22

Click here to load reader

Modul 6

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Modul 6

RANGKUMAN MATERI TUTORIALMATA KULIAH

PEMBAHARUAN DALAM PEMBELAJARAN DI SD

Modul 5Pembelajaran Berwawasan Demokrasi dan Hak Azazi Manusia

Modul 6Aplikasi Pembelajaran Terpadu dan Pembelajaran Kelas Rangkap

Penyusun :Kelompok 4

Eva Fahrissa 819612037Idus 819476118Indah Handayani 819476275Roswita Dwi P 813511061Erwin 819536743

UNIVERSITAS TERBUKAUPBJJ POKJAR LEUWILIANG BOGOR

TAHUN 2013

Page 2: Modul 6

KATA PENGANTAR

Seiring syukur kami panjatkan kepada Allah SWT dengan segala limpahan

karuniaNya telah memudahkan segala aktifitas kehidupaan kita selama ini,

sehingga apa yang kita inginkan dapat tercapai dengan baik.

Di dalam menyelesaikan rangkuman materi ini, penyusun mengungkapkan

banyak terimakasih kepada bapak Sartiono, S.Pd.M.Pd mata Kuliah Pembaharuan

Dalam Pembelajaran di SD, dan tak lupa pada rekan sejawat yang telah menyusun

rangkuman materi tutorial ini.

Demikian Laporan Pembuatan Rangkuman Materi Tutorial ini kami buat,

semoga rangkuman ini dapat bermanfraat bagi kami dan umumnya bagi pembaca.

Mohon maaf apabila ada kekurangan dalam membuat rangkuman ini. Saran dan

kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan agar pembuatan

rangkuman berikutnya dapat dilaksanakan dengan baik.

Penyusun

Kelompok 4

i

Page 3: Modul 6

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. i

Daftar Isi........................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan

1. Latar Belakang...................................................................................... 1

2. Rumusan Masalah................................................................................. 1

3. Tujuan .................................................................................................. 2

4. Manfaat................................................................................................. 2

Bab II Pembahasan........................................................................................... 3

Modul 5 Pembelajaran Berwawasan Demokrasi Dan Hak Azasi Manusia...... 3

Kb 2 Pendidikan Demokrasi Dan Hak Asasi Manusia Melalui Proses

Pembelajaran Yang Demokratis....................................................................... 3

Modul 6 Aplikasi Pembelajaran Terpadu Dan Pembelajaran Kelas Rangkap. 6

Kb 1 Aplikasi Pembelajaran Terpadu............................................................... 6

Kb 2 Aplikasi Pembelajaran Kelas Rangkap.................................................... 9

ii

Page 4: Modul 6

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

2. Rumusan Masalah

1

Page 5: Modul 6

3. Tujuan

Tujuan dari penyusunan rangkuman materi tutorial ini adalah untuk pendidik

agar bisa menerapkan pembelajaran terpadu dan kelas rangkap di sekolah

masing-masing.

4. Manfaat

1. Dapat memahami pengertian pembelajaran terpadu dan kelas rangkap

2. Mengetahui model-model pembelajaran terpadu dan kelas rangkap

3. Bisa menerapkan pembelajaran ini di setiap proses kegiatan belajar

mengajar

2

Page 6: Modul 6

BAB II

PEMBAHASAN

MODUL 5

PEMBELAJARAN BERWAWASAN DEMOKRASI

DAN HAK AZASI MANUSIA

Kegiatan Belajar 2

Pendidikan Demokrasi dan HAM melalui Proses Pembelajaran Yang

Demokratis

Rintisan implementasi model pembelajaran “Praktik-Belajar

kewarganegaraan. Kami Bangsa Indonesia “bertujuan untuk mendapatkan Best

Practise atau pengalaman terbaik dari penerapan model di SLTP dan SMU

dengan cara mengkaji kelayakan pedagogis (Pedagogical Aplicability) dari model

tersebut dilihat dari penguasaan model oleh guru, dukungan sistematik dan

manajerial dari kepala sekolah dan dinamika konteks sosial budaya setempat.

