Modul-5 (Pert. 6-7)

Embed Size (px)

Citation preview

  • MODUL KULIAH : REKAYASA PONDASI IISKS : 2

    Oleh:Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang, MT.

    JAKARTA

    2004

  • Mata Kuliah : Rekayasa Pondasi II

    Modul I : Jenis Turap dan Turap Cantilever

    Modul II : Turap Berjangkar

    Modul III : Jangkar

    Modul IV : Jenis dan Metode Instalasi

    pada Pondasi Tiang

    Modul V : Daya Dukung Tiang Tunggal

    Modul VI : Daya Dukung Tiang Kelompok

    Modul VII : Penurunan Pondasi Tiang

    Modul VIII : Analisa Dinamis

    Pondasi Tiang

    Modul IX : Pembebanan Lateral dan

    Tahanan Tarik Tiang

  • Modul V

    Daya Dukung Tiang Tunggal

  • DAFTAR ISI i

    Daftar Isi

    1 Pengantar V1

    2 Tujuan Instruksional Umum V1

    3 Tujuan Instruksional Khusus V1

    4 Mekanisme Transfer Beban V1

    5 Persamaan Daya Dukung Tiang V4

    5.1 Daya Dukung Titik (Ujung), Qp . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . V4

    5.1.1 Metode Meyerhof . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . V5

    5.1.2 Metode Vesic . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . V9

    5.2 Tahanan Gesek Kulit (Qs) pada Pasir . . . . . . . . . . . . . . . . . . . V13

    5.3 Tahanan Gesek Kulit (Qs) pada Lempung . . . . . . . . . . . . . . . . V14

    5.3.1 Metode : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . V14

    5.3.2 Metode : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . V16

    5.3.3 Metode : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . V16

    5.4 Daya Dukung Ijin . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . V17

    5.5 Komentar umum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . V18

    5.6 Korelasi Desain Coyle dan Castello . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . V19

    6 Contoh Soal V21

    6.1 Soal 1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . V21

    6.2 Soal 2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . V23

    6.3 Soal 3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . V24

    6.4 Soal 4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . V25

    6.5 Soal 5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . V28

    7 Referensi V30

  • 4. Mekanisme Transfer Beban V1

    Daya Dukung Tiang Tunggal

    1. Pengantar

    Modul ini akan menguraikan mekanisme transfer beban dan perhitungan daya dukung

    tiang tunggal untuk sejumlah formula yang sudah mapan. Terdapat dua kategori kasar

    dalam menghitung daya dukung tiang, yaitu dengan menggunakan data parameter

    kekuatan geser tanah dari uji laboratorium dan formula dinamis yang dikembangkan

    dari uji pemancangan tiang.

    Dalam modul ini hanya akan diuraikan perhitungan daya dukung tiang berdasarkan

    parameter kekuatan tanah yang diperoleh dari uji laboratorium dan sedikit menurut

    hubungannya dengan data SPT dan CPT. Daya dukung tiang umumnya disumbangkan

    oleh dua komponen tiang yang biasa disebut dengan daya dukung ujung dan hambatan

    gesek kulit.

    2. Tujuan Instruksional Umum

    Setelah menyelesaikan modul ini diharapkan mahasiswa mampu menghitung daya dukung

    tiang tunggal sebagai dasar dalam menentukan daya dukung tiang kelompok.

    3. Tujuan Instruksional Khusus

    Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa diharapkan dapat memenuhi hal-hal berikut.

    1. Mahasiswa memahami konsep mekanisme transfer beban pada pondasi tiang.

    2. Mahasiswa mampu menghitung daya dukung ujung tiang, hambatan gesek kulit

    dan akhirnya daya dukung batas tiang tunggal berdasarkan beberapa metode

    yang sudah baku.

    4. Mekanisme Transfer Beban

    Mekanisme transfer beban dari tiang ke tanah adalah sungguh kompleks. Untuk mema-

    haminya perhatikanlah sebuah tiang dengan panjang L dalam Gambar 1(a). Misalkan-

    lah beban pada tiang dinaikkan sedikit demi sedikit dimulai dari nol sampai dengan

    Q(z=0) pada permukaan tanah. Sebagian dari beban ini akan ditahan oleh gesekan

    pada sisi tiang sepanjang tiang (Q1) dan sebagian lagi oleh tanah di ujung tiang (Q2).

  • V2

    Pertanyaan adalah, bagaimana Q1 dan Q2 dihubungkan dengan beban total? Jika pen-

    gukuran dibuat untuk memperoleh beban yang dapat dipikul oleh batang tiang [Q(z)]

    pada setiap kedalaman z, maka variasinya akan menjadi seperti yang diperlihatkan

    pada Kurva 1 dari Gambar 1(b). Tahanan gesek per satuan luas [f(z)] untuk setiap

    kedalaman z dapat ditentukan sebagai

    Gambar 1. Mekanisme transfer beban untuk tiang

    f(z) =Q(z)(p)(z)

    (1)

    dimana p = keliling penampang tiang. Variasi nilai-nilai f(z) dengan kedalaman ditun-

    jukkan pada Gambar 1(c).

  • 4. Mekanisme Transfer Beban V3

    Jika beban Q pada permukaan tanah dinaikkan sedikit demi sedikit, tahanan gesek

    maksimum sepanjang batang tiang akan seluruhnya dikerahkan apabila perpindahan

    relatif antara tanah dan tiang adalah sekitar 5-10 mm terlepas dari ukuran tiang dan

    panjang L. Namun, tahanan titik maksimum Q2 = Qp tidak akan dikerahkan sampai

    ujung tiang mengalami pergerakan sekitar 10-25% dari lebar (diameter) tiang. Nilai

    terendah akan terjadi pada saat pemancangan tiang dan nilai tertinggi akan diperoleh

    untuk tiang bor. Beban batas [Gambar 1(d) dan Kurva 2 pada Gambar 1(b)], Q(z=0) =

    Qu. Dengan Q1 = Qs dan Q2 = Qp, maka penjelasan sebelumnya yang menunjukkan

    bahwa Qs (atau satuan gesek kulit f sepanjang batang tiang) dikembangkan pada

    perpindahan tiang yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan tahanan titik Qp. Hal ini

    dapat dilihat dari hasil uji beban tiang pada tanah granular yang diberikan oleh Vesic

    (1970), seperti diperlihatkan pada Gambar 2. Perlu diketahui bahwa hasil ini adalah

    untuk tiang pipa pada pasir padat.

