33
BAB I PNEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal. Untuk dapat mengembangkan model pembelajaran yang efektif maka setiap guru harus memiliki pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep dan cara-cara pengimplementasian model – model pembelajaran tersebut dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif memiliki keterkaitan dengan tingkat pemahaman guru terhadap perkembangan dan kondisi siswa di kelas. Demikian juga pentingnya pemahaman guru terhadap sarana dan fasilitas sekolah yang tersedia, kondisi kelas dan beberapa faktor lain yang terkait dengan pembelajaran. Tanpa pemahaman terhadap berbagai kondisi ini, model yang dikembangkan guru cenderung tidak dapat meningkatkan

Model Pembelajaran CTL

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas kuliah

Citation preview

Page 1: Model Pembelajaran CTL

BAB I

PNEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru

mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada

peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses

pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya

bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan

siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat

meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal. 

Untuk dapat mengembangkan model pembelajaran yang efektif maka

setiap guru harus memiliki pengetahuan yang memadai berkenaan dengan

konsep dan cara-cara pengimplementasian model – model pembelajaran

tersebut dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif

memiliki keterkaitan dengan tingkat pemahaman guru terhadap perkembangan

dan kondisi siswa di kelas. Demikian juga pentingnya pemahaman guru

terhadap sarana dan fasilitas sekolah yang tersedia, kondisi kelas dan beberapa

faktor lain yang terkait dengan pembelajaran. Tanpa pemahaman terhadap

berbagai kondisi ini, model yang dikembangkan guru cenderung tidak dapat

meningkatkan peran serta siswa secara optimal dalam pembelajaran, dan pada

akhirnya tidak dapat memberi sumbangan yang besar terhadap pencapaian

hasil belajar siswa.

Dewasa ini, masih terdapat sistem pembelajaran yang bersifat teoritis.

Sebagian besar siswa belum dapat menangkap makna dari apa yang mereka

peroleh dari pembelajaran untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari

hari. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa “pada umumnya siswa tidak

dapat menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dengan cara

pemanfaatan pengetahuan tersebut di kemudian hari“ (Gafur, 2003 : 1). Oleh

sebab itu, dalam kondisi seperti ini guru atau pendidik harus mampu

merancang sebuah pembelajaran yang benar-benar dapat membekali siswa

baik pengetahuan secara teoritis maupun praktik. Dalam hal ini, guru harus

Page 2: Model Pembelajaran CTL

pandai mencari dan menciptakan kondisi belajar yang memudahkan siswa

dalam memahami, memaknai, dan menghubungkan materi pelajaran yang

mereka pelajari. Salah satu alternatif jawaban permasalahan di atas, guru dapat

memilih model pembelajaran kontekstual.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk menulis

sebuah makalah yang berjudul “......” dalam pembelajaran dikelas.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan, antara lain:

1.2.1 apakah pengertian dari model pemnelajaran?

1.2.2 Apakah pengertian dari model pembelajaran

1.2.3 Bagaimanakah hubungan antara model pembelajaran CTL dengan

Psikologi pembelajaran?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini, yaitu:

1.3.1 untuk menjelaskan pengertian dari model pembelajaran

1.3.2 untuk menjelaskan pengertian dari model pembelajaran CTL

1.3.3 untuk mendeskripsikan hubungan antara model pembelajaran CTL

dengan Psikologi pembelajaran

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi Penulis

1.4.2 Bagi Pembaca

Page 3: Model Pembelajaran CTL

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Model Pembelajaran

2.2.1 Hakekar model pembelajaran

Seluruh aktivitas pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh

guru bermuara pada terjadinya proses belajar siswa. Dalam hal ini model –

model pembelajaran yang dipilih dan dikembangkan guru hendaknya dapat

mendorong siswa untuk belajar dengan mendayagunakan potensi yang

mereka miliki secara optimal. Model – model pembelajaran dikembangkan

utamanya beranjak dari adanya perbedaan berkaitan dengan berbagai

karakteristik siswa. Karena siswa memiliki berbagai karakteristik

kepribadian, kebiasaan – kebiasaan, modalitas belajar yang bervariasi antara

individu satu dengan yang lain, maka model pembelajaran guru juga harus

selayaknya tidak terpaku hanya pada model tertentu, akan tetapi harus

bervariasi.

Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong

tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan

meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan

bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa

mencapai hasil belajar yang lebih baik.

2.1.2 Pengertian Model Pembelajaran

Model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan

dibuat atau dihasilkan (Departemen P dan K, 1984:75 dalam

Sujianto,2008:7). Joyce & Weil (1980) dalam I Wayan Santyasa

(2007:4) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka

konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan

pembelajaran.

