45
BAB I PENDAHULUAN Ternak kambing khususnya kambing Peranakan Ettawa (PE), merupakan salah satu sumberdaya penghasil bahan makanan berupa daging dan susu yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, dan penting artinya bagi masyarakat. Seiring hal tersebut peternakan kambing memiliki peluang yang cukup besar dengan semakin sadarnya masyarakat akan kebutuhan gizi yang perlu segera dipenuhi. Peternakan kambing dalam perkembanganya tidaklah semudah yang kita bayangkan. Banyak hal yang menjadi masalah dalam perkembanganya, beberapa masalah tersebut adalah : (1) pemeliharaan yang masih bersifat tradisional; (2) terbatasnya ketersediaan bakalan yang merupakan pengeluaran terbesar dalam suatu proses produksi; (3) keterbatasan fasilitas yang menimbulkan efek langsung pada proses produksi; (4) manajemen pakan yang kurang baik. Berbekal dari pengalaman yang diperoleh dari Praktek Kerja Lapangan (PKL), mahasiswa dapat mengetahui masalah yang timbul

mike laporan pkl.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hfh

Citation preview

Page 1: mike laporan pkl.doc

BAB I

PENDAHULUAN

Ternak kambing khususnya kambing Peranakan Ettawa (PE), merupakan salah satu sumberdaya

penghasil bahan makanan berupa daging dan susu yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, dan

penting artinya bagi masyarakat. Seiring hal tersebut peternakan kambing memiliki peluang yang

cukup besar dengan semakin sadarnya masyarakat akan kebutuhan gizi yang perlu segera

dipenuhi.

Peternakan kambing dalam perkembanganya tidaklah semudah yang kita bayangkan. Banyak hal

yang menjadi masalah dalam perkembanganya, beberapa masalah tersebut adalah : (1)

pemeliharaan yang masih bersifat tradisional;         (2) terbatasnya ketersediaan bakalan yang

merupakan pengeluaran terbesar dalam suatu proses produksi; (3) keterbatasan fasilitas yang

menimbulkan efek langsung pada proses produksi; (4) manajemen pakan yang kurang baik.

Berbekal dari pengalaman yang diperoleh dari Praktek Kerja Lapangan (PKL), mahasiswa dapat

mengetahui masalah yang timbul dan solusi yang diperlukan dalam proses tatalaksana

pemeliharaan ternak serta lebih siap dalam menghadapi dunia kerja. Selain itu, mahasiswa

memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berharga dalam tatalaksana pemeliharaan ternak

yang baik.

Tujuan dari PKL ini adalah untuk belajar bekerja secara langsung dalam pengelolaan usaha

peternakan kambing PE yang ditekankan pada tatalaksana pemeliharaan dan tata cara pemberian

pakan, serta pemberian vaksin atau pemberian obat pada ternak yang terkena penyakit di

peternakan kambing Peranakan Ettawa KUD/KTT Sumber Makmur Mayong, Jepara.

Page 2: mike laporan pkl.doc

Manfaat yang diperoleh dari PKL adalah mahasiswa mampu merasakan dan menganalisa

masalah-masalah yang ada pada usaha peternakan kambing PE, yang pada gilirannya mampu

menerapkan strategi yang tepat untuk pemecahannya serta memberi tambahan informasi dan

wawasan ilmu pengetahuan di bidang peternakan. Selain itu, mahasiswa memiliki pengalaman

praktis dalam kegiatan pengelolaan peternakan kambing PE sebagai bekal kesiapan mahasiswa

dalam menghadapi dunia kerja.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Beternak Kambing

Kambing banyak dipelihara oleh penduduk pedesaan (Mulyono, 2003). Dijelaskan lebih lanjut,

alasannya pemeliharaan kambing lebih mudah dilakukan daripada ternak ruminansia besar.

Kambing cepat berkembang biak dan pertumbuhan anaknya juga tergolong cepat besar. Menurut

Page 3: mike laporan pkl.doc

Sarwono (2005), nilai ekonomi, sosial, dan budaya beternak kambing sangat nyata. Dijelaskan

lebih lanjut, besarnya nilai sumber daya bagi pendapatan keluarga petani bisa mencapai 14-25 %

dari total pendapatan keluarga dan semakin rendah tingkat per luasan lahan pertanian, semakin

besar nilai sumber daya yang diusahakan dari beternak kambing. Pendapatan dan nilai tambah

beternak kambing akan semakin nyata jika kaidah-kaidah usaha peternakan diperhatikan.

Kaidah-kaidah itu antara lain penggunaan bibit yang baik, pemberian pakan yang cukup dari segi

gizi dan volume, tatalaksana pemeliharaan yang benar, serta memperhatikan permintaan dan

kebutuhan pasar.

Kambing adalah hewan dwi guna, yaitu sebagai penghasil susu dan sebagai penghasil daging

(Williamson dan Payne, 1993). Kambing PE adalah bangsa kambing yang paling populer  dan

dipelihara secara luas di India dan Asia Tenggara (Devendra dan Burns, 1994). Ciri-ciri kambing

PE adalah warna bulu belang hitam putih atau merah dan coklat putih, hidung melengkung,

rahang bawah lebih menonjol, jantan dan betina memiliki tanduk, telinga panjang terkulai,

memiliki kaki dan bulu yang panjang (Sosroamidjojo, 1991). Kambing PE telah beradaptasi 

terhadap kondisi dan habitat Indonesia (Mulyono, 2003).

Mulyono dan Sarwono (2005) menyatakan, bila tata laksana pemeliharaan ternak kambing yang

sedang bunting atau menyusui dan anaknya baik, maka  bobot anak kambing bisa mencapai 10-

14 kg/ekor ketika disapih pada umur 90-120 hari. Menurut Williamson dan Payne (1993), untuk

kambing pedaging ada kecenderungan menunda penyapihan untuk memberikan kesempatan

anak kambing memperoleh keuntungan yang maksimal dari susu induknya.

