8
MIKOSIS PROFUNDA Definisi : Mikosis Profunda terdiri atas beberapa penyakit yang disebabkan oleh jamur dengan gejala klinis tertentu di bawah kulit misalnya traktus intestinalis, traktus respiratorius, traktusurogenital, susunan kardiovaskular, susunan saraf sentral, otot, tulang, dan kadang kulit. Mikosis profunda biasanya terlihat dalam klinik sebagai penyakit kronik dan residif. Manifestasi klinis morfologik dapat berupa tumor, infiltrasi, peradangan vegetative, fistel, ulkus,sinus, tersendiri maupun bersamaan. Pemeriksaan dalam mikosis profunda antara lain sediaan langsung KOH, biakan jamur, pemeriksaan histopatologik, dan pemeriksaan imunologik, termasuk tes kulit, maupun serologik,dan pemeriksaan imunologik lainnya. Ditinjau dari jenis infeksinya, Ada dua macam infeksi yaitu : Infeksi sistemik primer dan infeksi oportunis. 1. Infeksi Sistemik Primer : Ada beberapa infeksi yang disebabkan oleh jamur yaitu : Nocardiosis, Kriptokokosis, Histoplasmosis, Koksidioidomikosis, Blastomikosis 2. Infeksi Oportunis : Ada beberapa infeksi yang disebabkan oleh jamur yaitu : Kandidiasis, Aspergilosis Ditinjau dari penyakit jamur subkutan yang dijumpai di Indonesia: Misetoma, Sporotrikosis, Kromomikosis, Zigomikosis, Fikomikosis, Mukormikosi Epidemiologi : Indensi mikosis profunda sangat jarang sehingga jarang dibicarakan oleh masarakat luas namun kita tidak boleh mengabaikannya karena jamur ini langsung masuk /menyerang alat – alat dalam (misal: paru) melalui luka atau menyebar dari permukaan kulit atau alat dalam yang lainnya. Ditinjau dari penyakit jamur, 1. Misetoma Misetoma adalah penyakit kronik, supuratif, dan granulomatosa yang dapat disebabkan bakteri Actinomyces dan Nocardia yang termasuk Schizomycetes dan Eumycetes atau jamur berfilamen. Gejala klinis : Biasanya terdiri atas pembengkakan, abses, sinus, dan fistel multiple. Di dalam sinus ditemukan butir-butir (granules) yang berpigmen yang kemudian dikeluarkan melalui eksudat. Berhubungan dengan penyebabnya, misetoma yang disebabkan Actinomyces disebut Actinomycotic mycetoma yang disebabkan bakteri botryomycosis dan yang disebabkan jamur berfilamen dinamakan maduromycosis.biasanya merupakan lesi kulit yang sirkumskrip dengan pembengkakan seperti tumor jinak dan harus disertai butir-butir. Inflamasi dapat menjalar dari permukaan sampai ke bagian dalam dapat menyerang subkutis, fasia, otot, dan tulang. Sering berbentuk fistel yang mengeluarkan eksudat. Diagnosis : Diagnosis dibuat berdasarkan klinis morfologik sesuai dengan urain di atas. Namun bila disokong dengan gambaran histologik dan hasil biakan,

mikosis profunda

  • Upload
    tika

  • View
    93

  • Download
    35

Embed Size (px)