Gagne dan Briggs (1979:3) dalam Rushadi (2007:1)

mengemukakan bahwa, “Instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem

yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi

Page 4: Model Pembelajaran CTL

serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk

mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang

bersifat internal”. Menurut Asep Herry Hernawan dkk ( 2006 ;9.5 ) dalam

Suwarno (2009:32), “Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses

sebab-akibat.

Ahmad Sudrajad (2008:5) mengemukakan bahwa, “Model

pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang

tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

Dengan kata lain model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai

dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran.”

Menurut Udin Winataputra (1994) dalam Rachmad Widodo

(2009:2), “Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi

sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam

merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar.”

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model

pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal

sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru, dengan kata lain model

pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu

pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran

mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, prosedur

dan pendekatan. Dalam model pembelajaran mencakup strategi

pembelajaran yang digunakan, metode yang digunakan, dan pendekatan

pengajaran yang digunakan yang lebih luas dan meyeluruh.

Model Pembelajaran itu sendiri merupakan  suatu desain yang

menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang

memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau

perkembangan pada diri siswa. Ismail (2003) menyatakan  istilah Model

pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi

atau metode tertentu yaitu : 

1. Rasional Teoritik yang logis disusun oleh perancangnya,

Page 5: Model Pembelajaran CTL

2. Tujuan Pembelajaran yang akan dicapai,

3. Tingkah Laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan secara berhasil dan

4. Lingkungan belajar  yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat

tercapai.

Pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang dirangkai

menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah Model Pembelajaran. Jadi,

model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal

sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

2.2 Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

2.2.1 Pe ng e rt ia n Cont ex tua l T ea ch ing a nd L ea rnind (CTL)

Menurut Sanjaya (2005:109) dalam Sukarto (2009:3), Contextual

Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang

menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat

menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan

situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat

menerapkannya dalam kehidupan meraka.

Menurut Nurhadi dalam Sugianto (2008:146) “Pembelajaran

kontekstual (contextual teaching and learning-CTL) adalah konsep

belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang

diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya

dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri. Pengetahuan dan ketermpilan

siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan

dan ketermpilan baru ketika ia belajar”.

Sedangkan menurut Jhonson dalam Sugianto (2008:148)

“(contextual teaching and learning-CTL) adalah sebuah proses

pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di

dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara

menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks keadaan pribadi,

social dan budaya mereka.”.

Page 6: Model Pembelajaran CTL

Menurut Akhmad Sudrajad (2008:3),“Model pembelajaran (contextual

teaching and learning-CTL) merupakansuatu proses pendidikan yang

holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi

pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut

dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial,

dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang

secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan

/konteks ke permasalahan/ konteks lainnya”.

Elaine B. Johnson (2007:14) dalam Sukarto (2009:3) memberikan

penjelasan bahwa Contextual Teaching Learning (CTL) adalah sebuah

sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap

pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis

yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas

sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan

dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.

Dari beberapa definisi yang telah diuraikan, dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) adalah

model pembelajaran yang menghubungkan antara materi yang diajarkan

dan situasi dunia nyata siswa yang bertujuan membekali siswa dengan

pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan atau ditransfer dari

suatu permasalahan yang satu ke permasalahan yang lain dan dari konteks

satu ke konteks yang lain.

2.2.2 D a s a r T e o r i M o d e l P e m b e l a j a r a n C o nt e x t u a l T e a c hing a n d

L e a r n i n g ( C TL )

Para pendidik yang menyetujui pandangan ilmu pengetahuan

bahwa alam semesta itu hidup, tidak diam dan bahwa alam semesta

ditopang oleh tiga prinsip kesalingbergantungan, diferensiasi dan

organisai diri, seharusnya menerapkan pandangan dan cara berpikir baru

mengenai pembelajaran dan pengajaran. Menurut Jhonson dalam Sugianto

(2008:153) tiga pilar dalam sistem Contextual Teaching Learning (CTL),

yaitu:

Page 7: Model Pembelajaran CTL

1) Contextual Teaching Learning (CTL) mencerminkan prinsip

kesalingbergantungan. Kesalingbergantungan mewujudkan diri,

isalnya ketika para siswa bergabung untuk memecahkan masalah

dan ketika para guru mengadakan pertemuan dengan rekannya. Hal

ini tampak jelas ketika subjek yang yang berbeda dihubungkan, dan

ketika kemitraan menggabungkan sekolah dengan dunia bisnis dan

komunitas.

