Mini Riset Kita Sudah Diedit

Embed Size (px)

Citation preview

KARYA TULIS ILMIAHTINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH PUSKESMAS SEDAYU I BANTUL YOGYAKARTADisusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh DerajatSarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

Novita Wulandari 20080310128Rizki Indah Yati 20080310199Nurul Masruroh 20080310214Veri Ambar Sari 20080310216

PROGRAM STUDI KEDOKTERANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA2014

HALAMAN PENGESAHANKARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH PUSKESMAS SEDAYU I BANTUL YOGYAKARTA

Disusun oleh:Novita Wulandari 20080310128Rizki Indah Yati 20080310199Nurul Masruroh 20080310214Veri Ambar Sari 20080310216

Telah dipresentasikan pada:03 April 2014

Menyetujui dan mengesahkan,Pembimbing

dr. Denny Anggoro P

KATA PENGANTARAssalamualaikumWr. Wb.Dengan mengucap syukur alhamdulillah, puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judulTINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH PUSKESMAS SEDAYU I BANTUL YOGYAKARTA yang diajukan untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Sedayu I Bantul Yogyakarta.Dengan selesainya karya tulis ilmiah ini, maka penulis mengucapkan terimakasih kepada:1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah sehigga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.2. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An, M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.3. dr. Denny Anggoro P, selaku pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, kritikan, dan semangat sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik.4. dr. Sistia Utami, dr. Hari Dwisetyawan, dr. Annafsul Mutmainah dan drg. Sri Retno yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. 5. Seluruh jajaran fungsional Puskesmas Sedayu I Bantul yang telah membantu dalam terwujudnya karya tulis ilmiah ini. Dalam penulisan ini kami berusaha sebaik mungkin. Namun kami sadar, masih banyak kekurangan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi peningkatan kualitas dalam penulisan sejenis di masa yang akandatang.WassalamualaikumWr.Wb.

Yogyakarta, 02 April 2014

Daftar IsiKARYA TULIS ILMIAH1HALAMAN PENGESAHAN2KATA PENGANTAR3BAB I7PENDAHULUAN7A. Latar Belakang Masalah7B. Perumusan Masalah10C. Tujuan Penelitian10D. Manfaat Penelitian10E. Keaslian Penelitian10BAB II12TINJAUAN PUSTAKA12A.Diabetes Melitus12B.Antidiabetika15C.Pengetahuan181.Pengertian pengetahuan182.Sumber Pengetahuan18D.Kepatuhan Minum Obat20E.Kerangka Konsep21F.Hipotesis Penelitian22BAB III23METODE PENELITIAN23A.Desain Penelitian23B.Lokasi dan Waktu Penelitian23C.Populasi dan Sampel Penelitian24D.Variabel penelitian25E.Definisi Operasional25F.Instrumen Penelitian25G.Uji Validitas dan Reliabilitas26H.Cara Kerja26I.Analisis Data27BAB IV28PEMBAHASAN28BAB V29KESIMPULAN DAN SARAN29A.Kesimpulan29B.Saran29Daftar Pustaka31

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahDiabetes Mellitus merupakan suatu kondisi yang dicirikan dengan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (hiperglikemia) akibat berkurangnya aksi atau produksi dari hormone insulin. Diabetes Melitus dapat dibagi menjadi diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes gestasional, dan diabetes terkait kondisi tertentu (Marcovitch, 2005).Menurut WHO dalam laporan konsultasi di Geneva (2006), diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian, ketidakmampuan, dan kerugian finansial terbanyak di dunia. WHO memperkirakan terdapat 171 juta penduduk dunia yang menderita diabetes mellitus pada tahun 2000 dan diprediksikan akan terus bertambah hingga mencapai 366 juta pada tahun 2030. Peningkatan jumlah penderita diabetes mellitus terutama pada negara-negara berpendapatan rendah hingga menengah. International Diabetes Federation (2005) memperkirakan pada tahun 2003 terdapat 314 juta penduduk dunia menderita intoleransi glukosa dan pada tahun 2030 mencapai 472 juta penduduk dunia. Penelitian terhadap prevalensi diabetes mellitus yang dilakukan Wild, et al., (2004) menempatkan Indonesia sebagai Negara dengan penderita diabetes mellitus terbanyak ke-4 di dunia, setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. Terdapat 8,4 juta penderita diabetes di Indonesia pada tahun 2000 dan akan mencapai 21,3 juta penderita pada tahun 2030. Laporan Survailans Terpadu Penyakit (STP) Puskesmas di DIY pada tahun 2012 penyakit Diabetes Militus menempati urutan kelima dari distribusi 10 besar penyakit berbasis STP Puskesmas dengan perkiraan jumlah penderita 100 mg/dl, maka asupan kolesterol setiap harinya tidak melebihi 200 mg. Asupan protein yang tinggi pada penderita diabetes nefropati dapat memperparah penyakit ginjal yang dialami penderita. Salah satu contoh dari pemanis alami yang efektif mensubtitusi glukosa adalah fruktosa. Dengan mengasup makanan yang mengandung fruktosa, terjadi peningkatan gula darah, walaupun tidak signifikan. Selain itu, metabolism fruktosa tidak membutuhkan insulin. Efek samping, seperti peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, dan kolesterol LDL plasma, muncul saat fruktosa digunakan dalam jumlah yang besar. Pectin dan selulosa merupakan substansi yang tidak tercerna oleh tubuh manusia dan disebut sebagai dietary fiber. Penggunaan dietary fiber dapat menurunkan hiperglikemia dengan cara memperlambat absorpsi glukosa di dalam kolon. Jika dietary fiber digunakan terlalu banyak dapat mengakibatkan peningkatan kadar kolesterol darah (McPhee & Papadakis, 2011).

