Upload
doduong
View
246
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
PENGUKURAN DENGAN MENGGUNAKANTHEODOLITH
I. TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI
1. ARTI DAN TUJUAN ILMU UKUR TANAH
Ilmu ukur tanah adalah ilmu yang berhubungan dengan bentuk muka
bumi (Topografi), artinya ilmu yang bertujuan menggambarkan bentuk
topografi muka bumi dalam suatu peta dengan segala sesuatu yang ada pada
permukaan bumi seperti kota, jalan, sungai, bangunan, dll. Dengan skala
tertentu. Sehingga dengan mempelajari peta kita dapat mengetahui jarak,
arah, dan posisi tempat yang kita inginkan.
Tujuan mempelajari Ilmu Ukur Tanah :
a. Membuat peta
b. Menentukan elevasi dan arah
c. Mengontrol elevasi dan arah,
d. Dan lain-lain
2. DIMENSI – DIMENSI YANG DAPAT DI UKUR
a.Jarak : Adalah garis hubung terpendek antara 2 titik yang dapat
diukur dengan menggunakan alat ukur, misalnya : mistar,
pita ukur, theodolith, waterpass, dan lain-lain.
b.Sudut : Adalah besaran antara 2 arah yang bertemu pada satu titik
(untuk menentukan azimuth dan arah).
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 1
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
c.Ketinggian : Adalah jarak tegak diatas atau dibarah bidang refiners
yang dapat diukur dengan waterpass dan rambu ukur.
3. PRINSIP DASAR PENGUKURAN
Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin saja terjadi, maka
tugas pengukuran harus didasarkan pada prinsip pengukuran yaitu :
1. Perlu adanya pengecekan terpisah
2. Tidak ada kesalahan-kesalahan dalam pengukuran.
4. PETA DAN JENIS – JENIS PETA
Peta adalah proyeksi vertikal sebagian permukaan bumi pada suatu bidang
mendatar dengan skala tertentu.
Oleh karena permukaan bumi melengkung dan kertas peta itu rata, maka
tidak ada bagian dari muka bumi yang dapat digambarkan tanpa
penyimpangan dari bentuk aslinya, namun demikian untuk areal yang kecil
permukaan bumi dapat dianggap sebagai bidang datar, karena itu peta yang
dibuat dengan proyeksi vertikal dapat dianggap benar (tanpa ada kesalahan).
Bentuk penyajian itu disebut :
1. Peta, jika skalanya kecil
2. Plan, jika skalanya besar
Jenis – jenis Peta :
Untuk Tujuan Teknis :
1.Peta Topografi untuk perencanaan
2.Peta Top Dam untuk keperluan perang
3.Peta Atlas untuk Ilmu Bumi di SD, SLTP, SLTA.
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 2
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
Untuk Tujuan Non Teknis :
1. Peta pariwisata / perjalanan
2. Peta masalah sosial : kependudukan, daerah kumuh, dll.
Sebuah peta topografi yang baik terdiri dari bagian-bagian yaitu :
1. Rangka peta terdiri polygon
2. Situasi / detail
3. Garis ketinggian
4. Titik kontrol tetap
Rangka Peta
Rangka peta merupakan bagian yang paling menentukan kualitas sebuah
peta topografi karena tidak mungkin membuat peta yang teliti tanpa
membuat kerangka peta lebih dahulu.
Pembuatan rangka peta meliputi :
A. Pengukuran Poligon
1. Pengukuran Poligon
Pengukuran poligon dimaksud menghitung koordinat, ketinggian
tiap-tiap titik polygon untuk itu kita mengadakan pengukuran sudut
dan jarak dengan mengikatkan pada suatu titik tetap seperti titik
triangulasi, jembatan dan lain-lain yang sudah diketahui koordinat
dan ketinggiannya.
a). Pengukuran Sudut dan Jarak
Sudut diukur dengan alat ukur theodolith dengan mengarahkan
teropong pada arah tertentu, dan kita akan memperoleh
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 3
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
pembacaan tertentu pada plat lingkaran horizontal alat tersebut.
Dengan bidikan ke arah lainnya, selisih pembacaan kedua dan
pertama merupakan sudut dari kedua arah tersebut.
Jarak dapat diukur dengan rol meter, EDM atau secara optis
dengan theodolith seperti di bawah ini :
BA = Benang Atas
BT = Benang Tengah
BB = Benang Bawah
= Pembacaan sudut vertikal
Jarak miring (d) = (BA – BB) . 100
Jarak datar (d) = d . sin = sudut lereng
b). Menghitung Sudut Datar dan Koreksi
Setelah sudut datar dijumlah dari semua titik yang didapat dari
hasil pengukuran akan terjadi kesalahan, maka dengan itu harus
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 4
BB
BA
BT
A Q
A
arah 2
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
dikoreksi sesuai dengan banyaknya titik pengukuran. Bila sudut-
sudut yang diukur berupa segi banyak (poligon) maka :
Jumlah sudut = (2n – 4) x 90 untuk pengukuran berlawanan
dengan jarum jam (sudut dalam).
