22
1 www.sulsel.litbang.deptan.go.id MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN PANGKEP I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) telah menjadi perhatian bagi Pemerintah Indonesia dua tahun terakhir. Berdasar Undang-undang No 7 tahun 1996 tentang Pangan disebutkan bahwa “ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau”. Berdasar definisi tersebut, terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga merupakan tujuan sekaligus sebagai sasaran dari ketahanan pangan di Indonesia (Saliem, 2011). Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dan berbagai kalangan terkait untuk mewujudkan ketahanan pangan melalui diversifikasi pangan, namun pada kenyataannya tingkat konsumsi masyarakat masih bertumpu pada pangan utama beras. Hal itu diindikasikan oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang belum sesuai harapan, dan belum optimalnya pemanfaatan sumber bahan pangan lokal dalam mendukung penganekaragaman konsumsi pangan (BKP, 2010). Salah satu potensi yang bisa mendukung diversifikasi pangan yang selama ini hampir terlupakan adalah pemanfaatan lahan pekarangan. Luas lahan pekarangan secara nasional sekitar 10,3 juta ha atau 14 % dari keseluruhan luas lahan pertanian dan merupakan salah satu sumber potensial penyedia bahan pangan yang bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Lahan pekarangan tersebut sebagian besar masih belum dimanfaatkan sebagai areal pertanaman aneka komoditas pertanian, khususnya komoditas pangan. Berdasarkan hasil pengamatan Badan Litbang Pertanian, perhatian petani atau warga masyarakat terhadap pemanfaatan lahan pekarangan relatif masih terbatas, sehingga pemanfaatan dan pengembangan

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) …

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) …

1

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL)

KABUPATEN PANGKEP

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ketahanan pangan (food security) telah menjadi perhatian bagi Pemerintah

Indonesia dua tahun terakhir. Berdasar Undang-undang No 7 tahun 1996 tentang

Pangan disebutkan bahwa “ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan

bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik

jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau”. Berdasar definisi tersebut,

terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga merupakan tujuan sekaligus sebagai

sasaran dari ketahanan pangan di Indonesia (Saliem, 2011).

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dan berbagai kalangan terkait

untuk mewujudkan ketahanan pangan melalui diversifikasi pangan, namun pada

kenyataannya tingkat konsumsi masyarakat masih bertumpu pada pangan utama

beras. Hal itu diindikasikan oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang belum sesuai

harapan, dan belum optimalnya pemanfaatan sumber bahan pangan lokal dalam

mendukung penganekaragaman konsumsi pangan (BKP, 2010).

Salah satu potensi yang bisa mendukung diversifikasi pangan yang selama ini

hampir terlupakan adalah pemanfaatan lahan pekarangan. Luas lahan pekarangan

secara nasional sekitar 10,3 juta ha atau 14 % dari keseluruhan luas lahan pertanian

dan merupakan salah satu sumber potensial penyedia bahan pangan yang bernilai

gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Lahan pekarangan tersebut sebagian besar

masih belum dimanfaatkan sebagai areal pertanaman aneka komoditas pertanian,

khususnya komoditas pangan. Berdasarkan hasil pengamatan Badan Litbang

Pertanian, perhatian petani atau warga masyarakat terhadap pemanfaatan lahan

pekarangan relatif masih terbatas, sehingga pemanfaatan dan pengembangan

Page 2: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) …

2

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan belum banyak dilakukan

sebagaimana yang diharapkan. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman

obat-obatan, tanaman pangan, tanaman hortikultura, ternak, ikan dan lainnya,

selain dapat memenuhi kebutuhan keluarga sendiri, juga berpeluang memperbanyak

sumber penghasilan rumah tangga, apabila dirancang dan direncanakan dengan

baik. Badan Litbang Pertanian melalui UK/UPT siap mendukung upaya optimalisasi

pemanfaatan lahan pekarangan melalui dukungan inovasi teknologi dan bimbingan

teknis.

Presiden RI berturut-turut menyampaikan arahannya agar memanfaatkan

pekarangan untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga, antara lain pada

Konferensi Dewan Ketahanan Pangan Oktober 2010, kemudian pada acara Gerakan

Nasional Pencanangan Anomali Iklim di Sidoarjo, 14 Januari 2011, dan Pencanangan

Gerakan Perempuan Optimalisasi Pekarangan di Pontianak. Pencanangan Gerakan

Rumah Pangan Lestari secara nasional oleh Presiden dilaksanakan saat berkunjung

ke Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) Kayen, kabupaten Pacitan.

