MODEL DINAMIKA SISTEM DAMPAK KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN TERHADAP PENINGKATAN PENYAKIT ISPA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Permodelan Lingkungan

Citation preview

  • MODEL DINAMIKA SISTEM DAMPAK KEBAKARAN

    HUTAN DAN LAHAN TERHADAP PENINGKATAN

    PENYAKIT ISPA

    Studi Kasus Peningkatan Jumlah Penderita ISPA Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2014

    OLEH:

    SYAIFUL RAMADHAN H, S.Pi, M.Si

    Makalah ini merupakan sebuah kontribusi pemikiran sederhana mengenai

    fenomena kebakaran hutan dan lahan serta dampaknya yang telah menjadi

    rutinitas tahunan di Kabupaten Rokan Hilir

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI

    TEMBILAHAN

    2014

  • i

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR ISI ............................................................................................. 1

    I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1

    1.2. Identifikasi Isu ................................................................................. 2

    II. ANALISA DAN HASIL

    2.1. Permodelan Dinamika Sistem ......................................................... 4

    2.1.1. Variabel dan Data .................................................................... 4

    2.1.2. Identifikasi Sistem ................................................................... 4

    2.2. Hasil dan Pembahasan ..................................................................... 4

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Kebakaran hutan dan lahan di Propinsi Riau selalu terjadi berulang-ulang

    setiap tahun, terutama pada saat musim kemarau tiba. Seperti halnya tahun-tahun

    sebelumnya, tahun 2014 ini kembali lagi terjadi kebakaran hutan dan lahan yang

    menimbulkan dampak negatif yang cukup signifikan bagi masyarakat terutama

    dalam hal menurunnya kesehatan.

    Hasil pemantauan titik api (hotspot) oleh Badan Meteorologi, Klimatologi

    dan Geofisika (BMKG) Propinsi Riau menggunakan satelit NOAA-AVHRR

    (National Oceanic and Atmospheric Administration - Advanced Very High

    Resolution Radiometer) tercatat 1.234 titik api yang tersebar hampir di seluruh

    kabupaten/kota di Propinsi Riau dan cenderung meningkat dengan rata-rata

    peningkatan sebanyak 33 titik/hari (www.okezone.com, 2014).

    Berdasarkan laporan perkembangan penanganan dan penanggulangan

    kebakaran hutan dan lahan dari Satgas KARHUTLA Propinsi Riau, saat ini luas

    areal hutan dan lahan yang terbakar telah mencapai 14.837 ha dengan

    peningkatan rata-rata sebesar 494,57 Ha/hari. Luas kebakaran hutan dan lahan

    ini cenderung akan terus meluas mengingat sampai saat ini hutan dan lahan yang

    terbakar masih belum berhasil dipadamkan (www.republika.co.id, 2014).

    Akumulasi kebakaran hutan dan lahan di kabupaten/kota dalam wilayah

    administrasi Propinsi Riau ini menimbulkan bencana asap yang tidak hanya

    dirasakan pada daerah yang terbakar akan tetapi telah meliputi kawasan yang

    lebih luas seperti Propinsi Sumatera Barat, Propinsi Kepulauan Riau, Propinsi

    Sumatera Utara bahkan hingga ke negara Malaysia dan Singapura.

    Peningkatan jumlah asap yang mengandung PM10 secara signifikan

    menjadi penyebab utama munculnya penyakit Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA)

    dengan gejala rasa sesak di dada dan mata agak berair. Hasil pemantauan Indeks

    Standar Pencemaran Udara (ISPU) Kota Pekanbaru, konsentrasi rata-rata harian

    PM10 telah berada pada kisaran 350 g/m3 atau telah berada pada kategori 5

    (>300 g/m3) yang berarti sangat berbahaya bagi kesehatan makhluk hidup. Hal

    ini selaras dengan laporan Dinas Kesehatan Propinsi Riau dalam

    www.metroterkini.com (2014), yang melaporkan bahwa dalam 1 bulan terakhir

    tercatat 38.744 Jiwa masyarakat Riau telah terkena ISPA dengan peningkatan

    rata-rata penderita sebesar 258 jiwa/hari.

