Modul-3 (Pert. 4)

Embed Size (px)

Citation preview

  • MODUL KULIAH : REKAYASA PONDASI IISKS : 2

    Oleh:Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang, MT.

    JURUSAN TEKNIK SIPIL

    FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

    UNIVERSITAS MERCU BUANA

  • Mata Kuliah : Rekayasa Pondasi II

    Modul I : Jenis Turap dan Turap Cantilever

    Modul II : Turap Berjangkar

    Modul III : Jangkar

    Modul IV : Jenis dan Metode Instalasi

    pada Pondasi Tiang

    Modul V : Daya Dukung Tiang Tunggal

    Modul VI : Daya Dukung Tiang Kelompok

    Modul VII : Penurunan Pondasi Tiang

    Modul VIII : Analisa Dinamis

    Pondasi Tiang

    Modul IX : Pembebanan Lateral dan

    Tahanan Tarik Tiang

  • Modul III

    Jangkar

  • DAFTAR ISI i

    Daftar Isi

    1 Pengantar III1

    2 Tujuan Instruksional Umum III1

    3 Tujuan Instruksional Khusus III1

    4 Jangkar III1

    4.1 Jenis dan Fungsi Jangkar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . III1

    4.2 Penempatan Jangkar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . III3

    4.3 Plat dan Balok Jangkar pada Pasir . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . III3

    4.4 Plat dan Balok Jangkar pada Lempung . . . . . . . . . . . . . . . . . . III9

    4.4.1 Faktor keamanan untuk plat dan balok jangkar . . . . . . . . . III11

    4.4.2 Jarak plat jangkar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . III11

    4.4.3 Tahanan batas batang penguat (tie backs) . . . . . . . . . . . . III11

    5 Contoh Soal III12

    5.1 Soal 1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . III12

    5.2 Soal 1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . III13

    6 Referensi III14

  • 4. Jangkar III1

    Jangkar

    1. Pengantar

    Modul ini akan menguraikan jenis, fungsi, perhitungan gaya tarik yang diberikan oleh

    jangkar. Sebagai bagian dari perencanaan turap berjangkar, metode konstruksi dan

    penempatannya juga akan diuraikan. Jangkar perlu dengan hati-hati dipilih dan di-

    rencanakan, karena stabilitas turap berjangkar bergantung pada stabilitas jangkarnya.

    2. Tujuan Instruksional Umum

    Setelah menyelesaikan modul ini diharapkan mahasiswa mampu memilih dan meren-

    canakan jangkar sebagai komponen pada turap berjangkar.

    3. Tujuan Instruksional Khusus

    Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa diharapkan dapat memenuhi hal-hal berikut.

    1. Mahasiswa memahami jenis dan fungsi jangkar.

    2. Mahasiswa mampu menghitung gaya tarik yang dapat dipikul jangkar, berikut

    penempatannya dalam konstruksi turap berjangkar.

    4. Jangkar

    4.1 Jenis dan Fungsi Jangkar

    Bagian ini akan membicarakan bagaimana untuk mendapatkan gaya F , per satuan

    panjang dinding turap yang akan dipikul oleh jangkar. Ini akan meliputi berbagai jenis

    jangkar yang umumnya dipakai dan prosedur untuk mengevaluasi kapasitas tahanan

    batasnya (ultimate holding capacity).

    Jangkar yang digunakan pada turap secara umum dapat di bagi sebagai berikut:

    1. Plat dan balok (balok berat) jangkar

    2. Batang penguat di belakang turap (tie backs)

    3. Tiang jangkar vertikal

    4. Balok jangkar yang didukung oleh tiang-tiang miring (tekan dan tarik)

  • 4.1. Jenis dan Fungsi Jangkar III2

    !

    "

    !

    Gambar 1. Berbagai jenis jangkar untuk turap: (a) plat atau balok jangkar; (b) batangpenguat (tie back); (c) tiang jangkar vertikal; (d) balok jangkar dengan tiang-tiang miring

  • 4. Jangkar III3

    Plat dan balok jangkar biasanya terbuat dari beton jadi [Gambar 1(a)]. Jangkar

    dihubungkan ke turap dengan menggunakan batang penguat (tie rods). Sebuah wal-

    ing (wale) ditempatkan pada bagian depan atau belakang turap untuk memudahkan

    penempatan batang penguat pada dinding turap. Untuk mencegah batang penguat

    berkarat, biasanya batang ini dilapisi dengan cat atau bahan-bahan dari aspal.

