32
Page 1 of 32 MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) BERBASIS KOLABORASI Rusdin Universitas Padjadjaran e-mail: [email protected] Suryanto Universitas Padjadjaran e-mail: [email protected] Zenal Muttaqin Universitas Padjadjaran e-mail: [email protected] Abstrak Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi isu penting sebagai performance driver dalam meningkatankan pendapatan perkapita. Namun demikian, penyerapan tenaga kerja, kemandirian dan kemitraan masih merupakan permasalahan. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi profile UMKM dan lembaga/instansi yang melakukan pemberdayaan, sehingga terbentuknya model kolaborasi pemberdayaan UMKM. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi dan data dianalisis secara deduktif. Regulator, pelaku, dan stakeholder’s merupakan sumber data utama, yang dilakukan di wialayah Kota Bandung, dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik komunikasi langsung. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Indentifikasi UMKM meliputi: jumlah industri yang cukup banyak, memiliki potensi yang besar dalam penyerapan tenaga kerja, berkontribusi dalam pendapatan daerah. Upaya pemberdayaan telah dilakukan oleh pemerintah (BUMN, BUMD dan Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian), Kamar Dagang dan Industri maupun swasta, namun belum menunjukkan tingkat efektivitas. (2) Aspek manajerial, permodalan, program kemitraan, penciptaan iklim yang kondusif, sistem pendukung (sarana dan prasarana), dan pembinaan merupakan faktor yang dapat membangun model manajemen kolaborasi pemberdayaan UMKM. Kata kunci: manajerial, pendanaan, program kemitraan, sistem pendukun, penciptaan iklim, pembinaan, kolaborasi pemberdayaan 1. Pendahuluan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi isu penting sebagai motor penggerak pertumbuhan dan peningkatan ekonomi di banyak negara di dunia. Dinamika dan kinerja ekonomi yang sangat baik dengan laju

MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 1 of 32

MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO,

KECIL DAN MENENGAH (UMKM) BERBASIS KOLABORASI

Rusdin

Universitas Padjadjaran

e-mail: [email protected]

Suryanto

Universitas Padjadjaran

e-mail: [email protected]

Zenal Muttaqin

Universitas Padjadjaran

e-mail: [email protected]

Abstrak

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi isu

penting sebagai performance driver dalam meningkatankan pendapatan perkapita.

Namun demikian, penyerapan tenaga kerja, kemandirian dan kemitraan masih

merupakan permasalahan. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi profile UMKM dan

lembaga/instansi yang melakukan pemberdayaan, sehingga terbentuknya model

kolaborasi pemberdayaan UMKM. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi dan

data dianalisis secara deduktif. Regulator, pelaku, dan stakeholder’s merupakan sumber

data utama, yang dilakukan di wialayah Kota Bandung, dengan pendekatan kualitatif.

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik komunikasi langsung. Hasil penelitian

menunjukkan: (1) Indentifikasi UMKM meliputi: jumlah industri yang cukup banyak,

memiliki potensi yang besar dalam penyerapan tenaga kerja, berkontribusi dalam

pendapatan daerah. Upaya pemberdayaan telah dilakukan oleh pemerintah (BUMN,

BUMD dan Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian), Kamar Dagang dan Industri

maupun swasta, namun belum menunjukkan tingkat efektivitas. (2) Aspek manajerial,

permodalan, program kemitraan, penciptaan iklim yang kondusif, sistem pendukung

(sarana dan prasarana), dan pembinaan merupakan faktor yang dapat membangun model

manajemen kolaborasi pemberdayaan UMKM.

Kata kunci: manajerial, pendanaan, program kemitraan, sistem pendukun,

penciptaan iklim, pembinaan, kolaborasi pemberdayaan

1. Pendahuluan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi isu

penting sebagai motor penggerak pertumbuhan dan peningkatan ekonomi di banyak

negara di dunia. Dinamika dan kinerja ekonomi yang sangat baik dengan laju

Page 2: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 2 of 32

pertumbuhan yang tinggi di banyak negara adalah kinerja ekonomi nasional yang

ditopang kinerja UMKM yang efisien, produktif, dan berdaya saing tinggi. Di berbagai

belahan dunia, UMKM (Small and Medium-sized Enterprises (SMEs) berperan

sangat sentral terhadap pertumbuhan dan perkembangan perekonomian nasional suatu

negara.

Di berbagai belahan dunia, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Small and

Medium-sized Enterprises (SMEs) berperan sangat sentral terhadap pertumbuhan dan

perkembangan perekonomian nasional suatu negara. Di Uni Europa, UMKM secara

signifikan berkontribusi dalam perekonomian banyak negaranya. Konribusi tersebut

secara umum adalah dari sisi penyerapan tenaga kerja dan dalam peningkatan GDP

(European Commision, 2012). Tahun 2011-2012, secara umum Uni Eropa menghadapi

kondisi ekonomi yang sangat berat dengan krisis utang di negara-negara zona euro,

resesi, dan pertumbuhan ekonomi yang melemah pada beberapa negara. Pada kondisi

ini UMKM menjadi tulang punggung (backbone) perekonomian Uni Eropa dengan

jumlah perusahaan lebih dari 98% dari total perusahaan, yang memberikan kontribusi

penting dengan menyumbang rata-rata sekitar 58% GDP dan 67% total lapangan kerja

(Ecorys Nederland BV, 2012).

Peran UMKM terhadap pertumbuhan ekonomi nasional di banyak negara-

negara Eropa cukup signifikan, Seperti di Perancis mencapai 99.80% dari total jumlah

perusahaan, dengan kontribusi lebih dari 56% GDP dan menyerap lebih dari 61%

tenaga kerja, UMKM di Jerman mencapai 99,55% dengan kontribusi 53% GDP

dan menyerap 61% tenaga kerja, UMKM di Italia mencapai 99,92% dengan

kontribusi 71% GDP dan menyerap 81% tenaga kerja, UMKM di Nederlands

mencapai 99,72% dengan kontribusi 62% GDP dan menyerap 68% tenaga kerja

(Europen Commision, 2012). Di Amerika, UMKM menyerap 99,9% tenaga kerja,

yang 88% di antaranya bergerap di bidang jasa. UMKM juga berperan penting dalam

kinerja ekspor, meskipun dalam mekanismenya UMKM tidak melakukan ekpor

secara langsung, melainkan kerjasama dengan perusahaan eksportir multinasional

(US International Trade Commision, 2010: 1-1). Sama halnya dengan UMKM di

negara-negara kawasan Uni Eropa dan Amerika, UMKM di negara-negara yang

berada di kawasan Asia Timur dan Tenggara seperti Jepang, Taiwan, Korea Selatan,

dan Singapura juga memiliki peran sentral yang pada gilirannya mendukung

perkembangan ekonomi nasional masing-masing (Sarana, 2003).

Empat prinsip dasar yang perlu dipahami dalam pemberdayaan (Principle of

Empowerment, World Bank, 2014). Keempat prinsip dasar tersebut adalah:

Information, Inclusion/participation, Accountability, dan Local organizational

capacity, yang dapat dikombinasikan untuk menciptakan pemberdayaan lembaga yang

lebih efektif, responsif, inklusif dan akuntabel.

Page 3: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 3 of 32

Tabel 1. Prinsip Pemberdayaan untuk Penurunan Kemiskinan

Information

Inclusion/

participation

Accountability

Local organizational

capacity

Access to basic service √ √ - √

Improved local governance √ √ √ -

Improved national governance √ √ √ √

Pro-poor Market development √ √ - √

Access to justice and legal aid √ √ √ √ Sumber: WorldBank , 2014 (dimodifikasi peneliti, 2015)

Prinsip pemberdayaan sebagaimana telah diuraikan pada Tabel 1, merupakan upaya

membangun model. Namun demikian berbagai jenis model telah dibangun para peneliti

terdahulu, seperti: Whiteside (2009: 120) beliefs and attitudes meliputi atribut-

atribut: God; values; Autonomy, Responsibility and Optimism; Self Esteem and Pride.

Demikian halnya penlitian Quade (2010: p140) menjelaskan bahwa: A model, then, is

a substitute for reality – a representation of reality that is, hopefully, adequate for

the problem at hand. It is made up of factors relevant to a particular situation and to

the relations aming them. We Ask questions of the model, and from the answers we

hope to get some clues to guide us in dealing with the part of the real world to which

the model corresponds.

Hal yang sangat penting dalam konsepsi pemodelan adalah kejelasan mengatasi

saat terjadi kegagalan sistematik dengan pengembangan sistem dan kepatuhan untuk

membuktikan tujuan/teknik pengembangan (Sokolowksi, 2009).

Saat ini, pemberdayaan semakin diakui sebagai penentu peningkatan sosial

yang sangat mendasar. Hal ini dapat kita lihat dari berbagai konsep dan program

pemberdayaan yang bermunculan pada berbagai aspek kehidupan manusia.

Konsep dan program pemberdayaan yang telah diimplementasikan, banyak yang telah

dipublikasikan dalam bentuk pemodelan (modeling). Kelompok usaha mikro, kecil,

dan menengah merupakan wujud kehidupan ekonomi sebagian besar rakyat Indonesia.

Keberadaan kelompok ini tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan perekonomian

secara nasional. Kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah mampu menyerap

lebih dari 64 juta tenaga kerja dan memberikan kontribusi sebesar lebih kurang 58,2%

dalam pembentukan Produk Domestika Bruto.

Dengan berlakunya UU 22/1999 tentang otonomi daerah, maka pemberian

otonomi kepada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota didasarkan kepada azas

desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Daerah

memiliki kewenangan yang mencakup kewenangan dalam seluruh bidang

pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan

keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, dan agama. Dengan demikian daerah

mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

Page 4: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 4 of 32

masyarakatnya menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

Fenomena yang timbul dengan adanya perundangan tersebut, maka daerah diberi

kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya menurut

prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan, namun pendapatan dari pajak tetap diatur oleh pemerintah pusat dengan

proporsi 80% untuk Pusat, 8% untuk Provinsi, dan 12% untuk Kabupaten dan Kota.

Hal ini mengakibatkan dominasi pusat terhadap daerah sangat besar, sedangkan daerah

dengan segala ketidakberdayaannya harus tunduk dengan keinginan pusat tanpa

memperhatikan aspirasi masyarakat daerah. Dengan kata lain tidak seimbangnya

pendapatan dengan kewenangan untuk mengelola daerah, sehingga perlu upaya

peningkatan pendapatan daerah oleh pemerintah daerah dengan mengkaji berbagai

sumber pendapatan daerah. Salah upaya yang telah dilakukan pemerintah daerah

adalah memberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) guna meningkatkan

pendapatan daerah khususnya Product Domestic Bruto (PDB).

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi isu

penting sebagai motor penggerak pertumbuhan dan peningkatan ekonomi di banyak

negara di dunia. Dinamika dan kinerja ekonomi yang sangat baik dengan laju

pertumbuhan yang tinggi di banyak negara adalah kinerja ekonomi nasional yang

ditopang kinerja UMKM yang efisien, produktif, dan berdaya saing tinggi.

Guna pemberdayaan tersebut, pemerintah mengelurkan kebijkan di antaranya,

membentuk Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung.

Dengan kebijakan tersebut diharakan adanya peningkatan dalam 8 (delapan) aspek,

yaitu Pendanaan, Sarana dan prasarana, Informasi usaha, Kemitraan, Perijinan usaha,

Kesempatan berusaha, Promosi dagang, dan Dukungan kelembagaan. Pemberdayaan

UMKM selain dilakukan oleh pemerintah juga dilakukan oleh berbagai lembaga

perusahaan dan pendidikan, seperti BUMN/D, Kadin, Perbankan, LSM, dan

Lembanga Keuangan Berbasis Komunitas. Namun pemberdayaan tersebut dilakukan

secara parsial, sehingga tidak ada koordinasi, yang pada gilirannya menimbulkan

permasalahan baru, yaitu: (1) Menurunnya produktivitas, sebagai akibat UMKM focus

pada pembinaan dan mengabaikan kepentingan jangka pendek; (2) Operasional tidak

efisien, sebagai akibat berbagai jenis pengeluaran dana operasional yang tidak

terkendali dengan baik; (3) Menurunnya kualitas, kuantitas, dan kontinuitas, sebagai

akibat tidak beroperasinya system penjaminan mutu produk, dan produksi terus-

menerus sehingga banyak hasil produksi yang tidak terjual, yang pada gilirannya

persediaan menumpuk; (4) Meningkatnya risiko kerugian, (5) Kurang memberikan

social benefit, dan (6) Menurunnya ketahanan dan keamanan UMKM.

