudah mulai langka.

Yangada adalah suara-suara radio, TV, Tape

recorder, karaoke, dan lain-lain.Keadaan seperti ini

adalah keadaan yang sangat memprihatinkan.

Belum lagi masalahakhlak, akidah dan pelaksanaan

ibadahnya, yang semakin hari semakin jauh dari

tuntunanRasululloh _ . Maka sangat diperlukan

kerjasama dari semua fihak untuk mengatasinya.

Yaitumengembalikan kebiasaan membaca Al

Qur'an di rumah-rumah kaum muslimin dan

membekalikaum muslimin dengan nilai-nilai Islam,

sehingga bisa hidup secara Islami demi

kebahagiaandunia dan akhirat.

Pada dekade belakangan ini telah banyak metode

pengajaran baca tulis Al-Qur'andikembangkan,

begitu juga buku-buku panduannya telah banyak

disusun dan dicetak. Parapengajar baca tulis Al-

Qur'an tinggal memilih metode yang paling cocok

baginya, paling efektifdan paling murah.Dunia

pendidikan mengakui bahwa suatu metode

pengajaran senantiasa memiliki kekuatandan

kelemahan.

Keberhasilan suatu metode pengajaran sangat

ditentukan oleh beberapa hal,yaitu :

1. Kemampuan guru.

2. Siswa

3. Lingkungan.

4. Materi pelajaran.

5. Alat pelajaran.

6. Tujuan yang hendak dicapai.

Dalam mengajarkan baca tulis Al-Qur'an harus

menggunakan metode. Dengan menggunakanmeto

de yang tepat akan menjamin tercapainya tingkat

keberhasilan yang lebih tinggi dan meratabagi

siswa.3

B. Metode-metode baca tulis Al-Qur'an di

Indonesia.

Metode-metode pembelajaran baca tulis Al-Qur'an

telah banyak berkembang di Indonesiasejak lama.

Tiap-tiap metode dikembangkan berdasarkan

karakteristiknya.

1. Metode Baghdadiyah.

Metode ini disebut juga dengan metode Eja ,

berasal dari Baghdad masa pemerintahan

khalifah Bani Abbasiyah. Tidak tahu dengan pasti

siapa penyusunnya. Dan telah seabad lebih

berkembang secara merata di tanah air.

Secara dikdatik, materi-materinya diurutkan dari

yang kongkrit ke abstrak, dari yangmudah ke yang

sukar, dan dari yang umum sifatnya kepada materi

yang terinci ( khusus ). Secaragaris besar, Qoidah

Baghdadiyah memerlukan 17 langkah. 30 huruf

hijaiyyah selalu ditampilkansecara utuh dalam tiap

langkah. Seolah-olah sejumlah tersebut menjadi

tema central denganberbagai variasi. Variasi dari

tiap langkah menimbulkan rasa estetika bagi siswa

(enak didengar )karena bunyinya bersajak

berirama. Indah dilihat karena penulisan huruf

yang sama. Metode inidiajarkan secara klasikal

maupun privat.

Beberapa kelebihan Qoidah Baghdadiyah antara

lain :

a. Bahan/materi pelajaran disusun secara

sekuensif.

b. 30 huruf abjad hampir selalu ditampilkan pada

setiap langkah secara utuh sebagai tema

sentral.

c. Pola bunyi dan susunan huruf (wazan) disusun

secara rapi.

d. Ketrampilan mengeja yang dikembangkan

merupakan daya tarik tersendiri.

e. Materi tajwid secara mendasar terintegrasi

dalam setiap langkah.

1 Disampaikan pada Pelatihan Nasional Guru dan

Pengelola TK-TPA, Gedung LAN Makassar 24-26

Oktober 2008;

LP3Q DPP Wahdah Islamiyah

2 Praktisi TK-TPA, Penulis buku-buku pegangan

santri TK-TPA, Pengajar di SMPN 24 Makassar.