= (2n + 4) x 90 untuk pengukuran searah
dengan arah jarum jam (sudut luar)
Toleransi sudut = 40 n detik
dimana n = banyaknya sudut
Poligon Tertutup
Pada poligon ini titik awal dan titik akhir merupakan satu yang
sama
Bila pengukuran sudut tidak sesuai dengan rumus diatas maka
harus diratakan sehingga memenuhi syarat diatas.
Poligon Tertutup antara 2 titik yang diketahui.
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 5
Ro
Poligon terdahulu
azimuth diketahui
Poligon baru
azimuthdiketahui
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
Pengukuran di mulai dari titik AB dimana azimuth AB diketahui
dan terakhir di titik CD azimuth sebagai kontrol : azimuth CD
yang hasil perhitungan harus sama dengan azimuth CD yang
diketahui, toleransinya 30 n menit. Di sini juga harus
dilakukan perataan bila tidak memenuhi ketentuan diatas.
c). Menghitung Azimuth
Untuk menghitung azimuth tiap-tiap garis penghubung haruslah
ditentukan lebih dahulu azimuth awalnya. Penentuan azimuth
awal dapat dilakukan dengan cara magnetis (kompas) atau
pengamatan matahari.
A-B adalah azimuth awalAzimuth B-C adalah azimuth A-B + C - 180 dan azimuth C-
D adalah azimuth B-C + C - 180 dan seterusnya dimana
adalah sudut datar dari masing- masing titik.
d). Menghitung Koordinat
Setelah azimuth dab jarak datar telah dihitung, maka kita dapat
menghitung koordinat titik-titik poligon. Perhitungan dimulai
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 6
u u u
ABA C
A
DA
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
dengan mencari selisih koordinat ( X dan Y ). Dengan
rumus
d . sin untuk X
d . cos untuk Y
dimana d = jarak datar
= azimuth
Perhitungan dari dimulai dari titik awal yang sudah diketahui
koordinatnya kemudian ditambah atau dikurangi dengan selisih
koordinat terkoreksi.
e). Menghitung koreksi koordinat
Untuk poligon tertutup X dan Y harus tidak melebihi
dari toleransi pengukuran dengan rumus
Koreksi untuk absis setiap titik adalah :
- Xi Xi = K1 Xi K1 =
X
Koreksi untuk absis setiap titik adalah :
- Yi Yi = K1 Yi K1 =
Y
a). Mengukur beda tinggi
Jika menggunakan Waterpass, beda tinggi = pembacaan
belakang – pembacaan muka, jika menggunakan Theodolith,
beda tinggi ( h) = d. cos dimana d adalah jarak miring
sedangkan sudut lereng (sudut vertikal).
b). Koreksi beda tinggi
Untuk poligon tertutup h = 0, jika h tidak sama dengan
0 maka besarnya kesalahan harus dibagikan ke masing-masing
titik.
Untuk Poligon terbuka :
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 7
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
h = E2 – E1, dimana :
E2 = elevasi titik terhadap E2
E1 = elevasi titik terhadap E1,
II. TUJUAN INSTRUKSI UMUM
1. Mahasiswa dapat mengenal dan mempergunakan pesawat Theodolith.
2. Mahasiswa dapat melakukan pembidikan yang lebih teliti dalam pengukuran.
III. TUJUAN INSTRUKSI KHUSUS
IV. PERALATAN
1. Pesawat Theodolith
2. Statik
3. Rambu Ukur
4. Kompas
5. Baterai (bagi pesawat Theodolith Digital)
6. Unting-unting
7. Patok Kayu
8. Meteran
9. Alat Tulis - Menulis
V. PETUNJUK UMUM
1. Pelajari lembar kerja ini baik-baik.
2. Ingat betul-betul nama setiap bagian sekrup-sekrup pengatur/penyetel dan fungsinya.
3. Perhatikan baik-baik tempat dan cara membaca skala lingkaran baik Horizontal
maupun Vertikal, karena setiap pesawat mempunyai spesifikasi sendiri-sendiri.
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 8
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
4. Jangan memutar-mutar sekrup pengatur sebelum tahu benar fungsinya.
5. Dalam membuka dan mengunci sekrup-sekrup pengatur jangan terlalu longgar
dan terlalu kencang.