Arahan Presiden tersebut ditindaklanjuti oleh Kementan dan memberikan arahan

kepada Badan Litbang Pertanian untuk membuat suatu percontohan pemanfaatan

lahan pekarangan. Kemudian dirancang suatu model yang selanjutnya dikenal

dengan “Model Kawasan Rumah Pangan Lestari” (MKRPL). Model ini kemudian

menjadi program nasional yaitu KRPL, adalah kawasan desa/kampung/RW/RT yang

di dalamnya terdapat Rumah Pangan Lestari (RPL), yaitu rumah yang menerapkan

pemanfaatan pekarangan secara intensif dan ramah lingkungan untuk pemenuhan

kebutuhan pangan dan gizi keluarga, sehingga menghemat pengeluaran, serta pada

akhirnya akan meningkatkan kesejahteraannya. Pemanfaatan pekarangan tersebut

juga dirancang untuk meningkatkan konsumsi aneka ragam sumber pangan lokal

dengan prinsip gizi seimbang yang diharapkan berdampak menurunkan konsumsi

beras. Melalui penanaman dan pengelolaan sumber pangan lokal tersebut, maka

petani dan masyarakat telah melakukan pelestarian tanaman pangan yang sangat

bermanfaat bagi kehidupan masa depan. Siklus penanaman, pemeliharaan, panen

dan konsumsi dalam rancangan pemanfaatan pekarangan harus berlangsung tanpa

putus, sehingga memerlukan dukungan kebun benih/bibit yang mampu memenuhi

Page 3: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) …

3

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

kebutuhan. Dengan demikian, terciptalah Rumah Pangan Lestari yang akan

mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga, melakukan upaya diversifikasi

pangan berbasis sumber daya lokal, sekaligus pelestarian sumber daya genetik

pangan untuk masa depan dan tercapai pula upaya peningkatan kesejahteraan.

1.2. Tujuan

1. Melaksanakan MKRPL di kampung Kondeng, kelurahan Minasate’ne,

kecamatan Minasate’ne, kabupaten Pangkep, untuk meningkatkan

keterampilan keluarga dan masyarakat dalam memanfaatkan pekarangan

untuk budidaya tanaman pangan, sayuran, buah dan tanaman obat

keluarga (toga), mengembangkan/menerapkan pengolahan hasilnya serta

pemeliharaan ternak dan ikan.

2. Menyebarluaskan perspektif baru tentang potensi lahan pekarangan/halaman

dan ruang terbuka sekitar rumah sebagai alternatif sumber pangan

keluarga dalam menjawab ancaman krisis pangan dan perubahan iklim.

3. Mengembangkan kegiatan ekonomi produkstif keluarga dan menciptakan

lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri.

1.3. Keluaran

1. Model KRPL Lestari Indah terwujud dengan partisipan 30 KK di Kampung

Kondeng, kelurahan Minasa Te’ne, kecamatan Minasa Te’ne, kabupaten

Pangkep.

2. Peningkatan pemahaman masyarakat tentang pemanfaatan pekarangan

sebagai alternatif sumber gizi keluarga.

1.4. Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah terselengaranya

pengembangan MKRPL dalam rangka peningkatan kemampuan keluarga dan

masyarakat secara ekonomi dan sosial, dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi

secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang mandiri dan sejahtera.

1.5. Manfaat

Page 4: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) …

4

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

1. Menjamin kesinambungan persediaan pangan dan gizi keluarga dengan

pemanfaatan lahan pekarangan untuk menanam tanaman pangan, sayuran,

buah-buahan dan toga, serta memeliharan ternak dan ikan.

2. Berkembangnya berbagai inovasi hasil Badan Litbang Pertanian dalam upaya

peningkatan produktivitas dan kontribusinya terhadap peningkatan ketahanan

pangan, melalui M-KRPL di Kampung Kondeng, kelurahan Minasa Te’ne,

kabupaten Pangkep.

II. TINJAUAN PUSTAKA

a. Konsep dan Batasan (Mardharini, dkk., 2011)

1. Rumah Pangan Lestari: rumah yang memanfaatkan pekarangan secara

intensif melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal secara bijaksana, yang

menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan

meningkatkan kualitas, nilai dan keanekaragamannya.

2. Penataan Pekarangan: ditujukan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-

besarnya melalui pengelolaan lahan pekarangan secara intensif dengan tata letak

sesuai dengan pemilihan komoditas.

3. Pengelompokan Lahan Pekarangan: Dibedakan atas pekarangan perkotaan

dan perdesaan, masing-masing memiliki spesifikasi baik untuk menetapkan

komoditas yang akan ditanam, besarnya skala usaha pekarangan, maupun cara

menata tanaman, ternak, dan ikan.

- Pekarangan Perkotaan : Pekarangan perkotaan dikelompokkan menjadi 4,

yaitu: (1) Perumahan Tipe 21, dengan total luas lahan sekitar 36 m2; (2)

Perumahan Tipe 36, luas lahan sekitar 72 m2; (3) Perumahan Tipe 45, luas

lahan sekitar 90 m2; dan (4) Perumahan Tipe 54 atau 60, luas lahan sekitar

120 m2.

- Pekarangan Perdesaan: Pekarangan perdesaan dikelompkkan menjadi 4,

yaitu (1) pekarangan sangat sempit (tanpa halaman), (2) pekarangan sempit

(<120 m2), (3) pekarangan sedang (120-400 m2), dan (4) pekarangan luas

(>400 m2).

