Upload
farahfath
View
154
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PEMIKIRAN-PEMIKIRAN DALAM KAJIAN STRATEGIS
Angguntari C. Sari, S.IP., M.Sc
Himbauan
Pelajari cara berpikir dalam perencanaan dan penggunaan militer Kesalahan dan kesuksesan pembuat keputusan dari
perencanaan hingga eksekusinya Detail mengenai aspek militer penting (jenis persenjataan,
formasi pasukan misalnya) karena ini pelajaran Kajian Strategis, bukan perencanaan bisnis. Tapi sama pentingnya pola pikir dan keterampilan dalam mengolah sumber militer untuk tujuan kenegaraan
Belajar dari kasus-kasus yang sudah terjadi untuk mendapat gambaran seputar dinamika dan kompeksitas pengaturan instrumen militer dan tujuan politik kenegaraantugas peserta perkuliahan Penghayatan dinamika perencanaan dan penggunaan kekuatan
militer didapat bukan lewat ceramah dari dosen pengajar hanya memfasilitasi penyediaan bahan-bahan studi kasus,
dan memberi pertanyaan untuk mengarahkan pencarian jawaban
Himbauan
Pemikiran–pemikiran dalam Kajian Strategis / Strategic Thought dipelajari dan diaplikasikan untuk memaknai kejadian seputar penggunaan militer dan mendesain rencana militer sembari dievaluasi relevansinya Studi kasus ditujukan untuk melihat sejauh apa
Strategic Thought dipakai selama ini Biasakan untuk mendengarkan pengalaman orang
sebelumnya, dalam Kajian Strategis berupa pengamatan para pemikir Kajian Strategis, hal ini membantu kita memulai di lingkungan yang serba baru (dalam konteks Kajis suasana penggunaan instrumen militer), disaat bersamaan tetap kritis akan relevansinya
Ingat kembali cakupan Kajian Strategis
Objek yang dilindunginegara
Ancaman aktor negara dan non negara
Tujuan politik bervariasi. Istilah tujuan politik dipakai untuk menjelaskan aspek instrumental perang. Politik berarti juga suasana yang diwarnai perbedaan kepentingan
RQ utama Kajis: bagaimana memaksimalkan penggunaan militer untuk tujuan politik negara
Tiga bagian dalam satu kejadian yang melibatkan penggunaan instrumen
militer
Strategi rencana itu sendiri. Jembatan kekuatan militer dan kebijakan politik Perintah perang ditetapkan untuk
ditindaklanjuti oleh militer di tingkat operasi
Pembuat keputusan, akademisi, militer berkoordinasi dan tidak saling mendikte
Operasi Militer menentukan doktrin militer,
lokasi pertempuran,target pertempuran, kapan bertahan-menyerang, formasi pergerakan prajurit, sejauh apa pertempuran langsung dan tidak langsung dilakukan, memberi kepemimpinan para prajurit, mencari solusi masalah di lapangan saat pertempuran, menyusun rencana penyediaan persenjataan, keperluan perang, dan prajurit
Taktik Eksekusi/pelaksanaan
rencana/pertempuran di lapangan
Model/gambaran dari rangkaian penggunaan kekuatan militer
Membantu menghasilkan pengamatan yang rapi dan jelas
Setiap domain saling terhubung, tetapi memiliki fokus dan mengandung konsep-konsep berbeda
Lalu apa “aturan mainnya” dalam ketiga domain tersebut? Peran pemikiran Kajian Strategis dimulai……
Pikirkan persamaan dan perbedaan diantara pemikiran-pemikiran
Clausewitz, Jomini, Liddle, Sun Tzu
Clausewitz
Diagram Clausewitz…klik untuk diagram
Fokus ke perang atau penggunaan militer melibatkan kontak fisik, kegunaan pemikiran untuk penggunaan militer selain perang seperti ancaman penggunaan nuklir sebenarnya bukan fokus Clausewitz, terutama di tingkat operasional dan taktik
Tetapi ada aspek-aspek lain seperti aspek subjektif dan trinitarian analisis, karakter objektif dan hubungan politik-militer yang bisa diperbantukan untuk memaknai kejadian-kejadian yang melibatkan aspek militer di dunia internasional
Dua aspek umum penting dalam pemikiran Clausewitz
1. Hubungan politik dan perang Militer = means Politik = ends Keduanya harus ada Politik mengindikasikan kebijakan final untuk perang yang
sudah dibuat berdasarkan pertimbangan matang mengenai banyak hal, liat diagram clausewitz
Keduanya tidak saling mendikte, kehebatan instrumen militer tidak boleh membuat negara terlalu percaya diri bahwa lawan akan otomatis menyerah atau tujuan politik pasti tercapai. Sebaliknya tujuan politik harus disesuaikan dengan ketersediaan dan kemampuan kekuatan militer dalam menghadapi lawan dalam peperangan
Keduanya selalu dievaluasi bahkan ketika perang sudah terjadi, dan dirubah jika diperlukan
Menang di medan perang tidak artinya jika preferensi lawan belum mengikuti kemauan kita, ingat kekuatan militer hanya instrumen
2. Dua karakter utama perang Objektif:
perang itu brutal penuh ketidakpastian karena perencanaan dibuat ditengah-tengah
kompleksitas gabungan jumlah aktor, motif dan pola pikir mereka,ditambah lingkungan tempat semua berinteraksi seperti dunia internasional, hingga cuaca, belum lagi akses mendapatkan informasi tentang musuh dan lingkungan sulit
Sehingga siap-siap rencana tidak berhasil (things go wrong) Jadi, buat perencanaan, jangan let it flow, hope for the best, if you fail to
plan, you plan to fail Selalin kemungkinan kegagalan, ada juga kesempatan untuk mendapatkan
keberuntungan Semakin berpengalaman seorang perencana militer dalam kehidupan nyata
di area penggunaan militer, semakin besar kemungkinan meminimalkan ketidakpastian dan kegagalan
Subjektif : Jenis perang berbeda-beda dari tiap tempat, dan waktu Jadi, selalu kenali jenis perang yang akan dihadapi kalau ingin menang. Analisa
kondisi dan karakter semua aktor yang terlibat dan mungkin terlibat di kemudian hari
Clausewitz menyediakan alat bantu “trinitarian analysis” sebagai permulaan untuk menganalisa
Jadi tidaknya perang, tingkat ambisi politik, detail operasi militer dan taktik yang maksimal, didapatkan lewat analisa semua aktor (termasuk negara sendiri)trinitarian analisis penting
Karakter objektif perang (ketidakpastian, kemungkinan kegagalan, keberuntungan) membayangi ketiga fase tersebut
Analisa situasi dan karakter semua aktor harus diperbaharui seiring waktu
Clausewitz dan fase strategi
Perhatikan hubungan politik dan militer
Jadi tidaknya perang, tingkat ambisi politik, prediksi perang bisa dimenangkan atau tidak, ditentukan setelah analisa musuh lewat trinitarian (aspek material dan non materialnya)
Jadi kenali karakter perangfondasi dari strategi
Clausewitz dan fase operasional
Ingat selalu bahwa respon atas ancaman musuh ditentukan lagi-lagi lewat trinitarian analis semua aktor yang terlibat
Perhatikan konsep-konsepnya yang dipakai di fase ini berbeda dengan fase strategi
Clausewitz menekankan soal pentingnya menggunakan penggempuran habis-habisan, dengan mengerahkan tenaga dan sumber daya semaksimal mungkin, dan melakukan peperangan secara terkonsentrasi dan diselesaikan secepat mungkin
Kemenangan di medan perang langkah awal menundukkan musuh dan mengubah preferensi politiknya agar sesuai keinginan kita
F:\DIAGRAM 1 & 2 (Masters of War).pdf
Sun Tzu
F:\Sun Tzu dan Perang.doc
Jomini dan Liddle
Jomini pemikirannya dekat dengan Clausewitz
Sun Tzu pemikirannya dekat dengan Liddle
Ada perbedaan di dalam masing-masing kelompok
Pertanyaan seputar perbedaan pemikiran:
Apa perbedaan paling mendasar diantara keempatnya yang menentukan juga metode terbaik dalam menghadapi lawan (direct vs. indirect). Hubungkan dengan mindset mereka
Mengikuti perdebatan Clausewitz dan Sun Tzu soal metode penggunaan kekuatan militer (direct vs indirect), apakah Clausewitz menentang pemikiran Sun Tzu dan Liddle soal pengecohan, serangan tiba-tiba, menghindari peperangan dan mengandalkan cara tidak langsung seperti memecah belah musuh, menghancurkan jalur komunikasi dan logistik, menghancurkan markas tempat musuh mundur dan mengumpulkan tenaga?
Apa kerugian dan kesulitan penggunaan pengecohan, serangan tiba-tiba dimata Clausewitz?
Sun Tzu, Jomini, Liddle, Clausewitz, sama-sama menyarankan untuk mengenali karakter lawan sebelum berperang, tetapi apa yang membuat pemikiran Clausewitz lebih unggul dibanding pemikiran yang lain di area ini?
Perang Dunia I
1. Clausewitz mengatakan perang hanya instrumen politik
1. Apa saja tujuan politik negara-negara yang terlibat PD I?
2. Clausewitz mengatakan kenali dahulu karakter dan situasi lawan sebelum menyatakan perang
1. Apa kesulitan-kesulitan yang dihadapi semua pembuat keputusan di masa menjelang PD I dalam memprediksi respon lawan? Jelaskan dengan contoh
Menurut Sun Tzu, kalahkan lawan dengan cara non militer, termasuk diplomasi. Melihat situasi menjelang PD I, apakah kalian akan merekomendasikan negara-negara untuk meneruskan cara diplomasi? Seberapa yakin kalian diplomasi akan berhasil dengan situasi yang melingkupi di masa itu?
Apa yang ditunjuk sebagi Centre of Gravity di kubu pasukan Sekutu oleh Jerman? Apa pertimbangan Jerman memilih lokasi tersebut?
Menurut Colin Gray, pelajaran apa yang bisa diambil dari PD I seputar karakter subjektif perang?