Click here to load reader
Upload
lytuyen
View
282
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
MODUL 2PROSES BISNIS PUPR DAN MANAJEMEN PERUBAHAN YANG TERKAIT IMPLEMENTASI BIM
BAB 1 PENDAHULUAN
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pelatihan ini maka peserta pelatihandiharapkan mampu memahami proses bisnis PUPR danmanajemen perubahan yang terkait implementasi BIMterkait perencanaan konstruksi dengan sistem teknologi BIMadalah proses bisnis pengguna jasa (owner), proses bisnispenyedia jasa (kontraktor, konsultan, pemasok), komunikasiantara pengguna jasa dan penyedia jasa, langkah-langkahdan strategi manajemen perubahan yang terkaitimplementasi BIM, serta etika dan perilaku (code ofconduct) dalam implementasi BIM.
.Indikator Keberhasilan
a. Memahami proses bisnis pengguna jasa (owner),
proses bisnis penyedia jasa (kontraktor, konsultan,
pemasok)
b. Memahami komunikasi antara pengguna jasa dan
penyedia jasa
c. Memahami langkah-langkah dan strategi manajemen
perubahan yang terkait implementasi BIM
d. Memahami etika dan perilaku (code of conduct) dalam
implementasi BIM
1.4.1 Proses Bisnis PUPR
a. Proses Bisnis dalam Jasa Konstruksi
b. Proses Bisnis Pengguna Jasa
c. Proses Bisnis Penyedia Jasa
d. Rangkuman
e. Evaluasi
1.4.2 Komunikasi antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa
a. Komunikasi dalam hubungan kontrak konstruksi
b. Klaim Konstruksi
c. Rangkuman
d. Evaluasi
1.4.3 Manajemen Perubahan yang terkait Implementasi BIM
a. Menciptakan iklim perubahan
b. Membangun momentum perubahan
c. Implementasi dan Keberlanjutan Program Migrasi
d. Rangkuman
e. Evaluasi
1.4.4 Etika dan Perilaku (Code of Conduct)
a. Etika Bisnis
b. Keterbukaan Informasi
c. Mekanisme Penegakan Kepatuhan terhadap Code of Conduct
d. Rangkuman
e. Evaluasi
PROSES BISNIS PUPR
BAB 2
Sesuai dengan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 603/PRT/M/2005
ditetapkan dengan maksud agar para
penyelenggara proyek/satuan kerja di
lingkungan Departemen Pekerjaan
Umum dapat melaksanakan tugasnya
secara profesional dengan tidak
menyimpang dari peraturan dan
ketentuan yang berlaku, sehingga
diperoleh hasil yang tepat mutu, tepat
waktu, tepat biaya, dan tepat manfaat.
Pelatihan ini menguraikan tentang tata
cara pelaksanaan kegiatan
Penyelenggaraan Kontrak Jasa
Pelaksanaan Konstruksi (Pemborongan),
yang disusun sesuai kaidah
penyelenggaraan pembangunan
prasarana dan sarana dalam lingkungan
Departemen Pekerjaan Umum, dengan
urutan tahapan kegiatan SIDLACOM.
2.1. Proses Bisnis Pengguna Jasa (Owner)
Sidlacom (Survey, Investigation, Design, Land Acquisition, Construction, Operation and Maintenance)
Sebelum dilakukan penyusunan desain bangunan maka
terlebih dahulu harus dilakukan survei teknis. Sasaran survei
teknis ini adalah untuk mendapatkan data-data/informasi
kondisi/situasi awal lokasi pembangunan infrastruktur yang
sebenarnya. Jenis data/informasi yang diperlukan tergantung
pada jenis infrastruktur yang akan dibangun. Seperti: Kondisi
fisik lokasi (luasan, batas-batas, topografi), kondisi tanah
(keras/lunak), keadaan air tanah, peruntukan lahan, rincian
penggunaan lahan, perkerasan, penghijauan, dan lain-lain.
2.1. Proses Bisnis Pengguna Jasa (Owner)
2.1.1. SURVEI, INVESTIGASI & DISAIN (SID)
Pada kegiatan survei teknis ini, juga
sekaligus membuat dokumentasi/
photo awal (0%) pada lokasi yang
akan dibangun Infrastruktur. Jumlah
titik lokasi yang diambil/ potret
disesuaikan dengan kondisi
lapangan dan jenis infrastruktur yang
akan dibangun, misalnya untuk
Jalan/drainase/ saluran irigasi/ air
bersih perpipaan dapat diambil pada
beberapa titik lokasi (awal, tengah
dan ujung akhir atau tempat lain
yang dianggap penting). Penting
untuk diperhatikan bahwa titik lokasi
dan arah pengambilan gambar
kondisi 0% ini, nantinya akan
menjadi pengambilan gambar pada
saat pelaksanaan konstruksi, yaitu
kondisi 50% dan 100%.
Survei dan Investigasi:
1. Survei Teknis
2. Survei Harga Satuan Upah/Bahan/Alat
Harga-harga satuan upah/bahan/alat yang akan dipergunakan dalam pelaksanaan kegiatan harus
merupakan hasil survei sekurang-kurangnya dari 3 toko/pemasok setempat/terdekat sebagai referensi
data/informasi harga satuan upah/bahan/alat bagi pelaksana untuk menyusun RAB proposal pelaksanaan
kegiatan atau menggunakan dasar harga yang sudah ditetapkan oleh Dinas Pekerjaan Umum.
Apabila seluruh harga satuan upah/bahan/alat terendah hasil survei pelaksana adalah sama dengan harga
satuan terendah yang telah ditentukan maka pelaksana dapat langsung menggunakan harga hasil ketetapan.
3. Survei Calon Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang akan terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan diprioritaskan dan diharapkan sebanyak
mungkin dari masyarakat setempat. Informasi ketersediaan tenaga kerja proyek sangat penting diketahui
dalam perencanaan pelaksanaan kegiatan pembangunan infrastruktur. Hal ini terutama karena akan menjadi
dasar pemilihan teknologi/metode kerja pelaksanaan pembangunan fisik.
Pengalaman/keterampilan yang dimiliki calon tenaga kerja (Mandor/Ketua regu kerja, Tukang dan Pekerja)
terutama guna menjamin cara pelaksanaan pekerjaan, dapat dilaksanakan secara benar sehingga dapat
memenuhi kualitas fisik yang baik.
Disain:
Persyaratan utama suatu infrastruktur yang dibangun adalah
terpenuhinya mutu/manfaat bangunan tersebut sebagaimana
yang dikehendaki. Oleh karena itu siapapun yang
menginginkan suatu bangunan, perlu menentukan syarat
penggunaan seperti apa yang diinginkannya dari bangunan
tersebut.
1. Desain
Berdasarkan hasil Survei kondisi
lapangan dimana bangunan akan
dibuat dan persyaratan/kriteria
desain bangunan yang telah
ditetapkan maka dipilih alternatif-
alternatif desain/rancangan
bangunan yang sesuai. Dalam
pemilihan desain ini juga harus telah
mempertimbangkan kemungkinan
dampak lingkungan yang muncul
akibat dari pelaksanaan pekerjaan
nanti.
Selain ketiga survey diatas juga terdapat survey sosial yang
harus diperhatikan, secara umumnya dapat dibagi menjadi
tiga macam survey sosial, yaitu;
Budaya dan ekonomi setempat;
Mata pencaharian; dan
Kepemilikan tanah secara umum.
3. Gambar-gambar
2. Spesifikasi Teknis
• Dibuat untuk memberikan informasi lebih lengkap mengenai persyaratan- persyaratan teknis dan
ketentuan-ketentuan pelaksanaan pekerjaan/bangunan yang ingin diwujudkan tersebut.
• Spesifikasi Teknis merupakan dokumen persyaratan teknis/standar bangunan yang secara garis besarnya
berisi : uraian penjelasan dari tiap jenis pekerjaan (lingkup kegiatan), komposisi campuran, persyaratan
material/peralatan, ketentuan/peraturan terkait yang harus diikuti, Metode Pelaksanaan, Cara pengukuran
pekerjaan, dll).
