10
1. Model – Model Proses Perangkat Lunak A. Model Waterfall Model Waterfall jiga disebut sebagai Model Sekuensial Linier atau Model Air Terjun merupakan paradigma rekayasa perangkat lunak yang paling tua dan paling banyak dipakai karana mudah aplikasikan dan memberikan template tentang metode analisis, desain, gkodean, pengujian, dan pemeliharaan. Model ini mengusulkan sebuah pendekatan perkembangan perangkat lunak yang sistematik dan sekunsial yang dimulai pada tingkat dan kemajuan sistem pada seluruh analisis, desain , kode, pengujian, dan pemeliharaan. Tahapan-tahapan Model Waterfall 1. Rekayasa dan Pemodelan Sistem/Informasi Karena perangkat lunak merupakan bagian dari suatu sistem maka langkah pertama dimulai dengan membangun syarat semua elemen sistem dan mengalokasikan ke perangkat lunak dengan memeperhatiakn hubungannya dengan manusia, perangkat keras dan database. 2. Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak Proses menganalisis dan pengumpulan kebutuhan sistem yang sesuai dengan domain informasi tingkah laku, unjuk kerja, dan antar muka (interface) yang diperlukan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut didokumentasikan dan dilihat lagi dengan pelanggan. 3. Desain Proses desain akan menerjemahkan syarat kebutuhan ke sebuah perancangan perangkat lunak yang dapat diperkirakan sebelum dibuat coding. Proses ini berfokus pada struktur data, arsitektur perangkat lunak, representasi interface, dan detail (algoritma) prosedural. 4. Pengkodeaan (Coding) Pengkodean merupakan proses menerjemahkan desain ke dalam suatu bahasa yang bisa dimengerti oleh komputer. 5. Pengujian Proses pengujian dilakukan pada logika internal untuk memastikan semua pernyataan sudah diuji. Pengujian eksternal fungsional 1

Model Proses RPL & Analisa Kebutuhan RPL

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Model Proses RPL & Analisa Kebutuhan RPL

Citation preview

Page 1: Model Proses RPL & Analisa Kebutuhan RPL

1. Model – Model Proses Perangkat Lunak

A. Model Waterfall

Model Waterfall jiga disebut sebagai Model Sekuensial Linier atau Model Air Terjun merupakan paradigma rekayasa perangkat lunak yang paling tua dan paling banyak dipakai karana mudah aplikasikan dan memberikan template tentang metode analisis, desain, gkodean, pengujian, dan pemeliharaan. Model ini mengusulkan sebuah pendekatan perkembangan perangkat lunak yang sistematik dan sekunsial yang dimulai pada tingkat dan kemajuan sistem pada seluruh analisis, desain , kode, pengujian, dan pemeliharaan.

Tahapan-tahapan Model Waterfall

1. Rekayasa dan Pemodelan Sistem/InformasiKarena perangkat lunak merupakan bagian dari suatu sistem maka langkah pertama dimulai dengan membangun syarat semua elemen sistem dan mengalokasikan ke perangkat lunak dengan memeperhatiakn hubungannya dengan manusia, perangkat keras dan database.

2. Analisis Kebutuhan Perangkat LunakProses menganalisis dan pengumpulan kebutuhan sistem yang sesuai dengan domain informasi tingkah laku, unjuk kerja, dan antar muka (interface) yang diperlukan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut didokumentasikan dan dilihat lagi dengan pelanggan.

3. DesainProses desain akan menerjemahkan syarat kebutuhan ke sebuah perancangan perangkat lunak yang dapat diperkirakan sebelum dibuat coding. Proses ini berfokus pada struktur data, arsitektur perangkat lunak, representasi interface, dan detail (algoritma) prosedural.

4. Pengkodeaan (Coding)Pengkodean merupakan proses menerjemahkan desain ke dalam suatu bahasa yang bisa dimengerti oleh komputer.

5. PengujianProses pengujian dilakukan pada logika internal untuk memastikan semua pernyataan sudah diuji. Pengujian eksternal fungsional untuk menemukan kesalahan-kesalahan dan memastikan bahwa input akan memberikan hasil yang aktual sesuai yang dibutuhkan.

6. PemeliharaanPerangkat lunak yang sudah disampaikan kepada pelanggan pasti akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut bisa karena mengalami kesalahan karena perangkat lunak harus menyesuaikan dengan lingkungan (periperal atau sistem operasi baru) baru, atau karena pelanggan membutuhkan perkembangan fungsional atau unjuk kerja.

