50
MODUL 2: KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK (Perpres 54/2010 jo Perpres 04/2015) & (PP 29/2000 Jo PP 54/2016)

MODUL 2: KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAKsibima.pu.go.id/pluginfile.php/53247/mod_resource/content/1... · ULP/Pejabat Pengadaan digunakan untuk pengadaan b/j melalui swakelola

  • Upload
    vudan

  • View
    234

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

MODUL 2: KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK

(Perpres 54/2010 jo Perpres 04/2015) & (PP 29/2000 Jo PP 54/2016)

2

PER

ATU

RA

N P

ERU

ND

AN

G U

ND

AN

GA

N

TER

KA

IT K

ON

TRA

K

UNDANG-UNDANG NO 2 TAHUN 2017

PP NO 29 TAHUN 2000

JO PP NO 54 TAHUN 2016

PERPRES NO 54 TAHUN 2010

JO PERPRES NO 04 TAHUN 2015

PERMEN PU NO 07 TAHUN 2011

JO PERMEN PUPR NO 31 TAHUN 2015

PERATURAN PEMERINTAH NO 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI JO PERATURAN PEMERINTAH N0 54 TAHUN 2016 (TERKAIT KONTRAK KONSTRUKSI)

4

• Lingkup Pengaturan Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi meliputi:

• Pemilihan Penyedia Jasa

• Kontrak Kerja Konstruksi

• Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi

• Kegagalan Bangunan

• Penyelesaian Sengketa

• Larangan Persekongkolan

• Sanksi

RUANG LINGKUP (PASAL 2 PP 29/2000 JO 54/2016)

Pasal 2. Ruang Lingkup Lingkup Pengaturan Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi meliputi:

5

PP NO 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

JO PP N0 54 TAHUN 2016

• Pemilihan Penyedia Jasa • Kontrak Kerja Konstruksi • Penyelenggaraan Pekerjaan

Konstruksi

• Kegagalan Bangunan • Penyelesaian Sengketa • Larangan Persekongkolan • Sanksi

Pasal 15. Pengguna Jasa dalam Pemilihan Penyedia Jasa berkewajiban untuk : b. Menerbitkan Dokumen Pelelangan Umum, Pelelangan Terbatas, atau

Pemilihan Langsung secara Lengkap, Jelas, dan Benar, serta Dapat Dipahami, yang memuat: • Petunjuk bagi Penawaran; • Tata Cara Pelelangan Umum, Pelelangan Terbatas, atau Pemilihan

Langsung mencakup Prosedur, Persyaratan, dan Kewenangan; • Persyaratan Kontrak mencakup Syarat Umum dan Syarat Khusus; dan • Ketentuan Evaluasi.

Pasal 15. Pengguna Jasa dalam Pemilihan Penyedia Jasa berkewajiban untuk : d. Menerbitkan dokumen penunjukan langsung secara lengkap, jelas, dan benar

serta dapat dipahami yang memuat : • tata cara penunjukan langsung mencakup prosedur, persyaratan, dan

kewenangan; dan • Syarat-syarat Kontrak mencakup Syarat Umum dan Syarat Khusus;

Pasal 15. Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam Pemilihan Penyedia Jasa berkewajiban untuk :

j. Menandatangani Kontrak Kerja Konstruksi dalam batas waktu yang ditentukan dalam Dokumen Lelang;

6

PP NO 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

JO PP N0 54 TAHUN 2016

Pasal 20. Kontrak Kerja Konstruksi 1. Kontrak Kerja Konstruksi pada dasarnya dibuat secara terpisah sesuai tahapan

dalam pekerjaan konstruksi yang terdiri dari kontrak kerja konstruksi untuk Pekerjaan Perencanaan, kontrak kerja konstruksi untuk Pekerjaan Pelaksanaan, dan kontrak kerja konstruksi untuk Pekerjaan Pengawasan.

2. Dalam hal Pekerjaan Terintegrasi, Kontrak Kerja Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dituangkan dalam 1 (satu) kontrak kerja konstruksi.

3. Kontrak kerja konstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibedakan berdasarkan :

7

PP NO 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

JO PP N0 54 TAHUN 2016

Pasal 15. Pengguna Jasa dalam Pemilihan Penyedia Jasa berkewajiban untuk : d. Menerbitkan dokumen penunjukan langsung secara lengkap, jelas, dan benar

serta dapat dipahami yang memuat : • tata cara penunjukan langsung mencakup prosedur, persyaratan, dan

kewenangan; dan • Syarat-syarat Kontrak mencakup Syarat Umum dan Syarat Khusus;

Pasal 15. Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam Pemilihan Penyedia Jasa berkewajiban untuk :

j. Menandatangani Kontrak Kerja Konstruksi dalam batas waktu yang ditentukan dalam Dokumen Lelang;

8

PP NO 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

JO PP N0 54 TAHUN 2016

Pasal 21 Ayat 1. Kontrak Lump Sum Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Lump Sum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf a angka 1 merupakan: • kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan • jangka waktu tertentu • jumlah harga pasti dan tetap • semua risiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan yang

sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah.

