Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MODUL 9
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN
TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER APRIL 2020
Dosen Pengampu :
Bernardus Wishman Siregar, S.E, M.E
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter April 2020 i
Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Maret, April, Juni, Juli, September, Oktober, dan Desember. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian
Prakata
Dewan GubernurPERRY WARJIYO Gubernur
DESTRY DAMAYANTIDeputi Gubernur Senior
ERWIN RIJANTODeputi Gubernur
SUGENG Deputi Gubernur
ROSMAYA HADI Deputi Gubernur
DODY BUDI WALUYO Deputi Gubernur
Indonesia serta respons kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan Februari, Mei, Agustus, dan November. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini mengenai in� asi, nilai tukar, dan kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respons kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter April 2020ii
Daftar Isi
Ringkasan Eksekutif
Prakata
Dewan Gubernur
Daftar Isi
1. Perekonomian Global
3. Respons Kebijakan Bank Indonesia
2. Perekonomian Domestik
Pandemi COVID-19 Meningkatkan Risiko Resesi
Perekonomian Global Kontraksi pada 2020 dan Pulih pada 2021
Perdagangan Dunia dan Harga Komoditas Kontraksi, Kepanikan Pasar Keuangan Mereda
Penyebaran COVID-19 Menurunkan Pertumbuhan Ekonomi Domestik
Prospek Neraca Pembayaran Indonesia Tetap
Nilai Tukar Rupiah Kembali Menguat
Inflasi Terjaga di Kisaran Sasaran
Stabilitas Sistem Keuangan Terjaga, Intermediasi Menjadi Perhatian
04
04
06
08
13
14
16
1801
i
i
ii
03
21
08
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter April 2020 1
RingkasanEksekutifPandemi COVID-19 yang semakin meluas ke seluruh dunia berdampak pada meningkatnya risiko resesi perekonomian global pada 2020, sementara pengaruhnya terhadap kepanikan pasar keuangan dunia berangsur-angsur mulai menurun. Risiko resesi ekonomi global pada 2020 dipengaruhi oleh penurunan permintaan serta terganggunya proses produksi antara lain akibat terbatasnya mobilitas manusia sejalan dengan kebijakan mengurangi risiko penyebaran COVID-19. Sejalan dengan risiko ini, pertumbuhan ekonomi negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan banyak negara di kawasan Eropa diprakirakan mengalami kontraksi pada 2020, meskipun berbagai kebijakan ultra-akomodatif baik fiskal maupun moneter telah ditempuh. Prospek pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang diprakirakan juga menurun. Risiko resesi ekonomi dunia terutama terjadi pada triwulan-II dan triwulan-III 2020, sesuai dengan pola pandemi COVID-19, dan diperkirakan akan kembali membaik mulai triwulan-IV 2020. Pada 2021, pertumbuhan ekonomi dunia akan meningkat
tinggi didorong dampak positif kebijakan yang ditempuh di banyak negara dan pengaruh base effect. Sementara itu, kepanikan pasar keuangan dunia yang sempat meningkat tinggi pada Maret 2020, mulai berkurang pada April 2020 didukung sentimen positif atas berbagai respons kebijakan yang ditempuh di banyak negara.
Penurunan ekonomi global dan penyebaran COVID-19 di dalam negeri berdampak pada pertumbuhan ekonomi domestik yang diprakirakan akan menurun. Ekspor 2020 diprakirakan menurun akibat melambatnya permintaan dunia, terganggunya rantai penawaran global, serta rendahnya harga komoditas global. Sementara itu, pembatasan sosial dalam rangka pencegahan penyebaran COVID-19 berdampak pada pendapatan masyarakat dan produksi sehingga menurunkan prospek permintaan domestik, baik konsumsi rumah tangga maupun investasi. Sementara itu, prospek Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan I 2020 diprakirakan tetap baik, didukung
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter April 20202
oleh defisit transaksi berjalan yang rendah karena dampak COVID-19. Nilai tukar Rupiah kembali menguat mulai minggu kedua April 2020 seiring meredanya kepanikan pasar keuangan global. Inflasi tetap rendah dan mendukung stabilitas perekonomian. Transmisi pelonggaran kebijakan moneter berjalan baik dengan kecukupan likuiditas perbankan yang memadai. Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, meskipun potensi risiko dari makin meluasnya dampak penyebaran virus COVID-19 terhadap stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan perlu terus diantisipasi. Kelancaran sistem pembayaran, baik tunai maupun nontunai, tetap terjaga.
Mempertimbangkan berbagai asesmen tersebut, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 13-14 April 2020 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 4,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 3,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 5,25%. Keputusan ini mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas eksternal di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang saat ini masih relatif tinggi, meskipun Bank
Indonesia tetap melihat adanya ruang penurunan suku bunga dengan rendahnya tekanan inflasi dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi.
Bank Indonesia kembali memperkuat bauran kebijakan yang diarahkan untuk mendukung upaya mitigasi risiko penyebaran COVID-19, menjaga stabilitas pasar uang dan sistem keuangan, serta mendorong momentum pertumbuhan ekonomi. Bauran kebijakan Bank Indonesia tersebut merupakan bagian dari sinergi kebijakan yang terkoordinasi sangat erat dengan Pemerintah maupun melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) serta otoritas terkait untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta dalam upaya pemulihan ekonomi nasional dari dampak COVID-19. Bank Indonesia akan terus mencermati dinamika perekonomian dan pasar keuangan global serta penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta mengambil langkah-langkah kebijakan lanjutan yang diperlukan secara terkoordinasi yang erat dengan Pemerintah dan KSSK untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta pemulihan ekonomi nasional.
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter April 2020 3
PerekonomianGlobal
B A B I
Pandemi COVID-19 yang semakin meluas ke seluruh dunia berdampak pada meningkatnya risiko resesi perekonomian global pada 2020, sementara pengaruhnya terhadap kepanikan pasar keuangan dunia berangsur-angsur mulai menurun. Risiko resesi ekonomi global pada 2020 dipengaruhi oleh penurunan permintaan dan terganggunya proses produksi antara lain akibat terbatasnya mobilitas manusia sejalan dengan kebijakan mengurangi risiko penyebaran COVID-19. Sejalan dengan risiko ini, pertumbuhan ekonomi negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan banyak negara di kawasan Eropa diprakirakan mengalami kontraksi pada 2020, meskipun berbagai negara telah menempuh berbagai kebijakan ultra-akomodatif baik fiskal maupun
moneter. Prospek pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang diprakirakan juga menurun. Risiko resesi ekonomi dunia terutama terjadi pada triwulan II dan triwulan III 2020, sesuai dengan pola pandemi COVID-19, dan diprakirakan kembali membaik mulai triwulan-IV 2020. Pada 2021, pertumbuhan ekonomi dunia akan meningkat tinggi, didorong oleh dampak positif kebijakan yang ditempuh di banyak negara dan pengaruh base effect. Sementara itu, kepanikan pasar keuangan dunia yang sempat meningkat tinggi pada Maret 2020, mulai berkurang pada April 2020, didukung oleh sentimen positif atas berbagai respons kebijakan yang ditempuh di banyak negara.
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter April 20204
Pandemi COVID-19 Meningkatkan Risiko Resesi
Pandemi COVID-19 semakin meluas ke seluruh dunia. Kasus COVID-19 global bertambah secara signifikan sejak Maret 2020 disertai dengan tingkat keparahan (fatality rate) yang juga meningkat. Sampai dengan 11 April 2020, COVID-19 telah menyebar ke 211 negara, meningkat dengan pesat dibandingkan dengan posisi pada 18 Maret 2020 yang baru menyebar ke 159 negara. Penyebaran yang sangat cepat terjadi di AS dan di kawasan Eropa terutama Spanyol, Italia, Jerman, dan Perancis, dengan jumlah kasus yang jauh lebih besar daripada kasus di Tiongkok. Sementara itu, kasus COVID-19 di Tiongkok telah menurun, meski tetap diwaspadai potensi terjadinya gelombang kedua (second wave) yang bersumber dari luar Tiongkok (Tabel 1.1).
Risiko resesi perekonomian global meningkat seiring dengan penerapan pembatasan mobilitas penduduk untuk memitigasi COVID-19 di berbagai negara. Mobilitas penduduk yang terbatas baik antara wilayah maupun antar negara menyebabkan penurunan permintaan dan terganggunya proses produksi global. Indikator dini menunjukkan ekonomi global terkontraksi sangat tajam, bahkan lebih dalam dari periode krisis finansial global 2008. Kinerja manufaktur di mayoritas negara mengalami pemburukan signifikan di antaranya tercermin pada penurunan tajam Purchasing Manager Index (PMI) (Grafik 1.1). Penjualan ritel juga menurun
PMI ManufakturGrafi k 1.1
Confirmed Cases COVID-19Tabel 1.1
Jepang
India Eropa
AS
Tiongkok
65
60
55
50
45
40
Indeks
2017
Sumber: IHS Markit, ISM
3 5 7 9 11 31 5 7 9 11 31 315 7 9 11
2018 2019 2020
Sumber: www.worldometers.info/coronavirus; per 11 April 2020
No Negara TotalMeninggal
TingkatKeparahan (%)
TotalSembuh
KasusPositif
1 Amerika Serikat 503.177 18.761 3,73 27.3142 Spanyol 158.273 16.081 10,16 55.6683 Italia 147.577 18.849 12,77 30.4554 Perancis 124.869 13.197 10,57 24.9325 Jerman 122.171 2.736 2,24 53.9136 Tiongkok 81.953 3.339 4,07 77.5257 Inggris 73.758 8.958 12,15 3448 Iran 68.192 4.232 6,21 35.4659 Turki 47.029 1.006 2,14 2.423
10 Belgia 26.667 3.019 11,32 5.56838 Indonesia 3.512 306 8,71 282
Negara lainnyayang terdampak 343.592 12.303 3,58 62.726
1.700.770 102.787 6,04 376.615Total
tajam dan angka pengangguran terindikasi melonjak cukup besar, khususnya di AS. Selain itu, memburuknya keyakinan pelaku ekonomi di banyak negara juga berdampak pada menurunnya permintaan dunia.
Perekonomian Global Kontraksi pada 2020 dan Pulih pada 2021
Pandemi COVID-19 yang meluas berdampak pada perekonomian global yang diprakirakan mengalami kontraksi. Pertumbuhan ekonomi negara maju diprakirakan mengalami kontraksi cukup dalam pada 2020, kendati kebijakan moneter dan fiskal ultra-akomodatif telah diterapkan. Sejalan dengan hal tersebut, perekonomian negara berkembang diprakirakan juga menurun. International Monetary Fund (IMF) pada World Economic Outlook (WEO) April 2020 merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia 2020 dari semula 3,3% (yoy) menjadi -3,0% (yoy) (Tabel 1.2). Consesus Forecast April 2020 juga merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia 2020 dari semula 2,8% (yoy) menjadi -0,9% (yoy). Proyeksi perekonomian global yang terkontraksi tersebut telah memperhitungkan dampak COVID-19 dari berbagai aspek, seperti (i) pola pandemi, (ii) containment, (iii) gangguan pasokan, (iv) keketatan kondisi finansial, (v) perubahan pola konsumsi dan perilaku, (vi) keyakinan bisnis, (vii) efek kepercayaan, dan (vii) volatilitas harga komoditas. Ekonomi global diprakirakan menurun pada triwulan II dan triwulan III
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter April 2020 5
Pertumbuhan Ekonomi GlobalTabel 1.2
2020, sebelum kembali membaik mulai triwulan IV 2020. Pertumbuhan ekonomi dunia pada 2021 diprakirakan meningkat, didukung dampak positif kebijakan yang ditempuh di banyak negara pada 2020 dan pengaruh base-effect.
