Upload
vantuyen
View
260
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
METODE SAMPLING QUALITY CONTROL PADA PEMERIKSAAN JALUR PRODUKSI
BOTOL PET
KERJA PRAKTEK
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Teknologi Pangan
Oleh :
Mega Putri Parassari
NIM : 14.I1.0050
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG
2017
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan kerja praktek yang berjudul “Metode Sampling Quality
Control Pada Pemeriksaan Jalur Produksi Botol PET” dengan tepat waktu dan lancar.
Penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai
pihak, yang akhirnya dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini sebagai syarat
memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan
rasa terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan perlindungan selama melakukan Kerja Praktek di
PT. Sari Enesis Indah.
2. Orang tua yang telah membantu dalam materiil dan memberi dukungan secara doa
kepada penulis.
3. Ibu Dr. Victoria Kristina Ananingsih, ST., Msc., selaku Dekan Fakultas Teknologi
Pertanian yang memberikan izin untuk melakukan Kerja Praktek.
4. Ibu Novita Ika Putri selaku pembimbing akademik yang membantu penulis dari
mulainya Kerja Praktek hingga penyusunan laporan.
5. Bapak Heri Sutanto selaku Research & Development Manager di PT. Sari Enesis
Indah
6. Ibu Sugiyanti dan Ibu Isah Martina selaku Research & Development Supervisor
7. Seluruh staff Research & Development PT. Sari Enesis IndahPlant Cikarang dan Ciawi
yang telah membantu dan memberikan pengetahuan yang bermanfaat selama
melakukan Kerja Praktek.
8. Seluruh staff QC inline, produksi, dan seluruh rekan kerja PT. Sari Enesis Indah plant
Ciawi yang telah membantu, mendukung, dan memberikan informasi-informasi
berdasarkan Laporan Kerja Praktek.
9. Staff Human Resources Deparment PT. Sari Enesis Indah.
10. Semua pihak yang telah membantu selama melakukan Kerja Praktek dan penyusunan
laporan yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
iii
Penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan Kerja Praktek dikatakan jauh dari sempurna
dan banyak kekurangan dalam penulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran dari pembaca. Penulis tetap berharap semoga penyusunan laporan ini dapat
bermanfaat dan memberikan pengetahuan bagi para pembaca yang membutuhkan.
Semarang, 8 Juli 2017
Mega Putri Parassari
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR
1. PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
.............................................................................................................. v
1.1. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2. Tujuan ...................................................................................................................... 1
1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan .............................................................................. 1
1.4. Metode Kerja Praktek .............................................................................................. 2
2. KONDISI UMUM PERUSAHAAN ............................................................................... 3
2.1. Sejarah Perusahaan .................................................................................................. 3
2.2. Visi dan Misi Perusahaan......................................................................................... 3
2.3. Struktur Organisasi .................................................................................................. 4
2.4. Jam Kerja di PT. Sari Enesis Indah ......................................................................... 8
3. SPESIFIKASI PRODUK ................................................................................................ 9
4. PROSES PRODUKSI ................................................................................................... 13
4.1. Proses produksi Coolant ........................................................................................ 13
4.2. Proses Produksi Kemasan PET .............................................................................. 17
5. PEMBAHASAN ........................................................................................................... 18
5.2. Pengawasan Mutu Bahan Kemasan
5.3. Pengawasan Mutu Proses Filling PET ................................................................... 19
....................................................................... 18
5.4. Pengawasan Mutu Produk Akhir ........................................................................... 22
6. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................... 24
6.1. Kesimpulan ................................................................................................................ 24
6.2. Saran .......................................................................................................................... 24
7.
DAFTAR ISI ................................................................................................................ 25
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Adem Sari Sachet .................................................................................................. 6Gambar 2. Vegeta ................................................................................................................... 7Gambar 3. Esquis Fizz ............................................................................................................ 7Gambar 4. Sensa Cools ........................................................................................................... 8Gambar 5. Sensa Cools Qing Ku ............................................................................................ 8Gambar 6. Coolant Bengkoang dan Starfruit ......................................................................... 9Gambar 7. Proman Energenesis .............................................................................................. 9Gambar 8 Proses Produksi Minuman Isotonik Coolant ....................................................... 10
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami peningkatan di berbagai bidang.
Salah satunya yaitu bidang teknologi pangan yang semakin dibutuhkan oleh masyarakat.
Dengan meningkatnya persaingan dalam bidang industri, maka semakin dibutuhkan para
ahli pangan yang berkompeten di bidangnya. Menyadari hal itu, diperlukan pengalamn
langsung di lapangan untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai perencanaan
dan pengelolaan industri, pengawasan mutu produk serta mengenal dan memahami kondisi
dalam dunia kerja.
Kerja Praktek (KP) bertujuan untuk mengaplikasikan teori yang telah diperoleh selama
masa perkuliahan dengan menyelesaikan tantangan yang ada di industri pangan yang terjadi
secara nyata dan mempersiapkan mahasiswa untuk masuk dalam dunia kerja. Pada
kesempatan ini penulis melakukan Kerja Praktek di PT. Sari Enesis Indah. Produk yang
diproduksi antara lain minuman isotonic, minuman kesehatan dan banyak produk lainnya.
Hal ini yang menjadi salah satu alasan penulis untuk memilih PT. Sari Enesis Indah sebagai
tempat Kerja Praktek karena dapat menambah wawasan dunia kerja dalam bidang teknologi
pangan.
1.2. Tujuan
Tujuan dilakukannya kerja praktek ini adalah untuk mengetahui dan mengembangkan
metode pengambilan sampel pada proses penjaminan mutu minuman isotonic yang dikemas
dengan botol PET.
1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kerja praktek dilaksanakan mulai dari tanggal 9 Januari 2017 hingga 9 Maret 2017 di PT.
