Upload
krisna-perdana
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/25/2019 MH Krisna.docx
1/10
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Morbus Hansen juga dikenal dengan nama lepra, penyakit kusta, leprosy, Hansens
disease, dan Hanseniasis.. Penyakit kusta adalah infeksi granulomatosa kronik pada manusia
yang menyerang jaringan superfisial, terutama saraf perifer, kulit, mukosa traktus respiratorius
bagian atas dan jaringan lainnya kecuali susunan saraf pusat. Penyakit kusta adalah salah satu
penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud
bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi, budaya.
B. ETIOLOGI
Kuman penyebab adalahMycobacterium Leprae yang ditemukan oleh G.Amauer Hansen
pada tahun !"# di $or%egia, yang sampai sekarang belum juga dapat dibiakkan dalam media
artifisial.M.Lepraeberbentuk kuman dengan ukuran &!'m ( ),#'m, tahan asam dan alkohol
serta positif&Gram, bersifat obligat intraselluler. Kuman kusta tumbuh lambat, untuk membelah
diri membutuhkan %aktu * hari dan mencapai fase plateau dari pertumbuhan pada hari ke
*)&+). umbuh pada tempratur *")-.
C. EPIDEMIOLOGI
/ebagian besar kasus lepra terjadi pada %ilayah dengan iklim tropis. 0erdasarkan data
yang diperoleh dari 1H2 pada akhir tahun *))3 didapatkan jumlah pasien kusta yang
teregistrasi sebanyak **+."*" penderita. 4ari data tersebut didapatkan jumlah pasien terbanyak
dari benua Asia dengan jumlah pasien yang terdaftar sebanyak 3.33#.. Hanya manusia satu&
satunya sampai saat ini yang dianggap sebagai sumber penularan %alaupun kuman kusta dapat
hidup pada armadillo, simpanse, dan pada telapak kaki tikus yang tidak mempunyai kelenjar
thymus.
5aktor&faktor yang berperan terhadap penyakit ini adalah pathogenesis kuman penyebab,
cara penularan, keadaan social ekonomi dan lingkungan, 6arian genetik yang berhubungan
dengan kerentanan, gangguan imunitas, iklim, adanya reser6oir&reser6oir kuman di luar manusia.
7/25/2019 MH Krisna.docx
2/10
D. PATOGENESIS
7espon imun terhadap kumanM.leprae terjadi pada dua kutub, dimana pada satu sisi akan
terlihat aktifitas h& yang menghasilkan imunitas seluler dan sisi yang lain terlihat aktifitas h&
* yang menghasilkan imunitas humoral.
Pada kusta tipe tuberkuloid, ditandai dengan cell-mediated immunity yang tinggi dengan tipe
respon imunitas seluler yaitu h&. Kusta tipe tuberkuloid menghasilkan 85$&9, 8:&*,
lymphotoxin-pada lesi dan selanjutnya akan menimbulkan akti6itas fagositik. Makrofag yang
mempengaruhi sitokin terutama $5 bersama dengan limfosit akan membentuk granuloma. /el
4+; < T helper cell= dominan ditemukan terutama di dalam granuloma dan sel 4!; dan 8:&
). 8:&+ menyebabkan penurunan peranan :7* pada monosit sedangkan 8:&) akan menekan
produksi dari 8:&*. 4ijumpai sel 4+; berkurang, sel 4!; yang banyak dan dijumpai foamy
makrofag.
/pektrum imunologi kusta tipe tuberkuloid dan lepromatous tetap berada pada kedua kutub
masing&masing, namun pada kusta tipe borderline
7/25/2019 MH Krisna.docx
3/10
F. KLASIFIKASI
Klasifikasi kusta menurut 7idley dan ?opling @
. ipe uberkuloid
7/25/2019 MH Krisna.docx
4/10
/ecara klasik lesi dimulai dengan makula, a%alnya sedikit dan dengan cepat menyebar ke
seluruh badan. 1alaupun masih kecil, papul dan nodul lebih tegas dengan distribusi lesi yang
hampir simetris dan beberapa nodul nampaknya melekuk pada bagian tengah. :esi bagian tengah
sering tampak normal dengan infiltrasi di pinggir dan beberapa tampak seperti punched out.
anda&tanda kerusakan saraf lebih cepat muncul dibandingkan dengan tipe ::.