Pasal 21 Ayat 2. Kontrak Harga Satuan Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Harga Satuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf a angka 2 merupakan: • kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan • jangka waktu tertentu • berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur

pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu • volume pekerjaannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume

pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia jasa.

9

PP NO 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

JO PP N0 54 TAHUN 2016

Pasal 21 Ayat 3. Kontrak Biaya Tambah Imbalan Jasa Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Biaya Tambah Imbalan Jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf a angka 3 merupakan: • kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan • jangka waktu tertentu • jenis-jenis pekerjaan dan volumenya belum diketahui dengan pasti • pembayarannya dilakukan berdasarkan pengeluaran biaya yang meliputi

pembelian bahan, sewa peralatan, upah pekerja dan lain-lain, ditambah imbalan jasa yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

Pasal 21 Ayat 4. Kontrak Gabungan Lump Sum & Harga Satuan Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Gabungan Lump Sum dan Harga Satuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf a angka 4 merupakan: • Kontrak Gabungan Lump Sum dan/atau Harga Satuan dan/atau Tambah

Imbalan Jasa • 1 (satu) pekerjaan yang diperjanjikan sejauh yang disepakati Para Pihak dalam

Kontrak Kerja Konstruksi.

10

PP NO 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

JO PP N0 54 TAHUN 2016

Pasal 21 Ayat 3. Kontrak Aliansi Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Aliansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf a angka 4 merupakan: • kontrak pengadaan jasa • harga kontrak referensi ditetapkan lingkup dan volume pekerjaan yang belum

diketahui ataupun diperinci secara pasti • pembayarannya dilakukan secara biaya tambah imbal jasa dengan suatu

pembagian tertentu yang disepakati bersama atas penghematan ataupun biaya lebih yang timbul dari perbedaan biaya sebenarnya dan harga kontrak referensi.

11

PP NO 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

JO PP N0 54 TAHUN 2016

Pasal 22. Dokumen Kontrak Kerja Konstruksi Sekurang-kurangnya harus memuat dokumen yang meliputi: • Surat Perjanjian yang ditandatangani pengguna jasa dan penyedia jasa yang

memuat: Uraian Para Pihak, Konsiderasi, Lingkup Pekerjaan, Hal-hal Pokok seperti Nilai Kontrak, Jangka Waktu Pelaksanaan, dan Daftar Dokumen-Dokumen yang mengikat beserta Urutan Keberlakuannya;

• Dokumen lelang; • Usulan atau Penawaran; • Berita Acara berisi kesepakatan yang terjadi antara Pengguna Jasa dan

Penyedia Jasa selama proses evaluasi usulan atau penawaran oleh pengguna jasa antara lain klarifikasi atas hal-hal yang menimbulkan keragu-raguan;

• Surat Pernyataan dari Pengguna Jasa menyatakan menerima atau menyetujui usulan atau penawaran dari penyedia jasa

• Surat Pernyataan dari Penyedia Jasa yang menyatakan kesanggupan untuk melaksanakan pekerjaan

12

PP NO 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

JO PP N0 54 TAHUN 2016

13

Pasal 23. Isi Kontrak Kerja Konstruksi

• Sama dengan bab IV pengikatan pekerjaan konstruksi UU No. 18/1999

Sekurang-kurangnya harus mencakup uraian mengenai:

• Hak atas kekayaan intelektual, mencakup:

• kepemilikan hasil perencanaan, berdasarkan kesepakatan

• pemenuhan kewajiban terhadap hak cipta atas hasil perencanaan yang telah dimiliki oleh pemegang hak cipta dan hak paten yang telah dimiliki oleh pemegang hak paten

Harus memuat ketentuan tentang:

• Pemberian insentif, mencakup:

• persyaratan pemberian insentif

• bentuk insentif

• Sub-penyedia jasa dan/atau pemasok bahan dan/atau komponen bangunan dan/atau peralatan yang harus memenuhi standar yang berlaku

• Bahasa kontrak: bahasa Indonesia dan/atau bahasa Inggris, namun ditegaskan 1 (satu) bahasa yang mengikat secara hukum

• Kontrak Kerja Konstruksi tunduk pada Hukum yang berlaku di Indonesia

Dapat memuat ketentuan tentang:

PP NO 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

JO PP N0 54 TAHUN 2016

14

Pasal 31. Kegagalan Pekerjaan Konstruksi

Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja konstruksi baik sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna jasa atau penyedia jasa.