Permasalahan lain yang timbul, yaitu: masih rendahnya kesadaran masyarakat

terhadap pemahaman UMKM; masih rendahnya daya saing produk UMKM; masih

rendahnya kualitas SDM UMKM, Kurang optimalnya pengembangan UMKM;

Rendahnya kualitas produk ekspor dan kurangnya informasi mengenai prosedur

Page 5: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 5 of 32

ekspor; Masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap perlindungan konsumen dan

terjadinya gejolak harga serta masih beredarnya barang barang tiruan dan illegal di Kota

Bandung; dan belum optimalnya kualitas laporan keuangan. Upaya yang telah

dilakukan Dinas KUKM perindustrian, dan Kota bandung, yaitu: (1) Meningkatkan

kualitas kelembagaan, daya saing dan kemandirian UMKM; (2) Menguatkan daya

saing industri; (3) Meningkatkan pembinaan UMKM dalam dan luar negeri serta

pengamanan perdagangan; dan (4) Mewujudkan pertanggungjawaban keuangan yang

wajar, akurat dan pelaksanaan kinerja yang optimal. Namun kenyataannya tidak

dirasakan oleh pelaku UMKM, khususnya pelaku usaha mikro dan kecil.

Idealnya kemanfaatan kemitraan yang dilakukan BUMN/D, Kadin, Bank

Indonesia, Bank Perkreditan Rakyat (BPR), LSM, dan Lembaga Keuangan Berbasis

Komunitas, dapat ditinjau dari 3 (tiga) sudut pandang. Pertama, dari sudut pandang

ekonomi, kemitraan usaha menuntut efisiensi, produktivitas, peningkatan kualitas

produk, menekan biaya produksi, mencegah fluktuasi suplai, menekan biaya penelitian

dan pengembangan, dan meningkatkan daya saing. Kedua, dari sudut moral, kemitraan

usaha menunjukkan upaya kebersamaan dam kesetaraan. Ketiga, dari sudut pandang

soial-politik, kemitraan usaha dapat mencegah kesenjangan sosial, kecemburuan

sosial, dan gejolak sosial-politik. Kemanfaatan ini dapat dicapai sepanjang kemitraan

yang dilakukan didasarkan pada prinsip saling memperkuat, memerlukan, dan

menguntungkan Merujuk pada permasalahan, maka tujuan dari penelitian ini, yaitu

untuk memperoleh bukti empirik agar dapat dievaluasi tentang : (1) Hasil identifikasi

profile usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), dan lembaga/instansi yang selama

ini melakukan pemberdayaan; (2) Hasil identifikasi tersebut, dapat ditemukan factor-

faktor yang dapat mebangun model manajemen kolaborasi pemberdayaan (UMKM) di

Kota Bandung.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskripsi dengan pendekatan kualitatif.

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik komunikasi langsung, dengan teknik

wawancara dan studi dokumentasi. Unsur-unsur yang diteliti, meliputi aspek

manajerial, permodalan, program kemitraan, penciptaan iklim yang kondusif, sistem

pendukung (sarana dan prasarana), dan pembinaan.

Sasaran penelitian diarahkan untuk menjaring data identitas, karakteristik,

jumlah, jenis usaha, dan permodalan UMKM. Selain itu institusi/lembaga baik yang

dikelola pemerintah maupun yang dikelola perusahaan swasta yang telah melakukan

pembinaan sebagai upaya pemberdayaan UMKM di Kota Bandung. Sumber informasi

dalam penelitian ini adalah para pihak yang terlibat langsung dalam proses peristiwa

yang diteliti, yaitu proses pemberdayaan UMKM di Kota Bandung. Key informan pada

penelitian ini adalah: (1) Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian & Perdagangan

Kota Bandung; (2) Manajer Pembinaan UMK BUMN di Kota Bandung; (3) Manajer

Penyalur Kredit BI Kota Bandung; (4) Manajer Penyalur Kredit Bank Perkreditan

Rakyat Kota Bandung; (5) Para pelaku U M K M di Kota Bandung; (6) Ketua dan

Page 6: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 6 of 32

Staf Kantor Dagang dan Industri Kota Bandung; (7) Pengelola Lembaga Sosial

Masyarakat di Kota Bandung; (8) Pengelola Lembaga Keuangan berbasis Komunitas di

Kota Bandung

Analisis data dilakukan dengan pendekatan triangulasi sumber dan jenis data

dari berbagai sumber data, dengan fokus pada unsur yang diteliti, dan interpretasi

dilakukan merujuk pada teori, hasil penelitian sebelumnya, pendapat para ahli, dan

ketajaman pemikiran peneliti.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Deskripsi Profile UMKM di Kota Bandung

Pembangunan regional Kota Bandung merupakan pusat pertumbuhan wilayah

Indonesia Barat disamping DKI Jakarta. Peran sinergis Kota Bandung tersebut tentu

saja memerlukan adanya peningkatan pelayanan publik baik lokal, regional menjadi

Nasional. Kelengkapan infrastruktur perkotaan di kota Bandung berdampak

tersentralisirnya aktivitas perkotaan, sehingga menuntut adanya pengembangan bidang

usaha perdagangan dan perindustrian yaitu sentra perdagangan (barang kulit, jeans,

textile, Elektronik, kaos) dan sentra perindustrian (karet, elektronika, keramik, tahu,

tempe, boneka, topi, tas, sablon, keramik dan kain perca). Penigkatan sarana transportasi

dengan dibukanya jalan tol Cipularang membawa konsekuensi logis tentang penegasan

fungsi Kota Bandung sebagai Kota Jasa Perdagangan. Hal ini merupakan peluang dan

potensi daerah yang harus dikemas penataan dan pengelolaannya dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan sarana dan prasarana penghubung

antar Kabupaten / Kota mengakibatkan pertumbuhan perdagangan di Kota Bandung

semakin pesat dan memberikan keuntungan yang meningkat pada ekonomi masyarakat.

Jumlah UMKM di Kota Bandung terus mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun, baik dari segi jumlah unit usaha, tenaga kerja maupun besaran investasinya. Pada

dasarnya, Usaha Mikro Kecil Menengah (UKM) merupakan salah satu sektor yang

cukup berperan dalam membangun perekonomian bangsa Indonesia. Di saat krisis

ekonomi global sedang melanda sekarang ini, baik melanda kalangan usaha di tingkat

internasional maupun kalangan usaha di Indonesia, sektor UMKM mampu menjadi

"katup pengaman" agar tenaga kerja tidak sampai menganggur. Sebagai upaya untuk

meningkatkan akuntabilitas, dilakukan reviu terhadap Indikator Kinerja Utama, dengan

memperhatikan capaian kinerja, permasalahan dan isu isu strategis yang sangat

mempengaruhi keberhasilan suatu UMKM.

Upaya meningkatkan SDM UMKM diukur dari 2 indikator yaitu: Persentase

SDM UMKM yang berkualitas. Penyelenggaraan diklat yang dilakukan oleh UPT Balai

Latihan Koperasi dan UKM bertujuan meningkatkan kualitas SDM UMKM. Melalui

upaya peningkatan kualitas SDM yang diharapkan pengelolaan UMKM akan menjadi

lebih baik, yang pada akhirnya mampu meningkatkan daya saing dan kemandirian.

Namun hal ini belum tercapai secara optimal. Realisasi persentase SDM UMKM yang

Page 7: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 7 of 32

berkualitas sebesar 25.08%, yang terwujud melalui program pengembangan

kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UMKM dengan jumlah peserta 185 orang.

Kegiatan pelatihan tersebut terdiri dari: (1) Pelatihan Analisis Rantai Nilai bagi Pelaku

UMKM; dan (2) Pelatihan Manajerial pengelola UMKM. Secara keseluruhan,

realisasi pada indikator semua indiktor baru sebagian yang telah memenuhi

target.

Berdasarkan potensi UMKM di Kota Bandung, berkontribusi terhadap

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 59, 63%. Penyerapan tenaga

kerja lebih dari 1 (satu) juta. Sehingga, potensi tersebut berkontribusi juga bagi

pendapatan Nnasional. Tantangan utama UMKM di Kota Bandung, yaitu permodalan

(kurang modal), yang selanjutnya adalah kurang mampu memasarkan, kesulitan bahan

baku dan keterbatasan sumber daya manusia (SDM). Keterbatasan SDM ini terkait

dengan keahlian penggunaan teknologi dan manajerial (pengelolaan usaha).

UMKM berdasarkan sektor Industri yang merujuk pada Klasifikasi Lapangan

Usaha Industri (KLUI) kota Bandung, sebagai berikut:

Tabel 2. UMKM Kota Bandung berdasarkan Sektor Industri

Kriteria Unit Usaha Tenaga Kerja

Menengah 4.530 27,567

Kecil 5,408 51,423

Mikro 7.156 43,321

Jumlah 17,094 122,311 Sumber: Hasil Studi Dokumentasi Berdasarkan KLUI (2015), diolah Penulis (2015)

Kota Bandung sudah sejak lama dikenal sebagai barometer fashion di

Indonesia. Di kota ini perkembangan fashion selalu bergerak dinamis dengan segala

kreativitas didalamnya. Sejak tahun 1990an sampai 2015 ini, tren distro (distribution

outlet) dan factory outlet (FO) membentuk identitas kota Bandung, sebagai kiblat

utama di bidang fashion. Industri fashion di Kota Bandung telah memberikan gairah

baru anak muda berkarya (Hasil wawancara dengan pengusaha muda Kota Bandung,

Juli 2015).

Perkembangan pengusaha ekonomi kreatif di Kota Bandung, semakin maju

pesat. Pada bulan April 2015 telah digelar Pameran Art and Craft 2015 oleh Dinas

Koperasi UKM dan Industri Perdagangan Kota Bandung, membuktikan bahwa

produk-produk ekonomi kreatif mampu bersaing di pasar global. Pameran tematik

tersebut merupakan yang kedua kalinya diadakan di Kota Bandung. Hal-hal baru dari

sisi craft jadi tolak ukur sebuah inovasi. Sehingga, kreativitas KUMKM di Kota

Bandung dapat sejajar dengan produk-produk yang dihasilkan Inacraft. ’’Tidak lama

lagi, kita akan mampu menembus pasar Inacraft,” kata Kepala Dinas KUKM dan Indag

Kota Bandung Eric M. Attauriq, di sela pameran art and craft di Graha Manggala

Siliwangi, Jalan Aceh Bandung.

Page 8: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 8 of 32

Tabel 3. Profil Berdasarkan Jumlah UMKM di Kota Bandung

Sumber: Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung (2015),

diolah penulis (2015)

Dengan demikian, dapat diidetifikasi keberadaan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM) dalam kontek perekonomian di Kota Bandung cukup dominan dan

bermakna. Indikator : (1) Jumlah industri yang cukup banyak/besar; (2) Potensi yang

besar dalam penyerapan tenaga kerja; dan (3) Kontribusi UMKM dalam pembentukan

PDB cukup bermakna. Namun demikian, pada koridor semangat untuk

mengembangkan dan memberdayakan UMKM, ternyata bagi pihak intermediary

system, dalam hal ini pemerintah, dipandang masih sangat sulit menjadi primadona

portfolio investasi yang mampu meningkatkan nilai, khususnya perspektif investor

(Pemegang Saham).