    Pada waktu pemasangan batang-batang penguat di belakang turap, batang atau

    kabel ditempatkan di dalam lubang-lubang yang dibor terlebih dahulu [Gambar 1(b)],

    lalu digruting dengan beton (kabel biasanya berkekuatan tinggi, tendon baja prate-

    gang). Gambar 1(c) dan 1.14(d) menunjukkan tiang jangkar vertikal dan balok jangkar

    dengan tiang-tiang miring.

    4.2 Penempatan JangkarTahanan yang diberikan oleh plat dan balok jangkar pada pokoknya berasal dari gaya

    pasif tanah yang berada dibelakangnya. Untuk mempelajari bagaimana menentukan

    lokasi paling baik untuk plat jangkar (esiensi maksimum), perhatikanlah Gambar

    1(a), dimana AB adalah tiang turap. Jika jangkar ditempatkan di dalam baji ABC,

    yang adalah zona aktif Rankine, maka tidak akan ada tahanan sedikitpun, sehingga

    jangkar pasti akan gagal. Sebagai alternatif, jangkar bisa juga ditempatkan pada zona

    CFEH. Catatan bahwa garis DFG adalah garis gelincir untuk tekanan pasif Rankine.

    Jika bagian baji pasif ditempatkan di dalam baji aktif ABC, tahanan pasif penuh

    jangkar tidak dapat disadari pada saat terjadi kegagalan turap. Namun, jika jangkar

    ditempatkan dalam zona ICH , zona pasif Rankine di depan balok atau plat jangkar

    akan berada keseluruhannya di luar zona aktif Rankine ABC. Dalam kasus ini, tahanan

    pasif penuh dari jangkar akan dapat diperoleh.

    Gambar 1(b), 1(c), dan 1(d) juga menunjukkan lokasi yang tepat untuk men-

    empatkan batang penguat jangkar, tiang jangkar vertikal, dan balok jangkar yang

    didukung oleh tiang-tiang miring.

    4.3 Plat dan Balok Jangkar pada PasirTeng (1962) mengajukan persamaan-persamaan berikut ini untuk menghitung tahanan

    batas plat atau dinding jangkar pada tanah granular yang berada di permukaan tanah

    atau di dekatnya (H/h 1.5 sampai 2 pada Gambar 2).Pu = B(Pp Pa) (untuk plat atau balok menerus yaitu, B/h ) (1)

    dimana Pu = tahanan batas jangkarB = panjang jangkar ke arah kanan dari penampangPa = gaya aktif Rankine per satuan panjang jangkarPp = gaya pasif Rankine per satuan panjang jangkar

  • 4.3. Plat dan Balok Jangkar pada Pasir III4

    #

    Gambar 2. Tahanan batas plat dan balok jangkar pada pasir Pers. (1) dan (4)

    Catatan bahwa Pp bekerja di sebelah depan jangkar, seperti ditunjukkan dalam

    Gambar 2. Juga

    Pp =1

    2H2 tan2

    (45 +

    2

    )(2)

    dan

    Pa =1

    2H2 tan2

    (45

    2

    )(3)

    Pers. (1) berlaku hanya untuk kondisi jenis regangan-bidang (plane strain). Untuk

    keseluruhan kasus-kasus praktek, B/h > 5 dapat dipertimbangkan sebagai kondisi

    regangan bidang.

    Untuk B/h < sekitar 5, harus dipertimbangkan sebagai keruntuhan permukaan

    tiga-dimensi (three-dimensional failure surface) yaitu dengan memperhitungkan tahanan

    gesek pada kedua ujung jangkar, Teng (1962) juga telah memberikan hubungan untuk

    tahanan batas jangkar pada kondisi seperti itu sebagai berikut:

    Pu = B(Pp Pa) + 13Ko(

    Kp +

    Ka)H

    3 tan

    (untuk

    H

    h 1.5 sampai 2

    )(4)

    dimana Ko = koesien tekanan tanah dalam keadaan diam 0.4.Hasil yang lebih akhir diberikan oleh Ovesen dan Stromann (1972) yang mengajukan

    sebuah metode untuk menentukan tahanan batas jangkar di dalam pasir. Metode

    ini dianggap sebagai metode yang paling rasional yang ada saat ini. Berikut adalah

    langkah-langkah perhitungan dengan menggunakan metode ini.