Pasal 34. Kegagalan Bangunan

Kegagalan Bangunan merupakan keadaan bangunan yang tidak berfungsi, baik secara keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat, keselamatan dan kesehatan kerja, dan atau keselamatan umum sebagai akibat kesalahan Penyedia Jasa dan atau Pengguna Jasa setelah penyerahan akhir pekerjaan konstruksi.

PP NO 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

JO PP N0 54 TAHUN 2016

15

Pasal 35. Jangka Waktu Pertanggungjawaban

1) Jangka waktu pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan ditentukan sesuai dengan umur konstruksi yang direncanakan dengan maksimal 10 tahun, sejak penyerahan akhir pekerjaan konstruksi.

2) Penetapan umur konstruksi yang direncanakan harus secara jelas dan tegas dinyatakan dalam dokumen perencanaan, serta disepakati dalam kontrak kerja konstruksi.

3) Jangka waktu pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan harus dinyatakan dengan tegas dalam kontrak kerja konstruksi.

PP NO 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

JO PP N0 54 TAHUN 2016

16

Pasal 36. Penilaian Kegagalan Bangunan

1) Kegagalan bangunan dinilai dan ditetapkan oleh 1 (satu) atau lebih penilai ahli yang profesional dan kompeten dalam bidangnya serta bersifat independen dan mampu memberikan penilaian secara obyektif, yang harus dibentuk dalam waktu paling lambat 1 (satu) bulan sejak diterimanya laporan mengenai terjadinya kegagalan bangunan.

2) Penilai ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipilih, dan disepakati bersama oleh penyedia jasa dan pengguna jasa.

3) Pemerintah berwenang untuk mengambil tindakan tertentu apabila kegagalan bangunan mengakibatkan kerugian dan atau menimbulkan gangguan pada keselamatan umum, termasuk memberikan pendapat dalam penunjukan, proses penilaian dan hasil kerja penilai ahli yang dibentuk dan disepakati oleh para pihak.

PP NO 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

JO PP N0 54 TAHUN 2016

PERPRES NOMOR 54 TAHUN 2010 JO PERPRES NOMOR 04 TAHUN 2015 (TERKAIT KONTRAK KONSTRUKSI)

18

Pasal 1 angka 22

Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak adalah perjanjian tertulis antara PPK dengan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana Swakelola.

Pasal 1 angka 7

Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

Pasal 1 angka 12

Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya.

DEFINISI (Pasal 1 Perpres 04/2015)

PA/KPA

PPK ULP/PEJABAT PENGADAAN

ORGANISASI PENGADAAN UNTUK PENGADAAN

MELALUI PENYEDIA BARANG/JASA [Pasal 7 ayat (1) Perpres 04/2015]

Tanda Tangan Kontrak

Kontrak Pra Kontrak

Kewenangan : •HPS • Spesifikasi Teknis • Rancangan Kontrak

PPHP

Kewenangan : • menyusun rencana pemilihan Penyedia B/J • menetapkan Dokumen Pengadaan •menetapkan besaran nominal Jaminan Penawaran; •menilai kualifikasi dan melakukan evaluasi penawaran

Panitia/Pejabat Peneliti

Pelaksanaan Kontrak

Direksi Teknis

ORGANISASI PENGADAAN U/ PENGADAAN MELALUI SWAKELOLA

[Pasal 7 ayat (2) Pepres 04/2015]

PA/KPA

PPK

TIM PELAKSANA SWAKELOLA

ULP/PEJABAT PENGADAAN/TIM

PENGADAAN

Tanda Tangan Kontrak

Kontrak Pra Kontrak

Kewenangan : • HPS,Spesifikasi Teknis • Rancangan Kontrak

PPHP

Kewenangan : • menyusun rencana pemilihan Penyedia B/J • menetapkan Dokumen Pengadaan • menetapkan besaran nominal Jaminan Penawaran; • menilai kualifikasi dan melakukan evaluasi penawaran

Panitia/Pejabat Peneliti

Pelaksanaan Kontrak

Direksi Teknis

PERANGKAT ORGANISASI ULP (Pasal 7 ayat (4) Perpres 04/2015)

Kepala ULP

Sekretariat

Pokja C Pokja B Pokja A

Staf Pendukung

Staf Pendukung

Staf Pendukung

22

ORGANISASI PENGADAAN (Pasal 7 Perpres 04/2015)

PPK dapat menetapkan tim atau tenaga ahli pemberi penjelasan teknis

(aanwijzer) untuk membantu pelaksanaan tugas ULP. PPK dapat dibantu oleh tim pendukung yang diperlukan untuk

pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa. Tim pendukung antara lain terdiri atas Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan

(PPTK), Direksi Lapangan, konsultan pengawas, tim Pelaksana Swakelola, dan lain-lain.

