Modul 11 260110132004 Vikneswaran Mutayah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

TUGAS

Citation preview

  • VIKNESWARAN MUTAYAH260110132004SKRINING FARMAKOLOGI

    1. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang tahap-tahap pengembanganobat baru sejak skrining sampai dapat digunakan dalam terapi.

    Tahap-Tahap Pengembangan dan Penilaian Obata. Meniliti dan skrining bahan obat.b. Mensintesis dan meneliti zat/senyawa analog dari obat yang sudah ada dan

    diketahui efek farmakologinyac. Meneliti dan mensintesis dan membuat variasi strukturd. Dikembangkan obat alami dengan serangkaian pengujian yang

    dilaksanakan secara sistematik, terencana dan terarah untuk mendapatkandata farmakologik yang mempunyai nilai terapetik

    Pengembangan dan penilaian obat ini meliputi 2 tahap uji :a. Uji Praklinik

    Suatu senyawa yang baru ditemukan (hasil isolasi maupun sintesis)terlebih dahulu diuji dengan serangkaian uji farmakologi pada hewan.Sebelum calon obat baru ini dapat dicobakan pada manusia, dibutuhkanwaktu beberapa tahun untuk meneliti sifat farmakodinamik,farmakokinetik, farmasetika, dan efek toksiknya pada hewan uji.Serangkaian uji praklinik yang dilakukan antara lain : Uji Farmakodinamika

    Untuk mengetahui apakah bahan obat menimbulkan efekfarmakologik seperti yang diharapkan atau tidak, titik tangkap, danmekanisme kerjanya. Dapat dilakukan secara in vivo dan in vitro.

    Uji FarmakokinetikUntuk mengetahui ADME dan merancang dosis dan aturan pakai

    Uji Toksikologi

  • Mengetahui keamanannya

    Uji FarmasetikaMemperoleh data farmasetikanya, tentang formulasi, standarisasi,stabilitas, bentuk sediaan yang paling sesuai dan cara penggunaannya.

    b. Uji KlinikUji dilakukan pada manusia. Dibagi menjadi 4 Fase : Uji Klinik Fase I

    Fase ini merupakan pengujian suatu obat baru untuk pertama kalinyapada manusia. Yang diteliti disini ialah keamanan dan tolerabilitasobat, bukan efikasinya, maka dilakukan pada sukarelawan sehat,kecuali untuk obat yang toksik (misalnya sitostatik), dilakukan padapasien karena alasan etik. Tujuan fase ini adalah menentukan besarnyadosis maksimal yang dapat toleransi (maximally tolerated dose =MTD), yakni dosis sebelum timbul efek toksik yang tidak dapatditerima. Pada fase ini, diteliti juga sifat farmakodinamik danfarmakokinetiknya pada manusia. Hasil penelitian farmakokinetik inidigunakan untuk meningkatkan ketepatan pemilihan dosis padapenelitian selanjutnya.Uji klinik fase I dilaksanakan secara terbuka, artinya tanpapembanding dan tidak tersamar, dengan jumlah subyek bervariasiantara 20-50 orang.

    Uji Klinik Fase IIPada fase ini dicobakan pada pasien sakit. Tujuannya adalah melihatapakah obat ini memiliki efek terapi. Pada fase II awal, pengujian efekterapi obat dikerjakan secara terbuka karena masih merupakanpenelitian eksploratif, karena itu belum dapat diambil kesimpulanyang mantap mengenai efikasi obat yang bersangkutan. Untukmenunjukkan bahwa suatu obat memiliki efek terapi, perlu dilakukanuji klinik komparatif (dengan pembanding) yang membandingkannyadengan plasebo; atau jika penggunaan plasebo tidak memenuhipersyaratan etik, obat dibandingkan dengan obat standar (pengobatan

  • terbaik yang ada). Ini dilakukan pada fase II akhir atau awal,tergantung dari siapa yang melakukan, seleksi pasien, dan monitoringpasiennya. Untuk menjamin validasi uji klinik komparatif ini , alokasipasien harus acak dan pemberian obat dilakukan secara tersamarganda. Ini disebut uji klinik berpembanding, acak, tersamar ganda.Fase ini terjakup juga studi kisaran dosis untuk menetapkan dosisoptimal yang akan digunakan selanjutnya.

    Uji Klinik Fase IIIPada manusia sakit, ada kelompok kontrol dan kelompok pembanding.Cakupannya lebih luas baik dari segi jumlah pasien maupunkeragaman (misal : intra ras), kemudian setelah terbukti efektif danaman obat siap untuk dipasarkan.

    Uji Klinik Fase IV- Uji terhadap obat yang telah dipasarkan (post marketing

    surveilance)- Mamantau efek samping yang belum terlihat pada uji-uji

    sebelumnya

    - Drug safety : drug mortality atau drug morbidity- MESO : Monitoring Efek Samping Obat (Nurmeilis, 2009).

    2. Rumuskan secara garis besar rancangan suatu skrining yang

    mencakup pemilihan hewan, percobaan, dan jenis skrining sampaidiperoleh suatu kepastian akan khasiat farmakolgis untuk suatu

    senyawa yang baru berhasil diisolasi dari suatu tanaman dan belumada informasi baik mengenai sifat kimia maupun sifat

    farmakologinya.a. Hewan percobaan : mencit atau tikus, sehat/normal, tidak cacat,

    aktif. Terdiri atas hewan uji dua ekor, hewan kontrol satu ekor.b. Percobaan : uji neurofarmakologik meliputi pengamatan terhadap

    sikap, neurologis, dan fungsi otonom.