Kebijakan fiskal dan moneter ultra-akomodatif ditempuh berbagai negara untuk memitigasi dampak COVID-19. Bank sentral di berbagai negara melakukan pelonggaran suku bunga kebijakan dan likuiditas. The Federal Reserves (the Fed) dan Bank of Canada telah menurunkan suku bunga kebijakan hingga 150 bps sejak awal 2019, demikian pula sebagian besar negara maju dan berkembang juga menurunkan suku bunga kebijakan. Selain itu, pelonggaran moneter juga dilakukan sejumlah bank sentral melalui Quantitative Easing (QE) secara masif. The Fed melakukan QE melalui pembelian US Treasury (UST) dan Mortgage Backed Securities serta Municipal Bonds dan bond yang lebih berisiko hingga 2,3 triliun dolar AS atau sekitar 10% dari Produk Domestik Bruto (PDB) AS. Sejumlah bank sentral juga melakukan pembelian obligasi pemerintah, penurunan Giro Wajib Minimum, dan Emergency Purchase Programme. Sementara itu, otoritas fiskal di berbagai negara mengeluarkan stimulus dalam berbagai bentuk, seperti penurunan tarif pajak, pinjaman lunak untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), paket kesehatan, dan stimulus untuk pariwisata dan sektor terdampak.
Berdasarkan negara, perekonomian AS berisiko mengalami resesi. Aktivitas perekonomian mengalami penurunan tajam akibat penyebaran COVID-19 yang makin meluas. Penurunan aktivitas perekonomian tersebut tercermin pada pelemahan yang tajam pada aktivitas sektor manufaktur dan jasa, serta peningkatan signifikan jumlah klaim pengangguran di AS hingga lebih dari 7 juta jiwa. Jumlah klaim tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah AS. Kontraksi ekonomi AS yang cukup dalam tidak terhindarkan kendati kebijakan fiskal dan moneter ultra-akomodatif telah diimplementasikan untuk mendukung keberlangsungan bisnis dan bantuan sosial. IMF memprakirakan bahwa perekonomian AS pada 2020 akan tumbuh negatif sebesar -5,9% (yoy) dan pada 2021 tumbuh sebesar 4,7% (yoy).
Pandemi COVID-19 juga berpotensi menyebabkan resesi perekonomian negara-negara Eropa. Kontraksi ekonomi Eropa pada 2020 terutama disebabkan oleh perlambatan sektor pariwisata dan industri serta gangguan rantai pasokan akibat terbatasnya mobilitas penduduk untuk mengurangi risiko penyebaran COVID-19 di Italia, Perancis, Spanyol, serta negara Eropa lainnya. PMI Manufaktur dan keyakinan bisnis di Eropa mengalami penurunan yang tajam. IMF memperkirakan bahwa perekonomian Eropa pada 2020 diprakirakan terkontraksi sebesar -7,5% (yoy) dengan penurunan terdalam pada triwulan II 2020. Perbaikan ekonomi secara gradual diprakirakan mulai terjadi pada triwulan III 2020 seiring dengan penyebaran COVID-19 yang akan berakhir pada Juli-Agustus 2020. Pemulihan ekonomi
% yoy
Sumber: IMF, Consensus Forecast, diolah
PDB 2018 Oktober 2019 Januari 2020 April 2020 Februari 2020 Maret 2020 April 2020Consensus Forecast (CF)WEO (IMF)
Negara MajuAmerika SerikatKawasan EuroJepang
TiongkokIndiaASEAN-5Amerika Latin
MENA, Afghanistan & PakistanEmerging Europe
Negara Berkembang
Dunia2019 2020 2021 2019 2020 2021 2019 2020 2021 2019 2020 2021 20192019 2020 20212020 2021
3,6 3,0 3,4 3,6 2,9 3,3 3,4 2,9 -3,0 5,8 2,9 3,1 3,4 2,9 2,8 3,4 2,9 -0,9 5,02,2 1,7 1,7 1,6 1,7 1,6 1,6 1,7 -6,1 4,5 1,7 1,4 1,6 1,7 1,1 1,7 1,7 -4,9 4,12,9 2,4 2,1 1,7 2,3 2,0 1,7 2,3 -5,9 4,7 2,3 1,9 2,0 2,3 1,6 2,0 2,3 -4,0 3,91,9 1,2 1,4 1,4 1,2 1,3 1,4 1,2 -7,5 4,7 1,2 0,9 1,2 1,2 0,6 1,3 1,2 -5,7 5,40,3 0,9 0,5 0,5 1,0 0,7 0,5 0,7 -5,2 3,0 1,0 0,3 0,8 0,7 -0,7 1,1 0,7 -3,3 2,14,5 3,9 4,6 4,6 3,7 4,4 4,6 3,7 -1,0 6,6 3,7 4,6 4,8 3,7 4,1 4,8 3,7 1,9 5,86,6 6,1 5,8 5,9 6,1 6,0 5,8 6,1 1,2 9,2 6,1 5,6 5,8 6,1 5,2 6,1 6,1 2,0 7,85,3 6,1 7,0 7,4 4,8 5,8 6,5 5,0 1,9 7,4 4,8 5,0 5,9 5,0 5,0 5,7 5,0 2,7 6,35,3 4,8 4,9 5,2 4,7 4,8 5,1 4,8 -0,6 7,8 4,7 4,4 4,8 4,8 3,8 4,6 4,8 0,0 5,61,1 0,2 1,8 2,4 0,1 1,6 2,3 0,1 -5,2 3,4 0,1 1,6 2,3 0,1 0,9 2,1 0,1 1,3 2,33,1 1,8 2,5 2,5 1,8 2,6 2,5 2,1 -5,2 4,2 1,8 2,2 2,5 2,1 2,2 2,5 2,1 1,9 2,61,0 0,1 2,7 2,7 1,2 -3,3 4,2
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter April 20206
Eropa akan terus berlanjut hingga 2021. Peningkatan aktivitas perekonomian serta dukungan stimulus moneter dan fiskal diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Eropa menjadi 4,7% pada 2021.
Penurunan aktivitas ekonomi Tiongkok dan dampak rambatan dari eskalasi COVID-19 di global menyebabkan perlambatan ekonomi Tiongkok. Ekonomi Tiongkok diprakirakan melambat pada 2020 akibat penyebaran COVID-19 di Tiongkok dan efek rambatan pelemahan ekonomi negara lain yang menyebabkan penurunan permintaan dan gangguan rantai suplai global. IMF memprakirakan ekonomi Tiongkok hanya tumbuh 1,2% (yoy) pada 2020, jauh melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada 2019 sebesar 6,1%. Stimulus fiskal pemerintah Tiongkok dan kebijakan moneter akomodatif yang ditempuh People’s Bank of China (PBoC) diharapkan mampu menahan terjadinya kontraksi ekonomi Tiongkok. Perekonomian Tiongkok diprakirakan berangsur membaik seiring meredanya COVID-19 dan tumbuh 9,2% (yoy) pada 2021.
Inflasi global mereda disertai penurunan ekspektasi inflasi. Inflasi di banyak negara mereda seiring dengan melemahnya aktivitas perekonomian dan turunnya harga energi, di tengah risiko tekanan harga akibat gangguan rantai pasokan. Inflasi AS dan Eropa Maret 2020 masing-masing tercatat 1,5% (yoy) dan 0,7% (yoy), masih di bawah target sebesar 2% (yoy). Sementara itu,
inflasi Tiongkok relatif stabil ditopang inflasi pangan akibat African swine fever yang mendorong kenaikan harga babi, di tengah melemahnya tekanan inflasi dari sisi permintaan. Ekspektasi inflasi di banyak negara menunjukkan penurunan seiring dengan meningkatnya risiko resesi perekonomian global dan masih belum kuatnya tekanan inflasi dari sisi penawaran akibat gangguan rantai pasokan.
Perdagangan Dunia dan Harga Komoditas Terkontraksi, Kepanikan Pasar Keuangan Mereda
Volume perdagangan dunia terkontraksi seiring perlambatan ekonomi global. Perlambatan perekonomian dunia karena COVID-19 menurunkan permintaan barang-barang ekspor dan impor sehingga volume perdagangan menurun (Grafik 1.2). Permintaan ekspor AS menurun akibat penurunan permintaan dari mitra dagang utamanya yakni Tiongkok dan Eropa. Permintaan ekspor Eropa juga menurun, bahkan lebih dalam dibandingkan dengan periode krisis finansial global (GFC). Pada 2020 volume perdagangan dunia diprakirakan mengalami kontraksi dan mulai meningkat pada 2021 sejalan dengan pemulihan perekonomian global.
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter April 2020 7
dipengaruhi oleh kelebihan pasokan akibat tambahan produksi dari negara-negara non-OPEC seiring dengan tidak disepakatinya perpanjangan pembatasan produksi minyak (oil cuts).
Kepanikan pasar keuangan mereda, didukung oleh sentimen positif atas berbagai respons kebijakan yang ditempuh di banyak negara. Kebijakan ultra-akomodatif yang dilakukan berbagai negara mendapat respons positif dari pelaku di pasar keuangan global. Memasuki April 2020, ketidakpastian pasar keuangan terutama di AS mulai mereda. Pasar saham AS juga mulai membaik tercermin dari indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) yang mulai meningkat disertai dengan tren kenaikan harga emas yang mulai tertahan. Preferensi investor untuk mengalokasikan dananya ke safe haven mulai berkurang. Hal tersebut mendorong potensi peningkatan aliran modal ke negara berkembang yang selanjutnya mendorong penguatan nilai tukar mata uang negara-negara di Asia terhadap dolar AS.