PA dapat: 1. menetapkan tim teknis; dan/atau 2. menetapkan tim juri/tim ahli untuk pelaksanaan Pengadaan melalui

Sayembara/Kontes. Tim teknis antara lain terdiri atas tim uji coba, panitia/pejabat peneliti

pelaksanaan Kontrak, dan lain-lain.

23

ULP/Pejabat Pengadaan digunakan untuk pengadaan b/j melalui swakelola oleh K/L/D/I sebagai penanggung jawab & instansi pemerintah lain. Sedangkan Tim Pengadaan digunakan untuk Pengadaan b/j melalui swakelola oleh kelompok masyarakat.

Pengangkatan dan pemberhentian Pejabat pada organisasi pengadaan barang/jasa tidak terikat tahun anggaran.

Perangkat organisasi ULP ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

ORGANISASI PENGADAAN (Pasal 7 Perpres 04/2015)

24

JENIS KONTRAK

Pembebanan Tahun

Anggaran

Sumber Pendanaan

Jenis Pekerjaan

Cara Pembayaran

Kontrak Lump Sum

Kontrak Harga Satuan

Kontrak Gab LS dan HS

Kontrak Persentase

Kontrak Terima Jadi (Turn Key)

Kontrak Tahun Tunggal

Kontrak Tahun Jamak

Kontrak Pengadaan

Tunggal

Kontrak Pengadaan

Bersama

Kontrak Payung

Kontrak Pengadaan Pekerjaan Tunggal

Kontrak Pengadaan Pekerjaan

Terintegrasi

PENETAPAN JENIS KONTRAK (Pasal 50 Perpres 04/2015)

KONTRAK BERDASARKAN CARA PEMBAYARAN Kontrak Lump Sum merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa atas

penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian

harga; 2. semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia Barang/Jasa; 3. pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang

dihasilkan sesuai dengan isi Kontrak; 4. sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran (output based); 5. total harga penawaran bersifat mengikat; dan 6. tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang.

25

DEFINISI JENIS KONTRAK (Pasal 51 Perpres 04/2015)

KONTRAK BERDASARKAN CARA PEMBAYARAN Kontrak Harga Satuan merupakan Kontrak Pengadaan Barang/ Jasa atas

penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu yang telah ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Harga Satuan pasti dan tetap untuk setiap satuan atau unsur

pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu; 2. volume atau kuantitas pekerjaannya masih bersifat perkiraan pada

saat Kontrak ditandatangani; 3. pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas

volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa; dan

4. dimungkinkan adanya pekerjaan tambah/kurang berdasarkan hasil pengukuran bersama atas pekerjaan yang diperlukan.

26

DEFINISI JENIS KONTRAK (Pasal 51 Perpres 04/2015)

KONTRAK BERDASARKAN CARA PEMBAYARAN Kontrak gabungan Lump Sum dan Harga Satuan adalah Kontrak yang

merupakan gabungan Lump Sum dan Harga Satuan dalam 1 (satu) pekerjaan yang diperjanjikan.

Kontrak Persentase merupakan Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Penyedia Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya menerima imbalan

berdasarkan persentase dari nilai pekerjaan tertentu; dan 2. pembayarannya didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang

dihasilkan sesuai dengan isi Kontrak.

27

DEFINISI JENIS KONTRAK (Pasal 51 Perpres 04/2015)

KONTRAK BERDASARKAN PEMBEBANAN TAHUN ANGGARAN Kontrak Tahun Tunggal merupakan Kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya

mengikat dana anggaran selama masa 1 (satu) Tahun Anggaran. Kontrak Tahun Jamak merupakan Kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya

untuk masa lebih dari 1 (satu) Tahun Anggaran atas beban anggaran, yang dilakukan setelah mendapatkan persetujuan:

1. Menteri Keuangan untuk kegiatan yang nilainya diatas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);

2. Menteri/Pimpinan Lembaga yang bersangkutan untuk kegiatan yang nilai kontraknya sampai dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) bagi kegiatan: penanaman benih/bibit, penghijauan, pelayanan perintis laut/udara, makanan dan obat di rumah sakit, makanan untuk narapidana di Lembaga Pemasyarakatan, pengadaan pita cukai, layanan pembuangan sampah dan pengadaan jasa cleaning service.