A. Profil Dasar Model Pembelajaran  Demokrasi Dan Ham

Model PKKBI bersifat generik atau umum dan mendasar yang dapat

dimuati materi yang relevan di masing-masing negara. Misi dari model ini

adalah mendidik siswa agar mampu untuk menganalisis berbagai dimensi

kebijakan publik. Warga negara muda mencoba memberi masukan terhadap

kebijakan publik di lingkungannya.

Karakeristik substantif dan psikopedagogis dari model pembelajaran

PKKBI adalah sebagai beikut:

1. Bergerak dalam konteks substantif dari sosial kultural kebijakan publik

sebagai salah satu koridor demokrasi.

2. Menerapkan model portofolio-based learning atau “model pembelajaran

yang berbasis pengalaman utuh peserta didik” dan potofolio-assisted

assesment atau ”penilaian berbantuan hasil belajar utuh peserta didik”

3. Kerangka operasional pedagogis dasar

3

Page 7: Modul 6

Fokus perhatian dari model ini adalah pengembangan pengetahuan

kewarganegaraan, kebijakan kewarganegaraan, keterampilan

kewarganegaraan, komitmen kewarganegaraan, kepercayaan diri

kewarganegaraan, kompetensi kewarganegaraan, yang bermuara pada

berkembangnya kemampuan mengambil keputusan, berwawasan, dan

bertanggung jawab).

B. Profil Utuh Model PKKBI

1. Maksud dan Tujuan PKKBI

Secara pedagogis model PKKBI dirancang untuk memberikan

pengalaman belajar kepada para peserta didik. Secara khusus kegiatan ini

bertujuan untuk mengembangkan komitmen peserta didik terhadap

kewarganegaraan dan pemerintahan dengan cara memfasilitasi peserta

didik untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan, memberikan

pengalaman praktis untuk mengembangakan kompetensi kewarganegaraan

yang demokratis dan mengembangkan pemahaman tentang pentingnya

partisipasi warga.

2. Persiapan Kelas

a. Memahami arti kebijakan publik, yang bertujuan untuk membantu

peserta didik belajar tentang cara mereka dapat berpartisipasi dalam

pemerintahan.

b. Proses pembuatan kebijakan publik (pengambilan keputusan yang

demokratis). Proses yang dimaksud adalah suatu proses dimana warga

negara hendaknya tergugah dan terdorong untuk berpartisipasi dalam

merumuskan kebijakan.

c. Warga negara dan proses pembuatan keputusan, salah satu contohnya

adalah menghadiri pertemuan-pertemuan umum.

d. Memanfaatkan narasumber sukarela

e. Membatasi bantuan sukarelawan

f. Menyelenggarakan kompetisi

g. Menilai portofolio atau menilai suatu kompetisi

3. Catatan tentang Portofolio

4

Page 8: Modul 6

Portofolio biasanya merupakan karya peserta didik perorangan yang

diseleksi, namun dalam praktik PKKBI masing-masing portofolio berisi

karya pilihan dari keseluruhan kelas yang bekerja secara kooperatif untuk

mengembangkan kebijakan publik yang terpusat pada masalah

kemasyarakatan.

4. Spesifikasi Portofolio

Portofolio terdiri dari dua bagian yaitu bagian tayangan dan bagian

dokumentasi.

C. Strategi Implementasi Di Daerah

Strategi perluasan implemetnasi model PKKBI yang relevan dengan etos

baru antara lain sebagai berikut :

1. Membangun kelompok “guru pionir” dan memantapkan secara sinambung

sehingga menjadi “guru model”

2. Suatu Kelompok dapat menjadi nara sumber bagi sekolah lain.

3. Memantapkan beberapa sekolah dalam satu wilayah sebagai sekolah pionir

PKKBI yang dibina secara kolaboratif oleh kadin Depdiknas setempat.