Mikro Kecil Menengah

Bojong Loa Kaler 128 48 132 308

Babakan Ciparay 119 248 193 560

Bandung Kulon 198 447 178 823

Astana Anyar 532 470 101 1,103

Bojong Loa Kidul 278 148 179 605

Sukasari 367 167 158 692

Cicendo 176 97 55 328

Sukamiskin 198 86 21 305

Sukajadi 198 209 167 574

Andir 632 402 298 1,332

Cidadap 129 98 67 294

Coblong 178 92 73 343

Bandung Wetan 196 89 134 419

Sumur Bandung 118 155 85 358

Cibeunying Kidul 138 329 86 553

Cibeunying Kaler 188 93 12 293

Buah Batu 278 172 167 617

Bandung Kidul 188 182 111 481

Cebeunying Kaler 289 148 189 626

Regol 298 167 571 1,036

Lengkong 302 182 119 603

Kiara Condorng 298 298 334 930

Batununggal 146 78 198 422

Ujung Beurung 312 434 269 1,015

Arcamanik 278 91 120 489

Cibiru 212 83 113 408

Antapani 298 249 112 659

Panyileukan 102 89 152 343

Cinambu 187 35 82 304

Mandala jati 195 22 54 271

Jumlah 7,156 5,408 4,530 17,094

Kecamatan

Jumlah

Total

Page 9: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 9 of 32

UMKM berdasarkan Sentra Industri dan Klasifikasi Lapangan Usaha Industri,

sebagai berikut:

Tabel 4. UMKM berdasarkan Sentra Industri dan Klasifikasi Lapangan Usaha

Industri (KLUI)

Sumber: Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung (2015), diolah

penulis (2015)

Sentra Kriteria Unit Usaha

Menengah 2,898

Kecil 4,233

Mikro 6,222

Menengah 17

Kecil -

Mikro -

Menengah 497

Kecil 415

Mikro 560

Menengah 282

Kecil 126

Mikro 211

Menengah 118

Kecil 12

Mikro 30

Menengah 129

Kecil -

Mikro -

Menengah 112

Kecil 11

Mikro 27

Menengah 98

Kecil -

Mikro -

Menengah 67

Kecil 15

Mikro 40

Menengah 59

Kecil -

Mikro -

Menengah 117

Kecil 34

Mikro 10

Menengah 213

Kecil 150

Mikro -

Menengah 112

Kecil -

Mikro -

Menengah 62

Kecil 65

Mikro 35

Menengah 11

Kecil 55

Mikro 15

Industri Alat Angkut

Industri Furnitur

Industri Pengolahan lainnya

Industri Logam Dasar

Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang

Elektronik, Optik & Peralatan Listrik

Industri Mesin & Perlengkapan

Industri Kimia, Farmasi & Obata Tradisional

Industri Karet, Barang dari Karet & Plastik

Industri Barang Galian Bukan Logam

Industri Kulit, Barang dari Kulit & Alas kaki

Industri Kayu, Barang dari Kayu & Gabus, dan

Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan

Sejenisnya

Industri Kertas, Percetakan dan Reproduksi

Media Rekaman

Pengolahan Tembakau

Industri Tekstil & Pakaian Jadi

Industri Makanan & Minuman

Page 10: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 10 of 32

Dengan adanya kecenderungan ini, pantas jika fakta penguasaan aset nasional

untuk pengusaha UMKM mencapai 8%, usaha koperasi juga hanya mencapai 10%.

Sedang untuk BUMN, pengusaan aset nasional mampu mencapai 24% dan sisanya

sebesar 58% dikuasai oleh 200-300 group usaha besar (Hasil Studi Dokumentasi,

2015). Di sisi lain, permasalahan UMKM yang berkaitan dengan sumber daya manusia

(human resources), manajemen, funding access, informasi teknologi dan market acces

membuat para pengusaha UMKM –umumnya- memposisikan diri untuk ”apatis“ dalam

membangun simbiosis yang harmonis dengan pihak intermediary. Dari hasil

wawancara memberika fakta bahwa sumber pembiayaan yang dilakukan oleh UMKM

lebih banyak diperoleh dari pembiayaan sendiri dan down payment pemberi order.

Sedangkan penggunaan jasa perbankan hanya untuk transaksi jasa ekspor untuk

pembayaran barang yang telah dikirim melalui Letter of Credit (L/C).

Rendahnya penggunaan jasa perbankan sebagai sumber pembiayaan atau

permodalan, disebabkan beratnya persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi

UMKM, prosedur pinjaman kredit yang cukup lama dan tingginya suku bunga yang

diterapkan. Hanya 31% pihak UMKM yang menerima kucuran kridit, sisanya

sebanyak 21% ditolak (tidak visible) dan bahkan 48% pengusaha UMKM tidak

mengajukan permintaan kucuran pendanaan sama sekali dari pihak perbankan (Studi

dokumentasi pada BPR, Bank BNI, dan Bank Indonesia, 2015).

Fakta di atas mengisaratkan dua hal penting, (1) pihak perbankan cenderung

masih kekurangan informasi mengenai potensi dan daya tarik investasi pada dunia

UMKM; dan (2) Disatu sisi permasalahan internal UMKM cenderung membatasi akses

informasi mengenai pola pembiayaan yang dapat ditawarkan kepada pihak perbankan.

Di sisi lain, isu mengenai penyediaan layanan informasi mengenai model pembiayaan

(lending model) yang diperuntukkan bagi pihak perbankan untuk sejumlah komoditas

potensial garapan UMKM. Kedua permasalahan (penjaminan dan pola pembiayaan)

kemudian diharapkan menjadi tiang beton penyanggah jembatan (bridging) semangat

penguatan jaringan kerjasama industri besar, UMKM, dan perbankan.

Upaya yang telah dilakukan pemerintah, diantaranya: (1) Kementerian BUMN

sejak tahun 2001, mengharuskan BUMN untuk menyisihkan 3-5% dari labanya untuk

membantu pendanaan UMKM (melalui Kemitraan); (2) Kementrian Koperasi dan

UMKM melancir program penjaminan dengan total dana yang terserap sebesar Rp.

367.327.500.000; (3) Departemen pertanian mengucurkan dana sebesar Rp.

85.000.000.000,- untuk program penjaminan Pembiayaan bidang Usaha Agrobisnis dan

Agroindustri; (4) Kementrian lingkungan hidup menyalurkan Debt Swept for Nature dari

pemerintan Jerman untuk pembiyaan UMKM ramah lingkungan sebesar Rp. 5.000.000.000;

(5) Departemen Kelautan dan Perikanan program penjaminan Dana Ekonomi Produktif

bagi Masyarakat Pesisir sebesar Rp 19.600.000.000; (6) Sejumlah Pemerintah Daerah

(seperti PEMDA Kutai) juga tidak mau ketinggalan dengan mengucurkan dana sebesar Rp

5.400.000.000,- untuk penjaminan pembiayaan Koperasi dan UMKM; (7) Sedang NGO Swiss

Page 11: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 11 of 32

Contatc melancir program penjaminan pembiayaan usaha ternak ayam di Provinsi NAD sebesar

Rp 480.000.000,-.

Upaya yang telah dilakukan Bank Indonesia sebagai bank central, yaitu: (1)

Kesepakatan Bersama antara Kementerian Koperasi & UKM, dan Bank Indonesia

tentang Pengembangan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; (2) Nota

Kesepahaman antara Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Pertanian Republik

Indonesia tentang Kerjasama Pengembangan Usaha di Sektor Pertanian; (3) Nota

Kesepahaman antara Bank Indonesia dan PT. Jatropha Green Energy tentang kerjasama

Pengembangan Klaster Komoditas Jarak Pagar; (4) Kesepakatan Bersama antara Bank

Indonesia dan Gabungan Kelompk Tani Mekarmukti dan PT. Mitratani Agro Unggul

tentang Kerjasama Pengembangan Klaster Cabai; (5) Kesepakatan Bersama antara

Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Bank Indonesia tentang Percepatan

Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan sebagai Salah Satu Sektor Unggulan

dalam Perekonomian Indonesia; (6) Kesepakatan Bersama antara Departemen Kelautan

dan Perikanan dan Bank Indonesia tentang Pengembangan Konsultan

Keuangan/Pendamping Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Mitra Bank Sektor

Kelautan dan Perikanan.

Sampai akhir 2015 ini statistik kredit UMKM didasarkan pada Definisi Plafon, yaitu:

(1) kredit mikro dengan plafon s.d Rp 50 juta; (2) Kredit kecil dengan plafon lebih dari

Rp50juta s.d Rp 500 juta; (3) Kredit menengah dengan plafon lebih dari Rp500juta s.d

Rp 5 miliar.

Dalam definisi tersebut, seluruh jenis penggunaan kredit termasuk kredit

konsumtif masuk di dalam Statistik kredit UMKM. UU No. 20 Tahun 2008 tentang

UMKM mulai dilaksanakan untuk data laporan bulanan bank sejak Januari 2011, untuk

memberikan informasi yang lengkap tentang perubahan tersebut, maka dalam Statistik

kredit UMKM selama masa transisi (Januari sd akhir 2011) disajikan secara paralel,

yakni data kredit UMKM berdasarkan definisi/kriteria usaha dalam UU.20/2008 dan

data kredit MKM berdasarkan definisi plafond.

Karakteristik UMKM di Kota bandung, yaitu: (1) Ketiadaan pembagian tugas

dan delegasi yang jelas antara administrasi dan operasional. Faktanya, kebanyakan

usaha kecil dikelola tanpa sistem yang jelas; (2) Rendahnya akses terhadap lembaga-

lembaga kredit formal ke bank yang karenanya UMKM itu disebut unbankable; (3)

Sebagian besar pelaku usaha belum memiliki status badan hukum yang karenanya

mereka sulit mendapatkan pengakuan dari asosiasi; (4) Hampir sepertiga dari UMKM

bergerak dalam kelompok usaha kuliner, seperti minuman, dan handycraft; tekstil, dan

industri kayu, bambu, rotan, rumput, dan sejenisnya; termasuk perabot rumah tangga.

Lembaga-Lembaga Pemberdayaan UMKM di Kota bandung Upaya Pemberdayaan UMKM di Kota Bandung, telah dilakukan oleh baik

instansi/lembaga pemerintah maupun swasta (LSM, PTS, dan Komunitas peduli

UMKM). Upaya yang telah dilakukan Instansi/lembaga Pemerintah, dengan

Page 12: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 12 of 32

dibentuknya Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian dengan Peraturan Daerah Kota

Bandung.

Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung

a. Kebijakan Dinas UMKM terkait potensi dan tantangan UMKM di Bandung Kebijakan dilakukan peningkatan dalam 8 (delapan) aspek, yaitu Pendanaan,

Sarana dan prasarana, Informasi usaha, Kemitraan, Perijinan usaha, Kesempatan

berusaha, Promosi dagang, dan Dukungan kelembagaan. Ke 8 (delapan) aspek tersebut

menginisiasi pemerintah kota Bandung untuk mengiimplementasikannya dalam

program pemberdayaan UMKM di Kota Bandung.

b. Misi dan Arah Kebijakan Misi dinas yaitu meningkatkan kualitas kelembagaan, produktivitas, daya saing

dan kemandirian KUMKM. Dengan arah kebijakan yaitu menciptakan iklim usaha

yang kondusif bagi berkembangnya UMKM, fasilitasi pelaku ekonomi untuk

mendapatkan HAKI, sertifikasi halal & standarisasi produk skala nasional dan

internasional, perlindungan dan dukungan usaha bagi UMKM, dan menfasilitasi

wirausaha pemula.

c. Program Pemberdayaan UMKM. Merujuk pada arah kebijakan, maka dibentuk program pemberdayaan UMKM

sebagai berikut: (1) Pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM, dengan

kegiatan memberikan fasilitas dan intermediasi bagi UMKM; (2) Pengembangan

kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UMKM, dengan kegiatan memberikan

fasilitas pengembangan kewirausahaan; (3) Program penciptaan iklim usaha kecil yang

kondusif, dengan kegiatan penyusunan kebijakan tentang UMKM, memberi fasilitas

pengembangan UMKM.

d. Implementasi Program Pemberdayaan UMKM Program pemberdayaan UMKM, diwujudkan melalui kegiatan-kegiatan

sebagai berikut: (1) Pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM, dengan

kegiatan memberikan fasilitas dan intermediasi bagi UMKM: (a) Pameran City Ekspo

Kota Bandung (APEKSI) [Mei 2015]; (b) Fasilitasi akses pembiayaan UMKM [April

2015]; (c) Bandung City Craft Day [Mei 2015]; (d) Fasilitasi Forum Pengrajin

DEKRANASDA [Juni 2015]; (e ) Bazar Ramadhan 1435 H [Juli 2015]; (f) Workshop

Desain Produk UMKM [Juni 2015]; (G) Workshop E-commers UMKM [Mei 2015];

(h) Sinergisitas pemberdayaan UMKM berbasis kewilayahan [September 2015]; (i)

Penyusunan kebijakan tentang UMKM [April 2015].

e. Pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UMKM

Dengan kegiatan memberikan fasilitas pengembangan kewirausahaan; (a)

Seminar, FGD, Sosialisasi wirausaha baru [April-Mei 2015]; (b) Seleksi wirausaha

baru [April-Mei 2015]; (c) Launching wirausaha baru [Mei 2015]; (d) Bintek wirausaha

baru [Mei-Oktober 2015]; (e) Pendampingan dan magang wirausaha baru [Mei-

Oktober 2015]; (f) Pameran produk wirausaha baru [September-November 2015];

f. Program penciptaan iklim usaha kecil yang kondusif,

Dengan kegiatan penyusunan kebijakan tentang UMKM, memberi fasilitas

pengembangan UMKM: (a) Workshop fasilitas hak merek 50 UMKM [April 2015];

(b) Workshop UMKM Kreatif [Mei 2015]; (c) Pameran Ramadhan/Hijab Fair [Juli

2015]; (d) Jabar Ekspo [Agustus 2015]; (e) Pontianak Ekspo [Juni 2015], (f) Pameran

2 event (tentatif); (g) Kontak Bisnis UMKM [Mei 2015].