6. Kalau masih ragu di harapkan bertanya pada Instruktur.
VI. LANGKAH KERJA
A. MENGENAL BAGIAN – BAGIAN PESAWAT
1. Pasang pesawat di atas statik
2. Perhatikan dengan seksama bagian demi bagian dari pesawat tersebut dan
sesuaikan dengan spesifikasinya untuk mengingat-ingat nama dari bagian
tersebut.
3. Ikuti penjelasan Instruktur.
4. Contoh spesifikasi suatu pesawat lihat Gbr. 8 – 1
B. MENYETEL PESAWAT DAN MEMERIKSA SUMBU I
1. Tempatkan nivo sejajar dengan dua sekrup penyetel A & B, (lihat gbr. 8-2a)
dan dengan dua sekrup penyetel ini gelembung nivo ditempatkan de tengah
– tengah.
2. Putar nivo 180 dengan sumbu I sebagai sumbu putar.
a. Bila gelembung tetap di tengah –tengah pekerjaan di lanjutkan ke
langkah 4.
b Bila gelembung tetap di tengah –tengah lagi, coba ulangi dulu dari
langkah kesatu, dan bila beberapa kali diulangi ternyata gelembung
tidak juga di tengah –tengah setelah nivo diputar 180, maka kembalikan
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 9
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
gelembung setengahnya lagi dengan sekrup koreksi nivo dan
setengahnya lagi dengan sekrup penyetel A & B.
3. Ulangi pekerjaan sedemikian rupa hingga gelembung tetap di tengah-tengah
sebelum dan sesudah nivo diputar 180 dengan sumbu I sebagai sumbu
putar.
4. Putar nivo 90 dengan sumbu I sebagai sumbu putar dan gelembung nivo
ditengahkan dengan memutar sekrup penyetel C, maka sumbu I tegak lurus
pada dua garis jurusan yang mendatar dan akan letak vertikal.
5. Ulangi pekerjaan hingga bila nivo di putar ke semua jurusan gelembung
tetap di tengah-tengah.
Bila ada nivo lain yang biasanya dipasang pada kaki penyangga sumbu II (nivo
B) dan tegak lurus terhadap nivo yang terletak di atas alhidade horizontal (nivo
A) maka langkah pekerjaan sebagai berikut :
1. Tempatkan nivo A sejajar dengan sekrup A & B dan nivo B dengan
sendirinya ke arah sekrup penyetel C (lihat gbr. 8-2b)
2. Tempatkan gelembung kedua nivo di tengah –tengah dengan sekrup
penyetel A, B, & C.
3. Putar nivo 180 dengan sumbu I sebagai sumbu putar. Bila gelembung
kedua nivo tetap di tengah-tengah berarti pesawat sudah baik (sumbu satu
telah vertikal).
4. Bila gelembung nivo pindah dari tengah-tengah, coba ulangi lagi dari
langkah ke satu. Dan bila beberapa kali diulangi gelembung tidak juga
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 10
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
ditengah-tengah, setengahnya dengan sekrup koreksi nivo masing-masing,
maka sumbu I akan tegak lurus pada garis arah kedua nivo.
5. Kembalikan gelembung setengahnya lagi, nivo A dengan sekrup penyetel
A & B dan nivo B dengan sekrup penyetel C.
6. Ulangi pekerjaan, sehingga pada semua jurusan gelembung nivo selalu di
tengah – tengah yang berarti sumbu I telah vertikal.
C. MEMERIKSA SUMBU II SUMBU I DAN GARIS BIDIK SUMBU II
1. Tempatkan dan steel pesawat 5 m di muka suatu dinding (tembok) yang
terang. Sumbu I di anggap sudah baik.
2. Dengan garis bidik mendatar dan kira-kira tegak lurus pada dinding di buat
suatu titik T pada dinding yang berimpit dengan titik potong dua benang
diafragma.
3. Dengan menggunakan unting-unting, pada dinding dibuat titik P vertikal di
atas T yang tingginya dua kali titik T (tinggi titik T = tinggi sumbu II) dan
titik Q vertikal di bawah titik T dan letak dikaki dinding.
4. Pada titik P & Q dipasang kertas milimeter atau kertas skala mendatar
sedemikian rupa hingga titik nol skala berimpit dengan titik P & Q.
5. Bidik teropong ke titik T, putar teropong ke atas ( ke arah titik P) dan ke
bawah (ke arah titik Q) dengan sumbu II sebagai sumbu putar, maka akan
didapat 4 macam kemungkinan.
5. a. Sewaktu teropong di bidik ke titik P garis bidik (perpotongan benang
silang) akan berimpit dengan titik P dan sewaktu teropong dibidik ke titik
Q garis bidik akan berimpit dengan titik Q (lihat gbr. 8-3a). Maka dalam
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 11
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
hal ini pesawat sudah baik (sumbu II sumbu I dan garis bidik sumbu
II).