B. AntidiabetikaPenderita diabetes mellitus membutuhkan obat yang mampu menjaga kadar gula darah hingga dalam batas normal. Obat-obatan ini dapat menurunkan kadar gula darah penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan berbagai cara. Jenis-jenis obat antidiabetika yang digunakan antara lain:1. Obat-obatan yang secara spesifik menstimulasi sekresi insulin dengan berikatan pada reseptor sulfonylurea. Reseptor sulfonylurea terdapat pada sel pancreas dan bersifat insulinotropik. Saat obat ini mengikat reseptor sulfonil urea, maka akan terjadi depolarisasi sel yang mengakibatkan masuknya ion kalsium ke dalam sel dan secara aktif menstimulasi produksi insulin. Contoh obat yang bekerja dengan mekanisme serupa adalah acetohexamid, chlorpropamid, glibenklamid, glimepirid, tolbutamid, dan tolazamid (McPhee & Papadakis, 2011).2. Obat-obatan yang secara spesifik bekerja pada hati, otot, dan jaringan lemak. Metformin dan thiazolidinedion adalah obat-obat yang bekerja dengan mekanisme serupa. Metformin mengakibatkan penurunan glukoneogenesis di hepar melalui aktivasi AMPK (Adenosine Monophosphate-activated Protein Kinase). Waktu paruh metformin berkisar antara 1.5-3 jam. Obat ini tidak berikatan dengan protein plasma dan tidak dimetabolismekan dalam tubuh. akibatnya, obat ini diekskresikan dalam bentuk utuh melalui ginjal. Metformin juga dijadikan sebagai terapi lini pertama sesaat setelah seorang didiagnosis menderita diabetes mellitus tipe 2. Berbeda halnya dengan metformin, tempat aksi thiazolidinedion lebih general, yaitu di jaringan perifer tubuh. Thiazolidinedion meningkatkan sensitivitas jaringan perifer terhadap insulin salah satunya dengan meningkatkan ekspresi transporter glukosa (GLUT 1 dan GLUT 4). Rosiglitazon dan pioglitazone adalah obat-obatan kelas thiazolidinedion. Pemberian thiazolidinedion bersamaan dengan metformin tidak menimbulkan hipoglikemia(McPhee & Papadakis, 2011). 3. Obat-obatan yang secara spesifik mempengaruhi absorpsi glukosa. Mekanisme kerja obat ini adalah dengan menghambat enzim -glukosidase secara kompetitif. Enzim -glukosidase memfasilitasi penyerapan glukosa. Kompetisi ini mengakibatkan absorpsi glukosa menjadi terhambat. Contoh obat dengan mekanisme serupa adalah acarbose dan miglitol (McPhee & Papadakis, 2011).4. Obat-obatan yang secara spesifik memberikan efek seperti hormon incretin atau memperpanjang efek dari hormon incretin. Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan kadar atau memperpanjang efek dari glucagon like peptide (GLP-1) atau glucose dependent insulinotropic polypeptide (GIP 1). Baik GLP-1 maupun GIP 1 merupakan hormon incretin. hormon ini akan mengamplifikasiproduksi insulin yang diinduksi oleh glukosa oral. Contoh obat ini adalah Agonis reseptor GLP-1, exenatid, dan liraglutide (McPhee & Papadakis, 2011). 5. Obat-obatan yang menekan efek glukagon atau memperlambat pengosongan lambung seperti pramlintid. Obat ini diindikasikan kepada penderita diabetes tipe 2 maupun tipe 1. Selain mempengaruhi pengosongan lambung dan supresi glucagon, obat ini mampu menurunkan nafsu makan. Pramlintid diberikan melalui injeksi subkutan (McPhee & Papadakis, 2011).6. Insulin diberikan kepada penderita diabetes tipe 1 atau tipe 2 yang tidak merespon terhadap obat-obatan anti hiperglikemi baik tunggal maupun kombinasi (McPhee & Papadakis, 2011). Insulin diklasifikasikan sebagai Insulin masa kerja pendek yang mencapai kerja maksimal dalam waktu beberapa menit hingga 6 jam setelah penyuntikan dan digunakan untuk mengontrol hiperglikemik postprandial, insulin masa kerja sedang yang mencapai kerja maksimal 6-8 jam setelah penyuntikan dan digunakan untuk pengontrolan harian penderita dengan diabetes, dan insulin masa kerja panjang mencapai kadar puncaknya dalam waktu 14-20 jam setelah pemberian dan jarang digunakan untuk pemakaian rutin pada penderita diabetes (Price & Wilson, 2006). Efek samping insulin yang perlu diwaspadai adalah kondisi hipoglikemik.