    Gambar 2. Besaran relatif transfer beban titik pada berbagai tingkat pembebanan tiang(dari Vesic, 1970)

    Pada beban batas, bidang runtuh di dalam tanah pada ujung tiang (keruntuhan

    daya dukung yang disebabkan oleh Qp) adalah biasanya seperti ditunjukkan pada Gam-

    bar 1(e). Catatan bahwa pondasi tiang adalah pondasi dalam, karena tanah biasanya

    kebanyakan akan mengalami mode keruntuhan punching. Ini berarti bahwa sebuah

    zona segitiga I yang dikembangkan pada ujung tiang, yang menekan ke bawah tanpa

    menghasilkan bidang gelincir lain apapun. Pada pasir padat dan lempung kaku, sebuah

    zona geser radikal, II bisa secara sebagian terjadi.

  • V4

    5. Persamaan Daya Dukung Tiang

    Daya dukung batas tiang dapat diberikan dalam sebuah rumus sederhana sebagai jum-

    lah daya dukung titik ditambah dengan tahanan gesek total (gesekan kulit) yang di-

    turunkan dari muka-antara tanah-tiang [Gambar 3(a)], atau

    Qu = Qp + Qs (2)

    dimana Qu = daya dukung batasQp = daya dukung titik (ujung)Qs = tahanan gesek kulit

    Gambar 3. Notasi daya dukungSejumlah studi telah dipublikasikan berkenaan dengan menentukan nilai Qp dan Qs.

    Publikasi lengkap yang meliputi penyelidikan yang paling akhir diberikan oleh Meyerhof

    (1976), dan Coyle dan Castello (1981). Publikasi ini menyediakan wawasan mengenai

    masalah dalam penentuan daya dukung batas.

    5.1 Daya Dukung Titik (Ujung), Qp

    Daya dukung batas pondasi dangkal telah dibicarakan sebelumnya. Dengan merujuk

    pada persamaan Terzaghi untuk daya dukung pondasi dangkal,

    qu = 1.3cNc + qNq + 0.4BN (pondasi bujursangkar)

    qu = 1.3cNc + qNq + 0.3BN (pondasi lingkaran)

  • 5. Persamaan Daya Dukung Tiang V5

    Dengan cara yang sama, persamaan daya dukung umum untuk pondasi dangkal dengan

    beban vertikal diberikan sebagai,

    qu = cNcFcsFcd + qNqFqsFqd + 0.5BNFsFd

    Maka secara umum daya dukung batas dapat dinyatakan sebagai,

    qu = cNc + qN

    q + BN

    (3)

    dimana Nc , Nq , dan N

    adalah faktor daya dukung yang meliputi faktor bentuk dan

    faktor kedalaman yang diperlukan.

    Pondasi tiang adalah dalam, namun tahanan batas per satuan luas pada ujung

    tiang (qp) dapat dinyatakan sebagai sebuah persamaan yang mirip bentuk pondasi

    dangkal, walaupun nilai-nilai Nc , Nq , dan N

    akan berubah. Oleh karena lebar tiang

    dinyatakan dengan D, maka Pers. (3) menjadi,

    qu = qp = cNc + qN

    q + DN

    (4)

    Oleh karena lebar tiang D relatif kecil, maka suku DN dapat dihilangkan tanpa

    menyebabkan kesalahan yang serius, sehingga

    qp = cNc + q

    Nq (5)

    Catatan bahwa q digantikan dengan q untuk menandai tegangan vertikal efektif. Se-

    hingga daya dukung titik tiang dapat dinyatakan sebagai,

    Qp = Apqp = Ap(cNc + q

    Nq ) (6)

    dimana Ap = luas ujung tiangc = kohesi tanah pada ujung tiangqp = tahanan titik satuanq = tegangan vertikal efektif pada ujung tiangNc , N

    q = faktor daya dukung

    Ada beberapa metode untuk menentukan faktor daya dukung Nc dan Nq , yaitu

    metode Meyerhof dan metode Vesic.

    5.1.1 Metode Meyerhof

    Daya dukung titik tiang pada pasir umumnya meningkat dengan nisbah antara kedala-

    man penanaman tiang dan lebar tiang (Lb/D) dan mencapai nilai maksimum pada

    nisbah Lb/D = (Lb/D)cr. Perlu dicatat bahwa untuk tanah homogen Lb akan sama

    dengan panjang penanaman tiang L [lihat Gambar 3(a)]. Namun pada tiang yang telah

    masuk ke dalam lapisan pendukung tiang, Lb < L. Di luar nisbah kritis (Lb/D)cr,

  • 5.1. Daya Dukung Titik (Ujung), Qp V6

    nilai qp tetap konstan (yaitu qp = ql). Fakta ini diperlihatkan pada Gambar 4 un-

    tuk kasus tanah yang homogen, yaitu L = Lb. Variasi (Lb/D)cr dengan sudut gesek

    tanah diberikan pada Gambar 5. Berdasarkan penyelidikan Meyerhof, faktor daya

    dukung akan meningkat sesuai dengan (Lb/D) dan mencapai suatu nilai maksimum

    pada Lb/D 0.5(Lb/D)cr. Seperti terlihat pada Gambar 5, bahwa (Lb/D)cr untuk = 45 adalah kira-kira 25 dan akan berkurang dengan mengecilnya nilai . Untuk

    keperluan praktis besaran Lb/D untuk tiang adalah lebih besar dari 0.5(Lb/D)cr. Se-

    hingga nilai maksimum Nc dan Nq akan terpakai untuk perhitungan qp untuk semua

    kemungkinan tiang. Variasi nilai maksimum dari Nc dan Nq dengan sudut gesek

    ditunjukkan pada Gambar 6.