Kekurangan Model Waterfall: Terjadinya pembagian proyek menjadi tahap-tahap yang tidak fleksibel, karena komitmen harus

dilakukan pada tahap awal proses. Hal ini mengakibatkan sulitnya untuk merespon perubahan kebutuhan pengguna (user). Model air terjun harus digunakan hanya ketika persyaratan dipahami dengan baik.

Kelebihan Model Waterfall:

1

Page 2: Model Proses RPL & Analisa Kebutuhan RPL

Bisa digunakan jika suatu persyaratan untuk membuat suatu software sudah dipahami dengan baik dan sudah lengkap semua persyaratan yang ada.

B. RAD

Rapid Aplication Model (RAD) adalah sebuah proses perkembangan perangkat lunak sekuensial linier yang menekankan siklus perkembangan yang sangat pendek. RAD merupakan sebuah adaptasi “kecepatan tinggi” dari model sekuensial linier dimana perkembangan cepat dicapai dengan menggunakan pendekatan konstruksi berbasis komponen. Jika kebutuhan dipahami dengan baik, proses RAD memungkinkan tim pengembangan menciptakan “sistem fungsional yang utuh” dalam periode waktu yang sangat pendek (kira-kira 60 sampai 90 hari).

Kelebihan Penggunaan RAD Dimungkinkan dalam proses pembuatan membutuhkan waktu yang sangat singkat (60-90 hari). Menghemat biaya, karena penekannya adalah penggunaan komponen-komponen yang sudah ada. RAD menggunakan kembali komponen-komponen yang sudah ada, maka beberapa komponen

program sudah diuji sehingga kita dapat melakukan penghematan waktu dalam uji coba

Kekurangan Penggunaan RAD Bagi proyek yang besar tetapi berskala, RAD memerlukan sumber daya manusia yang memadai

untuk menciptakan jumlah tim RAD yang baik. RAD menuntut pengembangan dan pelanggan yang memiliki komitmen di dalam aktifitas rapid-

fire yang diperlukan untuk melengkapi sebuah sistem, di dalam kerangka waktu yang sangat diperpendek. Jika komitmen tersebut tidak ada, proyek RAD akan gagal. RAD menekankan perkembangan komponen program yang bisa dipakai kembali. Reusable menjadi batu pertama teknologi objek dan ditemui di dalam proses rakitan komponen

Tidak semua aplikasi sesuai untuk RAD. Bila sistem tidak dapat dimodulkan dengan teratur, pembangunan komponen penting pada RAD akan menjadi sangat problematis.

RAD menjadi tidak sesuai jika risiko teknisnya tingggi. Hal ini terjadi bila sebuah aplikasi baru memforsir teknologi baru atau bila perangkat lunak baru membutuhkan tingkat interoperabilitas yang tinggi dengan program komputer yang ada.

C. Model Prototype

Metode prototyping adalah sistem informasi yang menggambarkan hal-hal penting dari sistem informasi yang akan datang. Prototipe sistem informasi bukanlah merupakan sesuatu yang lengkap, tetapi sesuatu yang harus dimodifikasi kembali, dikembangkan, ditambahkan atau digabungkan dengan sistem informasi yang lain bila perlu.

Jenis-Jenis Prototyping1. Feasibility prototyping – digunakan untuk menguji kelayakan dari teknologi yang akan

digunakan untuk system informasi yang akan disusun.2. Requirement prototyping – digunakan untuk mengetahui kebutuhan aktivitas bisnis user.3. Desain Prototyping – digunakan untuk mendorong perancangan system informasi yang akan

digunakan.

2

Page 3: Model Proses RPL & Analisa Kebutuhan RPL

4. Implementation prototyping – merupakan lanjytan dari rancangan protipe, prototype ini langsung disusun sebagai suatu system informasi yang akan digunakan.

Keunggulan Prototyping: User dapat berpartisipasi aktif Penentuan kebutuhan lebih mudah diwujudkan Mempersingkat waktu pengembangan SI

Kelemahan Prototyping : Proses analisis dan perancangan terlalu singkat Mengesampingkan alternatif pemecahan masalah Bisanya kurang fleksible dalam mengahadapi perubahan Prototype yang dihasilkan tidak selamanya mudah dirubah Prototype terlalu cepat selesai

D. Model Spiral

Model ini cukup baru ditemukan,yaitu tahun 1988 oleh Barry Boehm. Spiral adalah salah satu bentuk evolusi yang menggunakan metode iterasi natural yang dimiliki oleh model prototyping dan digabungkan dengan aspek sistematis yang dikembangkan model waterfall.