    Langkah 1. Pertimbangan kasus dasar. Tentukan kedalaman penanaman

    jangkar, H . Asumsikan bahwa plat jangkar mempunyai tinggi H dan menerus (yaitu, B

    = panjang plat jangkar yang tegak lurus dengan penampang =), seperti ditunjukkan

  • 4. Jangkar III5

    pada Gambar 3. Gambar ini diacu sebagai kasus dasar. Pada gambar ini notasi berikut

    akan digunakan.

    Pp = gaya pasif per satuan panjang jangkarPa = gaya aktif per satuan panjang jangkar = sudut gesek tanah = sudut gesek antara plat jangkar dan tanahP u = tahanan batas per satuan panjang jangkarW = berat per satuan panjang plat jangkar

    #

    Gambar 3. Kasus dasar-jangkar vertikal menerus di dalam pasir

    Besarnya P u dapat ditentukan dari rumus berikut,

    P u = 12H2Kp cos Pa cos = 12H2Kp cos 12H2Ka cos

    = 12H2(Kp cos Ka cos) (5)

    dimana Ka = koesien tekanan aktif dengan = [lihat Gambar 4(a)]Kp = koesien tekanan pasif

    Untuk menentukan Kp cos , terlebih dahulu hitunglah Kp sin dengan rumus berikut,

    Kp sin =W + Pa sin

    12H2

    =W + 1

    2H2Ka sin 12H2

    (6)

    Dengan menggunakan nilai Kp sin dari rumus di atas, besarnya Kp cos dapat diper-

    oleh dari grak pada Gambar 4(b).

    Langkah 2. Kasus jalur. Disini akan ditentukan tinggi aktual jangkar, h. Jika

    tinggi jangkar menerus (yaitu, B =) ditempatkan di dalam tanah sedemikian hinggakedalaman penanaman adalah H , seperti diperlihatkan pada Gambar 5, maka tahanan

    batas per satuan panjang dapat dinyatakan sebagai berikut.

    P us =

    Cov + 1Cov +

    (H

    h

    )P u Pers.(5) (7)

    dimana P us = tahanan batas untuk kasus jalurCov = 19 untuk pasir padat dan 14 untuk pasir lepas

  • 4.3. Plat dan Balok Jangkar pada Pasir III6

    $ % % & % % % ' $

    % '

    % ' &

    % '

    % '

    % ' (

    % ' )

    * " # ' " !

    # #

    $ &

    (

    +

    $ %

    $

    $

    #

    &

    #

    %

    , -

    & % -

    & -

    -

    % -

    Gambar 4. Analisis Ovesen and Stromann: (a) variasi Ka dengan = ; (b) variasi Kp cos dan Kp sin

  • 4. Jangkar III7

    #

    Gambar 5. Jangkar vertikal untuk kasus jalur

    Langkah 3. Kasus Aktual. Dalam praktek, plat jangkar ditempatkan pada

    suatu baris dengan jarak antara pusat ke pusatnya adalah S seperti terlihat pada

    Gambar 6(a). Untuk kasus aktual, tahanan batas setiap jangkar, Pu dapat dihitung

    sebagai,

    Pu = PusBe (8)

    dimana Be = panjang ekivalen.

    % ' $

    %

    %

    % '

    % ' &

    % '

    % '

    % ' $ ' % $ '

    # "

    # #

    #

    Gambar 6. Jangkar vertikal untuk kasus jalur

    Panjang ekivalen adalah sebuah fungsi dari S , B, H , dan h. Gambar 6(b) menun-

    jukkan hubungan antara (BeB)/(H +h) dengan (S B)/(H +h) untuk kasus pasirpadat dan lepas. Dengan mengetahui nilai-nilai S , B, H , dan h maka nilai Be dapat

    dihitung untuk digunakan pada Pers.(8) dalam menentukan Pu.