2) Contextual Teaching Learning (CTL) mencerminkan prinsip

diferensiasi. Diferensiasi men-jadi nyata ketika CTL menantang

para siswa untuk saling menghormati keunikan masing-masing,

untuk menghormati perbedaan-perbedaan, untuk menjadi kreatif,

untuk bekerja sama, untuk menghasilkan gagasan dan hasil baru

yang berbeda, dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tanda

kemantapan dan kekuatan.

3) Contextual Teaching Learning (CTL) mencerminkan

prinsip pengorganisasian diri. Pengorganisasian diri terlihat ketika

para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan inat

mereka sendiri yang berbeda, mendapat manfaat dari umpan

balik yang diberikan oleh penilaian autentik, mengulas usaha-

usaha mereka dalam tuntunan tujuan yang jelas dan standar

yang tinggi, dan berperan serta dalam kegiatan- kegiatan yang

berpusat pada siswa yang membuat hati mereka bernyanyi.

Landasan filosofi Contextual Teaching Learning (CTL) adalah

konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar

tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksi

pengetahuan di benak mereka sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipisah-

pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi

mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. ”Konstruktivisme

berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh Jhon Dewey pada awal

abad ke 20, yaitu sebuah filosofi belajar yang menekankan pada

pengembangan minat dan pengalaman siswa” ( Sugianto,2008:160).

Page 8: Model Pembelajaran CTL

Jean Piaget dalam Anonim (2010:2) berpendapat bahwa ”...sejak

kecil setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian

dinamakan “skema”. Skema terbentuk karena pengalaman, dan proses

penyempurnaan skema itu dinamakan asimilasi dan semakin besar

pertumbuhan anak maka skema akan semakin sempurna yang kemudian

disebut dengan proses akomodasi...”.

Pendapat Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan

itu terbentuk dalam struktur kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap

beberapa model pembelajaran, diantaranya model pembelajaran

kontekstual. Menurut pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan

bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa.

Dengan Contextual Teaching Learning (CTL) proses pembelajaran

diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja

dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi

pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil. Dalam konteks itu siswa

perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, mereka dalam status

apa dan bagaimana cara mencapainya. Mereka akan menyadari bahwa

yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya. Dengan demikian mereka

mempelajari sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya

menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai

pengarah dan pembimbing. Untuk menciptakan kondisi tersebut strategi

belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi

sebuah strategi yang mendorong siswa mengkontruksi pengetahuan

dibenak mereka sendiri. Melalui strategi Contextual Teaching Learning

(CTL) siswa diharapkan belajar mengalami bukan belajar menghafal.

2.2.3 Ko mpo ne n Mo de l P embe la ja ra n Co nt ex tua l T e a c hi ng L ea rning

( CTL)

Menurut Akhmad Sudrajat (2008:4) pembelajaran berbasis

Contextual Teaching Learning (CTL) melibatkan tujuh komponen utama

pembelajaran, yaitu: Konstruktivisme (constructivism), bertanya

(questioning),menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning

Page 9: Model Pembelajaran CTL

community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penilaian

sebenarnya (authentic assessment).

Konstruktivisme (constructivism) adalah proses membangun dan

menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasar

pengalaman. Pengetahuan terbentuk bukan hanya dari obyek semata, akan

tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subyek yang menangkap

setiap objek yang diamatinya. Kontruktivisme memandang bahwa

pengetahuan itu berasal dari luar akan tetapi dikontruksi dari dalam diri

seseorang. Karena itu pengetahuan terbentuk oleh objek yang menjadi

bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterprestasikan

objek tersebut.

Inkuiri (inquiry), artinya proses pembelajaran didasarkan pada

pencapaian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis.

Secara umum proses inkuiri dapat dilakukuan melalui beberapa

langkah, yaitu : 1) merumuskan masalah 2) mengajukan hipotesis 3)

mengumpulkan data 4) menguji hipotesis 5) membuat kesimpulan.

Penerapan asas inkuiri pada Contextual Teaching Learning (CTL) dimulai

dengan adanya masalah yang jelas yang ingin dipecahkan, dengan cara

mendorong siswa untuk menemukan masalah sampai

merumuskan kesimpulan. Asas menemukan dan berfikir sistematis akan

dapat menumbuhan sikap ilmiah, rasional, sebagai dasar pembentukan

kreatifitas.

Bertanya (questioning) adalah bagian inti belajar dan menemukan

pengetahuan. Dengan adanya keingintahuanlah pengetahuan selalu dapat

berkembang. Dalam pembelajaran model Contextual Teaching Learning

(CTL) guru tidak menyampaikan informasi begitu saja tetapi memancing

siswa dengan bertanya agar siswa dapat menemukan jawabannya sendiri.