Spiral model dibagi menjadi beberapa framework aktivitas, yang disebut dengan task regions. Kebanyakan aktivitas-aktivitas tersebut dibagi antara 3 sampai 6 aktivitas. Berikut adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam spiral model :

1. Customer communication. Aktivitas yang dibutuhkan untuk membangun komunikasi yang efektif antara developer dengan user/customer terutama mengenai kebutuhan dari customer.

2. Planning. Aktivitas perencanaan ini dibutuhkan untuk menentukan sumberdaya, perkiraan waktu pengerjaan, dan informasi lainnya yang dibutuhkan untuk pengembangan software.

3. Analysis risk. Aktivitas analisis resiko ini dijalankan untuk menganalisis baik resiko secara teknikal maupun secara manajerial. Tahap inilah yang mungkin tidak ada pada model proses yang juga menggunakan metode iterasi, tetapi hanya dilakukan pada spiral model.

4. Engineering. Aktivitas yang dibutuhkan untuk membangun 1 atau lebih representasi dari aplikasi secara teknikal.

5. Construction & Release. Aktivitas yang dibutuhkan untuk develop software, testing, instalasi dan penyediaan user/costumer support seperti training penggunaan software serta dokumentasi seperti buku manual penggunaan software.

6. Customer evaluation. Aktivitas yang dibutuhkan untuk mendapatkan feedback dari user/ customer berdasarkan evaluasi mereka selama representasi software pada tahap engineering maupun pada implementasi selama instalasi software pada tahap construction and release.

Kelebihan model Spiral : Dapat disesuaikan agar perangkat lunak bisa dipakai selama hidup perangkat lunak komputer. Lebih cocok untuk pengembangan sistem dan perangkat lunak skala besar Pengembang dan pemakai dapat lebih mudah memahami dan bereaksi terhadap resiko setiap

tingkat evolusi karena perangkat lunak terus bekerja selama proses

3

Page 4: Model Proses RPL & Analisa Kebutuhan RPL

Kelemahan model Spiral: Sulit untuk menyakinkan pelanggan bahwa pendekatan evolusioner ini bisa dikontrol. Memerlukan penaksiran resiko yang masuk akal dan akan menjadi masalah yang serius jika

resiko mayor tidak ditemukan dan diatur. Butuh waktu lama untuk menerapkan paradigma ini menuju kepastian yang absolute

E. Model incremental

Model Incremental dalam rekayasa perangkat lunak, menerapkan rekayasa perangkat lunak perbagian, hingga menghasilkan perangkat lunak yang lengkap. Proses membangun berhenti jika produk telah mencapai seluruh fungsi yang diharapkan.

Adapun beberapa tahapan yang ada pada model incremental dimana tahapan-tahapan tersebut dilakukan secara berurutan. Setiap bagian yang sudah selesai dilakukan testing, dikirim ke pemakai untuk langsung dapat digunakan.

Tahapan Incremental Model adalah :1. Requirement2. Specification3. Architecture Design

Incremental Model merupakan gabungan antara model linear sekuensial dan prototyping. Setiap linear sekuen menghasilkan produk yang deliveriables. Increment pertama merupakan produk inti yang mengandung persyaratan/kebutuhan dasar. Penambahan dilakukan pada increment-incremet berikutnya.

Keunggulan dari Incremental Model : Personil bekerja optimal Pihak konsumen dapat langsung menggunakan dahulu bagian-bagian yang telah selesai dibangun.

Contohnya pemasukan data karyawan Mengurangi trauma karena perubahan sistem. Klien dibiasakan perlahan-lahan menggunakan

produknya bagian per bagian Memaksimalkan pengembalian modal investasi konsumen

Kekurangan dari Incremental Model : Cocok untuk proyek berukuran kecil (tidak lebih dari 200.000 baris coding) Mungkin terjadi kesulitan untuk memetakan kebutuhan pengguna ke dalam rencana spesifikasi

masing-masing hasil increment Dapat menjadi build and Fix Model, karena kemampuannya untuk selalu mendapat perubahan

selama proses rekayasa berlangsung

F. Component-based Development Model

Component-based development sangat berkaitan dengan teknologi berorientasi objek. Pada pemrograman berorientasi objek, banyak class yang dibangun dan menjadi komponen dalam suatu software. Class-class tersebut bersifat reusable artinya bisa digunakan kembali. Model ini bersifat iteratif atau berulang-ulang prosesnya.

4

Page 5: Model Proses RPL & Analisa Kebutuhan RPL

Secara umum proses yang terjadi dalam model ini adalah:1. Identifikasi class-class yang akan digunakan kembali dengan menguji class tersebut dengan data

yang akan dimanipulasi dengan aplikasi/software dan algoritma yang baru2. Class yang dibuat pada proyek sebelumnya disimpan dalam class library, sehingga bisa langsung

diambil dari library yang sudah ada. Jika ternyata ada kebutuhan class baru, maka class baru dibuat dengan metode berorientasi objek.