3 Metode-metode mengajar Al-Qur'an di sekolah-

sekolah Umum, Dirjen Pembinaan Kelembagaan

Agama Islam

1994/1995 h. 64-65

Beberapa kekurangan Qoidah baghdadiyah antara

lain :

a. Qoidah Baghdadiyah yang asli sulit diketahui,

karena sudah mengalami beberapa modifikasi kecil.

b. Penyajian materi terkesan menjemukan.

c. Penampilan beberapa huruf yang mirip dapat

menyulitkan pengalaman siswa.

d. Memerlukan waktu lama untuk mampu

membaca Al-Qur'an

2. Metode Iqro.

Metode Iqro disusun oleh Bapak As'ad Humam

dari Kotagede Yogyakarta dandikembangkan oleh

AMM ( Angkatan Muda Masjid dan Musholla )

Yogyakarta denganmembuka TK Al-Qur'an dan TP

Al-Qur'an. Metode Iqro semakin berkembang dan

menyebarmerata di Indonesia setelah munas DPP

BKPMI di Surabaya yang menjadikan TK Al-Qur'an

danmetode Iqro sebagai sebagai program utama

perjuangannya.Metode Iqro terdiri dari 6 jilid

dengan variasi warna cover yang memikat

perhatian anak TK Al-Qur'an.

10 sifat buku Iqro adalah :

a. Bacaan langsung.

b. CBSA

c. Privat

d. Modul

e. Asistensi

Bentuk-bentuk pengajaran dengan metode Iqro

antara lain :

a. TK Al-Qur'an

b. TP Al-Qur'an

c. Digunakan pada pengajian anak-anak di masjid/

musholla

d. Menjadi materi dalam kursus baca tulis Al-

Qur'an

e. Menjadi program ekstra kurikuler sekolah

f. Digunakan di majelis-majelis taklim

3. Metode Qiroati

Metode baca al-Qu ran Qira'ati ditemukan KH.

Dachlan Salim Zarkasyi (w. 2001 M) dari

Semarang, Jawa Tengah. Metode yang disebarkan

sejak awal 1970-an, ini memungkinkan

anakanakmempelajari al-Qur'an secara cepat dan

mudah..

Kiai Dachlan yang mulai mengajar al-Qur'an pada

1963, merasa metode baca al-Qur'anyang ada

belum memadai. Misalnya metode Qa'idah

Baghdadiyah dari Baghdad Irak, yangdianggap

metode tertua, terlalu mengandalkan hafalan dan

tidak mengenalkan cara baca tartil(jelas dan tepat,

red.) Kiai Dachlan kemudian menerbitkan enam jilid

buku Pelajaran Membaca al-Qur'anuntuk TK al-

Qur'an untuk anak usia 4-6 tahun pada l Juli

1986. Usai merampungkanpenyusunannya, KH.

Dachlan berwasiat, supaya tidak sembarang orang

mengajarkan metodeQira'ati. Tapi semua orang

boleh diajar dengan metode Qira'ati.Dalam

perkembangannya, sasaran metode Qiraati kian

diperluas. Kini ada Qiraati untukanak usia 4-6

tahun, untuk 6-12 tahun, dan untuk mahasiswa.

Secara umum metode pengajaran Qiroati adalah :

a. Klasikal dan privat

b. Guru menjelaskan dengan memberi contoh

materi pokok bahasan, selanjutnya siswa

membaca sendiri ( CBSA)

c. Siswa membaca tanpa mengeja.

d. Sejak awal belajar, siswa ditekankan untuk

membaca dengan tepat dan cepat.

4. Metode Al Barqy

Metode al-Barqy dapat dinilai sebagai metode

cepat membaca al-Qur'an yang palingawal.

Metode ini ditemukan dosen Fakultas Adab IAIN

Sunan Ampel Surabaya, MuhadjirSulthon pada

1965. Awalnya, al-Barqy diperuntukkan bagi siswa

SD Islam at-Tarbiyah,Surabaya. Siswa yang

belajar metode ini lebih cepat mampu membaca

al-Qur'an. Muhadjir lantasmembukukan metodenya

pada 1978, dengan judul Cara Cepat Mempelajari

Bacaan al-Qur'an al-Barqy.

MUHADJIR SULTHON MANAJEMEN (MSM)

merupakan lembaga yang didirikanuntuk membantu

program pemerintah dalam hal pemberantasan

buta Baca Tulis Al Quran dan Membaca Huruf

Latin. Berpusat di Surabaya, dan telah mempunyai

cabang di beberapa kotabesar di Indonesia,

Singapura & Malaysia.Metode ini disebut ANTI

LUPA karena mempunyai struktur yang apabila

pada saatsiswa lupa dengan huruf-huruf / suku

kata yang telah dipelajari, maka ia akan dengan

mudahdapat mengingat kembali tanpa bantuan

guru. Penyebutan Anti Lupa itu sendiri adalah dari

hasilpenelitian yang dilakukan oleh Departemen

Agama RI.Metode ini diperuntukkan bagi siapa saja

mulai anak-anak hingga orang dewasa. Metodeini

mempunyai keunggulan anak tidak akan lupa

sehingga secara langsung dapat MEMPERMUDAH

dan MEMPERCEPAT anak / siswa belajar

membaca. Waktu untuk belajar membaca Al Quran

menjadi semakin singkat.