Page 13: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 13 of 32

g. Kerjasama dalam Pemberdayaan UMKM Setiap program pemberdayaan UMKM oleh Dinas Koperasi, UKM dan

Perindustrian Kota bandung melibatkan mitra lain, tetapi tidak dalam bentuk kontrak

atau perjanjian kerjasama. Kerjasama yang dilakukan sebatas pada event tertentu seperti

sebagai narasumber maupun fasilitator. seperti program fasilitas hak merek;

bekerjasama dengan Kemenkumham, program fasilitasi akses pembiayaan;

bekerjasama dengan BJB (tidak harus BJB, dibuka peluang bagi semua Bank), dan

pameran; bekerjasama dalam penyewaan tempat pameran (hanya sebatas bukti

pembayaran).

h. Dasar kerjasama (tanpa kontrak/perjanjian). Fungsi pemerintah sebagai regulator dan fasilitator. Sehingga, selain

pembentukan kebijakan bagi UMKM di Kota Bandung, juga menfasilitasi dalam

pengembangan UMKM melalui program-program yang diadakan oleh Dinas KUMKM

dan Perindag serta mitra kerjasama yang bersangkutan seperti Kadin, Dekranasda dan

lembaga lainnya. Selain itu, Wali Kota Bandung (Ridwan Kamil) menerapkan Kuadran

Helix sebagai implementasi UU No 20 Tahun 2008, yaitu dengan kolaborasi antara

birokrasi, akademisi, dunia usaha dan komunitas dalam pemberdayaan UMKM.

Sehingga, di Kota Bandung ada Forum CSR (mengacu pada Perda No 13 Tahun 2013

tentang CSR). Sedangkan kerjasama yang dilakukan Dinas KUMKM dan Perindag

hanya sebatas sebagai narasumber/fasilitator saja (bentuk kolaborasinya).

Pemberdayaan UMKM selain dilakukan oleh pemerintah juga dilakukan oleh

berbagai lembaga perusahaan dan pendidikan. Berikut ini beberapa lembaga atau

perusahaan yang melakukan program pemberdayaan UMKM di Kota Bandung:

Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Badan Usaha Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan istilah lain dari

Perusahaan Negara (State-Owned Enterprise / SOEs). Istilah tersebut baru dikenal

sejak diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983. Perusahaan negara

atau yang sekarang dikenal dengan BUMN merupakan badan hukum korporasi dengan

modal dimiliki, baik sebagian ataupun seluruhnya oleh negara. (UU, No. 19, 2003).

Keberadaan BUMN dalam aktivitas perekonomian di Indonesia mendapat

landasan yuridis berupa UUD 1945 Pasal 33 yang memberikan hak kepada negara

untuk menguasai cabang-cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup

orang banyak. Secara lebih spesifik, BUMN juga diatur oleh beberapa undang-undang

dan peraturan di bawahnya. BUMN diatur dengan UU Nomor 19 tahun 2003 tentang

BUMN. Dengan berlakunya UU ini, maka semua peraturan perundangan sebelumnya

dinyatakan tidak berlaku. Melalui kerja sama usaha dengan swasta maupun BUMN,

aset-aset yang masih idle tersebut akan menjadi salah satu kunci dalam upaya untuk

mewujudkan BUMN yang sehat, berkinerja baik, dan berdaya saing tinggi.

Lahirnya undang-undang ini dimaksudkan untuk mengatur pengelolaan BUMN

dalam rangka meningkatkan kinerja dan produktivitas. Undang-Undang tentang

BUMN ini dimaksudkan untuk memenuhi visi pengembangan BUMN di masa yang

akan daraih, antara lain: (1) menciptakan pengelolaan dan pengawasan BUMN

berdasarkan prinsip efisiensi dan produktivitas guna meningkatkan kinerja BUMN; (2)

menata dan mempertegas peran lembaga peme-rintah dan posisi wakil pemerintah

sebagai pemegang saham/pe-milik modal BUMN; (3) mempertegas dan memperjelas

hubungan BUMN sebagai operator atau pelaku usaha dengan lembaga pemerintah

Page 14: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 14 of 32

sebagai regulator; (4) menghindarkan BUMN dari tindakan-tindakan eksploitasi di luar

mekanisme korporasi; (5) meletakkan dasar-dasar atau prinsip-prinsip tata kelola

perusahaan yang baik (good corporate governance).

Guna menunjang pelaksanaan program restrukturisasi BUMN, pada tahun 2007

Pemerintah telah melakukan penambahan Penyertaan Modal Negara (PMN) pada 7

(tujuh) BUMN senilai Rp. 1,3 Triliun. Selain itu, tambahan PMN juga diberikan kepada

2 (dua) BUMN lainnya yaitu Askrindo dan SPU senilai Rp. 1,4 Triliun, guna

mendukung pengembangan UMKM melalui program penjaminan kredit, melalui

Program Kemitraan.

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

Badan usaha milik daerah (BUMD) adalah perusahaan yang didirikan dan

dimiliki oleh pemerintah daerah. Kewenangan pemerintah daerah membentuk dan

mengelola BUMD ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang

kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom. Ciri-ciri

BUMD, yaitu: (1) Pemerintah daerah memegang hak atas segala kekayaan dan usaha;

(2) Pemerintah daerah berkedudukan sebagai pemegang saham dalam pemodalan

perusahaan; (3) Pemerintah daerah memiliki wewenang dan kekuasaan dalam

menetapkan kebijakan perusahaan; (4) Didirikan peraturan daerah (perda); (5)

Dipimpin oleh direksi yang diangkat dan diberhentikan oleh kepala daerah atas

pertimbangan DPRD; (6) Masa jabatan direksi selama empat tahun; dan (7) Bertujuan

memupuk pendapatan asli daerah guna membiayai pembangunan daerah.

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di Kota Bandung, yaitu: (1) Bank

Pembangunan Daerah (BPD); (2) Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM); (3)

Perusahaan Daerah Angkutan Kota (bus kota); (4) Perusahaan Daerah Rumah Potong

Hewan (PDRPH). Tujuan pendirian BUMD, yaitu: (1) Memberikan sumbangsih pada

perekonomian nasional dan penerimaan kas negara; (2) Mengejar dan mencari

keuntungan; (3) Pemenuhan hajat hidup orang banyak; (4) Perintis kegiatan-kegiatan

usaha; (5) Memberikan bantuan dan perlindungan pada UMKM.

Bank Indonesia (BI)

Dalam rangka mendorong intermediasi perbankan kepada sektor riil dan

UMKM, salah satu upaya yang dilakukan Bank Indonesia adalah dengan menyediakan

informasi data profil UMKM yang tidak sedang mendapatkan pembiayaan perbankan,

namun membutuhkan kredit/pembiayaan dalam rangka pengembangan usahanya.

Dengan tersedianya data profil UMKM dimaksud, diharapkan dapat

memberikan manfaat bagi para pihak terutama bagi UMKM dalam rangka

mempercepat akses pembiayaan dari perbankan. Data profil UMKM menyajikan data

informasi pengusaha (nama perusahaan, lama usaha, alamat, dll) serta data usaha yang

antara lain mencakup informasi kegiatan usaha, tingkat persaingan usaha, total asset,

rata-rata penjualan per tahun, proyeksi pertumbuhan, kebutuhan pembiayaan, taksiran

aset untuk jaminan kredit serta jumlah dokumen persyaratan kredit.

Upaya pemberdayaan UMKM dapat diibaratkan seperti lima jari di tangan kita.

Setiap jari mempunyai peran masing-masing dan tidak dapat berdiri sendiri, akan lebih

kuat jika digunakan secara bersamaan. Beragam informasi mengenai komoditi UMKM,

juga mengenai produk dan jasa perbankan, antara lain mengenai komoditi UMKM yang

Page 15: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 15 of 32

potensial di suatu daerah, pola pembiayaan komoditi unggulan, pola pengembangan

klaster UMKM, skim kredit program Pemerintah, konsultasi usaha dari sisi finansial,

kisah sukses pembiayaan, profil UMKM yang layak dibiayai oleh Bank.

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional

memiliki peran yang penting dan strategis. Namun demikian, UMKM masih memiliki

kendala, baik untuk mendapatkan pembiayaan maupun untuk mengembangkan

usahanya. Dari sisi pembiayaan, masih banyak pelaku UMKM yang mengalami

kesulitan untuk mendapatkan akses kredit dari bank, baik karena kendala teknis,

misalnya tidak mempunyai/tidak cukup agunan, maupun kendala non teknis, misalnya

keterbatasan akses informasi ke perbankan. Dari sisi pengembangan usaha, pelaku

UMKM masih memiliki keterbatasan informasi mengenai pola pembiayaan untuk

komoditas tertentu. Di sisi lain, ternyata perbankan juga membutuhkan informasi

tentang komoditas yang potensial untuk dibiayai.

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka menyediakan rujukan bagi

perbankan untuk meningkatkan pembiayaan terhadap UMKM serta menyediakan

informasi dan pengetahuan bagi UMKM yang bermaksud mengembangkan usahanya,

maka menjadi kebutuhan untuk penyediaan informasi pola pembiayaan untuk komoditi

potensial tersebut dalam bentuk model/pola pembiayaan komoditas (Lending Model).

Kamar Dagang dan Industri (KADIN)

Program pemberdayaan UMKM oleh KADIN Kota Bandung, dilakukan dengan

membentuk Badan Promosi dan Pengelola Keterkaitan Usaha (BPPKU). BPPKU

adalah sebuah lembaga yang konsisten melakukan pembinaan, pendampingan dan

pemberdayaan usaha kecil dan menengah (UMKM).

Dasar Pembentukan BPPKU melalui Surat keputusan Walikota Bandung

Nomor: 510.1/Kep.404-Huk/2006 tentang pembentukan Badan Promosi dan pengelola

Keterkaitan Usaha ( BPPKU ). Tujuan Berdiri BPPKU KADIN Kota Bandung, yaitu:

a. Meningkatkan kualitas UKM Potensial di Kota Bandung, sekaligus disiapkan

menjadi UKM handal dan siap berkembang;

b. Memperkuat jiwa kewirausahaan dan meningkatkan kemampuan manajerial

UKM Kota Bandung;

c. Membangun komunitas dan jaringan UKM dalam rangka fungsi penguatan

sehingga UKM dapat kuat, mandiri dan berkembang;

d. Memperluas lapangan kerja, menyerap tenaga kerja, sehingga menambah omzet

usaha, dalam upaya mengembangkan ekonomi suatu wilayah;

e. Meningkatkan kualitas manajemen usaha kecil dengan parameter terlaksananya

system manajemen berupa rencana usaha dan sistem pelaporan;

f. Membantu percepatan LPE Kota Bandung dengan diberdayakannya UKM

menuju UKM mandiri.

Sasaran yang ingin dicapai dengan dibentuknya BPPKU, yaitu: (a) UKM dalam

tahap pengembangan usaha; (b) UKM yang sedang melalui tahapan penguatan usaha;

(c) Entrepreneur baru; (d) Masyarakat calon Enrepreneur.

Upaya yang telah dilakukan BPPKU dalam bentuk kegiatan, yaitu: (a)

Melaksanakan seminar, Workshop dan pelatihan bagi UMKM yang meliputi:

Kemampuan Manajemen usaha, perencanaan usaha, pengembangan usaha, peluang

usaha, pemasaran, diversifikasi produksi, disain rpduksi, keuangan dan lain – lain; (b)

Konsultasi usaha baik yang dilakukan secara rutin di Sekretaiat BPPKU/KKB Kota

Page 16: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 16 of 32

Bandung, maupun konsultasi on the spot yang telah dilakukan di seluruh wilayah Kota

Bandung yang meliputi konsultasi bidang pemasaran, permodalan, produksi,

SDM,HAKI dll; (c) Pendalaman dan pembekalan tentang ekonomi usaha kecil dan

menengah bagi Kepala Seksi Ekbang Kelurahan di Kota Bandung; (d) Mengundang

UMKM untuk mengikuti prsentasi pameran dalam dan luar negeri bekerja sama dengan

Kadin Kota Bandung; (e) Melakukan pertemuan dengan Kepala Bagian PUKK/PKBL

BUMN/BUMD dan Perbankan untuk mengkoordinasikan tentang bantuan kredit lunak

BUMN bagi UMKM, dimana BPPKU berperan sebagai fasilitator; (f) Memitrakan

UMKM dengan pengusaha besar.