5. b. Sewaktu teropong di bidik ke titik P, garis bidik akan menunjuk ke A
(sebelah kiri atau kanan P) dan sewaktu di bidik ke titik Q garis bidik
akan menunjuk ke B yang bersebelahan dengan titik A dan PA = QB =
x . Jalannya garis bidik adalah ATB (lihat gbr . 8-3b).
5. b.1. Bidikan teropong ke titik A
b.2. Dengan sekrup koreksi sumbu II, garis bidik di geser hingga berimpit
dengan titik P
b.3 Ulangi pekerjaan hingga bila teropong di putar ke atas dan ke bawah,
garis bidik akan melukiskan P.T.Q.
5. c. Sewaktu teropong dibidik ke titik P, garis bidik akan menunjuk ke titik C
sebelah kiri atau kanan titik P (lihat gbr. 8-3c) dan sewaktu teropong di
bidik ke titik Q, garis bidik akan menunjuk ke titik D yang berada pada
belahan yang sama dengan titik C. PC = QD = Y
Maka dalam hal ini terdapat kesalahan garis bidik tidak tegak lurus
sumbu II, tapi sumbu II telah sumbu I.
5.c.1. Bidik teropong ke titik C
c.2. Dengan sekrup koreksi diafragma, garis bidik di geser hingga berimpit
dengan titik P.
c.3. Ulangi pekerjaan hingga bila teropong di putar dari atas ke bawah atau
sebaliknya garis bidik akan melukiskan PTQ
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 12
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
5.d. Sewaktu teropong dibidik ke titik P, garis bidik akan menunjuk ke titik
G sebelah kanan atau kiri titik P (lihat gbr. 8-3d) dan sewaktu teropong
dibidik ke titik Q garis bidik akan menunjuk ke titik H, sebelah kanan
atau kiri titik Q. Tapi PQ = a QH = b. Maka hal ini menunjukkan
adanya kesalahan kombinasi, yaitu sumbu II tidak tegak lurus sumbu I
dan garis bidik tidak tegak lurus sumbu II.
5.d.1. Hitung besarnya x & y .
a = x + y x = 1/2 (a – b)
b = x – y y = 1/2 (a + b)
d.2. Bidik teropong ke skala atas (titik G).
d.3. Putarlah sekrup koreksi sumbu II sedemikian rupa hingga pembacaan
skala = Y (Y = pengaruh tidak tegak lurusnya garis bidik terhadap
sumbu II)
d.4. Ulangi pekerjaan hingga bila teropong dibidik kan ke skala atas
maupun bawah pembacaan sama dengan y dan terletak pada belahan
yang sama terhadap garis PTQ yang berarti sumbu II telah tegak lurus
sumbu I.
d.5. Bidik kembali teropong ke skala atas.
d.6. Putarlah sekrup koreksi diafragma sedemikian rupa hingga garis bidik
menunjuk skala nol (berimpit dengan titik P)
d.7. Ulangi pekerjaan hingga bila teropong di arahkan dari atas ke bawah
atau sebaliknya garis bidik tetap berimpit dengan PTQ.
d.8. Pesawat telah baik.
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 13
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
D. PEMBACAAN SKALA LINGKARAN
1. Perhatikan bentuk-bentuk skala lingkaran yang terdapat pada pesawat yang
bersangkutan.
Ada 4 macam bentuk skala lingkaran :
a. Bentuk garis lurus
b. Garis lurus yang dilengkapi dengan skala
c. Nonius
d. Garis lurus yang dilengkapi dengan micro meter.
2.a .Bentuk garis lurus telah dibicarakan dalam bab (pengenalan pesawat
waterpass).
2.b . Garis lurus yang dilengkapi dengan skala (lihat gbr 8-4).
b.1.Baca angka derajat yang terdapat di belakang garis indeks dengan
melihat posisi garis indeks.
Pada gambar garis indeks terletak antara angka 38 & 39 berarti
pembacaan derajat = 38.
b.2.Garis lurus yang dilengkapi dengan skala (lihat gbr 8-4).
2.c. Alat pembaca Nonius
c.1. Cari / tentukan besarnya satuan nonius pada pesawat tersebut. Besar
satuan nonius = bagian lingkaran bagian nonius. Maka untuk
menentukan satuan nonius ini adalah sbb : lihat gbr. 8-5a.
- Himpit indeks nol nonius dengan garis skala lingkaran yang berangka
bulat, misal 10.