Page 4: mike laporan pkl.doc

2.2. Sistem Pemeliharaan

Sistem pemeliharaan secara ekstensif umumnya dilakukan di daerah yang mahal dan sulit untuk

membuat kandang, kondisi iklim yang menguntungkan, dan untuk daya tampung kira-kira tiga

sampai dua belas ekor kambing per hektar (Williamson dan Payne 1993). Sistem pemeliharaan

secara ekstensif, induk yang sedang bunting dan anak-anak kambing yang belum disapih harus

diberi persediaan pakan yang memadai (Devendra dan Burns, 1994). Rata-rata pertambahan

bobot badan kambing yang dipelihara secara ekstensif dapat mencapai 20-30 gram per hari

(Mulyono dan Sarwono, 2005).

Sistem pemeliharaan secara intensif memerlukan pengandangan terus menerus atau tanpa

penggembalaan, sistem ini dapat mengontrol dari faktor lingkungan yang tidak baik dan

mengontrol aspek-aspek kebiasaan kambing yang merusak (Williamson dan Payne 1993). Dalam

sistem pemeliharaan ini perlu dilakukan pemisahan antara jantan dan betina, sehubungan dengan

ini perlu memisahkan kambing betina muda dari umur tiga bulan sampai cukup umur untuk

dikembangbiakkan, sedangkan untuk pejantan dan jantan harus dikandangkan atau ditambatkan

terpisah (Devendra dan Burns, 1994). Pertambahan bobot kambing yang digemukkan secara

intensif bisa mencapai 100-150 gram per hari dengan rata-rata 120 gram per hari atau 700-1.050

gram dengan rata-rata 840 gram per minggu (Mulyono dan Sarwono, 2005).

Sistem pemeliharaan secara semi intensif merupakan gabungan pengelolaan ekstensif (tanpa

penggembalaan) dengan intensif, tetapi biasanya membutuhkan penggembalaan terkontrol dan

pemberian pakan konsentrat tambahan (Williamson dan Payne 1993). Menurut Mulyono dan

Sarwono (2005), pertambahan bobot kambing yang digemukkan secara semi-intensif, rata-rata

hanya 30-50 gram per hari.

Page 5: mike laporan pkl.doc

2.3. Pakan

Menurut Sarwono (2005), kambing membutuhkan hijauan yang banyak ragamnya. Kambing

sangat menyukai daun-daunan dan hijauan seperti daun turi, akasia, lamtoro, dadap, kembang

sepatu, nangka, pisang, gamal, puteri malu, dan rerumputan. Selain pakan dalam bentuk hijauan,

kambing juga memerlukan pakan penguat untuk mencukupi kebutuhan gizinya. Pakan penguat

dapat terdiri dari satu macam bahan saja seperti dedak, bekatul padi, jagung, atau ampas tahu dan

dapat juga dengan mencampurkan beberapa bahan tersebut. Sodiq (2002) menjelaskan, ditinjau

dari sudut pakan, kambing tergolong dalam kelompok herbivora, atau hewan pemakan

tumbuhan. Secara alamiah, karena kehidupan awalnya di daerah-daerah pegunungan, kambing

lebih menyukai rambanan (daun-daunan) daripada rumput. Menurut Kartadisastra (1997),

kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan, dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi.

Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat tergantung pada jenis ternak, umur, fase

(pertumbuhan, dewasa, bunting atau menyusui), kondisi tubuh (sehat, sakit), dan lingkungan

tempat hidupnya (temperatur dan kelembaban nisbi udara).

Pakan sangat dibutuhkan oleh kambing untuk tumbuh dan berkembang biak, pakan yang

sempurna mengandung kelengkapan protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin dan mineral

(Sarwono, 2005). Pemberian pakan dan gizi yang efisien, paling besar pengaruhnya dibanding

faktor-faktor lain, dan merupakan cara yang sangat penting untuk peningkatan produktivitas

(Devendra dan Burns, 1994).

Page 6: mike laporan pkl.doc

BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1.      Lokasi dan Waktu

Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan mulai tanggal 1 sampai 30 Agustus 2007. Lokasi

kegiatan PKL ini adalah KUD/KTT Sumber Makmur Mayong, Jepara.

3.2.      Metode

Metode yang digunakan dalam PKL ini adalah partisipasi aktif dalam proses pemeliharaan dan

observasi secara langsung yaitu dengan mengamati proses pemeliharaan di peternakan. Kegiatan

yang dilakukan dalam PKL ini antara lain tatalaksana pengumpulan dan pemberian pakan serta

pengelolaan ternak.

Kegiatan pengumpulan dan pemberian pakan ini meliputi : (1) Mengikuti kegiatan dalam

pengumpulan pakan di gudang pakan; (2) Mengetahui harga bahan pakan; (3) Mengikuti proses

pembuatan konsentrat serta mengetahui komposisi bahan pakan dalam konsentrat; (4)

Menimbang pakan konsentrat maupun hijauan yang diberikan untuk ternak dan sisa pakan besok

Page 7: mike laporan pkl.doc

harinya (untuk mengetahui jumlah pakan yang dikonsumsi); (5) Melakukan kegiatan dalam

pemberian pakan yang diberikan untuk ternak, serta pemberian obat-obatan dan vitamin.