Program Unggulan Inkubator Bisnis UMKM yang telah dilakukan BPPKU,

yaitu:

Tahapan Program:

1. Koordinasi/Sosialisasi Program, meliputi: (a) Koordinasi dengan Pemda dan Dinas

Instansi terkait dalam rangka menyamakan persepsi,serta pembahasan program

kerja pembinaan UKM melalui konsep incubator; (b) Pertemuan sosialisasi dan

presentasi UMKM melalui konsep incubator bisnis kepada para Camat, karena

UKM yang dilibatkan adalah dari Kecamatan masing-masing; (c) Rapat pertemuan

teknis Inventarisasi UMKM potensial dengan Kasie Ekbang Kecamatan se Kota

Bandung, sekaligus sosialisasi program pembinaan inkubator bisnis bagi UMKM

untuk disosialisasikan kembali kepada kelurahan masing-masing; (d) Rapat

pertemuan koordinasi untuk menyempurnakan konsep inkubator bisnis, dengan tim

dan Dinas terkait.

2. Seleksi UMKM Potensial untuk menjadi calon Mitra Binaan BPPKU Kota

Bandung, yaitu: (a) Calon Mitra Binaan yang diajukan dari tiap Kecamatan di

seleksi oleh Tim BPPKU Kota Bandung melalui informasi dari Kasie Ekbang

Kecamatan, wawancara, dan kunjungan ke workshop (aspossible ); (b) Psikotest :

Untuk melihat potensi dan attitude calon mitra; (c) Tenant. Dari mitra yang

dicalonkan oleh masing-masing kecamatan, dapat terjaring 30 mitra binaan UMKM

yang potensial; (d) Kriteria Mitra Binaan ditentukan oleh Tim BPPKU.

3. Asesment Calon Mitra Binaan. Pendalaman masalah usaha yang dihadapi oleh mitra

binaan, untuk mengetahui dan memastikan kebutuhan layanan yang akan di

berikan.

4. Tahapan Treatment. Dilakukan melalui pelatihan, workshop, simulasi dan game

bisnis, motivasi, menyusun action plan dsb. Yang seluruhnya disusun berdasarkan

hasil assessment.

5. Case Conference, yaitu: pertemuan pembahasan kasus/ progres bisnis masing-

masing Tenant untuk memantau perkembangan usaha dan memecahkan masalah

yang dihadapi tenant secara bertahan; Mereka dibagi dalam kelompok masing-

masing sesuai bidang/ karakter usahanya, dan dipandu oleh konsultan incubator

BPPKU Kota Bandung; Fungsi dan tujuan : membentuk komunitas, silaturahmi,

penguatan, dan problem solving; Hasil Case Conference dilaporkan dalam rapat

dievaluasi dan tindak lanjuti sesuai progress yang terjadi.

6. Akses kesumber permodalan. BPPKU sebagai incubator memfasilitasi akses Tenant

ke sumber-sumber permodalan yang memungkinkan seperti Kredit

Program/bergulir (Pemda), BUMN/D, PNM, kredit mikroperbankan dsb.

Program Reguler Pendampingan UMKM (Technical Assistant), yaitu: (a)

Inventarisasi UMKM se-Kota Bandug melalui aparat di Tingkat Kecamatan, yang

Page 17: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 17 of 32

nantinya dapat dipakai data base UKMK se Kota Bandung. Karena data dari tingkat

Kecamatan selama ini menghasilkan data yang objektif dan akurat; (b) Pelatihan

Pelatihan untuk UMKM diluar Mitra Binaan program Inkubator (berdasarkan buttom

up proses); (c) Konsultasi dan Pendampingan usaha UMKM bagi secretariat BPPKU/

KKB Kota Bandung atau di work shop, sebagai tindak lanjut program sebelumnya.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Lembaga swadaya masyarakat (LSM) sebagai lembaga pelayanan alternative

bagi UMKM yang berfungsi sebagai lembaga perantara untuk menjembatani

keterbatasan pemerintah dan swasta dalam memberdayakan UMKM. Sangat berpotensi

menjadi partner UMKM karena kedekatan hubungannya dengan UMKM.

Kordinasi antar LSM maupun lembaga pendukung lainnya sangat minim.

Sehingga lingkup kerja terbatas, serta ada ketergantungan financial dan teknisi ahli

yang akan mengancam keberlangsungannya. LSM hanya menfasilitasi hubungan antara

kelompok masyarakat berpendapatan rendah dalam UMKM, atau masyarakat

berpendapatan rendah dengan system keuangan formal. Mereka melakukan

penyerahan, bantuan untuk pengajuan, pelatihan, bantuan teknis, dan penjaminan untuk

penyedia jasa keuangan yang mengurangi biaya dan risiko dari sasaran penerima

bantuan masyarakat miskin.

Upaya yang telah dilakukan LSM untuk meberdayakan UMKM, diantaranya:

(1) pebgembangan berbagai kelompok swadaya masyarakat; (2) Pelatihan teknis

Produksi dan pengelolaan (manajemen)/administrasi; (3) Penelitian dan konsultasi; (4)

Intervensi efektif hanya dalam wilayah kerjanya; dan (5) masih belum menjangkau

kelompok UMKM yang betul-betul marginal.

Lembaga Keuangan Berbasis Komunitas (LKBK)

LKBK ini didasarkan pada 3 (tiga) kelompok, yaitu: (1) Bank Perkreditan

rakyat (BPR), yang beroperasi sampai pelosok desa, (2) Koperasi, baik koperasi simpan

pinjam jasa keuangan maupun unit usaha simpan pinjam dalam berbagai macam

koperasi; dan (3) Lembaga Kredit Kelurahan / Badan Kredit Kecamatan, dll. Jaringan

LKBK di Kota Bandung memiliki asset usaha kurang dari Rp 25 Juta, menjalankan

usaha pemenuhan kebutuhan primer, cash flow harian, omzet kurang dari Rp 100

Juta/tahun, dan sangat dengan lingkungan keluarga, besar pinjaman rata-rata Rp 15 jt

yang pernah diterima Usaha Mikro, dikenal dan dekat dengan lingkungan lembaga

keuangan mikro, seta memiliki jaringan usaha yang terbatas. LKBK sebagai pelayanan

dana pinjaman untuk usaha mikro di Kota Bandung. Model LKBK ini mempunyai tugas

utama menyalurkan pinjaman ke usaha mikro atau masyarakat berpendapatan rendah

dan lingkungan kenal dengan pendanaan. Praktiknya Lembaga Keuangan berbasis

Komunitas ini memberikan layanan jasa keuangan dengan kepercayaan usaha dengan

dasar pengembalian cicilan. LKBK ini sebagai bentuk layanan keuangan pada

kelompok usaha mikro dengan formula pinjaman standar baku usaha mikro, tanpa

agunan dan bunga ringan, pinjaman kecil sebagai pilihan pendanaan yang diminati

pengusaha mikro. Lembaga Keuangan Berbasis Komunitas dibangun oleh lembaga

keuangan formal, seperti bank komersial, yang memberikan pinjaman ke Usaha Mikro

yang relatih kurang berhasil. Alasannya adalah keterbatasan pengetahuan /pemahaman

bagi pengusaha mikro dan hubungan yang relative renggang antara lembaga keuangan

formal dengan formula pinjaman tidak sesuai dengan Usaha Mikro.

Page 18: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 18 of 32

Berdasarkan temuan, bahwa LKBK adalah lembaga pinjaman yang berformula

usaha mikro berbasis komunitas dengan pola besar cicilan pengembalian sebagai acuan

pinjaman, dengan memberikan syarat dikembangkan dengan ketentuan dasar, yaitu:

Kepercayaan, Pinjaman dengan formula tanggungjawab kelompok, tanpa agunan,

pengusaha mikro dikenal dengan lembaga keuangan mikro, besar pengembalian

sebagai dasar pinjaman (rasio aktivitas), dan Usaha Mikro dikenal disekitarnya. Hasil

penelitian ini juga menunjukkan bahwa usaha mikro masih berhubungan dengan

lembaga keuangan informal dan jmlah usaha mikro mampu membangun sector riil,

usaha mikro dapat dikembangkan dengan fleksibilitas tinggi dan pinjaman yang

diberikan dengan formula tanggungjawab kelompok. Upaya pemberdayaan UMKM

yang telah dilakukan Lembaga Keuangan berbasis Komunitas tersebut, yaitu: (1)

Memberikan modal kepada usaha mikro dengan persyaratan seperti diuraikan di atas;

(2) Melayani usaha mikro yang tidak terlayani oleh Perbankan, BUMN/D atau Dinas

Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan maupun oleh LSM; (3) Berusaha

melakukan pendekatan dengan masyarakat sekitar usaha mikro, yang mandiri dan bebas

di Masyarakat; (4) Memberikan prosedur peminjaman dana tanpa agunan, dengan

pengembalian dan pinjaman sebagai dasar.

Dengan demikian, kemitraan BUMN, BUMD, dan Swasta kota Bandung, yang

setiap tahun diselenggarakan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah kota

Bandung ini bertujuan memperkenalkan produk yang dibuat oleh UMKM dibawah

Binaan BUMN, BUMD dan Swasta. Selain itu melibatakan akademisi, BPPKU Kadin

kota Bandung menampilkan produk yang telah dibuat atas kerjasama dengan UMKM

di bawah binaan BPPKU Kadin kota Bandung.

Model pemberdayaan usaha mikro dilakukan, seperti terlihat pada gambar sebagai

berikut:

Gambar 1. Upaya Pemberdayaan Usaha Mikro oleh LKBK

UMKM yang telah mendapatkan pembinaan sebagai upaya pembinaan yang

dilakukan BUMN, BUMD, Kadin, Bamk Indonesia, LSM, dan Pemerhai UMKM

melalui program Kemitraan, yang dapat disajikan pada Tabel 9.

Bank Umum Lembaga Keuangan

Berbasis Komunitas

Usaha Mikro

Modal Kerja Modal Kerja Investasi

Page 19: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 19 of 32

Tabel 5. Kontribusi Instnasi/Lembaga Pemerintah dan Swata dalam Pemberdayaan

UMKM

Sumber: Dinas KUMKM dan Perindag (2015), Bank Indonesia (2015), BPS (2015), Kadin (2015)

(diolah penulis, 2015)

Deskripsi Koordinasi antar Institusi/Lembaga Pemberdayaan dengan

Pemerintah Kota Bandung

Berdasarkan hasil wawancara dengan dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan

Perdagangan Kota Bandung, dapat diketahui poa koordinasi Institusi/Lembaga

pemberdayaan dengan pemerintah, diatur dalam Peraturan Daerah Kota Bandung

Nomor 23 Tahun 2009 tentang UMKM. Pemberdayaan yang dilakukan pemerintah

sebagai upaya Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia usaha dan masyarakat secara sinergis

dalam bentuk penumbuhan lklim dan pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah,

sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

Pembiayaan adalah penyediaan dana oleh Pemenintah, Pemenintah Daerah,

dunia usaha dan masyarakat melalui bank, koperasi dan lembaga keuangan bukan bank,

untuk mengembangakan dan memperkuat permodalam mikro, kecil dan menengah.

Kemitraan adalah kerja sama da1am kebersamaan usaha baik langsung atau tidak

langsung atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan

menguntungkan yang melibatkan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah dengan

usaha besar. Usaha mikro, kecil dan menengah berasaskan pada: kekeluargaan,

demokrasi ekonomi, kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan

lingkungan, kemandirian, keseimbangan kemajuan, dan kesatuan ekonomi daerah.

UMKM bertujuan menumbuhkan dan mengambangkan usahanya dalam rangka

membangun perekonomian daerah berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.