>. ipe :epromatous :eprosy
?umlah lesi pada tipe ini sangat banyak, simetris, permukaan halus, lebih eritematus,
berkilap, berbatas tidak tegas, dan pada stadium dini tidak ditemukan anestesi dan anhidrosis.
4istribusi lesi khas, yakni di daerah %ajah, mengenai dahi, pelipis, dagu, cuping telinga
sedangkan di badan mengenai bagian badan yang dingin, seperti lengan, punggung tangan, dan
ekstensor tungkai. Pada stadium lanjut, tampak penebalan kulit yang progresif, cuping telinga
menebal, facies leonina, madarosis, iritis, keratitis, deformitas pada hidung, pembesaran kelenjar
limfe, dan orkitis yang selanjutnya dapat menjadi atrofi testis.Kerusakan saraf yang luas
menyebabkan gejala stocking and glo6e anesthesia dan pada stadium lanjut serabut&serabut saraf
perifer mengalami degenerasi hialin atau fibrosis yang menyebabkan anastesi dan pengecilan
otot tangan dan kaki.
abel . Klasifikasi menurut 7idley dan ?opling
,*
SifatLepromatou
Lepro! "LL#
Bor$er%i&e
Lepromatou "BL#Mi$ Bor$er%i&e "BB#
Lei
0entukMakula, 8nfiltrat
4ifus, Papul, $odul
Makula, Plakat, Papul Plakat, 4ome /haped
7/25/2019 MH Krisna.docx
5/10
Te Lepromi& $egatif $egatif 0iasanya $egatif
G. DIAGNOSIS
4iagnosis penyakit ini ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan
bakterioskopik, dan histopatologis serta tes lepromin. Pemeriksaan klinis harus dilakukanterhadap seluruh tubuh. Hal ini disebabkan sering terdapat lesi di suatu tempat berbeda dengan
lesi yang ditemukan di tempat yang lain.*
Penyakit kusta disebut juga dengan the greatest immitatorkarena memberikan gejala
yang hampir mirip dengan penyakit lainnya. 4iagnosis penyakit kusta didasarkan pada
penemuan tanda kardinal
7/25/2019 MH Krisna.docx
6/10
Cntuk menegakkan diagnosis penyakit kusta, paling sedikit harus ditemukan satu tanda
kardinal. 0ila tidak atau belum dapat ditemukan, maka kita hanya dapat mengatakan tersangka
kusta dan pasien perlu diamati dan diperiksa ulang setelah #&3 bulan sampai diagnosis kusta
dapat ditegakkan atau disingkirkan.
'. DIAGNOSIS BANDING
Penyakit kulit yang harus diperhatikan sebagai diagnosis banding antara lain
dermatofitosis, tinea 6ersikolor, pitiarisis alba, pitiarisis rosea, dermatitis seboroik, psoriasis,
neurofibromatosis, scleroderma, (antomatosis, leukemia kutis, tuberculosis kutis 6erukosa,
dan birth mark.
I. PENATALAKSANAAN
ujuan utama yaitu memutuskan mata rantai penularan untuk menurunkan insiden
penyakit, mengobati dan menyembuhkan penderita, mencegah timbulnya penyakit, untuk
mencapai tujuan tersebut, srategi pokok yg dilakukan didasarkan atas deteksi dini dan
pengobatan penderita.