Keuntungan yang di dapat dengan menggunakan

metode ini adalah :

a Bagi guru ( guru mempunyai keahlian tambahan

sehingga dapat mengajar dengan lebih baik, bisa

menambah penghasilan di waktu luang dengan

keahlian yang dipelajari),

b Bagi Murid ( Murid merasa cepat belajar

sehingga tidak merasa bosan dan menambah

kepercayaan dirinya karena sudah bisa belajar dan

mengusainya dalam waktu singkat, hanya satu

level sehingga biayanya lebih murah),

c Bagi Sekolah (sekolah menjadi lebih terkenal

karena murid-muridnya mempunyai kemampuan

untuk menguasai pelajaran lebih cepat

dibandingkan dengan sekolah lain).

5. Metode Tilawati.

Metode Tilawati disusun pada tahun 2002 oleh

Tim terdiri dari Drs.H. Hasan Sadzili, Drs H. Ali

Muaffa dkk. Kemudian dikembangkan oleh

Pesantren Virtual Nurul Falah Surabaya.

Metode Tilawati dikembangkan untuk menjawab

permasalahan yang berkembang di TK-TPA, antara

lain :

Mutu Pendidikan Kualitas santri lulusan TK/TP Al

Quran belum sesuai dengan target.

Metode Pembelajaran Metode pembelajaran masih

belum menciptakan suasana belajar yang kondusif.

Sehingga proses belajar tidak efektif.

Pendanaan Tidak adanya keseimbangan keuangan

antara pemasukan dan pengeluaran. Waktu

pendidikan Waktu pendidikan masih terlalu lama

sehingga banyak santri drop out sebelum khatam

Al-Qur'an.

Kelas TQA Pasca TPA TQA belum bisa terlaksana.

Metode Tilawati memberikan jaminan kualitas bagi

santri-santrinya, antara lain :

a. Santri mampu membaca Al-Qur'an dengan

tartil.

b. Santri mampu membenarkan bacaan Al-Qur'an

yang salah.

c. Ketuntasan belajar santri secara individu 70 %

dan secara kelompok 80%.

Prinsip-prinsip pembelajaran Tilawati :

a. Disampaikan dengan praktis.

b. Menggunakan lagu Rost.

c. Menggunakan pendekatan klasikal dan individu

secara seimbang.

6. Metode Iqro Dewasa

7. Metode Iqro Terpadu

Kedua metode ini disusun oleh Drs. Tasrifin Karim

dari Kalimantan Selatan. Iqro terpadu merupakan

penyempurnaan dari Iqro Dewasa. Kelebihan Iqro

Terpadu dibandingkan dengan Iqro Dewasa antara

lain bahwa Iqro Dewasa dengan pola 20 kali

pertemuan sedangkan Iqro Terpadu hanya 10 kali

pertemuan dan dilengkapi dengan latihan

membaca dan menulis.

Kedua metode ini diperuntukkan bagi orang

dewasa. Prinsip-prinsip pengajarannya seperti

yang dikembangkan pada TK-TP Al-Qur'an.

8. Metode Iqro Klasikal

Metode ini dikembangkan oleh Tim Tadarrus AMM

Yogyakarta sebagai pemampatan dari buku Iqro 6

jilid. Iqro Klasikal diperuntukkan bagi siswa SD/MI,

yang diajarkan secara klasikal dan mengacu pada

kurikulum sekolah formal.

9. Dirosa ( Dirasah Orang Dewasa )

Dirosa merupakan sistem pembinaan islam

berkelanjutan yang diawali dengan belajar baca Al-

Quran. Panduan Baca Al Quran pada Dirosa

disusun tahun 2006 yang dikembangkan Wahdah

Islamiyah Gowa. Panduan ini khusus orang dewasa

dengan sistem klasikal 20 kali pertemuan. Buku

panduan ini lahir dari sebuah proses yang panjang,

dari sebuah perjalanan pengajaran Al Qur'an di

kalangan ibu-ibu yang dialami sendiri oleh

Pencetus dan Penulis buku ini. Telah terjadi proses

pencarian format yang terbaik pada pengajaran Al

Qur'an di kalangan ibu-ibu selama kurang lebih 15

tahun dengan berganti-ganti metode. Dan akhirnya

ditemukanlah satu format yang sementara

dianggap paling ideal, paling baik dan efektif yaitu

memadukan pembelajaran baca Al-Qur'an dengan

pengenalan dasar-dasar keislaman. Buku panduan

belajar baca Al-Qur'annya disusun tahun 2006.

Sedangkan buku-buku penunjangnya juga yang

dipakai pada santri TK-TP Al-Qur'an. Panduan

Dirosa sudah mulai berkembang di daerah-daerah,

baik Sulawesi, Kalimantan maupun beberapa

daerah kepulauan Maluku; yang dibawa oleh para

da,i . Secara garis besar metode pengajarannya

adalah Baca-Tunjuk-Simak-Ulang, yaitu pembina

membacakan, peserta menunjuk tulisan,

mendengarkan dengan seksama kemudian

mengulangi bacaan tadi.

Tehnik ini dilakukan bukan hanya bagi bacaan

pembina, tetapi juga

bacaan dari sesama peserta. Semakin banyak

mendengar dan mengulang, semakin besar

kemungkinan untuk bisa baca Al-Qur'an lebih

cepat.

10. PQOD ( Pendidikan Quran Orang Dewasa )

Dikembangkan oleh Bagian dakwah LM DPP WI,

yang hingga saat ini belum diekspos keluar.

Diajarkan di kalangan anggota Majlis Taklim dan

satu paket dengan kursus Tartil Al- Qur'an .

C. Pembahasan efektivitas metode baca tulis Al-

Qur'an.

Seorang pengajar baca tulis Al-Qur'an , tidak serta

merta mengadopsi metode yang baru dikenalnya,

apalagi jika hanya mendapatkan informasi saja

tentang metode tersebut . Para

Pembina harus melakukan kajian yang mendalam,

sebelum menetapkan metode apa yang akan

dipakai dalam mengajarkan baca tulis Al-Qur'an

kepada santri.

Beberapa pertimbangan dalam pemilihan metode

pengajaran antara lain :

1. Mudah dan murahnya mendapatkan pelatihan-

pelatihan bagi para pembina.

2. Mudah dikuasai oleh mayoritas Ustadz/ah

3. Mudah dan murah mendapatkan buku panduan

4. Mudah dan sederhana pengelolaan

pengajarannya.

Jika beberapa metode lolos pertimbangan di atas,

maka ditentukan pemilihan berdasarkan skala

prioritas.

D. Kesimpulan.

Metode apapun yang berkembang, masing-masing

mempunyai kelebihan dan kekurangan. Efektifitas,

efisiensi, cepat mudahnya sebuah metode

pengajaran berbeda-beda di

tiap daerah. Banyak faktor yang mempengaruhinya

. Penggabungan beberapa metode pengajaran

belum tentu membuahkan hasil yang baik. Perlu

konsistensi bagi pembina dalam menerapkan

sebuah metode apabila telah dipilih,

sebab ganti-ganti metode akan menyebabkan

kebingungan bagi pembina, terlebih lagi bagi santri.

4 Oktober 2012 pukul 5:33 Publik

SDI Al - Islam

Yogyakarta

Beranda

Lihat versi web

Rabu, 17 April 2013

admin di 09.25

Metode Belajar Membaca Al-

Quran

Dapatkah anda membaca Al-Quran? Metode

apakah yang anda gunakan dulu saat belajar

membaca Al-Quran? Tulisan ini mencoba

menjawab pertanyaan orangtua murid tentang

metode belajar membaca Al-Quran yang

digunakan di Al-Islam. Namun alangkah lebih

baik jika kita mengetahui metode-metode belajar

membaca Al-Quran yang secara umum

digunakan dibeberapa waktu dan tempat di

Indonesia. Disini akan kami sampaikan

sedikitnya 7 metode.

1. Baghdadiyah

Sebelum tahun 80-an hanya dikenal satu

metode cara baca Al-Quran di Indonesia,

yaitu metode kaidah Baghdadiyah. Jika

dilihat dari namanya, metode ini berasal dari

Baghdad, Iraq. Dibeberapa tempat metode

ini biasa disebut juga dengan Turutan. Judul

buku lengkapnya Qoidah Baghdadiyah Maa

Juz Amma. Cara mengajarkan Kaidah

Baghdadiyah dimulai dengan menghafal

huruf-huruf hijaiyah serta pengejaan

bacaannya. Sebagian besar alim-ulama,

penghafal Al-Quran (hafidz), dan

cendikiawan yang kita kenal dulu dan

sekarang belajar membaca Al-Quran dengan

menggunakan metode kaidah Baghdadiyah

ini.

2. Qiroati

Metode ini disusun oleh H. Dachlan Salim

Zarkasyi dan diterbitkan secara resmi pada

tahun 1986 di Semarang. Qiroati diterbitkan

oleh Yayasan Pendidikan Al-Quran

Raudhatul Mujawwidin Semarang. Dalam

sampul bukunya diberi judul Metode praktis

Belajar Membaca Al-Quran.

3. Iqro

Metode ini disusun oleh KH Asad Humam

dari balai Litbang LPTQ Nasional Team

Tadarus AMM Yogyakarta. Metode ini

sangat familiar di masyarakat karena

digunakan secara luas dan buku Iqro dijual

secara bebas. Metode Iqro berpedoman

pada cara baca langsung tanpa ada

kewajiban menghafal huruf-huruf hijaiyah

dan pengejaanya.

4. An-nuur

Metode An-Nuur disusun oleh DR H.M

Rosyady S.Ag, MM, MBA dari An-Nuur

Foundation Yogyakarta. Metode ini diklaim

sebagai metode pengajaran baca Al-Quran

sistem cepat, karena hanya membutuhkan

waktu yang relatif singkat untuk membuat

seseorang bisa membaca Al-Quran yaitu 2

jam.

5. Ummi

Metode ini menyebut diri sebagai metode

pembelajaran Al Quran yang efektif, mudah,

menyenangkan dan menyentuh hati. Ummi

Foundation menjamin setiap guru Al Quran

mampu memahami metodologi pengajaran Al

Quran serta tahapan tahapannya dan

pengelolaan kelas dengan baik. Sistem

pengajaran Al-Quran metode Ummi

menjamin setiap lulusan SD/MI, TKQ, TPQ

bisa tartil membaca Al Quran.

6. Yanbua

Adalah salah satu metode belajar membaca

al-quran yang diterbitkan oleh Pondok

Tahfidh Yanbuul Quran Kudus Jawa

Tengah. Nama Yanbua diambil dari nama

pondok yang berarti sumber. Di juz bagian

akhir buku ini dibahas cara menghafal Al-

Quran yang praktis sehingga buku ini

disebut juga sebagai Thoriqoh Baca Tulis

dan Menghafal Al-Quran.

7. Tilaawati

Adalah Thoriqoh belajar membaca Al-Quran

yang ditulis oleh Imron Ahmadi. Ditulis pada

tahun 2005 dan digunakan untuk TK-TP Al-

Quran, utamanya di Pesayangan, Talang,

Tegal, Jawa Tengah.

(Dan masih banyak lagi. Ada Al-Barqy.

Tsaqifa dari penerbit Al-Qowam, Penulis

Umar Taqwim, S.Ag. Aqsho di Sidoarjo. Al-

Bayan dari penerbit Erlangga dll.)

Secara institusi, SDI Al-Islam menggunakan

metode Qiroati dalam pembelajaran membaca

Al-Quran. Al-Islam menggunakan Qiroati

karena:

Guru-guru yang mengajarkan

harus melalui Tashih dan

Pembinaan yang ketat.

Kelas pembelajaran memiliki

disiplin yang sama.

Salah satu metode yang secara

langsung memasukkan dan

mempraktekan bacaan tartil

sesuai dengan kaidah ilmu

tajwid.

Buku Qiroati tidak dijual secara

bebas, sehingga siapapun yang

ingin belajar Qiroati harus dari

sumber yang benar.

Pada prinsipnya, metode tersebut sama-

sama mengajak ummat untuk gemar membaca

al-Quran dengan tartil, baik dan benar. Buku

metode itu tidak ditulis waton dadi, asal jadi.

Akan tetapi berdasarkan pemikiran dan

pengalaman panjang, bahkan mungkin sampai

melakukan beberapa revisi. Para ulama yang

mengarang metode itu adalah orang yang telah

berjuang dan membaktikan usia dan hidupnya

untuk islam jauh melebihi usia kita. Sudah

sepatutnya kita menghargai setiap amal sholih

mereka. Selanjutnya, kita tinggal memilih mana

metode terbaik yang kita yakini dan bisa

menyelesaikannya, kemudian mangamalkannya.

Mudah-mudahan bermanfaat. Wallahualm

Bisshowab.

Metode-metode Pengajaran al-

Qur'an

Metode adalah suatu cara

yang sistematis untuk mencapai

tujuan, yaitu untuk

mennyampaikan sebuah materi

kepada anak didik. Ada

beberapa cara yang dilakukan

dalam menyampaikan baca tulis

al-Quran, pada dasarnya semua

metode yang digunakan adalah

agar anak bias menyenangi

materi yang diberikan dan agar

anak suka belajar.

Di bawah ini akan

dikemukan beberapa metode

didalam pengebangan

pengajaran al-Quran, karena

sebenarnya banyak sekali

metode yang telah berkembang

di Indonesia, diantaranya

adalah:

1. Metode al-Barqy

Metode ini disusun oleh

Muhadjir Sulthon yang

dikembangkan pertama kali

di Surabaya. Pengajaran

metode ini dikenal dengan

pendekatan global atau

Gestald psikologi yang

bersifat analistik sintetik

(SAS).

Yang dimaksud SAS ialah

penggunaan struktur kata

atau kalimat yang tidak

mengikutkan bunyi mati/

sukun, dan menggunakan

kata lembaga (struktur). Pada

metode ini setelah santri

mengenal dan dianggap bias

pada pengenalan cara

menulis, cara menulis ini

diawali dengan meniru

tulisan yang masih berupa

titik-titik untuk ditebali

dengan pensil, setelah

dianggap baik dan bisa, baru

melanjutkan untuk

mengganti di kertas lain.

Metode ini tidak banyak

memakan waktu bagi anak

karena hanya diperlukan

waktu 1 x 8 jam per minggu,

sedangkan bagi remaja serta

orang dewasa yang baik

hanya diperlukan 1x6 jam

per minggu.

2. Metode Iqra Klasikal

Di Indonesia, gerakan

pemberantasan buta huruf

al-Quran yang menggunakan

metode iqra telah semarak

dalam bentuk Taman Kanak-

kanak al-Quran dan Taman

Pendidikan al-Quran. Di

sekolah dasar di Indonesia

juga dikembangkan metode

yang sesuai yang dapat

mengantarkan murid mampu

dalam membaca al-Quran

dalam waktu yang relative

singkat sesuai dengan

keterbatasan jam pelajaran

yang tersedia.

Metode ini disusun oleh salah

satu team tadarrus AMM

yaitu KH. Asad Humam.

Metode ini disusun sebagai

kelanjutan dari metode

sebelumnya, metode pertama

kali dikembangkan didaerah

Yogyakarta kemudian

disebarkan ke daerah lain.

Metode ini merupakan

ringkasan dari metode iqra

yang awalnya sampai 6 jilid

kemudian diringkas menjadi

satu buku yang tebal

mencapai 61 halaman. Hal

ini dimaksudkan agar peserta

didik cepat bisa membaca al-

Quran. Selain itu untuk

menjawab tuntutan bagi

anak atau orang dewasa yang

akan beljar al-Quran tetapi

mempunyai waktu yang

terbatas.

Pada metode ini pengenalan

huruf hijaiyah awal hingga

akhir dengan menggunakan

harakat dan untuk bacaan

tajwid, tidak langsung

dikenalkan macam-macam

bacaan tetapi diberikan

tuntunan membacanya,

setelah menguasai semuanya

akan diberikan materi

tajwid.

3. Metode al-Baghdadi

Metode ini sering juga

disebut dengan metode kuno

atau juz amma. Cara

penyampaiannya dengan

membaca dan menghafal

huruf-huruf hijaiyah, baru

menginjak pada tanda-tanda

fathah, kasrah, dhommah.

Pada metode ini anak bisa

mengetahui langsung nama-

nama huruf hijaiyah tanpa

harakat dan hafal secara

berurutan.

4. Metode Qiraati

Metode ini pertama kali

dikembangkan oleh KH.

Dachlan Salim Zarkasy dari

Semarang. Di dalam metode

ini santri diajarkan huruf-

huruf hijaiyah yang sudah

berharakat secara langsung

tanpa mengeja.

Cara yang digunakan dalam

materi ini hamper sama

dengan metode iqra tetapi

disertai dengan ketukan yaitu

untuk bacaan pendek satu

ketukan, sedangkan untuk

bacaan mad dan idghom dua

ketukan, dan mad wajib lima

ketukan.

Beberapa metode ini telah

berkembang di masyarakat

Indonesia sampai sekarang.

Metode ini yang dijadikan

rujukan untuk belajar membaca

al-Quran di seluruh Indonesia,

agar anak secepatnya mampu

dan menguasai dan membaca al-

Quran serta mampu menulis

huruf-huruf al-Quran dengan

baik