Pengelolaan usaha Mikro, kecil dan Menengah bertujuan untuk : (a) Memperkuat usaha

Mikro, Kecil dan Menengah agar dapat menjadi usaha yang tangguh, mandiri dan

berkesinambungan; (b) Meningkatkan kemampuan usaha Mikro, Kecil dan Menengah

agar dapat berusaha dan memperoleh hasil yang maksimal; (c) Menumbuhkan dan

meningkatkan kernampuan usaha Micro, Kecil dan Menengah menjadi usaha yang

berdaya saing tinged; (d) meningkatkan kemampuan usaha Mikro, Kecil dan Menengah

agar dapat mengembangkan kegiatan usahanya.

Mikro Kecil Menengah

Dinas KUMKM PemKot Bandung 85 738 197 1,020

BUMN 0 117,605 13,430 131,035

BUMD 0 97 68 165

Kadin Kota bandung 0 738 198 936

Bank Indonesia 117 1,716 987 2,820

BPR 98 123 9 230

LSM 97 37 17 151

Komunitas Pemerhati UMKM 109 98 29 236

Jumlah 506 121,152 14,935 136,593

JumlahTotalNama Instansi/Lembaga

Page 20: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 20 of 32

Kebijakan pengaturan pengelolaan usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah :

(1) Membangun dan mengembangkan jiwa kewirausahaan yang professional; (2)

Memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi usaha-usaha Mikro, Kecll dan

Menengah untuk dapat mengakses kredit pendanaan dan lembaga keuangan lainnya;

(c) Membebaskan kemudahan dalam memperluas pendanaan secara cepat, mudah, dan

tidak diskriminatif dalam pelayanan bagi usaha Mikro, Kecll dan Menengah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan;

(d) menyederhanakan tata cara dan jenis perizinan usaha dengan sistem petayanan

terpadu satu pintu; (e) Membebaskan biaya perizinan bagi usaha Micro dan

memberikan keringanan biaya perizinan bagi usaha kecil; (f) Mempermudah

pemanfaatan bank data dan jaringan informasi bisnis; (g) Mengadakan dan

menyebarluaskan informasi mengenal pasar, sumber pembiayaan, penjaminan,

teknologi, desain dan mutu; (h) Membangun kemitraan yang saling menguntungkan

antara usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar.

STRATEGI

• Mengembangkan Produk

Unggulan Kota

• Fasilitasi & Intermediasi

Pengembangan KUMKM

• Penguatan KUMKM melalui

Peningkatanm Kompetensi &

Kualitas SDM, Jaringan

Usaha, Perluasan Aspek

Permodalan & Daya Saing

Produk UKM

• Mendorong Pertumbuhan

Ekonomi sektor Jasa &

Perdagangan

ARAH KEBIJAKAN

• Menciptakan Iklim Usaha Yang

Kondusif Bagi Berkembangnya

Kumkm

• Fasilitasi Pelaku Ekonomi

Untuk Mendapatkan Hki,

Sertifikasi Halal & Standarisasi

Produk Skla Nasional &

Internasional

• Perlindungan Dan Dukungan

Usaha Bagi Kumkm

• Memfasilitasi Wira Usaha

Pemula

MISI-

4

Visi Kota Bandung

Tahun 2013-2018 :

Mewujudkan Kota Bandung yang

Nyaman ,Unggul & Sejahtera

RPJM D Kota Bandung Tahun 2013-2018

RPJP Kota Bandung Tahun 2005 – 2025

Target

Cakupan

Binaan

4.594

Wirausaha Baru

4.594 UMKM

2015

Membangun perekonomian yang

Kokoh, Maju dan Berkeadilan

SASARAN:

- Mendorong tumbuh dan

berkembangnya (KUMKM),

Berkembangnya Ekonomi Kreatif

- Meningkatkan Kesempatan Kerja

- Peningkatan Daya Beli Visi Dinas KUMKM &

PERINDAG Kota Bandung Tahun

2013-2018 :

Terwujudkan KUMKM &

PERINDAG yg Berdaya saing

guna mewujudkan pembangunan

Ekonomi yg Kokoh, Maju &

TUJUAN

Misi Dinas: : Meningkatkan Kualitas

Kelermbgaan,Produktivitas, Daya Saing &

Kemandirian KUMKM

4.514

ROADMAP BANDUNG JUARA

Reformasi Dekranasda Forum Aspirasi Pengrajin

Pasar Kerajinan

Pameran Rutin Dekranasda

Gambar 2 Koordinasi antar Institusi/Lembaga Pemberdayaan dengan Pemerintah

Page 21: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 21 of 32

Tugas dan wewenang Pemerintah Daerah dalam pengelolaan UMKM, adalah : (a)

Merumuskan kebijakan operational dalam rangka perencanaan, pembinaan, dan

pengembangan usaha Mikro, Kecil dan Menengah; (b) Melakukan upaya perlindungan,

pembinaan, pemberdayaan, dan pengembangan usaha Mikro, Kecil dan Menengah agar

mampu menjadi pelaku usaha yang handal dan terpercaya; (c) memajukan usaha Mikro,

Kecil dan Menengah agar dapat bersaing dalam mekanisme pasar; (d) Melaksanakan

pembinaan dan pengembangan kelembagaan dan ketatalaksanaan usaha Mikro, Kecil dan

Menengah; (e) Melakukan pembinaan dan pengembangan produktifitas usaha Mikro, Kecil

dan Menengah; (f) melaksanakan fasilitas dan kemudahan pendanaan bagi usaha Mikro,

Kecil dan Menengah; (g) mernbantu dan membuka akses pemasaran hasil produk usaha

Mikro, Kecil dan Menengah; (h) Menyelenggarakan peningkatan dan pengembangan

kapasitas dan kompetensi sumber days manusia usaha Mikro, Kecil dan Menengah; (i)

Mendorong dan memperkuat potensi usaha Mikro, Kecil Gan Menengah dalam upaya

menumbuhkan perekonomian Daerah; dan (j) Mendorong terciptanya usaha Mikro,

Kecil dan Menengah yang baru dilandasi oleh profesionalitas dan berwatak

wirausahawan yang handal.

Gambar 3. Pola kemitraan UMKM dengan Perbankan

Upaya yang telah dilakukan usaha besar terhadap UMKAM, yaitu: (1) Fase

perintisan, yaitu fase tumbuhnya usaha, yang ditandai dengan keinginan Individu

(Karyawan yang akan pensiun dengan Program Downzising) untuk membuka usaha.

Pada kondisi ini diberikan informasi tentang apa dan bagaimana usaha dilakukan; (2)

Fase pembinaan, yaitu fase dimana usaha telah terbentuk dan memerlukan bimbingan

dan pembinaan agar usaha tersebut menjadi lebih maju; (3) Fase pengembangan, yaitu

fase dimana unit usaha formal telah terbentuk dari telah berkeinginan untuk melakukan

peningkatan efisiensi dan produktivitas. Unit usaha inl diarahkan pada diversifikasi

produk dan peningkatan mutu kearah standar, baik mutu manajemen maupun produk

Disamping melakukan pelatihan; (4) Fase kemandirian, yaitu fase dimana industri

UMKM

• Mikro

• Kecil

• Menengah

PERBANKAN

• Analisis Keuangan

• Analisis Sensivitas

• Kelayakan

Page 22: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 22 of 32

kecil telah membentuk dirinya sendiri dan dapat menghadapi pasar nasional maupun

global; (5) Fase Program utama pembinaan dan pengembangan usaha, yaitu: (a)

Program pengembangan inisiasi, dan (b) Program pengembangaan produktivitas dan

efisiensi.

Model Manajemen Kolaborasi Pemberdayaan UMKM di Kota Bandung

Pembagian kewenangan politis, pendanaan, dan administrasi antar para pihak

yang mewakili berbagai lapisan kelembagaan pemerintah, masyarakat sipil dan sektor

swasta, merupakan sistem perpaduan berbagai aspek desentralisasi, dekonsentrasi dan

demokratisasi untuk secara efektif mencapai keseimbangan antara hak dan tanggung

jawab dalam pembedayaan UMKM.

Berdasarkan temuan di lapangan pemberdayaan yang dilakukan oleh baik (1)

Dinas Koperasi, UKM, Industri dan Perdagangan Kota Bandung, (2) BUMN, (3)

BUMD, (4) Kadin Kota Bandung, (5) Bank Indonesia, (6) LSM, maupun (7) Lembaga

Keunagan Berbasis Komunitas (Koperasi, BPR, dll) berjalan secara parsial, seperti

berikut: (a) Pola clustering merupakan pendekatan yang strategis dan tepat untuk

meningkatkan daya saing UMKM; (b) Program pengembangan kluster (sentra) UKM

ini sudah terbukti di banyak negara seperti di Eropa dan beberapa negara lainnya.

Klustering juga sangat ampuh dalam meningkatkan kemampuan inovasi dan daya saing

global UKM; (c) Berdasarkan Karakteristik UMKM, maka karakteristik tersebut harus

diubah, dengan penguatan jaringan UMKM dengan Usaha Besar dan Perbankan,

dengan Pola Bapak Asuh; (d) Terkait dengan UMKM, Industri besar dan Perbankan,

maka pembangunan Brand Image sangatlah penting, karena secara teoritis merupakan

“persepsi masyarakat terhadap perusahaan dan produknya” atau “hasil penilaian

persepsi konsumen terhadap suatu objek , baik positif maupun negative”.

Guna meningkatkan daya saing kota terkait dengan permberdayaan UMKM,

maka Kebijkan yang harus diambil setidaknya, yaitu: (a) Meningkatkan dan menggali

sumber pendapatan daerah terkait dengan UMKM berdasarkan azas proporsionalitas,

adil, dan merata sesuai dengan potensi yang dimiliki; (b) Pemanfaatan dana secara

efisien dan produktif yang didasarkan pada pendekatan hasil/output dengan dilandasi

azas manfaat, yang dalam hal ini membangun infrastruktur yang terkait langsung

dengan UMKM; (c) Memanfaatkan peran swasta dalam pembiayaan pembangunan

sebagai bagian dari deregulasi dalam pengembangan pelayanan public, dalam hal ini

menfasilitasi jaringan Industri besar, UMKM, dan Perbankan;

Guna mencapai hal tersebut di atas, maka menetapkan tujuan di antaranya:

1. Terwujudnya perekonomian kota Bandung yang tangguh, berdaya saing serta sehat

dan berkeadilan, yaitu:

a. Meningkatkan Pertumbuhan Riil dan Kontribusi Riil Sektor Perekonomian kota

Bandung terutama dari Core sectors (Jasa Wisata dan Perdagangan berbasis

industri kreatif dan IT) dengan mempertahankan industri pengolahan yang ada,

Page 23: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 23 of 32

dengan indikator capaian : LPE 9,33%; Tingkat pemerataan pendapatan versi

Bank Dunia minimal 15% (kategori sedang); PDRB Riil/kapita minimal Rp 16

juta per tahun; Indeks daya beli 68,88;

b. Memperbaiki stabilitas harga dan distribusi barang kebutuhan pokok, dengan

indikator capaian : Tingkat inflasi umum satu digit;

c. Perluasan kesempatan lapangan kerja formal di sektor-sektor yang menjadi core

competency kota, dengan indikator capaian : Tingkat Pengangguran Terbuka

15% ; Kesempatan kerja Minimal 89%;

d. Memberikan Kemudahan Pelayanan Perijinan dan Kepastian Hukum bagi

investor dan dunia usaha, dengan indikator capaian : Nilai Investasi berskala

nasional meningkat 20%. SKPD terkait dengan ini adalah Badan Penanaman

Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu, Dinas Koperasi, UMKM, dan

Perindustrian Perdagangan, Dinas Tenaga Kerja, Bagian Perekonomian.

2. Terwujudnya Kerjasama dan koordinasi yang menguntungkan dengan wilayah

pemerintah Daerah sekitar Kota Bandung, yaitu:

a. Membentuk sinergitas kegiatan ekonomi antar wilayah,

b. Indikator capaian : Teridentifikasinya peluang kerjasama ekonomi antar

wilayah.

c. SKPD terkait : Bagian Pemerintahan Umum, Bagian Perekonomian, Dinas

Koperasi, UMKM dan Perindustrian Perdagangan.