4. Sekolah pionir ditugasi untuk mengembangkan “Jaringan kerja PKKBI” di

lingkungannya.

5. Sekolah pionir dapat merintis jaringan sekolah sahabat.

6. Sekolah pionir, sekolah imbas, sekolah sahabat setiap tahun diusahakan selalu

bertemu untuk membahas berbagai persoalan tentang pelaksanaan dan

pengembangan dari PKKBI.

5

Page 9: Modul 6

MODUL 6

APLIKASI PEMBELAJARAN TERPADU

DAN

PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP

Pembelajaran terpadu dan pembelajaran kelas rangkap sebagai suatu

konsep pembelajaran bukanlah hal yang baru. Secara tidak langsung dan tanpa

disadari gur telah mempraktikkan kedua konsep ini.

KEGIATAN BELAJAR 1

Aplikasi Pembelajaran Terpadu

A. Hakikat Pembelajaran Terpadu

Kata kunci dari pembelajaran terpadu adalah integrasi, satu atau beberapa

mata pelajaran dan memusatkan pembelajaran.

Secara terminologi banyak istilah pendekatan topik-topik dalam mata

pelajaran, pendekatan tematik, pendekatan holistik, pendekatan infusi,

pendekatan inter disipliner bidang studi.

Pendekatan pembelajaran terpadu sudah terlihat pada tahun 1930-an, saat

munculnya pergerakan pendidikan progresif dimana pandangan pendidikan

berubah mengarah kepada siswa sebagai pusat pembelajaran maka konsep

pendidikan yang menggunakan nama kurikulum inti. Banyak praktisi

pendidikan yang mendorong serta mendukung penggunaan pembelajaran

terpadu di kelas berbagai alasan dan berdasarkan berbagai studi yaitu :

a. Sesuai dengan cara pandang siswa dalam meperhatikan atau mempelajari

aspek-aspek kehidupan.

b. Memungkinkan untuk melihat keterkaitan dan hubungan dari setiap mata

pelajaran yang bisa jadi memang berdekatan.

6

Page 10: Modul 6

c. Dapat memfasilitasi irama proses belajar siswa sehingga gaya dan

tingkatan proses belajar siswa tidak selalu dihambat dengan adanya mata

pelajaran yan gsecara konstan selalu berganti

d. Siswa mendapat kesempatan untuk mengikuti lingkaran proses belajar

mereka sendiri.

B. Model-Model Pembelajaran Terpadu

Model-model pembelajaran terpadu yang disusun oleh Jacobs (1993)

1. Model Kurikulum yang berorientasi pada satuan mata pelajaran yang

terpisah-pisah.

- Model Penggalan Model pembelajaran ini sama sekali tidak

mengaitkan satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan

kadang-kadang tidak menghubungkan konsep satu dengan konsep

lainnya.

- Model Terkait, Model ini masih tetap berpusat pada masing-masing

pelajaran, namun di dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan

terpisah itu, guru dapat mengaitkan atau menghubungkan antara topik

atau konsep satu dengan lainnya.

- Model Sarang, dima guru tetap memberikan mata pelajaran secara

terpisah tetapi pada setiap mata pelajaran yang terpisah sudah ada

target-target multi keterampilan yang ditetapkan dalam tujuan

pembelajaran untuk dicapai siswa.

2. Model Kurikulum yang berorientasi pada lintasan beberapa mata pelajaran

- Model Urutan, dimana beberapa topik dari suatu mata pelajaran

diorganisasikan kembali dan diurutkan agar dapat bertepatan atau

serupa pada saat guru mata pelajaran lain membahas topik yang

serupa.

- Model Pembelajaran Terpadu Berbagi, model ini terfokus kepada

dua mata pelajaran yang secara bersama-sama diajarkan dengan

menggunakan konsep-konsep atau keterampilan yang tumpang tindih.