Harga KomoditasTabel 1.3Volume Perdagangan DuniaGrafi k 1.2
Sumber: Bloomberg*) YTD sampai dengan 13 April 2020
% yoy
TembagaBatu BaraCPOKaretNikelTimahAluminiumKopiLainnyaIndeks Harga Komoditas Ekspor Indonesia
-10,56,8
21,3-2,2
-15,413,1-3,54,31,0
5,4
27,148,25,7
28,18,9
13,122,9-2,96,8
21,7
6,72,5
-19,2-16,827,80,57,4
-15,41,2
-2,8
-7,8-8,6-2,312,47,0-7,5
-14,1-11,8-0,7
-3,0
-6,3-1,216,4-5,9
-14,0-8,4-5,17,2-1,5
0,9
Komoditas 2016 2017 2018 2019 2020 YTD*
Volume Perdagangan Dunia (growth)
20
15
10
5
0
-5
-10
-15
-20
-25
% yoy
2013
Sumber : CPB, diolah
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
20152014 2016 2017 2018 2019 2020
- 0,8
Harga komoditas juga menurun akibat pelemahan ekonomi global. Permintaan global untuk berbagai komoditas melemah akibat kontraksi aktivitas ekonomi. Koreksi semakin tajam seiring sentimen negatif pelaku pasar karena prakiraan pelemahan ekonomi global yang semakin dalam. Hingga pertengahan April 2020, harga sebagian besar komoditas logam dan batu bara menurun (Tabel 1.3). Penurunan aktivitas produksi sektor industri dan pembangunan infrastruktur menyebabkan penurunan harga logam seperti besi, nikel, tembaga, timah, dan aluminium. Seluruh harga komoditas diprakirakan tumbuh negatif pada 2020 dengan pangsa penurunan terendah pada minyak sawit (CPO) akibat gangguan pasokan pada triwulan IV 2019 dan triwulan I 2020 yang menyebabkan harga CPO tetap bertahan tinggi. Harga minyak dunia juga menurun akibat dampak containment terhadap sektor transportasi dan risiko resesi ekonomi. Koreksi harga minyak bahkan menuju level terendah dalam tiga dekade terakhir sejak 1991. Penurunan harga minyak juga turut
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter April 20208
PerekonomianDomestik
B A B I I
Penyebaran COVID-19 Menurunkan Pertumbuhan Ekonomi Domestik
Perlambatan ekonomi global dan penyebaran COVID-19 di dalam negeri berdampak pada pertumbuhan ekonomi domestik yang diprakirakan akan menurun. Ekspor 2020 diprakirakan menurun akibat melambatnya permintaan dunia, terganggunya rantai penawaran global, serta rendahnya harga komoditas global. Sementara itu, pembatasan sosial dalam rangka pencegahan penyebaran COVID-19 berdampak pada pendapatan masyarakat dan produksi sehingga menurunkan prospek permintaan domestik,
baik konsumsi rumah tangga maupun investasi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat diprakirakan terutama terjadi pada triwulan-II dan triwulan III-2020 sejalan dengan prospek kontraksi ekonomi global dan juga dampak ekonomi dari upaya pencegahan penyebaran COVID-19 di domestik. Perekonomian nasional diprakirakan kembali membaik mulai triwulan IV-2020 dan secara keseluruhan 2020 dapat menuju 2,3% serta akan meningkat lebih tinggi pada 2021. Selain dipengaruhi prospek perbaikan ekonomi global, pemulihan ekonomi nasional juga didorong oleh berbagai kebijakan yang ditempuh Pemerintah, Bank Indonesia, dan otoritas terkait.
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter April 2020 9
Pada 2020 ekspor diprakirakan menurun akibat melambatnya permintaan dunia, terganggunya rantai penawaran global, serta rendahnya harga komoditas dunia. Seiring dengan meluasnya penyebaran COVID-19, revisi ke bawah dari sejumlah determinan ekspor, antara lain pertumbuhan ekonomi global, volume perdagangan dunia, dan harga komoditas, mengindikasikan prospek ekspor Indonesia yang menurun. Penyebaran COVID-19 yang semakin meluas ke berbagai negara mitra dagang Indonesia memberikan tekanan permintaan bagi produk ekspor barang Indonesia. Selain menimbulkan tekanan permintaan, penyebaran COVID-19 yang meluas juga mengganggu rantai penawaran (supply chain) global. Pada sisi ekspor barang, kinerja ekspor nonmigas pada triwulan I 2020 terkontraksi, terutama disebabkan oleh menurunnya ekspor berbasis komoditas, seperti batu bara dan CPO, serta beberapa produk manufaktur (Grafik 2.1). Di sisi lain, kinerja ekspor jasa diprakirakan
Ekspor Nonmigas RiilGrafi k 2.1 Penurunan WismanTabel 2.2
40
30
20
10
0
-10
-20
% yoy
2017 2018 2019
Sumber: BPS, diolah
I II III IV I II III IV I II III IV I 7 8 9
2020 2020
10 11 12 1 2 3
2019
Sumber: BPS
Total -0,7
-4,8
-1,2-2,4
Pertanian
Pertambangan
Manufaktur
Sumber: BPS, diolah
%
Ngurah RaiSoekarno HattaPel. BatamPel. Tj. UbanKualanamuJuandaSam RatulangiAdi SuciptoBILAhmad YaniSultan HasanuddinHang NadimAdi SumarnoTotal
33,716,313,14,661,61,60,80,80,30,20,1
0,030,01
73,19
-19,8-22,4-25,8-69,1-30,6-19,8-85,4-21,616,6-10,4-2,2
-21,6-14,2
-23,02
-62,5-69,5-89,7-85,1
-54,3*-69,9-91,9
-20,1*-41,4-61,7-100-70,5-82,4-67,4
Bandara Pangsa terhadapNasional
PenurunanFeb’20
PenurunanMar’20
Pertumbuhan Ekonomi Sisi PengeluaranTabel 2.1% yoy
Sumber: BPS
Komponen 2017 2018 20192018
4,942,136,158,918,065,07
4,962,717,925,84
12,465,06
5,175,215,817,48
14,945,27
5,006,266,928,34
13,775,17
5,084,566,018,34
13,775,17
5,054,806,646,55
11,885,17
5,025,225,03-1,58-7,475,07
5,188,234,55-1,73-6,845,05
5,010,984,210,10-8,305,02
4,970,484,06-0,39-8,054,97
5,043,254,45-0,87-7,695,02
I II III IV2019
I II III IVKonsumsi Rumah TanggaKonsumsi PemerintahInvestasi (PMTDB)EksporImporPDB
mengalami tekanan sejalan dengan kinerja sektor pariwisata yang diprakirakan juga menurun akibat kebijakan restriksi perjalanan dari sejumlah negara. Hal tersebut tercermin dari semakin dalamnya penurunan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia hingga Maret 2020 (Tabel 2.2).
Konsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh lebih rendah. Perlambatan konsumsi rumah tangga disebabkan oleh turunnya pendapatan masyarakat di tengah pembatasan sosial dalam rangka pencegahan penyebaran COVID-19. Kebijakan pembatasan tersebut, antara lain dalam bentuk social distancing dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah, berdampak pada melambatnya aktivitas ekonomi, termasuk produksi barang dan jasa. Hal tersebut berdampak pada berkurangnya permintaan tenaga kerja sehingga menurunkan pendapatan masyarakat (Grafik 2.2). Kinerja ekspor, termasuk sektor pariwisata, yang melemah turut
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter April 202010
menurunkan pendapatan dan menahan pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Pendapatan lainnya yang bersumber dari investasi di pasar keuangan terindikasi menurun sejalan dengan melemahnya kinerja pasar keuangan di tengah tingginya ketidakpastian. Sementara itu, ketidakpastian yang tinggi terhadap dampak pandemi COVID-19 juga memengaruhi tingkat keyakinan konsumen yang tercatat menurun pada Maret 2020 (Grafik 2.3), yang selanjutnya berdampak pada tertahannya pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga untuk masyarakat berpendapatan rendah ditopang oleh bantuan sosial sebagai bagian stimulus fiskal Pemerintah dalam menghadapi pandemi COVID-19.
% yoy
2013
Sumber : Bank Indonesia
6 12 6 12 6 12 6 12 6 12 6 12 6 12 3
20152014 2016 2017 2018 2019 2020
80
60
40
20
0
-20
-40
-60
-80
Sumber: Bank Indonesia
I II III IV I II III IV I II III IV I 7 8 9 10 11 12 1 2 32017 2018 2019 2020 2019 2020
117,7
Pengeluaran Rp2-5 juta 111,1
Pengeluaran Rp1-2 juta
118,5
Pengeluaran >Rp5 juta
118,1
140
130
120
110
100
90
80
Indeks
Optim
isPe
simis
Optim
isPe
simis
Indeks Job VacancyGrafi k 2.2 Indeks Keyakinan KonsumenGrafi k 2.3
Stimulus fiskal Pemerintah diarahkan untuk meminimalkan dampak COVID-19 terhadap perekonomian. Dalam rangka memitigasi dampak COVID-19 pada perekonomian, Pemerintah telah mengumuman stimulus fiskal jilid I, II, dan III. Stimulus fiskal jilid I dan II ditempuh melalui kebijakan bantuan pangan untuk menopang konsumsi masyarakat bawah dan relaksasi perpajakan untuk mendorong keberlangsungan usaha serta menopang daya beli masyarakat. Melengkapi stimulus fiskal jilid I dan II, Pemerintah mengeluarkan stimulus fiskal jilid III dengan total insentif diprakirakan sebesar 430,4 triliun Rupiah. Stimulus fiskal tersebut difokuskan untuk sektor kesehatan, jaring pengaman sosial, dan dukungan bagi industri (Gambar 2.1). Bank Indonesia mengapresiasi langkah stimulus fiskal Pemerintah dalam meminimalkan dampak COVID-19, yang diprakirakan dapat menopang prospek pertumbuhan ekonomi.