Page 5: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) …

5

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

4. Pemilihan komoditas: ditentukan dengan mempertimbangkan pemenuhan

kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta kemungkinan pengembangannya

secara komersial berbasis kawasan. Komoditas untuk pekarangan antara lain:

sayuran, tanaman rempah dan obat, serta buah (pepaya, belimbing, jambu biji,

srikaya, sirsak). Pada pekarangan yang lebih luas dapat ditambahkan kolam ikan

dan ternak.

5. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Model KRPL), diwujudkan dalam

satu dusun (kampung) yang telah menerapkan prinsip RPL dengan

menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas

umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dll), lahan terbuka hijau, serta

mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Suatu kawasan harus

menentukan komoditas pilihan yang dapat dikembangkan secara komersial,

dilengkapi dengan kebun bibit.

b. Manfaat sayuran dan buah-buahan serta tanaman obat sebagai tanaman pekarangan

Sayuran dan buah merupakan bahan makanan yang mengandung gizi

lengkap dan menyehatkan. Warna yang terdapat dalam buah dan sayuran bukanlah

sekedar pembeda antara satu jenis dengan jenis lainnya, namun merupakan sumber

informasi nutrisi gizi yang dikandungnya. Sayuran yang berwarna hijau sangat kaya

akan sumber karoten (provitamin A). semakin hijau sebuah sayuran, semakin tinggi

kandungan karotennya. Beta karoten bermanfaat menghambat proses penuaan dini,

meningkatkan fungsi paru-paru, mencegah kanker, dan menurunkan komplikasi

pada penderita diabetes. Sayuran hijau tua yang mudah didapat di sekitar Alpokat,

Belimbing, Apel, Jambu, Jeruk, Mangga, dan Pepaya. Vitamin E dapat diperoleh

dengan mengkonsumsi kecambah (Toge).

Selain karoten, sayuran dan buah juga mengandung berbagai vitamin,

diantaranya antioksidan. Antioksidan dalam sayuran dan buah mampu bekerja

dalam meningkatkan dan menghancurkan radikal bebas dalam tubuh, sehingga

mampu melindungi tubuh dari reaksi oksidatif yang menghasilkan racun, seperti

racun dari asap rokok, asap kendaraan dll.

Page 6: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) …

6

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Kandungan rendah lemak, garam, dan gula pada sayuran dan buah sangat

baik bagi orang yang menjalankan program diet. Kandungan serat alami dalam

sayuran dan buah sangat bermanfaat bagi tubuh terutama pada sistem pencernaan.

Serat pangan (dietary fiber) dari berbagai sayuran, buah-buahan, serealia, dan

kacang-kacangan berperan untuk mencegah timbulnya berbagain penyakit yang

berkaitan dengan proses pencernaan. Buah dan sayuran juga mengandung banyak

fitokimia (bahan kimia tanaman). Steinmetz dan Potter (1991 dalam Muchtadi, 2012)

mengidentifikasi lebih dari selusi kelas bahan kimia yang terkandung dalam tanaman

dan dapat aktif secara biologis, yang dikenal sebagai senyawa fitokimia. Zat ini aktif

dan dapat membantu melindungi tubuh dari serangan berbagai penyakit. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dengan sering mengkonsumsi sayuran dan buah

maka dapat mengurangi resiko terjadinya serangan penyakit diabetes, stroke,

kanker, dan hipertensi.

Semua jenis buah mengandung banyak mineral, diantaranya Kalium (K),

Kalsium (Ca), Natrium (Na), dan zat Besi (Fe). Buah yang banyak mengandung Ca

diantaranya adalah Srikaya, Sawo, Arbai, Nangka, Jeruk nipis, dan Salak. Dalam

buah juga terdapat Fosfor dan Folat. Folat yang terdapat dalam buah dan sayuran

dapat mengurangi tingkat darah homocysteine, yaitu suatu jenis zat yang dapat

menjadi factor resiko terjadinya jantung koroner (http://superampuh.com/manfaat-

sayur-dan-buah-buahan).

Tomat mengandung likopen yang merupakan karotenoid utama buah tomat

yang berperan dalam penurunan resiko timbulnya kanker (Gerster, 1997 dalam

Muchtadi, 2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengkonsumsi

produk tomat sepuluh kali atau lebih per minggu mempunyai resiko terkena kanker

prostat 50% lebih rendah (Giovannuci et al,. 1995 dalam Muchtadi, 2012). Penyakit

kanker lain yang berhubungan terbalik dengan kadar likopen dalam serum atau

jaringan, antara lain kanker payudara, saluran cerna, serviks, kantung empedu dal

kulit (Cliton, 1998 dalam Muchtadi, 2012), serta mungkin kanker paru-paru (Li et al.,

1997 dalam Muchtadi, 2012).

Komponen sulfur pada bawang-bawangan berfungsi untuk mencegah

agregasi platelet dan menurunkan kadar kolesterol.