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 14
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
Maka garis nonius yang terakhir akan berimpit pula dengan garis
skala lingkaran, misal dengan skala lingkaran 17 15 maka panjang
nonius 7 15 . Bila nonius dibagi dalam 30 bagian maka satu bagian
nonius ada 7 15 : 30 = 1430. Dan bila satu bagian skala
lingkaran ada 15, maka besar satuan nonius = 15 - 1430 = 30.
c.2. Baca angka derajat dari skala lingkaran misal 7115 (lihat gambar. 8-
5b).
c.3.Carilah garis nonius yang berimpit dengan garis skala lingkaran. Misal
garis no.13 maka pembacaan : 7115 + (13 x 30) = 712130.
2.d. Alat pembaca yang dilengkapi dengan micro meter.
Sebagai contoh kita ambil pesawat TMIA, dimana medan baca seperti
terlihat pada gbr.
d.1.Putar sekrup micro meter sedemikian rupa hingga 2 atau 3 garis
horizontal pada bidang tengah (B) berimpit.
d.2.Baca angka derajat yang tertera pada bidang kiri (A) pada gambar
terbaca 24630.
d.3.Baca skala micro meter yang ditunjukkan oleh indeks (bidang C) pada
gambar terbaca 86,17 = 2463816,7
E. PENGUKURAN SUDUT HORIZONTAL
1. Tempatkan pesawat pada titik yang sudah ditentukan (A) dan setel hingga
siap untuk melakukan pengukuran.
2. Arahkan teropong pada titik B, benang silang tepat pada paku titik B.
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 15
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
3. Jika paku titik tidak kelihatan, dirikan yalon tepat di atas paku titik B,
benang silang tepatkan pada AS yalon.
4. A. Dengan pesawat theodolith yang dilengkapi kompas.
a1. Buka kunci/sekrup kompas hingga skala lingkaran bergerak, dan biarkan
sampai diam kembali. Kemudian tutup kunci/sekrup kompas, maka skala
lingkaran menunjukkan arah utara magnetis.
a2. Baca sudut ukuran B ( AB), misalnya = 3015.
a3. Arahkan teropong pada titik C, benang silang tepat pada paku titik C dan
jika paku tidak kelihatan lakukan pekerjaan ini seperti pada pekerjaan
(no. 3).
a4. Baca sudut jurusan C ( AC) misal = 4545.
a5. Lakukan juga pekerjaan tersebut pada titik D dan titik-titik yang lain (N),
misal AD = 12030 dan AN = x.
a6. Besar sudut BAC = AC - AB = 4545 - 3015 = 1530
Besar sudut BAD = AD - AB = 12030 - 3015 = 9015
Besar sudut BAN = AN - AB = x - 3015 = y
Besar sudut CAN = AN - AB = x - 3015 = z
F. PENGUKURAN SUDUT VERTIKAL
1. Tempatkan pesawat pada titik A yang sudah ditentukan dan steel hingga
siap untuk melakukan pengukuran.
2. Bidik titik B yang akan di ukur secara kasar dengan memutar teropong ke
arah horizontal dan vertikal.
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 16
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
3. Setelah titik B kelihatan, tepatkan titik B tersebut dengan titik potong
benang silang (sekrup penggerak halus).
4. a. Dengan alat ukur yang menggunakan zenith.
a.1. Baca sudut vertikal titik B.
Misal zenith 8830 atau 9315
a.2. Berarti sudut miring B = 8830 - 90 = - 0130
atau B = 9315 - 90 = + 0315
4.b. Dengan alat ukur yang menggunakan zenith.
b.1. Baca sudut vertikal titik B.
Bila teropong bergerak ke atas maka sudut miringnya negatif, misal
0215
b.2. Bila teropong bergerak ke bawah maka sudut miring positif, misal +
0130
4. B. Dengan pesawat theodolith yang tidak dilengkapi kompas.
b1. Ovalkan dulu skala lingkaran mendatar di titik B dan kunci sekrup K2
(limbus), maka baca sudut mendatar titik B 000.
b2. Arahkan teropong pada titik C dengan mengendorkan sekrup K1,
benang silang tepatkan pada paku titik C, dan jika tidak kelihatan
lakukan pekerjaan seperti pada pekerjaan (No. 3), kemudian kunci
kembali sekrup K1.
b3. Baca sudut mendatar titik C misal 153045.
b4. Lakukan juga pekerjaan pada tersebut pada titik D dan titik – titik yang
lain (N) misal titik mendatar titik N = Y.
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 17
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
b5. Besar sudut BAC 153045.
Besar sudut BAD = 901527
Besar sudut BAN = Y
Besar sudut CAN = Y - 152045 = z.
G. POLYGON TERBUKA
1. Tentukanlah terlebih dahulu titik patok polygon yang akan
dibuat, misal seperti gambar ……….