• Berdasarkan desain/sketsa hasil perhitungan dan spesifikasi teknis ini, dibuatlah gambar-gambar teknis
bangunan
• Semua Desain/Gambar-Gambar Teknik dan spesifikasi teknis dibuat oleh konsultan perencana dan
disetujui oleh Tim Teknis/Dinas PU setempat.
• Hasil desain harus memberikan jaminan bahwa: bangunan bermanfaat bagi masyarakat, sesuai standar
teknis (bangunan dapat berfungsi optimal, menjamin keselamatan (kekuatan dan keamanan) dan
kesehatan warga pengguna, tidak menimbulkan dampak negatif atas lingkungan dan sosial-budaya).
• Kriteria desain untuk setiap jenis infrastruktur yang direncanakan harus mengacu pada kriteria desain
standar yang dikeluarkan oleh Kementerian PUPR atau instansi teknis terkait lainnya.
2.1.2. LAND ACQUISITION (LA)
Dokumen perencanaan pengadaan tanah ini mencakup
ketentuan administratif, ketentuan teknis, dan tahapan
penyusunan dokumen perencanaan pengadaan tanah
yang diperuntukkan bagi tim yang dibentuk/ditunjuk oleh
instansi yang memerlukan tanah untuk keperluan
infrastruktur PUPR. Sebagai acuan bagi pejabat yang
ditunjuk untuk melaksanakan pengadaan tanah dan
merupakan prasyarat untuk mengajukan permohonan
penetapan lokasi pada tahap persiapan pengadaan tanah
oleh Gubernur.
Mekanisme pembiayaan dapat dilakukan secara
swakelola (pejabat pimpinan tinggi pratama atau kepala
upt, membentuk tim penyusun dengan surat keputusan),
dan kontraktual (ditunjuk konsultan sesuai ketentuan
peraturan pengadaan barang/jasa).
1. Peta Rencana Lokasi Pembangun
an dan Skala Peta
a. Peta; suatu gambaran dari unsur-
unsur alam dan/atau buatan manusia,
yang berada di atas /di bawah
permukaan bumi yang digambarkan
pada suatu bidang datar dengan
skala tertentu.
b. Peta lokasi rencana pembangunan;
dibuat pada peta rupa bumi yang
minimal memuat batas wilayah
administrasi dari provinsi, kab/kota, &
desa/kelurahan.
c. Skala suatu peta; angka
perbandingan antara jarak dua titik
diatas peta dengan jarak tersebut
diatas permukaan bumi. skala peta
lokasi rencana pembangunan minimal
menggunakan skala 1 : 50.000 (sni
6502.3:2010).
2. Feasibility Studi
• PerMen PUPR No. 27/PRT/M/2015 tentang Bendungana. Bendungan
• Aturan teknis yang mengatur tentang Saluran Irigasib. Saluran Irigasi
• .Aturan teknis yang mengatur tentang Bangunan Air.c. Bendungan Air
• PerMen PU tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan, No. 19/PRT/M/2011.
d. Jalan, Jembatan dan Terowongan
• PerMen PU No: 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
e. Instalasi Air Minum & Pembuangan Akhir
• PerMen PU No: 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
f. Tempat Pembuangan Akhir
• Aturan teknis yang mengatur tentang Rumah Susun Umum Sewa.
g. Rumah Susun Sewa
• Aturan Teknis Yang Mengatur Tentang Perkantoran Dan Fasilitas Umum PUPR.
h. Perkantoran dan Fasilitas Umum Lainnya
3. Dokumen AMDAL
4. Izin Lingkungan
AMDAL merupakan kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan. Ketentuan dokumen amdal terdapat pada Undang-Undang No.32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 2012
Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Izin Lingkungan merupakan izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau
kegiatan yang wajib amdal atau ukl-upl dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan atau kegiatan. Ketentuan izin lingkungan terdapat
pada Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan.
Persiapan Pengadaan Tanah untuk Pembangunan jalan apabila penyelenggaraannya berlangsung tanpa
ada keberatan dan penolakan Pihak yang Berhak, mencakup 11 kegiatan, yaitu:
1. Membentuk Tim Persiapan
2. Membentuk Sekretariat Tim Persiapan
3. Menyiapkan Pemberitahuan Awal
4. Melaksanakan Pemberitahuan Rencana Pembangunan
5. Melakukan Pendataan Awal Lokasi Rencana Pembangunan
6. Menyiapkan Rencana Konsultasi Publik
7. Melaksanakan Konsultasi Publik Rencana Publik
8. Menandatangani Berita Acara Kesepakatan Lokasi
9. Menetapkan Lokasi Pembangunan
10.Mengumumkan Penetapan Lokasi Pembangunan
11.Melaksanakan Tugas Lain yang Terkait
Persiapan Pengadaan Tanah untuk Pembangunan jalan apabila
penyelenggaraannya berlangsung tanpa ada keberatan dan
penolakan Pihak yang Berhak, mencakup 11 kegiatan, yaitu:
Tim Persiapan
Sekretariat Tim
Pemberitahuan Awal
Pemberitahuan Rencana Pembanguan
Pendataan Awal Lokasi
Rencana Konsultasi Publik
Pelaksanaan Konsultasi Publik
BA Kesepakatan Lokasi
Penetapan Lokasi
Pengumuman Penetapan Lokasi
Tugas Lain yang terkait
2.1.3. CONSTRUCTION (C)
Tahap Pra Kontrak
Pengguna barang/jasa adalah kepala kantor/satuan
kerja/pemimpin proyek/ pemimpin bagian
proyek/pengguna anggaran Daerah/pejabat yang
disamakan sebagai pemilik pekerjaan yang bertanggung
jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa dalam
ligkungan unit kerja/proyek tertentu. Penyedia
barang/jasa adalah badan usaha atau orang
perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan
barang/layanan jasa.
a. Proses merencanakan pembelian dan
cara memperolehnya.
b. Memenuhi kebutuhan proyek dengan
memelih cara yang terbaik.
c. Dengan menyesuaikan Apa,
bagaimana, berapa jumlahnya dan
kapan harus dibeli atau diadakan.
d. Memperhitungkan potensi penyedia
jasa.
e. Schedule juga sangat
mempengaruhinya.
f. Risiko apa saja yang akan timbul
didalam setiap pilihan keputusan
untuk membuat atau membeli.
g. Juga jenis kontrak apa yang cocok
dalam mengurangi atau
memindahkan risiko kepada penyedia
jasa.
Skema Umum Proyek Konstruksi
Perbedaan Antara Kontrak Lump Sum dan Kontrak Unit Price
No Kontrak Lump Sum Kontrak Unit Price
1. Nilai kontrak adalah pasti Nilai kontrak berdasarkan volume yangterpakai dari masing2 item
2. Penyedia Jasa harus menentukan dan
menghitung sendiri volume tiap item
pekerjaan berdasarkan gambar danspesifikasi dan persyaratan lainnya
Item pekerjaan dan volumenya ditetapkanoleh Pengguna Jasa
3. Umumnya tidak perlu perubahan kontrak Umumnya dibutuhkan amandemen kontrak
4. Kesalahan perhitungan volume menjaditanggung jawab Penyedia Jasa
Perhitungan volume adalah yang terpasang
5. Untuk lingkup pekerjaan yang sama tidak adapekerjaan tambah atau kurang
Untuk lingkup pekerjaan yang sama bisaterjadi tambah kurang
6. Pembayaran dilakukan sesuai kesepakatantermin
Pembayaran sesuai waktu yangdisepakati/ditentukan
Kualifikasi Pendaftaran dan
Kualifikasi Peserta
Melalui penggunaan Sistem Pengadaan
Secara Elektronik (SPSE), maka:
1. Dengan mendaftar sebagai peserta
melalui SPSE maka peserta telah
menyetujui dan menandatangani
pakta integritas dan formulir isian
kualifikasi.