Sari Enesis Indah Plant Ciawi.
2
1.4. Metode Kerja Praktek
Metode yang dilakukan dalam pelaksanaan kerja praktek yaitu pengamatan langsung ke
tempat proses produksi, diskusi dengan pembimbing lapangan dan karyawan yang
berhubungan dengan pengawasan mutu dan produksi dan studi pustaka dengan mencari
literature sebagai pembanding yang berhubungan dengan kerja praktek.
3
2. KONDISI UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
PT. Sari Enesis Indah atau juga dikenal dengan nama Enesis Group merupakan perusahaan
yang mengembangkan jaringan produknya kedalam berbagai kategori dan telah menjadi
salah satu group pharmacy dan personal care yang didirikan pada tahun 1988. Dengan
meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap Enesis Group, pada tahun 1993 didirikan
PT. Sari Enesis Indah yang bergerak dibidang personal care yang berlokasi di Kawasan
Industri Pulo Gadung. Dalam mengembangkan bisnisnya sehingga dapat mencapai
kesuksesan, perusahaan mengutamakan perhatian pada pengertian akan kekuatan internal
perusahaan dan kemampuan mengidentifikasi kesempatan eksternal yang berasal dari pasar.
Dengan semakin berkembangnya perusahaan, pada tahun 2001 PT. Sari Enesis Indah
memperluas pabriknya yang bergerak dibidang farmasi dengan produk minuman suplemen
kesehatan yang berlokasi di Kawasan Industri Delta Silikon, Cikarang. Pabrik yang
didirikan di Cikarang ini merupakan pabrik manufaktur terbesar untuk produk berbentuk
bubuk di Indonesia.Pada tahun 2009 PT. Sari Enesis Indah memperluas pabriknya yang
bergerak dibidang minuman yang berlokasi di Teluk Pinang, Ciawi. PT. Sari Enesis Indah
merupakan salah satu perusahaan dengan izin farmasi yang telah disertifikasi CPOB (Cara
pembuatan Obat yang Baik). Semua proses pembuatan produk dilengkapi dengan mesin
canggih, dengan selalu menjaga standar untuk masing-masing produk yang dihasilkan dan
berusaha meningkatkan serta memperbaiki teknologi produksi.
2.2. Visi dan Misi Perusahaan
Sebagai perusahaan yang memiliki komitmen kuat untuk menjadi pemimpin dunia di
bidang Healthy Drinks dan dapat dipilih sebagai produk dengan kategori FMCG (Fast
Moving Consumer Goods), Enesis Group memiliki visi dan misi yang selalu di junjung
tinggi yaitu :
4
Visi : menjadi perusahaan yang berkembang pesat untuk mencapai posisi leader dalam
produk consumer goods melalui inovasi, perkembangan yang berkelanjutan dan
mempunyai pandangan yang jauh ke masa depan.
Misi : berkomitmen dalam mengembangkan, memproduksi dan memasarkaan produk
consumer goods yang unik dan berkembang pesat serta menjadi merk dengan status
pemimpin (leader) dalam wilayah regional.
2.3. Struktur Organisasi
PT. Sari Enesis Indah sebagai perusahaan nasional yang besar maka sangat memerlukan
struktur organisasi agar memiliki tanggung jawab dan peran divisi dalam mengembangkan
suatu perusahaan.
Berikut adalah penjelasan mengenai struktur organisasi PT. Sari Enesis Indah :
a. Komisaris adalah pemimpin tertinggi didalam perusahaan yang menjadi pemegang
keputusan tertinggi yang akan menentukan arah jalannya perusahaan.
b. Direktur adalah pemimpin kegiatan operasional perusahaan yang tertinggi dan
pengendalian strategi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.
c. General manager adalah tingkatan terpenting dibawah direktur yang bertugas
mengawasi kegiatan, menjaga kesinambungan kerja dan memutuskan strategi pada 10
manager. General manager membawahi 10 manager didalam perusahaan.
d. Departemen export
Departemen ini dikepalai oleh seorang manajer. Manajer export dibantu dengan para
staff bertugas kegiatan eksport produk-produk perusahaan, dimulai dari transaksi dan
negosiasi eksport, persiapan dan pelaksanaan eksport.
e. Departemen Finance dan Accounting
Manajer Finance dan Accounting (FAM) membawahi 3 bagian fungsional yang
berhubungan dengan departemen ini yaitu bagian Accounting, Cashier, dan Finance.
Kegiatan bagian ini masing-masing dikepalai oleh supervisor dan dibantu oleh staff
dibawahnya.
5
i. Accounting adalah bagian yang bertanggung jawab dalam mendokumentasikan
transaksi, pembukuan dan membuat laporan akuntasi yang dilakukan perusahaan.
ii. Cashier adalah bagian yang bertanggung jawab mengenai pemasukan dan
pengeluaran kas perusahaan.
iii. Finance adalah bagian yang bertanggung jawab dalam mengawasi dan mengatur
keuangan perusahaan.
f. Departemen Human Resource Administration (HRA)
Manajer yang dibantu oleh asisten manajer dan supervisor dibawah asisten manajer
tersebut. Bertugas mengatur hal-hal yang menyangkut sumber daya manusia
perusahaan.
g. Departemen Logistik
Manajer logistic dengan supervisor bertanggung jawab pada beberapa staff
dibawahnya. Departemen ini mempunyai tugas yang berhubungan dengan pengaturan
sistem logistic perusahaan yaitu pengaturan terhadap bahan-bahan yang diperlukan
untuk produksi.
h. Departemen Marketing Research
Departemen ini bertugas dalam melakukan riset terhadap pasar, khususnya mengenai
permintaan kebutuhan masyarakat dan respon pasar terhadap suatu produk.
i. Departemen Purchasing
Kepala manajer yang dibantu oleh asisten manajer serta para staff. Bertugas
berhubungan dengan kegiatan pembelian bahan baku yang diperlukan dalam produksi,
mulai dari pemilihan supplier hingga proses pembelian bahan baku dijalankan.
j. Departemen marketing
Seorang manajer senior yang membawahi 5 sub departemen. Masing-masing sub-
departemen dipimpin oleh seorang manajer dan memiliki sejumlah orang staff
dibawahnya.
i. Sub departemen cabang dipimpin oleh seorang manajer dan beberapa kepala
cabang dibawahnya.
