Upload
danghanh
View
224
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IV
PENGUJIAN DAN ANALISA
4.1 Pengujian
Pengujian merupakan suatu langkah yang dilakukan untuk mengetahui
apakah alat yang dibuat telah bekerja dengan baik sesuai dengan yang diharapkan
atau belum. Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat hasil pengujian untuk
kemudian dianalisa agar dapat diketahui kekurangan dari kinerja alat yang dibuat
tersebut, pengujian dilakukan dengan dua tahap, yaitu pengujian dengan simulasi
software komputer antara software XG5000 dengan XP-Builder lalu pengujian
simulasi dengan menggunakan hardware PLC secara langsung.
4.1.1 Pengujian Sistem Dengan simulasi Software
Dalam melakukan pengujian simulasi secara software yaitu dengan
menjalankan kedua program (software) bersamaan. Adapun langkah langkah
pengujian dengan simulasi software sebagai berikut :
1. Menjalankan program simulasi software XG5000 terlebih dahulu dengan
mengklik tombol start/stop simulasi pada toolbar software XG5000 dan
klik run PLC , seperti pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Icon Start/ Stop Simulator
2. Melakukan setting software HMI Touchscreen XP-Builder pada menu
common-project property setting-XGT panel setting dan centang tanda
54
“use XG 5000 simulator”-klik ok dan jalankan simulasi XP-Builder seperti
pada gambar 4.2 :
Gambar 4.2 Setting XP-Builder simulator
3. Melakukan input data pada software simulasi XP-Builder seperti gambar
4.3.
Gambar 4.3 Memasukkan Input Data
55
4. Melakukan pencarian pada mode searching seperti gambar 4.4.
Gambar 4.4 Pencarian Data
5. Melihat data apakah telah tersimpan atau belum di list screen
Gambar 4.5 List Screen barang yang telah disimpan
4.1.1.1 Hasil Pengujian Dan Analisa Simulasi
Pada pengujian data dengan software XG5000 dengan XP-Builder dengan
memasukkan data ABCD-180180180-DA1C pada lemari AA-1-1-1 yang berarti
nama barang adalah ABCD dengan dimensi PxLxT (180X180X180) dengan jenis 56
barang DA1C pada lemari AA kolom 1 baris 1 dan tempat penyimpanan 1 , maka
data yang terkirim pada PLC berupa angka sebagai berikut :
1. ABCD data PLC berupa angka
Gambar 4.6 Tampilan Data PLC untuk Input ABCD-180180180-DA1C
Dari data yang didapat berdasarkan data yang dimasukkan , maka didapat data
pengujian pada table berikut :
Tabel 4.1 Tabel Tampilan Data HMI dan PLC
Data masukan HMI Data PLC
ABCD 1145258561
180180180 180180180
DA1C 843268673
Berdasarkan data yang diperoleh pada table maka dapat diketahui bahwa
data yang yang dikirim oleh HMI berdasarkan pengaturan adalah data sebesar 32
bit untuk masing-masing data, pada data ABCD, maka didapat hasil data
57
1145258561, data tersebut berupa data unsign decimal, yang jika dikonversi
kedalam biner, maka data tersebut menjadi
1000100010000110100001001000001.
Berdasarkan data biner tersebut, maka kita dapat konversi dengan
mengabil masing masing jadi 4 bit, jadi bilangan hexadecimal seperti table
berikut:
Tabel 4.2 Tampilan Konversi Data bit ke hexa dan ke ASCII
Biner Hexadecimal ASCII
0001 1 41 A
0100 4
0010 2 42 B
0100 4
0011 3 43 C
0100 4
0100 4 44 D
0100 4
Agar data pada table 4.2 dapat diterjemahkan pada kode ASCII, maka dibutuhkan
konversi angka angka tersebut kedalam kode ASCII pada table 4.3 berikut :
58
Tabel 4.3 Tabel ASCII
Berdasarkan data konversi diatas, dan melihat table ASCII, maka didapat
data ABCD, sehingga dapat disimpulkan untuk data berupa huruf, maka data yang
dikirim HMI adalah berupa karakter data ASCII.