2. Pakta integritas untuk Badan Usaha
berbentuk Kemitraan/KSO HARUS
diupload dan ditandatangani oleh
yang berwenang.
3. Surat penawaran memenuhi
ketentuan: jangka waktu berlakunya
surat penawaran dan bertanggal
Klasifikasi dan Kualifikasi BU (Permen PU No. 8/2011)
a. Klasifikasi: adalah bagian kegiatan registrasi untuk
menetapkan penggolongan usaha di bidang jasa konstruksi
menurut disiplin keilmuan/keterampilan/keahlian;
b. Kualifikasi: adalah bagian kegiatan registrasi untuk
menetapkan penggolongan usaha di bidang jasa konstruksi
menurut tingkat/kedalaman kompetensi dan kemampuan
usaha
Contoh:
Pemaketan Pekerjaan
a. Pekerjaan Konstruksi b. Pekerjaan Jasa Konsultansi
< Rp. 2,5 Miliar BADAN USAHA KECIL
Diatas Rp. 2,5–50 Miliar BADAN USAHA MENENGAH
Diatas Rp. 50 Miliar BADAN USAHA BESAR
< Rp. 750 Juta BADAN USAHA KECIL
Diatas 750 Juta BADAN USAHA NON KECIL
Pemaketan Pekerjaan Konstruksi ( Lebih dari Rp2,5 Milyar sampai dengan Rp50 Milyar)
1. Dipersyaratkan hanya untuk pelaksana konstruksi dengan kualifikasi Usaha Menengah yang kemampuan
dasarnya (KD) memenuhi syarat.
2. Dikecualikan, dapat dikerjakan oleh penyedia jasa dengan kualifikasi besar apabila:
‐ tidak ada penyedia jasa dengan kualifikasi menengah yang mendaftar; dan/atau
‐ peralatan utama dan tingkat kesulitan pekerjaan yang akan dilelangkan tidak dapat
dipenuhi/dilaksanakan oleh penyedia jasa dengan kualifikasi menengah.
Tata Cara Penetapan PersyaratanKlasifikasi Bidang dan Kualifikasi Usaha
Pekerjaan Konstruksi
< Rp. 2,5 Miliar USAHA KECIL
Syarat SBU:
• klasifikasi Bidang pekerjaan yang diperlukan;
• kualifikasi Usaha Kecil (K)
Rp. 2,5 – 50 Miliar USAHA MENENGAH
Syarat SBU:
• Subklasifikasi Bidang Pekerjaan dan kode subklasifikasi Bidang Pekerjaan yang
diperlukan, contoh: paket pekerjaan jalan dengan nilai Rp25 Miliar,syarat
subklasifikasi bidang Jasa Pelaksana Konstruksi Jalan Raya (SI003)
• Subkualifikasi Usaha M (M1 maupun M2)
Diatas Rp. 50 Miliar USAHA BESAR
Syarat SBU:
• Subklasifikasi Bidang pekerjaan dan kode subklasifikasi Bidang Pekerjaan yang
diperlukan;
• Subkualifikasi Usaha B (B1 maupun B2)
Tata Cara Penetapan PersyaratanKlasifikasi Bidang dan Kualifikasi Usaha
Pekerjaan Jasa Konsultasi
< Rp. 750 Juta USAHA KECIL
Syarat SBU:
• Klasifikasi Bidang pekerjaan yang diperlukan;
• Kualifikasi Usaha Kecil
Diatas 750 Juta USAHA NON KECIL
Syarat SBU:
• Subklasifikasi Bidang pekerjaan dan kode subklasifikasi Bidang pekerjaan
yang diperlukan (Contoh Paket Pengawasan Pekerjaan Jalan dengan Nilai
Rp1 Miliar, syarat Subklasifikasi Bidang Jasa Pengawas Pekerjaan
Konstruksi Teknik Sipil Transportasi (RE 202))
• Subkualifikasi Usaha Non Kecil (M1, M2, maupun B)
Administrasi
• Tidak diperlukan surat jaminan penawaran
1.1-Sampai dengan Rp 2.500.000.000
• Dapat diterbitkan oleh Bank Umum, Perusahaan Asuransi, Perusahaan Penjaminan, konsorsium perusahaan asuransi umum/konsorsium lembaga penjaminan/konsorsium perusahaan penjaminan yang mempunyai program asuransi kerugian (suretyship) yg direkomendasikan OJK
2-Diatas Rp 2.500.000.000 s.d Rp 50.000.000
• Dapat diterbitkan Bank Umum, konsorsium perusahaan asuransi umum/konsorsium lembaga penjaminan/konsorsium perusahaan penjaminan yang mempunyai program asuransi kerugian (suretyship) yg direkomendasikan OJK
3-Diatas RP 50.000.000.000
Jaminan Pada Pekerjaan Konstruksi
a. Jaminan Penawaran
b. Jaminan Pelaksanaan, Jaminan Uang Muka, dan Jaminan Pemeliharaan
• dapat diterbitkan oleh Bank Umum, Perusahaan Asuransi, Perusahaan Penjaminan, konsorsium perusahaan asuransi umum/konsorsium lembaga penjaminan/konsorsium perusahaan penjaminan yang mempunyai program asuransi ke rugian (suretyship) yg direkomendasikan OJK
1-Sampai dengan Rp 250.000.000
• dapat diterbitkan Bank Umum, konsorsium perusahaan asuransi umum/konsorsium lembaga penjaminan/ konsorsium perusahaan penjaminan yang mempu yai program asuransi kerugian (suretyship) yg direkomendasikan OJK
2-Di atas Rp 250.000.000
Jaminan pada Pekerjaan Jasa Konsultansi
• Dapat diterbitkan oleh Bank Umum, Perusahaan Asuransi, Perusahaan Penjaminan, konsorsium perusahaan asuransi umum/konsorsium Lembaga penjaminan/konsorsium perusahaan penjaminan yang mempunyai program asuransi kerugian (suretyship) yg direkomendasikan OJK
1-Sampai dengan Rp 750.000.000
• Diterbitkan oleh Bank Umum, konsorsium perusahaan asuransi umum/konsorsium lembaga penjaminan/konsorsium perusahaan penjaminan yang mempunyai program asuransi kerugian (suretyship) yg direkomendasikan OJK
2-Di atas Rp 750.000.000
Rekomendasi OJK:
1. Konsorsium Surety Bond Indonesia
(KSBI), Rekomendasi OJK. Ijin Produk:
S‐ 4355/NB.111/2015
2. Konsorsium Penjaminan Proyek,
Rekomendasi OJK. Ijin Produk Nomor : S
–3380/NB.111/2015
Jaminan yang diterbitkan harus
ditandatangani oleh Leader Konsorsium,
Nama Penjamin adalah Perusahaan
Konsorsium.
a. Peralatan
Persyaratan Teknis
1Dalam dokumen pemilihan/pengadaan cantumkan Peralatan utama yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan utama (meliputi jenis, kapasitas, komposisi dan jumlah alat), berdasarkan analisa kebutuhan alat dengan memperhitungkan waktu penyelesaian dan volume pekerjaan.
2Wajib menggunakan peralatan utama milik sendiri/sewa beli (alat telah tersedia) untuk pekerjaan dengan nilai >Rp200.000.000.000,00, dikecualikan untuk peralatan yang didesain khusus atau yang dilaksanakan penyedia jasa spesialis;
• Mensyaratkan selain peralatan utama pada pekerjaan utama
• Mensyaratkan kepemilikan alat yang berlebihan
Permasalahan umum:
c. Kesamaan Personil
Persyaratan Teknis
Ketentuan
• Jika menawarkan personil yang sama untuk beberapa paket pekerjaan, maka hanya dapat ditetapkan sebagai pemenang pada 1 (satu) paket pekerjaan dengan cara melakukan klarifikasi untuk menentukan personil tersebut akan ditempatkan, sedangkan untuk paket pekerjaan lainnya personil dinyatakan tidak ada dan dinyatakan gugur.