    Kabupaten Rokan Hilir merupakan daerah dengan penderita ISPA akibat

    kebakaran hutan dan lahan tertinggi ke-2 setelah Kota Pekanbaru. Jumlah

    penderita ISPA di kabupaten Rokan Hilir tercatat sebesar 7.633 Jiwa, dimana

    70% dari jumlah penderita adalah anak-anak (www.metroterkini.com). Menurut

    Saleh (2014) hampir 50% dari jumlah penderita ISPA akibat menghirup udara

    yang mengandung PM10 secara terus menerus akan sangat beresiko terkena

    kanker paru-paru. Sementara 20% dari jumlah penderita ISPA dengan kategori

    umur anak-anak dan manula beresiko terhadap kematian (www.riaustar,com,

    2014).

  • 2

    Mengingat buruknya dampak asap yang mengandung PM10 yang

    disebabkan oleh kebakaran hutan dan lahan terhadap kesehatan pernafasan,

    diperlukan sebuah model dinamika sistem sederhana yang dapat menggambarkan

    dampak kebakaran hutan dan lahan terhadap penyakit ISPA dan konsep

    pencegahannya, dimana dalam tugas ini akan mengambil studi kasus di daerah

    Kabupaten Rokan Hilir.

    Dinamika sistem adalah perangkat analisis sistem yang dapat dipakai

    untuk membuat simulasi sistem kompleks. Simulasi berarti membuat representasi

    yang sederhana dari aslinya. Dinamika sistem didefinisikan sebagai bidang untuk

    memahami bagaimana sesuatu berubah menurut waktu (Forrester, 1999). Dalam

    tugas ini model dinamika sistem yang dibangun menggunakan perangkat lunak

    Powersim Ver 2.5d (4002) untuk membantu memformulasikan model dari

    komponen-komponen stok (stock) dan aliran (flow). Dinamika sistem berbasis

    pada persamaan difference dan diferensial (Forrester, 1999). Persamaan difference

    adalah persamaan yang menyatakan bahwa keadaan masa nanti (the future state)

    tergantung pada keadaan sekarang (the current state) dan faktor-faktor lainnya.

    1.2. Identifikasi Isu

    Identifikasi isu bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap sistem

    yang di kaji dalam bentuk diagram antara komponen masukan (input) dengan

    sistem lingkungan di mana sistem ini menghasilkan suatu keluaran (output) baik

    yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan. Identifikasi isu dalam studi

    kasus ini secara rinci dijabarkan pada diagram hubungan sebab akibat (Causal

    Loop Diagram)/CLD yang disajikan pada Gambar 1.

    Gambar 1. CLD Peningkatan Jumlah Penderita ISPA Akibat Kebakaran

    Hutan (Sumber : Hasil Simulasi Powersim Ver. 2.5d)

  • 3

    Dari identifikasi isu yang terangkum dalam diagram CLD pada Gambar 1,

    maka dapat dijabarkan perumusan masalah sebagai berikut :

    1. Peningkatan titik api (Hot Spot) akan berdampak kepada peningkatan luas lahan dan hutan yang terbakar demikian pula sebaliknya semakin luas

    lahan dan hutan yang terbakar akan meningkatkan jumlah titik api yang

    terpantau. Diketahuinya jumlah titik api dan luas lahan dan hutan yang

    terbakar maka dapat diketahui rate titik api per Ha lahan.

    2. Semakin luas lahan dan hutan yang terbakar akan meningkatkan konsentrasi PM10 di udara. Diketahuinya nilai konsentrasi PM10 dan luas

    lahan dan hutan yang terbakar maka dapat diketahui rate konsentrasi PM10

    per Ha lahan dan hutan yang terbakar.

    3. Diketahuinya nilai konsentrasi PM10 di udara akan meningkatkan status ketercemaran udara yang diukur berdasarkan ISPU. Dimana semakin

    meningkat ISPU maka akan semakin meningkat konsentrasi PM10 di udara

    dan demikian pula sebaliknya.