2. Pasang dan steel pesawat pada titik polygon P (xp, yp) yang
sudah diketahui koordinatnya.
3. Buka klem limbus dan piringan mendatar, nolkan skala
lingkaran mendatar kemudian kunci kembali.
4. Buka klem limbus bidik titik R (xr, yr). Setelah tepat kunci
kembali.
5. Buka klem piringan skala mendatar, bidik titik 1 dan kunci
kembali, kemudian catat pembacaan sudut.
6. Pasang bak ukur pada titik 1, bidik bak ukur dan catat BA,
BT dan BB.
7. Ulangi seperti langkah 4 s/d 5. Sehingga didapat p-1 dan
jarak titik polygon P ke titik 1 (dpl ).
8. Pindahkan pesawat ke titik polygon 1 dengan cara yang sama,
ukur sudut dan jarak seperti langkah-langkah tersebut di atas.
9. Lakukan pengukuran ke titik-titik polygon selanjutnya
dengan jalan seperti langkah tersebut di atas sampai titik Q (xq , yq ),
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 18
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
sehingga dengan demikian akan dapat 1, 2, 3 ……. dan d1-2 , d2-3 , d3-4
……… dan seterusnya.
10. Hitung dan gambar hasil pengukuran.
H. POLYGON TERTUTUP
Untuk polygon tertutup ini pada prinsipnya langkah kerja dalam pengukuran
sama dengan langkah kerja polygon terbuka. Hanya bedanya Disney :
1. Untuk Polygon Terbuka :
a. Pada ujung awal polygon diperlukan suatu titik K yang
tentu dan sudut jurusan yang tentu pula.
b. Supaya keadaan menjadi simetris, maka pada ujung akhir
dibuat titik yang tentu pula dan ikatan pada jurusan yang tentu pula.
2. Untuk Polygon Tertutup :
a. Pada pengukuran cukup diperlukan suatu titik tertentu
saja atau beberapa titik tertentu dan sudut jurusan yang tentu pula pada
awal pengukuran.
b. Pengukuran akhir harus kembali (menutup) ke titik awal.
Dalam hal ini dapat di lihat pada contoh di bawah ini di mana pengukuran
awal dimulai dari titik P yang kemudian diakhiri ke titik P lagi.
I. PENGUKURAN SETTING OUT – STAKE OUT
1. Pasang dan ukur pesawat pada titik A (lihat gbr) sampai siap pakai.
2. Nolkan skala lingkaran mendatar, kemudian kunci kembali.
3. Buka klem limbus dan skala lingkaran vertikal bidik titik B, setelah tepat
patok kunci kembali.
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 19
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
4. Putar pesawat sebesar 1, pasang yalon searah garis bidik sehingga didapat
garis arah AC.
5. Tentukan AC = 50 cm dengan pita ukur.
6. Pasang patok di titik C dan pasang juga pakunya.
7. Pindahkan dan atur pesawat di titik C.
8. Seperti langkah 2 dan 3 tetapi yang dibidik titik A.
9. Putar pesawat sebesar 2, pasang yalon searah garis bidik sehingga didapat
garis arah CK.
10. Tentukan CK = 49,8 cm dengan pita ukur.
11. Pasang patok di titik K dan pasang juga pakunya.
12. Pindahan dan atur pesawat di titik K.
13. Seperti langkah 2 dan 3, tetapi yang dibidik titik C.
14. Putar pesawat sebesar 3, pasang yalon searah garis bidik sehingga didapat
garis arah KL.
15. Tentukan KL = 20 cm dengan pita ukur.
16. Begitu seterusnya hingga mendapatkan patok D, E, F, G, H, I, J dan M yang
dibidik dari titik K.
J. MEMBUAT LENGKUNGAN DI LAPANGAN
A. Membuat lengkungan di lapangan dengan alat sederhana, metode selisih
busur yang sama panjang.
1. Tentukan panjang busurnya, misalnya = a m.
Harga a diambil antara 8 – 12,5 m.
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 20
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
2. Tentukan / hitung harga sudut Q, yaitu sudut yang mempunyai panjang
busur = a dan jari-jari = R.
a 360Q = R 2
3 . Tentukan / hitung koordinat- koordinat titik-titik detailnya.
X1 R sin Q.titik 1 ( X1 , Y1 ).
X1 2R sin2 Q/2
X2 R sin 2Q.titik 2 ( X2 , Y2 ).
X2 2R sin2 Q
X3 R sin 3Q.titik 3 ( X3 , Y3 ).
X3 2R sin2 3/2 Q
Xn R sin n . Q.titik n ( Xn , Yn ).