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter April 2020 11
Stimulus Fiskal Pemerintah Jilid I, II, dan IIIGambar 2.1
Stimulus Fiskal Jilid I dan Jilid II
Jilid I(Rp6,1 triliun)
Jilid II(Rp22,9 triliun)
Insentif Kartu Sembako (Rp4,6 triliun)
Tambahan Subsidi Bunga Perumahan (Rp1,5 triliun)
Relaksasi PPh 21 (Rp8,6 triliun)
Relaksasi PPh 22 Impor (Rp8,15 triliun)
Relaksasi PPh 25 Badan (Rp4,2 triliun)
Relaksasi Restitusi PPN (Rp1,97 triliun)
Stimulus Fiskal Jilid III
PERPPU No.1/2020(Rp430,4 triliun)
Stimulus Kesehatan (Rp75 triliun)
Social Safety Net (Rp110 triliun)
Dukungan Industri (Rp70,1 triliun)
Dukungan Industri melalui pembiayaan below the line (Rp150 triliun)
Penurunan tarif PPh 25 Badan dari 25% menjadi 22% untuk perusahaan tidak go-public dan 19% untuk perusahaan go-public
Bantuan iuran BPJS Rp3 triliunInsentif medis pusat Rp1,3 triliunInsentif medis daerah Rp4,6 triliunSantunan kematian Rp0,3 triliunBelanja penanganan kesehatan Rp65,8 triliun
Stimulus Kesehatan (Rp 75 triliun)
Tambahan penyaluran PKH Rp8,3 triliunTambahan Penerima insentif sembako Rp10,9 triliunTambahan anggaran pra kerja Rp10 triliunSubsidi listrik 450 & 900 VA Rp3,5 triliunTambahan subsidi bunga Rp1,5 triliunJaring pengaman sosial lainnya (TBD) Rp25 triliunPenyesuaian anggaran pendidikan Rp20 triliun
Social Safety Net (Rp 110 triliun)
Dukungan Industri (Rp70,1 triliun)
Sumber: Kementerian Keuangan
Prompt Manufacturing Index dan Realisasi Investasi-SKDU
Grafi k 2.4
54
52
50
48
46
44
42
14
12
10
8
6
4
2
0
% Indeks% SBT
Sumber: Bank Indonesia;*Perkiraan
2017 2018 2019 2020
I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2,6
4,745,6
48,8Investasi-SKDU
PMI-SKDU (Skala kanan)
Investasi diprakirakan melambat pada 2020 sejalan dengan melemahnya prospek ekspor barang dan jasa serta menurunnya aktivitas produksi akibat pembatasan sosial dalam rangka pencegahan penyebaran COVID-19. Perlambatan investasi terutama terjadi pada investasi nonbangunan, yang terdampak oleh menurunnya prospek ekspor barang dan jasa serta terganggunya rantai produksi. Sementara itu, pertumbuhan investasi bangunan diprakirakan tidak setinggi prakiraan semula seiring berkurangnya aktivitas konstruksi. Prakiraan perlambatan investasi tersebut sejalan dengan beberapa indikator, seperti Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dan Prompt Manufacturing Index (PMI) yang turun pada triwulan I 2020 (Grafik 2.4). Demikian pula, indikator dini investasi lainnya, yaitu penjualan semen dan impor barang modal, terkontraksi lebih dalam pada triwulan I 2020. Ke depan, investasi diprakirakan membaik pada 2021 sejalan dengan pemulihan aktivitas usaha serta ditopang oleh upaya Pemerintah untuk memperbaiki iklim investasi melalui RUU Cipta Kerja dan Perpajakan.
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter April 202012
% yoy
Komponen 2017 2018 20192018
I II III IV2019
I II III IV
Sumber: BPS
*) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Pengadaan Listrik dan Gas dan (ii) Pengadaan Air**) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Motor serta (ii) Penyediaan akomodasi dan***) Penggabungan 2 lap. usaha: (i) Transportasi dan Pergudangan serta (ii) Informasi dan Komunikasi****) Penggabungan 3 lap. usaha: (i) Jasa Keuangan, (ii) Real Estate dan (iii) Jasa Perusahaan *****) Penggabungan 4 lap. usaha: (i) Adm. Pemerintahan, Pertahanan, Jaminan Sosial Wajib, (ii) Jasa Pendidikan, (iii) Jasa Kesehatan dan Kegiatan lainnya dan (iv) Jasa Lainnya
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan PerikananPertambangan dan PenggalianIndustri PengolahanListrik, Gas, Air Bersih, dan Pengadaan Air *KonstruksiPerdagangan dan Penyediaan Akomodasi dan Mamin**Transportasi, Pergudangan, Informasi dan Komunikasi***Jasa Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan****Jasa-jasa Lainnya*****PDB
3,870,664,291,766,804,639,125,434,375,07
3,341,064,603,337,355,028,124,636,015,06
4,722,653,887,295,735,296,704,226,855,27
3,662,674,355,625,795,397,014,417,685,17
3,872,254,255,645,584,686,356,136,825,18
3,942,164,275,486,095,107,044,826,835,17
1,822,323,854,485,915,347,457,267,125,07
5,33-0,713,542,655,694,80,7936,038,415,05
3,122,344,143,835,654,618,096,946,435,02
4,260,943,665,965,794,658,758,045,454,97
3,641,223,804,245,764,848,067,076,815,02
Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan UsahaTabel 2.3
Sejalan dengan prospek ekspor yang turun, permintaan domestik yang melambat, serta adanya gangguan pada rantai pasokan akibat COVID-19 yang meluas, impor diprakirakan mengalami penurunan. Impor pada 2020 diprakirakan mengalami kontraksi dipengaruhi oleh melemahnya sisi permintaan untuk ekspor dan investasi. Kinerja impor juga tertekan lebih dalam dari sisi penawaran sebagai dampak gangguan pada rantai suplai global akibat meluasnya COVID-19. Hingga Maret 2020, penurunan impor terjadi pada seluruh kelompok barang, baik barang modal, bahan baku, maupun barang konsumsi (Grafik 2.5).
Dari sisi lapangan usaha (LU), pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 yang diprakirakan lebih rendah juga tercermin pada turunnya kinerja seluruh LU, dengan kinerja LU yang terkait dengan ekspor dan impor serta investasi mengalami tekanan lebih dalam (Tabel 2.3). LU pertambangan dan penggalian diprakirakan akan mengalami kontraksi, sedangkan LU pertanian tumbuh melambat. LU industri pengolahan juga tumbuh melambat seiring prospek ekspor yang turun dan melambatnya investasi. Sementara itu, kinerja LU yang terkait dengan konsumsi masih relatif baik, meskipun tidak setinggi prakiraan
40
30
20
10
0
-10
-20
-30
% yoy
Sumber: BPS, diolah
Total Impor-8,0
Barang Konsumsi
-6,1
Bahan Baku
-4,9
Barang Modal
-18,5
2017 2018 2019 2020 2019 2020
I II III IV I II III IV I II III IV I 7 8 9 10 11 12 1 2 3
Impor Nonmigas RiilGrafi k 2.5
semula. Pertumbuhan LU perdagangan dan penyediaan akomodasi serta makanan dan minuman serta LU transportasi dan komunikasi masih relatif baik meskipun melambat, didorong permintaan domestik. Sementara itu, LU konstruksi diprakirakan melambat sejalan dengan moderasi investasi. Aktivitas ekonomi yang diprakirakan melambat juga memengaruhi kinerja LU jasa keuangan dan jasa lainnya yang akan tumbuh melambat.
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter April 2020 13
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada 2020 diprakirakan tetap baik seiring dengan penurunan defisit neraca berjalan serta berangsur-angsur kembali masuknya aliran modal asing. Kondisi tersebut menunjukkan ketahanan eksternal ekonomi Indonesia yang tetap terjaga, di tengah kondisi ekonomi dunia yang kurang kondusif terdampak COVID-19 yang diwarnai dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi dan harga komoditas global, serta tingginya ketidakpastian pasar keuangan global. Bank Indonesia akan terus mencermati dinamika perekonomian dan pasar keuangan global yang dapat memengaruhi prospek NPI, seperti penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian global dan Indonesia dari waktu ke waktu.
Defisit transaksi berjalan diprakirakan akan rendah, dipengaruhi perbaikan di berbagai komponennya, terutama neraca perdagangan. Meskipun ekspor akan menurun sejalan dengan penurunan permintaan dan harga komoditas dunia, neraca perdagangan membaik dipengaruhi oleh penurunan impor yang lebih tinggi akibat menurunnya permintaan domestik dan berkurangnya kebutuhan input produksi untuk kegiatan ekspor. Defisit neraca jasa juga diprakirakan lebih rendah, didorong oleh penurunan devisa untuk biaya transportasi impor serta penurunan devisa pariwisata yang tidak setinggi yang diprakirakan. Defisit neraca pendapatan primer pun menurun sejalan dengan berkurangnya penurunan kepemilikan asing pada instrumen keuangan domestik. Secara keseluruhan, defisit transaksi berjalan di triwulan I-2020 diperkirakan akan lebih rendah dari 1,5% PDB.
Prospek Neraca Pembayaran Indonesia Tetap Baik
Neraca transaksi modal dan finansial diprakirakan tetap terjaga, ditopang oleh aliran modal asing yang diperkirakan akan berangsur-angsur kembali masuk ke pasar keuangan domestik sejalan dengan meredanya kepanikan pasar keuangan global dan membaiknya ekonomi domestik. Pada minggu pertama April 2020, aliran modal asing investasi portofolio masuk ke pasar keuangan domestik secara neto mencapai 315 juta dolar AS, menunjukkan pembalikan dari bulan Maret ketika aliran modal asing investasi portofolio tercatat keluar sebesar 10,16 miliar dolar AS (Grafik 2.6). Perkembangan ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap prospek pertumbuhan ekonomi domestik, termasuk kebijakan yang diambil pemerintah untuk memitigasi dampak COVID-19, serta didukung oleh masih menariknya imbal hasil aset keuangan domestik.
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter April 202014
Cadangan devisa lebih dari cukup untuk mendukung ketahanan eksternal. Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2020 tercatat sebesar 121,0 miliar dolar AS, lebih rendah dibandingkan dengan posisi pada akhir Februari 2020 sebesar 130,4 miliar dolar AS (Grafik 2.7). Posisi tersebut setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Perkembangan cadangan devisa pada Maret 2020 dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan keperluan stabilisasi nilai tukar Rupiah di tengah kondisi “extraordinary” karena kepanikan di pasar keuangan global dipicu pandemi COVID-19 secara cepat dan meluas ke seluruh dunia. Bank Indonesia berpandangan posisi cadangan devisa tersebut lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Nilai Tukar RupiahKembali Menguat
Nilai tukar Rupiah kembali menguat mulai minggu kedua April 2020 seiring meredanya kepanikan di pasar keuangan global. Pada 13 April 2020, nilai tukar Rupiah menguat 4,35% secara point to point dibandingkan dengan level pada akhir Maret 2020 (Grafik 2.8), meski masih tercatat depresiasi sekitar 11,18% dibandingkan dengan level pada akhir 2019. Penguatan Rupiah tersebut didorong oleh kembali meningkatnya aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik pasca ditempuhnya berbagai kebijakan ultra-akomodatif di banyak negara untuk memitigasi dampak penyebaran COVID-19, termasuk Indonesia. Perkembangan Rupiah yang kembali menguat juga didukung oleh berlanjutnya pasokan valas dari pelaku domestik sehingga dapat terus menopang stabilitas nilai tukar rupiah.
Miliar Dolar AS
-12-10-8-6-4-202468
Sumber: Bank Indonesia; *Minggu ke-1 April **Minggu ke-2 April, Data s.d. 9 April 2020
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 2 4*4**
2017 2018 2019 2020
Net Sektor Publik
Net Sektor Swasta
Liabilitas Investasi Portofolio
012345678910
0
30
60
90
120
150BulanMiliar Dolar AS
Sumber: Bank Indonesia
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
2017 2018 2019 2020
Cadangan DevisaBulan Impor dan Pembayaran Utang Pemerintah (Skala Kanan)
Aliran Modal AsingGrafi k 2.6 Cadangan DevisaGrafi k 2.7
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter April 2020 15
Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Negara PeersGrafi k 2.8
-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6PHP
KRWCNYJPYSGDMYREURINR
THBTRYIDR
BRLZAR
Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah, data s.d. 13 April 2020
%
April 2020 vs Maret 2020
Poin ke PoinRerata
0,25-0,41
-0,71-0,78
-0,84-1,23
-1,76-2,26-2,37
-5,71-6,27
-6,57-9,30
0,160,07
0,50-0,38
0,42-0,01
-0,81-1,07
0,17-2,27
4,351,91
-1,23
Penguatan Rupiah terjadi sejalan dengan kembali masuknya aliran modal asing akibat sentimen positif terhadap respons pemerintah menghadapi COVID-19 dan pasokan valas dari residen. Pada awal April 2020, aliran masuk modal asing kembali meningkat, terutama pada instrumen surat utang negara (SUN). Kondisi ini berbalik dari bulan sebelumnya, di mana nonresiden mencatatkan aliran keluar modal asing yang besar pada hampir seluruh jenis aset. Sementara itu, sampai dengan minggu kedua April 2020 (9 April 2020), pasar valas domestik secara neto memberikan pasokan valas (net supply), yang berasal dari residen di luar Pertamina dan PLN. Kondisi ini berbeda dari Maret 2020 di mana pasar valas domestik secara neto mencatatkan permintaan valas (net demand) yang tinggi seiring dengan ketidakpastian yang tinggi dan kepanikan yang terjadi di pasar keuangan global.