Page 7: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) …

7

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Tanaman kelor disebut pohon ajaib (miracle tree) karena sangat kaya

nutrisi, dan banyak digunakan untuk pengobatan. Digunakan dalam program

pengentasan rawan gizi, di beberapa negara di Benua Afrika dan di India. Daun

marungga atau kelor mengadung vitamin C, 7 kali lebih tinggi dari yang terdapat

dalam jeruk, vitamin A, 3-4 kali dari yang terdapat pada wortel, Kalsium, 4 x

dari yang terkandung dalam air susu, protein, 2 x dari yang terkandung dalam air

susu, dan potasium, 3 x dari yang terkandung dalam pisang. Biji mengandung

minyak yang dapat diekstrak sebagai minyak nabati (minyak makan), atau bahkan

dapat dicampur dengan Bio-diesel asal tanaman jarak pagar sebagai BBM.

Taman obat keluarga (TOGA) adalah tanaman hasil budidaya yang

berkhasiat sebagai obat. Banyak jenis tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat,

dan mudah dibudidayakan di pekarangan, diantaranya Sansivera, Lidah buaya,

Tapak dara, sambiloto, binahong, daun kembang sepatu, daun katuk, kencur, jahe,

kunyit, temu lawak dll. Kurkumin pada rimpang kunyit dan I-tumeron pada rimpang

temulawak berkhasiat untuk pengobatan berbagai penyakit.

c. Pola Pangan Harapan (PPH)

Pola Pangan Harapan (Desireable Dietary Pattern) adalah susunan beragam

pangan yang didasarkan pada sumbangan atau kontribusi energi dan kelompok

pangan utama (baik secara absolut maupun relatif) dan suatu pola ketersediaan

atau pola konsumsi pangan. FAO-RAPA (1989) mendefinisikan Pola Pangan Harapan

adalah “komposisi kelompok panganutama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi

kebutuhan energi dan zat gizi lainnya”. Dengan pendekatan Pola Pangan Harapan

dapat dinilai mutu pangan penduduk berdasarkan skor pangan (dietary score). Pola

Pangan Harapan berguna sebagai instrumen sederhana menilai situasi ketersediaan

dan konsumsi pangan berupa jumlah dan komposisi menurut jenis pangan secara

agregat. Semakin tinggi skor mutu pangan, menunjukkan situasi pangan yang

semakin beragam dan semakin baik komposisi dan mutu gizinya (skor pangan

maksimal 100). Skor pangan tahun 2010 mencapai 84,5. Sasaran skor PPH tahun

2015 adalah 95 (Anonim, 2012).

III. METODE PELAKSANAAN

3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Page 8: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) …

8

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Kegiatan dilakukan di kampung Kondeng, kelurahan Minasa Te’ne,

kecamatan Minasa Te’ne, kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan pada posisi

koordinat 120o 01l 51ll BT dan 5o 32l 31ll LS. Pelaksanaan dimulai pada bulan Maret

sampai Desember 2012. Jarak lokasi kegiatan dari kota Makassar ± 50 km,

sedangkan jarak lokasi kegiatan dari pusat kota Pangkep ± 1,0 km.

3.2. Ruang Lingkup

Pelaksanaan kegiatan pembangunan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari

di kabupaten Pangkep tahun 2012 terdiri dari beberapa tahapan, yakni:

a. Persiapan meliputi : pengumpulan informasi mengenai potensi sumberdaya

wilayah dan kelompok sasaran, yang dilakukan melalui metode PRA; koordinasi

dengan Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPPKP)

kabupaten Pangkep untuk membuat kesepakatan calon kelompok sasaran dan

lokasi; pembuatan TOR; dan Proposal kegiatan.

b. Pembentukan kelompok sasaran: yakni kelompok rumah tangga dalam satu

Rukun Tetangga atau Rukun warga atau dalam satu dusun/kampung, dengan

melibatkan 25 rumah tangga. Klassifikasi kegiatan menurut strata luas

kepemilikan lahan akan ditentukan berdasarkan hasil PRA.

d. Sosialisasi: dilakukan untuk menyampaikan maksud dan tujuan

kegiatan terhadap kelompok sasaran, pemuka masyarakat, serta instansi

pelaksana terkait.

e. Membuat rancang bangun pemanfaatan pekarangan dengan

menanam berbagai jenis tanaman pangan, sayuran, tanaman obat, ikan, ternak,

dan pengolahan limbah rumah tangga.

f. Pelatihan: dilakukan sebelum dan selama kegiatan berlangsung.

Kegiatan pelatihan bersifat pembinaan sumberdaya manusia terutama bertujuan

untuk meningkatkan kemampuan setiap peserta dalam mengelola lahan

pekarangan. Pelatihan meliputi teknik budidaya, pembuatan

kompos/pengelolaan limbah, dan penguatan kelembagaan kelompok.

g. Pelaksanaan dan pengawalan teknologi serta kelembagaan. Kegiatan

dilakukan oleh anggota kelopmok sasaran dibawah bimbingan peneliti,

Page 9: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) …

9

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

penyuluh, dan teknisi. Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan pembuatan Kebun

Bibit Desa (KBD).

h. Monitoring dan evaluasi: dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan

kegiatan, menilai kesesuaian pelaksanaan dengan rencana kegiatan.

i. Pelaporan : dilakukan pada akhir kegiatan.