  • 4.3. Plat dan Balok Jangkar pada Pasir III8

    Sejauh ini studi-studi untuk menentukan hubungan antara beban dan perpindahan

    jangkar adalah relatif sedikit. Gambar 7 menunjukkan sebuah contoh perpindahan

    jangkar tak berdimensi untuk berbagai nilai B/h dan H/h, yang diperoleh oleh Neeley

    et al. (1973) melalui percobaan di dalam pasir, dari medium hingga padat. Das (1975)

    dan Das and Neeley (1975) juga menemukan hubungan yang mirip untuk jangkar di

    dalam medium pasir lepas. Berdasar pada hasil-hasil percobaan, Das and Seeley (1975)

    mengajukan hubungan antara beban dan perpindahan jangkar sebagai berikut:

    P =

    0, 15 + 0, 85(9)

    dimana P =beban jangkar pada perpindahan horizontal,

    beban batas pada perpindahan horizontal, u(10)

    =

    u(11)

    Hubungan yang diberikan oleh Pers. (7) berlaku untuk B/h bervariasi dari 1 sampai

    5 dan H/h bervariasi dari 1 sampai 5.

    %

    $ % % & % % % ( %

    &

    '

    .

    $

    ' )

    & '

    Gambar 7. Jangkar vertikal untuk kasus jalur

  • 4. Jangkar III9

    4.4 Plat dan Balok Jangkar pada Lempung

    Sejauh ini, relatif sedikit studi-studi yang telah dilakukan untuk mendapatkan tahanan

    batas plat dan balok jangkar pada tanah lempung (kondisi = 0). Mackenzie (1955)

    dan Tschebotario (1973) telah menyediakan sifat-sifat variasi tahanan batas jangkar

    jalur dan balok sebagai fungsi dari H , h, dan c (kohesi tak salur berdasarkan kondisi

    = 0) dalam bentuk tunadimensi dari hasil uji model di laboratorium. Das, Tarquin,

    dan Moreno (1985) menggagas prosedur berikut ini dalam menentukan tahanan batas

    jangkar yang tertanam di tanah lempung.

    /

    , %

    /

    , %

    Gambar 8. Sifat bidang keruntuhan dalam tanah di sekitar jangkar: (a) H/h relatif kecil;(b) H/h > (H/h)cr

    Apabila plat jangkar mempunyai dimensi h B tertanam hingga kedalaman H ,permukaan runtuh tanah dalam keadaan beban batas dapat diteruskan ke permukaan

    tanah, seperti ditunjukkan pada Gambar 8(a). Kondisi ini akan timbul apabila nisbah

    H/h relatif kecil. Namun bila nisbah ini besar, maka keruntuhan geser lokal akan terjadi

    pada beban batas [Gambar 8(b)]. Nilai kritis H/h dimana keruntuhan geser umum

    berubah menjadi keruntuhan geser lokal dapat ditentukan dengan rumus berikut.

    (H

    h

    )crS

    = 4, 7 + 2, 9 103c 7(untuk jangkar bujursangkar, yaitu, B/h = 1) (12)

  • 4.4. Plat dan Balok Jangkar pada Lempung III10

    dan (H

    h

    )crR

    =

    (H

    h

    )crS

    [0, 9 + 0, 1

    (B

    h

    )] 1, 3

    (H

    h

    )crS

    (untuk jangkar persegipanjang, yaitu, B/h 1) (13)

    Pada Pers.(12) dan (13) satuan kohesi taksalur adalah lb/ft2.

    Tahanan batas plat jangkar dapat dinyatakan dalam bentuk tunadimensi sebagai,

    Fc =PuBhc

    (14)

    dimana Fc = faktor kelolosan (breakout factor)Pu = tahanan batas

    Gambar 9 memperlihatkan sifat variasi Fc melawan H/h untuk plat jangkar yang

    ditanam pada lempung. Perlu dicatat bahwa, untuk H/h (H/h)cr, besarnya Fc akansama dengan Fc(max) yaitu konstan. Untuk jangkar bujursangkar (yaitu, B = h), maka

    Fc(max) = 9. Sehingga, dengan H/h (H/h)crS

    Pu = 9h2c (untuk jangkar bujursangkar) (15)