  • c. Skrinning yang dilakukan adalah skrinning buta karena tidakdiketahui khasiat obat dan struktur kimianya.

    d. Percobaan:i. Sebelum diberikan perlakuan, amati keadaan

    neurofarmakologisnya selama 2 menit untuk semua hewan.

    ii. Kemudian, setelah 5 menit pemberian obat uji kepadahewan uji, lakukan uji neurofarmakologis dan amatiresponnya untuk semua hewan uji.

    iii. Lakukan kembali hal di atas dalam kurun waktu 10, 15, 20,30, 60, dan 90 menit setelah pemberian obat (Katzung,2004).

    3. Apa yang dimaksud dengan reliabilitas, validitas, dan objektivitasdalam suatu percobaan.

    a. Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh manahasil pengukuran tetap konsisten bila diukur beberapa kali denganalat ukur yang sama. Jika suatu pengukuran atau percobaandilakukan berulang dengan parameter yang sama dan metode ukuryang sama, maka akan didapatkan hasil yang sama atau konsisten.

    b. Validitas (Validity) yaitu sejauh mana suatu alat ukur tepat dalammengukur suatu data, dengan kata lain apakah alat ukur yangdipakai memang mengukur sesuatu yang ingin diukur. Suatupengukuran atau percobaan dikatakan valid apabila hasilnyamendekati atau sama dengan nilai sebenarnya.

    i. Objektifitas yaitu pengamatan berdasarkan apa yang terjadipada objek pengamatan benar-benar terjadi, bukanberdasarkan feeling atau perasaan seorang pengamat(Katzung, 2004).

  • 4. Jelaskan hubungan antara gejala-gejala neurofarmakologis yangtercantum dalam tabel dengan jenis aktivitas obatnya.

    a. Sikap

    i. Awareness : depresan/sedatiffii. Alertness : depresan/sedatif

    iii. Visual placing : depresan/sedatifiv. Stereotypy : depresan/sedatifv. Passivity : depresan/sedatif

    vi. Mood Grooming : stimulasi parasimpatikvii. Vocalization : stimulasi menyakitkan

    viii. Restlessness : stimulasi simpatik

    ix. Iritability : stimulasi simpatikx. Fearfulness : stimulasi simpatik

    b. Aktifitas motoriki. Aktifitas spontan : depresan

    ii. Reaktifitas : depresaniii. Touch response : analgesik

    iv. Respon nyeri : analgesik

    c. Profil Neurologis

    i. Eksitasi SSPii. Startle response : Stimulasi sistem saraf pusat

    iii. Straub response : Stimulasi sistem saraf pusativ. Tremor : Stimulasi sistem saraf pusat

    v. Konvulsi : Stimulasi sistem saraf pusatd. Inkordinasi motorik

    i. Posisi tubuh : Hambatan neuromuskular/gangguan SSP

    ii. Posisi anggota badan : Hambatan neuromuskular/gangguan SSP

  • iii. Staggering gait : Hambatan neuromuskular/gangguan SSP

    iv. Abnormal gait : Hambatan neuromuskular/gangguan SSP

    v. Somersault-test : Hambatan neuromuskular/gangguanSSP

    e. Tonus otot

    i. Otot anggota tubuh : sedatif/gangguan SSPii. Grip strength : sedatif/gangguan SSP

    iii. Body tone : sedatif/gangguan SSPiv. Abdominal tone : sedatif/gangguan SSP

    f. Reflex

    i. Pinna : Penghambatan saraf sensorisii. Corneal : Penghambatan saraf sensoris

    iii. Ipsilateral flexor : Penghambatan saraf sensorisg. Profil otonomik

    Optiki. Ukuran pupil : Parasimpatolik/ simpatik

    ii. Pembukaan palpebral : Parasimpatolik/ simpatikiii. Exophtalmus : Parasimpatolik/ simpatik

    iv. Sekresiv. Urinasi : Aktivitas muskarinik/

    parasimpatik

    vi. Salivasi : Aktivitas muskarinik/

    parasimpatik

    Umum

    i. Writhing : Stimulasi reseptor sensoriii. Piloereksi : Simpatomimetik

    iii. Hypothermis : Simpatomimetikiv. Warna kulit : Vasodilatasi/Simpatomimetik

  • v. Kecepatan denyut jantung: Simpatik/ parasimpatik/depresan

    vi. Kecepatan respirasi : Simpatik/ parasimpatik/depresan (Ginta, 2002).

    Daftar Pustaka

    Nurmeilis, dkk. 2009. Penuntun Praktikum Farmakologi. Program Studi FarmasiFKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Katzung, Bertram G, (2004), Basic & clinical pharmacology, 9th Edition, LangeMedical Books/Mcgraw-Hill: New York, Hal : 6, 152

    Ginta Rio. 2002. Farmakologi dan Terapi ed.4. Jakarta: Bagian FarmakologiFakultas Kedokteran Universitas Indonesia.