4apson, diamino difenil sulfon bersifat bakteriostatik yaitu menghalangi atau
menghambat pertumbuhan bakteri. 4apson merupakan antagonis kompetitif dari para-
aminobezoic acid
7/25/2019 MH Krisna.docx
7/10
Prednison, untuk penanganan dan pengobatan reaksi kusta. /ulfas 5errosus untuk
penderita kusta dgn anemia berat. FitaminA, untuk penderita kusta dgn kekeringan kulit dan
bersisisk
7/25/2019 MH Krisna.docx
8/10
#. lofaEimine @ ( #)) mg tiap bulan )
mgBhari
Pengobatan *+ bulan berturut&turut dan dia%asi I > tahun
J. KECACATATAN
Mycobacterium lepraemenyerang saraf tepi tubuh manusia. Tergantung
dari kerusakan saraf tepi, maka akan terjadi gangguan fungsi saraf tepi :
sensorik, motorik dan otonom. Terjadinya cacat pada kusta disebabkan oleh
kerusakan fungsi saraf tepi, baik karena kuman kusta maupun karena
terjadinya peradangan (neuritis) sewaktu keadaan reaksi lepra. Kerusakan
saraf pada penderita kusta meliputi :
1) Kerusakan fungsi sensorik
Kelainan fungsi sensorik ini menyebabkan terjadinya kurangmati rasa
(anestesi). !kibat kurangmati rasa pada telapak tangan dan kaki dapat
terjadi luka. "edangkan pada kornea mata akan mengakibatkan
kuranghilangnya re#ek kedip sehingga mata mudah kemasukan kotoran,
benda$benda asing yang dapat menyebabkan infeksi mata dan akibatnyabuta.
%) Kerusakan fungsi motorik
Kekuatan otot tangan dan kaki dapat menjadi lemahlumpuh dan lama$lama
otot mengecil (atro&) oleh karena tidak dipergunakan. 'ari$jari tangan dan
kaki menjadi bengkok (clow handclow toes) dan akhirnya dapat terjadi
kekakuan pada sendi, bila terjadi kelemahan kekakuan pada mata, kelopak
mata tidak dapat dirapatkan (lagoptalmus)
) Kerusakan fungsi otonom
Terjadinya gangguan kelenjar keringat, kelenjar minyak dan gangguan
sirkulasi darah sehingga kulit menjadi kering, menebal, mengeras, dan
7/25/2019 MH Krisna.docx
9/10
akhirnya dapat pecah$pecah. ada umumnya apabila terdapat kerusakan
fungsi saraf tidak ditangani secara tepat dan tepat maka akan terjadi cacat
ke tingkat yang lebih berat. Tujuan pencegahan cacat adalah jangan sampai
ada cacat yang timbul atau bertambah berat.
Tingkat *acat pada enderita Kusta(+)
Tingkat
kecacata
n
ata TanganKaki
- Tidak ada pada mata akibat kusta,
penglihatan masih normal
Tidak ada anestesi, tidak ada cacat
yang terlihat akibat kusta
1 !da kelainan mata akibat kusta,
penglihatan kurang terang (masih
dapat menghitung jari pada jarak
meter)
!da anestesi tetapi tidak ada cacat
atau terlihat yang kelihatan
% englihatan sangat kurang terang
(tidak dapat menghitung jari pada
jarak meter)
!da cacat atau kerusakan yang
terlihat
K. PROGNOSIS
/etelah program terapi obat biasanya prognosis baik, yang paling sulit adalah manajemen
dari gejala neurologis, kontraktur dan perubahan pada tangan dan kaki. 8ni membutuhkan tenaga
ahli seperti neurologis, ortopedik, ahli bedah, prodratis, oftalmologis, physical medicine, dan
rehabilitasi. Jang tidak umum adalah secondaryamyloidosisdengan gagal ginjal dapat mejadi
komplikasi.
7/25/2019 MH Krisna.docx
10/10
DAFTAR PUSTAKA
. Amiruddin M4. 8n@ 1ijaya A, editor. "enyakit kusta sebuah pendekatan klinis@ 0rilian
internasional *)*. p. , *&+>, +"&>>.
*. 1olff K, ?ohnson 7A. #itzpatrick$s color atlas and synopsis of clinical dermatology. >th
ed ed@ Mcgra%&hill *)). p. 33>&".
#. 5rance 71, 1att HP. "enyakit kusta untuk petugas kesehatan. ?akarta@ P Gramedia
!. p. #.
+. /rini6asan H, 4esikan KF. %auliflo&er gro&ths in neuropathic plantar ulcers in leprosy
patients. he journal of bone and joint surgery. ">#A@*#*.
>. 0randsma ?, 0rakel 1. '() disability grading operational definitions. 8ndian journal of
dermatology, 6enereology and leprology *))#"+@#33&"#.