Citation preview

MIKOSIS PROFUNDADefinisi : Mikosis Profunda terdiri atas beberapa penyakit yang disebabkan oleh jamur dengan gejala klinis tertentu di bawah kulit misalnya traktus intestinalis, traktus respiratorius, traktusurogenital, susunan kardiovaskular, susunan saraf sentral, otot, tulang, dan kadang kulit. Mikosis profunda biasanya terlihat dalam klinik sebagai penyakit kronik dan residif. Manifestasi klinis morfologik dapat berupa tumor, infiltrasi, peradangan vegetative, fistel, ulkus,sinus, tersendiri maupun bersamaan. Pemeriksaan dalam mikosis profunda antara lain sediaan langsung KOH, biakan jamur, pemeriksaan histopatologik, dan pemeriksaan imunologik, termasuk tes kulit, maupun serologik,dan pemeriksaan imunologik lainnya.Ditinjau dari jenis infeksinya, Ada dua macam infeksi yaitu : Infeksi sistemik primer dan infeksi oportunis.1. Infeksi Sistemik Primer : Ada beberapa infeksi yang disebabkan oleh jamur yaitu : Nocardiosis, Kriptokokosis, Histoplasmosis, Koksidioidomikosis, Blastomikosis2. Infeksi Oportunis : Ada beberapa infeksi yang disebabkan oleh jamur yaitu : Kandidiasis, AspergilosisDitinjau dari penyakit jamur subkutan yang dijumpai di Indonesia: Misetoma, Sporotrikosis, Kromomikosis, Zigomikosis, Fikomikosis, MukormikosiEpidemiologi : Indensi mikosis profunda sangat jarang sehingga jarang dibicarakan oleh masarakat luas namun kita tidak boleh mengabaikannya karena jamur ini langsung masuk /menyerang alat alat dalam (misal: paru) melalui luka atau menyebar dari permukaan kulit atau alat dalam yang lainnya.Ditinjau dari penyakit jamur,1. MisetomaMisetoma adalah penyakit kronik, supuratif, dan granulomatosa yang dapat disebabkan bakteri Actinomyces dan Nocardia yang termasuk Schizomycetes dan Eumycetes atau jamur berfilamen.Gejala klinis : Biasanya terdiri atas pembengkakan, abses, sinus, dan fistel multiple. Di dalam sinus ditemukan butir-butir (granules) yang berpigmen yang kemudian dikeluarkan melalui eksudat. Berhubungan dengan penyebabnya, misetoma yang disebabkan Actinomyces disebut Actinomycotic mycetoma yang disebabkan bakteri botryomycosis dan yang disebabkan jamur berfilamen dinamakan maduromycosis.biasanya merupakan lesi kulit yang sirkumskrip dengan pembengkakan seperti tumor jinak dan harus disertai butir-butir. Inflamasi dapat menjalar dari permukaan sampai ke bagian dalam dapat menyerang subkutis, fasia, otot, dan tulang. Sering berbentuk fistel yang mengeluarkan eksudat.Diagnosis : Diagnosis dibuat berdasarkan klinis morfologik sesuai dengan urain di atas. Namun bila disokong dengan gambaran histologik dan hasil biakan, diagnosis akan lebih meyakinkan. Lagi pula penentuan spesies penyebab sangat penting artinya untuk terapi dan prognosis.Pengobatan : Pengobatan misetoma biasanya harus disertai reseksi radikal, bahkan amputasi kadang-kadang perlu dipertimbangkan. Obat-obat misalnya kombinasi kotrimoksazol dengan streptomisin dapat bermanfaat, bila penyakit yang dihadapi adalah misetoma aktinomikotik, tetapi pengobatan memerlukan waktu lama (9 bulan- 1tahun) dan bilakelainan belum meluas benar. Obat-obat baru antifungal misalnya itrakonazol dapat dipertimbangkan untuk misetoma maduromikotik.Prognosis : Prognosis quo ad vitam umumnya baik. Pada maduromikosis prognosis quo adsanationam tidak begitu baik tidak begitu baik bila dibandingkan aktinomikosis atau botriomikosis. Diseminasi limfogen atau hematogen dengan lesi pada alat-alat dalam merupakan pengecualian.

2. SporotrikosisSporotrikosis adalah infeksi kronis yang disebabkan oleh Sporotrichium schenkii dan ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening. Kulit dan jaringan subkutis diatas nodus bening sering melunak dan pecah membentuk ulkus yang indolen.Diagnosa klinis & Pembiakan umumnya mudah dibuat berdasarkan kelainan kulit yang multiple yang umunya khas. Penyakit ini umumnya ditemukan pada pekerja hutan maupun petani. Selain gejala klinis, yang dapat menyokong diagnosis adalah pembiakan terutama pada mencit atau tikus dan pemeriksaan histopatologik.Pengobatan : Pengobatan yang biasanya dengan pemberian larutan kaliumIodida jenuh oral. Dalam hal yang rekalsitran pengobatan dengan amfoterisin B atauitrakonazol dapat diberikan.

3. KromomikosisKromikosis atau Kromoblastomikosis atau dermatitis verukosa adalah penyakit jamur yang disebabkan bermacam-macam jamur berwarna (dematiaceous).Gejala klinis : Penyakit ini ditandai dengan pembentukan nodus verukosa kutan yang perlahan-lahan, sehingga akhirnya membentuk vegetasi papilomatosa yang besar. Pertumbuhan ini dapat menjadi ulkus atau tidak, biasanya ada di kaki dan tungkai, namun lokalisasi di tempat lain pernah ditemukan, misalnya pada tangan, muka, leher, dada, dan bokong.Sumber penyakit : Sumber penyakit berasal dari alam dan terjadi infeksi melalui trauma. Penyakit tidak ditularkan dari manusia ke manusia dan belum pernah dilaporkan terjadi pada binatang. Diseminasi dapat terjadi melalui autoinokulasi, ada juga kemungkinan penyebaran melalui saluran getah bening. Penyebaran melalui darah dengan terserangnya susunan saraf sentral pernah dilaporkan. Pengobatannya sulit. Terapi X pernah dilakukan dengan hasil yang berbeda-beda. Kadang-kadang dapat diperlukan amputasi. Pada kasus lain reseksi leso mikotik disusul dengan skin graft member hasil yang cukup baik.Pengobatan : Obat-obatan biasanya memberikan hasil yang kurang memuaskan dan harus diberikan dalam waktu yang lama. Hasil pengobatan yang baik dicapai dengan kombinasi amfoterisin B dan5-fluorositosin. Itrakonazol pada akhir-akhir ini memberikan harapan baru pada penyakit ini terutama bila penyebabnya adalah Cl adosporium carrionii.

4. Fikomikosis subkutan : Zigomikosis, Fikomikosis, MukormikosisPenyakit jamur ini terdiri atas berbagai infeksi yang disebabkan oleh bermacam-macam jamur pula yang taksonominya dan peranannya masih didiskusikan. Zygomycetes meliputi banyak genera yaitu : Mucor, Rhizopus, Absidia, Mortierella, dan Cunning-hamella.Penyebab: Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang pada dasarnya oportunistik, maka pada orang sehat jarang ditemukan Fikomikosis subkutan.Gejala Klinis & Diagnosis :Kelainan timbul di jaringan subkutan antara lain: di dada, perut, atau lengan ke atas sebagai nodus subkutan yang perlahan-lahan membesar setelah sekian waktu. Nodus itu konsistennya keras kadang dapat terjadi infeksi sekunder. Penderita pada umumnya tidak demam dan tidak disertai pembesaran kelenjar getah bening regional. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologik dan biakan. Jamur agak khas hifa lebar 6-50 m seperti pita, tidak bersepta, dan coenocytic.Pengobatan : Sebagai terapi fikomikosis subkutan dapat diberikan larutan jenuh kalium Iodida.Mulai dari 10-15 tetes 3 kali sehari dan perlahan-lahan dinaikkan sampai timbul gejalaintoksikasi, penderita mual dan muntah. Kemudian dosis diturunkan 1-2 tetes dandipertahankan terus menerus sampai tumor menghilang. Itrakonazol berhasil mengatasifikomikosis subkutan dengan baik. Prognosis bentuk klinis ini umumnya baik

Ditinjau dari penggolongan Infeksinya1. HistoplasmosisMerupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Histoplasma capsulatum yang bersifat dimorfik dan menyebabkan penyakit histoplasmosis. Infeksi terjadi jika spora masuk melalui inhalasi pada paru-paru dan menimbulkan peradarangan setempat, diikuti dengan pembesaran kelenjar limfe regional. Dengan foto Rontgen tampak gambaran menyerupai tuberculosis paru. Jika infeksi dibiarkan maka akan menimbulkan penyakit yang lebih parah lagi menyebar ke seluruh organ dalam dan dapat menimbulkan kematian.Diagnosa : Bahan pemeriksaan berasal dari sputum , darah, LCS, urin dan bahan biopsi. Pemeriksaan langsung dari bahan yang berasal dari jaringan maka akan tampak spora yang berbentu bulat / oval (yeast)Pembiakan :Bahan pemeriksaan ditanam pada media Saboraud agar akan tumbuh koloni : - Koloni Yeast jika diinkubasi pada suhu 37 C- Koloni Mold jika diinkubasi pada suhu ruang.Jika dilakukan pemeriksaan mikroskopik maka pada koloni yeast tampak spora yang berbentuk oval.Dan pada koloni mold jika dilakukan pemeriksaan mikroskopik maka tampak hifa- hifa dan makrokonidia. Jadi,1. Mikosis profunda adalah penyakit jamur yang mengenai alat dalam. 2. Etiologinya karena jamur bersifat DIMORFIK(berada dalam dua struktur berbeda, bersifat gabungan), suhu 37 derajat selsius biasanya ragi/jamur, kalo suhu kamar berupa miselium3. Sumbernya dari : INHALASI, LUKA dan REAKSI RADANG KRONIS4. Ditinjau dari penyakit jamur subkutan yang dijumpai di Indonesia: Misetoma, Sporotrikosis,Kromomikosis, Zigomikosis, Fikomikosis, Mukormikosi.5. Ditinjau dari jenis infeksinya Ada dua macam infeksi yaitu : Infeksi sistemik primer dan infeksi oportunis.6. Diagnosis : BISA GRANULOMA / TUMOR / FISTEL / ULKUS7. Bahan pemeriksaan bisa diperoleh dari cairan yang terkena mikosis terrsebut (contoh : sputum,cairan otak dll)8. Pembiakan bisa digunakan media Sabaroud agar.

MIKOSIS SUPERFISIALISTinea KapitisDefinisi : Tinea kapitis adalah infeksi dermatofita pada kulit kepala, alis mata dan bulu mata yang disebabkan oleh spesies dari genus Microsporum dan Trichophyton.Epidemiologi :Tinea kapitis adalah infeksi jamur yang sering mengenai anak anak berumur antara 4 dan 14 tahun. Walaupun jamur patogen yang terlibat banyak, Trichophyton tonsurans menjadi penyebab lebih dari 90% kasus di Amerika Utara dan United Kingdom. Laporan insiden tertinggi ditemui pada anak usia sekolah di Amerika dan Afrika.Tinea kapitis terjadi lebih dari 92,5 % dari dermatofitosis pada anak anak berumur kurang dari 10 tahun. Penyakit ini jarang pada orang dewasa. Meskipun kejadiannya mungkin dapat dijumpai pada pasien pasien tua. Tinea kapitis insidennya tersebar luas di beberapa daerah perkotaan di Amerika Serikat. Di dunia internasional tinea kapitis tersebar luas di beberapa daerah perkotaan di Amerika Utara, Sentral Amerika dan Amerika Selatan, terdapat juga sebagian di Afrika dan India.Di Asia Tenggara, angka infeksi telah dilaporkan menurun cepat dari 14 % ( rata rata dari anak perempuan dan laki laki ) sampai 1,2 % pada 50 tahun terakhir karena keadaan sanitasi umum dan hygien perorangan telah membaik. Di Selatan Eropa penyakit ini jarang.Faktor Risiko : - Kasus kasus di perkotaan biasanya didapatkan dari teman teman atau anggota keluarga. - Kepadatan penduduk, hygien yang buruk dan malnutrisi protein memudahkan seseorang mendapatkan penyakit ini. - Kasus kasus yang disebabkan oleh Microsporum canis jarang terjadi dan di dapat dari anak anjing dan anak kucing.Etiologi : Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus Trichophyton dan Microsporum, misalnya T. violaceum, T. gourvilii, T. mentagrophytes, T. tonsurans, M. audoinii, M. canis, M. ferrugineum.Manifestasi Klinik : Di dalam klinik tinea kapitis dapat di lihat sebagai 3 bentuk yang jelas.1. Grey patch ringworm.Grey patch ringworm merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus Microsporum dan sering ditemukan pada anak anak. Penyakit mulai dengan papul merah yang kecil di sekitar rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi abu abu dan tidak berkilat lagi. Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut dengan pinset tanpa rasa nyeri. Semua rambut di daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga dapat terbentuk alopesia setempat.Tempat tempat ini terlihat sebagai grey patch. Grey patch yang di lihat dalam klinik tidak menunjukkan batas batas daerah sakit dengan pasti. Pada pemeriksaan dengan lampu wood dapat di lihat flouresensi hijau kekuningan pada rambut yang sakit melampaui batas batas grey tersebut. Pada kasus kasus tanpa keluhan pemeriksaan dengan lampu wood ini banyak membantu diagnosis ( RIPPON, 1974 ). Tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum audouinii biasanya disertai tanda peradangan ringan, hanya sekali sekali dapat terbentuk kerion.2. KerionKerion adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan serbukan sel radang yang padat disekitarnya. Bila penyebabnya Microsporum caniis dan Microsporum gypseum, pembentukan kerion ini lebih sering dilihat, agak kurang bila penyebabnya adalah Trichophyto violaceum. Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan berakibat alopesia yang menetap, parut yang menonjol kadang kadang dapat terbentuk.3. Black dot ringwormBlack dot ringworm terutama disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan Trichophyton violaceum. Pada permulaan penyakit, gambaran klinisnya menyerupai kelainan yang di sebabkan oleh genus Microsporum. Rambut yang terkena infeksi patah, tepat pada rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut ini memberi gambaran khas, yaitu black dot, Ujung rambut yang patah kalau tumbuh kadang kadang masuk ke bawah permukaan kulit.Dalam hal ini perlu dilakukan irisan kulit untuk mendapatkan bahan biakan jamur ( RIPPON, 1974 ).Tinea kapitis juga akan menunjukkan reaksi peradangan yang lebih berat, bila disebabkan oleh Trichophyton mentagrophytes dan Trichophyton verrucosum, yang keduanya bersifat zoofilik. Trichophyton rubrum sangat jarang menyebabkan tinea kapitis, walaupun demikian bentuk klinis granuloma, kerion , alopesia dan black dot yang disebabkan Trichophyton rubrum pernah di tulis ( Price dkk, 1963Diagnosis : Diagnosa ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan dengan lampu wood dan pemeriksaan mikroskopik rambut langsung dengan KOH. Pada pemeriksaan mikroskopik akan terlihat spora di luar rambut ( ektotriks ) atau di dalam rambut ( endotriks ).Diagnosis laboratorium dari dermatofitosis tergantung pada pemeriksaan dan kultur dari kikisan lesi. Infeksi pada rambut ditandai dengan