Pengecualian
• Untuk Pekerjaan Konstruksi: apabila personil yang diusulkan penugasannya sebagai Kepala Proyek atau ada personil cadangan yang diusulkan dalam dokumen penawaran yang memenuhi syarat.
Untuk Jasa Konsultansi: menggunakan kontrak lump sum (paling banyak tiga paket) atau bagian lump sum pada kontrak gabungan lump sum dan harga satuan atau untuk kontrak harga satuan dengan personil yang diusulkan penugasannya tidak tumpang tindih (overlap).
• Jika menawarkan peralatan yang sama untuk beberapa paket pekerjaan maka hanya dapat ditetapkan sebagai pemenang pada 1 (satu) paket pekerjaan dengan cara melakukan klarifikasi untuk menentukan peralatan tersebut akan ditempatkan, sedangkan untuk paket pekerjaan lainnya dinyatakan peralatan tidak ada dan dinyatakan gugur.
Ketentuan
• Dikecualikan: waktu penggunaan alat tidak tumpang tindih (overlap), ada peralatan cadangan yang diusulkan dalam dokumen penawaran yang memenuhi syarat, dan/atau kapasitas dan produktifitas peralatan secara teknis dapat menyelesaikan lebih dari 1 (satu) paket pekerjaan.
Pengecualian
b. Kesamaan Peralatan
e. Alih Pengalaman
Persyaratan Teknis
Ketentuan
• Dalam hal pelaksanaan paketpekerjaan konstruksi dengan nilaikontrak > Rp.100.000.000.000,penyedia jasa pelaksana konstruksidiwajibkan memberikan alihpengalaman/keahlian kepadapeserta didik bidang konstruksimelalui system kerjapraktek/magang sesuai denganjumlah peserta didik yang diusulkandalam dokumen penawaran.
• Pekerjaan utama tidak dapat disubkontrakkan kecuali kepada penyedia jasa spesialis;
• Penawaran Rp25.000.000.000,00 s.d Rp50.000.000.000,00 mensubkontrakkan sebagian pekerjaan yang bukan pekerjaan utama kepada sub penyedia jasa Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil; dan/atau
• Penawaran <Rp50.000.000.000,00 mensubkontrakkan sebagian pekerjaan yang bukan pekerjaan utama kepada sub penyedia jasa Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil dan dalam penawarannya sudah menominasikan sub penyedia jasa dari lokasi pekerjaan setempat, kecuali tidak tersedia sub penyedia jasa yang dimaksud.
Ketentuan
d. Sub Kontrak
Persyaratan Teknis
f. Tanggung Jawab Konsultan Perencana
Konsultan perencana bertanggung jawab terhadap hasil desain sekurang‐kurangnya sampai produk desain tersebut selesai dilaksanakanpembangunannya, sepanjang lingkup dan/atau kondisi lingkungan masih sesuaidengan kriteria desain awal.
1->Konsultan perencana yang tidak cermat sehingga hasil desain tidak dapatdilaksanakan, dikenakan sanksi berupa keharusan menyusun kembaliperencanaan dengan beban biaya dari konsultan perencana yang bersangkutan,apabila tidak bersedia dikenakan sanksi masuk dalam daftar hitam atau sesuaiperaturan perundang‐undangan yang berlaku.
2->
Konsultan perencana wajib menghitung Engineering Estimate (EE), umurrencana bangunan dan identifikasi risiko K3, serta metode pelaksanaanpekerjaan.
3->
Skema dokumen kontrak
Secara garis besar, kedudukan kontrak dan
pelaksanaan kontrak dalam tahapan kegiatan
pengadaan barang/jasa dapat dilihat pada
Gambar berikut ini:Kedudukan Kontrak dalam Tahapan Kegiatan Pengadaan Barang dan Jasa
PERSIAPAN PELAKSANAAN KONTRAK
Secara garis besar, tahapan kegiatan pelaksanaan kontrak dapat dilihat pada Gambar berikut ini:
Tahapan Kegiatan Pelaksanaan Kontrak
1. Penyerahan Lapangan
Sebelum SPMK terbit, dilaksanakan pemeriksaan
bersama (direksi teknis dan/atau konsultan pengawas
serta penyedia jasa) untuk inventarisasi barang milik PPK.
Selanjutnya dibuat berita acara penyerahan lapangan.
SPMK sendiri diterbitkan paling lambat 14 hari kerja
setelah kontrak ditandatangani. Apabila penyedia jasa
tidak segera mulai kerja setelah SPMK maka Pejabat
Pembuat Komitmen menerbitkan surat peringatan. Dan
apabila penyedia jasa tidak dapat mulai pekerjaan karena
kesalahan Pejabat Pembuat Komitmen maka penyedia
jasa berhak mendapatkan kompensasi dari Pejabat
Pembuat Komitmen.
Skema PCM
2. Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak ( PCM )
Tujuan dari PCM yaitu mempersiapkan koordinasi
pelaksanaan pekerjaan dalam rangka mencapai
kesepakatan. PCM wajib diikuti para
penanggungjawab ketiga unsur proyek.
Pelaksanaan kontrak konstruksi meliputi tahapan sebagai berikut:
Prinsip-Prinsip Perubahan Jadwal Pelaksanaan :
Kurva S awal tetap dipertahankan
Revisi Skedul tidak betujuan untuk memperkecil deviasi
Proses Revisi skedul dimulai pada tanggal terjadinya perubahan.
Revisi Skedul Akibat Perpanjangan Waktu (Benar)
2.1.4. OPERATION & MAINTENANCE (OM)
Perencanaan Pemeliharaan
Perencanaan pemeliharaan dibuat oleh pihak Dinas/pengelola bersama dengan pihak-pihak terkait dan terlibat
berdasarkan rencana prioritas hasil inventarisasi. Dalam rencana pemeliharaan terdapat pembagian tugas,
antara para pihak yang terlibat dengan pemerintah diantaranya bagian mana bisa ditangani pengguna dan
bagian mana yang ditangani pemerintah melalui Nota Kesepakatan kerjasama O&P. Penyusunan rencana
pemeliharaan meliputi:
1.Inspeksi Rutin.
Penelusuran infrastruktur berdasarkan usulan kerusakan yang dikirim oleh juru secara rutin, dilakukan penelusuran untuk mengetahui tingkat kerusakan dalam rangka pembuatan usulan pekerjaan pemeliharaan periode yang akan datang.
Identifikasi dan Analisis Tingkat Kerusakan.
Pengukuran Dan Pembuatan Detail Desain Perbaikan Infrastruktur.
Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
Penyusunan Program/Rencana Kerja.
Pelaksanaan Pemeliharaan
Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan berdasarkan detail desain dan rencana kerja yang telah disusun oleh
Dinas/Pengelola infrastruktur bersama dengan pihak yang terlibat atau terkait. Adapun waktu pelaksanaannya
menyesuaikan dengan jadwal yang telah disepakati bersama dan ditetapkan oleh Bupati/Walikota/Gubernur
sesuai kewenangannya. Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1.1. Persiapan Pelaksanaan Pemeliharaan
• Sebelum kegiatan pemeliharaan dilaksanakan perlu dilakukan sosialisasi kepada para pihak yang terkait dan terlibat, tentang waktu, jenis kegiatan, jumlah tenaga, bahan, peralatan yang harus disediakan dan disesuaikan dengan jenis, sifat pemeliharaandan tingkat kesulitannya.
2. Pelaksanaan Pemeliharaan
Pihak-pihak yang terlibat dan/atau kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan pemeliharaan wajib memahami dan menerapkan persyaratan teknis yang telah ditetapkan oleh Dinas/Pengelola infrastruktur.
Pelaksanaan pemeliharaan tidak mengganggu atau disesuaikan dengan kelancaran kegiatan lingkungan sekitar
Dinas/Pengelola infrastruktur wajib menyampaikan kepada masyarakat mengenai periode waktu pelaksanaan pemeliharaan.