C. PengetahuanPengertian pengetahuanPengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan perabaan. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh malalui penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan merupakan dasar untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoadmodjo,2005).Pengetahuan dalam kamus umum bahasa Indonesia berarti segala sesuatu yang diketahui kepandaiannya yang berkenaan, dengan suatu hal. Pengetahuan berasal dari kata tahu yang berarti seseorang mempunyai pengetahuan tentang suatu cakrawala tertentu, bias didapat dari pendidikan formal, nonformal, dan informal (Purwodarminto, 1984).Sumber PengetahuanPengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman, informasi yang disampaikan guru, orang tua, teman sebaya, media masa, buku, petugas kesehatan, dan lain sebagainya. Pengetahuan ini sangat berhubungan dengan pendidikan, sedangkan pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat dibutuhkan untuk mengembangkan diri. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima dan mengembangkan pengetahuan dan teknologi, sehingga semakin meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan keluarga (Notoatmodjo, 2005).Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Untuk mengetahui kedalaman pengetahuan dari responden dapat disesuaikan dengan melihat tingkatannya yang sebelum dijelaskan.1) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuana) Tingkat pendidikanPendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan, sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.b) InformasiSeseorang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.c) BudayaTingkah laku manusia atau kelompok masyarakat dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.d) PengalamanSuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang suatu yang sifatnya nonformal.

e) Sosial ekonomiTingkat kemampuan sesorang untuk memenuhi kebutuhan hidup (Notoatmodjo, 2005).

D. Kepatuhan Minum ObatKepatuhan minum obat adalah keteraturan penderita untuk meminum obat sesuai dengan yang diberikan oleh penyedia jasa kesehatan (Osterberg, 2005).Menurut Niven (2002), faktor-faktor yang mendukung kepatuhan yaitu :1) Faktor Intrinsik adalah faktor yang tidak perlu rangsangan dari luar, yang berasal dari diri sendiri, yang terdiri dari :a) Motivasi adalah daya yang menggerakkan manusia untuk berperilaku.b) PendidikanPendidikan klien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang bahwa pendidikan tersebut adalah pendidikan yang aktif.c) Pemahaman terhadap instruksiIndividu tidak dapat memahami instruksi jika disalahpahamkan tentang instruksi yang diberikan kepadanya. Hal itu disebabkan oleh kegagalan keprofesionalan kesehatan dalam memberikan informasi yang tepat, penggunaan istilah medis yang kurang dimengerti oleh klien, dan pemberian banyak instruksi yang harus diingat klien.2) Faktor Ekstrinsik adalah faktor yang perlu rangsangan dariluar, yang terdiridari :a) Dukungan SosialDukungan social dalam bentuk dukungan emosional, instrumental, informasional, dan dukungan penghargaan dari anggota keluarga merupakan factor penting dalam kepatuhan.b) Dukungan dari professional kesehatanDukungan ini merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi kepatuhan. Dukungan pemberian pelayanan kesehatan seperti perawat, dokter, dan lainnya, berguna tertutama saat klien menghadapi bahwa perilaku yang sehat merupakan hal yang penting.