6
ii. Sub departemen customer service bertugas dalam hal yang meyangkut pelanggan,
memberikan pelayanan, mengatur sistem saran dan kritik yang disampaikan
pelanggan terhadap produk perusahaan.
iii. Sub departemen HCO adalah sub departemen yang mengatur kegiatan pemasaran
produk-produk perusahaan dalam skala besar kepada pasar yang bersifat grosir.
iv. Sub departemen sales adalah sub departemen yang mengatur penjualan produk-
produk yang dilakukan oleh sales kepada pasar atau toko.
k. Departemen R&D/QC
Dikepalai oleh seorang manajer dengan membawahi beberapa bagian fungsional yang
berbeda.
i. Penanggung jawab CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dengan staff
dibawahnya yang bertanggung jawab terhadap inspeksi secara berkala mengenai
ketepatan pelaksanaan aturan-aturan dalam CPOB yang dikeluarkan oleh Badan
POM.
ii. Head Mikrobiologi dibantu oleh beberapa staff dibawahnya yang bertugas
mengatur pelaksanaan pengujian mikrobiologi terhadap produk perusahaan.
iii. Bagian Quality Control dengan supervisor QC membawahi 4 orang coordinator
QC dengan tugas dan tanggung jawab yang berbeda, yaitu :
a) Koordinator QC Analis, bertanggung jawab terhadap 3 bagian yaitu QC
Analis Ingredients, Finished Goods and Packaging, QC Analis Ingredients
melakukan analisa terhadap bahan baku yang diterima dari pemasok untuk
kegiatan produksi. QC Analis Finished Goods melakukan analisa terhadap
hasil produk setelah melalui proses produksi terakhir. QC Analis Packaging
melakukan analisa terhadap bahan packaging untuk produk akhir.
b) Koordinator QC Packing, memiliki tanggung jawab dalam pengawasan
terhadap kegiatan packing dan produk setelah kegiatan packing selesai
dilaksanakan. Ketiga bagian QC Packing yaitu QC Packing Sortasi
bertanggung jawab melakukan pemeriksaan dan pelaporan terhadap produk
jadi yang tidak sesuai dengan ketentuan. QC Packing Finished Goods
melakukan pemeriksaan terhadap hasil kegiatan packing, misalnya mengenai
7
ketepatan jumlah dalam satu karton, pelabelan tanggal kadaluarsa. QC
Packing Return Finished Goods melakukan pemeriksaan terhadap produk-
produk yang dikembalikan setelah masuk ke pasaran.
c) Koordinator QC Proses, bertanggung jawab terhadap kegiatan inspeksi dalam
proses produksi yang berlangsung. Kegiatan QC proses dibagi menjadi 2
bagian yaitu QC proses yang berada pada bagian proses yang memerlukan
inspeksi terhadap proses dengan produk yang dihasilkan dari proses tersebut
agar sesuai dengan spesifikasi yang diperlukan dan QC filling bertugas untuk
melakukan pengawasan terhadap kegiatan filling mencakup proses filling dan
sealing dari produk yang dihasilkan.
d) Koordinator QC Sampling bertanggung jawab dalam pelaksanaan sampling
yang dilakukan terhadap bahan baku dan bahan packaging setelah bahan
diterima dan sebelum pengujian oleh QC Analis. QC sampling dibagi menjadi
2 bagian yaitu QC Sampling Ingredients yang melakukan inspeksi terhadap
bahan baku dan QC Sampling Packaging yang melakukan inspeksi terhadap
bahan pengemas atau packaging.
l. Departemen Plant
Dipimpin oleh manajer senior dan membawahi beberapa manajer dalam 4 sub
departemen yang berada dibawah naungannya. Posisi dibawah manajer berbeda-beda
pada setiap sub departemennya.
i. Sub departemen Building & Technique
Dikepalai oleh seorang manajer yang dibantu oleh seorang asisten manajer.
Supervisor dibawah asisten manajer memiliki beberapa koordinator untuk
membantu. Koordinator mempunyai sejumlah leader yang bertugas memimpin
masing-masing staff. Sub departemen ini bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
sistem pengaturan bangunan dan fasilitas perusahaan seperti pemeliharaan
bangunan dan mesin.
ii. Sub departemen Packing
Manajer yang dibantu oleh supervisor yang dibawahi oleh coordinator yang
terdapat leader yang memimpin staff packing. Yang bertugas dalam melaksanakan
8
kegiatan packing sesuai dengan target yang telah ditentukan sehingga produk-
produk telah siap dalam kemasan baik pada saat pengiriman produk.
iii. Sub departemen PPIC
Manajer dengam posisi distructural dibawahnya dengan tingkatan yang sama
seperti pada sub departemen Building & Technique. Sub departemen ini bertugas
dalam melakukan penjadwalan dan rencana pembelian bahan baku dan bahan
packing yang diperlukan dan juga terhadap jadwal pelaksanaan produksi untuk
dapat memenuhi permintaan produk pada waktu dan jumlah tertentu.
iv. Sub departemen Produksi
Sub departemen dengan seorang manajer yang membawahi asisten manajer yang
memiliki tingkatan structural yaitu supervisor, koordinator, leader dan staff
departemen produksi yang bertugas terhadap kelancaran proses produksi yang
sedang berlangsung.
m. Departemen Tax
Manajer yang dibawahi oleh para staff bertugas mengatur pajak perusahaan mulai dari
perhitungan pajak hingga pembayaran pajak.