Untuk pekerjaaan yang dilaksanakan oleh pihak terlibat agar sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang dipersyaratkan, perlu adanya bimbingan dari tenaga pendamping lapangan.
Untuk pekerjaan yang dilaksanakan kontraktor, sebagai kontrol sosial pihak terlibat dapat berperan serta secara swadaya mengawasi pekerjaan.
Setelah pekerjaan perbaikan selesai dikerjakan harus dibuat berita acara bahwa pekerjaan perbaikan telah selesai dilaksanakandan berfungsi baik.
2.2. Proses Bisnis Penyedia Jasa
Sumber: BIM Essential Guide for Architectural Consultant, BCA Singapore, 2013
2.2.1. Proses Bisnis Konsultan Arsitektural
Keluaran yang dihasilkan/BIM
Deliverables untuk disiplin
Arsitektur seperti gambar
disamping:
A. Persiapan dan Desain Konseptual
Workflow dalam tahap persiapan dan desain konseptual adalah sebagai berikut
Pemahaman terhadap
kebutuhan dan persyaratan klien
BIM Execution Plan
Site ModelModel massa konseptual
Data surveyor
untuk arsitek
Tabel Keluaran/Deliverables:
Elemen Kegunaan
Topografi (model eksisting tapak)
Topografi (model rencana tapak)
Properti/batas lahan
Menetapkan/memastikan kondisi tapak eksisting
Studi tapak dan analisis tapak
Massing (model bangunan) Kalkulasi area dan volume
Alternatif desain
Energi analisis awal
Masukan terhadap aspek sustainability
3D Image/Visualisasi Visualisasi konsep
Sumber: BIM Essential Guide for Architectural Consultant, BCA Singapore, 2013
Tahapan ini mencakup bagaimanamengidentifikasi sasaran yang hendakdicapai melalui BIM, serta bagaimanalangkah-langkahnya untuk mencapaisasaran tersebut. Pemahaman terhadappersyaratan dan kebutuan klien dapatdiwujudkan melalui metode BIM, non BIMatau metode hibrid tergantung sasarandan tantangan proyek, selain juga praktekkebiasaaan dan sumber daya yangdipakai masing-masing konsultan.
Pemahaman terhadap Persyaratan dari Klien
Sumber: RDC Architects Pte Ltd, for a HDB project, 2011
dalam BIM Essential Guide for Architectural Consultant,
BCA Singapore, 2013.
Contoh Metode BIM, nonBIM atau Metode Hibrid dalam suatu Proyek BIM.
Skematik Desain
Model Skematik
Kolaborasi dengan
Developer
Kolaborasi dengan Ahli
Sipil dan Konstruksi
Tabel Keluaran/Deliverables:
Elemen Kegunaan
Model Generik Bangunan:
Dinding, Kolom, Lantai, Jendela, Atap,
Tangga, Langit-langit, Fixtures,
Furniture
Lainnya
Persiapan untuk persyaratan perizinan
Pengukuran ceiling plenum servis oleh MEP
Sisa kalkulasi area lantai
Furniture spesifik (contoh untuk pelayanan rumah sakit)
Rendering dan visualisasi untuk analisis
Building Quantity Schedule Estimasi biaya awal
Space Group (Zona/Ruang) Kalkulasi area
Individual Space Kalkulasi ruangan
*Preliminary Structural Model Koordinasi awal antara ARS dan STR
**Preliminary MEP Model Koordinasi awal antar ARS-MEPKeterangan: * Dihasilkan oleh Konsultan Struktur
**Dihasilkan oleh Konsultan MEP
Sumber: BIM Essential Guide for Architectural Consultant,
BCA Singapore, 2013
Model Skematik Kolaborasi antara Arsitek dan Ahli Struktural
Pada tahap ini dimungkinkan bagi para arsitek untuk berkolaborasi dengan:
Developer (khusus desain), dimana dengan melihat model arsitektural dari berbagai perspektif, pengembang akan membantu untuk menganalisis, memprediksi dan memutuskan keluaran yang biasanya dilakukan pada tahap konstruksi.
Ahli Struktural dalam berkolaborasi dan mengkoordinasikan desain struktur.
Model skematik terdiri dari penggambaran komponen bangunan dengan perkiraan dimensi, bentuk, lokasi, orientasi dan kuantitas yang masih bersifat umum. Adapun keluaran yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
Dapat menggunakan model massa konseptual untuk memvalidasi aspek sustainability
Menghasilkan layout rencana design skematik berskala 1:200 dengan komponen dinding/jendela/pintu generik
Menghasilkan outline/garis besar rancangan mekanikal dan struktural
Model akan terus dikembangkan selama tahap desain
berlangsung. Clash detection awal diterapkan untuk
meminmalisir konflik sebelum tahap konstruksi.
Pada tahap ini clash detection yang mungkin terjadi adalah
antara:
• Sistem arsitektural dengan sistem struktural
• Sistem arsitektural dengan sistem mekanikal
• Sistem arsitektural dengan sistem elektrikal/kelistrikan
• Sistem struktural dengan sistem mekanikal
• Sistem struktural dengan sistem elektrikal
• Sistem mekanikal dengan sistem elektrikal
Detailed Design Model Dokumentasi untuk Tender
Desain Detail
Kolaborasi dengan Ahli
Mekanikal-Elektrikal
Kolaborasi dengan Ahli
Sipil dan Konstruksi
Kolaborasi dengan Konsultan
Spesialis & Fabrikator
Tabel Keluaran/Deliverables
Elemen Kegunaan
Detil Komponen Bangunan
Dinding, Kolom, Lantai, Jendela, Atap
Tangga, Langit-langit, Fixtures, Furniture
Lainnya (fasad, railing)
Persetujuan rencana pembangunan
Dokumentasi tender/lelang
Material take-off dan scheduling dari komponen bangunan Quantitiy calculation dan biaya
*Preliminary Structural Model Koordinasi antara ARS dan STR
**Preliminary MEP Model Koordinasi antara ARS-MEP
Keterangan:
* Dihasilkan oleh Konsultan Struktur
**Dihasilkan oleh Konsultan MEP
Sumber: BIM Essential Guide for Architectural Consultant, BCA Singapore, 2013
Model Detail Desain
Merupakan versi detail dari komponen bangunan pada umumnya atau sistem generik dengan dimensi, bentuk,
lokasi, orientasi, dan kuantitas yang akurat.
Keluaran dari detail desain adalah:
rencana layout detil yang memperlihatkan konstruksi per layer pada skala 1:100 - 1:50
Detail drawing pada skala 1:20 sampai 1:5
Model detail memperlihatkan informasi berupa dinding, slab/lantai, pintu dan bukaan, jendela, curtain wall,
kolom, balok, tangga/ramp, langit-langit, atap, furniture, dan lainnya.
Setelah model arsitektural dikoordinasikan dengan model dari disiplin lainnya (model struktural) yang
menghasilkan desain final, maka selanjutnya dapat dihitung material take off dan penjadwalan.
Kolaborasi dengan Ahli MEP dan Perpipaan
Pada tahap detail design dikembangkan kolaborasi antara arsitek dan ahli MEP, dimana pertukaran model
dikembangkan secara menerus sejalan dengan perkembangan proyek. Clash detection awal diterapkan untuk
meminimalisir konflik antar elemen sebelum masa konstruksi.