28

DEFINISI JENIS KONTRAK (Pasal 52 Perpres 04/2015)

Bukti Pembelian

Kuitansi

Surat Perintah Kerja

Surat Perjanjian

Surat Pesanan

29

Pengadaan B/J sampai dgn 10 juta rupiah

Pengadaan B/J sampai dgn 50 juta rupiah

Pengadaan B/PK/JL sampai dgn 200 juta rupiah, utk JK

smp dgn 50 juta rupiah

Pengadaan B/PK/JL diatas 200 juta rupiah, utk JK diatas 50

juta rupiah

Pengadaan B/JL melalui E-Purchasing dan pembelian

online

TANDA BUKTI PERJANJIAN (Pasal 55 Perpres 04/2015)

KET : B/J = Pengadaan Barang/Jasa JK = Jasa Konsultansi B/PK/JL = Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya

30

JENIS-JENIS JAMINAN PENGADAAN

(Pasal 67 Perpres 04/2015)

Jaminan atas Pengadaan Barang/Jasa

Jaminan Uang Muka

Jaminan Pelaksanaan

Jaminan Pemeliharaan

JAMINAN PELAKSANAAN (PASAL 70) Jaminan Pelaksanaan diberikan oleh Penyedia Barang/Pekerjaan

Konstruksi untuk Kontrak bernilai diatas Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Jaminan Pelaksanaan dapat diberikan oleh Penyedia Jasa Lainnya untuk Kontrak bernilai diatas Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

Jaminan Pelaksanaan diberikan setelah diterbitkannya SPPBJ dan sebelum penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya

JAMINAN UANG MUKA (PASAL 69) Jaminan Uang Muka diberikan oleh Penyedia Barang/Jasa terhadap

pembayaran Uang Muka yang diterimanya. Besarnya Jaminan Uang Muka adalah senilai Uang Muka yang

diterimanya. Pengembalian Uang Muka diperhitungkan secara proporsional pada

setiap tahapan pembayaran.

JAMINAN PEMELIHARAAN (PASAL 71) Jaminan Pemeliharaan wajib diberikan oleh Penyedia Pekerjaan

Konstruksi/Jasa Lainnya setelah pelaksanaan pekerjaan dinyatakan selesai 100% (seratus perseratus)

Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak harus diberikan kepada PPK untuk menjamin pemeliharaan Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang telah diserahkan

Jaminan Pemeliharaan dikembalikan setelah 14 (empat belas) hari kerja setelah masa pemeliharaan selesai

Penyedia Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dapat memilih untuk memberikan Jaminan Pemeliharaan atau memberikan retensi

Jaminan Pemeliharaan atau retensi besarnya 5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak

PENANDATANGANAN KONTRAK (Pasal 86 Perpres 04/2015)

1. PPK menyempurnakan rancangan Kontrak Pengadaan Barang/ Jasa untuk ditandatangani.

2. Penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa dilakukan setelah DIPA/DPA disahkan. a. Dalam hal proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa dilaksanakan mendahului pengesahan

DIPA/DPA dan alokasi anggaran dalam DIPA/DPA tidak disetujui atau ditetapkan kurang dari nilai Pengadaan Barang/Jasa yang diadakan, proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa dilanjutkan ke tahap penandatanganan kontrak setelah dilakukan revisi DIPA/DPA atau proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa dibatalkan

3. Para pihak menandatangani Kontrak setelah Penyedia Barang/Jasa menyerahkan Jaminan Pelaksanaan.

4. Penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang kompleks dan/atau bernilai diatas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dilakukan setelah memperoleh pendapat ahli hukum Kontrak.

31

5. Pihak yang berwenang menandatangani Kontrak Pengadaan Barang/Jasa atas nama Penyedia Barang/Jasa adalah Direksi yang disebutkan namanya dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasar Penyedia Barang/Jasa, yang telah didaftarkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

6. Pihak lain yang bukan Direksi atau yang namanya tidak disebutkan dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dapat menandatangani Kontrak Pengadaan Barang/Jasa, sepanjang pihak tersebut adalah pengurus/karyawan perusahaan yang berstatus sebagai tenaga kerja tetap dan mendapat kuasa atau pendelegasian wewenang yang sah dari Direksi atau pihak yang sah berdasarkan Akta Pendirian/Anggaran Dasar untuk menandatangani Kontrak Pengadaan Barang/Jasa.

32

PENANDATANGANAN KONTRAK (Pasal 86 Perpres 04/2015)

PENDAPAT AHLI HUKUM KONTRAK

Sesuai ketentuan dalam Perpres 04/2015 pasal 86 ayat 4 yang berbunyi : “Penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang kompleks dan/atau bernilai diatas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dilakukan setelah memperoleh pendapat ahli hukum Kontrak. “

Dalam Permen PUPR Nomor 31 Tahun 2015 :

Pasal 7 Kontrak untuk pekerjaan konstruksi yang bernilai di atas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) sebelum ditandatangani oleh para pihak, terlebih dahulu harus memperoleh pendapat Ahli Hukum Kontrak atau Tim Opini Hukum Kontrak yang dibentuk oleh K/L/D/I yang bersangkutan.