2.4. Jam Kerja di PT. Sari Enesis Indah
PT. Sari Enesis Indah menerapkan kedisiplinan kerja sesuai dengan shift yang telah
ditentukan dengan datang 15 menit lebih awal sebelum jam kerja berlangsung. Jam shift
kerja diberlakukan pada departemen produksi, quality control inline, dan engineering.
Perusahaan memiliki 3 shift kerja yang terdiri atas :
a. Shift I = 07.00-15.00 WIB
b. Shift II = 15.00-23.00 WIB
c. Shift III = 23.00-07.00 WIB
Karyawan lainnya memiliki jam kerja pada jam 08.00-17.00 WIB dengan memiliki jam
istirahat pada pukul 12.00-13.00 WIB.
9
3. SPESIFIKASI PRODUK
PT. Sari Enesis Indahmemproduksi minuman kesehatan. Berikut penjelasan dari masing-
masing produk yang dihasilkan.
a. Adem Sari
Adem sari merupakan minuman herbal yang berbentuk serbuk dan dikemas dalam kemasan
sachet. Produk adem sari ini mengandung vitamin C yang dapat membantu meredakan
gejala panas dalam seperti tenggorokan kering, sariawan dan memperlancar buang air
besar.
Gambar 1 Adem Sari Sachet Sumber : http://enesis.com/product/detail/id/13
b. Vegeta
Vegeta merupakan minuman berserat yang dapat mensuplai kebutuhan akan serat yang
dibutuhkan tubuh setiap harinya yang memiliki manfaat dapat memperlancar buang air
besar, menjaga kesehatan pencernaan, dan mengurangi masalah gangguan pencernaan. Ada
beberapa varian yang diproduksi minuman vegeta yaitu jeruk, manga, netral, herbal.
Produk ini dikemas dalam kemasan sachet.
10
Gambar 2. Vegeta Sumber : http://enesis.com/product/detail/id/12
c. Esquis Fizz
Esquis Fizz merupakan sari larutan penyejuk untuk meredakan panas dalam dan mencegah
susah buang air besar. Produk ini hampir sama dengan adem sari yang dikemas dalam
kemasan sachet.
Gambar 3. Esquis Fizz Sumber : https://www.google.co.id/search?q=produk+esquis+fizz&sa=X&tbm
d. Sensa Cools
Sensa Cools merupakan produk sari penyejuk yang berbentuk serbuk mengandung vitamin
C dan ramuan herbal tradisional yang dapat digunakan untuk meredakan gejala panas
dalam dan masalah buang air besar. Produk ini memiliki 2 varian yaitu lemon fizz dan
lemon non fizz yang dikemas dalam kemasan sachet.
11
Gambar 4. Sensa Cools Sumber : http://enesis.com/product/detail/id/04
e. Sensa Cools Qing Ku
Sensa Cools Qing Ku merupakan produk yang dapat meredakan panas dalam dan
meningkatkan daya tahan tubuh. Produk ini mirip dengan Adem Sari yang memiliki 2
varian yaitu herbal green tea yang dikemas dalam kemasan botol dan lemon fizz yang
dikemas dalam kemasan kaleng.
Gambar 5. Sensa Cools Qing Ku Sumber : http://enesis.com/product/detail/id/22
12
f. Coolant
Coolant merupakan minuman ion dan penyejuk yang berasal dari air pegunungan untuk
menghilangkan haus dengan cepat dan membuat tubuh sejuk kembali. Produk ini terdapat 2
varian yaitu coolant bengkoang, dan coolant starfruit yang dikemas pada kemasan botol.
Gambar 6. Coolant Bengkoang dan Starfruit Sumber : http://enesis.com/product/detail/id/20
g. Proman Energenesis
Proman Energenesis merupakan minuman berkarbonasi dengan aroma anggur yang dapat
menjaga kesehatan dan membantu meningkatkan stamina tubuh saat bekerja dan olahraga.
Produk ini merupakan produk baru yang baru diluncurkan pada tahun 2012.
Gambar 7. Proman Energenesis
Sumber : https://www.google.co.id/search?q=produk+proman+energenesis
13
4. PROSES PRODUKSI
4.1. Proses produksi Coolant
Proses produksi minuman isotonik yang dilakukan oleh PT. Sari Enesis Indah dibagi dalam
beberapa tahapan proses, yaitu persiapan bahan baku, pencampuran bahan, pengisian
larutan ke botol PET, penyimpanan produk akhir. Proses produksi dapat dilihat pada
gambar 8.
Persiapan bahan baku
Penimbangan Penimbangan
Penyaringan
Mixing
Pengecekan organoleptic dan kimia fisika
Filtration
Pasteurization
Filtration
Bahan baku bubuk Bahan baku liquid
14
4.1.1. Bahan Baku Utama dan Bahan Baku Tambahan
Bahan baku yang diterima akan disimpan dalam gudang bahan baku.Bahan baku yang
digunakan merupakan bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk, sedangkan
bahan baku tambahan merupakan bahan yang ditambahkan pada proses dengan presentasi
bahan lebih rendah daripada bahan baku utama. Bahan bakuutama yang digunakan pada
proses produksi yaitu bahan baku padatan, bahan baku liquid dan air yang digunakan yaitu
soft water.Masing-masing bahan yang diterima akan diperiksa terlebih dahulu sebelum
masuk ke produksi. Jika bahan yang diperiksa telah memenuhi standard yang dibutuhkan
maka bahan tersebut masuk ke dalam proses produksi. Bahan yang masuk dalam proses
produksi menggunakan metode FIFO (First in First Out) keuntungan menggunakan metode
FIFO ini adalah untuk memperpanjang umur bahan dan umur produk yang telah
diproduksi.