Pergerakan Rupiah diikuti volatilitas yang meningkat. Sampai dengan minggu kedua April 2020, volatilitas Rupiah tercatat sebesar 23,7%, meningkat dibandingkan dengan volatilitas pada tahun sebelumnya yaitu sebesar 7,0%. Kenaikan volatilitas Rupiah didorong oleh ketidakpastian yang masih tinggi pada pasar keuangan global akibat makin meluasnya COVID-19. Namun demikian, volatilitas Rupiah ini masih lebih rendah dibandingkan dengan mata uang peers lain, seperti BRL dan ZAR (Grafik 2.9).
Volatilitas Nilai Tukar RupiahGrafi k 2.9
Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah, data s.d. 13 April 2020
ZAR BRL TRY IDR THB PHP INR MYR 0
5
10
15
20
25
30
35%
18,117,0 16,0
7,0 5,4 6,4 6,24,7
28,7 28,5
18,0
23,7
3,75,9
14,4
5,1
15,99
2019 YTD 2020 Rerata YTD 2020
Bank Indonesia memandang bahwa level nilai tukar Rupiah saat ini memadai untuk mendukung penyesuaian perekonomian. Rupiah secara fundamental tercatat “undervalued” dan diprakirakan bergerak stabil dan cenderung menguat ke arah Rp15.000 per dolar AS pada akhir 2020. Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia akan terus meningkatkan intensitas intervensi di pasar Domestic Non Delivery Forward (DNDF), pasar spot, dan pembelian SBN dari pasar sekunder. Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus mengoptimalkan operasi moneter guna memastikan bekerjanya mekanisme pasar dan ketersediaan likuiditas baik di pasar uang maupun pasar valas.
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter April 202016
Inflasi tetap rendah sehingga mendukung stabilitas perekonomian. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Maret 2020 tercatat sebesar 0,10% (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan lalu sebesar 0,28% (mtm) (Grafik 2.10). Perkembangan ini dipengaruhi oleh inflasi inti yang tetap terjaga, serta inflasi kelompok volatile food dan administered prices yang mengalami deflasi. Secara tahunan, inflasi IHK tetap terkendali sebesar 2,96% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi Februari 2020 sebesar 2,98% (yoy). Ke depan, Bank Indonesia terus konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, untuk mengendalikan inflasi tetap rendah dan stabil dalam sasarannya sebesar 3,0%±1% pada 2020 dan 2021.
Inflasi inti secara umum tetap terkendali meskipun secara bulanan meningkat. Inflasi inti pada Maret 2020 tercatat sebesar 0,29% (mtm), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 0,14% (mtm). Peningkatan inflasi inti terutama disumbang oleh kenaikan harga emas perhiasan sejalan kenaikan harga emas dunia yang didorong peningkatan permintaan sebagai aset yang dianggap aman di periode ketidakpastian pasar keuangan global. Selain itu, peningkatan inflasi inti juga disebabkan oleh kenaikan harga bawang bombay dan gula pasir karena terkendalanya pasokan akibat keterlambatan
Infl asi Terjaga di Kisaran Sasaran
InflasiGrafi k 2.10
-0,38
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
5
4
3
2
1
0
-1
-2
-3
-4
% mtm
Sumber: BPS, diolah
IHK
Inti
Volatile FoodAdministered Prices
-0,19
0,100,29
2017 2018 2019 2020
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter April 2020 17
Sumber: BPS, diolah
Aceh 3,9Sumut 1,8Riau 2Sumbar 2,1Lampung 3,2
Kep. Riau 1,1Bengkulu 2,4Bkep. Babel 1,8Sumsel 3,2Jambi 2,6
SUMATERA KALIMANTANGorontalo 2,7Sulut 3Sulteng 2,8Sulbar 3,6Sulsel 2,5Sultra 0,9
SULAWESI
Maluku 1,5Maluku Utara 2,1Papua 1,2Papua Barat 2,4
MALUKU-PAPUABanten 2,9Jakarta 3,2Jawa Barat 3,9Jawa Tengah 3,2Jawa Timur 2,3Yogyakarta 2,9
Bali 3NTB 1,6NTT 2,2
BALI-NUSA TENGGARA
Kalbar 3,2Kalsel 2,8Kaltim 2,2Kalteng 2,2Kaltara 0,15
Inf ≥ 4%
3% ≤ Inf < 4%
2% ≤ Inf < 3%
Inf < 2%
JAWA
INFLASI NASIONAL MARET: 2,96% (yoy)
2,25 2,36 2,42
3,28 2,54 1,58
Peta Inflasi Daerah (%, yoy)Gambar 2.1
izin impor. Secara tahunan, inflasi inti tercatat 2,87% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi Februari 2020 sebesar 2,76% (yoy). Inflasi inti yang tetap terkendali tidak terlepas dari konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi tetap terjaga.
Kelompok administered prices kembali mencatat deflasi. Deflasi yang terjadi pada Maret 2020 tercatat sebesar 0,19% (mtm), lebih dalam dari deflasi bulan sebelumnya sebesar 0,11% (mtm). Perkembangan tersebut didorong oleh berlanjutnya koreksi tarif angkutan udara sejalan dengan menurunnya permintaan akibat berkurangnya mobilitas penduduk pasca merebaknya COVID-19. Sementara itu, inflasi aneka rokok meningkat sebagai dampak dari kenaikan cukai tembakau yang masih
tertransmisikan secara bertahap hingga bulan Maret 2020. Secara tahunan, kelompok administered prices mencatat inflasi sebesar 0,16% (yoy), lebih rendah dari realisasi inflasi bulan Februari 2020 sebesar 0,54% (yoy).
Inflasi kelompok volatile food (VF) pada Maret 2020 mengalami deflasi yang dipengaruhi oleh koreksi beberapa bahan pangan. Koreksi harga terjadi pada beberapa komoditas seperti aneka cabai, ikan segar, bawang putih, dan minyak goreng. Pasokan aneka cabai meningkat sejalan dengan masuknya musim panen di berbagai wilayah sentra produksi. Sementara itu, pasokan bawang putih meningkat seiring dengan mulai masuknya pasokan impor dari Tiongkok. Perkembangan ini menyebabkan inflasi kelompok VF mengalami
deflasi 0,38% (mtm), berbeda arah dibandingkan dengan bulan lalu yang mencatat inflasi sebesar 1,27% (mtm). Secara tahunan, inflasi kelompok VF pada bulan Maret 2020 tercatat 6,48%(yoy), lebih rendah dari inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 6,68% (yoy).
Inflasi IHK yang tetap rendah ditopang oleh terjaganya inflasi daerah. Inflasi di sebagian besar wilayah masih berada dalam rentang sasaran inflasi nasional 2020, dengan Kalimantan Utara menjadi wilayah dengan inflasi terendah (Gambar 2.1). Sementara itu, beberapa wilayah mencatat inflasi lebih tinggi seperti Jawa Barat dan Aceh. Inflasi Jawa Barat (3,9%) dan Aceh (3,9%) masih cukup tinggi akibat kenaikan harga pada komoditas bawang bombay dan gula pasir untuk Jawa Barat serta aneka ikan dan emas perhiasan untuk Aceh.
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter April 202018
Transmisi pelonggaran kebijakan moneter tetap berjalan baik, didukung oleh kecukupan likuiditas perbankan yang memadai. Transmisi suku bunga ke pasar uang berjalan cukup baik. Suku bunga pasar uang antar bank (PUAB) O/N telah turun sebesar 150 bps menjadi 4,34% selama periode pelonggaran kebijakan moneter (Grafik 2.11). Suku bunga JIBOR tenor 1 minggu telah turun sebesar 166 bps menjadi 4,58% sejak akhir Juni 2019, sebelum penurunan BI7DRR pada Juli 2019. Sementara itu, transmisi ke suku bunga perbankan juga berlanjut. Sejak akhir Juni 2019, rerata tertimbang suku bunga deposito tercatat sebesar 6,16% atau turun 67 bps pada Februari 2020, sedangkan suku bunga kredit modal kerja turun 36 bps menjadi 10,07% (Grafik 2.12).
Transmisi jalur suku bunga yang berjalan baik didukung oleh respons Bank Indonesia dalam menjaga kecukupan likuiditas perbankan. Sejauh ini pada 2020, Bank Indonesia telah melakukan injeksi likuiditas ke pasar uang dan perbankan hampir Rp300 triliun. Injeksi likuiditas dilakukan melalui berbagai kebijakan, seperti (i) pembelian SBN dari pasar sekunder sebesar Rp166 triliun, (ii) penyediaan likuiditas kepada perbankan lebih dari Rp56 triliun melalui mekanisme term-repo dengan underlying SBN yang dimiliki perbankan, (iii) penurunan kembali Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah sebesar 50 bps yang berlaku efektif 1 April 2020, yang menambah
Suku Bunga Kebijakan BI dan PUAB O/NGrafi k 2.11
Suku Bunga Deposito dan Kredit PerbankanGrafi k 2.12
8,25
7,75
7,25
6,75
6,25
5,75
5,25
4,75
4,25
3,75
%
Sumber: Bank Indonesia
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 31
20172016 2018 2019 2020
BI Rate
Suku Bunga PUAB O/N
BI 7-Day RR (Setelah19/08/16)DF Rate
LF Rate
5,00
4,25
5,75
Sumber: Bank Indonesia
%
20172016 2018 2019 2020
RRT Suku Bunga KreditSuku Bunga KK
Suku Bunga KMK
Suku Bunga KI
8
9
10
11
12
13
14
15
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 2
likuiditas sekitar Rp22 triliun, setelah sebelumnya telah dilakukan penurunan GWM pada 2019 dan awal 2020 yang menambah likuiditas sekitar Rp53 triliun, dan (iv) penurunkan GWM valas sebesar 4% untuk menambah likuiditas valas perbankan sekitar 3,2 miliar dolar AS. Respons kebijakan ini kemudian dapat menjaga kecukupan likuiditas di pasar uang dan perbankan tetap memadai, tercermin pada rerata harian volume PUAB Maret 2020 yang tetap tinggi sebesar Rp12,8 triliun serta rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tetap besar yakni 22,81% pada Februari 2020. Ke depan, Bank Indonesia akan terus memastikan kecukupan likuiditas dan meningkatkan efisiensi di pasar uang, sehingga dapat memperkuat transmisi bauran kebijakan yang akomodatif. Bank Indonesia meyakini peningkatan stimulus fiskal Pemerintah dewasa ini akan makin memperkuat efektivitas transmisi kebijakan injeksi likuiditas yang ditempuh Bank Indonesia kepada sektor riil.
Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga di tengah penyebaran COVID-19, meskipun fungsi intermediasi perbankan terus menjadi perhatian Stabilitas sistem keuangan terjaga tercermin dari rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan pada Februari 2020 yang tetap tinggi, yakni 22,27%, dan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) yang tetap rendah, yakni 2,79% (gross) atau
Stabilitas Sistem Keuangan Terjaga, Intermediasi Menjadi Perhatian
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter April 2020 19
1,04% (net). Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat meningkat dari 6,80% (yoy) pada Januari 2020 menjadi 7,77% (yoy) pada Februari 2020. Sementara itu, pertumbuhan kredit masih belum kuat tercermin dari angka pertumbuhan kredit pada Februari 2020 sebesar 5,93% (yoy), yang sedikit menurun dari 6,10% (yoy) pada Januari 2020. Pertumbuhan kredit yang masih lemah satu sisi dipengaruhi oleh permintaan kredit yang belum kuat sejalan optimisme korporasi yang melemah, terdampak prospek pertumbuhan ekonomi domestik dan global yang semakin rendah. Di sisi lain, perkembangan kredit juga dipengaruhi oleh respons selektif dan berhati-hati perbankan dalam menyalurkan kredit untuk menghindari risiko yang lebih dalam pada periode tingginya ketidakpastian global. Pertumbuhan kredit berdasarkan sektor masih belum kuat, kecuali kredit ke sektor pengangkutan dan telekomunikasi, listrik, konstruksi, dan jasa sosial yang masih tumbuh tinggi. Demikian pula halnya dengan penyaluran kredit ke sebagian besar wilayah Indonesia juga terlihat belum tumbuh kuat. Ke depan, Bank Indonesia berkomitmen untuk terus berkoordinasi dengan Pemerintah, OJK, dan LPS untuk mencegah penurunan ekonomi lebih lanjut serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Dalam rangka memitigasi dampak COVID-19, koordinasi antara Bank Indonesia, Pemerintah, dan OJK terkait pelonggaran likuiditas, stimulus fiskal, dan relaksasi pengaturan kredit perbankan akan terus diperkuat untuk mendukung pemulihan ekonomi, baik UMKM maupun dunia usaha.
Kekhawatiran terhadap makin meluasnya penyebaran COVID-19 berdampak pada kinerja pasar keuangan domestik. Pada Maret 2020, yield SBN mengalami kenaikan yang merata di seluruh tenor. Yield SBN seri benchmark 10 tahun meningkat sebesar 96 bps ke level 7,91% (Grafik 2.13). Kenaikan juga terjadi pada yield obligasi korporasi peringkat AAA yang secara rerata meningkat sebesar 119 bps ke level 8,21%. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga terkoreksi 16,8% (mtm), melanjutkan koreksi pada bulan sebelumnya, terutama dipengaruhi oleh masih tingginya ketidakpastian pasar
Yield Obligasi Pemerintah (SBN) Tenor 10 TahunGrafi k 2.13
109876543210
Rp Triliun%
Sumber: Bloomberg
Net Jual/Beli Asing(Skala kanan)
0
-150
-120
-90
-60
-30
30
60
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
Yield SBN 10 Tahun
2017 2018 2019 2020
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter April 202020
keuangan global seiring makin meluasnya penyebaran COVID-19. Kondisi ini sejalan dengan perkembangan pasar saham dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang (Grafik 2.14). Aksi sell-off yang terus berlanjut dan semakin meningkat dipicu oleh kekhawatiran dampak COVID-19 yang semakin besar ke perekonomian. Secara sektoral, kinerja saham di seluruh sektor terkoreksi cukup dalam, terutama sektor-sektor yang memiliki keterkaitan erat dengan kinerja eksternal, yaitu sektor industri pengolahan dan keuangan.
Pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang beredar dalam arti luas (M2) pada Februari 2020 bergerak sejalan dengan pola pertumbuhan ekonomi. Posisi M2 pada Februari 2020 tercatat Rp6.116,5 triliun atau tumbuh 7,9% (yoy) (Grafik 2.15), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan Januari 2020 sebesar 7,1% (yoy). Berdasarkan faktor yang memengaruhinya, peningkatan tersebut didorong oleh akselerasi peningkatan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat. Sementara itu, pertumbuhan aktiva luar negeri bersih pada Februari 2020 sebesar 9,9% (yoy), relatif stabil dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya. Berdasarkan komponennya, pertumbuhan M2 ditopang oleh kenaikan seluruh komponen, baik komponen uang beredar dalam arti sempit (M1), uang kuasi, maupun surat berharga selain saham. Uang beredar dalam arti sempit (M1) meningkat, terutama disebabkan oleh pertumbuhan uang kartal dan giro rupiah.
Kelancaran sistem pembayaran, baik tunai maupun nontunai, tetap terjaga. Posisi Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) per Maret 2020 tumbuh 7,53% (yoy), lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebagai antisipasi peningkatan kebutuhan uang tunai di periode penanggulangan COVID-19. Sementara itu, transaksi nontunai menggunakan ATM, Kartu Debit, Kartu Kredit, dan Uang Elektronik pada Februari 2020 terlihat menurun sejalan perlambatan aktivitas ekonomi. Namun demikian, pembayaran masyarakat menggunakan transaksi digital pada Maret 2020 diprakirakan meningkat sejalan kenaikan kebutuhan transaksi ekonomi dan keuangan digital (EKD) di periode pembatasan mobilitas masyarakat. Bank Indonesia mengapresiasi berbagai upaya pelaku EKD untuk mendorong penggunaan pembayaran nontunai, termasuk mendukung program pemerintah dalam menyalurkan dana bantuan sosial melalui pembayaran nontunai. Upaya yang ditempuh pelaku EKD ini tidak hanya mendukung akitivitas ekonomi sehari-hari tetapi juga meningkatkan efisiensi perekonomian. Ke depan, Bank Indonesia bersama Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) akan terus memperkuat transformasi digital untuk ekonomi Indonesia melalui penerapan Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025, termasuk peningkatan akseptasi QRIS secara meluas di merchant UMKM dan pasar tradisional, lembaga pendidikan, lembaga sosial dan tempat ibadah.
Uang BeredarGrafi k 2.15
Sumber: Bank Indonesia
20181614121086420
% yoy
20172016 2018 2019 2020
7,858,54M2
M1
Uang Kuasi7,50
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 2
Pertumbuhan Indeks Pasar Saham Beberapa Negara (mtm)Grafi k 2.14
-16,8-13,7-13,8
-4,5-8,9
-9,7-10,5
-17,6-24,9
-16,0-23,1
-21,6
-30 -20 -15-25 -10 -5 0
IndonesiaAmerika Serikat
InggrisTiongkokMalaysia
Hong KongJepang
SingapuraVietnamThailand
IndiaFilipina
% mtmSumber: Bloomberg, BEI
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter April 2020 21
Respons KebijakanBank Indonesia
B A B I I I
Sebagai langkah lanjutan untuk memperkuat stabilitas moneter dan pasar keuangan bersama Kemenko Perekonomian, Kemenkeu, OJK, dan LPS, pada tanggal 1 April 2020, Bank Indonesia menyampaikan dukungan penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No.1 Tahun 2020 tanggal 31 Maret sebagai relaksasi perundangan dalam memitigasi dampak COVID-19 yang merupakan langkah antisipatif bersama Pemerintah, OJK, dan LPS. Dalam penanganan dampak COVID-19 diperlukan extraordinary measure, kebijakan yang belum diatur atau kebijakan yang melebihi kewenangan yang telah diatur sebelumnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, Bank Indonesia menegaskan kewenangan Bank Indonesia yang diatur di dalam Perpu No.1 Tahun 2020, sebagai berikut:
a. Perluasan kewenangan bagi Bank Indonesia untuk dapat membeli SUN/SBSN jangka panjang di pasar perdana untuk membantu Pemerintah membiayai penanganan dampak penyebaran COVID-19 terhadap stabilitas sistem keuangan.
b. Pembelian SBN di pasar perdana dilakukan dalam hal pasar tidak bisa menyerap seluruh SBN yang diterbitkan Pemerintah, peran Bank Indonesia sebagai “last resort”. Ketentuan lebih lanjut akan diatur bersama antara Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia, dengan mempertimbangkan antara lain: kondisi pasar keuangan dan dampaknya terhadap inflasi.
c. Sebagai langkah antisipatif, Bank Indonesia membeli repo surat berharga yang dimiliki LPS untuk biaya penanganan permasalahan solvabilitas bank sistemik dan bank selain bank sistemik.
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter April 202022
d. Pengaturan pengelolaan lalu lintas devisa bagi Penduduk Indonesia. Penggunaan devisa bagi penduduk termasuk ketentuan mengenai penyerahan, repatriasi, dan konversi devisa dalam rangka menjaga kestabilan makroekonomi dan sistem keuangan. Terkait hal ini dapat disampaikan sebagai berikut:
1) Bank Indonesia menegaskan bahwa hal ini bukan merupakan kebijakan kontrol devisa, namun merupakan kebijakan pengelolaan devisa yang diberlakukan hanya bagi penduduk (tidak berlaku bagi non-penduduk/investor asing). Investasi asing dalam bentuk portfolio dan Penanaman Modal Asing (PMA) masih dibutuhkan bagi ekonomi Indonesia sehingga kebijakan lalu lintas devisa bebas bagi investor asing tetap berlaku.
2) Pengaturan devisa bagi penduduk tersebut masih konsisten dengan prinsip pengeloaan makroekonomi secara prudent yang berlaku secara internasional, khususnya dalam kondisi ekonomi dalam tekanan seperti akibat pandemi COVID-19.
Selanjutnya, Bank Indonesia pada 13-14 April 2020 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 4,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 3,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 5,25%. Keputusan ini mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas eksternal di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang saat ini masih relatif tinggi, meskipun Bank Indonesia tetap melihat adanya ruang penurunan suku bunga dengan rendahnya tekanan inflasi dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi.