3. Bangun software dengan class-class yang sudah ditentukan atau class baru yang dibuat, integrasikan.

Penggunaan kembali komponen software yang sudah ada menguntungkan dari segi: Siklus waktu pengembangan software, karena mampu mengurangi waktu 70% Biaya produksi berkurang sampai 84% arena pembangunan komponen berkurang

Pembangunan software dengan menggunakan komponen yang sudah tersedia dapat menggunakan komponen COTS (Commercial off-the-shelf) – yang bisa didapatkan dengan membeli atau komponen yang sudah dibangun sebelumnya secara internal. Component-Based Software Engineering (CBSE) adalah proses yang menekankan perancangan dan pembangunan software dengan menggunakan komponen software yang sudah ada. CBSE terdiri dari dua bagian yang terjadi secara paralel yaitu software engineering (component-based development) dan domain engineering.

G. Extreme Programming (XP) Model

Model proses ini diciptakan dan dikembangkan oleh Kent Beck. Model ini adalah model proses yang terbaru dalam dunia rekayasa perangkat lunak dan mencoba menjawab kesulitan dalam pengembangan software yang rumit dan sulit dalam implementasi. Menurut Kent Beck XP adalah : “A lightweight, efficient, low-risk, flexible,predictable, scientific and fun way to develop software”. Suatu model yang menekankan pada:

Keterlibatan user secara langsung Pengujian Pay-as-you-go design

Adapun empat nilai penting dari XP1. Communication/Komunikasi : komunikasi antara developer dan klien sering menjadi masalah.

Karena itu komunikasi dalam XP dibangun dengan melakukan pemrograman berpasangan (pair programming). Developer didampingi oleh pihak klien dalam melakukan coding dan unit testing sehingga klien bisa terlibat langsung dalam pemrograman sambil berkomunikasi dengan developer. Selain itu perkiraan beban tugas juga diperhitungkan.

2. Simplicity/ sederhana: Menekankan pada kesederhanaan dalam pengkodean.3. Feedback / Masukan/Tanggapan: Setiap feed back ditanggapi dengan melakukan tes, unit test

atau system integration dan jangan menunda karena biaya akan membengkak (uang, tenaga, waktu).

4. Courage / Berani: Banyak ide baru dan berani mencobanya, berani mengerjakan kembali dan setiap kali kesalahan ditemukan, langsung diperbaiki.

5

Page 6: Model Proses RPL & Analisa Kebutuhan RPL

2. Analisis Kebutuhan

A. Proses Rekayasa Kebutuhan

B. Studi Kelayakan

Studi Kelayakan memutuskan apakah sistem software yang akan dibuat sudah mencakup seluruh aspek permasalahan

Melakukan studi untuk menguji apakah sistem:

sudah sesuai dengan tujuan organisasi dapat dikembangkan dengan teknologi terkini dan dana yang tersedia dapat diintegrasikan dengan sistem lain yang sudah digunakan

C. Implementasi Study Kelayakan

Berbasikan pada penilaian informasi (apa yg dibutuhkan), pengumpulan informasi dan penulisan laporan

Pertanyaan ke personal di organisasi:

Apa yang akan terjadi apabila sistem tidak diimplementasikan? Masalah proses apa yang ada ? Apa yang dapat dibantu oleh sistem ? Masalah apa yang akan muncul pada proses Integrasi ? Adakah teknologi baru yang dibutuhkan? Skill yang dibutuhkan ? Fasilitas apa yang harus didukung oleh sistem ?

6

Page 7: Model Proses RPL & Analisa Kebutuhan RPL

D. Proses Analisisa Kebutuhan

E. Pengujian Pendefenisisan Kebutuhan

Bertujuan untuk meyakinkan bahwa kebutuhan yang sudah didefinisikan sesuai dengan yang diinginkan pengguna

Menghindari Kesalahan pendefinisian kebutuhan karena akan menyebabkan penambahan biaya yang besara. Memperbaiki definisi kebutuhan stelah software dikirim akan menyebabkan

peningkatan biaya hingga 100 kali.

F. Teknik Validasi Kebutuhan

Validasi. Apakah sudah sesuai dengan yang diinginkan Konsistensi. Adakah konflik dengan kebutuhan lainnya Lengkap: Apakah sudah termasuk semua fungsi yang dibutuhkan Realisasi: Dapatkan kebutuhan diimplementasikan ke dana dan teknologi yang tersedia Dapat diverifikasi: Dapatkah spesifikasi kebutuhan dicek

7