4.1.2. Mixing
Filling
Pengecekan
Cooling Tunnel
Labelling
Cartoning dan Palletizing
Gambar 8 Proses Produksi Minuman Isotonik Coolant
15
Pada proses pencampuran bahan, pertama-tama dilakukan mixing concentrate gula dengan
penambahan softwater 3500 L kemudian dilakukan pencampuran bahan selama 3 menit,
setelah proses pancampuran bahan awal dilakukan proses pengecekan sampling kelarutan
oleh QC untuk mengetahui proses pencampuran bahan telah larut sempurna. Jika larutan
telah larut sempurna, bahan baku asam dimasukan secara berurutan dan dilakukan mixing
selama 3 menit. Pada proses pencampuran bahan asam dilakukan pemeriksaan sampling
kelarutan oleh QC seperti pada tahap pencampuran bahan awal. Setelah dilakukan
pemeriksaan dan larut sempurna dilakukan pencampuran berupa bahan tambahan kemudian
dilakukan proses mixing selama 5 menit. Pada tahap selanjutnya bahan yang terdapat dalam
sugar tank dipindahkan ke dalam blending tank dan proses transfer tersebut melewati filter
stainless. Bahan baku yang sudah dipindahkan ke dalam blending tank, dilakukan
penambahan bahan baku liquid yang penuangannya dilakukan secara berurutan sesuai
dengan masing-masing formula lalu ditambahkan softwater hingga mencapai volume
10000L kemudian dilakukan proses mixing selama 15 menit. Setelah itu dilakukan
pemeriksaan sampling untuk analisa organoleptic dan sifat fisikokimiawi. Jika dalam
proses pemeriksaan larutan tidak sesuai dengan standard yang ditetapkan maka dilakukan
penyesuaian dengan menambahkan soft water, namun jika pemeriksaan sudah sesuai
dengan standard maka akan masuk ke tahap selanjutnya yaitu area filler.
4.1.3. Pasteurisasi
Larutan yang berada di dalam blending tank selanjutnya masuk kedaalam filling area
dengan melewati filter untuk melalui proses pasteurisation. Selama melewati filter
dilakukan pengecekan tekanan pada stainless dan bag filter. Tujuan dari proses pasteurisasi
adalah untuk menginaktifasi enzim dan membunuh mikroba pembusuk. Minuman isotonic
merupakan produk yang memiliki kandungan asam yang menyebabkan mikroba mudah
sensitif terhadap asam dan dapat mengurangi resiko rusaknya zat gizi seperti vitamin C.
Dengan menggunakan proses pasteurisasi umur simpan produk dapat diperpanjang dengan
cara membunuh mikroorganisme pathogen melalui proses pemanasan.Ketahanan panas
mikroorganisme dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : keadaan mikroorganisme sebelum
dipanaskan, pertumbuhan mikroorganisme, pH dan Aw, suhu pemanasan, dan konsentrasi
16
awal organisme (Buckle et al, 1987). Penggunaan suhu pada proses pasteurisasi yaitu
±100oC sedangkan penggunaan suhu pada sterilisasi ±121oC namun sebagian besar konsep
UHT (Ultra High Temperatur) banyak digunakan pada industri minuman skala pabrik
dengan menggunakan suhu tinggi dalam waktu yang hanya dalam hitungan detik.
Pasteurisasi pada proses ini dilakukan pada suhu 120o
4.1.4. Proses Filling Larutan
C selama 30 detik, dilakukan
pengecekan brix oleh QC jika brix tidak sesuai standard dilakukan pembilasan agar saat
proses pasteurisasi tidak terjadi perubahan brix. Setelah brix sudah sesuai standard
dilanjutkan tahap pengisian kedalam kemasan secara hot filling
Pengisian produk kedalam kemasan dilakukan dengan cara hot filling, dengan
menggunakan suhu 90-92o
4.1.5. Labelling
C. Proses pengisian ke dalam kemasan dilakukan dengan cara,
preform yang telah terbentuk menjadi botol diletakkan dibawah nozzle kemudian nozzle
diturunkan secara otomatis hingga mengenai leher botol dan menekannya hingga air dari
pengisian botol keluar, setelah botol terisi nozzle akan terangkat dan botol akan melalui
tahapan selanjutnya yaitu penutupan botol. Proses penutupan berlangsung secara otomatis
dan berada dalam satu ruangan dengan proses pengisian. Tujuan dilakukan hal tersebut
untuk meminimalkan terjadinya kontaminasi. Selama proses filling berjalan dilakukan
pengecekan terhadap suhu dan kecepatan proses filling dengan kecepatan 350-
370botol/menit. Setelah botol telah terisi cairan akan dilakukan pengecekan terhadap
kemasan dilakukan untuk mengetahui kemasan tersebut mudah dibuka atau tidak dan
dilakukan pengecekan terhadap produk dengan mempertahankan suhu produk, mengetahui
tingkat kemanisan produk, dan volume cairan yaitu 350mL. Setelah itu produk melalui
cooling tunnel untuk melakukan pendinginan botol yang telah berisi cairan. Selanjutnya
produk akan melewati proses labeling sebelum dikemas kedalam karton.
Botol yang telah ditutup akan melewati pemeriksaan secara visual. Produk yang sesuai
dengan standard akan diberi label dan seal. Selanjutnya botol dilewatkan pada ink jet untuk
pemberian kode produksi dan dilewatkan pada shrink tunnel untuk melekatkan seal.
17
4.1.6. Coding
Proses pemberian kode produksi diberikan pada setiap botol proses produksi akhir. Kode
produksi menunjukan tanggal pembuatan dan kode produksi yang diperlukan sebagai acuan
tanggal kadaluarsa dan sebagai identitas untuk proses traceability. Jika ada produk yang
bermasalah ataupun complain dari konsumen, maka akan mudah untuk diperiksa ulang
secara fisika, kimia, dan mikrobiologi.