Xn 2R sin2 nQ/2
4. Buat garis lurus di lapangan dan dirikan patok di titik T dan titik P.
5. Tentukan titik A pada garis TP sejauh X1.
6. Tentukan titik 1 sejauh Y1 dari A tegak lurus TP, kemudian dirikan patok
pada titik 1.
7.Dengan cara yang sama, tentukan koordinat –koordinat titik-titik 2, 3,
……. . n.
8. Lengkungan yang dimaksud adalah garis yang menghubungkan titik-titik
T, 1, 2, 3, ……………….n.
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 21
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
K. PENGUKURAN SETTING OUT – STAKE OUT
1. Pasang dan ukur pesawat pada titik A (lihat gbr) sampai siap pakai.
2. Nolkan skala lingkaran mendatar, kemudian kunci kembali
3. Buka klem limbus dan skala lingkaran vertikal bidik titik B, setelah tepat
patok kunci kembali.
4. Putar pesawat sebesar 1, pasang yalon searah garis bidik sehingga didapat
garis arah AC.
5. Tentukan AC = 50 cm dengan pita ukur.
6. Pasang patok di titik C dan pasang juga pakunya.
7. Pindahkan dan atur pesawat di titik C.
8. Seperti langkah 2 dan 3 tetapi yang dibidik titik A.
9. Putar pesawat sebesar 2, pasang yalon searah garis bidik sehingga didapat
garis arah CK.
10. Tentukan CK = 49,8 cm dengan pita ukur.
11. Pasang patok di titik K dan pasang juga pakunya.
12. Pindahan dan atur pesawat di titik K.
13. Seperti langkah 2 dan 3, tetapi yang dibidik titik C.
14. Putar pesawat sebesar 3, pasang yalon searah garis bidik sehingga didapat
garis arah KL.
15. Tentukan KL = 20 cm dengan pita ukur.
16. Begitu seterusnya hingga mendapatkan patok D, E, F, G, H, I, J dan M yang
dibidik dari titik K.
LAMPIRAN
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 22
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
1.CONTOH PERHITUNGAN POLIGON TERTUTUP
Diberikan data perhitungan poligon tertutup seperti di bawah ini :
Adapun langkah- langkah untuk menyelesaikan data pengukuran diatas adalah :
1. Menentukan jarak Optis
Rumus Umum :
P1 = ( 1.5 –1.3) x 100 = 20
P2 = ( 1.6 – 1.1)x 100 = 50
P3 = ( 1.5 –1.3) x 100 = 20
P0 = ( 1.6 – 1.1)x 100 = 50
2. Menentukan sudut datar
Rumus Umum :
Rumus ini untuk perhitungan sudut luar (searah jarum jam)
Rumus ini untuk perhitungan sudut dalam(berlawanan jarum jam)
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 23
Lokasi Proyek : Fakultas Teknik Untad Diukur Oleh : Ahmad Solihin AnsariTitik Awal : Depan FT 20 Tanggal : 10 Oktober 2000Titik Akhir : Depan FT 11
Tinggi Sudut DatarAlat o ' " o ' " Ba Bt Bb
P1 Po 1.5 358 59 0P2 268 52 30 90 0 0 1.5 1.4 1.3
P2 P1 1.48 90 5 0P3 359 1 0 89 59 0 1.6 1.4 1.1
P3 P2 1.47 181 25 30Po 88 54 0 90 20 0 1.5 1.4 1.3
Po P3 1.5 271 0 0P1 180 0 0 89 59 30 1.6 1.4 1.1
sudut Vertikal Pembacaan rambu Sketsa
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TADULAKO
Patok Target
P1
P0 P3
P2
JARAK OPTIS = (BA – BB ) X 100
SUDUT DATAR = SUDUT BELAKANG – SUDUT DEPAN
SUDUT DATAR = SUDUT DEPAN – SUDUT BELAKANG
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
Karena data diatas searah jarum jam maka digunakan rumus yang pertama sehingga
diperoleh :
P1 = 26852’30”-35859’00” = - 9006’30” +360 =26953’30”
P2 = 35901’00”-09005’00” = 26856’00”
P3 = 08854’00”-18125’30” = - 9231’30” +360 =26728’30”
P1 = 18000’00”-27100’00” = - 9100’00” +360 =26900’00”
+
= 107518’00”
3. Koreksi sudut datar
Rumus Umum =
Jumlah sudut terkoreksi
Rumus Umum =
Untuk sudut dalam =
Untuk sudut Luar=
Untuk menentukan koreksi dipakai sudut Luar