3. Pemerintah Kota Bandung, perlu mengambil kebijakan, yaitu:

a. Memiliki Kerangka kerja kelembagaan dan konsep kebijakan yang jelas yang

didasarkan pada pendekatan pasar (Market driven policy approach)

b. Menciptakan suatu iklim kondusif bagi perluasan bisnis UMKM. Ini

dimaksudkan untuk memperbaiki lingkungan bisnis bagi UMKM dalam klaster,

utamanya dalam upaya mengurangi biaya transaksi dan mempermudah kegiatan

bisnis, melalui :

1) Penyederhanaan prosedur lisensi, peraturan-peraturan daerah dan retribusi;

2) Pembangunan sisim jejaring lembaga-lembaga pendukung seperti

lembaga-lembaga keuangan mikro (MFI = Micro Finance Institutions),

Lembaga penjamin kredit dan para penyedia BDS;

3) Pembagian insentif kepada para pihak yang berkepentingan (terkait) dan

penyedia-penyedia jasa;

4) Penyelenggaraan program pembangunan dipimpin pemerintah bagi klaster

UMKM

5) Perbaikan dalam prosedur-prosedur lisensi dibawah administrasi

pemerintah daerah pada dasarnya ditargetkan untuk memodernisir

lingkungan bisnis bagi UMKM-UMKM;

6) Penekanan pada sistim jejaring lembaga-lembaga pendukung Nampak

memberikan kontibusi kepada pengembangan UKM ditinjau dari segi

keterbasan pertalian bisnis

Page 24: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 24 of 32

c. Mengembangkan UKM yang diarahkan untuk memberikan kontribusi yang

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan

peningkatan daya saing. Sedangkan pengembangan usaha skala mikro lebih

diarahkan untuk memberikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan pada

kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

d. Memperkuat kelembagaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tata

kepemerintahan yang baik (good governance) dan berwawasan gender terutama

untuk :

1) Menyerap banyak tenaga kerja

2) Memenuhi kebutuhan dasar local (seperti makanan-minuman dan obat-

obatan);

3) Mengolah hasil pertanian dalam arti luas (termasuk perikanan) dan sumber-

sumber daya alam

4) Memiliki potensi pengembangan ekspor

e. Memiliki Akses ke sumber-sumber produktif. Ini bertjuan memperbaiki akses

UKM-UKM dalam klaster ke sumber-sumber produktif seperi MFI, bank-bank

dan jasa-jasa pelatihan melalui :

1) Perbaikan jasa pelayanan yang dilakukan oleh MFI atau bank-bank

setempat;

2) Pembangunan sistim penilaian kredit dan jejaring informasinya;

3) Akreditasi dan sertifikasi penyedia-penyedia jasa;

4) Memperkuat fasilitator-fasilitator sebagai konsultan-konsultan professional

bagi UMKM-UMKM dalam klaster;

f. Membangun kewirausahaan dan klaster UMKM yang kompetitif. Ini bertujuan

mengembangkan kewirasahaan UKM-UKM dan memperbaiki daya saing klaster

UMKM, melalui :

1) Membangun incubator-inkubator bisnis dan klaster UMKM berbasis

teknologi;

2) Sistem insentif untuk meningkatkan kewirausahaan UMKM-UMKM untuk

inovasi teknis;

3) Membangun jejaring produksi dan distribusi diantara klaster UMKM agar

mereka bersaing

4) Membangun iklim kewirausahaan, semangat dan motivasi bagi para pemilik

UMKM. Dalam upaya melawan tekanan yang datang dari persaingan

eksternal

g. Membangun koperasi yang diarahkan dan difokuskan pada upaya-upaya untuk :

1) Membenahi dan memperkuat tatanan kelembagaan dan organisasi koperasi

di tingkat makro maupun mikro guna menciptakan iklim dan lingkungan

usaha yang kondusif bagi kemajuan koperasi serta kepastian hukum yang

menjamin terlindunginya koperasi dan/atau anggotanya dari praktek-praktek

persaingan usaha yang tidak sehat;

Page 25: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 25 of 32

2) Meningkatkan pemahaman, kepedulian dan dukungan pemangku

kepentingan (stakeholders) kepada koperasi;

3) Meningkatkan kemandirian gerakan koperasi.

Model Manajemen Kolaborasi Pemberdayaan melalui Pengembangkan dan

Menciptakan Iklim Dunia Usaha Melalui Bapak Asuh;

Upaya Kemitraan dalam rangka keterkaitan usaha diselenggarakan melalui

pola-pola yang sesuai dengan sifat dan tujuan usaha yang dimitrakan dengan diberikan

peluang kemitraan seluas-luasnya kepada UMKM, oleh Pemerintah dan dunia usaha.

Dalam pola ini, Usaha Besar sebagai inti membina dan mengembangkan UMKM yang

menjadi binaannya dalam: (a) Penyediaan dan penyiapan lahan; (b) Penyediaan sarana

produksi; (c) Pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi; (d)

Perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan; ( e ) Pembiayaan;

dan (f) Pemberian bantuan lainnya yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan

produktivitas usaha. Dalam hal kemitraan Usaha Besar dengan UMKM berlangsung

dalam rangka sub kontrak untuk memproduksi barang dan atau jasa, Usaha Besar

memberikan bantuan berupa: (a) Kesempatan untuk mengerjakan sebagian produksi

dan atau komponen; (b) Kesempatan yang seluas-luasnya dalam memperoleh bahan

baku yang diproduksinya secara berkesinambungan dengan jumlah dan harga yang

wajar; (c) Bimbingan dan kemampuan teknis produksi atau manajemen; (d) Perolehan,

penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan; (e) pembiayaan. Dalam

kegiatan perdagangan pada umumnya, kemitraan antara Usaha Besar dengan UMKM

dapat berlangsung dalam bentuk kerjasama pemasaran, penyediaan lokasi usaha, atau

penerimaan pasokan dari UMKM mitra usahanya untuk memenuhi kebutuhan yang

diperlukan oleh Usaha Besar yang bersangkutan.

Gambar 4.

Model Pemberdayaan Hubungan Usaha Besar, UMKM dan Pemerintah

Peran perbankan dalam pola bapak asuh, yaitu: (a) Perbankan bertindak sebagai

lembaga pembiayaan, lembaga penjaminan, dan lembaga pendukung lainnya; (b)

Perbankan sebagai lembaga pembiayaan memberikan prioritas pelayanan dan

PEMERINTAH

Undang- Undang

Peraturan

Kepres

Usaha Besar

UMKM

Mikro Kecil

Menengah

Page 26: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 26 of 32

kemudahan memperoleh pendanaan bagi UMKM, yang bermitra dengan Usaha Besar

melalui: (1) Penyediaan pendanaan kemitraan; (2) Penyederhanaan tatacara dalam

memperoleh pendanaan dengan memberikan kemudahan dalam pengajuan

permohonan dan kecepatan memperoleh keputusan; (3) Pemberian keringanan

persyaratan jaminan tambahan; (4) Penyebarluasan informasi mengenai kemudahan

untuk memperoleh pendanaan untuk kemitraan melalui penyuluhan langsung dan

media massa yang ada; (5) Penyelenggaraan pelatihan membuat rencana usaha dan

manajemen keuangan; (6) Pemberian keringanan tingkat bunga kredit kemitraan.

Model Manajemen Kolaborasi Pemberdayaan UMKM melalui Kemitraan Usaha

Besar, UMKM, Perbankan dan Pemerintah

Perbankan sebagai Lembaga penjaminan memberikan prioritas pelayanan dan

kemudahan bagi UMKM yang bermitra dengan Usaha Besar untuk memperoleh

jaminan pendanaan melalui : (a) Perluasan fungsi lembaga penjaminan yang sudah ada

dan atau pembentukan lembaga penjaminan baru; (b) Pembentukan lembaga penjamin

ulang untuk menjamin lembaga-lembaga penjaminan yang ada.

Perbankan selaku Lembaga pendukung lain, dapat dilakukan dengan

bekerjasama dengan institusi baik akademisi maupun konsultan professional yang

berperan mempersiapkan dan menjembatani UMKM yang akan bermitra dengan Usaha

Besar melalui : (a) Penyediaan informasi, bantuan manajemen dan teknologi terutama

kepada Usaha Mikro dan Kecil; (b) Persiapan UMKM yang potensial untuk bermitra;

(c) Pemberian bimbingan dan konsultasi kepada UMKM; (d) Pelaksanaan advokasi

kepada berbagai pihak untuk kepentingan UMKM; (e) Pelatihan dan praktek kerja bagi

Usaha UMKM yang akan bermitra.

Gambar 5. Model Hubungan Usaha Besar, UMKM, Perbankan dan Pemerintah

PEMERINTAH

Undang- Undang

Peraturan

Kepres

Usaha Besar

PERBANKAN

Analisis Keuangan

Analisis Sensivitas

Kelayakan

UMKM

Mikro Kecil Menengah

Page 27: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 27 of 32

Dengan demikian, manajemen kolaborasi pemberdayaan UMKM di Kota

Bandung, menunjukkan partisipasi tidak dibatasi dan tidak hirarkis, partisipan

bertanggung jawab dalam memastikan pencapaian kesuksesan, terdapat tujuan yang

masuk akal, terdapat pendefinisian masalah, partisipan saling mendidik atau mengajar

satu sama lain, terdapat identifikasi dan pengujian terhadap berbagi pilihan,

implementasi solusi dibagi kepada beberapa partisipan yang terlibat, partisipan selalu

mengetahui perkembangan situasi.

Elemen penting pada tahapan kolaborasi, meliputi: Inisiasi dan motivasi, media

komunikasi/informasi, analisis bersama situasi, negosiasi dan kesepakatan stakeholder’s,

membangun kapasitas perubahan, kemitraan dan anlisis pelaksanaaan, membuat dan

memelihara proses, dan membuat dan mendorong mekanisme kelola konflik.

Beberapa tahapan yang perlu dipersiapkan, di antaranya: membangun kolaborasi,

menetapkan arah, dan melaksanakan, yaitu:

1. Membangun kolaborasi, dilakukan dengan cara: menetapkan masalah,

mendefinisikan bersama, membangun komitmen bermitra, menemukenali

stakeholder’s, memperjelas legitimasi stakeholder’s, mengenali ciri pelaksana

setiap pertemuan, dan menemukenali sumberdaya.

2. Menetapkan arah, dilakukan dengan cara: menetapkan aturan main, menyusun

agenda, penggorganisasian sub kelompok, penyelidikan informasi bersama, dan

mengeksplorasi pilihan (alternative) dalam mencapai kesepakatan dan menutup.

3. Melaksanakan, dilakukan dengan cara: menangani konstituen, membangun

dukungan eksternal, strukturisasi, dan monitoring kesepakatan dan jaminan

pengaduan.

Prinsip kolaborasi dalam menangani konflik, dalam implementasinya,

kolaborasi diperlukan apabila terjadi suatu konflik dalam pemberdayaan UMKM atau

antar lembaga/institusi yang melakukan pemberdayaan. Guna kepentingan hal tersbut

yang telah diuraikan sebelumnya, diperlukan prinsip kolaborasi dalam mengatasi

konflik, yaitu: melibatkan para pihak yang relevan; membangun konsensus secara

bertahap; merancang peta proses, merancang proses fasilitasi, dan mengendalikan

memori kelompok.

Berdasarkan temuan, penanganan konflik yang terjadi dalam UMKM maupun

antar Institusi/Lembaga yang melakukan pemberdayaan, maka teridentifikasi

karakteritik penanganan konflik yang dilakukan dengan konfrontasi, yaitu: posisi selalu

sebagai oposisi, intervensi pihak ke 3 (tiga), mencari fakta mendukung posisi sebagai

oposisi, polarisasi pihak dan isu, keterbatasan kontak, argumentasi kemenangan, curiga

dan emosi tinggi, keputusan selalu dicapai melalui jalur hukum (sehingga keputusan

ada di tangan hakim), keputusan yang tidak memuaskan stakeholder’s, meningkatkan

kesengsaraan (ketidak percayaan jangka panjang), dan tidak terdapat penyelesaian isu-

isu.

Sedangkan penanganan konflik yang terjadi dalam UMKM maupun antar

Institusi/lembaga yang melakukan kemitraan, yaitu dengan melakukan kolaborasi yang

Page 28: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 28 of 32

terindentifikasi karakteristiknya, melalui: para pihak berposisi sebagai penyelesaian

problem bersama, isu-isu diidentifikasi sebelum mengkristal, tawar-menawar berbasis

kepentingan, penyelidikan bersama menentukan fakta, penyelidikan untuk pokok-

pokok yang mendasari kepentingan, diskusi dan tatap muka antar pihak yang berselisih,

mempersempit pilihan secara cepat, mengupayakan pilihan-pilihan yang dapat

dilaksanakan, hasil-hasil penyelesaian melalui integrasi kepentingan, memperluas

bidang pilihan, keputusan oleh para pihak, rasa hormat dan penetapan alasan,

memuaskan semua pihak, dan meningkatkan kepercayaan dan hubungan positif.