2. Data angka pada PLC
Tabel 4.4 Tabel Data Angka
Tampilan HMI Data PLC
180180180 180180180
250250250 250250250
Data angka yang dikirim oleh HMI pada PLC , pada monitoring PLC,
maka data tersebut tetap berupa angka, yaitu tetap berupa data 180180180, hal
tersebut dikarenakan data yang dikirim ke PLC sudah berupa bilangan
59
unsigndecimal sebesar 32 bit, itu berarti data yang dikirim maksimal adalah
4294967295. Jadi jika data berupa angka yang dikirim berupa angka melebihi data
tersebut, maka data akan menjadi 0, karena jika data yang dikirim sebesar
4294967296 atau berarti lebih besar satu dari data maksimum, maka bit 33 akan
bernilai 1 , sehingga mengakibatkan bit 0-32 menjadi 0 hingga mengakibatkan
data akan menjadi kacau. Hal ini tidak akan terjadi pada system searching dan
data logging ini, karena pada system telah diproteksi dengan jumlah digit angka
maksimal yang dikirim adalah 9 digit, jadi dengan mengirim data maksimal ke
system berupa angka 999999999, jika dikonversi menjadi bit, maka data yang
didapat adalah 0011-1011-1001-1010-1100-1001-1111-1111 .Sehingga bit
maksimum yang mungkin digunakan Cuma 30 bit, sehinggga dengan demikian
system aman dari kesalahan alokasi bit memori dari HMI ke PLC.
Begitu juga dengan data 250250250, maka data yang dikirim ke PLC
adalah data angka berupa 250250250, hal ini dikarenakan agar terjadi
penghematan pemakaian bit memori, karena jika data juga dikirim berupa ASCII,
maka bit yang dibutuhkan akan lebih besar, sebab satu angka akan memakai 8-bit
data.
3. Data gabungan angka dan huruf pada PLC
Tabel 4.5 Tabel Data Angka
Display
HMI
Data PLC Data biner ASCII
DA1C 843268673 110010010000110100001001000001 DA1C
60
Berdasarkan data yang didapat untuk jenis data angka dan huruf, maka
untuk data yang dikirim oleh HMI pada PLC berupa data DA1C , maka pada
system PLC didapatkan data berupa konversi huruf dan angka menjadi data angka
saja pada PLC. Data yang didapat adalah data sebesar 843268673. Dengan cara
yang sama pada data berupa huruf, karena paket data (angka dan huruf) akan
dikirim berupa kode data ASCII.
4. Pemilihan alokasi memori penyimpanan
Untuk menentukan lokasi penyimpanan data pada masing masing lemari
dengan ukuran matrix yang berbeda-beda, maka terdapat rumus penyimpanan
sesuai matrik lemari. Dimana untuk setiap lemari dibagi menjadi kolom dan baris
seperti pada gambar 4.5
Gambar 4.7 Data ukuran lemari Xx7
Pada gambar 4.5 dapat dilihat bahwa data 7 berarti data baris, jika lemari
berukuran 4x7 (AA dan AN) maka data angka 7 akan dikirim ke variable size.
Vaariabel size tersebut nantinya akan menjadi pengali untuk matematika alokasi
memori penyimpanan seperti gambar 4.5 berikut :
61
Gambar 4.8 Matematika maatrik lokasi memori penyimpanan data
Berdasarkan program (matematika matrix lemari) pada gambar 4.6 maka
dapat dilihat bahwa matrik penyimpanan dibagi berdasarkan ukuran matrik
lemari. Dengan demikian berarti terdapat kelompok penyimpanan data pada
memori berdasarkan ukuran lemari yaitu :
62
1. Lokasi penyimpanan 1 : lemari dengan matrix 3x7 (lemari AA dan AN )
pada lokasi memori ini, data pertama (data array karena data telah
dikeompokkan menjadi 5 array( satu array berukuran 2 word data), yaitu
data nama barang, ukuran barang,jenis barang, lokasi barang, dan jumlah
barang). Dengan data yang disimpan adalah 5 array, maka untuk
menyimpan satu jenis barang pada slot lemari, maka disimpan 5 array data
yang dimulai dari 0 array . Dengan menggunakan rumus matematika
matrix seperti program pada gambar 4.6 dan 4.7 maka dapat dicari untuk
lokasi penyimpanan AA.1.1.1 maka harus didapat lokasi array 0, yaitu
dengan rumus :
((((Row-1)*(7x15))+((Coloum-1)*15)+(place-1))*5)
Dengan row=1 dan kolom=1 dan place =1 maka dengan rumus matrik
lokasi memori dapat dicari sebagai berikut :
((((1-1)x(7x15))+((1-1)+(1-1))x5)
=((0x105)+(0+0)x5)
=((0+0)x5)=0
Jadi dengan rumus tersebut tepat didapat alamat array 0. Sedangkan untuk
menyimpan Barang pada lemari AA.1.1. pada slot 2, maka harus
didapatkan alamat array (karena 1 kali penyimpanan membutuhkan 5
array, maka untuk slot selanjutnya adalah 5 karena data pertama sebesar 5
array dari 0-4). Dengan menggunakan rumus yang sama seperti diatas
maka dapat dicari data memori sebagai berikut :
((((1-1)x(7x15))+((1-1)+(2-1))x5)
=((0x105)+(0+1)x5)
63
=((0+1)x5)
=1x5=5
Jadi terbukti dengan rumus matrik lokasi penyimpanan ini dapat pada array ke
ke 6 (array 5).