    Gambar 4. Variasi tanahan titik satuan pada pasir homogen

    Gambar 5. Variasi (Lb/D)cr terhadap sudut gesek tanah (Meyerhof, 1976)

  • 5. Persamaan Daya Dukung Tiang V7

    Gambar 6. Nisbah penanaman kritis dan faktor daya dukung untuk berbagai sudut gesektanah (Meyerhof, 1976)

    1. Untuk pasir, karena c = 0, Pers. (6) sama dengan,

    Qp = Apqp = ApqNq (7)

    2. Menentukan sudut gesek tanah, .

    3. Menentukan nisbah Lb/D tiang.

    4. Menentukan (Lb/D)cr dari Gambar 5.

    5. Menentukan nilai Nq dari Gambar 6.

    6. Menggunakan nilai Nq yang dihitung pada langkah 5 untuk memperoleh Qp se-

    bagai

    Qp = ApqNq Apql (8)

    Tahanan titik pembatas dapat diberikan sebagai,

    ql (kN/m2) = 50Nq tan (9)

    dimana = sudut gesek tanah pada ujung tiang.

  • 5.1. Daya Dukung Titik (Ujung), Qp V8

    Berdasarkan pengamatan lapangan, Meyerhof (1976) juga menggagas bahwa tahanan

    ujung batas, qp pada suatu tanah granular yang homogen (L = Lb) dapat diperoleh

    dari N SPT sebagai

    qp (kN/m2) = 40NL/D 400N (10)

    dimana N = nilai N SPT rata-rata di dekat ujung tiang (sekitar 10D di atas 4D dibawah ujung tiang).

    Dalam keadaan tertentu, sebuah tiang bisa jadi awalnya tertanam pada lapisan

    pasir lunak tetapi kemudiannya mencapai lapisan yang lebih padat, seperti ditunjukkan

    pada Gambar 7. Untuk tiang seperti ini,

    Gambar 7. Variasi tanahan ujung satuan pada tanah berlapis

    qp = ql(l) +[ql(d) ql(l)]Lb

    10D ql(d) (11)

    dimana ql(l) = batasan tahanan ujung satuan pada pasir lepas ditentukan dari Pers.(9) menggunakan nilai maksimum Nq dan nilai dari pasir lepas.

    ql(d) = batasan tahanan ujung satuan pada pasir padat ditentukan dari Pers.(9) menggunakan nilai maksimum Nq dan nilai dari pasir padat.

    Lb = dalamnya penetrasi ke lapisan pasir padat.

    Untuk tiang pada lempung jenuh dengan kondisi taksalur ( = 0) berlaku,

    Qp = Nc cu Ap = 9cu Ap (12)

    dimana cu = kohesi taksalur untuk tanah di bawah ujung tiang.

    Untuk lempung yang memiliki parameter c dan (dengan dasar tegangan efektif),

    beban ujung batas dapat diberikan dengan hubungan yang sama seperti pada Pers.

  • 5. Persamaan Daya Dukung Tiang V9

    (7). Pada kebanyakan masalah perencanaan, nilai yang diasumsikan adalah kurang

    dari sekitar 30. Untuk kurang dari 30, prosedur berikut ini dapat digunakan untuk

    mendapatkan Nc dan Nq dari Gambar 8.

    1. Menentukan (Lb/D)cr untuk suatu nilai dari Gambar 8.

    2. Menghitung (Lb/D).

    3. Jika (Lb/D) (Lb/D)cr/2, ambil nilai maksimum Nc dan Nq dari Gambar 8.

    4. Jika (Lb/D) < (Lb/D)cr/2, maka

    Nc = Nc(pada Lb/D=0)

    + [Nc(max) Nc(pada Lb/D=0)][ (

    LbD

    )0.5

    (LbD

    )cr

    ](13)

    Nq = Nq(pada Lb/D=0)

    + [Nq(max) Nq(pada Lb/D=0)][ (

    LbD

    )0.5

    (LbD

    )cr

    ](14)

    5.1.2 Metode Vesic

    Vesic (1977) mengajukan sebuah metode untuk menghitung daya dukung ujung tiang

    berdasar pada teori expansion of cavities. Merujuk pada teori ini, dengan parameter

    tegangan efektif,

    Qp = Apqp = Ap(cNc +

    N

    ) (15)

    dimana =

    (1 + 2K

    3

    )q (16)

    = tegangan (efektif) normal rata rata pada level ujung tiangK = koesien tekanan tanah diam = 1 sin (17)

    Nc , Nq = faktor daya dukung (18)

    Perlu dicatat bahwa Pers. (15) adalah modikasi dari Pers. (7) dengan,

    N =3Nq

    (1 + 2K)(19)

    Hubungan untuk Nc yang diberikan pada Pers. (15) dapat dinyatakan sebagai,

    Nc = (Nq 1) cot (20)

    Merujuk kepada teori Vesic,

    N = f(Irr) (21)

  • 5.1. Daya Dukung Titik (Ujung), Qp V10

    dimana Irr = indeks kekakuan reduksi tanah.

    Namun,

    Irr =Ir

    1 + Ir(22)

    dimana

    Ir = indeks kekakuan =Es

    2(1 + s)(c + q tan )=

    Gsc + q tan

    (23)

    Es = modulus Young tanah

    s = nisbah Poisson tanah

    Gs = modulus geser tanah

    = regangan volumetric rata rata dalam zona plastis dibawah ujung tiang

    Untuk kondisi tidak adanya perubahan volume (yaitu, pasir padat atau lempung

    jenuh), = 0. Sehingga,

    Ir = Irr (24)

    Tabel 1 memberi nilai-nilai Nc dan N untuk berbagai nilai sudut gesek tanah () dan

    Irr. Untuk = 0 (yaitu kondisi tak salur),

    Nc =4

    3(ln Irr + 1) +

    2+ 1 (25)

    Nilai Ir dapat dihitung dari uji triaksial dan konsolidasi di laboratorium yang berke-

    naan dengan tingkat tegangan yang cocok. Namun, untuk perkiraan awal nilai-nilai

    berikut ini dapat direkomendasikan:

    Jenis tanah IrPasir 70-150Lanau dan lempung 50-100(kondisi salur)Lempung 100-200(kondisi taksalur)

    Terlepas dari prosedur teoretis yang dipakaikan dalam menghitung Qp, haruslah di-

    ingat bahwa nilai penuh tidak dapat disadari sampai ujung tiang mencapai penurunan

    10-25% dari diameter tiang. Hal ini merupakan kondisi kritis untuk kasus pasir.