3.3. Tahapan Pelaksanaan

a. Rencana pelaksanaan MKRPL di kabupaten Pangkep diawali dengan pertemuan

koordinasi dengan Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan

(BP2KP) kapupaten Pangkep.

b. Penentuan lokasi kegiatan: Hasil koordinasi Kepala BP2KP disepakati bahwa

MKRPL tahun 2012 di tempatkan di kampung Kondeng, kelurahan Minasa Te’ne,

kecamatan Minasa Te’ne, kabupaten Pangkep, yang melibatkan 25-30 rumah

tangga.

c. Sosialisasi: dilakukan terhadap penyuluh dan calon peserta, serta pihak terkait

untuk memberi gambaran dan penjelasan mengenai kegiatan MKRPL, dan

fasilitas apa yang akan mereka dapatkan dari kegiatan ini.

d. Pelaksanaan PRA.

e. Observasi Lapang. Dilakukan kunjungan langsung ke masing-masing rumah

tangga calon peserta untuk mendapatkan gambaran kondisi masing-masing

rumah dan pekarangan mereka. Data yang diperoleh kemudian dianalisis

sebagai pendukung penentuan Model KRPL yang akan dibangun.

f. Pembentukan Kelompok Wanita Tani (KWT). Kelompok sasaran adalah rumah

tangga atau kelompok rumah tangga dalam satu Rukun tetangga, Rukun warga

atau satu dusun/kampong. Pendekatan yang digunakan adalah partisipatif,

dengan melibatkan kelompok sasaran, tokoh masyarakat, dan perangkat desa.

Kelompok dibentuk dari, oleh, dan untuk kepentingan para anggota kelompok

itu sendiri. Dengan cara berkelompok akan tumbuh kekuatan gerak dari para

anggota dengan perinsip keserasian, kebersamaan, dan kepemimpinan dari

mereka sendiri.

Page 10: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) …

10

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

g. Pembuatan Kebun Bibit Desa (KBD): KBD merupakan unit produksi benih dan

bibit untuk memenuhi kebutuhan pekarangan dalam membangun Rumah

Pangan Lestari (RPL) maupun kawasan. KBD bertujuan untuk mengembangkan

sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan pemanfaatan pekarangan. KBD

ditempatkan di halaman samping rumah ibu Raoda (Ketua KWT Lestari Indah)

sesuai kesepakan anggota KWT. Mula-mula dilakukan pengolahan tanah dan

pembersihan rumput. Selanjutnya di buat plot dengan ukuran lebar 1,2 m dan

panjang 7 m setiap plot. Plot/bedengan dibuat dengan arah Timur-Barat.

Pinggiran plot diberi bambu sebagai penahan tanah agar tanah tidak terbawa air

pada saat penyiraman tanaman. Bersamaan dengan pembuatan bedengan, juga

dibangun rumah bibit berukuran 3 m x 4 m yang diberi atap plastik UV dan

dinding dari net plastik (daring). Rumah bibit ini sebagai tempat pesemaian dan

pemeliharaan bibit berbagai jenis sayuran seperti cabai, terong, tomat, seledri,

dan caisim.

h. Penataan Pekarangan: penataan pekarangan disesuaikan dengan kondisi

pekarangan masing-masing peserta.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum KRPL Pangkep

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) yang pertama kali di

Sulawesi Selatan ditempatkan di Kabupaten Pangkep pada tahun 2011. Pada

awalnya KRPL di kabupaten ini terdiri dari dua kawasan yaitu kawasan pedesaan dan

kawasan perkotaan. Kawasan pedesaan terletak di desa Lesang, kecamatan

Minasate’ne, sedangkan kawasan perkotaan terletak di Kelurahan Bungoro, kec.

Bungoro. Setiap kawasan terdiri dari 30 KK.

Respon pemerintah daerah terhadap program MKRPL cukup tinggi, karena

program ini sangat mendukung misi Pemerintah kabupaten Pangkep untuk

menjadikan Pangkep sebagai daerah penghasil berbagai produk pertanian. Oleh

karena itu, pada tahun 2012 PEMDA Pangkep melalui Badan Pelaksana Penyuluhan

dan Ketahanan Pangan (BPPKP) kabupaten Pangkep menganggarkan dana

Page 11: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) …

11

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

pengembangan KRPL sebesar Rp. 400.000.000,- yang dialokasikan ke 50 desa

(1.000 KK) di 11 kecamatan, kab. Pangkep. Pada bulan Maret 2012, Kepala Badan

Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan kab. Pangkep, Peneliti BPTP dan

Ketua/Wakil Pembina PKK kab. Pangkep bersama-sama melakukan sosialisasi MKRPL

di 8 kecamatan se kabupaten Pangkep.