2. Lokasi penyimpanan 2 : lemari dengan matrix 4x7 (lemari AB sampai
AM ) .
3. Lokasi penyimpanan 3 : lemari dengan matrix 5x4 (lemari AO sampai AZ
) untuk lokasi penyimpanan ini yang berbeda adalah data ukuran baris
lemari yang harus dimasukkan angka 4 ke variable data size.
4. Lokasi penyimpanan 4 : lemari dengan matrix 3x4 (lemari BA sampai BB
) untuk lokasi penyimpanan ini yang berbeda adalah data ukuran baris
lemari yang harus dimasukkan angka 3 ke variable data size.
5. Lokasi penyimpanan 5 : lemari dengan matrix 4x3 (lemari BC sampai BO
) untuk lokasi penyimpanan ini yang berbeda adalah data ukuran baris
lemari yang harus dimasukkan angka 3 ke variable data size.
6. Lokasi penyimpanan 6 : lemari dengan matrix 3x2 (lemari CA ) untuk
lokasi penyimpanan ini yang berbeda adalah data ukuran baris lemari yang
harus dimasukkan angka 2 ke variable data size
7. Lokasi penyimpanan 7 : lemari dengan matrix 3x4 (lemari CB ) untuk
lokasi penyimpanan ini yang berbeda adalah data ukuran baris lemari yang
harus dimasukkan angka 4 ke variable data size
8. Lokasi penyimpanan 8 : lemari dengan matrix 4x2 (lemari DA sampai
DL) untuk lokasi penyimpanan ini yang berbeda adalah data ukuran baris
lemari yang harus dimasukkan angka 2 ke variable data size
64
Berdasarkan lokasi data penyimpanan tersebut, maka untuk
mempersingkat waktu pencarian lokasi lemari penyimpanan dibagi menjadi 20
bagian matrik lokasi memori yaitu AA dan AN, AB-AM ( dibagi menjadi 4
matrik masing –masing),AO-AZ( dibagi menjadi 4 matrik masing-masing),BA-
BB, BC-BO ( dibagi 4 matrik masing-masing), CA, CB, DA-DL( dibagi 4 matrik
masing-masing). Pembagian matrik tersebut bertujuan untuk mempersingkat
waktu pencarian, karena jika alokasi data terlalu besar, waktu scan dalam proses
pencarian akan sangat panjang, karena untuk melakukan 1 kali scan data
dibutuhkan waktu 200ms.
4.1.2 Pengujian Sistem Dengan simulasi Hardware
Pengujian hardware dilakukan untuk mencek system secara keseluruhan
dapat berjalan sebagai mana mestinya ( berjalan sesuai dengan keinginan).
Pengujian system secara hardware terutama dilakukan untuk mencek apakah
memory retain berfungsi dengan baik atau tidak, memory retain itu sendiri yaitu
memori yang dapat menyimpan data dalam jangka waktu lama walaupun system
tidak diberi tegangan. Dalam pengujian hardware ini terbagi menjadi 3 bagian
utama pengujian sebagai berikut :
1. Pengujian memori retain
Pengujian memori retain dilakukan dengan menyimpan data pada pada
salah satu alamat dan kemudian mematikan system secara keseluruhan.
Berdasarkan pengujian dengan menyimpan data ABCD-180180180-DA1C yang
disimpan pada matrik lemari AA.1.1 pada slot 1 dan kemudian setelah data
tersimpan , system secara keseluruhan dimatikan selama 1 menit, dan kemudian
setelah satu menit, system kembali dihidupkan dan data tetap ada pada memori
65
retain. Data yang tetap tersimpan pada memori retain tetap tersimpan walaupun
power di matikan , tetap ada karena memori retain mendapatkankan power(catu
daya) dari batrai CMOS yang terdapat di dalam PLC, sehingga walaupun tidak
diberi tegangan , maka memori akan tetap menyimpan data yang telah disimpan.
2. Pengujian waktu pencarian
Pengujian waktu pencarian dilakukan dengan memasukkan data pada dua
lokasi berbeda, yaitu pada memori arrai pertama dan memori array terakhir pata
matrik terpanjang, yaitu lemari AB,AC dan AD dengan ukuran 4x7 dengan lokasi
array awal 0-4 dan lokasi array terakhir 6295-6299 atau berarti ada 1260 kali scan
untuk sampai pada scanning alamat terakhir.
