1
MOBILITAS KOMUNITAS DESA Mata Pencaharian Petani di Luar Sektor Pertanian Meskipun penduduk desa kelihatannya lebih menfokuskan kegiatannya pada sektor pertanian, tapi dengan semakin berkembangnya teknologi, pemikiran masyarakat pedesaan pun juga ikut berkembang karena jika mereka hanya mengandalkan penghasilan dari sektor pertanian tidak akan bisa mencukupi kebutuhan mereka sepenuhnya dikarenakan pertanian yang mengandalkan masa. Selama masa tanam pra panen mereka tidak mendapat hasil apa-apa. Di antaranya ada yang berprofesi sebagai penjual warung, ada pula yang berprofesi sebagai pekerja bangunan, tukang becak, buruh pabrik. Akan tetapi sebagian besar komunitas desa pasti mempunyai sawah atau tegalan yang mereka sewakan, bagi-hasil, atau digadaikan meskipun banyak dari mereka yang berprofesi sebagai guru atau pegawai pamong praja. Kebudayaan petani Jawa pada umumnya, mereka lebih senang mengidentifikasikan diri sebagai guru daripada petani. MOBILITAS GEOGRAFIS Pola-pola, mata pencaharian, dan aktivitas pekerjaan di luar sektor pertanian tersebut di atas tentu menyebabkan terjadinya suatu mobilitas geografikal yang sangat ekstensif dalam masyarakat pedesaan di Indonesia, dan khususnya di Jawa. Hal ini telah dilukiskan dalam suatu laporan penelitian mengenai kehidupan komunitas-komunitas daerah sekitar Jakarta (Koencaraningrat, 1975), yang juga termuat dalam bagian ke III dari buku bunga rampai ini. Dalam bagian yang khusus memuat karangan-karangan mengenai migrasi, transmigrasi, dan urbanisasi itu, masalah mobilitas geografikal dari penduduk komunitas desa di Indonesia akan dibahas lebih mendalam.

Mobilitas Komunitas Desa

  • Upload
    yuni

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Mobilitas Komunitas Desa

Citation preview

Page 1: Mobilitas Komunitas Desa

MOBILITAS KOMUNITAS DESA

Mata Pencaharian Petani di Luar Sektor Pertanian

Meskipun penduduk desa kelihatannya lebih menfokuskan kegiatannya pada sektor pertanian, tapi dengan semakin berkembangnya teknologi, pemikiran masyarakat pedesaan pun juga ikut berkembang karena jika mereka hanya mengandalkan penghasilan dari sektor pertanian tidak akan bisa mencukupi kebutuhan mereka sepenuhnya dikarenakan pertanian yang mengandalkan masa. Selama masa tanam pra panen mereka tidak mendapat hasil apa-apa. Di antaranya ada yang berprofesi sebagai penjual warung, ada pula yang berprofesi sebagai pekerja bangunan, tukang becak, buruh pabrik.

Akan tetapi sebagian besar komunitas desa pasti mempunyai sawah atau tegalan yang mereka sewakan, bagi-hasil, atau digadaikan meskipun banyak dari mereka yang berprofesi sebagai guru atau pegawai pamong praja. Kebudayaan petani Jawa pada umumnya, mereka lebih senang mengidentifikasikan diri sebagai guru daripada petani.

MOBILITAS GEOGRAFIS

Pola-pola, mata pencaharian, dan aktivitas pekerjaan di luar sektor pertanian tersebut di atas tentu menyebabkan terjadinya suatu mobilitas geografikal yang sangat ekstensif dalam masyarakat pedesaan di Indonesia, dan khususnya di Jawa. Hal ini telah dilukiskan dalam suatu laporan penelitian mengenai kehidupan komunitas-komunitas daerah sekitar Jakarta (Koencaraningrat, 1975), yang juga termuat dalam bagian ke III dari buku bunga rampai ini. Dalam bagian yang khusus memuat karangan-karangan mengenai migrasi, transmigrasi, dan urbanisasi itu, masalah mobilitas geografikal dari penduduk komunitas desa di Indonesia akan dibahas lebih mendalam.