Dengan demikian pengembangan keterampilan guru dalam bertanya

sangat diperlukan. Hal ini penting karena pertanyaan guru menjadikan

pembelajaran lebih produktif, yaitu berguna untuk : 1) Menggali

informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan pelajaran; 2)

Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar; 3) Merangsang

Page 10: Model Pembelajaran CTL

keingintahuan siswa terhadap sesuatu; 4) Memfokuskan siswa pada sesuatu

yang didinginkan; 5) Membimbing siswa untuk menemukan atau

menyimpulkan sesuatu.

Masyarakat Belajar (learning community) didasarkan pada

pendapat Vygotsky dalam Sugianto (2008:168), bahwa ”pengetahuan

dan pengalaman anak banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain”.

Permasalahan tidak mungkin dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan

bantuan orang lain untuk saling membutuhkan. Dalam model

Contextual Teaching Learning (CTL) hasil belajar dapat diperoloeh dari

hasil Sharing dengan orang lain, teman, antar kelompok, sumber lain

dan bukan hanya guru. Dengan demikian asas masyarakat belajar dapat

diterapkan dalam kelompok, dan sumber-sumber lain dari luar yang

dianggap tahu tentang sesuatau yang menjadi fokus pembelajaran.

Pemodelan (modeling) adalah proses pembelajaran dengan

memperagakan sesuatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa. Sebagai

contoh, membaca berita, Membaca lafal bahasa, mengoperasikan

instrument memerlukan cotoh agar siswa dapat mengerjakan dengan

benar. Dengan demikian modeling merupakan asas penting dalam

pembelajaran melalui Contextual Teaching Learning (CTL) ,karena

melalui Contextual Teaching Learning (CTL) siswa dapat terhindar dari

verbalisme atau pengetahuan yang bersifat teoritis-abstrak.

Refleksi (reflection) adalah proses pengendapan pengalaman yang

telah dipelajari dengan cara mengurutkan dan mengevaluasi kembali

kejadian atau peristiwa pembelajaran telah dilaluinya untuk mendapatkan

pemahaman yang dicapai baik yang bernilai positif atau bernilai

negative. Melalui refleksi siswa akan dapat memperbaharui pengetahuan

yang telah dibentuknya serta menambah khazanah pengetahuannya.

Penilaian nyata (authentic assessment) adalah proses yang

dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan

belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk

mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak. Penilaian ini

berguna untuk mengetahui apakah pengalaman belajar mempunyai

Page 11: Model Pembelajaran CTL

pengaruh positif terhadap perkembangan siswa baik intelektual,

mental maupun psikomotorik. Pembelajaran CTL lebih menekankan pada

proses belajar daripada sekedar hasil belajar. Apabila data yang

dikumpulkan guru mengidentifikasi bahwa siswa mengalami kemacetan

dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat

agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena assessment

menekankan pada proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan

di akhir periode (semester) pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi

hasil belajar tetapi dilakukan bersama-sama secara terintegrasi atau tidak

terpisah dari kegiatan pembelajaran.

2.2.3 Ka ra k t er ist ik Mo de l Pe mb el a ja ra n Co ntex t ua l T e a c hing L ea rning

( CTL)

Menurut Anonim (2010:1) terdapat lima karakteristik penting

dalam proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran

CTL, yaitu : 1) Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan

yang sudah ada (activating knowledge). 2) Pembelajaran ntuk

memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). 3)

Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge). 4) Mempraktikan

pengetrahuan dan pengalaman tersebut (applying knomledge). 5)

Melakukan refleksi (reflecting knowledge).

Menurut Akhmad Sudrajad (2008:5) model pembelajaran CTL

mempunyai karakteristik : 1) Kerjasama. 2) Saling menunjang. 3)

Menyenangkan, tidak membosankan. 4) Belajar dengan bergairah. 5)

Pembelajaran terintegrasi. 6) Menggunakan berbagai sumber. 7) Siswa

aktif. 8) Sharing dengan teman. 9) Siswa kritis guru kreati. 10)

Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta,

gambar, artikel, humor dan lain-lain. 11) Laporan kepada orang tua bukan

hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan

siswa dan lain-lain

Dalam model pembelajaran CTL, tugas guru adalah membantu

siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan

Page 12: Model Pembelajaran CTL

stategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai

sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi

anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri

bukan dari apa kata guru.