Dengan demikian, maka kolaborasi manajemen dalam Pemberdayaan UMKM,

yaitu: menyadari pentingnya peranan para pihak untuk mencapai tujuan Pemberdayaan

UMKM; mengenali potensi para pihak dalam mengembangkan program; membangun

konsensus bersama untuk kerjasama yang saling; membangun konsensus bersama

untuk kerjasama yang saling menguntungkan; membangun kesepakatan, berbagi

informasi dan berbagi peran; membangun rencana kelola sosial partisipatif; pro aktif

dalam menginisiasi pertemuan; dan menjadi reminder dalam pelaksanaan program dan

evaluasi.

Hal tersebut merujuk pada prinsip kolaborasi, yang transparan dan saling

menghormati, pembagian peran yang bertanggung jawab, hubungan kerja yang efektif,

membangun kearifan lokal, menghormati perbedaan dan keragaman, kontinyu dan

adaptif, dan skala lebih luas.

4. Kesimpulan

Merujuk pada Hasil Penelitian pada tahun pertama ini dapat dirumuskan

beberap kesimpulan sebagai berikut:

1. Identifkasi keberadaan Usaha Mikro, dan dan Menengah (UMKM) di Kota

Bandung, sebagai berikut:

a. Ididetifikasi keberadaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

dalam kontek perekonomian di Kota Bandung cukup dominan dan

bermakna. Indikatornya : (1) Jumlah industri yang cukup banyak

jumlahya; (2) Potensi yang besar dalam penyerapan tenaga kerja; dan

(3) Kontribusi UMKM dalam pembentukan PDB cukup bermakna.

Namun demikian, pada koridor semangat untuk mengembangkan dan

memberdayakan UMKM, ternyata bagi pihak intermediary system,

dalam hal ini pemerintah, dipandang masih sangat sulit menjadi

primadona portfolio investasi yang mampu meningkatkan nilai,

khususnya perspektif investor (Pemegang Saham).

b. Karakteristik UMKM di Kota Bandung, yaitu: (1) Ketiadaan pembagian

tugas dan delegasi yang jelas antara administrasi dan operasional.

Faktanya, kebanyakan usaha kecil dikelola tanpa sistem yang jelas; (2)

Rendahnya akses terhadap lembaga-lembaga kredit formal ke bank yang

karenanya UMKM itu disebut unbankable; (3) Sebagian besar pelaku

Page 29: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 29 of 32

usaha belum memiliki status badan hukum yang karenanya mereka sulit

mendapatkan pengakuan dari asosiasi; (4) Hampir sepertiga dari

UMKM bergerak dalam kelompok usaha kuliner, seperti minuman, dan

handycraft; tekstil, dan industri kayu, bambu, rotan, rumput, dan

sejenisnya; termasuk perabot rumah tangga. Upaya Pemberdayaan

UMKM di Kota Bandung, telah dilakukan oleh baik instansi/lembaga

pemerintah (BUMN, BUMD dan Dinas Koperasi, UKM, dan

Perindustrian dengan Peraturan Daerah Kota Bandung), Kamar Dagang

dan Industri maupun swasta (LSM dan Lembaga Keuangan Berdarkan

Komunitas). Temuan lainnya, belum efektifnya koordinasi antar

Institusi/Lembaga Pemberdayaan UMKM di Kota Bandung.

2. Model Manajemen Kolaborasi Pemberdayaan Usaha Kecil, Mikro dan

Menengah (UMKM) di Kota Bandung, yaitu:

a. Model Manajemen Kolaborasi Pemberdayaan UMKM di Kota Bandung

dengan Pengembangan dan Penciptaan Iklim Dunia Usaha melalui Bapak

Asuh, yaitu: Penyediaan dan penyiapan lahan, penyediaan sarana

produksi; Pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi;

Perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan;

Pembiayaan; dan Pemberian bantuan lainnya yang diperlukan bagi

peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha.

b. Model Manajemen Kolaborasi Pemberdayaan UMKM di Kota Bandung

dengan Kemitraan Usaha Besar, UMKM, Perbankan dan Pemerintah.

Perbankan sebagai Lembaga penjaminan memberikan prioritas pelayanan

dan kemudahan bagi UMKM yang bermitra dengan Usaha Besar untuk

memperoleh jaminan pendanaan melalui: Perluasan fungsi lembaga

penjaminan yang sudah ada dan atau pembentukan lembaga penjaminan

baru; dan Pembentukan lembaga penjamin ulang untuk menjamin

lembaga-lembaga penjaminan yang ada. Perbankan selaku Lembaga

pendukung lain, dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan institusi

baik akademisi maupun konsultan professional yang berperan

mempersiapkan dan menjembatani UMKM yang akan bermitra dengan

Usaha Besar melalui : Penyediaan informasi, bantuan manajemen dan

teknologi terutama kepada Usaha Mikro dan Kecil; Persiapan UMKM

yang potensial untuk bermitra; Pemberian bimbingan dan konsultasi

kepada UMKM; Pelaksanaan advokasi kepada berbagai pihak untuk

kepentingan UMKM; Pelatihan dan praktek kerja bagi Usaha UMKM

yang akan bermitra.

c. Aspek manajerial, aspek permodalan, aspek program kemitraan, aspek

penciptaan iklim yang kondusif, aspek sistem pendukung (sarana dan

prasarana), dan aspek pembinaan merupakan faktor-faktor yang dapat

Page 30: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 30 of 32

membangun model manajemen kolaborasi pemberdayaan UMKM di

Kota Bandung.

5. Saran-saran

Bersasarkan kesimpulan penelitian ini, maka dapat diajukan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Perlu dikembangkan lebih jauh model manajemen kolaborasi pemberdayaan

UMKM dengan memperhatikan faktor-faktor yang dapat membangun model

tersebut, seperti:

a. Aspek Manajerial, meliputi: peningkatan produktivitas/ozet/tingkat

utilitas/tingkat hunian, peningkatan kemampuan pemasaran, dan

pengembangan sumber daya manusia;

b. Aspek permodalan, meliputi: bantuan modal (penyisihan 1-5% profit dari

BUMN lebih diintensifkan lagi, dan kewajiban untuk menyalurkan kredit

bagi UMKM yang minimal 20% dari portofolio bank dan kemudahan

kredit, seperti KUPEDES, KUK, KMKP, KCK, Kredit mini/midi, KKU

lebih ditingkatkan lagi.

c. Aspek Kemitraan, meliputi: Kemitraan dengan BUMN/D, Kadin, BI, BPR,

dan Lembaga Keuangan berbasis Komunitas, dapat dilakukan dengan

sistem Bapak Asuh, dan keterikatan hulu-hilir (forward-linkage) atau

keterkaitan hilir-hulu (backward-linkage) dengan system subkontrak atau

modal ventura.

d. Aspek Penciptaan Iklim yang kondusif, dengan cara menfasilitasi

terselenggaranya lingkungan usaha yang efisien secara ekonomis, sehat

dalam persiangan, dan non diskrimitatif bagi kelangsungan dan peningkatan

kinerja usaha UMKM

e. Aspek Sistem Pendukung (sarana dan prasarana), dengan cara

pengembangan sentra Industri, seperti pembangunan/membuka pemukiman

industri Mikro dan Kecil (IMK), atau pengadaan lingkungan industri Mikro

dan Kecil (IMK), dan memberikan sarana usaha mikro dan kecil, yang

didukung oleh Unit Pelayan Teknis, dan Tenaga Penyuluh Teknis.

f. Aspek Pembinaan, dengan cara mebentuk Kelompok Usaha Bersama atau

Koperasi Industri Mikro dan Kecil), dll.

2. Merujuk pada faktor-faktor yang dapat membangun model manajemen

kolaborasi pemberdayaan UMKM di Kota Bandung, maka sebaiknya dilakukan

program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif dengan

cara memberikan peltihan terstruktur dan mandiri yang dapat meningkatkan

jiwa dan semnagat kewirausahaan bagi pelaku UMKM.

Page 31: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 31 of 32

DAFTAR PUSTAKA

Alsop, Ruth; Mette Bertelsen, Jeremy Holland. 2006 Empowerment in practice

: from analysis to implementation, HN49.C6A375-2006, The

International Bank for Reconstruction and Development/THE

WORLD BANK, 1818 H Street, NW, Washington, DC 20433 USA

Anderson, Dennis 1982 Small-Scale Industry in Developing Countries: A

Discussion of the Issues, World Development. Boeije, Hennie 1996

Analysis in Qualitatif Research, Sage Publications, Inc., Los Angeles,

London, New Delhi, Singapore, Washington DC.

Berry, Albert & D. Mazumdar 1991 Small-Scale Industry in the Asian-

Pacific Region, Asian-Pasific Economic Literature.

Cameron, Kim S. & Quinn, Robert E.1998 Diagnosing and Changing

Organizational Culture: Based on The CompetingValues Framework.

Choueke, Richard & Roger Armstrong 2000 Culture: a missing

perspective on small- and medium-sized enterprise

development, Research paper, International Journal of Entrepreneurial

Behaviour & Research

Creswell, J. W. 2009 Research Design: Qualitatif, Quantitative, and Mixed

Methods Approaches, Sage Publications, Inc. Thousand Oaks, CA

Davis, Keith & Newstorm, Newstorm John W. 1989 Human Behavior

at Work: Organizational Behavior, McGraw-Hill

Gibb, Allan 2000 Small and medium enterprise development: borrowing from

elsewhere? a research and development agenda, Viewpoint, Journal of

Small Business and Enterprise Development

Hartungi, Rusdy 2007 Understanding the success factors of micro-finance

institution in a developing country, Research paper, International

Journal of Social Economics

Hubeis, Musa 2009 Prospek Usaha Kecil Dalam Wadah Inkubator Bisnis,

Ghalia Indonesia, Bogor

Kusdi 2009 Teori Organisasi dan Administrasi, Salemba Humanika, Jakarta.

Levy, Brian 1991 Transaction Costs, the Size of Firms and Industrial Policy:

Lessons from a Comparative Case Study of the Footwear Industry in

Korea and Taiwan, Journal of Development Economics.

Lowe, Robin and Sue Marriott 2006 Enterprise: Entrepreneurship and

Innovation Concepts, Contexts and Commer- cialization, Elsevier

Ltd., Linacre House, Jordan Hill, Oxford OX2 8DP 30

Nitisusastro, Mulyadi 2010 Kewirausahaan & Manajemen Usaha Kecil,

Alfabeta, Bandung

Primiana, Ina 2009. Menggerakkan Sektor Riil UKM dan Industri, Alfabeta,

Bandung, Indonesia. Radyati, Maria R. Nindita

Page 32: MODEL PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN …

Page 32 of 32

Quade, E. S.1989 Analysis for Public Decisions, Third Editions, Revised

Edition by Grace M., Carter, A Rand Corporation Research Study,

North-Holland, Amesterdam.

Singh, Rajesh K., Suresh K. Garg, S.G. Deshmukh 2010 The Competitiveness

of SMEs in a globalized economy: Observations from China and India,

Research paper, Management Research Review

Staley, Eugene & Richard Morse 1965 Modern Small Industry in Developing

Countries, New York: Mcgraw-Hill.

Susanta, Gatut dan Syamsuddin. M. Azrin, 2009 Cara Mudah Mendirikan

& mengelola UMKM, Raih Asa Sukses, Jakarta, Indonesia.

Tambunan, Tulus Tahi Hamonangan 2009 Export-oriented small & medium

industry clusters in Indonesia, Research paper, Journal of Enterprising

Communities: People & Places in the Global Economy.

Tambunan, Tulus Tahi Hamonangan 2009 UKM di Indonesia, Ghalia

Indonesia, Bogor

Tambunan, Tulus Tahi Hamonangan 2011 Development of small and medium

enterprises in a developing country: The Indonesian case, Research

paper, Journal of Enterprising Communities: People and Places in the

Global Economy

Todd, Patricia R., Rajshekhar (Raj) G. Javalgi 2007 Internationalization of

SMEs in India: Fostering entrepreneurship by leveraging information

technology, Conceptual paper, International Journal of Emerging

Markets

Whitside, Mary Elizabeth 2009 A Grounded Theory of Empowerment in the

Context of Indigenous Australia, James Cook University,

http://eprints.jcu.edu.au/8228