Clash yang mungkin terjadi antara:
• Sistem arsitektural dengan sistem struktural
• Sistem arsitektural dengan sistem HVAC
• Sistem arsitektural dengan sistem perpipaan
• Sistem arsitektural dengan sistem proteksi
kebakaran
• Sistem arsitektural dengan sistem
elektrikal/kelistrikan
• Sistem arsitektural dengan sistem elektronik
• Sistem struktural dengan sistem HVAC
• Sistem struktural dengan sistem perpipaan
• Sistem struktural dengan sistem proyeksi kebakaran
• Sistem struktural dengan sistem elektrikal/listrik
• Sistem struktural dengan sistem elektronik
• Sistem HVAC dengan sistem perpipaan
• Sistem HVAC sistem proyeksi kebakaran
• Sistem HVAC dengan sistem elektrikal/listrik
• Sistem HVAC dengan sistem elektronik
• Sistem perpipaan dengan sistem proteksi kebakaran
• Sistem perpipaan dengan sistem elektrikal/listrik
• Sistem perpipaan dengan sistem elektronik
• Sistem proteksi kebakaran dengan sistem
elektrikal/kelistrikan
• Sistem proteksi kebakaran dengan sistem elektronik
Sumber: BIM Essential Guide for Architectural
Consultant, BCA Singapore, 2013
Contoh Kombinasi Model Arsitektural
dan MEP.
2.1. Proses Bisnis Penyedia Jasa
Sumber: BIM Essential Guide for C&S Consultant, BCA Singapore, 2013
2.2.2. Proses Bisnis Konsultan Sipil dan Struktural
Keluaran yang dihasilkan/BIM
Deliverables untuk disiplin Sipil
dan Struktural seperti gambar
disamping:
2.1. Proses Bisnis Penyedia Jasa
Sumber: BIM Essential Guide for C&S Consultant, BCA Singapore, 2013
2.2.3. Proses Bisnis Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing (MEP)
Proses Bisnis Konsultan
A. Tahap Persiapan dan Konsep Desain
A1. Memahami Kebutuhan Klien
Seperti tahapan pendahuluan pada disiplin lainnya,
sangat penting untuk mencapai kesepahaman antara
klien dan tim konsultan mengenai tujuan umum dan
tujuan spesifik yang hendak diraih dan bagaimana
cara mencapai tujuan proyek BIM tersebut. Model
pendahuluan MEP dapat diperoleh dari model BIM
arsitektur dan berfungsi sebagai persiapan bagi tahap
detailed design.
A2. Penyiapan Proyek
Sebelum memulai proyek BIM, hal penting yang harus
diperhatikan adalah permintaan klien sebagaimana
yang disebutkan dalam BIM Execution Plan (BEP)
serta platform software dan versi yang disetujui
bersama untuk proyek tersebut.Workflow Penyiapan Proyek
Workflow dari Worksharing Proyek BIM
Worksharing
Worksharing digunakan untuk proyek besar yang harus
dikerjakan oleh lebih dari satu BIM modeller. Para anggota tim
yang terlibat dapat menamakan file dengan ketentuan sebagai
berikut.
ES Electrical sub-discipline
elements
SN Sanitary sub-discipline
elements
FP Fire sub-discipline elements PL Plumbing sub-discipline
elements
ACMV Mechanical sub-discipline
elements
PF Plumbing Fixture sub-discipline
elements
GAS Gas sub-discipline elements
Workflow Linking Model Proyek BIM.
Linking Model
Merupakan metode umum untuk proyek yang lebih kecil yang
menghasilkan model-model individual bagi setiap sub disiplin.
Berbagai elemen akan dituangkan ke dalam suatu model dan
dikoordinasikan dengan masing-masing sub disiplin itu
sendiri. Setelah itu, model akan dihubungkan dengan sub
disiplin lain dalam file sentral.
2.1. Proses Bisnis Penyedia Jasa
Sumber: BIM Essential Guide for C&S Consultant, BCA Singapore, 2013
2.2.4. Proses Bisnis Kontraktor
▪ Hasil yang diharapkan dari pekerjaan Kontraktor terbagi ke dalam tahapan tender, pra konstruksi dan konstruksi yang dapat dilihat pada gambar berikut.
A. Tahap Tender
Bagi kontraktor, model BIM yang digunakan dalam tahap tender atau lelang ditujukan untuk menghasilkan estimasi
biaya/cost estimation. Pada prakteknya, kontraktor dapat menerima model BIM (dalam format DWF/3D PDF/IFC/native
format) selain gambar 2D. Model BIM dipergunakan sebagai referensi sedangkan gambar 2D digunakan dalam dokumen
kontraktual. Kontraktor juga mempunyai kebebasan untuk mengembangkan model BIM mereka sendiri berdasarkan
gambar 2D dari konsultan dengan menggunakan model BIM dari konsultan sebagai referensi. Beberapa diantaranya
memilih menggunakan model BIM bagi keperluan site planning dan perencanaan logistik.
Menerima Gambar 2D dari Konsultan (dan ditambah BIM
Model)
Pengembangan Model BIM
Estimasi Biaya
Sumber: BIM Essential Guide for Contractor, BCA Singapore, 2013
Site Planning/Logistic
PlanningWorkflow Tahap Tender untuk Kontraktor
B. Tahap Pra Konstruksi
Mendapatkan model disiplin- spesifik (AR,
STR, ME)
Mengkombinasikan model disiplin-spesifik
Pengecekan secara visual dan clash
detection Mengeluarkan RFI jika ditemukan
permasalahan
Membekukan model disiplin-spesifik disertai
tanggapan terhadap RFI
Workflow Tahap Pra Konstruksi untuk Kontraktor
C. Tahap Konstruksi
KOMUNIKASI ANTARA PENGGUNA JASA DAN PENYEDIA JASA
BAB 3
3.1. Komunikasi dalam Pelaksanaan Proyek
Komunikasi dalam proyek konstruksi diperlukan tidak saja untukkebutuhan interaksi, kolaborasi dan kooperasi antar anggota timproyek namun lebih jauh lagi membantu meyakinkan para menajerproyek bahwa aktivitas proyek dari hari kehari sesuai denganrencana yang ada, komunikasi juga dilakukan untuk memberikankemudahan dan kejelasan struktur organisasi baik bagi pihakeksternal (pemilik proyek, konsultan, kontraktor dan sebagainya),maupun bagi pihak internal (pelaku proyek dan perusahaan). Selainitu berkomunikasi yang efektif dapat menimbulkan banyakkeuntungan lain seperti:
• Proyek menjadi lebih terkelola.
• Data proyek lebih dapat dilacak keberadaannya.
• Sumber daya yang ada dapat lebih dikelola dan dipantauketersediaannya.
• Informasi/data pendukung yang relevan dengan proyek dapatlebih dipusatkan.
• Komunikasi yang efektif terjadi secara terus-menerus antarasemua level organisasi.
Pada saat pelaksanaan proyek konstruksi
berlangsung harus diperhatikan hambatan-
hambatan komunikasi yang mungkin terjadi
antara kontraktor dan subkontraktor, seperti:
• Kesulitan untuk dapat saling berbagi
informasi/data antar anggota tim proyek
karena kurang baiknya hubungan
internal tim proyek.
• Kurangnya kesegeraan distribusi
informasi atas perubahan-perubahan
yang terjadi.
• Kesulitan mencari dan menyortir
informasi/data yang relevan dengan
proyek, dari sekian banyak
informasi/data yang ada sehingga
kurangnya efisiensi dalam bekerja.
Manajemen komunikasi proyek adalah bidangilmu pengetehuan yang diperlukan untukmemastikan bahwa sumber pengumpulan,penyebaran, penyampaian, dan dispoisis terakhirdari informasi proyek terlaksana tepat waktu danbenar. Manajemen komunikasi proyek terbagi atasempat tahap, yaitu :
1. Tahap perencanaan komunikasi
2. Tahap distribusi informasi
3. Tahap laporan kinerja
4. Tahap penutupan administrasi
Proses komunikasi dalam suatu proyek
Komunikasi horizontal merupakan komunikasi yang terjadi
diantara anggota dari kelompok kerja yang sama, terjadi antara
manager proyek dan orang yang berkepentingan di dalam proyek
seperti komunikasi antara quality control (QC) dengan engineer.
Adapun yang dibahas antara lain negosiasi sumber daya,
schedule, anggaran, aktifitas koordinasi antara kontraktor dan
subkontraktor, perencanaan, pengembangan untuk periode yang
akan datang.