Kegiatan MKRPL Kab. Pangkep tahun 2012 dilaksanakan di Kampung

Kondeng, kelurahan Minasate’ne, Kecamatan Minasate’ne. berlangsung pada bulan

Maret sampai Desember 2012. Lokasi kegiatan berjarak 1.0 km dari pusat kota

Pangkep dengan aksesibilitas baik. Pemilihan lokasi berdasarkan petunjuk BPPKP

kabupaten Pangkep, dengan pertimbangan lokasi tersebut berdekatan dengan lokasi

MKRPL tahun 2011 kawasan pedesaan, sehingga akan terbentuk satu kawasan yang

lebih luas. Dukungan Pemerintah Daerah terutama Bupati, Wakil Bupati Pangkep,

Lembaga Legislatif, serta antusiasme calon peserta KRPL yang tinggi menjadi

indikator utama keberhasilan pelaksanaan MKRPL di Kabupaten Pangkep.

4.2. Sosialisasi dan Koordinasi

Pelaksanaan MKRPL kabupaten Pangkep tahun 2012 diawali dengan kegiatan

koordinasi dengan Dinas Pertanian dan Peternakan kabupaten Pangkep dan BPPKP

kabupaten Pangkep. Selanjutnya dilakukan sosialisasi kepada calon peserta sekaligus

pembentukan kelompok Wanita Tani (KWT). Atas prakarsa Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian (BPTP), Petugas Penyuluhan Lapangan Kabupaten Pangkep dan

Tokoh Masyarakat setempat, pada tanggal 24 April 2012 telah dibentuk KWT yang

diberi nama Lestari Indah. Pengurus KWT Lestari Indah ini terdiri dari Ketua: Ibu

Raoda, Sekretaris : Ibu Samsiah. Kegiatan sosialisasi dihadiri oleh perwakilan dari

BPPKP kabupaten Pangkep, Staf Kelurahan, koordinator BKP Minasate’ne dan staf

penyuluh, Tokoh masyarakat setempat, serta calon peserta KRPL seperti terekam

dalam Gambar 1.

Page 12: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) …

12

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Gambar 1. Kegiatan sosialisasi MKRPL di Kab. Pangkep dan pembetukan KWT

Lestari Indah

4.3. Pelatihan

Sebelum penataan pekarangan dan pembuatan KBD, terlebih dahulu

dilakukan pelatihan teknik budidaya tanaman sayuran dan pembuatan kompos

jerami. Pada saat pelatihan juga dibagikan benih berbagai macam sayuran dan

talang wadah tanaman ke peserta KRPL (Gambar 2). Metode pelatihan dilakukan

dengan praktik langsung melakukan pesemaian berbagai jenis sayuran (Cabai,

tomat, terong, caisim, seledri) dan pembuatan kompos jerami. Ibu-ibu KWT Lestari

Indah sangat antusias melakukan praktik seperti terekam pada Gambar 3. Kegiatan

pelatihan/praktik budidaya tanaman, terutama sayuran dilaksanakan secara

bertahap sesuai dengan tahapan budidaya/perkembangan tanaman (pesemaian,

pencampuran media tanam, pengisian polybag/wadah lainnya, pembumbunan,

penanaman, dan pemeliharaan tanaman) selama kegiatan MKRPL berlangsung.

Page 13: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) …

13

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Gambar 2. Visualisasi berbagai jenis benih tanaman sayuran dan talang wadah

tanaman sayuran yang diserahkan ke KWT Lestari Indah untuk pengembangan MKRPL Pangkep 2012

Gambar 3. Peserta melakukan pesemaian berbagai jenis sayuran (Kiri) dan

pembuatan kompos jerami (kanan)

4.4. Pembuatan Kebun Bibit Desa (KBD)

KBD dari MKRPL kelurahan Minasate’ne (KWT Lestari Indah) berada di bagian

samping pekarangan ibu Raodah, seluas 100 m2. KBD memiliki pembibitan aneka

sayuran (caisim, tomat, cabai, mentimun, terong, seledri, selada) dan kebun

kelompok. Kebun kelompok berisi percontohan budidaya sayuran (kangkung,

bayam, terong, tomat, cabai besar, caisim, buncis tegal, kacang panjang, mentimun)

dalam bedengan, polybag, vertikultur (seledri, caisim, kangkung), dan tanaman obat

keluarga (Gambar 4). Kebun kelompok berfungsi sebagai tempat belajar anggota

kelompok dan masyarakat yang berkunjung. Pelatihan tentang budidaya sayuran,

TOGA, dan pembibitan berlangsung di KBD. Untuk perawatan dan pengelolaan KBD

dilaksanakan pembagian tugas oleh ibu-ibu KWT. Selain budidaya sayuran, juga

Page 14: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) …

14

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

terdapat kolam ikan sebagai percontohan budidaya ikan lele. Kolam ikan dibuat

dibagian samping pekarangan ibu Samsiah (Gambar 5).