4.1.7. Penyimpanan Produk
Produk minuman yang telah lulus uji dilanjutkan dengan pengemasan pada karton. Selama
pengemasan karton dilakukan pengontrolan coding pada karton dengan standard prosedur
penomoran batch, tanggal produksi, dan tanggal kadaluwarsa. Setelah karton terisi dan
dikemas, produk harus dilakuan pengecekan secara fisika, kimia, dan mikrobiologi maupun
visual terhadap kondisi produk dan kemasannya. Produk disimpan pada finished good ware
house. yang kemudian akan dilakukan pengiriman dan penyusunan produk jadi secara FIFO
(First In First Out).
4.2. Proses Produksi Kemasan PET
Produk coolant dikemas dalam kemasan botol dengan ukuran 350ml dengan menggunakan
kemasan PET (Poly Ethylene Terephthalate) yang masih setengah jadi (preform) sehingga
perlu adanya pengolahan perform hingga menjadi botol. Pembentukan perform menjadi
botol menggunakan sistem tiup dan cetak. Blow mould merupakan mesin untuk
pembentukan perform, sistem kerjanya adalah perform di panaskan hingga lunak
dilanjutkan peniupan dengan pipa dan pembentukan botol, pembentukan botol ini di dalam
cetakan botol. Tahap terakhir dari sistem kerja blow mould adalah rinse, yaitu
menyemprotkan air bertekanan agar botol kuat saat pengisian.
18
5. PEMBAHASAN
Kualitas produk makanan dan minuman memiliki peran yang sangat penting terhadap
keberhasilan bisnis. Pengawasan mutu produk makanan dan minuman dapat dilakukan
pengawasan terhadap bahan baku, proses produksi, lingkungan produksi, penggunaan alat
dan mesin dan produk akhir. Selain pengawasan terhadap produk dapat dilakukan
pemeriksaan dan pengecekan setiap penyimpangan yang ada dalam produk dengan tujuan
untuk mencegah adanya penurunan kualitas produk yang langsung berpengaruh terhadap
minat konsumen bagi perusahaan.
5.2. Pengawasan Mutu Bahan Kemasan
Kualitas mutu produk minuman dalam kemasan sangat dipengerahui oleh bahan
pengemasnya. Dalam melakukan pengawasan mutu produk, perusahaan telah melakukan
pengawasan mutu terhadap kemasan. Kemasan yang dapat memenuhui standard akan
sangat berpengaruh terhadap proses pengisian sehingga dapat menjaga kualitas produk
minuman yang dikemas. PT. Sari Enesis indah merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang industri minuman kesehatan seperti minuman isotonic yang dikemas dalam kemasan
PET. Minuman isotonic merupakan produk minuman ringan karbonasi atau nonkarbonasi
yang memiliki manfaat untuk meningkatkan kebugaran, yang mengandung gula, asam sitrat
dan mineral (BSN, 1998).
PT. Sari Enesis Indah dalam melakukan pengawasan mutu produk dan kemasan memiliki
standard perusahaan yang sangat ketat. Penggunaan PET (Polyethylene terephthalate)
sebagai kemasan telah memenuhi standard keamanan oleh FDA (Food and Drug
Administration). Kemasan PET termasuk jenis pengemas rigid yang pada umumnya
memiliki ukuran bagian mulut dan leher botol yang lebih kecil dibandingkan bagian badan
botol, sehingga dapat memberikan perlindungan yang baik terhadap mikroorganisme
(Fellow, 1993 di dalam Rainer, 2015).Pemilihan kemasan PET sebagai bahan pengemas
sering digunakan pada kemasan produk yang bersifat cair dan semi padat (Yam, 2009 di
dalam Rainer, 2015). Pemilihan kemasan perlu mempertimbangkan aspek-aspek mutu
19
produk yang akan dilindungi meliputi bahan baku, pengolahan, dan penyimpanan (Jelen,
1985 di dalam Nursarah, 2016). Kemasan PET merupakan salah satu jenis plastik yang
digunakan untuk pengemas makanan. Jenis monomer yang digunakan adalah asam
tereftalat dengan karakteristik yaitu transparent, keras, tahan terhadap pelarut organic, dan
dapat melunak pada suhu 80o
5.3. Pengawasan Mutu Proses Filling PET
C (Coles, 2003 di dalam Rainer 2015).
Pengawasan kualitas kemasan yang digunakan perlu dilakukan. Pengawasan kualitas
kemasan dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu pengawasan terhadap bahan baku dan
kemasan secara menyeluruh. Analisa yang digunakan terhadap pengawasan kemasan PET
terdiri dari analisa mekanis dan lingkungan. Analisa mekanis dan lingkungan dilakukan
untuk melihat kualitas dan ketahanan kemasan yang digunakan saat produksi, selama
proses transportasi dan penyimpanan produk. Secara khusus analisa lingkungan dapat
dilakukan untuk melihat ketahanan kemasan terhadap lingkungan seperti penyerapan air,
ketahanan terhadap panas, dan lain-lain. Pengecekan terhadap kemasan yang biasanya
dilakukan adalah uji kebocoran, tekanan dan permeabilitas. Gilles and Brain (2001) di
dalam Rainer, 2015 menyatakan bahwa untuk pengecekan botol dapat dilakukan analisa
terhadap dimensi, kapasitas, ketebalan, top load strength, impact resistance dan seal
integrity. Selain itu, kemasan yang digunakan harus memiliki bentuk dan ukuran yang
sesuai spesifikasi produk. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya abnormalitas proses
pada saat proses filling. Oleh karena itu, pengecekan terhadap bentuk kemasan juga harus
dilakukan.