2.2.5 Perbedaan Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

dengan Pembelajaran Konvensional

Berikut ini perbedaan pembelajaran kontekstual dengan

pembelajaran konvensional yang dikemukakan oleh Udin Syaefudin

Sa’ud (2008:167) :

Tabel 1 : Perbedaan Model Pembelajaran CTL dengan Model

Pembelajaran Konvensional

No. K

onteks

Pembelajaran Pembelajaran

Konvensional

1. Hakikat

Belajar

Konten pembelajaran

selalu dikaitkan dengan

kehidupan nyata yang

diperoleh sehari-hari

pada lingkungannya.

Isi pelajaran terdiri dari

konsep dan teori yang abstrak

tanpa pertimbangan manfaat

bagi siswa.

2. Model

Pembelajaran

Siswa belajar melalui

kegiatan kelompok

seperti kerja kelompok,

berdiskusi, praktikum

kelompok, saling

bertukar pikiran,

Siswa melakukan kegiatan

pembelajaran bersifat

individual dan komunikasi

satu arah, kegiatan dominan

mencatat, menghafal,

menerima instruksi guru3. Kegiatan

Pembelajarn

Siswa ditempatkan

sebagai subjek

pembelajaran dan

berusaha menggali dan

menemukan sendiri

materi pelajaran

Siswa ditempatkan sebai

objek pembelajaran yang

lebih berperan sebagai

penerima informasi yang

pasif dan kaku.

Page 13: Model Pembelajaran CTL

4. K

ebermaknaan

Belajar

Mengutamakan

kemampuan

yang didasarkan

pada pengalaman

yang diperoleh siswa

dari kehidupan nyata.

Kemampuan yang didapat

siswa berdasarkan latihan-

latihan dan driil yang terus

menerus

5. Tindakan

dan

Perilaku

Siswa

Membutuhkan kesadaran

diri pada anak didik

karena menyadari

perilaku itu merugikan

dan tidak memberikan

manfaat bagi dirinya dan

Tindakan dari perilaku

individu didasarkan oleh

faktor luar dirinya, tidak

melakukan sesuatu karena

takut sangsi, kalaupun

melakukan sekedar 6. Tujuan

Hasil

Belajar

Pengetahuan yang

dimiliki bersifat tentatif

karena tujuan belajar

adalah kepuasasn diri.

Pengetahuan yang diperoleh

dari hasil pembelajaran

bersifat final dan

absolut karena bertujuan

untuk nilai.

Akhmad Sudrajad (2008:5) mengemukakan empat belas

perbedaan antara model pembelajaran CTL dengan model pembelajaran

konvensional, yaitu:

Tabel 2 : Perbedaan Model Pembelajaran Contextual Teaching

Learning (CTL) dengan Model Pembelajaran Konvensional

No. Model Pembelajaran

CTL

Model Pembelajaran

Konvensional1. Menyandarkan pada

pemahaman makna

Menyandarkan pada hafalan

2. Pemilihan informasi

berdasarkan kebutuhan

siswa

Pemilihan informasi lebih

banyak ditentukan oleh guru.

3. Siswa terlibat secara aktif

dalam proses pembelajaran.

Siswa secara pasif menerima

informasi, khususnya dari guru.

4. Pembelajaran dikaitkan

dengan kehidupan

nyata/masalah yang

disimulasikan

Pembelajaran sangat abstrak dan

teoritis, tidak bersandar pada realitas

kehidupan.

Page 14: Model Pembelajaran CTL

5. Selalu mengkaitkan

informasi dengan

pengetahuan yang telah

dimiliki siswa.

Memberikan tumpukan informasi

kepada siswa sampai saatnya

diperlukan

6. Cenderung

mengintegrasikan beberapa

bidang.

Cenderung terfokus pada satu

bidang

7. Siswa menggunakan waktu

belajarnya untuk

menemukan, menggali,

berdiskusi, berpikir kritis,

atau mengerjakan proyek

dan pemecahan masalah

Waktu belajar siswa sebagian besar

dipergunakan untuk mengerjakan

buku tugas, mendengar ceramah, dan

mengisi latihan (kerja individual).

8. Perilaku dibangun

atas kesadaran diri.

Perilaku dibangun atas kebiasaan

9. Keterampilan

dikembangkan atas dasar

pemahaman.