E. Kerangka Konsep

Tingkat pengetahuan

Pasien Diabetes Melitus

Minumobat DM

TidakpatuhPatuh

F. Hipotesis PenelitianHipotesis dari penelitian ini adalah adanya hubungan antara tingkat pengetahuan penderita Diabetes Mellitus dengan kepatuhan minum obat.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Desain PenelitianPenelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional study. Cross sectional study adalah jenis penelitian observasional karena penelitian ini hanya mengkaji masalah keadaan subjek pada satu waktu tertentu,artinya tiap subyek hanya diobservasi satu kali saja dan pengukuran variabel subyek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (tingkat pengetahuan penderita) dengan variabel terikat (kepatuhan minum obat) (Murti, 2003). Data yang digunakan yaitu data primer dengan mengumpulkan data secara langsung dari responden melalui pemberian kuosioner untuk variabel tingkat pengetahuan penderita dan variabel kepatuhan minum obat. B. Lokasi dan Waktu Penelitian1) Lokasi Penelitian Penelitian mengambil lokasi di Wilayah Puskesmas Sedayu 1, Bantul Yogyakarta2) Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal 27 Maret - 2 April 2014.

C. Populasi dan Sampel Penelitian1) Populasi Penelitiana) Populasi TargetPopulassi target dalam penelitian ini adalah penderita DM.b) Populasi TerjangkauPopulasi terjangkau dalam penelitian ini adalah mencakup penderita DM yang melakukan kontrol rutin di Puskesmas Sedayu 1 antara tanggal 27 Maret - 2 April 2014 dan penderita home visit pada tanggal 1 April 2014 di wilayah Sedayu 1 Bantul.2) Sampel PenelitianSampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2007). Sampel dalam penelitian ini adalah penderita DM di wilayah Puskesmas Sedayu 1 yang berjumlah 30 sampel yang memenuhi kriteria inklusi.Kriteria inklusi :1. Penderita DM di wilayah Sedayu 1 Bantul.2. Bersedia menjadi responden.Kriteria eksklusi :Penderita yang mendapat terapi insulin.

D. Variabel penelitianVariabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik penelitian suatu penelitian (Arikunto, 1998). Adapun variabel dalam penelitian ini yaitu :Variabel bebas : Tingkat Pengetahuan PenderitaVariabel terikat : Kepatuhan minum obat

E. Definisi Operasional1) Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan suatu obyek tertentu (Notoadmojo, 2005).2) Kepatuhan minum obat adalah suatu kondisi dimana penderita secara teratur meminum obat yang telah diberikan dokter.3) Diabetes melitus adalah suatu kelompok metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (PERKENI, 2011)

F. Instrumen PenelitianInstrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuosioner. Kuosioner adalah suatu alat pengumpulan data mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum/orang banyak (Notoatmodjo, 2003). Kuosioner yang sudah disusun secara terstruktur yang diambil dari penelitian sebelumnya oleh Setiawan (2009) dan Hananto (2009) dengan jumlah 15 pertanyaan untuk variabel tingkat pengetahuan penderita dan jumlah 10 pertanyaan untuk variabel kepatuhan minum obat.Aspek tingkat pengetahuan penderita berupa checklist, merupakan pertanyaan dengan 4 pilihan jawaban yang mengharuskan penderita memilih salah satu jawaban dari 4 pilihan tersebut. Aspek kepatuhan minum obat berupa checklist, merupakan pertanyaan yang bersifat konsisten dengan 2 pilihan jawaban yaitu benar atau salah, dan responden hanya diminta untuk memberikan tanda centang () pada jawaban yang dianggap benar oleh responden.

G. Uji Validitas dan ReliabilitasValiditas adalah ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas digunakan untuk menguji apakah alat ukur atau pertanyaan yang dipakai dalam kuosioner dapat mengukur dengan cermat atau tidak. Pada penelitian ini uji validitas yang digunakan adalah uji validitas internal yaitu analisis butir dengan cara menghitung nilai koefisien validitas masing-masing butir-butir pertanyaan terhadap total skor faktor. Reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi kuosioner apabila dipakai untuk penelitian berulang-ulang. Suatu kuosioner dikatakan reliable bila memiliki koefisien keterandalan lebih dari 0,6.