Pasal 8 (1) Ahli Hukum Kontrak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 yang ditunjuk untuk

memberikan pendapat hukum, harus berdasarkan persetujuan para pihak. (2) Dalam hal tidak diperoleh Ahli Hukum Kontrak sebagaimana dimaksud pada

ayat (1),maka pendapat hukum dapat diperoleh dari Tim Pendapat/Opini Hukum Kontrak

33

1) Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan, dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis yang ditentukan dalam Dokumen Kontrak, PPK bersama Penyedia Barang/Jasa dapat melakukan perubahan Kontrak yang meliputi: a. menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak; b. menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan; c. mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan; atau d. mengubah jadwal pelaksanaan

2) Pekerjaan tambah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan ketentuan: a) tidak melebihi 10% (sepuluh perseratus) dari harga yang tercantum dalam

perjanjian/Kontrak awal; dan b) tersedianya anggaran.

34

PERUBAHAN KONTRAK (Pasal 87)

3) Penyedia Barang/Jasa dilarang mengalihkan pelaksanaan pekerjaan utama berdasarkan Kontrak, dengan melakukan subkontrak kepada pihak lain, kecuali sebagian pekerjaan utama kepada penyedia Barang/Jasa spesialis.

4) Pelanggaran atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Penyedia Barang/Jasa dikenakan sanksi berupa denda yang bentuk dan besarnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Dokumen Kontrak.

5) Perubahan kontrak yang disebabkan masalah administrasi, dapat dilakukan sepanjang disepakati kedua belah pihak.

35

PERUBAHAN KONTRAK (Pasal 87)

1. Pembayaran prestasi pekerjaan dapat diberikan dalam bentuk:

a. pembayaran bulanan;

b. pembayaran berdasarkan tahapan penyelesaian pekerjaan (termin); atau

c. pembayaran secara sekaligus setelah penyelesaian pekerjaan.

2. Pembayaran prestasi pekerjaan diberikan kepada Penyedia Barang/Jasa senilai prestasi

pekerjaan yang diterima setelah dikurangi angsuran pengembalianUang Muka dan

denda apabila ada, serta pajak.

2.a. Pembayaran untuk pekerjaan konstruksi, dilakukan senilai pekerjaan yang telah terpasang.

3. Permintaan pembayaran kepada PPK untuk Kontrak yang menggunakan subkontrak,

harus dilengkapi bukti pembayaran kepada seluruh subkontraktor sesuai dengan

perkembangan (progress) pekerjaannya.

36

PEMBAYARAN PRESTASI PEKERJAAN (Pasal 89)

4. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana diatur pada ayat (2) dan ayat (2a),

pembayaran dapat dilakukan sebelum prestasi pekerjaan diterima/terpasang untuk:

a. pemberian Uang Muka kepada Penyedia Barang/Jasa dengan pemberian Jaminan Uang Muka;

b. Pengadaan Barang/Jasa yang karena sifatnya dapat dilakukan pembayaran terlebih dahulu, sebelum Barang/Jasa diterima setelah Penyedia Barang/Jasa menyampaikan jaminan atas pembayaran yang akan dilakukan;

c. Pembayaran peralatan dan/atau bahan yang menjadi bagian dari hasil pekerjaan yang

akan diserahterimakan, namun belum terpasang.

4a. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b, termasuk bentuk jaminan diatur oleh Menteri Keuangan.

5. PPK menahan sebagian pembayaran prestasi pekerjaan sebagai uang retensi untuk Jaminan Pemeliharaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya yang membutuhkan masa pemeliharaan.

37

PEMBAYARAN PRESTASI PEKERJAAN (Pasal 89)

Penyesuaian harga diberlakukan terhadap Kontrak Tahun Jamak berbentuk Kontrak

Harga Satuan berdasarkan ketentuan dan persyaratan yang telah tercantum dalam Dokumen Pengadaan dan/atau perubahan Dokumen Pengadaan;

Tata cara perhitungan penyesuaian harga harus dicantumkan dengan jelas dalam Dokumen Pengadaan;

Penyesuaian harga tidak diberlakukan terhadap Kontrak Tahun Tunggal dan Kontrak Lump Sum serta pekerjaan dengan Harga Satuan Timpang

Penyesuaian harga diberlakukan pada Kontrak Tahun Jamak yang masa pelaksanaannya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan diberlakukan mulai bulan ke-13 (tiga belas) sejak pelaksanaan pekerjaan;