Kegiatan pengelolaan ternak ini meliputi : (1) Mengikuti kegiatan yang dilakukan dalam

pemeliharaan atau pengelolaan ternak; (2) Mengetahui cara pencatatan atau recording pada

ternak; (3) Mengikuti kegiatan sanitasi ternak dan kandang; (4) Melakukan pengobatan pada

ternak yang sakit; (5) Melakukan penimbangan ternak pada awal dan akhir PKL untuk

mengetahui pertambahan bobot badan harian (PBBH) ternak.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.      Keadaan Umum

Lokasi KUD/KTT Sumber Makmur terletak di Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara.

Kecamatan Mayong memiliki batas wilayah di sebelah Barat dan Selatan berbatasan langsung

dengan Kabupaten Kudus, sebelah Timur dengan Kecamatan Margoyoso dan sebelah Barat

dengan Kecamatan Welahan.

Kecamatan Mayong terletak pada ketinggian 300 meter dari permukaan air laut dengan curah

hujan rata-rata 1.440 mm/tahun. Rata-rata suhu di Kecamatan Mayong adalah 25-32 °C.

Kecamatan Mayong termasuk daerah tropis seperti yang dinyatakan oleh Williamson dan Payne

(1993), bahwa daerah tropis memiliki suhu yang konstan, suhu musiman rata-rata bervariasi

sekitar 27 0C. Suhu yang ada di daerah tropis cukup nyaman untuk kambing PE. Hal ini seperti

yang dinyatakan oleh Devendra dan Burns (1994), bahwa populasi kambing di daerah tropis

Page 8: mike laporan pkl.doc

yang lebih tinggi dari pada di daerah lain mencerminkan bahwa ternak ini dapat diterima dengan

baik di beberapa tempat di daerah tropis. Kambing Peranakan Ettawa telah beradaptasi terhadap

kondisi dan habitat Indonesia (Mulyono, 2003).

4.2. Keadaan Umum Peternakan

Peternakan kambing di KUD/KTT Sumber Makmur didirikan pada tahun 1999 di Kecamatan

Mayong, Kabupaten Jepara, dengan badan Hukum nomor 105/17 H/KWK. 11-12/01/99. Usaha

peternakan ini diawali dari usaha simpan pinjam antar anggota dan sekarang sudah mempunyai

60 anggota. Jumlah kambing yang ada sampai sekarang sebanyak 82 ekor dengan rincian

kambing jantan 17 ekor, betina 63 ekor dan cempe sebanyak 2 ekor. Sebagian besar kambing

dipelihara menjadi satu atau dalam kandang koloni dan sebagian lagi diberikan kepada anggota

dengan sistem kemitraan. Perbandingan keuntungan yang didapat dari sistem kemitraan antara

anggota dengan pengurus adalah induk diberikan kepada anggota koperasi dan setelah induk

tersebut mempunyai anak, lalu anaknya sebanyak dua ekor (betina) lepas sapih diberikan kepada

pengurus, tanpa adanya batas waktu yang ditentukan oleh pengurus kepada anggota.

Luas lahan yang dimiliki peternakan ini adalah 1.569 m2, yang digunakan untuk kandang ternak

169 m2 dan untuk lahan pakan 1.400 m2. Lokasi perkandangan dengan pemukiman penduduk

berjarak ± 5 m, sedangkan untuk jarak dengan sumber air ± 4,5 m. Ketersediaan lahan hijauan

yang termasuk kecil ini, sudah dapat mencukupi kebutuhan pakan ternak. Lahan untuk kandang

kambing sudah cukup untuk menampung kambing yang dimiliki di peternakan ini. Apabila

kandang tidak mencukupi, maka kambing akan di titipkan kepada anggota koperasi. Menurut

Blakely dan Blade (1998), kambing memiliki sifat yang unik, karena mudah dipelihara dan

hanya memerlukan lahan yang tidak luas serta sangat tangguh.

Page 9: mike laporan pkl.doc

Jumlah pekerja di peternakan ini sebanyak 1 orang, yang bertugas penuh mulai dari pengadaan

pakan, pemberian pakan sampai sanitasi. Tenaga kerja berasal dari daerah Salatiga. Gaji pekerja

Rp. 800.000,- per bulan. Kegiatan yang dilakukan setiap hari adalah mengambil rumput di

ladang, memberi pakan rumput dan konsentrat, membersihkan sisa pakan di palung pakan dan

setiap satu minggu sekali membersihkan feses di lantai kandang. Pekerja kandang bekerja dari

jam 07.00 – 17.00 WIB, dengan masa istirahat selama 1 jam yaitu jam 12.00-13.00 WIB setiap

harinya dan tanpa ada hari libur. Biasanya, semua anggota koperasi selalu membantu.

Tipe kandang yang dimiliki di KUD/KTT Sumber Makmur merupakan tipe kandang panggung,

sehingga ternak tidak langsung bersentuhan dengan lantai bawah kandang, akibatnya ternak tidak

mudah terserang penyakit. Menurut Mulyono (2003), kandang panggung merupakan kandang

yang konstruksinya dibuat panggung atau di bawah lantai kandang terdapat kolong untuk

menampung kotoran. Kolong dapat menghindari kebecekan, menghindari kontak dengan tanah

yang mungkin tercemar penyakit, dan memungkinkan ventilasi kandang yang lebih bagus.

Kandang di KUD/KTT Sumber Makmur mempunyai konstruksi yang kuat. Dinding kandang

terbuat dari kayu yang disusun sedemikian rupa, supaya sinar matahari dapat masuk, dengan

tiang penyangga yang terbuat dari kayu balok dan lantai yang disusun untuk memudahkan dalam

sanitasi (Ilustrasi 1). Hal ini sesuai pendapat  Devendra dan Burns (1994) yaitu, apapun tipe

kandang, kandang itu harus mendapat cukup sinar matahari, ventilasi serta drainasi yang baik

dan mudah untuk dibersihkan. Dinding kandang di KUD/KTT Sumber Makmur mempunyai

tinggi 1,4 m, sehingga ternak mudah bergerak. Tinggi palung 33 cm, sehingga ternak merasa

nyaman, dan mudah mencapai pakan di palung. Ukuran kandang setiap ekor kambing di

KUD/KTT Sumber Makmur memiliki luas 1 x 1,5 m, hal ini sesuai dengan pendapat

Page 10: mike laporan pkl.doc

Sosroamidjojo (1991), kambing adalah ternak kecil yang relatif membutuhkan tempat yang

memudahkan untuk bergerak, karena kambing mempunyai temperamen yang selalu bergerak.