  • 5. Persamaan Daya Dukung Tiang V11

    Tabel 1. Faktor daya dukung untuk pondasi dalam, Nc dan N

  • 5.1. Daya Dukung Titik (Ujung), Qp V12

  • 5. Persamaan Daya Dukung Tiang V13

    5.2 Tahanan Gesek Kulit (Qs) pada Pasir

    Tahanan (hambatan) gesek atau tahanan kulit tiang dapat ditulis sebagai

    Qs = p Lf (26)

    dimana p = keliling penampang tiangL = panjang tiang [Gambar 8(a)]f = tahanan gesek satuan pada setiap kedalaman z

    Tahanan gesek satuan untuk kedalaman tertentu tiang di dalam pasir dapat diny-

    atakan sebagai,

    f = Kv tan (27)

    dimana K = koesien tekanan tanahv = tegangan vertikal efektif = sudut gesek antara tanah-tiang

    Pada kenyataan, nilai K bervariasi dengan kedalaman. Secara pendekatan nilai ini

    akan sama dengan koesien tekanan tanah pasif Rankine (Kp) pada puncak tiang dan

    bisa jadi kurang dari koesien tekanan tanah diam (K) pada ujung bawah tiang. Dan

    juga bergantung pada cara pemasukan tiang ke dalam tanah. Berdasarkan hasil-hasil

    yang ada, nilai rata-rata K berikut ini dapat digunakan pada Pers. (27).

    Cara pemasukan tiang KTiang bor atau jetter K = K = 1 sin Tiang pancang perpindahan rendah K = K (batas bawah)

    K = 1.4K (batas atas)Tiang pancang perpindahan tinggi K = K (batas bawah)

    K = 1.8K (batas atas)

    Dapat dilihat bahwa tegangan vertikal efektif v yang digunakan pada Pers. (27)

    meningkat dengan kedalaman tiang hingga suatu batas maksimum pada kedalaman

    15-20 kali diameter tiang dan tetap konstan untuk seterusnya. Ini diperlihatkan pada

    Gambar 8(b). Kedalaman kritis L ini bergantung pada beberapa faktor, seperti sudut

    gesek tanah, kompresibilitas, dan kerapatan relatif. Estimasi konservatif seharusnyalah

    mengasumsikan

    L = 15D (28)

    Nilai dari berbagai investigasi diperoleh dalam jangkauan 0.5 sampai 0.8. Un-

    tuk memilih ini perlu keputusan yang benar-benar baik.

  • 5.3. Tahanan Gesek Kulit (Qs) pada Lempung V14

    Gambar 8. Tahanan gesek satuan untuk tiang dalam pasir

    Meyerhof (1976) juga menunjukkan bahwa tahanan gesek satuan rata-rata (fav)

    untuk tiang yang dipancangkan pada perpindahan tinggi dapat ditentukan dari nilai

    N-SPT sebagai,

    fav (kN/m2) = 2N (29)

    dimana N = nilai N-SPT rata-rata.

    Untuk pemancangan tiang dengan perpindahan rendah,

    fav (kN/m2) = N (30)

    Maka

    Qs = pLfav (31)

    5.3 Tahanan Gesek Kulit (Qs) pada Lempung

    Terdapat beberapa metode yang sekarang tersedia untuk menentukan tahanan kulit

    tiang pada tanah lempung. Beberapa diantaranya yang banyak dipakai akan diuraikan

    secara ringkas di bawah ini.

    5.3.1 Metode :

    Metode ini diajukan oleh Vijayvergiya dan Focht (1972). Metode ini mengasumsikan

    bahwa perpindahan tanah yang disebabkan oleh pemasukan tiang kedalam tanah meng-

    hasilkan suatu tekanan lateral pasif pada suatu kedalaman tertentu, dan tahanan kulit

    satuan rata-rata dapat dinyatakan sebagai,

    fav = (v + 2cu) (32)

  • 5. Persamaan Daya Dukung Tiang V15

    dimana v = nilai tengah tegangan vertikal efektif untuk seluruh panjang tiangcu = nilai tengah kuat geser taksalur (konsep = 0)

    Nilai akan berubah dengan kedalaman penetrasi tiang (lihat Gambar 9). Maka

    tahanan gesek total dapat dihitung sebagai

    Qs = pLfav

    Gambar 9. Variasi dengan panjang tiang (McClelland, 1974)

    Perlu kehati-hatian dalam menentukan nilai-nilai v dan cu untuk tanah berlapis.

    Hal ini dijelaskan dengan bantuan Gambar 10. Mengacu kepada Gambar 10(b), nilai

    tengah cu adalah (cu(1)L1+cu(2)L2+ ...)/L. Dengan cara yang sama, Gambar 10(c) me-

    nunjukkan plot dari variasi tegangan efektif dengan kedalaman. Nilai tengan tegangan

    efektif adalah

    v =A1 + A2 + A3 + ...

    L(33)

    dimana A1, A2, A3,... = luas diagram tegangan vertikal efektif.

  • 5.3. Tahanan Gesek Kulit (Qs) pada Lempung V16

    Gambar 10. Pemakaian metode pada tanah berlapis

    5.3.2 Metode :

    Menurut metode , tahanan kulit satuan pada tanah kelempungan dapat digambarkan

    dengan persamaan berikut,

    f = cu (34)

    dimana = faktor adhesion empiris.