Page 15: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) …

15

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Gambar 4. Pembibitan berbagai jenis sayuran di rumah bibit dan percontohan

budidaya sayuran dalam bedengan di KBD

Page 16: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) …

16

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Gambar 5. Percontohan budidaya ikan Lele di kolam. Pelepasan bibit ikan oleh PPL

dan ibu KWT (kiri)

4.5. Penataan Pekarangan Rumah Warga

Penataan pekarangan disesuaikan dengan model dan luas pekarangan

peserta, sehingga model rak vertikultur mengikuti kondisi pekarangan, demikian pula

tanaman dalam bedengan. Pada umumnya, pekarangan bagian depan rumah ditata

dengan rak vertikultur yang berisi pot/polibag, panci bekas, kemasan minyak

goreng/sabun ditanami berbagai jenis sayuran seperti tomat, terong, cabai, selediri,

selada, caisim, kangkung, dan bayam. Sedangkan pekarangan bagian samping atau

belakang rumah, penanaman sayuran di bedengan dengan sayuran seperti

mentimum, paria, terong, Oyong, kecang panjang, dan buncis, serta ada beberapa

yang sudah menanam tanaman buah seperti buah Naga, Sirsak, dan Mangga.

Halaman rumah warga yang tadinya ditanami dengan tanaman seadanya, kini

menjadi pekarangan produktif yang menghasilkan berbagai jenis sayuran sebagai

sumber penganekaragaman konsumsi dan gizi keluarga. Berbagai contoh model

penataan pekarangan KWT Lestari Indah dapat dilihat pada Gambar 6. Berdasarkan

hasil wawancara, kebutuhan mereka akan sayuran sudah terpenuhi bahkan berlebih

dengan penghematan rata-rata Rp. 150.000-300.000,- per bulan. Penghematan ini

dihitung berdasarkan pengeluaran rata-rata mereka untuk membeli sayuran sebesar

Rp 5.000,- 10.000/hari sebelum ada KRPL. Kita tidak beli lagi sayuran, kecuali jika

kita mau makan sayuran yang tidak ada ditanam di KRPL seperti nangka muda dan

wortel, “tutur ibu-ibu peserta KRPL”. Jenis sayuran yang paling produktif adalah

terong ungu, namun yang paling disukai oleh peserta adalah caisim, karena

Page 17: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) …

17

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

pertumbuhan caisim cepat, bisa dibuat sayuran tumis sendiri, dicampur dengan mie

atau dengan sayuran lain, serta volume per pohon banyak. Di panen tiga pohon saja

sudah cukup disantap sekeluarga bu, “kata peserta bersahutan”.

Produksi sayuran peserta KRPL sebetulnya sudah melebihi kebutuhan

keluarga mereka, terutama terong dan cabai keriting, hanya saja mereka belum mau

menjual dengan alasan belum seberapa nilainya, sehingga mereka lebih cenderung

memberikan keluarga sebagai buah tangan jika ada yang berkunjung ke tempat

mereka.

Tanaman lokal yang memiki potensi untuk dikembangkan adalah kelor.

Selama ini kelor sudah banyak ditanam sebagai tanaman pagar, namun sebagian

masyarakat belum mengetahui kandungan gizi pada kelor, sehingga banyak yang

tidak memperhatikan daun kelor untuk dikonsumsi. Namun setelah dilakukan

sosialisasi manfaat dan kandungan gizi kelor, masyarakat sudah mulai

memperhatikan tanaman yang satu ini.

Manfaat RPL terhadap peserta juga tersirat dari hasil perhitungan PPH yang

meningkat. Skor PPH sebelum ada KRPL tercatat 64,7 meningkat menjadi 86,2

setelah pelaksanaan KRPL.

Tabel 1. Perhitungan PPH sebelum pelaksanaan kegiatan KRPL

No. Kelompok Pangan Energi Aktual

% AKE Bobot Skor AKE

Skor maksim

um

Skor PPH

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Padi-padian

Umbi-umbian

Pangan hewani

Minyak dan lemak

Buah/biji

berminyak

Kacang-kacangan

Gula

Sayur dan buah

Lain-lain

1.843

0,00

164

435

0,00

0,00

68,00

69,00

16,00

92,15

0,0

8,2

21,75

0,0

0,0

3,40

3,45

0,8

0,5

0,5

2,0

0,5

0,5

2,0

0,5

5,0

0,0

46,0

0,0

16,40

10,875

0,0

0,0

1,7

17,25

0,0

25

2,5

24

5,0

1,0

10,0

2,5

30,0

0,0

25

0

16

5

0

0

1,7

17

0

Total 2.595 134,75 92,30 00,00 64,7

Page 18: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) …

18

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Hasil perhitungan PPH sebelum dan sesudak pelaksanaan KRPL di kabupaten

Pangkep disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 2. Perhitungan PPH setelah pelaksanaan kegiatan KRPL

No. Kelompok Pangan Energi

Aktual

% AKE Bobot Skor

AKE

Skor

maksimum

Skor

PPH

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Padi-padian

Umbi-umbian

Pangan hewani

Minyak dan lemak

Buah/biji berminyak

Kacang-kacangan

Gula

Sayur dan buah

Lain-lain

1.865

0,00

491

871

0,00

0,00

91,00

213

194

93,25

0,0

4,55

43,50

0,0

0,0

4,55

0,65

9,70

0,5

0,5

2,0

0,5

0,5

2,0

0,5

5,0

0,0

47,0

0,0

49,10

21,75

0,0

0,0

2,275

53,250

0,0

25

2,5

24

5,0

1,0

10,0

2,5

30,0

0,0

25

0

24

5

0

0

2,2

30

0

Total 3.724 186,20 92,30 00,00 86,2

Page 19: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) …

19

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Gambar 6. Berbagai model penataan pekarangan peserta MKRPL KWT Lestari Indah kab.