Untuk seekor kambing dewasa dibutuhkan 1 x 1,5 m2.

Ilustrasi 1. Kandang di KTT/KUD Sumber Makmur.

Atap kandang di KUD/KTT Sumber Makmur mempunyai ketinggian 2,60 m dan terbuat dari

asbes. Ketinggian atap yang cukup tinggi ini bertujuan agar sirkulasi udara dalam kandang dapat

berjalan lancar, sedangkan penggunan asbes untuk atap karena pemasangannya praktis dan tidak

memerlukan waktu yang lama. Menurut Devendra dan Burns (1994), bahan atap harus dapat

memberikan perlindungan yang efektif terhadap radiasi matahari. Dijelaskan lebih lanjut, bagian

pinggiran atap bagian bawah harus panjang (hingga 1 meter) untuk mencegah hempasan air

hujan pada sisi-sisinya.

Konstruksi lantai yang diterapkan di KUD/KTT Sumber Makmur cukup baik, dengan lantai

panggung dari kayu dengan celah ± 1,5 cm, sehingga kaki ternak tidak terperosok dan kotoran

dapat jatuh ke bawah. Kolong berlantai beton, sebagai tempat penampung urin serta feses untuk

sementara (Ilustrasi 2). Tinggi lantai kandang dengan lantai kolong 90 cm. Menurut Devendra

dan Burns (1994), dengan adanya temperatur dan curah hujan yang tinggi di daerah tropis dan

kerentanan kambing terhadap lantai basah serta serangan parasit, maka kandang kambing yang

paling praktis adalah lantainya dibuat agak lebih tinggi dari tanah dan lantainya harus kuat dan

tahan lama.

Ilustrasi 2. Kontruksi Lantai Kolong.

4.3. Sistem Pemeliharaan

Page 11: mike laporan pkl.doc

KUD/KTT Sumber Makmur menggemukan kambing PE jantan untuk penghasil daging dan

memelihara kambing PE betina untuk induk, sebagai penghasil anak. Bakalan untuk digemukkan

pada awalnya dibeli di pasar hewan. Pemilihan bakalan dilakukan dengan cara melihat cirinya

yang mendekati Ettawa yaitu warna bulu belang hitam putih atau merah dan coklat putih, hidung

melengkung, rahang bawah lebih menonjol, jantan dan betina memiliki tanduk, telinga panjang

terkulai, memiliki kaki dan bulu yang panjang (Ilustrasi 3) dan kesehatannya. Contoh bakalan

yang dipilih dapat dilihat pada Ilustrasi 4. Menurut Murtidjo (2001) pemilihan bakalan kambing

yang akan dipelihara oleh peternak tergantung dari selera peternak dan kemampuan modal yang

dimiliki. Syarat bakalan kambing yang baik adalah sehat, usia muda, dan tidak terkena penyakit.

Ilustrasi 3. Kambing PE Jantan.

Sistem pemeliharaan yang digunakan di KUD/KTT Sumber Makmur adalah sistem pemeliharaan

secara intensif yaitu menempatkan kambing dalam kandang terus-menerus, sehingga

memudahkan dalam pemberian pakan dan pemantauan kesehatan ternak. Menurut Williamson

dan Payne (1993), sistem ini dapat mengontrol faktor lingkungan yang tidak baik dan

mengontrol aspek-aspek kebiasan kambing yang merusak.

Ilustrasi 4. Anak Kambing yang Dipilih untuk Bakalan.

Untuk memudahkan dalam pengontrolan ternak, di KUD/KTT Sumber Makmur sudah mulai

melakukan rekording pada ternak. Kegiatan ini dilakukan untuk memudahkan dalam pengelolaan

atau pemeliharaan ternak. Hal-hal yang dicatat dalam kartu rekording antara lain jenis kelamin,

nomor ternak, penyakit, umur, keadaan ternak dan jenis pakan yang diberikan. Rekording di

Page 12: mike laporan pkl.doc

peternakan ini masih banyak kekurangannya, antara lain belum ada data tentang induk ternak,

kebuntingan, dan cara perkawinan (IB atau alami)..

4.4. Pakan

Pakan yang diberikan berupa konsentrat dan hijauan segar yang berupa rumput lapangan dan

daun ketela pohon. Pakan hijauan segar diberikan dua kali sehari pada pukul 09.00 WIB dan

pukul 14.00 WIB secara terbatas. Pemberian pakan konsentrat dilakukan pada pukul 13.00 WIB

dan pukul 17.00 WIB secara ad libitum, yaitu pakan yang selalu tersedia.

Konsentrat yang digunakan oleh KUD/KTT Sumber Makmur adalah buatan sendiri. Bahan baku

untuk pembuatan konsentrat diperoleh dari anggota yang juga adalah seorang pengusaha

penggilingan padi. Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan konsentrat pada waktu PKL

yaitu : bekatul padi, garam, dan tetes tebu (Ilustrasi 5). Hijauan pakan yang diberikan berupa

rumput lapangan dan daun ketela pohon yang diperoleh dari lahan setempat. Khusus untuk daun

ketela pohon, sebelum diberikan ternak terlebih dahulu dijemur agar ternak tidak keracunan

(Ilustrasi 6). Hal ini disebabkan karena daun ketela pohon mengandung HCN atau Asam Sianida

(Akoso, 1996). Rumput lapangan dan daun ketela pohon diberikan di dalam palung pakan.