    Variasi pendekatan untuk nilai ditunjukkan pada Gambar 11. Perlu dicatat

    bahwa lempung terkonsolidasi normal dengan cu sekitar 50 kN/m2 nilai akansama dengan 1. Maka

    Qs = f p L = cu p L (35)

    5.3.3 Metode :

    Kalau tiang disorongkan ke dalam lempung jenuh, tekanan air pori di sekitar tiang akan

    meningkat. Kelebihan tekanan air pori (excess pore water pressure) ini pada lempung

    terkonsolidasi normal bisa jadi sebesar 4-6 kali cu. Namun, di dalam satu bulanan,

    tekanan ini perlahan-lahan berkurang. Maka tahanan gesek satuan untuk tiang dapat

    ditentukan dengan mengacu pada parameter tegangan efektif lempung dalam keadaan

    remolded (yaitu, c = 0). Maka pada suatu kedalaman tertertu,

    f = v (36)

  • 5. Persamaan Daya Dukung Tiang V17

    Gambar 11. Variasi dengan kohesi taksalur, cudimana v = tegangan vertikal efektif untuk kedalaman tertentu

    = K tanRR = sudut gesek salur lempung remoldedK = koesien tekanan tanah

    Nilai K dapat secara konservatif diambil sebagai koesien tekanan tanah diam,

    atau

    K = 1 sinR (untuk lempung terkonsolidasi normal) (37)K = (1 sin R)

    OCR (untuk lempung overkonsolidasi) (38)

    dimana OCR = nisbah overkonsolidasi.

    Dengan mengombinasikan Pers. (36), (37), dan (38) diperoleh

    f = (1 sinR) tanR v (untuk lempung terkonsolidasi normal) (39)f = (1 sinR) tanR

    OCR v (untuk lempung overkonsolidasi) (40)

    Apabila nilai f dapat ditentukan maka tahanan kulit total dapat dihitung dengan

    Qs = f p L

    5.4 Daya Dukung Ijin

    Daya dukung batas tiang dapat dihitung sebagai jumlah dari daya dukung ujung

    dan daya dukung tahanan kulit. Dengan diperolehnya daya dukung batas, maka

  • 5.5. Komentar umum V18

    daya dukung tiang ijin dapat diperoleh dengan memakaikan suatu faktor keamanan

    sedemikian hingga beban ijin total untuk masing-masing tiang dapat dihitung dengan

    Qall =QuFS

    (41)

    dimana Qall = daya dukung ijin masing-masing tiangFS = faktor keamanan

    Faktor keamanan umunya dipakai dalam rentang 2.5 - 4, bergantung pada tingkat

    ketidaktentuan perhitungan beban batas.

    5.5 Komentar umum

    Meskipun perhitungan-perhitungan daya dukung batas tiang dapat dibuat menurut

    Pers. (3) sampai (2.47), namun beberapa hal berikut perlu diingat:

    1. Untuk suatu nilai sudut gesek tanah () tertentu, pemancangan tiang pada pasir

    bisa menunjukkan tahanan ujung satuan lebih tinggi 50-100% bila dibandingkan

    dengan tiang bor. Hasil ini disebabkan oleh densikasi tanah selama pemancan-

    gan.

    2. Pada tanah pasir, tiang yang dicor di tempat dengan pedestal bisa memper-

    lihatkan tahanan ujung satuan yang lebih tinggi 50-100% dibandingkan dengan

    tiang yang dicor di tempat tanpa pedestal. Energi berimpak tinggi dari palu yang

    dipakai membuat pedestal menyebabkan tanah memadat sehingga meningkatkan

    besar sudut gesek tanah.

    3. Dalam perhitungan luas penampang (Ap) dan keliling (p) tiang prol pabrikasi,

    seperti tiang-H dan tiang pipa terbuka, pengaruh plug tanah harus dipertim-

    bangkan. Merujuk pada Gambar 3(b) dan 3(c), untuk tiang pipa

    Ap =(4D2

    )dan

    p = D

    Dengan cara yang sama untuk tiang-H,

    Ap = d1 d2p = 2(d1 + d2)

    Juga, perlu dicatat bahwa untuk tiang-H, oleh karena d2 > d1 maka D = d1.

  • 5. Persamaan Daya Dukung Tiang V19

    4. Hubungan beban titik batas yang diberikan pada Pers. (6), (2.14), dan (2.22)

    untuk beban titik batas kotor; yaitu termasuk berat tiang. Sehingga beban titik

    batas bersih (net ultimate point load) dapat dihitung sebagai,

    Qp(bersih) = Qp(kotor) q

    Dalam praktek apabila tanah memiliki > 0, maka Qp(bersih) diasumsikan sama

    dengan Qp(kotor).

    Untuk tanah kohesif dengan = 0, nilai Nq adalah sama dengan satu (Gambar 5).

    Maka dari Pers. (6),

    Qp(kotor) = cuNc + q

    Sehingga

    Qp(bersih) = (cuNc + q

    ) q = cuNc = 9cu = Qp

    Ini adalah hubungan yang diberikan dalam Pers. (12)

    5.6 Korelasi Desain Coyle dan Castello

    Coyle dan Castello (1981) telah menganalisis sejumlah uji beban lapangan berskala

    besar pemancangan tiang pada pasir. Untuk pasir, beban batas dapat dinyatakan

    dengan persamaan,

    Qu = Qp + Qs = qNq Ap + fav pL (42)

    dimana fav = Kv tan (43)

    dimana q = tegangan vertikal efektif pada ujung tiangfav = tahanan gesek rata-rata untuk keseluruhan tiangK = koesien tekanan tanah lateralv = tekanan overburden efektif rata-rata = sudut gesek antara tanah-tiang.

    Berdasarkan studi ini, perhitungan untuk nilai faktor daya dukung (Nq ) dikore-

    lasikan dengan nisbah panjang tiang L/D. Gambar 12 memperlihatkan nilai-nilai Nquntuk berbagai nisbah panjang tiang dan sudut gesek tanah. Di sini Nq secara per-

    lahan akan meningkat dengan L/D hingga mencapai suatu nilai maksimum tertentu

    dan akan menurun sesudahnya.

  • 5.6. Korelasi Desain Coyle dan Castello V20

    Gambar 12. Variasi Nq dengan L/D (Coyle dan Castello, 1981)

    Gambar 13. Variasi K dengan L/D (Coyle dan Castello, 1981)

  • 6. Contoh Soal V21

    Dengan cara yang sama, nilai-nilai deduksi K untuk berbagai nilai dan nisbah

    L/D diberikan pada Gambar 13. Di sini dapat terlihat bahwa untuk setiap nilai , K

    berkurang secara linier dengan nisbah L/D. Pada gambar ini diasumsikan bahwa,

    = 0.8 (44)

    Maka dengan mengombinasikan Pers. (42), (43), dan (44) dapat diperoleh

    Qu = qNq Ap + pLKv tan(0.8) (45)

    Dari hasil 24 uji beban tiang, Coyle dan Castello telah memperlihatkan bahwa

    Pers. (45) dapat menghitung beban batas dengan rentang kesalahan 30%, denganmayoritas jatuh di dalam rentang kesalahan 30%.