Penyesuaian Harga Satuan berlaku bagi seluruh kegiatan/mata pembayaran, kecuali komponen keuntungan dan Biaya Overhead sebagaimana tercantum dalam penawaran;

38

PENYESUAIAN HARGA (Pasal 92)

Penyesuaian Harga Satuan diberlakukan sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang

tercantum dalam Kontrak awal/adendum Kontrak; Penyesuaian Harga Satuan bagi komponen pekerjaan yang berasal dari luar negeri,

menggunakan indeks penyesuaian harga dari negara asal barang tersebut; Jenis pekerjaan baru dengan Harga Satuan baru sebagai akibat adanya adendum

Kontrak dapat diberikan penyesuaian harga mulai bulan ke-13 (tiga belas) sejak adendum Kontrak tersebut ditandatangani; dan

Kontrak yang terlambat pelaksanaannya disebabkan oleh kesalahan Penyedia Barang/Jasa diberlakukan penyesuaian harga berdasarkan indeks harga terendah antara jadwal awal dengan jadwal realisasi pekerjaan.

Penetapan koefisien Kontrak pekerjaan dilakukan oleh menteri teknis yang terkait. Indeks harga yang digunakan bersumber dari penerbitan BPS. Dalam hal indeks harga tidak dimuat dalam penerbitan BPS, digunakan indeks harga

yang dikeluarkan oleh instansi teknis.

39

PENYESUAIAN HARGA (Pasal 92)

Rumus penyesuaian harga :

Hn = Harga Satuan pada saat pekerjaan dilaksanakan; Ho = Harga Satuan pada saat harga penawaran; a = Koefisien tetap yang terdiri atas keuntungan dan overhead;

Dalam hal penawaran tidak mencantumkan besaran komponen keuntungan dan overhead maka a = 0,15.

b, c, d = Koefisien komponen kontrak seperti tenaga kerja, bahan, alat

kerja, dsb; Penjumlahan a+b+c+d+....dst adalah 1,00. Bn, Cn, Dn = Indeks harga komponen pada saat pekerjaan dilaksanakan

(mulai bulan ke-13 setelah penandatanganan kontrak). Bo, Co, Do = Indeks harga komponen pada bulan ke-12 setelah penanda-

tanganan kontrak.

40

Hn = Ho (a+b.Bn/Bo+c.Cn/Co+d.Dn/Do+.....)

Rumus penyesuaian nilai kontrak :

Pn = Nilai Kontrak setelah dilakukan penyesuaian Harga Satuan; Hn = Harga Satuan baru setiap jenis komponen pekerjaan setelah

dilakukan penyesuaian harga menggunakan rumusan penyesuaian Harga Satuan;

V = Volume setiap jenis komponen pekerjaan yang dilaksanakan.

41

Pn = (Hn1xV1) + (Hn2xV2) + (Hn3xV3) + .... dst

1) PPK dapat memutuskan Kontrak secara sepihak, apabila:

a. Kebutuhan barang/jasa tidak dapat ditunda melebihi batas berakhirnya kontrak. a.1. Penyedia tidak mampu menyelesaikan pekerjaan walaupun diberikan

kesempatan 50 hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan;

a.2. Setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan s.d 50 hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan, Penyedia tidak dapat menyelesaikan pekerjaan;

b. Penyedia lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya & tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan;

c. Penyedia Barang/Jasa terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau pemalsuan dalam proses Pengadaan yang diputuskan oleh instansi yang berwenang; dan/atau

d. pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/atau pelanggararan persaingan sehat dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dinyatakan benar oleh instansi yang berwenang.

42

PEMUTUSAN KONTRAK SECARA SEPIHAK (Pasal 93)

(1a) Pemberian kesempatan kepada Penyedia Barang/Jasa menyelesaikan pekerjaan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender, sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a.1. dan huruf a.2., dapat melampaui Tahun Anggaran.

(2) Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena kesalahan Penyedia Barang/Jasa:

a) Jaminan Pelaksanaan dicairkan;

b) sisa Uang Muka harus dilunasi oleh Penyedia Barang/Jasa atau Jaminan Uang Muka dicairkan;

c) Penyedia Barang/Jasa membayar denda keterlambatan; dan

d) Penyedia Barang/Jasa dimasukkan dalam Daftar Hitam.

(3) Dalam hal dilakukan pemutusan Kontrak secara sepihak oleh PPK karena kesalahan Penyedia Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kelompok Kerja ULP dapat melakukan Penunjukan Langsung kepada pemenang cadangan berikutnya pada paket pekerjaan yang sama atau Penyedia Barang/Jasa yang mampu dan memenuhi syarat

43

PEMUTUSAN KONTRAK SECARA SEPIHAK (Pasal 93)

1. Dokumen Pengadaan melalui pelelangan/seleksi internasional ditulis

dalam 2 bahasa, yaitu Indonesia dan Inggris. 2. Dalam hal terjadi penafsiran berbeda, maka dokumen yang berbahasa

Indonesia dijadikan acuan.