Keterampilan dikembangkan atas dasar

latihan

10. Hadiah dari perilaku baik

adalah kepuasan diri. yang

bersifat subyektif

Hadiah dari perilaku baik adalah pujian

atau nilai rapor

No. Model Pembelajaran CTL Model Pembelajaran Konvensional

11. Siswa tidak melakukan hal

yang buruk karena sadar

hal tersebut merugikan

Siswa tidak melakukan sesuatu yang

buruk karena takut akan hukuman

12. Perilaku baik

berdasarkan motivasi

intrinsik

Perilaku baik berdasarkan

motivasi entrinsik

13. Pembelajaran terjadi di

berbagai tempat, konteks

dan setting

Pembelajaran terjadi hanya terjadi di

dalam ruangan kelas

14. Hasil belajar diukur

melalui penerapan penilaian

autentik

Hasil belajar diukur melalui kegiatan

akademik dalam bentuk

tes/ujian/ulangan

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

perbedaan model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

dengan model pembelajaran konvensional adalah peran siswa dalam

pembelajaran pada pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

adalah sebagai pencari informasi sedangkan pada pembelajaran

konvensional siswa sebagai penerima informasi.

Page 15: Model Pembelajaran CTL

2.2.6 L a n g k a h - L a n g k a h P e mb e l a j a r a n C o n t e xt u a l T e a c hi n g L e a r ning

( C TL )

Secara sedehana langkah penerapan CTL dalam kelas secara garis

besar menurut Sugianto (2008:170) adalah sebagai berikut :

1)Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakana

dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan engonstruksikan

sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya; 2) Laksanakan sejauh

mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik; 3) Kembangkan sifat ingin

tahu siswa dengan bertanya; 4) Ciptakan “masyarakat belajar” (belajar

dalam kelompok-kelompok); 5) Hadirkan “model” sebagai contoh

pembelajaran; 6) Lakukan refleksi diakhir penemuan; 7) Lakukan

penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

2.2.7 K e l e m a h a n d a n K e l e b i h a n M o d e l P e mb e l a j a r a n

C o n t e x t u a l T e a c hi n g L e a r n i n g ( C TL)

1) K e l e b ih a n C T L ( C o nt e x t u a l T e a c hi n g a n d L e a r n i n g )

Menurut Anisah (2009:1) ada dua kelebihan model pembelajaran

kontekstual, yaitu :

a) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa

dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman

belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting,

sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan

dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan

berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya

akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan

mudah dilupakan.

b) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan

penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran

CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa

dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui

Page 16: Model Pembelajaran CTL

landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar

melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

kelebihan model pembelajaran CTL adalah siswa lebih aktif dalam

kegiatan pembelajaran dan pengetahuan siswa berkembang sesuai

dengan pengalaman yang dialaminya.

2) K e l e m a h a n C T L ( C o n t e x tu a l T e a c h i n g a nd L e a r nin g )

Menurut Anisah (2009:1) kelemahan model pembelajaran

CTL antara lain :

a) Guru lebih intensif dalam membimbing karena dalam metode

CTL.

b) Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru

adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama

untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi

siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang

berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi

oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang

dimilikinya.

c) Peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang

memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar

mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.

d) Guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang eksra terhadap

siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan

semula.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

kelemahan model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

adalah guru harus dapat mengelola pembelajaran dengan sebaik-

baiknya agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat

tecapai dengan maksimal.

Page 17: Model Pembelajaran CTL

2.3 Hubungan antara model pembelajaran Contextual Teaching Learning

(CTL) dengan Psikologi Kognitif

Ditinjau dari asal katanya, psikologi berasal dari kata psyche yang berarti

jiwa, dan Ligos yang berarti ilmu. Jadi secara istilah, psikologi berarti ilmu jiwa

atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan. Tetapi dalam sejarah

perkembangannya, kemudian arti psikologi menjadi ilmu yang mempelajari

tingkah laku manusia. Ini di sebabkan karena jiwa yang mengandung arti yang

abstrak itu sukar untuk di pelajari secara objektif. Kecuali itu, keadaan jiwa

seseorang melatarbelakangi timbulnya hampir setiap tingkah laku.Beragamnya

pendapat para ahli psikologi tentang pengertian dari psikologi, sehingga bisa di

simpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah

laku dan perbuatan individu dimana individu tersebut tidak dapat di lepaskan dari

lingkungannya.

Psikologi kognitif merupakan salah satu cabang yang mempelajari studi

ilmiah tentang gejala kehidupan mental/psikis sejauh berkaitan dengan cara

berpikir manusia, sperti untuk memperoleh pengetahuan, mengolah aneka kesan

yang masuk melalui penginderaan, mengahadapi  masalah/problem untuk mencari

suatu penyelesaian, serta menggali  dari ingatan  pengetahuan dan prosedur kerja

yang dibutuhkan  dalam menghadapi tuntutan hidup sehari-hari. Studi ini khusus

mempelajari gejala-gejala mental yang bersifat kognitif terkait proses belajar

mengajar di sekolah. Gejala-gejala mental/psikis dapat dibedakan satu dari yang

lain dan dijadikan objek studi ilmiah sendiri-sendiri, tetapi tidak pernah dapat

dipisahkan secara total yang satu dengan yang lain.

Psikologi Kognitif merupakan salah satu cabang dari psikologi umum yang

mencakup studi ilmiah tentang gejala-gejala kehidupan mental atau psikis yang

berkaitan dengan cara manusia berfikir, seperti dalam memperoleh pengetahuan,

mengolah kesan yang masuk melalui penginderaan, menghadapi masalah atau

problem untuk mencari suatu penyelesaian, serta menggali dari ingatan

pengetahuan dan prosedur kerja yang dibutuhkan dalam menghadapi tunututan

hidup sehari-hari. Pengetahuan dan pemahaman tentang proses belajar tidak hanya

menerangkan mengapa siswa berhasil dalam proses balajar, tetapi juga membantu

Page 18: Model Pembelajaran CTL

untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam prose situ dan sekali terjadi

kesalahan selama periode belajar, untuk mengoreksinya.

Kehidupan mental atau psikis mencakup gejala-gejala kognitif, efektif,

konatif sampai pada taraf psikomotis, baik dalam berhadapan dengan diri sendiri

maupun dengan orang lain. Gejala-gejala mental-psikis ini dapat dibedakan

dengan yang lain dan dijadikan objek studi ilmiah sendiri-sendiri, tetapi tidak

pernah dapat dipisahkan secara total yang satu dari yang lainnya. Oleh karena itu,

psikologi kognitif tidak hanya menggali dasar-dasar dari gejala yang khas kornitif,

tetapi juga meninjau aspek kognitif dalam gejala mental yang lain, seperti apa

penafsiran dan pertimbangan yang menyertai reaksi perasaan (afektif) dan

keputusan kehendak (konatif). Siswa disekolah berperasaan sambil belajar dan

berkehendak serta bermotivasi sambil belajar, dapat diselidiki dengan cara

bagaimana berfikir dalam berbagai wujudnya ikut megnambil bagian dalam

berperasaan dan berkehendak. Namun, dalam bagian ini tekanan diberikan pada

analisis tentang cara berfikir itu sendiri karena perilaku internal inilah yang paling

mendasar dalam belajar di sekolah.

Seiring dengan berkembangnya psikologi kognitif, maka berkembang pula

cara-cara mengevaluasi pencapaian hasil belajar, terutama untuk domain kognitif.

Salah satu perkembangan yang menarik ádalah revisi “Taksonomi

Bloom“ tentang dimensi kognitif. Anderson & Krathwohl (dalam wowo 1999)

merevisi taksonomi Bloom tentang aspek kognitif menjadi dua dimensi, yaitu:

proses kognitif dan pengetahuan. Dimensi pengetahuan berisi empat kategori,

yaitu Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif, Dimensi proses kognitif

terdiri dari  Mengingat, Pemahaman, Penerapan, Analisis, Evaluasi dan Membuat.

Kesinambungan yang mendasari dimensi proses kognitif diasumsikan sebagai

kompleksitas dalam kognitif, yaitu pemahaman dipercaya lebih kompleks lagi

daripada mengingat, penerapan dipercaya lebih kompleks lagi daripada

pemahaman, dan seterusnya.

Upaya menciptakan proses pembelajaran yang bermutu dan berhasil,

dapat dilakukan dengan mewujudkan perilaku psikologis proses pengajaran dan

pembelajaran antara (pendidik dan peserta didik) dapat berjalan secara efektif

dan efesien dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pernyataan ini, menunjukkan

Page 19: Model Pembelajaran CTL

bahwa pengetahuan psikologi pendidikan mempunyai peranan yang sangat

penting bagi guru (pendidik) dalam melaksanakan pengajaran dan bagi peserta

didik dalam melaksanakan proses pembelajaran.  Di dalam proses pengajaran

dan pembelajaran terjadi proses (interaksi) antara pendidik dengan peserta didik,

dalam interaksi ini terdapat peristiwa psikologis yang dijadikan rambu-rambu

oleh para pendidik dalam memperlakukan peserta didik secara efektif dan

efesien. Para tenaga pendidik dituntut untuk memahami dan menguasai teori dan

aplikasi psikologi pendidikan agar mereka melaksanakan pengajaran dalam

proses pendidikan secara berdayaguna dan berhasilguna. Pengetahuan tentang

psikologi yang berhubungan dengan pendidikan merupakan suatu keharusan

yang mutlak yang perlu dikuasai oleh pendidik, peserta didik, akademisi

pendidikan, peneliti pendidikan maupun (Stakeholders) pendidikan dalam

melaksanakan tujuan pendidikan.