Menurut Setiawan dan Tanius (2003), untuk memenuhi kebutuhan pakan setiap hari kambing

diberi pakan berupa konsentrat, rumput dan dedaunan. Dijelaskan lebih lanjut, semakin banyak

jenis pakan yang diberikan akan semakin baik, karena sifat saling melengkapi diantara bahan-

bahan pakan tersebut. Volume pemberian hijauan berbeda-beda berdasarkan bobot hidup dan

status fisiologis kambing yang bersangkutan (Sarwono, 2005).

Ilustrasi 5. Penyampuran Konsentrat

Page 13: mike laporan pkl.doc

Pakan yang diberikan berupa daun ketela pohon, rumput lapangan dan bekatul padi, karena

mudah didapatkan dan murah. Selain itu, dari beberapa percobaan, pakan ini lebih cocok

diberikan untuk kambing atau ternak kambing lebih menyukainya. Pada awalnya, peternak

pernah mencoba memberi kambing dengan pakan jerami fermentasi, namun ternak cenderung

tidak menyukainya.

Konsumsi pakan setiap ekor kambing per hari di peternakan ini adalah daun ketela pohon

sebanyak 1,9 kg, rumput lapangan sebanyak 0,5 kg, dan bekatul padi sebanyak 2,0 kg. Bahan

pakan tersebut dicampur dengan air dan  tetes tebu sebanyak ± 1 ml serta garam sebanyak ± 2 g

untuk 82 ekor ternak. Rata-rata konsumsi BK harian per ekor sebanyak 2,18 kg, konsumsi PK

sebanyak 0,288 kg. Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 2. Dilihat dari data yang diperoleh,

kebutuhan kambing sudah tercukupi. Hal ini dapat dilihat bahwa protein yang di konsumsi

sebesar 13,21%. Menurut Jurgens (1993), domba dengan berat ± 25 kg membutuhkan protein

sebesar 10-16% agar mempunyai pertambahan bobot badan dan konversi pakan yang maksimal.

Pemberian pakan hijauan dilakukan sedikit demi sedikit dan diberikan secara bertahap (Murtidjo,

2001). Sarwono (2005), menyatakan bahwa pemberian konsentrat pada kambing diharapkan

dapat memberikan tambahan bobot badan per hari. Sebaiknya pemberian konsentrat tidak

diberikan sekaligus, tetapi diselingi dengan pemberian hijauan.

Ilustrasi 6. Daun Ketela yang Dijemur.

Hijauan yang diberikan kepada ternak di KUD/KTT Sumber Makmur, baik daun ketela pohon

maupun rumput lapangan diberikan dalam keadaan kering/tidak berembun agar ternak terhindar

dari penyakit kembung. Menurut Siregar (1994), pakan yang diberikan sebagai sumber nutrisi

yang dibutuhkan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan zat gizinya terdiri atas rumput

Page 14: mike laporan pkl.doc

lapangan, daun ketela dan konsentrat. Dijelaskan lebih lanjut, hijauan merupakan pakan yang

mengandung serat kasar atau bahan tidak tercerna relatif tinggi. Setiawan dan Tanius (2003),

berpendapat bahwa secara umum jenis pakan yang diberikan pada kambing Peranakan Ettawa

terdiri dari tiga jenis yaitu, pakan kasar, pakan penguat, dan pakan tambahan atau suplemen.

Dijelaskan lebih lanjut, pakan kasar merupakan bahan pakan berkadar serat kasar tinggi. Bahan

ini berupa pakan hijauan dan dedaunan. Pakan penguat merupakan bahan pakan berkadar serat

rendah dan mudah dicerna seperti bekatul, ampas tahu, dan bubur singkong. Bahan pakan

suplemen misalnya sejenis probiotik seperti Nutri Simba, yang dicampurkan pada hijauan.

Probiotik ini berpengaruh pada peningkatan kesehatan ternak dan dapat mengurangi bau kotoran

ternak.

4.5.  Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan pada kambing yang diamati berkisar antara 1 sampai 2 kg dalam satu

minggu, seperti dalam Tabel 1.

Tabel 1. Bobot Badan Kambing PE Jantan selama 1 Minggu

No

kambingBB Awal (1 Agustus) BB Akhir (7 Agustus) PBBH

1 29 kg 30,0 kg 0,14 kg

2 29 kg 31,0 kg 0,28 kg

3 30 kg 32,0 kg 0,28 kg

4 30 kg 31,0 kg 0,14 kg

5 30 kg 32,0 kg 0,28 kg

Page 15: mike laporan pkl.doc

6 31 kg 32,0 kg 0,14 kg

7 32 kg 33,0 kg 0,14 kg

8 32 kg 32,5 kg 0,07 kg

9 32 kg 34,0 kg 0,28 kg

10 32 kg 33,0 kg 0,14 kg

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa rata-rata pertambahan bobot badan harian kambing berkisar

antara 70 sampai 280 gram. Hasil PBBH ini sangat baik, karena ditunjang oleh pemberian pakan

yang baik dari segi jenis, jumlah, dan cara pemberian pakan. Hal ini seperti yang dinyatakan

Mulyono dan Sarwono (2005), bahwa pertambahan bobot kambing yang digemukkan secara

intensif bisa mencapai 100-150 gram per hari dengan rata-rata 120 gram per hari atau 700-1.050

gram dengan rata-rata 840 gram per minggu.