Pangkep.

Page 20: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) …

20

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Gambar 7. Visualisasi Acara Temu Lapang

4.6. MASALAH-MASALAH YANG DITEMUKAN DALAM PENGEMBANGAN KRPL

Masalah-masalah yang ditemukan selama pelaksanaan MKRPL Pangkep antara lain

adalah:

- Keterbatasan tanah top soil yang bisa dimanfaatkan untuk media tanam di

pot, polybag, atau wadah lainnya.

- Limbah tanaman seperti jerami yang bisa diolah menjadi bahan organik dan

dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi tanaman agak terbatas, karena jerami

dimanfaatkan juga untuk pakan ternak.

- Pada waktu tertentu yaitu saat musim tanam dan panen padi, anggota

peserta KRPL mencurahkan waktu dan tenaga untuk menanam dan panen

padi, sehingga aktivitas di KRPL terhenti sementara.

- Pada musim kemarau, air di lokasi KRPL terbatas sehingga kebutuhan

tanaman tidak tercukupi.

- Partisipasi anggota dalam memelihara tanaman di KBD masih kurang, jika

dibagikan benih mereka menyemai masing-masing di pekarangannya,

sehingga pemeliharaan tanaman di KBD umumnya dilakukan oleh ketua dan

sekretais kelompok saja.

- Adanya jenis hama yang merupakan faktor penghambat produksi terutama

hama Lalat Buah. Hama ini bersifat poly fag artinya dapat menyerang

berbagai jenis tanaman buah tanaman seperti mentimun, paria, oyong,

cabai, tomat, dan terong. Selain lalat buah, hama Aphid juga banyak

dijumpai teutama pada pucuk/daun muda. Hama ini tidak terlalu merusak

secara langsung, namun berpotensi sebagai vektor virus.

Page 21: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) …

21

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

V. KESIMPULAN

- Masyarakat Kampung Kondeng, kelurahan Minasa Te’ne, kecamatan Minasa

Te’ne, kabupaten Pangkep, khususnya KWT Lestari Indah telah

memberdayakan lahan pekarangannya untuk budidaya berbagai jenis tanaman

sayuran, tanaman obat, dan buah-buahan.

- Kegiatan MKRPL telah dirasakan manfaatnya oleh warga/masyarakat

kabupaten Pangkep, terutama KWT Lestari Indah. Meskipun hasil panen masih

untuk memenuhi gizi keluarga, namun sudah terjadi penghematan biaya

pembelian sayuran antara Rp. 5.000 – 10.000 atau rata-rata Rp. 150.000 -

300.000,-/rumah tangga per bulan.

- Respon Pemda terhadap Program MKRPL sangat baik, terbukti KRPL di

kabupaten ini telah direplikasi di 53 desa, dan sebagian besar sudah menjual

produksi sayurannya ke “Pa’gandeng” pedagang sayur keliling (Laporan lisan

Kepala BPPKP Kabupaten Pangkep).

- PPH peserta sebelum pelaksanaan KRPL 64,7 meningkat menjadi 86,2 setelah

ada kegiatan KRPL. Peningkatan ini terutama karena konsumsi sayuran

meningkat.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Metode Perhitungan Pola Pangan Harapan (PPH) salah satu indicator

M-KRPL.

Badan Ketahanan Pangan (BKP). 2010. Perkembangan Situasi Konsumsi Penduduk

di Indonesia.

Kementerian Pertanian, 2011. Pedoman umum model kawasan rumah

pangan lestari. Jakarta 42 Hlm.

Mardharini, M. Ketut, K., Zakiyah, Dalmadi dan A. Susakti. 2011. Petunjuk

Pelaksanaan Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Balai

Besar dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor.

Muchtadi. 2012. Pangan Fungsional dan Senyawa Bioaktif. Alfabeta, Bandung. 252

hlm

Rachman, Handewi. P.S. dan M. Ariani. 2007. Penganekaragaman Konsumsi Pangan

di Indonesia: Permasalahan dan Implikasi untuk Kebijakan dan Program.

Page 22: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) …

22

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Makalah pada “Workshop Koordinasi Kebijakan Solusi Sistemik Masalah

Ketahanan Pangan Dalam Upaya Perumusan Kebijakan Pengembangan

Penganekaragaman Pangan“, Hotel Bidakara, Jakarta, 28 November 2007.

Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia.

Saliem H.P. 2011. Kawasan rumah pangan lestari (KRPL): Sebagai Solusi

Pemantapan Ketahanan Pangan. 10 hlm.

Simatupang, P. 2006. Kebijakan dan Strategi Pemantapan Ketahanan Pangan

Wilayah. Makalah Pembahas pada Seminar Nasional “Pemasyarakatan

Inovasi Teknologi Pertanian Sebagai Penggerak Ketahanan Pangan Nasional”

Kerjasama Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian,

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB dan Universitas Mataram, Mataram

5 – 6 September 2006.