    0

    Gambar 9. Sifat variasi Fc dengan H/h untuk jangkar vertikal di dalam lempung

    Untuk jangkar persegipanjang dengan H/h (H/h)crR, tahanan batas dapatdiberikan sebagai,

    Pu = 9Bhc

    [0, 825 + 0, 175

    (h

    B

    )]

    atau

    Pu = Bch

    [7, 425 + 1, 575

    (h

    B

    )](16)

  • 4. Jangkar III11

    Sehingga, untuk jangkar bujursangkar dan persegipanjang dengan H/h (H/h)cr,tahanan batas dapat dihitung dari hubungan empiris berikut:

    [H/h

    (H/h)cr

    ][

    Pu/cBh

    7, 425 + 1, 575(h/B)

    ] = 0, 41 + 0, 59[

    H/h

    (H/h)cr

    ](17)

    4.4.1 Faktor keamanan untuk plat dan balok jangkar

    Tahanan ijin per plat jangkar, Pall, dapat diberikan sebagai

    Pall =PuFS

    (18)

    dimana FS = faktor keamanan.

    Secara umum faktor keamanan ini biasa diambil sebesar 2.

    4.4.2 Jarak plat jangkar

    Jarak jangkar dari pusat ke pusat (center-to-center spacing of anchors), S , dapat

    ditentukan dengan rumus:

    S =PallF

    (19)

    dimana F = gaya per satuan panjang turap.

    4.4.3 Tahanan batas batang penguat (tie backs)

    Merujuk pada Gambar 10, tahanan batas yang dikerahkan oleh tie back pada pasir

    dapat diberikan sebagai berikut:

    Pu = dlvK tan (20)

    dimana Pu = tahanan batas = sudut gesek tanahv = tegangan efektif vertikal rata-rata (=x pada pasir kering)K = koesien tekanan tanah

    Nilai K dapat diambil sama dengan koesien tekanan tanah diam (Ko) jika beton

    gruting ditempatkan di bawah tekanan (Das, 1984). Batas bawah nilai K dapat diambil

    sama dengan koesien tekanan tanah aktif Rankine.

    Pada lempung, tahanan batas tie backs dapat diperkirakan dari rumus berikut:

    Pu = dlca (21)

  • III12

    dimana ca = adesi. Nilai ca dapat diambil sebesar 2/3 c (dimana c = kohesi tak-salur).

    Sebuah faktor keamanan sebesar 1.5 2 dapat digunakan untuk seluruh tahananbatas untuk memperoleh tahanan ijin yang dapat dikerahkan oleh masing-masing tie

    back.

    !

    Gambar 10. Parameter untuk menentukan tahanan batas tie backs

    5. Contoh Soal

    5.1 Soal 1

    Dengan mengacu pada Gambar 6(a). Diketahui: B = h = 0, 4 m, S = 1, 2 m, H = 1

    m, = 16, 51 kN/m3, dan = 35. Tentukanlah tahanan batas untuk masing-masing

    plat jangkar. Plat jangkar terbuat dari beton dan tebalnya 0,15 m.

    Penyelesaian

    Dari Gambar 4(a) untuk = 35, besarnya Ka = 0, 27

    W = H t beton = (1 m)(0, 15 m)(23, 5 kN/m3)

    = 3, 525 kN/m

    Dari Pers.(6)

    Kp sin =W + 1

    2H2Ka sin 12H2

    =3, 535 + (0, 5)(16, 51)(1)2(0, 26)(sin 35)

    (0, 5)(16, 51)(1)2= 0, 576

    Dari Gambar 4(b) dengan = 35 dan Kp sin = 0, 576, nilai Kp cos adalah sekitar

    4,5. Maka dengan menggunakan Pers.(5)

    Pu = 12H2(Kp cos Ka cos)

    = ( 12)(16, 51)(1)2[4, 5 (0, 26)(sin 35)] = 35, 92 kN/m

  • III13

    Untuk menghitung P us, asumsikan bahwa pasir adalah lepas. Sehingga Cov pada

    Pers.(7) adalah 14. Maka

    P us =

    Cov + 1Cov +

    (H

    h

    )P u =

    14 + 114 +

    (1

    0, 4

    ) = 32, 65 kN/m

    S BH + h

    =1, 2 0, 41 + 0, 4

    =0, 8

    1, 4= 0, 571

    Untuk (S B)/(H + h) = 0, 571 dan pasir lepas Gambar 6(b) menurunkanBe BH h = 0, 229