Dengan program yang dirancang melakukan scan 20ms/scan, maka secara
teoritis untuk melakukan 1260 kali scan, maka dibutuhkan waktu 1260x20ms =
25200 ms atau25,2 detik untuk pencarian waktu terlama. Dalam pengujian dengan
hardware, didapat untuk mencari data pada alamat tersebut waktu yang
dibutuhkan sebesar 25,35 detik dengan menggunakan stopwatch yang terdapat
pada aplikasi telepon genggam. Berdasarkan data diatas terdapat perbedaan waktu
pencarian yaitu antara 25,20 dan 25,35 atau dengan margin error sebesar 0,15
detik. Hal tersebut mungkin disebabkan karena kedsalahan yang menggunakan
stopwatch, karena ada jeda antara waktuberhentinya stopwatch dengan saat
menekan tombol stop watch, Atau karena system dari PLC dan HMI itu sendiri,
tapi dengan perbedaan yang tidak terlalu jauh tersebut, maka system secara garis
besar berfungsi dengan baik.
66
3. Pengujian output indicator
Tabel 4.6 Tabel Pengujian output
Hasil Pencarian Lemari Output PLC
AA Output PLC 0
AB Output PLC 1
AC Output PLC 2
AD Output PLC 3
AE Output PLC 4
AF Output PLC 5
AG Output PLC 6
Pengujian output PLC sebagai indicator dilakukan dengan melakukan
searching data dan kemudian melihat apakah output PLC ada dalam kondisi ON
atau tidak. Pada pengujian ini dilakukan dengan melakukan pencarian nama
barang ABCD-180-180180-DA1C pada alamat AA.1.1 slot 1 . dengan program
yang dirancang alamat AA dengan output indicator pada alamat %IX0.1.0 maka
output relay pada base 0 slot 1 dan bit 0 akan menyala (kondisi ON) setelah
dilakukan percobaan, maka output tersebut menyala dan lampu indicator juga
menyala. Sehingga dengan demikian semua system berjalan sesuai dengan yang
diinginkan. Begitu juga untuk pencarian data yang terdapat pada lemari AB, AC
dan lainya sehingga output PLC aktif.
67
4.1.3 Pengujian Sistem Secara Keseluruhan
Tabel 4.7 Tabel Pengujian Sistim Secara Keseluruhan
Data Status
Memori
Retain
Saving
Status
Searching
Status
List
Status
ABCD-180180180-DA1C OK OK OK OK
AFGH-250250250-WS12 OK OK OK OK
Dari pengujian secara keseluruhan aplikasi searching dan data logging dengan
menggunakan PLC XGI dengan interface XGT-TTA 50 maka system bekerja
secara keseluruhan, dimana data bisa disimpan dan sistim pencarian berjalan
sebagaimana mestinya, serta data dapat dilihat pada screen list dan memori retain
dapat bekerja dengan baik dimana system secara keseluruhan dimatikan ( di shut
down) maka setelah system dinyalakan kembali , maka data yang telah disimpan
pada memori tetap tersimpan dan dapat disimpulkan memori retain juga bekerja
dengan baik.
4.1.4 Perbandingan Sistem Dengan Input Manual Dan Input Otomatis
Dengan Barcode
Sesuai aplikasinya yaitu aplikasi data logging, maka metoda penginputan
ada dua macam, yaitu dengan menggunakan barcode atau input manual user.
Karena system bekerja dimana barang yang diambil jumlahnya tidak ditentukan
( sesuai keinginan user) maka system yang lebih efisien adalah system yang
diinput manual, karena jika menggunakan barcode, maka akan memakan waktu
yang banyak karena jika di scan satu per satu, maka jika jumlah barang yang
68
disimpan lebih dari 1000, maka waktu yang akan digunakan untuk input barang
akan lebih lama, dan jika dalam pengambilan barang jumlahnya sesuai keinginan
user, maka kemungkinan kekacauan data pada database semakin tinggi, karena
barcode akan menscan data yang diambil satu persatu maupun paketan, jika data
yang diambil dengan system paket, maka jika jumlah yang diambil kurang dari
paket, maka sisa barang dari paket akan menjadi barang yang tak teridentifikasi
pada system penyimpanan ini.
Lain halnya jika suatu system penyimpanan dimana barang yang disimpan
berupa paketan, maka menggunakan barcode akan lebih efisien.
69