1. Untuk stabilisasi dan penguatan nilai tukar Rupiah, Bank Indonesia meningkatkan intensitas kebi-jakan triple intervention baik melalui spot, Domestic Non-deliverable Forward (DNDF), maupun pembe-lian SBN dari pasar sekunder
2. Untuk mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional dari dampak COVID-19, Bank Indonesia akan meningkatkan pelonggaran moneter melalui instrumen kuantitas (quantitative easing):
a. Ekspansi operasi moneter melalui penyediaan term-repo kepada bank-bank dan korporasi dengan transaksi underlying SUN/SBSN dengan tenor sampai dengan 1 (satu) tahun.
b. Menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah masing-masing sebesar 200 bps untuk Bank Umum Konvensional dan 50 bps untuk Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah, mulai berlaku 1 Mei 2020 (Tabel 3.1).
c. Tidak memberlakukan kewajiban tambahan Giro untuk pemenuhan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) baik terhadap Bank Umum Konvensional maupun Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah untuk periode 1 (satu) tahun, mulai berlaku 1 Mei 2020.
No Pengaturan
1 200 bps untuk Bank Umum Konvensional yang TIDAK mendapatkan kelonggaran GWM Harian dalam rangka kebijakan makroprudensial untuk mendukung ekspor-impor dan UMKM yang telah diberlakukan per 1 April 2020, sehingga menjadi 3,5% dengan pemenuhan secara harian sebesar 0,5% dan secara rata-rata sebesar 3%
50 bps untuk Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang TIDAK mendapatkan kelonggaran GWM Harian dalam rangka kebijakan makroprudensial untuk mendukung ekspor-impor dan UMKM yang telah diberlakukan per 1 April 2020, sehingga menjadi 3,5% dengan pemenuhan secara harian sebesar 0,5% dan secara rata-rata sebesar 3%.
200 bps untuk Bank Umum Konvensional yang mendapatkan kelonggaran GWM Harian dalam rangka kebijakan makroprudensial untuk mendukung ekspor-impor dan UMKM yang telah diberlakukan per 1 April 2020, sehingga menjadi 3,0% dengan pemenuhan secara harian sebesar 0% dan secara rata-rata sebesar 3%
50 bps untuk Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang mendapatkan kelonggaran GWM Harian dalam rangka kebijakan makroprudensial untuk mendukung ekspor-impor dan UMKM yang telah diberlakukan per 1 April 2020, sehingga menjadi 3,0% dengan secara harian sebesar 0% dan secara rata-rata sebesar 3%
2
3
4
Kebijakan penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) efektif 1 Mei 2020
Tabel 3.1
Untuk memperkuat manajemen likuiditas perbankan dan sehubungan dengan penurunan GWM Rupiah tersebut, Bank Indonesia menaikkan Rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) sebesar 200 bps untuk Bank Umum Konvensional dan sebesar 50 bps untuk Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah, mulai berlaku 1 Mei 2020 (Tabel 3.2). Kenaikan PLM tersebut wajib dipenuhi melalui pembelian SUN/SBSN yang akan diterbitkan oleh Pemerintah di pasar perdana.
3.
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter April 2020 23
Kebijakan Peningkatan Rasio PLM efektif 1 Mei 2020Tabel 3.2 Kebijakan pelonggaran kartu kredit efektif 1 Mei 2020Tabel 3.3
Bauran kebijakan Bank Indonesia tersebut merupakan bagian dari sinergi kebijakan yang terkoordinasi sangat erat dengan Pemerintah maupun melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) serta otoritas terkait untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta dalam upaya pemulihan ekonomi nasional dari dampak COVID-19. Bank Indonesia akan terus mencermati dinamika perekonomian dan pasar keuangan global serta penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta mengambil langkah-langkah kebijakan lanjutan yang diperlukan secara terkoordinasi yang erat dengan Pemerintah dan KSSK untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta pemulihan ekonomi nasional.
Untuk semakin memperluas penggunaan transaksi pembayaran secara nontunai dalam memitigasi dampak COVID-19, Bank Indonesia meningkatkan berbagai instrumen kebijakan sistem pembayaran sebagai berikut:
a. Mendukung program Pemerintah dalam percepatan penyaluran program-program bantuan sosial secara nontunai kepada masyarakat bersama PJSP melalui akselerasi elektronifikasi penyaluran program-program sosial pemerintah baik Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), Kartu Prakerja, dan Kartu Indonesia Pintar (KIP).
b. Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat bersama PJSP agar lebih banyak menggunakan transaksi pembayaran non-tunai baik melalui digital banking, uang elektronik, dan perluasan akseptasi QRIS.
c. Melonggarkan kebijakan kartu kredit terk ait dengan penurunan batas maksimum suku bunga, nilai pembayaran minimum, dan besaran denda keterlambatan pembayaran serta mendukung kebijakan penerbit kartu kredit untuk memperpanjang jangka waktu pembayaran bagi nasabah (Tabel 3.3).
4.
*Seluruh PLM dapat dijadikan underlying transaction untuk Repodari bank ke Bank Indonesia.
Peningkatan rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) Bank Umum Konven sional
Peningkatan rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) Bank Umum Syariah (BUS/UUS)
4% dari DPK dalam Rupiah
4% dari DPK dalam Rupiah
6% dari DPK dalam Rupiah
4,5% dari DPK dalam Rupiah
No Pengaturan Sebelum Sesudah
1
2
Penurunan batas maksimum suku bunga
Penurunan sementara nilai pembayaran minimum
Penurunan sementara besaran denda keterlambatan pembayaran
Mendukung kebijakan penerbit kartu kredit untuk memperpanjang jangka waktu pembayaran bagi nasabah yang terdampak COVID-19
2,25% per bulan 2 % per bulan
No Pengaturan Sebelum SesudahWaktu
Pemberlakuan
1
2
3
4
1 Mei 2020
1 Mei 2020 sampai dengan 31 Desember 2020
5%10%
1 Mei 2020 sampai dengan 31 Desember 2020
3% atau maksimal Rp150.000,-
1% atau maksimal Rp100.000,-
1 Mei 2020 sampai dengan 31 Desember 2020
Mekanisme menjadi diskresi masing-masing Penerbit Kartu Kredit
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter April 202024
Pandemi COVID-19 yang Meluas Meningkatkan Risiko Resesi Global
Sumber: IMF WEO April 2020
1086420-2-4-6-8
1980
1982
1984
1986
1988
1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2020
% yoy
Negara Maju
DuniaNegara Berkembang
Sumber: Department of Labor, Bloomberg
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
1000
800
600
400
200
0
Ribu Jiwa
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
Initial Claims
661
6635 20 Mar: 3,3 jt27 Mar: 6,8 jt
4 Apr: 6,6 jt
Ribu Jiwa
Continuing Claims 20 Mar: 3,1 jt27 Mar: 7,5 jt
4 Apr: -
300
250
200
150
100
50
0
-50
Ribu Kontrak
Sumber: Bloomberg, data s.d. 9 April 2020
1800
1700
1600
1500
1400
1300
1200
2019 2020
USD/Toz
9 10 11 125 6 7 81 2 3 4 1 2 3 4
Emas (Skala kanan)
Managed Money Mov. Avg. 5
Industrial Production (yoy)
GFC COVID-19Fixed Asset Investment (ytd, yoy)
Retail Sales (yoy)
Ekspor (yoy, Skala kanan)
Sumber: Bloomberg, diolah
6050403020100-10-20-30-40
605040302010
0-10-20-30
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
%%
Sumber: CEIC
115
110
105
100
95
90
85
2015 2016 2017 2018 201931 5 7 9 11 31 5 7 9 11 31 5 7 9 11 31 5 7 9 11 31 5 7 9 11 1 3
Indeks
2020
Italia
Prancis
Jerman
Sumber: Bloomberg; data s.d. 14 April 2020
2500
2000
1500
1000
500
0
60
50
40
30
20
10
0
IndeksIndeks
20152014 2016 2017 2018 201931 5 7 9 117 9 11 31 5 7 9 11 31 5 7 9 11 31 5 7 9 11 31 5 7 9 11 1 4
2020
VIX
EPU Trade (Skala kanan)
EPU AS (Skala kanan)
41,2
382,4
202,2
PDB berisiko resesi pada 2020 dan pulih pada 2021
Ekonomi AS diprakirakan mengalami resesi…
Tren kenaikan harga emas tertahan …
COVID-19 menekan perekonomian Tiongkok…
Keyakinan bisnis di Eropa menurun signifikan
Ketidakpastian pasar keuangan AS mereda…
Perekonomian Dunia
Klaim Pengangguran di AS
Harga Emas Global
Indikator Ekonomi Tiongkok
Keyakinan Bisnis Eropa
Ketidakpastian Pasar Keuangan Global
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter April 2020 25
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2020 Terdampak Meluasnya COVID-19
50
40
30
20
10
0
-10
-20
% yoy
Sumber: BPS, diolah
I II III IV I II III IV I III III IV 7 8 9 1 2 310 11 122017 2018 2019 2020 20202019
TotalManufaktur
Pertambangan
Pertanian
4,2 5,6
-5,2
9,1
403020100-10-20-30-40-50
%
Sumber: Bank Indonesia
I II III IV I II III IV I II III IV
2016
2017
2018
2019
2017 2018 2019
-3,1Total-1,4
Makanan, Minuman & Tembakau
-4,7Peralatan Informasi dan
Komunikasi
3,8
Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya
-19,6
Sandang
Sumber: Bank Indonesia
I II III IV I II III IV I II III IV I 7 8 9 10 11 12 1 2 32017 2018 2019 2020 2019 2020
117,7
Pengeluaran Rp2-5 juta 111,1
Pengeluaran Rp1-2 juta
118,5
Pengeluaran >Rp5 juta
118,1
140
130
120
110
100
90
80
Indeks
Optim
isPe
simis
Optim
isPe
simis
40
30
20
10
0
-10
-20
-30
% yoy
Sumber: Bank Indonesia, ASI
I II III IV I II III IV I III III IV 7 8 9 1 2 310 11 122017 2018 2019 2020 20202019
-18,5Impor Barang Modal
-3,7
Penjualan Semen
3
2
1
0
-1
-2
% yoy
Sumber: BPS, diolah
1,3
-0,9Nilai Tukar Petani
Upah Buruh Tani (riil)
I II III IV I II III IV I III III IV 7 8 9 1 2 310 11 122017 2018 2019 2020 20202019
Sumber: Bank Indonesia
40
30
20
10
0
-10
-20
-30
-40
% Kontribusi, % yoy
I II III IV I III III IV 7 8 9 1 2 310 11 122018 2019 2020 20202019
-1,61 Barang Konsumsi
-11,62
Bahan Baku-4,03
Barang Modal-17,25
Total
COVID-19 berdampak melalui jalur perdagangan…
Konsumsi rumah tangga tumbuh melambat …
... dan menurunnya keyakinan pelaku ekonomi
...dan mendorong pelemahan investasi...
...seiring penurunan pendapatan...