Botol PET yang digunakan di PT. Sari Enesis Indah didatangkan langsung dari Trimas
Corporation dalam bentuk preform. Preform memiliki bentuk yang hampir sama dengan
tabung reaksi, memiliki ukuran yang beragam sesuai dengan volume botol yang akan
diproduksi. Proses pengemasan PET dimulai dari persiapan preform yang akan ditransfer
melalui blowing machine yang akan di blowing membentuk botol yang diinginkan. Setelah
terbentuk, botol didinginkan untuk mendinginkan serta mensolidkan botol. Setelah itu botol
masuk kedalam mesin filling untuk proses pengisian cairan kedalam botol dan langsung
20
ditutup dengan cap agar tidak ada kontak langsung dengan udara. Pada proses pengisian
produk ke dalam kemasan PET dilakukan dengan cara hot filling menggunakan suhu
90±2oC dengan suhu produk 88±2oC. Penggunaan prinsip hot filling yaitu berdasarkan pada
perlakuan panas didalam tabung hingga tercapai suhu 90-95oC selama kurang lebih 15
detik, dan akan mendapatkan produk dengan suhu 82-85o
1. Proses yang dilakukan harus lulus uji sesuai dengan standard yang telah ditentukan
oleh perusahaan, jika didalam proses terjadi kelolosan uji yang tidak sesuai standard
maka sebaik apapun sistem pengecekannya maka kelolosan product reject akan terjadi.
C. Proses ini dapat mematikan
mikroorganisme yang dapat tumbuh pada produk minuman dan dapat digunakan untuk
mensterilkan produk didalam kemasan. Penggunaan hot filling efektif terhadap produk
dengan pH dibawah 4.5. Selama filling berjalan, dilakukan pengecekan oleh IPC (in
process control) yang berperan dalam pengambilan sampel dan pengujian terhadap hasil
proses produksi. Pengujian terhadap botol PET saat filling meliputi First Torque (uji
kekencangan tutup botol), Bridge brake (uji kebocoran), dan cap angle pada saat batch
pertama selama proses produksi berlangsung dengan pengambilan jumlah sampel sebanyak
18 botol.
Sampling dilakukan untuk memonitoring terhadap proses produksi sehingga diperoleh
produk yang sesuai dengan standard. Dalam pengambilan sampel jumlah yang harus
diambil, waktu pengambilan sampel, dan titik pengambilan sampel harus diperhatikan.
Oleh karena itu hanya sebagian saja dari suatu batch yang diambil sampelnya untuk
pengujian dan jumlah sampel yang diambil harus mewakili batch tersebut. Metode
sampling pada proses produksi mengacu pada karakteristik proses dengan beberapa syarat,
yaitu :
2. Tujuan dari pengecekan sampling untuk mendeteksi abnormalitas pada proses, saat
terjadi abnormalitas pada proses dilakukan pemeriksaan dengan menggunggakan grafik
pengendali apabila terdapat pengukuran yang berada diluar batas-batas pengendali
maka dilanjutkan ketahap dengan memperbaiki proses agar pross berada dalam kondisi
stabil.
21
3. Proses produksi yang mengalami penyimpangan standard dilakukan pengambilan
sampel untuk mengetahui titik abnormalitas dalam proses sehingga dalam proses
dilakukan proses perbaikan.
Berdasarkan jumlah sampel yang diambil sebanyak 18 botol saat proses belum mewakili
tingkat kemungkinan reject yang didapat, pengecekan sampling berdasarkan dari waktu
atau jumlah populasi. Sebaiknya proses pengambilan sampel dilakukan berdasarkan waktu
yaitu waktu yang dilakukan pada saat proses sedang berjalan pada saaat awal hingga akhir
batch sesuai dengan jumlah capper head yang terdapat pada mesin filling dengan jumlah 18
botol dan dapat juga berdasarkan dengan titik sampling dengan menentukan titik awal,
tengah, dan akhir pada batch pertama proses filling hingga akhir batch agar sampel dapat
mewakili jumlah batch yang sedang berjalan dan saat terjadi penyimpangan dapat
dilakukan perbaikan pada batch yang terjadi abnormalitas produk. Jika semakin kecil defect
produksi, maka semakin kecil nilai kemungkinan defect yang didapat.
Pengawasan mutu produk yang dilakukan yaitu pengecekan parameter suhu dan volume
produk untuk mengetahui suhu produk dengan maksimal 35o
Setelah dilakukan pengecekan kemasan dan produk, produk diberi date code untuk
kadaluarsa produk yang kemudian masuk ke tahap cooling tunnel untuk melakukan
pendinginan kemasan dengan menggunakan penyemprotan air dingin untuk mendinginkan
botol PET yang sudah berisi cairan dengan suhu akhir produk maksimal 35
C dan masing-masing botol
berisi volume 350mL. Uji organoleptic dilakukan untuk mengetahui apakah ada perubahan
rasa terhadap produk setelah melewati semua tahapan proses sebelum dikemas selanjutnya,
pengujian pH dalam produk rata-rata adalah sekitar 3.90 sementara SNI mensyaratkan
maksimal adalah 4, nilai pH yang rendah akan mereduksi cepatnya kemungkinan produk
rusak akibat aktivitas mikroba, Brix menunjukan presetase total padatan terlarut dalam
minuman isotonik, nilai brix yang lebih besar dari 6.5 disebabkan oleh zat terlarut lain
(selain sukrosa) namun dalam SNI mempersyaratkan minimal 5% untuk kandungan sukrosa
yang berperan sebagai sumber energi.
oC. Sebelum
pemasangan label, dilakukan untuk menghilangkan sisa air pada proses cooling tunnel dan
22
produk masuk ke mesin labeler untuk pemasangan label selama pemasangan label
diharapkan label melekat kuat dan botol tidak mengalami kerusakan. Produk yang telah
diberi label, kemudian dilakukan pengemasan ke dalam karton isi 24botol/karton, sealing
dan codingpada karton. Produk yang telah dikemas karton kemudian di susun di pallet
untuk di simpan di gudang penyimpanan produk.