    4. Meningkatnya ISPU akibat peningkatan konsentrasi PM10 akan menyebabkan meningkatnya rate jumlah orang sakit yang akan

    meningkatkan jumlah jiwa terdampak asap yang mengandung PM10 di

    Riau.

    5. Meningkatnya jumlah jiwa terdampak di Riau akan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah penderita ISPA di Kabupaten Rokan Hilir. Demikian

    pula sebaliknya meningkatnya jumlah penderita ISPA di Kabupaten

    Rokan Hilir akan menyebabkan peningkatan jumlah jiwa terdampak di

    Riau.

    6. Jumlah penderita ISPA di Kabupaten Rokan Hilir di klasifikasikan menjadi 2 berdasarkan umur yaitu Dewasa dan anak-anak. Dimana apabila

    jumlah penderita ISPA di Kabupaten Rokan Hilir meningkat maka akan

    menyebabkan peningkatan persentase dewasa dan anak-anak yang terkena

    ISPA.

    7. Peningkatasn persentase ISPA bagi orang dewasa dan anak-anak di kabupaten Rokan Hilir akan berdampak pada peningkatan persentase

    resiko orang dewasa dan anak-anak terkena kanker paru-paru dan

    peningkatam resiko kematian.

  • 4

    II. ANALISA DAN HASIL

    2.1. Permodelan Dinamika Sistem

    2.1.1. Variabel dan Data

    Variabel dan data yang digunakan untuk membentuk model dinamika

    sistem dalam studi kasus ini secara rinci disajikan pada Tabel 1.

    Tabel 1. Variabel dan Data Penyusun Model Dinamika Sistem Peningkatan

    Jumlah Penderita ISPA Akibat Kebakaran Hutan

    VARIABEL JUMLAH SATUAN SUMBER

    Jumlah Titik Api 1.234 Spot BMKG Riau

    Luas Lahan dan Hutan yang Terbakar 14.837 Ha Satgas KARHUTLA Riau

    Konsentrasi PM10 350 g/m3 ISPU Kota Pekanbaru

    Jumlah Jiwa Terdampak di Propinsi Riau 38.744 Jiwa Dinkes Riau

    Jumlah Penderita ISPA di Kab. Rohil 7.633 Jiwa Dinkes Kab. Rohil

    Jumlah Penderita ISPA Dewasa di Kab. Rohil 2.290 Jiwa Dinkes Kab. Rohil

    Jumlah Penderita ISPA Anak-anak di Kab. Rohil 5.343 Jiwa Dinkes Kab. Rohil

    Resiko Terkena Kanker Paru 50 % Dinkes Kab. Rohil

    Resiko Kematian 20 % Dinkes Kab. Rohil

    2.1.2. Identifikasi Sistem

    Identifikasi sistem bertujuan untuk membuat gambaran keterkaitan antar

    komponen dalam sistem yang mengarah kepada pembentukan model kuantitatif

    dalam bentuk Stock Flow Diagram (SFD) seperti yang disajikan pada Gambar 2.

    Gambar 2. SFD Peningkatan Jumlah Penderita ISPA Akibat Kebakaran

    Hutan (Sumber : Hasil Simulasi Powersim Ver. 2.5d)

    2.2. Hasil dan Pembahasan

    Model dijalankan dalam kurun waktu simulasi 90 hari (3 Bulan) yaitu dari

    bulan Maret hingga Juni tahun 2014. Rentang waktu ini digunakan dengan asumsi

    bahwa periode musim kemarau adalah 6 bulan (Januari-Juni) yang akan berakhir

    Konsentrasi_PM10

    Rate_Peningkatan_Tit ik_Api

    Rate_Titik_Api_Per_Ha_Lahan

    Rate_Konsentrasi_PM10_per_Ha_Lahan_Terbakar

    Rate_Peningkatan_Konsentrasi_PM10_Harian

    Status_ISPU

    Rate_Peningkatan_Luas_Lahan_Terbakar

    Luas_Lahan_Terbakar

    Jumlah_Jiwa_Terdampak_di_Riau

    Jumlah_Penderita_ISPA_di_ROHIL

    Anak_anakDewasa

    Resiko_Kanker_Paru Resiko_Kematian

    Rate_Peningkatan_Jumlah_Orang_Sakit

    Titik_Api

  • 5

    pada bulan Juni 2014. Hasil simulasi dalam kurun waktu tersebut disajikan pada

    Tabel 2.