    6. Contoh Soal

    6.1 Soal 1

    Sebuah tiang pracetak dari beton prategang dengan panjang 12 m dipancangkan ke-

    seluruhannya ke dalam lapisan pasir (c = 0). Penampang tiang adalah bujursangkar

    dengan panjang sisi 305 mm. Berat isi kering pasir (d) adalah 16.8 kN/m3, dan

    sudut gesek tanah rata-rata adalah 35. Nilai N-SPT di sekitar ujung tiang adalah 16.

    Hitunglah beban titik batas tiang dengan metode berikut:

    a. Metode Coyle dan Castello [Pers. (42) dan Gambar 12];

    b. Metode Meyerhof [Pers. (7) dan Gambar 6];

    c. Metode Vesic, gunakan Ir = 90 = Irr [Pers. (15)];

    d. Pers. (10).

    e. Bandingkanlah hasil dari a sampai d dan tentukanlah suatu nilai desain.

    Penyelesaian:

    a. Metode Coyle dan Castello

    Qp = qNq Ap

    Dari Tabel 2.3, Ap = 929 cm3 = 0.0929 m2

    q = dL = (16.8)(12) = 201.6 kN/m2

    Sekarang L/D = 12/0.305 = 39.34. Untuk L/D = 39.34 dan = 35, Gambar 12

    memberi Nq 45. Sehingga,Qp = (201.6)(45)(0.0929) = 842.8 kN

  • 6.1. Soal 1 V22

    b. Metode Meyerhof

    Oleh karena tanahnya adalah homogen, Lb = L. Untuk = 35, (Lb/D)cr 10 (dari

    Gambar 6). Sehingga untuk tiang ini Lb/D = 39.34 > (Lb/D)cr. Maka dari Gambar

    5 Nq 120.

    Qp = ApqNq = (0.0929)(201.6)(120) = 2247.4 kN

    Namun, dari Pers. (9)

    ql = 50Nq tan = 50(120) tan 35

    = 4201.25 kN/m2

    Sehingga

    Qp = Apql = (0.0929)(4201.25) = 390.3 < ApqNq

    Sehingga Qp 390 kN

    c. Metode Vesic

    Diketahui Irr 90. Dengan = 35, Tabel 1 memberi N 79.5. Dari Pers. (15)

    Qp = ApN

    =1 + 2K

    3q

    K = 1 sin = 1 sin 35 = 0.43

    Sehingga

    =[1 + 2(0.43)

    3

    ](201.6) 125 kN/m2

    Dan

    Qp = (0.0929)(125)(79.5) 923 kN

    d. Pers. (10)

    Diketahui N-SPT rata-rata pada sekitar ujung tiang = 16. Sehingga dari Pers. (10),

    qp = 40NL

    D 400 N

    Qp = Apqp = (0.0929)(40)(16)(39.34) = 2339 kN

    Namun nilai pembatas adalah

    Qp = Ap400N = (0.0929)(400)(16) = 594.6 kN 595 kN

  • 6. Contoh Soal V23

    e. Estimasi nilai desain

    Pada soal ini, persamaan Vesic memberi nilai yang jauh lebih tinggi (923 kN). Nilai

    kedua tertinggi diperoleh dari persamaan yang diberikan oleh Coyle dan Castello (842.8

    kN). Untuk estimasi konservatif, daya dukung dapat diperoleh dengan

    Qp =390.3 + 595

    2 493 kN

    6.2 Soal 2

    Dengan menggunakan tiang yang sama seperti pada Soal 1. (a) Tentukanlah tahanan

    gesek total dengan menggunakan K = 1.4 dan = 0.6 [gunakan Pers. (26), (27), dan

    (28)]. (b) Tentukanlah tahanan gesek total dengan menggunakan metode Coyle dan

    Castello.

    Penyelesaian

    Bagian a:

    Tahanan gesek kulit satuan untuk setiap kedalaman dinyatakan oleh Pers. (27) sebagai

    f = Kv tan

    Juga dari Pers. (28)

    L = 15D

    Sehingga, untuk kedalaman z = 0 15D, v = z = 16.8 z (kN/m2) dan diluar itu,yaitu z 15D, v = (15D) = (16.8)(15 0.305) = 76.86 kN/m2. Ini ditunjukkandalam Gambar 13.

    Gambar 14. Variasi tegangan efektif untuk Contoh Soal 2

  • 6.3. Soal 3 V24

    Tahanan gesek dari z = 0 15D:

    Qs = pLfav = [(4)(0.305)][15D]

    [(1.4)(76.86) tan(0.6 35)

    2

    ]= (1.22)(4.575)(20.65) = 115.26 kN

    Tahanan gesek dari z = 15D 12 m:Qs = p(L L)fav = [(4)(0.305)][12 4.575][(1.4)(76.86) tan(0.6 35)]

    = (1.22)(7.425)(41.3) = 374.1 kN

    Jadi tahanan gesek kulit total sama dengan 115.26 + 374.1 = 489.35 kN 490 kN

    Bagian b: Metode Coyle dan Castello

    Dari Pers. (43) dan (44)

    fav = Kv tan

    = 0.8

    Qs = favpL = [Kv tan(0.8)]pL

    Untuk tiang ini L/D = 39.34. Menurut Gambar 12 untuk menentukan K, ini diluar

    jangkauan grak. Dengan interpolasi, untuk L/D = 39.34 dan = 35, diperoleh

    K 0.7. Sekarang,

    v =L

    2=

    (16.8)(12)

    2= 100.8 kN/m2

    Sehingga

    Qs = [(0.7)(100.8) tan(0.8 35)][4 0.305][12] = 549.3 kN 550 kN

    6.3 Soal 3

    Dengan mengacu pada Soal 1 dan 2. Gunakanlah faktor keamanan sebesar 3, untuk

    menghitung beban ijin tiang.