- Model Jaring Laba-Laba, model ini berawal dari sebuah tema yang

dibangun atau diciptakan bisa bersama-sama guru dan siswa. Tema

7

Page 11: Modul 6

diangkat dan dikembangkan berdasarkan topik pada beberapa mata

pelajaran.

- Model Untaian, pada model ini pendekatan metakurikuler digunakan

untuk mencapai beberapa keterampilan dan tingkatan logika para siswa

dengan berbagai mata pelajaran. Model ini jika dicermati termasuk

model yang sulit untuk diterapkan di SD karena membutuhkan

kematangan berpikir para siswa.

- Model Terpadu, di dalam model ini para guru masing-masing

pelajaran bekerja sama melihat dan memberikan topik-topik yang

berkaitan dan tumpang tindih untuk membangun konsep dan

keterampilan.

3. Model Kurikulum yang berorientasi pada para siswa

Model ini tidak terfokus lagi pada mata pelajaran tetapi sudah kepada para

siswanya sebagai individu yang mempunyai kemampuan dan pengalaman

yang berbeda-beda.

- Model terlebur, dengan model ini seluruh mata pelajaran merupakan

bagian dari sudut pandang keahlian para siswa secara individual yang

menyaring sendiri seluruh konsep yang dipelajarinya melalui sudut

pandang keahlian mereka masing-masing.

- Model Jaringan Kerja, dimana para siswa akan menyaring seluruh

topik yang akan dipelajarinya melalui kacamata pengalaman masing-

masing, membangun hubungan internal yang akan membantu

menciptakan jaringan kerja sama diantara para ahli yang sesuai dengan

bidangnya.

Di dalam praktinya, implementasi dari seluruh model pembelajaran terpadu

sangat bervariasi. Sebagai guru dapat saja memodifikasi model tersebut dan

menemukan serta mengembangkan model pembelajaran terpadu yang lebih

sesuai dengan kondisi kels kita. Teruslah menggali dan mencoba berbagai

pembaruan pada pembelajaran terpadu, agar kita sebagai guru merasa nyaman

dengan kegiatan mengajar.

8

Page 12: Modul 6

KEGIATAN BELAJAR 2

Aplikasi Pembelajaran Kelas Rangkap

A. Hakikat Pembelajaran Kelas Rangkap

Pada dasarnya, Pembelajaran Kelas Rangkap adalah penggabungan

sekelompok siswa yang mempunyai perbedaan usia, kemampuan, minat, dan

tingkatan kelas, di mana dikelola oleh seorang guru atau beberapa guru yang

dalam pembelajarannya difokuskan pada kemajuan individual para siswa

untuk tujuan yang bermakna bagi siswa.

Ada sebagian praktisi pendidikan membedakan definisi dari multigrade

dengan multiage, seperti yang dikemukakan oleh Elkind (1987), istilah

multigrade di mana kelas akan berisi para siswa dari 2 atau lebih tingkatan

kelas dengan satu guru di ruangan yang sama pada suatu waktu. Para siswa di

kelas tersebut tetap menggunakan kurikulum yang spesifik untuk tingkatan

kelasnya sendiri dengan tingkat kesukaran tesnya pun disesuaikan dengan

tingkatan kelas mereka. Dengan demikian, bahwa kelas multigrade diadakan

untuk alasan administrasi dan ekonomi. Sedangkan istilah multiage, mengacu

pada praktek pembelajaran kedua tingkatan usia dan kelas yang sengaja

dicampur karena kepentingan tujuan pendidikan yang diinginkan.

Telah terjadi pergeseran penggunaan pembelajaran kelas rangkap yang

ada di daerah terpencil hingga berkembang menjadi pembelajaran kelas

rangkap yang dirancang secara sistematis untuk alasan peningkatan efektivitas

pembelajaran di kelas dengan pergeseran pemikiran maka muncul bentuk-

bentuk baru pembelajaran kelas rangkap.