Impor terkontraksi, antara lain impor dari Tiongkok
Indeks Harga Ekspor Nonmigas
Penjualan eceran
Indeks Keyakinan Konsumen
Impor Barang Modal dan Penjualan Semen
Nilai Tukar Petani (NTP) dan Upah Buruh Tani
Pertumbuhan Impor dari Tiongkok
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter April 202026
Stabilitas Eksternal Tetap Terjaga
Neraca Keseluruhan
Transaksi Modal dan Finansial
Transaksi Berjalan
20
15
10
5
0
-5
-10
-15
%
Sumber: Bank Indonesia; *angka sementara **angka sangat sementara
I II III IV I II III IV I* II* III* IV**2017 2018 2019
20
15
10
5
0
-5
-10
%
Sumber: Bank Indonesia; *angka sementara **angka sangat sementara
I II III IV I II III IV I* II* III* IV**2017 2018 2019
Transaksi Modal dan Finansial
Investasi Lainnya
Investasi Langsung
Investasi Portofolio
%
Sumber: Reuters, data sampai dengan 13 April 2020
1 3 4 3 42 5 6 7 98 10 11 12 1 22019 2020
13.500
14.000
14.500
15.000
15.500
16.000
16.500
17.000
13.688
16.310
14.207
14.141
14.381
14.220 14.031
14.232
14.100 14.113 14.065
14.006
13.71413.767
14.13414.254
14.120 14.06414.219
Rerata Bulanan
Kurs Harian
Rerata Triwulanan
4
2
0
-2
-4
-6
-8
86420
-2-4-6-8
-10-12-14
% PDBMiliar Dolar AS
Sumber: Bank Indonesia; *angka sementara **angka sangat sementara
I II III IV I II III IV I* II* III* IV**2017 2018 2019
Neraca Pendapatan Sekunder
Neraca Perdagangan Neraca Jasa
Transaksi BerjalanTransaksi Pendapatan Primer De�sit TB/PDB (%) Skala kanan
4
3
2
1
0
-1
-2
-3
%
Sumber: BPS, diolah
2 6 84 10 12 2 6 84 10 12 2 6 84 10 12 1 32017 2018 2019 2020
Nonmigas
Migas
Neraca Perdagangan (Total)
Sumber: Reuters, Bloomberg, data sampai dengan 31 Maret 2020%
Maret 2020 vs Februari 2020
-10-12-14-16 -8 -6 -4 -2 0 2 4
Poin ke PoinRerata
2,341,50
-0,23-0,30
-1,81-2,03-2,35
-3,09-3,93
-4,29-9,30
-9,74-10,91
0,330,05
0,40-1,28-2,03
-0,33-3,88
-2,46- 4,46
-5,57-12,03-12,20
-14,10
JPYEURPHPCNYSGD
KRWTHB
MYRINRTRYIDR
ZARBRL
Prospek NPI 2020 diprakirakan tetap baik...
…potensi kembali masuknya aliran modal asing
Nilai Tukar Rupiah mulai menguat...
Defisit transaksi berjalan yang membaik…
Neraca perdagangan meningkat…
… membalik dari tren pelemahan sebelumnya
Neraca Pembayaran Indonesia
Transaksi Modal dan Finansial
Pergerakan Nilai Tukar
Transaksi Berjalan
Neraca Perdagangan
Apresiasi/Depresiasi Negara Peers Bulanan
Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter April 2020 27
Inflasi Maret 2020 Tetap Rendah Terkendali
4,54,03,53,02,52,01,51,00,50
% yoy
Sumber: BPS, diolah
2 6 84 10 12 2 6 84 10 12 2 6 84 10 12 1 32017 2018 2019 2020
Inti
Inti Traded
3,262,87
2,61
Inti Nontraded
14121086420-2-4
5
4
3
2
1
0
-1
% yoy% mtm
Sumber: BPS, diolah
2 6 84 10 12 2 6 84 10 12 2 6 84 10 121 32017 2018 2019 2020
Administered Prices (yoy, Skala Kanan)
0,16
-0,11
Administered Prices (mtm)
Sumber: BPS, diolah
In�asi
Rokok Putih
Rokok Kretek Filter
De�asi
Angkutan Udara
1,47
0,42
-6,54
0,01
0,01
-0,06
Komoditas In�asi/De�asi(% mtm)
Sumbangan(%)
% yoy
Sumber: Consensus Forecast
1 2 32020
6 7 81 2 3 4 5 10 11 1292020
Ekspektasi In�asi 2019
Ekspektasi In�asi 2020
3,203,30
3,0
3,5
4,0
4,5
Ekspektasi In�asi 2021
Volatile Food (yoy, Skala Kanan)
Volatile Food (mtm)
876543210-1-2
4
3
2
1
0
-1
-2
-3
-4
% yoy% mtm
Sumber: BPS, diolah
2 6 84 10 12 2 6 84 10 12 2 6 84 10 12 1 32017 2018 2019 2020
6,48
-0,38
Sumber: BPS, diolah
In�asi
Telur Ayam Ras
Kangkung
Jeruk
Anggur
Bayam
Bawang Merah
De�asi
Cabai Merah
Cabai Rawit
Bawang Putih
Minyak Goreng
4,25
8,61
3,41
7,45
5,20
1,42
-16,58
-17,84
-3,98
-0,68
0,03
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
-0,09
-0,04
-0,01
-0,01
Komoditas In�asi/De�asi(% mtm)
Sumbangan(%)
Inflasi inti terkendali...
Kelompok administered prices mencatat deflasi... ... dipengaruhi penurunan tarif angkutan udara
Sejalan dengan ekspektasi inflasi yang terjaga...
Inflasi volatile food melambat..
…terutama didorong oleh inflasi aneka cabai
Inflasi Inti Traded vs Non-Traded
Inflasi Administered Prices (AP) Penyumbang Inflasi/Deflasi AP
Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast
Inflasi Volatile Food
Penyumbang Inflasi/Deflasi Komoditas Volatile Food
Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter April 202028
Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) Terjaga, Intermediasi Perbankan Menjadi Perhatian
2524232221201918171615
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Sumber: Bank Indonesia
% Rp Ribu Triliun
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
CAR22,74
Modal (Skala kanan)
ATMR (Skala kanan)
Sumber: Bank Indonesia
NPL < 2%
3% ≤ NPL < 4%2% ≤ NPL < 3%
4% ≤ NPL < 5%
NPL ≥ 5%
SUMATERA KALIMANTAN SULAWESI
MALUKU-PAPUAJAWA BALI-NUSRA
Aceh 2,1Sumut 3,8Riau 2,0
Sumbar 3,0Lampung 2,6Kepri 5,7
Bengkulu 1,9Kep.Babel 5,3Sumsel 2,4Jambi 3,7
Kalbar 1,5Kalsel 3,2Kaltim 3,4
Kalteng 1,6Kaltara 1,4
Gorontalo 2,4Sulut 3,4Sulteng 2,2
Sulbar 2,3Sulsel 5,5Sultra 2,3
Banten 2,1DKI Jakarta 1,9Jawa Barat 3,1
Jawa Tengah 4,8Jawa Timur 3,4DI Yogyakarta 3,8
Bali 3,9NTB 1,2NTT 2,1
Maluku 2,8Maluku Utara 1,0Papua 2,3Papua Barat 1,8
Sumber: Bank Indonesia
SektorNPL Gross (%)
2017 2018 2020Jan Δ NPL
Jan’19 Jan’20Δ YTD (Rp T) Share
(%)2016
Nominal NPL
Perdagangan
Lain-lain(konsumsi RT)
Industri
Pengangkutan &Telekomunikasi
Konstruksi
Pertanian
Jasa Dunia Usaha
Jasa Sosial
Pertambangan
Listrik
Total
4,10
1,59
2,70
3,74
3,67
1,41
1,63
1,86
6,18
1,08
2,59
3,79
1,55
2,53
2,68
3,14
1,33
1,52
1,41
4,66
1,33
2,37
3,66
1,60
3,88
1,64
3,55
1,66
1,43
1,50
3,58
0,89
2,53
4,14
1,74
4,21
1,72
3,82
1,88
1,71
1,65
3,55
0,92
2,77
0,48
0,14
0,32
0,08
0,27
0,22
0,28
0,15
-0,03
-0,02
0,24
-0,28
2,13
0,99
-1,72
-1,98
1,17
0,57
-0,39
-0,51
-0,10
-0,13
1,77
2,24
13,48
-1,06
2,47
1,52
0,65
0,27
-1,52
-0,24
19,58
29,55
17,87
24,67
2,76
8,77
4,70
5,67
1,70
3,12
1,18
100,00
20181614121086420
% yoy
Sumber: BPS, diolah
2018 2019201720163 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 26 9 12
2015 2020
10,29
3,41
5,936,09
Kredit Konsumsi
Kredit InvestasiKredit Modal Kerja
Total Kredit
Sumber: Bank Indonesia
SUMATERA KALIMANTAN SULAWESI
MALUKU-PAPUAJAWA BALI-NUSRA
Aceh 3,67Sumut 5,69Riau 3,77
Sumbar 5,28Lampung 3,93Kepri 3,67
Bengkulu 9,77Kep.Babel 4,46Sumsel 3,02Jambi 6,85
Kalbar 7,36Kalsel 6,54Kaltim 16,88
Kalteng 12,95Kaltara 6,00
Gorontalo 21,46Sulut 0,77Sulteng 8,25
Sulbar 11,77Sulsel 5,13Sultra 10,45
Banten 2,60DKI Jakarta 4,85Jawa Barat 6,34
Jawa Tengah 7,28Jawa Timur 4,43DI Yogyakarta -0,20
Bali 7,02NTB 14,28NTT 11,59
Maluku 10,99Maluku Utara 11,75Papua 8,43Papua Barat 14,40
Kredit ≥ 15%
10% ≤ Kredit < 15%
5% ≤ Kredit < 10%
Kredit < 0
0% ≤ Kredit < 5%
Rasio kecukupan modal tinggi…
NPL di hampir seluruh wilayah terjaga..
Secara sektoral, kredit belum kuat…
Rasio kredit bermasalah tetap terjaga...
Namun, pertumbuhan kredit masih belum kuat…
Penyaluran kredit di banyak wilayah belum kuat …
Capital Adequacy Ratio (CAR)
NPL berdasarkan Wilayah
Penyaluran Kredit berdasarkan Sektor
NPL per Sektor Ekonomi
Pertumbuhan Kredit berdasarkan Penggunaan
Pertumbuhan Kredit berdasarkan Wilayah
Jan’19 Jan’20Perdagangan 3,73
6,132,61
15,21
13,835,116,15
13,933,35
11,996,10
84,33130,8290,57
34,10
60,2635,7951,2317,7024,4425,07
554,31
36,3990,0522,71
32,28
42,4618,5129,1419,264,34
21,06316,20
19,7228,3516,21
4,44
6,356,929,142,862,433,58
100,00
Lain-lain (konsumsi RT)IndustriPengangkutan &TelekomunikasiKonstruksiPertanianJasa Dunia UsahaJasa SosialPertambanganListrik
Total
5,2010,295,42
6,31
20,5712,057,96
24,05-10,077,888,24
9,4010,309,10
19,00
22,0811,6712,9813,1521,3916,4611,75
3,735,803,63
13,63
14,614,635,3714,01-2,6116,496,08
SektorPertumbuhan YOY (%) Nominal Kredit Jan’20
20182020Jan
2019∆ YOY (Rp T) Share 2017 Des-19(%)
Sumber: Bank Indonesia