    Tabel 2. Hasil Simulasi Model Dinamika Sistem Peningkatan Jumlah

    Penderita ISPA Akibat Kebakaran Hutan

    Sumber : Hasil Simulasi Powersim Ver. 2.5d (2014).

    Dari model yang dibangun dapat dilihat peningkatan konsentrasi PM10

    akibat meingkatnya jumlah hot spot dan bertambahnya luas lahan dan hutan yang

    terbakar. Sehingga dapat diprediksi jumlah penderita ISPA dan resiko terkena

    kanker dan kematian.

    Hasil simulasi memperlihatkan peningkatan konsentrasi PM10 sebesar 450

    g/m3 dalam 90 hari ke depan yang diikuti dengan meningkatnya jumlah

    penderita ISPA di Kabupaten Rokan Hilir dari 7.633 Jiwa menjadi 13.189 Jiwa

    dengan penderita ISPA terbesar adalah anak-anak yaitu sebesar 9.232 Jiwa.

    Peningkatan jumlah penderita ISPA di Kabupaten Rokan Hilir memicu

    peningkatan resiko kanker paru bagi penderita ISPA dari 3.816 Jiwa menjadi

    6.595 Jiwa pada 90 hari kemudian. Demikian pula penderita ISPA yang beresiko

    kematian meningkat menjadi 2.638 Jiwa.

    Bahwa terjadi peningkatan jumlah penderita ISPA di Kabupaten Rokan

    Hilir yang diikuti dengan meningkatnya resiko terkena kanker paru dan kematian

    terutama bagi anak-anak harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah

    kabupaten Rokan Hilir. Penanganan dan penanggulangan kebakaran lahan dan

    hutan memang penting. Namun yang lebih penting adalah meminimalisir dampak

    kesehatan yang timbul akibat kebakaran tersebut. Sosialisasi penggunaan dan

    pembagian masker kepada masyarakat terutama anak-anak, baik ketika di dalam

    maupun di luar rumah menjadi alternatif solusi jangka pendek yang harus

    dilakukan. Selain menghimbau masyarakat untuk tidak banyak beraktifitas di luar

    rumah bila tidak ada kepentingan yang mendesak. Selain itu, tingginya jumlah

    penderita ISPA pada anak-anak, langkah pemerintah daerah untuk meliburkan

    sekolah merupakan suatu kebijakan yang sudah tepat, mengingat resiko anak-anak

    akan terkena kanker dan resiko kematian juga lebih tinggi dibandingkan dengan

    orang dewasa.

    Skenario untuk meminimalisir dampak asap kebakaran lahan dan hutan

    seperti yang telah dikemukakan diatas, selanjutnya digunakan sebagai input

    skenario dalam SFD model dinamika sistem. Input skenario berupa penggunaan

    masker diprediksi mampu menurunkan tingkat resiko terkena ISPA, Kanker dan

    kematian sebesar 30%. Sedangkan input skenario pembatasan aktifitas di luar

    Hari Ke- 0 30 60 90

    Titik Api (Spot)

    Luas Lahan Terbakar (Ha)

    Konsentrasi PM10 (micro g/m3)

    Peningkatan Jumlah Orang Sakit (Jiwa)

    Jumlah Jiwa Terdampak di Riau (Jiwa)

    Jumlah Penderita ISPA di Rohil (Jiwa)

    Penderita ISPA Dewasa di ROHIL (Jiwa)

    Penderita ISPA Anak-anak di ROHIL (Jiwa)

    Resiko Kanker Paru (Jiwa)

    Resiko Kematian (Jiwa)

    1.234 2.224 3.214 4.204

    14.837,00 29.674,10 44.511,20 59.348,30

    350 500 650 800

    258 310 372 446

    38.744 46.493 55.791 66.950

    7.633 9.159 10.991 13.189

    2.290 2.748 3.297 3.957

    5.343 6.411 7.694 9.232

    3.816 4.580 5.495 6.595

    1.527 1.832 2.198 2.638

  • 6

    rumah diprediksi dapat mengurangi resiko ISPA, kanker dan kematian sebesar

    20%. Skenario model dinamika sistem yang dilakukan berupa skenario struktural

    yaitu dengan menambahkan parameter penggunaan masker dan pembatasan

    kegiatan di luar rumah sebagai faktor pembatas peningkatan jumlah penderita

    ISPA di kabupaten Rokan Hilir seperti yang dapat dilihat dari Diagram SFD

    Model Dinamika Sistem pada Gambar 3 dan Tabel 3.