    Penyelesaian

    Qu = Qp + Qs

    Dari Contoh Soal 2.1, Qp = 490 kN. Juga dari Contoh Soal 2.2, Qs adalah 490 kN

    sampai 550 kN. Gunakan Qs = (490 + 550)/2 = 1040/2 = 520 kN. Sehingga

    Qall =QuFS

    =490 + 520

    3= 336.7 337 kN

    Dengan mengacu pada Tabel 2.3, daya dukung desain tiang adalah 801 kN, yang adalah

    lebih besar dari 337 kN. Sehingga Qall = 337 kN.

  • 6. Contoh Soal V25

    6.4 Soal 4

    Sebuah tiang baja HP 3101.079 dipancang kedalam pasir seperti ditunjukkan padaGambar 14(a).

    a. Hitunglah beban titik batas dengan (1) prosedur Meyerhof, (2) prosedur Vesic

    (Ir = 150 = Irr), (3) menggunakan persamaan untuk N-SPT. (Diberikan: nilai

    N rata-rata di sekitar ujung tiang adalah 45.)

    b. Memperkirakan besar beban titik batas dari perhitungan pada bagian (a).

    c. Menghitung tahanan gesek batas, Qs. Gunakan Pers. (26) sampai (2.35), K =

    1.4 dan = 0.6

    d. Menghitung beban ijin tiang. Gunakan FS = 4

    Juga periksa daya dukung ijin tiang baja itu sendiri. Gunakan all untuk baja adalah

    62000 kN/m2.

    Penyelesaian

    Di dalam Tabel 2.1, tinggi penampang tiang, d1 = 308 mm dan lebar ens = 310 mm.

    Luas penampang tiang, Ap untuk perhitungan daya dukung = 0.308 0.310 = 0.0955m2.

    Gambar 15. Contoh Soal 4

    a. Perhitungan beban titik batas

    Prosedur Meyerhof: Variasi tahanan titik satuan akan mirip dengan Gambar 6.

    Kedalaman penetrasi lapisan bawah yang terdiri dari pasir padat, Lb adalah 4 m. Jadi

  • 6.4. Soal 4 V26

    Lb/D = 4/0.308 = 12.99 > 10. Maka, mengacu pada Pers. (9)

    qp = ql(d) = 50Nq tan2

    Untuk tan2 = 40, Nq 350 (lihat Gambar 5). Maka

    qp = (50)(350)(tan 40) 14684 kN/m2

    Sehingga

    Qp = (14684)(0.0955) = 1402 kN

    Juga periksa Pers. (7), dengan c = 0, Qp = ApqNq .

    q = (5)(15.7) + (13)(18.1 9.81) + (4)(19.4 9.81)= 78.5 + 107.77 + 38.36 = 224.63 kN/m2

    Sehingga

    Qp = (0.0955)(224.63)(350) = 7508 kN

    Oleh karena Qp = 1402 kN < 7508 kN, Pers. (9) mengontrol. Maka Qp = 1402 kN.

    Prosedur Vesic: Diketahui Ir 150 = Irr. Dari Pers. (15)

    Qp = ApN

    q

    K = 1 sin = 1 sin 40 = 0.357 =

    1 + 2K3

    q =[1 + (2)(0.357)

    3

    ](224.63) = 128.34 kN/m2

    Dari Tabel 1, untuk = 40 dan Irr = 150, diperoleh nilai Nq (134.52 + 193.13)/2= 163.8. Sehingga

    Qp = (0.0955)(128.34)(163.8) = 2008 kN.

    Persamaan N-SPT: Diketahui N-SPT rata-rata disekitar ujung tiang adalah 45. Dari

    Pers. (10)

    qp = 40NL

    D 400N

    = (40)(45)

    (22

    0.308

    )= 128571 kN/m2

    atau

    qp = (400)(N) = (400)(45) = 18000 kN/m2

    Maka, qp = 18000 kN/m2 adalah kontrol. Sehingga

    Qp = Apqp = (0.0955)(18000) = 1719 kN

  • 6. Contoh Soal V27

    b. Estimasi nilai Qp

    Dengan mempertimbangkan ketiga hasil di atas, rata-rata berikut dapat diambil,

    Qp =1402 + 2008 + 1719

    3 1709 kN

    c. Menghitung tahanan gesek batas

    Merujuk pada Pers. (28)

    L = 15D = (15)(0.308) = 4.62 m

    Untuk tahanan gesek batas, v akan tetap konstan untuk z > 4.62 m. Variasi v yang

    diasumsikan dengan kedalaman ditunjukkan pada Gambar 14(b).

    Tahanan gesek dari z = 0 sampai 4.62 m

    pLfav = (2)(0.308 + 0.310)(4.62)

    (Kv tan

    2

    )

    = 5.71

    [(1.4)(72.53) tan(0.6 30)

    2

    ]= 94.2 kN

    Tahanan gesek dari z = 4.62 sampai 22 m

    pLfav = (2)(0.308 + 0.310)(22 4.62)(Kv tan )= 21.48[(1.4)(72.53)(tan )]

    Sebagai suatu pendekatan, nilai dapat diambil sebagai 0.61 = (0.6)(30) = 18 untuk

    keseluruhan panjang tiang. Maka

    Qs(z=4.6222 m) = (21.48)(1.4)(72.53)(tan 18) = 708.7 kN

    Sehingga tahanan gesek total menjadi

    Qs = Qs(z=04.62 m) + Qs(z=4.6222 m)

    = 94.2 + 708.7 = 802.9 kN 803 kN

    d. Menghitung beban ijin

    Qu = Qp +Qs. Dari bagian (b) diperoleh Qp = 1709 kN. Dari bagian (c) diperoleh Qs

    = 802.9 kN. Sehingga Qu 1709 + 803 = 2512 kN.

    Qall =QuFS

    =2512

    4= 628 kN

  • 6.5. Soal 5 V28

    Daya dukung ijin penampang tiang baja perlu juga diperiksa. Tabel 2.1 memperli-

    hatkan bahwa luas penampang tiang baja adalah 14.1 103 m2.