5.4. Pengawasan Mutu Produk Akhir
Produk yang telah dikemas dalam karton akan dilakukan pemeriksaan, berupa pemeriksaan
visual botol dilakukan dengan melihat kondisi botol dan juga pemeriksaan pengemas
sekunder. Pengawasan mutu produk akhir dilakukan dengan menggunakan sampling
penerimaan (acceptance sampling) (Montgomery, 2005 didalam Melisa, 2013). Metode
sampling yang digunakan adalah metode sampling dengan normal inspection sesuai dengan
Military Standard 105E (MIL-STD 105E) yang digunakan untuk pengujian mutu
berdasarkan atribut. Pengawasan mutu dilakukan dengan menggunakan penerimaan 95%
dari jumlah sampel yang akan dianalisa sehingga sampel reject lebih dari 5% akan ditolak
(Nielsen, 1998 di dalam Melisa, 2013). Pada pemeriksaan produk akhir pengambilan
sample dilakukan secara acak sebanyak jumlah sampel yang telah ditentukan berdasarkan
standard kualitas barang yang diterima pada tabel acceptable quality level. Kondisi yang
tidak boleh ditemukan/defect pada botol antara lain :
Major defect :
Botol scratch
Volume kurang
Cacat pada cetakan botol
Botol deform
Critical defect :
Coding pada produk
Botol bocor
Cacat crystallized
Cap crack
Cap kotor
23
Cap miring
Loose cap
Partikel micro
Tanpa cap
Warna larutan berbeda
Partikel asing
Minor defect
Botol scratch halus
Botol dent
Label miring
Label printing
Label sobek
Proses pengecekan kemasan dilakukan secara rutin. Oleh karena itu tata cara pengecekan
botol yang dilakukan harus seragam untuk mempermudah dalam proses pengecekan
kemasan. Selain pengecekan kemasan dilakukan juga pengecekan pada kemasan karton,
kondisi yang tidak boleh terdapat pada kemasan karton antara lain :
Major defect
Coding karton
Isi kurang
Minor defect
Printing karton
Karton rusak
Lakban (printing&sobek)
Proses pengecekan kemasan PET dan karton di PT Sari Enesis Indah sudah tepat, dengan
menggunakan metode sampling Mlitary Standard yang banyak digunakan untuk acceptance
sampling jumlah sample sesuai dengan yang tercantum pada Acceptable Quality Level
dijelaskaskan bahwa dalam menentukan nilai AQL berdasarkan kategori resiko.
24
6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
• Penggunaan PET (Polyethylene terephthalate) sebagai kemasan telah memenuhi
standard keamanan oleh FDA (Food and Drug Administration).
• Proses pengemasan PET dari preform yang akan di blowing membentuk botol yang
diinginkan dengan mesin blowing machine.
• Pengujian botol PET saat filling meliputi First Torque (uji kekencangan tutup botol),
Bridge brake (uji kebocoran), dan cap angle.
• Pengecekan organoleptik dan fisiko kimiawi dilakukan pada awal, tengah, dan akhir
batch proses.
• Jumlah sampel yang diambil sebanyak 18 botol sesuai dengan jumlah capper head yang
terdapat pada mesin filling.
• Pengawasan mutu produk akhir dilakukan dengan menggunakan sampling penerimaan
(acceptance sampling) dengan metode pemeriksaan normal inspection sesuai dengan
Military Standard 105E dan jumlah sampel berdasarkan pada tabel acceptable quality
level.
6.2. Saran
Berdasarkan hasil pengamatan selama kerja praktek di PT. Sari Enesis Indah. Jumlah
sampel yang diambil sesuai dengan ketentuan waktu dan titik sampling, waktu yang
digunakan berdasarkan awal hingga akhir batch pada saat proses produksi sesuai dengan
jumlah capper head yang terdapat pada mesin filling dengan jumlah 18 botol dan titik
sampling berdasarkan titik awal, tengah, dan akhir pada batch pertama hingga batch
terakhir sehingga jumlah sampel yang diambil dapat mewakili jumlah produk yang
dihasilkan.
25
7. DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional, 1998. Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-4452-1998. Minuman Isotonik. BSN.
Coles, R. (2003). Food Packaging Technology. Blackwell Publishing Ltd. USA
Fellow, P & Axtell. (1993). Appropriate Food Packaging. Tool Publications. Amsterdam
Gilles, G & Brain. (2001). Technology of Plastic Packaging For The Consumer Maket. Sheffield Academic Press.
Jelen, P. (1985). Food Processing. Reston Publishing Company, Virginia.
Montgomery, D. C. (2005). Introduction to Statistical Quality Control. 5th Ed. USA: John Wiley and Sons, Inc.
Nielsen, S. S. (1998). Food Analysis. 2nd Ed. Maryland: Aspen Publisher, Inc.
Nursarah. (2016). Pengemasan Minuman Ion (Isotonik). Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Sugiarto, Melisa. (2013). Perencanaan Unit Pengawasan Mutu Pada Pabrik Pengolahan The Hitam CTC Dengan Kapasitas Bahan Baku 14 Ton/Hari. Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Katolik Widya Mandala.
Yam, K. L. (2009). The Wiley Encyclopedia of Packaging Technology., 3rd edn. John Wiley & Sons Inc. New York.
Zunggaval, Rainer Ravian. (2015). Pengawasan Mutu Kemasan Botol PET, Beling, dan Jerien di PT. Heinz ABC Indonesia, Plant Daan Mogot. Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Katolik Soegijapranata. .