    Gambar 3. SFD Skenario Model Dinamika Sistem untuk Membatasi Jumlah

    Penderita ISPA Akibat Kebakaran Hutan (Sumber : Hasil

    Simulasi Powersim Ver. 2.5d)

    Tabel 3. Hasil Simulasi Skenario Model Dinamika Sistem untuk Membatasi

    Jumlah Penderita ISPA Akibat Kebakaran Hutan

    Sumber : Hasil Simulasi Powersim Ver. 2.5d (2014).

    Hasil simulasi skenario yang dilakukan terlihat dapat membatasi

    peningkatan jumlah penderita ISPA di Kabupaten Rokan Hilir, meskipun

    angkanya cenderung terus meningkat sejalan dengan masih terus berlangsungnya

    kebakaran lahan dan hutan. Namun, jika dibandingkan dengan model tanpa

    skenario, angka prediksi peningkatan jumlah orang yang akan terkena ISPA jauh

    berkurang. Model tanpa skenario menunjukkan peningkatan penderita ISPA di

    kabupaten Rokan Hilir dalam 90 hari kedepan sebesar 13.189 Jiwa, sedangkan

    model dengan skenario menunjukkan angka yang lebih kecil yaitu sebesar 9.373

    Jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa dengan diberlakukannya skenario penggunaan

    Konsentrasi_PM10

    Rate_Peningkatan_Tit ik_Api

    Rate_Titik_Api_Per_Ha_Lahan

    Rate_Konsentrasi_PM10_per_Ha_Lahan_Terbakar

    Rate_Peningkatan_Konsentrasi_PM10_Harian

    Status_ISPU

    Rate_Peningkatan_Luas_Lahan_Terbakar

    Luas_Lahan_Terbakar

    Jumlah_Jiwa_Terdampak_di_Riau

    Dewasa

    Rate_Peningkatan_Jumlah_Orang_Sakit

    Titik_Api

    Resiko_Kanker_Paru Resiko_Kematian

    Anak_anak

    Penggunaan_Masker Pengurangan_Aktifitas_di_Luar_Rumah

    Jumlah_Penderita_ISPA_di_ROHIL

    Hari Ke- 0 30 60 90

    Titik Api (Spot)

    Luas Lahan Terbakar (Ha)

    Konsentrasi PM10 (micro g/m3)

    Peningkatan Jumlah Orang Sakit (Jiwa)

    Jumlah Jiwa Terdampak di Riau (Jiwa)

    Jumlah Penderita ISPA di Rohil (Jiwa)

    Penderita ISPA Dewasa di ROHIL (Jiwa)

    Penderita ISPA Anak-anak di ROHIL (Jiwa)

    Resiko Kanker Paru (Jiwa)

    Resiko Kematian (Jiwa)

    1.234 2.224 3.214 4.204

    14.837,00 29.674,10 44.511,20 59.348,30

    350 500 650 800

    258 310 372 446

    38.744 46.493 55.791 66.950

    3.816 5.343 7.175 9.373

    1.145 1.603 2.152 2.812

    2.671 3.740 5.022 6.561

    1.908 2.671 3.587 4.686

    763 1.069 1.435 1.875

  • 7

    masker dan pembatasan kegiatan masyarakat di luar rumah mampu mencegah

    3.816 Jiwa masyarakat dari terkena ISPA. Menurunnya jumlah penderita ISPA

    berdasarkan model skenario tentunya kan berpengaruh terhadap menurunnya

    jumlah jiwa yang beresiko terkena kanker dan kematian.