    Qall = (all) 14.1 103all = 62000 kN/m

    2

    Sehingga

    Qall = (62000)(14.1 103) = 874.2 kN

    Maka beban ijin tiang adalah 628 kN (< 874.2 kN).

    6.5 Soal 5

    Sebuah tiang pipa dipancangkan pada tanah lempung seperti terlihat pada Gambar

    15(a). Pipa memiliki diameter luar 406 mm dan tebalnya 6.35 mm.

    a. Hitunglah daya dukung titik bersih. Gunakan Pers. (12).

    b. Hitunglah tahanan gesek kulit (1) dengan menggunakan Pers. (34) (metode ),

    (2) dengan menggunakan Pers. (32) (metode ), dan (3) dengan menggunakan

    Pers. (36) (metode ). Diketahui R = 30 untuk semua lapisan lempung.

    Lapisan atas setebal 10 m adalah lempung terkonsolidasi normal. Lapisan bawah

    dengan OCR sama dengan 2.

    c. Estimasi daya dukung bersih tiang. Gunakan FS = 4.

    Gambar 16. Contoh Soal 5

  • 6. Contoh Soal V29

    Penyelesaian

    Luas penampang tiang termasuk tanah di dalam pipa adalah

    Ap =

    4D2 =

    4(0.406)2 = 0.1295 m2

    a. Perhitungan daya dukung titik bersih

    Dari Pers. (12)

    Qp = Apqp = ApNc cu(2) = (0.1295)(9)(100) = 116.55 kN

    b. Perhitungan tahanan gesek kulit

    (1) Dari Pers. (35)

    Qs = cu p L

    Untuk lapisan tanah bagian atas, cu(1) = 30 kN/m2. Merujuk kepada Gambar 10 untuk

    besaran rata-rata diperoleh, 1 = 1.0. Dengan cara yang sama, untuk lapisan bawah,

    cu(2) = 100 kN/m2 menghasilkan 2 = 0.5. Maka

    Qs = 1cu(1)[()(0.406)]10 + 2cu(2)[()(0.406)]20

    = (1)(30)[()(0.406)]10 + (0.5)(100)[()(0.406)]20

    = 382.7 + 1275.5 = 1658.2 kN

    (2) Menggunakan Pers. (32): fav = (v + 2cu) Nilai cu rata-rata adalah

    cu(1)(10) + cu(2)(20)

    30=

    (30)(10) + (100)(20)

    30= 76.7 kN/m2

    Untuk memperoleh nilai v rata-rata, diagram variasi tegangan vertikal efektif dengan

    kedalaman diplot pada Gambar 15(b). Dari Pers. (33)

    v =A1 + A2 + A3

    L=

    225 + 552.38 + 4577

    30= 178.48 kN/m2

    Nilai dapat diperoleh dari Gambar 8 sebagai 0.14. Sehingga

    fav = 0.14[178.48 + (2)(76.7)] = 46.46 kN/m2

    Maka

    Qs = pLfav = (0.406)(30)(46.46) = 1777.8 kN

    (3)Menggunakan Pers. (36): Lapisan bagian atas (10 m) adalah terkonsolidasi normal,

    R = 30.

  • V30

    Untuk z = 0 5 m [Pers. (39)]:

    fav(1) = (1 sinR) tanRv(av)= (1 sin 30)(tan 30)

    (0 + 90

    2

    )= 13.0 kN/m2

    Dengan cara yang sama, untuk z = 5 10 m:

    fav(2) = (1 sin 30)(tan 30)(90 + 130.95

    2

    )= 31.9 kN/m2

    Untuk z = 10 30 m:

    fav = (1 sinR) tanR

    OCR v(av)

    Dengan OCR = 2, maka

    fav(3) = (1 sin 30)(tan 30)2

    (130.95 + 326.75

    2

    )= 93.43 kN/m2

    Sehingga

    Qs = p[fav(1)(5) + fav(2)(5) + fav(3)(20)]

    = ()(0.406)[(13)(5) + (31.9)(5) + (93.43)(20)] = 2669.7 kN

    c. Perhitungan daya dukung batas bersih, Qu

    Jika dibandingkan ketiga nilai yang diperoleh di atas, terlihat metode dan memberi

    hasil yang agak dekat. Sehingga bisa digunakan

    Qs =1658.1 + 1777.8

    2 1718 kN

    Maka

    Qu = Qp + Qs = 116.46 + 1718 = 1834.46 kN

    Qall =QuFS

    =1834.46

    4= 458.6 kN

    7. Referensi

    [1] Bowles, J.E.: Foundation Analysis and Design, 4th ed., Mc-Graw-Hill, New York,

    1988.

    [2] Coyle, H.M., and Castello, R.R.: New design correlations for piles in sand, Journal

    of the Geotechnical Engineering Divisions, ASCE, Vol. 107, No. GT7, pp. 965-986,

    1981.

  • V31

    [3] Das, B.M.: Principles of Foundation Engineering, PWS Publishers, Boston, 1984.

    [4] McClelland, B.: Design of deep penetration piles for ocean structures, Journal of

    the Geotechnical Engineering Divisions, ASCE, Vol. 100, No. GT7, pp. 709-747,

    1974.

    [5] Meyerhof, G.G.: Bearing capacity and settlement of pile foundations, Journal of

    the Geotechnical Engineering Divisions, ASCE, Vol. 102, No. GT3, pp. 197-228,

    1976.

    [6] Vesic, A.S.: Test on instrumented pilesOgeechee River site, Journal of the SoilMechanics and Foundations Divisions, ASCE, Vol. 96, No. SM2, pp. 561-584,

    1970.

    [7] Vesic, A.S.: Design of Pile Foundations, National Cooperative Highway Research

    Program Synthesis of Practice No. 42, Transportation Research Board, Washing-

    ton, D.C., 1977.

    [8] Vijayvergiya, V.N., and Focht, J.A.,Jr.: A New Way to Predict Capacity of Piles

    in Clay, Oshore Technology Conference Paper 1718, Fourth Oshore Technology

    Conference, Houston, Texas, 1972.