    Sehingga

    Be = (0, 229)(H + h) + B = (0, 229)(1 + 0, 4) + 0, 4

    = 0, 72

    Maka, dari Pers.(8)

    Pu = PusBe = (32, 65)(0, 72) = 23, 51 kN

    6. Referensi

    [1] Bowles, J.E.: Foundation Analysis and Design, 4th ed., Mc-Graw-Hill, New York,

    1988.

    [2] Das, B.M.: Pullout resistance of vertical anchors, Journal of the Geotechnical

    Engineering Divisions, ASCE, Vol. 101, No. GT1, pp.87-91, 1975.

    [3] Das, B.M., and Seeley, G.R.: Load-displacement relationships for vertical anchors

    plates, Journal of the Geotechnical Engineering Divisions, ASCE, Vol. 101, No.

    GT7, pp.711-715, 1975.

    [4] Das, B.M.: Principles of Foundation Engineering, PWS Publishers, Boston, 1984.

    [5] Neeley, W.J., Stuart, J.G., and Graham, J.: Failure loads of vertical anchor plates

    in sand, Journal of the Soil Mechanics and Foundations Divisions, ASCE, Vol. 99,

    No. SM9, pp.669-685, 1973.

    [6] Teng, W.C.: Foundation Design, Prentice-Hall, New Jersey, 1962.

    [7] Tschebotario, G.P.: Foundation, Retaining and Earth Structures, 2nd ed., Mc-

    Graw-Hill, New York, 1973.

    /ColorImageDict > /JPEG2000ColorACSImageDict > /JPEG2000ColorImageDict > /AntiAliasGrayImages false /CropGrayImages true /GrayImageMinResolution 300 /GrayImageMinResolutionPolicy /OK /DownsampleGrayImages true /GrayImageDownsampleType /Bicubic /GrayImageResolution 300 /GrayImageDepth -1 /GrayImageMinDownsampleDepth 2 /GrayImageDownsampleThreshold 1.50000 /EncodeGrayImages true /GrayImageFilter /DCTEncode /AutoFilterGrayImages true /GrayImageAutoFilterStrategy /JPEG /GrayACSImageDict > /GrayImageDict > /JPEG2000GrayACSImageDict > /JPEG2000GrayImageDict > /AntiAliasMonoImages false /CropMonoImages true /MonoImageMinResolution 1200 /MonoImageMinResolutionPolicy /OK /DownsampleMonoImages true /MonoImageDownsampleType /Bicubic /MonoImageResolution 1200 /MonoImageDepth -1 /MonoImageDownsampleThreshold 1.50000 /EncodeMonoImages true /MonoImageFilter /CCITTFaxEncode /MonoImageDict > /AllowPSXObjects false /CheckCompliance [ /None ] /PDFX1aCheck false /PDFX3Check false /PDFXCompliantPDFOnly false /PDFXNoTrimBoxError true /PDFXTrimBoxToMediaBoxOffset [ 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 ] /PDFXSetBleedBoxToMediaBox true /PDFXBleedBoxToTrimBoxOffset [ 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 ] /PDFXOutputIntentProfile () /PDFXOutputConditionIdentifier () /PDFXOutputCondition () /PDFXRegistryName () /PDFXTrapped /False

    /Description > /Namespace [ (Adobe) (Common) (1.0) ] /OtherNamespaces [ > /FormElements false /GenerateStructure true /IncludeBookmarks false /IncludeHyperlinks false /IncludeInteractive false /IncludeLayers false /IncludeProfiles true /MultimediaHandling /UseObjectSettings /Namespace [ (Adobe) (CreativeSuite) (2.0) ] /PDFXOutputIntentProfileSelector /NA /PreserveEditing true /UntaggedCMYKHandling /LeaveUntagged /UntaggedRGBHandling /LeaveUntagged /UseDocumentBleed false >> ]>> setdistillerparams> setpagedevice