    Meskipun skenario model dinamika sistem yang disusun ini diketahui

    mampu meminimalisir peningkatan jumlah penderita ISPA di Kabupaten Rokan

    Hilir. Namun angka yang cenderung terus meningkat menunjukkan bahwa model

    ini hanya difokuskan untuk mengurangi peningkatan jumlah penderita ISPA.

    Sedangkan masalah utama penyebab peningkatan penderita ISPA yaitu kebakaran

    lahan dan hutan tidak dimasukkan sebagai parameter yang di skenariokan.

    Keterbatasan waktu dan ilmu penulis dalam menyusun tugas model yang

    sederhana ini menjadi kelemahan skenario yang dibangun. Tapi paling tidak

    secara eksplisit dampak kebakaran lahan dan hutan terhadap peningkatan jumlah

    penderita ISPA yang disajikan dalam tulisan ini, dapat menjadi suatu gambaran

    betapa besarnya dampak kebakaran lahan dan hutan baik bagi ekologi maupun

    kesehatan.

  • 8

    DAFTAR PUSTAKA

    BMKG Propinsi Riau. 2014. www.bmkg.go.id. (Dikunjungi 11 Maret 2014).

    BMKG Propinsi Riau. 2014. www.okezone.com. (Dikunjungi 11 Maret 2014).

    Dinas Kesehatan Propinsi Riau. 2014. www.metroterkini.com. (Dikunjungi 11

    Maret 2014).

    Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hilir. 2014. www.riaustar.com. (Dikunjungi

    11 Maret 2014).

    Forrester, J. W. 1999. System Dynamics: the Foundation Under Systems

    Thinking. Sloan School of Management Massachusetts Institute of

    Technology. Cambridge, MA 02139.

    ftp://sysdyn.mit.edu/ftp/sdep/papers/D-4828.html

    Indeks Pencemaran Udara Kota Pekanbaru. 2014. Konsentrasi PM10 tanggal 10

    Maret 2014 sebesar 350g/m3.

    Karhutla Propinsi Riau. 2014. www.republika.com. (Dikunjungi 11 Maret 2014).

  • 9

    Lampiran 1. Equation Model Dinamika Sistem

    init Jumlah_Jiwa_Terdampak_di_Riau = 38744

    flow Jumlah_Jiwa_Terdampak_di_Riau =

    +dt*Rate_Peningkatan_Jumlah_Orang_Sakit

    init Konsentrasi_PM10 = 350

    flow Konsentrasi_PM10 = +dt*Rate_Peningkatan_Konsentrasi_PM10_Harian

    init Luas_Lahan_Terbakar = 14837

    flow Luas_Lahan_Terbakar = +dt*Rate_Peningkatan_Luas_Lahan_Terbakar

    init Status_ISPU = IF(1>=Konsentrasi_PM10, 300, 5)

    flow Status_ISPU =

    init Titik_Api = 1234

    flow Titik_Api = +dt*Rate_Peningkatan_Titik_Api

    aux Rate_Peningkatan_Jumlah_Orang_Sakit =

    (Jumlah_Jiwa_Terdampak_di_Riau/Status_ISPU)/30

    aux Anak_anak = 70%*Jumlah_Penderita_ISPA_di_ROHIL

    aux Dewasa = 30%*Jumlah_Penderita_ISPA_di_ROHIL

    aux Jumlah_Penderita_ISPA_di_ROHIL =

    19.70%*Jumlah_Jiwa_Terdampak_di_Riau

    aux Rate_Konsentrasi_PM10_per_Ha_Lahan_Terbakar =

    Konsentrasi_PM10/Luas_Lahan_Terbakar

    aux Rate_Titik_Api_Per_Ha_Lahan = Titik_Api/Luas_Lahan_Terbakar

    aux Resiko_Kanker_Paru = 50%*(Dewasa+Anak_anak)

    aux Resiko_Kematian = 20%*(Anak_anak+Dewasa)

    const Rate_Peningkatan_Konsentrasi_PM10_Harian = 5

    const Rate_Peningkatan_Luas_Lahan_Terbakar = 494.57

    const Rate_Peningkatan_Titik_Api = 33