Proses pengajaran dan pembelajaran menghadapi banyaknya perilaku-

perilaku psikologis, baik prilaku individu, kelompok, dan sosial yang harus

dipahami guru atau dosen (pendidik) dan peserta didik

Model pembelajaran yang menganut aliran psikologi kognitif adalah

Contextual Teaching and Learning (CTL). Contextual Teaching and Learning

(CTL) berpijak dari aliran psikologis yakni proses belajar terjadi karena

pemahaman individu akan lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti

keterkaitan stimulus dan respons. Belajar melibatkan proses mental yang tidak

tampak seperti emosi, minat, motivasi dan kemampuan atau pengalaman. Apa

yang tampak pada dasarnya adalah wujud dari adanya dorongan yang berkembang

dalam diri seseorang. Beberapa hal yang harus dipahami tentang belajar dalam

konteks CTL

a. Belajar bukanlah menghafal, tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan

sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki.

b. Belajar bukanlah mengumpulkan fakta yang lepas-lepas, tetapi merupakan

organisasi dari semua yang yang dialami, sehingga dengan pengetahuan yang

dimiliki akan berpengaruh terhadap pola-pola perilaku manusia.

Page 20: Model Pembelajaran CTL

c. Belajar adalah proses pemecahan masalah. Secara kontekstual, belajar adalah

bagaimana anak menghadapi setiap persoalan.

d. Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap

dari yang sederhana menuju yang kompleks.

e. Hakikat belajar adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan. Pengetahuan

yang diperoleh anak adalah pengetahuan yang memiliki makna untuk

kehidupan anan (real world learning).

            Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya, dalam pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

sesorang atau individu akan terbentuk dari lingkungan dia berada. Maka dari itu

pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) biasanya memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber dari

proses belajar. Peserta didik diarahkan untuk mengobservasi,mengamati dan

menyampaikan laporan atas apa yang dia ketahui dari apa yang diamatinya.

Model pembelajaran dengan menggunakan metode kontektual (Contextual

Teachinh and Learning) merupakan konsep belajar yang bisa membantu guru

menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan realitas dunia nyata murid,

dan mendorong murid membuat interaksi antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat. Dalam kaitan ini siswa dapat menyadari sepenuhnya apa makna

belajar, manfaatnya, bagaimana upaya untuk mencapainya dan dapat memahami

bahwa yang mereka pelajari bermanfaat bagi hidupnya nanti.

Sehingga mereka akan memposisikan diri sebagai diri mereka sendiri yang

membutuhkan bekal hidupnya dan berupaya keras untuk meraihnya.

Adapun tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu

siswa dalam meraih tujuannya. Artinya guru lebih fokus pada urusan strategi

daripada memberi informasi. Tugas guru dalam hal ini hanya memanage kelas

sebagai sebuah tim yang bekerja untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa.

Proses pembelajaran lebih diwarnai student centered ketimbang teacher centered .

Menurut DEPDIKNAS, guru harus melakukan beberapa hal berikut:

1) Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa.

Page 21: Model Pembelajaran CTL

2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses

pengkajian psikologis dan sosiologis.

3) Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang

selanjutnya memilih dan menghubungkan dengan konsep atau teori yang

akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual,

4) Merancang pembelajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang

dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki dan

lingkungan hidup mereka.

5) Melaksanaka evaluasi terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti

dijadikanbahanrefleksi terhadap rencana pembelajaran dan

pelaksanaannya.

Dalam pembelajaran yang menggunakan model CTL, psikologi kognitif

memiliki banyak fungsi yang bertujuan meningkatkan kemapuan siswa,

diantaranya:

Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan model pembalajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL) dengan psokologi kognitif adalah yakni proses

belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan. Belajar bukanlah

peristiwa mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respons. Belajar melibatkan

proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi dan kemampuan

atau pengalaman. Apa yang tampak pada dasarnya adalah wujud dari adanya

dorongan yang berkembang dalam diri seseorang. Dengan Contextual Teaching

Learning (CTL) proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam

bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan transfer

pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari

pada hasil. Dalam konteks itu siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa

manfaatnya, mereka dalam status apa dan bagaimana cara mencapainya

Page 22: Model Pembelajaran CTL