H. Cara Kerja1) Pengambilan data primer (kuesioner)Dengan menggunakan kuosioner yang ditanyakan langsung oleh peneliti dengan memilih salah satu dari 4 pilihan jawaban untuk kuosioner tingkat pengetahuan penderita dan ya atau tidak untuk kuosioner kepatuhan minum obat, sesuai dengan pertanyaan yang terdapat dalam kuosioner.2) Pengambilan data sekunder Data sekunder diperoleh dari rekam medis penderita untuk mengetahui identitas penderita dan terapi yang diberikan.

I. Analisis DataData yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dengan menggunakan program dari komputer yaitu SPSS dengan menggunakan metode deskriptif statistik dengan uji korelasi Spearman.

BAB IV PEMBAHASAN

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa :1. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan penderita Diabetes Mellitus dengan kepatuhan minum obat.2. Semakin tinggi tingkat pengetahuan penderita Diabetes Mellitus maka semakin patuh dalam meminum obat.

B. Saran1. Mahasiswa a. Lebih sering dan aktif dalam menganalisa permasalahan kesehatan terutama pada lingkungannya.b. Lebih sering berinteraksi dengan masyarakat untuk menindak lanjuti suatu penyakit yang dialami oleh komunitas masyarakat tertentu.2. Puskesmas a. Perlu dilakukan penyuluhan, penempelan poster, serta pembagian brosur mengenai penyakit Diabetes Mellitus dan cara pencegahannya.b. Perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat untuk melakukan gaya hidup aktif dengan kegiatan olahraga dan penyuluhan gizi seimbang.c. Melakukan interaksi yang proaktif kepada tokoh masyarakat di dusun yang berkaitan, seperti ketua dusun dan para kader dengan mengadakan pertemuan secara rutin untuk membahas rencana program dan pelaporan hasil.

Daftar PustakaAmerican Association of Clinical Endocrinologists. (2011). Medical guidelines for clinical practice for developing a diabetes mellitus comprehensive care plan. United States of America : AACE.

Arikunto. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Despopoulos, A., Silbernagl, S. (2003). Color Atlas of physiology. New York: Thieme. p. 282

Fauci, S.A., Braunwald, E., Isselbacher, J.K., Martin, B.J. (2008). Diabetes Mellitus. Dalam Powers, C.A (Eds). Harrisons Internal Medicine. 17th ed. McGraw-Hill. United States. p. 2152

Gustaviani, R. (2007). Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. dalam Sudoyo, A.W., setiyohadi, B., Alwi, I., K, Marcellus.S., Setiati, S (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI.

Hananto, E. (2009). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Terhadap Tingginya Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Wirobrajan Yogyakarta. Yogyakarta : FKIK UMY.

International Diabetes Federation. (2005). IDF Clinical Guidelines Task Force Global Guideline for type 2 diabetes. Brussels.

Ligaray. (2009). Diabetes Mellitus type 2. eMedicine (http://emedicine.medscape.com/article/117853-overview/), diakses 9 Maret 2014.

Marcovitch, H. (2005). Blacks Medical Dictionary. London : A & C Black. p. 203.

McPhee, S.J., Ganong, W.F. (2003). Pathophysiology of Disease an Introduction to Clinical Medicine. 5th ed. Mcgraw-Hill. United States. p. 521.

McPhee, S.J., Papadakis, A.M. (2011). Current Medical Diagnosis & Treatment 2011. 50th ed. McGraw-Hill. United States.

Murti. (2003). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: UGM Press.

Niven, N. (2002). Psikologi Kesehatan. Jakarta : EGC.

Notoadmodjo, S. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2005). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta ; Rineka Cipta.

Osterberg, L.(2005). Drug therapy: Adherence to Medication. N Engl J Med, 353: 48797.

PERKENI. (2011). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.

Price & Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.Purwodarminto, (1984). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : PN Balai Pustaka.

Setiawan, M.S. (2009). Hubungan Antara Fungsi Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Penderita Diabetes Mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta : FKIK UMY.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Adminitrasi. Bandung : CV. Alfabeta..Sweileh et al. (2005). Rate of Compliance among Patients with Diabetes Melitus and Hypertension. An-Najah Univ. J. Res. (N. Sc.), Vol. 19.

Venter, H.L. (1991). Compliance in Black Patient with Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus Receiving Oral Hypoglycaemic Therapy. Journal SAMJ 79 (4) May.

World Health Organization. (2006). Definition and Diagnosis of Diabetes Melitus and Intermediate Hyperglycemia : Report of WHO/IDF Consultation. WHO, Geneva, Switzerland : 1-35.

World Health Organization. (2010). Multidrug and extensively drug-resistant TB (M/XDR-TB) 2010 : Global Report On Surveillance and Response. Dalam. Geneva: WHO Press.

33