Hasil dari PBBH dalam Tabel 1 berbeda-beda, meskipun dengan perlakuan yang sama dan jenis

pakan yang sama. Hal ini karena ternak dan daya cerna ternak berbeda. Sugeng (1992)

menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan selain pakan, bangsa,

jenis kelamin, lingkungan, juga dipengaruhi oleh umur dan bobot badan awal. Menurut Sarwono

(2005), pakan sangat dibutuhkan oleh kambing untuk tumbuh dan berkembang biak. Hanya

pakan yang sempurna yang mampu mengembangkan pekerjaan sel tubuh. Pakan yang sempurna

mengandung kelengkapan protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin dan mineral. Menurut

Williamson dan Payne (1993), pertumbuhan merupakan pertambahan bobot badan atau ukuran

badan sesuai dengan umur. Pertumbuhan dimulai dengan perlahan-lahan, kemudian berlangsung

lebih cepat, selanjutnya berangsur-angsur menurun atau melambat setelah mencapai dewasa

tubuh (Tillman et al., 1991).

Page 16: mike laporan pkl.doc

4.6.      Sanitasi dan Penanganan Ternak yang Sakit

Sanitasi di KUD/KTT Sumber Makmur sudah cukup baik. Kegiatan sanitasi yang dilakukan

meliputi, sanitasi kandang, sanitasi peralatan, sanitasi lingkungan perkandangan, dan sanitasi

pekerja. Kandang dibersihkan setiap satu minggu sekali. Sanitasi pekerja dilakukan dua kali

sehari (mandi) yaitu sebelum dan sesudah melakukan aktivitas di kandang. Sanitasi pekerja

dilakukan agar kebersihan dan kesehatan pekerja dapat terjaga sehingga terhindar dari kuman

penyakit yang mungkin berasal dari kambing yang sedang sakit.

Penanganan ternak yang sakit di KUD/KTT Sumber Makmur sudah cukup baik. Ternak yang

mengalami mencret, diobati dengan cara diberi larutan garam dan gula masing-masing 10 gram

dengan air ± 2,5 liter, atau diberikan larutan oralit atau tablet karbon aktif (norit) sebanyak 2

tablet, juga dapat menggunakan daun jambu biji yang sudah ditumbuk.

Kambing yang terserang kudis diobati dengan menyuntikkan Ivomic ± 2 ml dibawah kulit. Kulit

yang terserang digosok dengan beberapa campuran serbuk belerang, kunyit, dan minyak kelapa

yang dipanaskan. Selain itu, kambing juga harus disuntik hematopan ± 3 ml, untuk mencegah

anemia.

Ilustrasi 7. Pemberian Obat pada Ternak yang Sakit.

Pengobatan pada kambing yang cacingan dilakukan dengan beberapa cara antara lain diberi obat

cacing jenis Albendazole sebanyak 5 ml secara oral (Ilustrasi 7), obat cacing Dovenix ± 1 ml dan

yang disuntikan di bawah kulit (Ilustrasi 8), atau diberi pelet buah pinang (jambe) tua. Selain itu,

ternak disuntik dengan Hematopan ± 3 ml.

Page 17: mike laporan pkl.doc

Pengobatan untuk kambing yang terserang kembung dengan cara memberikan minyak kelapa

atau minyak kacang ± 100 ml, menekan perut yang kembung atau menusuknya antara tulang

rusuk dan tulang panggul, mulut ternak diusahakan tetap terbuka dan ternak dalam posisi berdiri.

Ternak disuntik dengan antibiotika 3 ml dan diberi permethyl 3%, atau minuman bersoda ± 200

ml.

Ilustrasi 8. Penyuntikan Dibawah Kulit.

Pengobatan untuk kambing yang terkena penyakit mata dilakukan dengan cara mengolesi mata

dengan salep Terramycin 0,1 %, atau dengan disemprotkan air garam ke mata ternak secara

rutin, bila sudah kronis diberi obat mata Sofradex.

Penanganan limbah di KUD/KTT Sumber Makmur, belum maksimal. Limbah padat di

peternakan ini hanya di tampung saja, tidak diolah lebih lanjut. Limbah cair hanya dibuang,

belum dikelola dengan baik.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari Praktek Kerja Lapangan di KUD/KTT Sumber Makmur

Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara adalah tatalaksana pemeliharaan ternaknya sudah

dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya pengadaan

pakan, pengelolaan ternak, pertambahan bobot badan harian, sanitasi, pengendalian penyakit dan

sistem perkandangannya.

Page 18: mike laporan pkl.doc

5.2. Saran

Perlu adanya recording yang lebih jelas agar diketahui data tentang induk ternak, kebuntingan,

dan perkawinannya. Selain itu, limbah padat dan cair perlu dikelola dengan baik, agar menambah

penghasilan.

DAFTAR PUSTAKA

Blakely, J dan D.H. Blade. 1998. Ilmu Petemakan. Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh: B. Srigandono ).

Devendra, C. Dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Penerbit ITB, Bandung

Kartadisastra, H.R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Cetakan

kesatu. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Jurgens. M. H. 1993. Animal Feeding and Nutrition. Seventh Edition. Kendall/ Hunt Publishing

Company, Dubuque.

Mulyono, S. 2003. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Cetakan Ke -V. Penerbit PT

Penebar Swadaya, Jakarta.

Mulyono, S dan B. Sarwono. 2005. Penggemukan Kambing Potong. Cetakan kedua. Penebar

Swadaya, Jakarta.

Murtidjo, B.A. 2001. Memelihara Kambing sebagai Ternak Potong dan Perah. Penerbit Kanisius,

Yogyakarta.

Page 19: mike laporan pkl.doc

Sarwono, B. 2005. Beternak Kambing Unggul. Cetakan Ke – VIII. Penerbit PT Penebar

Swadaya, Jakarta.

Setiawan, T dan A. Tanius. 2003. Beternak Kambing Perah Peranakan Etawa. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Siregar, S. B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sodiq, A. 2002. Kambing Peranakan Etawa Penghasil Susu Berkhasiat Obat. Cetakan Pertama.

Agromedia Pustaka, Jakarta.

Sosroamijoyo, M. S. 1991. Ternak Potong dan Kerja. Cetakan Ke-11. CV Yasaguna, Jakarta.

Sugeng, Y.B. 1992. Beternak Sapi Potong. CV Panebar Swadaya, Jakarta.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawiro kusuma dan

S.                                                                                        Ledbosoekotjo. 1991. Cetakan ke-5.

Ilmu Makanan Ternak Umum. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Williamson, G dan W.J.A. Payne. 1993. Pengantar Ilmu Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta (diterjemahkan oleh S.G.N. D Darmaja).

Lampiran 1. Daftar Quesioner

1.      Keadaan Umum Peternakan

1. Tinjauan Peternakan

Sejarah Peternakan

Page 20: mike laporan pkl.doc

Nama Peternakan

Bentuk usaha

Tanggal berdiri

Pemilik Peternakan

Nomor surat izin berdiri

1. Lokasi Peternakan

Alamat lokasi

Luas area Peternakan

Denah lokasi

Lay out Peternakan

Kapasitas kandang

Ketinggian dari permukaan air laut

Suhu

Kelembaban

Curah hujan

Sumber air

Jarak dari pemukiman

1. Permodalan

Page 21: mike laporan pkl.doc

Asal modal

Besar modal awal

1. Struktur Organisasi

Jumlah manejer

Jumlah supervisor

Jumlah karyawan (karyawan tetap dan karyawan harian)

1. Tenaga kerja

Jumlah tenaga kerja

Pendidikan tenaga kerja

Kesejahteraan tenaga kerja

1. Fasilitas Perusahaan

Transportasi

Komunikasi

Lain-lain

2.      Unit Peternakan

1. Luas areal

2. Luas bangunan utama

Page 22: mike laporan pkl.doc

3. Luas bangunan penunjang

4. Alat-alat penunjang di unit peternakan

3.   Metode Pengadaan Pakan

a.  Jenis pakan

b.  Asal pakan

c.  Kandungan PK

d.  Pola penyajian pakan                1. Ad libitum

2. Interval feeding

e.  Metode yang digunakan untuk menyusun  ransum

f.   Pemberian pakan/ekor/hari

g.  Pakan tambahan

h.  Pemberian minum/ekor/hari

i.  Vitamin yang diberikan

4.   Program Sanitasi di Lingkungan Peternakan

1. Sanitasi terhadap pekerja

2. Sanitasi terhadap perlengkapan

Page 23: mike laporan pkl.doc

3. Sanitasi terhadap peralatan

4. Sanitasi terhadap kendaraan (transportasi)

5. Alat yang digunakan untuk sanitasi

1. Perkandangan

a.   Jumlah kandang

b.   Tipe kandang

c.   Lantai kandang (kemiringan)

d.   Dinding kandang

e.   Atap kandang

f.   Ukuran kandang

g.   Kapasitas kandang

h.   Bahan material kandang

i.    Jenis kandang

j.    Peralatan kandang

Lampiran 2 Data Konsumsi Hijauan serta Perhitungan Konsumsi BK dan PK

Kambing No. 1

Page 24: mike laporan pkl.doc

Tgl

Pemberian

Daun Ketela Rumput Lapangan

Pemberian Sisa Konsumsi Pemberian Sisa Konsumsi

1 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

2 Agt 2007 2,5 kg 1,0 kg 1,5 kg 0,5 kg – 0,5 kg

3 Agt 2007 2,5 kg 0,4 kg 2,1 kg 0,5 kg – 0,5 kg

4 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

5 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

6 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

7 Agt 2007 2,5 kg 1,0 kg 1,5 kg 0,5 kg – 0,5 kg

Rata-Rata Konsumsi 1,8 kg Rata-Rata Konsumsi 0,5 kg

Kambing No. 2

Tgl

Pemberian

Daun Ketela Rumput Lapangan

Pemberian Sisa Konsumsi Pemberian Sisa Konsumsi

1 Agt 2007 2,5 kg 0,4 kg 2,1 kg 0,5 kg – 0,5 kg

2 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

3 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

4 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

5 Agt 2007 2,5 kg 0,4 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

6 Agt 2007 2,5 kg 1,0 kg 1,5 kg 0,5 kg – 0,5 kg

7 Agt 2007 2,5 kg 1,0 kg 1,5 kg 0,5 kg – 0,5 kg

Page 25: mike laporan pkl.doc

Rata-Rata Konsumsi 1,8 kg Rata-Rata Konsumsi 0,5 kg

Kambing No. 3

Tgl

Pemberian

Daun Ketela Rumput Lapangan

Pemberian Sisa Konsumsi Pemberian Sisa Konsumsi

1 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

2 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

3 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

4 Agt 2007 2,5 kg 0,4 kg 2,2 kg 0,5 kg – 0,5 kg

5 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

6 Agt 2007 2,5 kg 0,4 kg 2,1 kg 0,5 kg – 0,5 kg

7 Agt 2007 2,5 kg 0,4 kg 2,1 kg 0,5 kg – 0,5 kg

Rata-Rata Konsumsi 2,0 kg Rata-Rata Konsumsi 0,5 kg

Kambing No. 4

Tgl

Pemberian

Daun Ketela Rumput Lapangan

Pemberian Sisa Konsumsi Pemberian Sisa Konsumsi

1 Agt 2007 2,5 kg 1,0 kg 1,5 kg 0,5 kg – 0,5 kg

2 Agt 2007 2,5 kg 1,0 kg 1,5 kg 0,5 kg – 0,5 kg

3 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

4 Agt 2007 2,5 kg 0,4 kg 2,1 kg 0,5 kg – 0,5 kg

Page 26: mike laporan pkl.doc

5 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

6 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

7 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

Rata-Rata Konsumsi 1,8 kg Rata-Rata Konsumsi 0,5 kg

Kambing No. 5

Tgl

Pemberian

Daun Ketela Rumput Lapangan

Pemberian Sisa Konsumsi Pemberian Sisa Konsumsi

1 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

2 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

3 Agt 2007 2,5 kg 0,4 kg 2,1 kg 0,5 kg – 0,5 kg

4 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

5 Agt 2007 2,5 kg 0,4 kg 2,1 kg 0,5 kg – 0,5 kg

6 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

7 Agt 2007 2,5 kg 1,0 kg 1,5 kg 0,5 kg – 0,5 kg

Rata-Rata Konsumsi 1,9 kg Rata-Rata Konsumsi 0,5 kg

Kambing No. 6

Tgl

Pemberian

Daun Ketela Rumput Lapangan

Pemberian Sisa Konsumsi Pemberian Sisa Konsumsi

1 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

Page 27: mike laporan pkl.doc

2 Agt 2007 2,5 kg 1,0 kg 1,5 kg 0,5 kg – 0,5 kg

3 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

4 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

5 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

6 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

7 Agt 2007 2,5 kg 0,4 kg 2,1 kg 0,5 kg – 0,5 kg

Rata-Rata Konsumsi 1,9 kg Rata-Rata Konsumsi 0,5 kg

Kambing No. 7

Tgl

Pemberian

Daun Ketela Rumput Lapangan

Pemberian Sisa Konsumsi Pemberian Sisa Konsumsi

1 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

2 Agt 2007 2,5 kg 1,0 kg 1,5 kg 0,5 kg – 0,5 kg

3 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

4 Agt 2007 2,5 kg 0,4 kg 2,1 kg 0,5 kg – 0,5 kg

5 Agt 2007 2,5 kg 0,4 kg 2,1 kg 0,5 kg – 0,5 kg

6 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

7 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

Rata-Rata Konsumsi 1,9 kg Rata-Rata Konsumsi 0,5 kg

Kambing No. 8

Page 28: mike laporan pkl.doc

Tgl

Pemberian

Daun Ketela Rumput Lapangan

Pemberian Sisa Konsumsi Pemberian Sisa Konsumsi

1 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

2 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

3 Agt 2007 2,5 kg 0,4 kg 2,1 kg 0,5 kg – 0,5 kg

4 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

5 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

6 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

7 Agt 2007 2,5 kg 1,0 kg 1,5 kg 0,5 kg – 0,5 kg

Rata-Rata Konsumsi 1,9 kg Rata-Rata Konsumsi 0,5 kg

Kambing No. 9

Tgl

Pemberian

Daun Ketela Rumput Lapangan

Pemberian Sisa Konsumsi Pemberian Sisa Konsumsi

1 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

2 Agt 2007 2,5 kg 0,4 kg 2,1 kg 0,5 kg – 0,5 kg

3 Agt 2007 2,5 kg 0,4 kg 2,1 kg 0,5 kg – 0,5 kg

4 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

5 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

6 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

7 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

Page 29: mike laporan pkl.doc

Rata-Rata Konsumsi 2,0 kg Rata-Rata Konsumsi 0,5 kg

Kambing No. 10

Tgl

Pemberian

Daun Ketela Rumput Lapangan

Pemberian Sisa Konsumsi Pemberian Sisa Konsumsi

1 Agt 2007 2,5 kg 0,4 kg 2,1 kg 0,5 kg – 0,5 kg

2 Agt 2007 2,5 kg 0,4 kg 2,1 kg 0,5 kg – 0,5 kg

3 Agt 2007 2,5 kg 0,4 kg 2,1 kg 0,5 kg – 0,5 kg

4 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

5 Agt 2007 2,5 kg 0,5 kg 2,0 kg 0,5 kg – 0,5 kg

6 Agt 2007 2,5 kg 1,0 kg 1,5 kg 0,5 kg – 0,5 kg

7 Agt 2007 2,5 kg 1,0 kg 1,5 kg 0,5 kg – 0,5 kg

Rata-Rata Konsumsi 2,0 kg Rata-Rata Konsumsi 0,5 kg

Kandungan BK, PK dan TDN menurut pustaka.

Bahan Pakan BK PK TDN Keterangan

Daun Ketela 20,4 % 9 % 72,0 % Setiawan danTanius ( 2003)

Rumput Lapangan 21,8 % 8,29 % 54,0 % Setiawan danTanius ( 2003)

Bekatul 85,0 % 14,5 % 70,0 % Setiawan danTanius ( 2003)

Rata-rata Konsumsi Hijauan Segar Harian.

1. Daun ketela           = 1,9 kg/ekor.

Page 30: mike laporan pkl.doc

2. Rumput lapangan  = 0,5 kg/ekor.

Rata-rata Konsumsi bekatul = 2,0 kg/ekor/hari

BK yang Terkonsumsi Perhari

1. Daun Ketela                = 1,9 kg X 20,4 % = 0,38 kg/ekor

2. Rumput Lapangan      = 0,5 kg X 21,8 % = 0,10 kg/ekor

3. Bekatul                        = 2,0 kg X 85,0 % = 1,70 kg/ekor +

2,18 kg/ekor

PK yang Terkonsumsi Perhari

1. Daun Ketela                = 0,38 kg X 9      % = 0,034 kg/ekor

2. Rumput Lapangan      = 0,10 kg X 8,29 % = 0,008 kg/ekor

3. Bekatul                        = 1,70 kg X 14,5 % = 0,246 kg/ekor +

0,288 kg/ekor