Menurut Ridgway dan Lawton (1969), aspek utama dari manfaat

penggunaan pembelajaran kelas rangkap ini adalah terbangunnya iklim

kekeluargaan dalam kelas, para siswa lebih nyaman dan mudah menerima

perubahan kegiatan dan pengalaman yang diberikan guru.

Menurut Anderson dan Pavan (1993), filosofi dasar dari pembelajaran

kelas rangkap adalah terakomodasinya kebutuhan individu siswa sebagai

seorang yang unik dan membutuhkan perlakuan yang berbeda satu dengan

lainnya untuk bisa mencapai perkembangan yang maksimum.

9

Page 13: Modul 6

B. Pro dan Kontra tentang Efektivitas Pembelajaran Kelas Rangkap

Banyak praktisi pendidikan mengatakan bahwa pembelajaran kelas

rangkap memiliki banyak keuntungan, namun ada juga yang berfikiran

sebaliknya. The national association for the education of young children

(1996) menemukan bahwa pendekatan kelas rangkap ini hanya cocok untuk

meningkatkan efektifitas kegiatan yang terpusat pada peserta didik di SD.

Banyak pro dan kontra mengenai kelas rangkap ini diantara pendidik, praktisi

pendidikan dan juga orang tua.

Pro dan kontra dapat dipetik hikmahnya bahwa tidak perlu kita terlalu

mempermasalahkan secara berkepanjangan tentang keuntungan dan kerugian

pendekatan ini. Hal yang terpenting adalah sebagai ilmu, pembelajaran kelas

rangkap merupakan pembaruan yang terjadi dan berkembang dan semestinya

kita juga mengikuti perkembangan tersebut dan memandangnya secara positif.

Pembelajaran kelas rangkap sebagai suatu konsep yang kuat didukung oleh

beberapa teori belajar yang relevan yaitu :

1) Teori tentang perkembangan kognitif

2) Teori perkembangan sosial

3) Teori atribut

4) Teori Belajar sosial kognitif

C. Model – Model Pembelajaran Kelas Rangkap

1) Model 221

Guru atau dalam tim mengelola para siswa dari 2 tingkatan kelas yang

berbeda, dengan fokus 2 mata pelajaran baik yang sama atau berbeda

dalam 1 ruangan.

2) Model 222

Guru atau dalam tim mengelola para siswa dari 2 tingkatan kelas yang

berbeda, dengan fokus pada 2 mata pelajaran yang berbeda atau sama pada

2 ruangan kelas yang bersebelahan dan dihubungkan dengan adanya pintu.

10

Page 14: Modul 6

3) Model 333

Guru mengelola 3 kelas dengan tingkatan kelas yang berbeda dengan 3

mata pelajaran yang sama atau berbeda dalam 3 ruangan secara

bersamaan.

Apabila guru tidak mempunyai keterampilan dan kemampuan dalam

mengelola pembelajaran kelas rangkap yang baik, maka guru tidak akan

berhasil dalam model 333 ini.

D. Aplikasi Pembelajaran Kelas Rangkap

Aplikasi Pembelajaran kelas rangkap sangat membutuhkan keahlian dan

keterampilan yang baik dari guru.

Yang perlu diperhatikan dan ditekankan dari pembelajaran kelas rangkap

adalah komponen komponen berikut ini:

1. Kelompok siswa yang mempunyai berbagai kemampuan,

2. Developmentaly Appropriate Practices, sebagai suatu komponen dari

kurikulum dan metode pembelajaran yang didasarkan pada perkembangan

kemampuan siswa.

3. Pola kelompok yang luwes untuk belajar.

4. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran kelas rangkap secara murni,

5. Adanya tim kerja yang professional.

6. Assessment yang otentik.

7. Pelaporan secara kualitatif.

8. Keterlibatan orang tua dan pemahaman mereka terhadap tujuan dan

alasan dari pembelajaran kelas rangkap.

11