kerusakan yang ditemukan pada pemeriksaan. Lesi dapat dilepaskan dengan forsep tanpa disertai dengan trauma atau dikumpulkan dengan potongan potongan yang halus dengan ayakan halus atau sikat gigi.Sampel rambut terpilih di kultur atau dilembutkan dalam 10 20 % potassium hydroxide ( KOH ) sebelum pemeriksaan di bawah mikroskop. Pemeriksaan dengan preparat KOH ( KOH mount ) selalu menghasilkan diagnosa yang tepat adanya infeksi tinea.Pada pemeriksaan lampu wood didapatkan : Infeksi rambut oleh M. canis, M.ferrugineum, akan memberikan flouresensi cahaya hijau terang hingga kuning kehijauan. Infeksi rambut oleh T. schoeiileinii akan terlihat warna hijau pudar atau biru keputihan, dan hifa didapatkan di dalam batang rambut. Pada rambut sapi T. verrucosum memperlihatkan fluoresensi hijau tetapi pada manusia tidak berfluoresensi.Ketika diagnosa ringworm dalam pertimbangan, kulit kepala diperiksa di bawah lampu wood. Jika fluoresensi rambut yang terinfeksi biasa, pemeriksaan mikroskopik cahaya dan kultur. Infeksi yang disebabkan oleh spesies microsporum memberikan fluoresensi warna hijau.Diagnosis Banding : Dermatitis seboroik, psoriasis, lupus erytrematosus, alopesia areata, impetigo, trikotilomania, pyoderma, folikulitis decalcans dan sifilis sekunder adalah merupakan pertimbangan diferensial diagnosa. Pemeriksaan dengan KOH setiap bulan menentukan kepantasan diagnosa jika hal itu sebuah tinea.Pada dermatitis seboroik, rambut yang terlibat lebih difus, rambut tidak rapuh dan kulit kepala merah , bersisik dan gatal. Dermatitis seboroik dan penyakit berskuama kronik lain seperti psoriasis dapat menyebabkan pengumpulan sisik menjadi massa padat di kulit kepala. Kondisi ini disebut pitiriasis amiantacea. Sisik lebih kasar pada psoriasis tetapi tidak rapuh. Impetigo sulit dibedakan dengan inflamasi ringworm, tetapi akhirnya nyeri lebih parah. Alopesia areata dapat agak eritematous pada tahap awal penyakit ini tetapi dapat kembali normal seperti warna kulit.Beda dengan tinea kapitis, khususnya pada anak anak memberi kesan eritematous, tambalan sisik dan alopesia. Rambut rapuh dan tak bercahaya , infiltrat, lesi ulserasi dapat menjadi tanda.Tatalaksana : Pada masa sekarang dermatofitosis pada umumnya dapat diatasi dengan pemberian griseofulvin yang bersifat fungistatik. Griseofulvin akan terkumpul pada lapisan keratin pada rambut, kuku menimbulkan resistensi terhadap invansi jamur, namun pengobatan harus berlangsung dalam waktu lama karena waktu yang dibutuhkan griseofulvin untuk menghasilkan lapisan keratin yang resisten cukup lama sekitar 4 6 minggu. Griseofulvin menimbun keratin berlapis lapis di rambut dan kuku, membuat mereka menjadi resisten terhadap invasi jamur. Terapi infeksi keratin memerlukan waktu yang cukup lama dan kontinu agar dapat digantikan oleh keratin yang resisten, biasanya 4 6 minggu. Pada lesi yang mengalami peradangan, kompres sering diperlukan untuk membersihkan pus dan sisik-sisik infeksi. Kemajuan terapi di monitor dengan pemeriksaan klinik yang rutin dengan bantuan lampu wood untuk fluoresensi dari spesies seperti M. audouinii dan M. canis. Beberapa anti mikotik terbaru termasuk itraconazol, terbinafine, dan fluconazol, telah dilaporkan sebagai obat yang efektif dan aman. Pengobatan yang efektif dan aman untuk tinea kapitis dengan infeksi endotriks spesies termasuk T. tonsurans, itraconazol digunakan secara teratur regimen denyut dengan kapsul ( 5 mg/.kg/hari selama 1 minggu, 3 denyut dalam 3 minggu terbagi), dan itraconazol regimen denyut dengan oral solution ( 3 mg/kg/hari untuk 1 minggu, 3 denyut, ie, dalam 1 minggu perbulan ). Terbinafine tablet dengan dosis 3 6 mg/kg/hari digunakan 2 4 minggu dan telah berhasil digunakan untuk T. tonsurans.M. canis relatif resisten untuk jenis obat ini, tetapi obat ini merupakan terapi yang efektif jika digunakan dalam jangka waktu yang lama. Petunjuk umum untuk tinea kapitis dengan BB > 40 kg ( 250 mg / hari ), Untuk BB 20 40 kg ( 125 mg / hari), Untuk BB 10 20 kg ( 62,5 mg / hari ) selama 2 4 minggu. Tablet fluconazol atau suspensi oral ( 3 6 mg / kgbb/ hari ) diatur untuk 6 minggu. Dalam suatu pengobatan lebih dari seminggu ( 6 mg /kg/ hari ) dapat di atur jika indikasi klinik ditemukan pada saat itu. Pada infeksi ektotriks ( misalnya M. audouinii, M. canis ), pengobatan dalam jangka yang lama diharuskan. Meskipun ketoconazol oral dapat di terima sebagai alternatif lain dari griseofulvin tetapi tidak dapat dipercaya sebagai terapi pilihan karena resiko hepatotoksik dan biayanya yang mahal. Oral steroid dapat membantu mengurangi resiko dan meluasnya alopesia yang permanen pada terapi kerion. Hindari penggunaan kortikosteroid topikal selama terapi infeksi dermatofitosis.