44

PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI PELELANGAN/ SELEKSI INTERNASIONAL (TERKAIT BAHASA DLM KONTRAK) (Pasal 101)

45

Pasal 19 Perpres 04/2015

(1) Penyedia Barang/Jasa dalam Pelaksanaan PBJ wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :

n. tidak masuk dalam Daftar Hitam. Pasal 124 Perpres 04/2015

(1) K/L/D/I membuat Daftar Hitam yang memuat identitas Penyedia Barang/Jasa yang dikenakan sanksi oleh K/L/D/I

(3) K/L/D/I Menyerahkan Daftar Hitam kepada LKPP untuk dimasukkan dalam Daftar Hitam Nasional

Pasal 134 Perpres 04/2015 (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis operasional tentang Daftar Hitam,

pengadaan secara elektronik, dan sertifikasi keahlian Pengadaan Barang/Jasa, diatur oleh Kepala LKPP paling lambat 3 (tiga) bulan sejak Peraturan Presiden ini ditetapkan.

46

PENGENAAN SANKSI DAFTAR HITAM

47

Pasal 2 Ruang Lingkup a. Perbuatan yang dikenakan sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam; b. Tata Cara pengenaan sanksi pencantman dalam Daftar Hitam; dan c. Pembatalan sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam

PENGENAAN SANKSI DAFTAR HITAM (Perka LKPP No. 18 Tahun 2014 tentang Daftar Hitam dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah)

48

Pasal 3 (1) Pengenaan sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam diberikan kepada

Penyedia Barang/Jasa saat proses pemilihan dan/atau pelaksanaan kontrak. (2) Penyedia Barang/Jasa dikenakan sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam

apabila : a. Berusaha mempengaruhi Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan/pihak

lain yang berwenang dalam bentuk dan cara apapun, baik langsung maupun tidak langsung guna memenuhi keinginannya yang bertentangan dengan ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan dalam Dokumen Pengadaan/Kontrak dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan

b. Melakukan Persekongkolan dengan Penyedia B/J lainnya untuk mengatur Harga Penawaran di lar prosedur pelaksanaan Pengadaan B/J, sehingga mengurangi/menghambat/memperkecil dan/atau meniadakan persaingan yang sehat dan/atau merugikan orang lain

PENGENAAN SANKSI DAFTAR HITAM (Perka LKPP No. 18 Tahun 2014 tentang Daftar Hitam dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah)

49

Pasal 3 (2) Penyedia Barang/Jasa dikenakan sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam apabila :

b. Membuat dan/atau menyampaikan dokumen dan/atau keterangan lain yang tidak benar untuk memenuhi persyaratan Pengadaan B/J yang ditentukan dalam Dokumen Pengadaan

d. Mengundurkan diri setelah batas akhir pemasukan penawaran dengan alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dan/atau tidak dapat diterima oleh Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan;

e. Mengundurkan diri dari pelaksanaan kontrak dengan alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dan/atau tidak dapat diterima oleh PPK;

f. tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan kontrak secara bertanggung jawab;

g. Berdasarkan hasil pemeriksaan APIP terhadap pemenuhan penggunaan produksi dalam negeri dalam PBJ, ditemukan adanya ketidakesuaian dalam penggunaan B/J Produksi dalam negeri

PENGENAAN SANKSI DAFTAR HITAM (Perka LKPP No. 18 Tahun 2014 tentang Daftar Hitam dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah)

50

Pasal 3 (2) Penyedia Barang/Jasa dikenakan sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam apabila :

h. Ditemukan penipuan/pemalsuan atas informasi yang disampaikan Penyedia B/J i. dilakukan pemutusan kontrak secara sepihak oleh PPK yang disebabkan oleh

kesalahan Penyedia B/J j. Tidak bersedia menandatangani BA Serah Terima Akhir Pekerjaan k. terbukti terlibat kecurangan dalam pengumuman pelelangan l. dalam evaluasi ditemukan bukti adanya persaingan usaha yang tidak sehat

dan/atau terjadi pengaturan bersama antar peserta, dan/atau peserta dengan Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan/PPK

m. Dalam klarifikasi kewajaran harga, Penyedia B/J menolak menaikkan nilai jaminan pelaksanaan untuk penawaran di bawah 80% HPS

n. hasil pembuktian kualifikasi ditemukan pemalsuan data

PENGENAAN SANKSI DAFTAR HITAM (Perka LKPP No. 18 Tahun 2014 tentang Daftar Hitam dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah)