Upload
sasmita-mirifica-vania
View
51
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pembuatan membran dalam berbagai metode
Citation preview
Metode Pembuatan Membran
Berbagai material dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan membran, baik material
inorganik seperti keramik, gelas, logam, maupun organik seperti polimer. Proses pembuatan
membran bertujuan untuk memodifikasi bahan baku tersebut hingga terbentuk struktur membran
dengn morfologi yang dibutuhkan untuk proses pemisahan. Biasanya material membatasi teknik
yang dapat digunakan, morfologi yang dihasilkan serta prinsip pemisahan yang diterapkan.
Singkatnya, tidak semua jenis membran dapat dibuat dari setiap materail yang tersedia.
1. Sintering
Sintering, merupakan teknik sederhana untuk pembuatan membran berpori dari material
organik seperti polimer (polietilen, politetrafloroetilen, polipropilen) maupun inorganik
seperti logam (stanles, tungsen), keramik (alumunium oksida, zirkonium oksida) grapit
(karbon) dan delas (silika).
Teknik ini melibatkan pengompresan powder berupa partikel dengan ukuran tertentu
yang dipanaskan pada temperatur tertentu. Akibat pemanasan, sisi yang bersentuhan
(interfaces) menyatu membentuk struktur berongga. Ukuran pori dari membran yang
dihasilkan tergantung pada ukuran partikel powder dan distribusi ukuran partikelnya.
Semakin seragam ukuran partikel, semakin seragam pori yang diperoleh. Teknik ini
umumnya menghasilkan rentang pori 0.1-10µm. Teknik ini sangat sesuai untuk
pembuatan membran dari politetrafloroetilen karena polimer ini tidak bisa larut dan
sangat stabil terhadap perlakuan kimia dan termal. Hanya membran jenis mikrofiltrasi
yang bisa dibuat dengan teknik ini.
2. Stretching
Film atau foil yang terbuat dari semi-crystalline polymeric material
(polytetrafluoroethylene, polypropylene, polyethylene) yang ditarik tegak lurus ke arah
bidang tekan. Pori yang dihasilkan berukuran 0.1-3 µm. Porositasnya lebih besar
daripada membran dari proses sintering.
3. Track-etching
Film atau doil (biasanya polycarbonate) dikenai energi radiasi partikel yang tinggi kea
rah tegal lurus dari film. Partikel tersebut kemudian membentuk sebuah lintasan pada
polimer. Kemudian film tersebut direndam dalam bak asam atau alkali dan material
polimer ditarik sepanjang lintasan sehingga membentuk pori-pori berbentuk silinder yang
seragam. Pori yang dihasilkan berukuran 0.02-10 µm
4. Template Leaching
Melakukan leaching salah satu komponen dari sebuah film. Lelehan homogen dari sistem
3 komponen (Na2O-B2O3-SiO2) didinginkan untuk memisahkannya ke dalam 2 fase. Fase
yang pertama sebagian besar terdiri dari SiO2 yang tidak larut. Fase kedua yang larut
dilepaskan dengan menggunakan larutan asam atau basa dan terbentuk diameter pori
dengan ukuran minimal 0.005 µm.
5. Coating
Membran yang tebal akan menurunkan fluks. Maka perlu dibuat membrane setipis
mungkin agar fluks yang diperoleh lebih besar. Hal ini dapat dicapai dengan membrane
komposit. Membran komposit terdiri dari 2 material yang berbeda, dengan sebuah
membrane yang sangat selektif diletakkan sebagai lapisan tipis di atas sebuah sublayer
yang lebih atau kurang berpori. Selektivitas aktual ditentukan dari lapisan tipis bagian
atas, dan lapisan bawah sebagai support.
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan:
o Dip coating
- Coating bath (polymer, monomer, prepolymer < 1%)
- Polimer melekat pada membran
- Pemanasan supaya terjadi Crosslinking
Contoh: Polydimetilsiloxane (PDMS)
o Plasma polymerisation
Ionisasi gas oleh elektroda bertegangan tinggi
Gas terionisasi bartabrakan dengan monomer -> radikal bebas yang sangat
reaktif -> menempel diatas membran
Ketebalan lapisan : 50 nm
o Interfacial polymerization
1. Porous support direndam dalam monomer reaktif (kolam 1)
2. Kolam 2 -> pelarut tidak larut air
3. Pemanasan supaya terjadi Crosslinking dan menguji stabilitas termal
Ketebalan lapisan : 50 nm
o In-situ polymerisation
o Grafting
o Spray coating
o Spin coating
6. Phase Inversion
Inversi fasa merupakan proses dimana sebuah polimer dirubah secara terkendali dari fasa
cair ke fasa padat. Proses pemadatan sering kali dimulai/diinisiasi melalui transisi dari
satu keadaan cair menjadi dua (pemisahan cair-cair). Pada titik tertentu selama proses
pemisahan, salah satu fasa cair tersebut (konsentrasi polimer yang lebih tinggi) akan
memadat sehingga matrik padat akan terbentuk. Dengan mengendalikan tahap awal
transisi fasa, morfologi membran dapat di atur, seperti berpori atau tidak berpori.
Konsep inversi fasa meliputi beberapa teknik berbeda seperti, penguapan pelarut (solvent
evaporation), presipitasi dengan penguapan terkendali, presipitasi panas, presipitasi dari
fasa uap dan presipitasi dengan perendaman.
1. Presipitasi melalui penguapan pelarut
Polimer dilarutkan kedalam pelarut kemudian larutan tersebut disebar (kasting) di
permukaan support/substrat (berupa: pelat kaca, logam, teflon (tak berpori), poliester
non-woven (berpori). Pelarut dibiarkan menguap ke atmosfer yg inert (biasanya gas
nitrogen) untuk mengeluarkan uap air, sehingga permukaan mampat (dense, tak
berpori) terbentuk. Metode penyebaran larutan polimer dapat dilakukan dengan
pelapisan terendam (dip-coating) atau penyemprotan (spraying) diikuti dengan
penguapan.
2. Presipitasi dari fasa uap
Larutan polimer yang telah tersebar membentuk film tipis dipermukaan support
diletakkan di atmosfer yang mengandung uap jenuh dari non-pelarut yg telah jenuh
oleh pelarut. Karena itu tidak terjadi penguapan pelarut dan hanya non-pelarut saja
yang berpenetrasi ke lapisan film. Hal ini menyebabkan terbentuknya membran
berpori. Pada presipitasi terendam tahap penguapan di udara kadang-kadang
ditambahkan dan jika pelarut bercampur dengan air, presipitasi dari uap akan dimulai
pada tahap ini. Tahap penguapan sering ditambahkan pada kasus pembuatan membran
serat-berongga (hollow fibre) dengan teknik presipitasi terendam, pertukaran antara
pelarut dan non-pelarut di fasa uap mengakibatkan terjadinya presipitasi.
3. Presipitasi dengan penguapan terkendali
Polimer dilarutkan dalam campuran pelarut dan non-pelarut (campuran ini bertindak
sebagai pelarut bagi polimer). Karena pelarut lebih mudah menguap dibandingkan
non-pelarut, komposisinya berubah selama penguapan menjadi campuran dengan
proporsi non-pelarut dan polimer yang lebih tinggi. Hal ini yang memicu presipitasi
polimer membentuk membran.
4. Presipitasi termal
Larutan polimer-pelarut baik pelarut tunggal maupun jamak didinginkan untuk
memudahkan pemisahan fasa berlangsung. Penguapan pelarut sering menjadikan
terbentuknya membran multi-lapis. Teknik ini sering digunakan untuk membuat
membran mikrofiltrasi.
5. Presipitasi imersi (presipitasi terendam)
Kebanyakan membran yang diproduksi secara besar dibuat dengan presipitasi
terendam. Larutan polimer (polimer + pelarut) di sebar pada support yang sesuai
kemudian direndam di bak koagulasi yang berisi non-pelarut. Presipitasi terjadi karena
pertukaran pelarut dan non-pelarut. Struktur membran yang dihasilkan merupakan
akibat dari kombinasi perpindahan masa dan pemisahan fasa.
Karakter immersion precipitation :
Polimer larut dalam solvent
Solvent-nonsolvent saling tidak larut
Presipitasi terjadi akibat pertukaran solvent-nonsolvent
Struktur membran terbentuk akibat perpindahan massa dan pemisahan fasa
Ada 2 konfigurasi:
1. Flat Membran
2. Turbular Membran
DefinisiMembrane separation yaitu suatu teknik pemisahan campuran 2 atau lebih komponen tanpa
menggunakan panas. Komponen-komponen akan terpisah berdasarkan ukuran dan bentuknya,
dengan bantuan tekanan dan selaput semi-permeable. Hasil pemisahan berupa retentate (bagian dari
campuran yang tidak melewati membran) dan permeate (bagian dari campuran yang melewati
membran).
Struktur MembranBerdasarkan jenis pemisahan dan strukturnya, membran dapat dibagi menjadi 3 kategori:
Membran. Sweep (berupa cairan atau gas) digunakan untuk membawa permeate hasil pemisahan.
o Porous membrane. Pemisahan berdasarkan atas ukuran partikel dari zat-zat yang akan dipisahkan.
Hanya partikel dengan ukuran tertentu yang dapat melewati membran sedangkan sisanya akan
tertahan. Berdasarkan klasifikasi dari IUPAC, pori dapat dikelompokkan
menjadi macropores (>50nm),mesopores (2-50nm), dan micropores (<2nm).Porous
membrane digunakan pada microfiltration danultrafiltration.
o Non-porous membrane. Dapat digunakan untuk memisahkan molekul dengan ukuran yang sama, baik
gas maupun cairan. Pada non-porous membrane, tidak terdapat pori seperti halnya porous
membrane. Perpindahan molekul terjadi melalui mekanisme difusi. Jadi, molekul terlarut di dalam
membran, baru kemudian berdifusi melewati membran tersebut.
o Carrier membrane. Pada carriers membrane, perpindahan terjadi dengan bantuan carrier
molecule yang mentransportasikan komponen yang diinginkan untuk melewati membran. Carrier
molecule memiliki afinitas yang spesifik terhadap salah satu komponen sehingga pemisahan dengan
selektifitas yang tinggi dapat dicapai.
Reverse OsmosisSalah satu teknologi membran yang banyak digunakan saat ini yaitu reverse osmosis (RO). Proses ini
merupakan kebalikan dari osmosis. Pada osmosis, pelarut berpindah dari daerah berkonsentrasi
rendah (hipotonik) ke daerah berkonsentrasi tinggi (hipertonik) sehingga konsentrasi di kedua
daerah menjadi berimbang. Proses ini terjadi secara alami sehingga tidak membutuhkan energi.
Contoh osmosis yang terjadi di alam yaitu penyerapan air oleh akar tanaman. Berbeda dengan
osmosis, RO terjadi dengan arah yang berlawanan yaitu dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah. Untuk melawan gradien konsentrasi, dibutuhkan energi eksternal berupa tekanan.
Keunggulan dan Aplikasi Reverse Osmosis
Menurut Ir. Teuku Zulkarnain, MT, kandidat doktor teknik lingkungan Institut Teknologi Bandung,
Keunggulan RO yang paling superior dibandingkan metode-metode pemisahan lainnya yaitu
kemampuan dalam memisahkan zat-zat dengan berat molekul rendah seperti garam anorganik atau
molekul organik kecil seperti glukosa dan sukrosa. Keunggulan lain dari RO ini yaitu tidak
membutuhkan zat kimia, dapat dioperasikan pada suhu kamar, dan adanya penghalang absolut
terhadap aliran kontaminan, yaitu membran itu sendiri. Selain itu, ukuran penyaringannya yang
mendekati pikometer, juga mampu memisahkan virus dan bakteri.
Teknologi RO cocok digunakan dalam pemurnian air minum dan air buangan. Di bidang industri,
teknologi RO dapat digunakan untuk memurnikan air umpan boiler. Selain itu, Karena
kemampuannya dalam memisahkan garam-garaman, teknologi reverse osmosis cocok digunakan
dalam pengolahan air laut menjadi air tawar (desalinasi). Pengolahan ini terdiri dari beberapa tahap:
o Pre-treatment untuk memisahkan padatan-padatan yang terbawa oleh umpan. Padatan-padatan
tersebut jika terakumulasi pada permukaan membran dapat menimbulkan fouling. Pada tahap ini pH
dijaga antara 5,5-5,8.
o High pressure pump digunakan untuk memberi tekanan kepada umpan. Tekanan ini berfungsi
sebagai driving force untuk melawan gradien konsentrasi. Umpan dipompa untuk melewati
membran. Keluaran dari membran masih sangat korosif sehingga perlu diremineralisasidengan cara
ditambahkan kapur atau CO2. Penambahan kapur ini juga bertujuan menjaga pH pada kisaran 6,8-8,1
untuk memenuhi spesifikasi air minum.
o Disinfection dilakukan dengan menggunakan radiasi sinar UV ataupun dengan cara klorinasi.
Sebenarnya, penggunaan RO untuk desalinasi sudah cukup jitu untuk memisahkan virus dan bakteri
yang terdapat dalam air. Namun, untuk memastikan air benar-benar aman (bebas virus dan
bakteri), disinfection tetap dilakukan.
Karakteristik PolimerDalam polimer sintetik beberapa karakteristiknya menentukan sifat fisik dan kimiawi yang mempengaruhi dalam aplikasi membran yakni:1. Jumlah dan berat molekul dari unit pengulangan di dalam suatu polimer2. Apakah polimer tersebut termasuk homopolimer atau co-polimer3. Bagaimana monomer terikat: rantai random, copolimer blok dan grafted co-polimer4. Apakah polimer linier bercabang atau saling terikat5. Stereoisomer : isotactic (menghasilkan polimer kristalin), atactic (menghasilkan polimer noncrystalin atau amporphous), dan syndiotactic. Kristalinitas mempunyai pengaruh atau efek utama pada permeabilitas dan membran polimer6. Fleksibilitas rantai7. Interaksi rantai