Suatu proyek, baik yang telah mencapai
sasaran ataupun belum karena suatu alasan,
memerlukan penutupan. Kegiatan penutupan
administrasi sebaiknya jangan ditunda sampai
penyelesaian proyek. Setiap fase proyek ditutup
secara tepat untuk memastikan bahwa
informasi tentang laporan status proyek dan
permasalahannya yang penting dan bermanfaat
tidaklah hilang.
Untuk mengetahui item-item pekerjaan konstruksi termasuk rework
atau tidak, hal-hal yang tidak termasuk dalam rework pada suatu
proyek konstruksi, diantaranya:
• Perubahan scope pekerjaan mula–mula yang tidak berpengaruh
pada pekerjaan yang sudah dilakukan. Sebagai contoh
perubahan besar beban yang ditanggung sebuah bangunan,
setelah ditentukan perhitungan struktur, spesifikasi item yang
dikerjakan aman untuk menanggung penambahan atau
pengurangan besar beban tersebut sehingga tidak perlu
dilakukan perubahan.
• Perubahan desain atau kesalahan yang tidak mempengaruhi
pekerjaan di lapangan. Sebagai contoh portal yang setelah
dikerjakan di lapangan ternyata kurang kaku atau tidak rigid,
sehingga perlu ditambahi bracing dan untuk penambahan
bracing, tidak mengganggu pekerjaan lain sepanjang belum
dilakukan pemlesteran pada dinding portal yang ditambah
bracing.
• Kesalahan off-site modular fabrication yang dibetulkan off-site.
• Kesalahan fabrikasi on-site tapi tidak mempengaruhi aktivitas di
lapangan secara langsung (diperbaiki tanpa mengganggu
jalannya aktivitas konstruksi).
Faktor-faktor penyebab rework
Proses Terjadinya Rework
Original Activity merupakan kegiatan pekerjaan proyek mula-mula
yang dikerjakan sebelum rework diidentifikasi dan dilaksanakan.
Setelah rework diidentifikasi maka tahapan berikutnya rework
duration yang dibagi dalam tiga tahap kegiatan, yaitu sebagai
berikut:
1. Standby adalah tahap pertama yaitu situasi untuk menunggu
instruksi untuk melakukan rework setelah proses identifikasi di
lapangan selesai dilakukan.
2. Rework adalah tahap selanjutnya yang dilakukan setelah
seluruh instruksi untuk melakukan pengerjaan ulang tersebut.
3. Gear up adalah tahap terakhir yaitu penyesuaian kembali
dengan pekerjaan awal dan selanjutnya berhenti untuk
sementara waktu akibat adanya pekerjaan ulang tersebut.
Continuation of original activity merupakan kegiatan pekerjaan
selanjutnya setelah rework diselesaiakan dan telah disesuaikan
dengan pekerjaan mula-mula yang direncanakan sebelum
terjadinya rework.
Tahapan rework
3.2. Klaim Proyek Konstruksi
Peristiwa Penyebab Klaim Konstruksi
Keunikan dan tingkat kompleksitas tinggi merupakan ciri yang membedakanindustri konstruksi dengan industri lainnya. Substansi-substansi yangsebelumnya telah disetujui oleh para pihak dan telah dituangkan dalamkontrak acapkali berubah dalam lapangan. Perubahan-perubahan yangterjadi dapat muncul baik dari pengguna jasa maupun penyedia jasa.Perubahan tersebut merupakan salah satu penyebab timbulnya klaim.
Bentuk-Bentuk Klaim Konstruksi
a. Klaim tambahan biaya dan waktu
Klaim ini biasa timbul dari keterlambatan penyelesaian pekerjaan atau
biasa disebut Delay Claim, sehingga salah satu pihak meminta kompensasi
dengan penambahan waktu maupun biaya. Delay claim dapat dibedakan
kembali menjadi;
(i). Excusable Delays (kelambatan yang dapat diterima), diberikan
perpanjangan waktu tetapi tidak mendapat tambahan biaya atau
kompensasi lainnya.
(ii). Compensable Delays (kelambatan-kelambatan dengan kompensasi),
mendapat penambahan waktu juga mendapatkan penambahan biaya.
(iii). Concurrent Delays (kelambatan-kelambatan yang berbenturan).
b. Klaim biaya tak langsung.
Klaim ini biasanya timbul karena adanya
biaya tak laung (overhead). Penyedia jasa
terlambat menyelesaikan pekerjaan karena
berbagai sebab dari pengguna jasa,
meminta tambahan biaya overhead
dengan alasan biaya ini bertambah karena
pekerjaan belum selesai.
c. Klaim tambahan Waktu (tanpa tambahan
biaya)
Klaim ini dapat terjadi, karena satu dan
lain hal penyedia jasa belum dapat
menyelesaikan pekerjaannya. Maka
pengguna jasa memberikan tambahan
waktu tetapi tidak menambahkan tambahan
biaya.
d. Klaim kompensasi lain.
Klaim ini dapat berupa penambahan waktu
disertai dengan penambahan kompensasi
yang lain sesuai persetujuan kedua belah
pihak.
Penyebab timbulnya Perubahan
Penyebab timbulnya perubahan pekerjaan seringkali menimbulkan masalah di pihak penyedia jasa terlebih kedalam pekerjaan yang menjadi semakin rumit. Para praktisi bidang konstruksi masalah-masalah yang sering menyebabkan perubahan, antara lain:
• Informasi desain yang cacat atau tidak lengkap.
• Perubahan Permintaan
• Perubahan lapangan atau kondisi lapangan yang belum diketahui
• Bahasa dan Interpretasi yang ambigu.
• Batasan dalam Metode bekerja
• Keterlambatan atau Percepatan
Change Order (Perubahan Pekerjaan)
Dalam pelaksanaan suatu kontrak konstruksi sering terjadi
perubahan. Perubahan tersebut sangat lumrah terjadi karena
keinginan dari Pengguna Jasa yang timbul selama pelaksanaan dari
suatu proyek konstruksi yang disebabkan antara lain karena
diiginkannya perubahan lingkup pekerjaan, perubahan spesifikasi
teknik, perubahan jenis material, percepatan pelaksanaan, dan lain-
lain.
Jenis-jenis Perubahan
Formal changes atau perubahan resmi merupakan perubahan
yang dibuat oleh pengguna jasa dimana hasil perubahannya dibuat
secara tertulis kepada kontraktor untuk merubah lingkup pekerjaan,
waktu pekerjaan, harga atau hal-hal yang telah diatur dalam
kontrak sebelumnya.
Informal changes atau bisa disebut juga sebagai “constructive
changes”, berisi perubahan-perubahan dari lingkup pekerjaan
kontraktor atau metode pelaksanaan dari merupak hasil dari tindakan
atau kelalaian dari owner, tindakan atau kelalaian dari pihak ketiga
seperti kontraktor lain, penyuplai material atau bahan serta peristiwa
yang timbul diluar kuasa kontraktor (keadaan kahar atau force
majeure).
Proses Pengajuan Perubahan
▪ Proses pengajuan perubahan dapat timbul baik dari sisi penguna jasa napun penyedia jasa. Pengajuannya menurut penulis hampir sama dengan pengajuan suatu klaim> berikut ini adalah tahapan-tahapan dalam pengajuan change order:
Identifikasi Evaluasi Persetujuan Penyesuaian Pembayaran
BAB 4
MANAJEMEN PERUBAHAN YANG TERKAIT IMPLEMENTASI BIM
4.1. Konsep Perubahan
Perbedaan perubahan yang direncanakan dari perubahan rutin
adalah cakupan dan luasnya. Perubahan yang direncanakan
bertujuan untuk menyiapkan seluruh organisasi, atau sebagian
besar, untuk menyesuaikan diri pada perubahan signifikan
dalam sasaran dan arah organisasi (Collin, 2002).
Tantangan Mengelola Perubahan
• Adanya inovasi dan implementasi
• Menghadapi rasa takut dan keresahan di seluruh
organisasi;
• Manfaat signifikan dari sistem informasi bagi bisnis
• Proyek-proyek yang berhubungan dengan merger dan
akuisisi mempunyai tingkat kegagalan yang juga tinggi.
• Tanpa kesuksesan dari integrasi sistem, manfaat yang
diantisipasi dari merger tidak dapat diwujudkan
Pendekatan Manajemen Perubahan
Untuk berhasil dan menjadi pemenang
perubahan, organisasi memerlukan
suatu kerangka untuk menentukan garis
faktor dan untuk menghadapi serta
berhasil menghadapi tantangan bisnis
dihadapan mereka. Kerangka ini dapat
dipakai oleh perusahaan-perusahaan
untuk menjadi modal pada kekuatan-
kekuatan mereka menyesuaikan pada
tuntutan pasar dan mengembangkan
posisi bersaing yang lebih baik untuk
mengurus perubahan menjadi lebih
efektif.
4.2. Strategi Manajemen Perubahan dalam Implementasi BIM
Hal lain yang penting dari program adopsi BIM adalah change
management yang membantu organisasi bermigrasi dari kondisi
eksisting sekarang ke kondisi di masa datang dengan sedikit
“disrupsi” dan “resistensi”.
• Definisikan urgensi perubahan
• Definisikan visi, tujuan dan program yang jelas
• Memahami resiko-resiko penting yang akan dihadapi dari
perubahan ini serta faktor-faktor suksesnya.
• Merumuskan strategi menuju perubahan tersebut
4.2.1. Menciptakan Iklim Perubahan
4.2.2. Membangun Momentum Perubahan
• Berkomunikasi secara aktif dengan stakeholder
• Menyediakan pelatihan-pelatihan dan sarana prasarana
• Menetapkan standar BIM dalam setiap tahapan proses
• Menetapkan quick wins untuk membangun momentum
perubahan, antara lain dapat dilakukan melalui: pilot project,
memberi penghargaan (reward) kepada early adopters dan early
movers, serta tak kalah penting yaitu menetapkan target yang
realistis
4.2.3. Implementasi dan Keberlanjutan
Program Migrasi
Propagation (penugasan dari proyek ke proyek, atau dari tim ke tim)
•Mengembangkan quick start template bagi setiap proyek baru atau tim baru sehingga bisa segera menjalankan
•Mengembangkan jalur-jalur progress dari setiap tim agar dapat mengembangkan pengetahuan sendiri
Making it stick (membangun sistem)
•Membangun sistem rewards and punishment
•Memasukkan praktik berbasis BIM sebagai bagian dari standar organisasi
BAB 5
ETIKA DAN PERILAKU (CODE OF CONDUCT)
5.1. Etika Bisnis dalam Jasa Konstruksi
Dengan kurangnya perhatian dan penerapan etika dan
profesionalisme dalam bisnis konstruksi di Indonesia oleh
penyedia jasa konstruksi, pemilik modal, pemerintah sebagai
regulator serta seluruh pihak yang terkait didalamnya, maka
secara langsung mendorong berkembangnya pelanggaran-
pelanggaran terhadap etika dan profesionalisme dalam bisnis
konstruksi di Indonesia. Profesionalisme dalam bisnis konstruksi
sangat menentukan keberhasilan dalam dunia konstruksi karena
menyangkut banyak hal didalamnya, yang paling terpenting
adalah skill dan kemampuan.
Menurut Martin dan Schinzinger (dalam Dipohusodo1996) yang
memberikan pandangan tentang profesionalisme, bahwa kriteria
umum rekayasawan yang profesional adalah:
• Mencapai standar prestasi dalam pendidikan, kemampuan
atau kreativitas bekerja, dalam bidang rekayasa.
• Bersedia menerima tanggung jawab moral terhadap
masyarakat, konsumen pelanggan, sejawat, atasan maupun
bawahan sebagai kewajiban profesionalnya.
5.1. Perilaku Profesional
Menurut Martin dan Schinzinger (dalam
Dipohusodo1996) yang memberikan
pandangan tentang profesionalisme,
bahwa kriteria umum rekayasawan yang
profesional adalah:
1. Mencapai standar prestasi dalam
pendidikan, kemampuan atau
kreativitas bekerja, dalam bidang
rekayasa.
2. Bersedia menerima tanggung jawab
moral terhadap masyarakat,
konsumen pelanggan, sejawat,
atasan maupun bawahan sebagai
kewajiban profesionalnya.
Syarat profesionalisme
Adapun syarat-syarat yang harus dimiliki untuk menjadi seorang yang profesionalisme adalah:
Persepektif dalam Mengukur Profesionalisme
Menurut Gilley dan Enggland ada 4 pendekatan yaitu sebagai
berikut:
Dasar ilmu yang dimiliki kuat dalam bidangnya
Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praktis.
Pengembangan kemampuan professional yang berkesinambungan.
• Pendekatan lambang profesional, pendekatan sikap Individu dan electic.
1-Pendekatan berorientasi filosofis
• Individu (dengan minat bersama) berkumpul, kemudian mengidentifikasian dan mengadopsi ilmu, untuk membentuk organisasi profesi, dan membuat kesepakatan persyaratan profesi, serta menentukan kode etik untuk merevisi persyaratan.
2-Pendekatan perkembangan bertahap
• Etika sebagai aturan langkah-langkah, pengetahuan yang terorganisasi, keahlian dan kopentensi khusus, tinggkat pendidikan minimal, setifikasi keahlian.
3-Pendekatan berorientasi karakteristik
• Mampu melihat dan merumuskan karakteristik unik dan kebutuhan sebuah profesi.
4-Pendekatan berorientasi non- tradisional
5.2. Keterbukaan Informasi
Di era globalisasi akses terhadap segala informasi sangat
terbuka. Masyarakat dengan mudah mengakses informasi yang
dibutuhkan khususnya tentang dunia usaha (swasta). Selama ini
kecenderungan dunia usaha yang justru lebih memanfaatkan
teknologi informasi dan lebih terbuka terhadap kinerja usahanya
kepada publik. Namun seiring waktu dengan berkembangnya
pemahaman tentang Negara Hukum Demokrasi dan Negara
Kesejahteraan, akses terhadap kinerja dan informasi
pemerintahan kini menjadi suatu fenomena global. Pemerintah
suatu negara yang ada di dunia kini mulai membuka diri terhadap
informasi-informasi tentang penyelenggaraan negara atau
pemerintahannya kepada publik.
Negara hukum demokrasi adalah negara dimana pelaksanakan
sistem kenegaraannya berdasarkan amanat rakyat, maka sudah
sewajarnya dan bahkan merupakan hak rakyat untuk mengetahui
informasi- informasi mengenai kinerja atau penyelenggaraan
negara dan/atau pemerintahan.
Keterbukaan Infomasi Publik di Indonesia.
Berkaitan dengan pengakuan terhadap
HAM, khususnya dalam hubungannya
dengan hak atas informasi publik, Pasal
28 F UUD 45 menegaskan:
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi
dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis
saluran yang tersedia.
5.3. Code of Conduct dalam Bisnis Konstruksi
Penerapan Code of Conduct atau etika dan perilaku dalam
penyelenggaraan konstruksi akan berdampak besar dalam
implementasi BIM di Indonesia. Substansi code of conduct baik
untuk pengguna jasa maupun penyedia jasa konstruksi terutama
berkaitan dengan implementasi BIM adalah sebagai berikut,
Penyedia jasa dan pengguna jasa konstruksi :
a) harus menggunakan etika bisnis dalam melakukan
kegiatannya agar terjadi hubungan yang langgeng
b) harus menggunakan etika moral dalam hubungan dengan
masyarakat
c) harus menggunakan norma moral dalam kaitan dengan
persaingan
d) harus dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat
e) harus mengingat keterbatasan sumber daya dalam kaitan
dengan sustainability
f) harus memiliki tanggung jawab moral dan tanggung jawab
sosial terhadap masyarakat
Terima Kasih,Sampai Jumpa di Modul Selanjutnya