Jumlah sudut terkoreksi = (2n + 4 ) x 90
= (2.4 + 4) x 90
= 1080 00’ 00”
maka untuk menentukan koreksi perpatok maka dipakai rumus
jumlah koreksi diperoleh :
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 24
Koreksi = ( Sudut terkoreksi - sudut datar)x( Sudut Pn) Sudut
( 2n – 4 ) x 90
( 2n + 4 ) x 90
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
Jumlah koreksi = 108000’00”-107518’00”
= 0442’00”
Untuk koreksi perpatok adalah sebagai berikut :
P1 = 26953’30” x 0442’00” = 110’46.78”
107518’0”
P1 = 26856’00” x 0442’00” = 110’31.7”
107518’0”
P1 = 26728’30” x 0442’00” = 110’8.76”
107518’0”
P1 = 26900’00” x 0442’00” = 110’32.75”
107518’0”
= 0442’00”
4. Sudut terkoreksi
Rumus Umum =
P1 = 26953’30” + 110’46.78” = 2714’16.78”
P2 = 26856’00” + 110’31.7” = 2706’31.7”
P3 = 26728’30” + 110’8.76” = 26838’38.7”
P0 = 26900’00” + 110’32.75” = 27010’32.7”
5. Azimuth
Rumus Umum =
Azimuth awal () = dianggap 0000’00”
P1-P2 = 00’0’’ + 2714’16.78”+180 = 4514’16.78”-360
= 914’16.78”
P2-P3 = 914’16.78’’ + 2706’3.17”+180 = 54110’48.4”-
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 25
Sudut terkoreksi = Sudut datar + koreksi
awal + sudut Pn + 180 Jika 360 dikurangi 360 Jika nilainya – ditambah 360
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
360
= 18110’48.4”
P3-P0 = 18110’48.4’’ + 26838’38.7”+180 = 62949’27.1” ”
- 360
= 26949’27.1”
P0-P1 = 26949’27.1’’ + 27010’32.7”+180 = 71959’59.8” ”
- 360
= 35959’59.8”
= 0000’00”
Jadi perhitungan azimuth diatas benar kerena azimuth awal awal
= azimuth akhir.
6. Menentukan jarak datar
Rumus Umum =
P1 = 20 m x sin 9000’00” = 20 m
P2 = 50 m x sin 8959’00” = 50 m
P3 = 20 m x sin 9020’00” = 20 m
P0 = 50 m x sin 8959’30” = 50 m
7. Menentukan Selisih Koordinat
Rumus Umum =
Selisih Koordinat X
P1 = 20 m x sin 09104’16,78” = 19.997 m
P2 = 50 m x sin 18110’48,40” = -1.298 m
P3 = 20 m x sin 26949’27,10” = - 20 m
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 26
Jarak datar = Jarak optis x sin Vertikal
X = Jarak datar x sin Y = Jarak datar x cos
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
P0 = 50 m x sin 0000’00” = 0 m +
X = -1.301
X = 41.295
Selisih Koordinat Y
P1 = 20 m x cos 09104’16,78” = - 0,374 m
P2 = 50 m x cos 18110’48,40” = -50 m
P3 = 20 m x cos 26949’27,10” = - 0.06 m
P0 = 50 m x cos 0000’00” = 50 m +
X = - 0.434
X = 100.434
8. Menentukan Koreksi koordinat
Rumus Umum =
Untuk koreksi koordinat X
P1 = 1.301 x 19.997 = 0.63
41,295
P1 = 1.301 x 1.298 = 0.041
41,295
P1 = 1.301 x 20 = 0.63
41,295
P1 = 1.301 x 0 = 0
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 27
X x= xXPn X
Y y= xYPn Y
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
41,295 +
= 1.301
Untuk koreksi koordinat Y
P1 = 0.434 x 0.374 = 0.0016
100.434
P1 = 0.434 x 50 = 0.216
100.434
P1 = 0.434 x 0.06 = 0.00026
100.434
P1 = 0.434 x 50 = 0.216
100.434 +
= 0.434
9. Koordinat terkoreksi
Rumus Umum =
Koordinat terkoreksi X
P1 = 19,997 + 0.63 = 20.627
P2 = -1.298 + 0.041= -1.257
P3 = -20 + 0.63 = -19.37
P0 = 0 + 0 = 0
+
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 28
X =X + X
Y =X + X
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
0
koordinat terkoreksi X terkontrol karena jumlahnya = 0
Koordinat terkoreksi Y
P1 = -0.374 + 0.0016 = -0.3724
P2 = -50 + 0.216 = -49.784
P3 = -0.06 + 0.00026 = -0.05974
P0 = 50 + 0.216 = 50.216
+
= 0 Koordinat X
P2 = 0 + 20.627 = 20.627
P3 = 20.627 – 1.257 = 19.370
P0 = 19.370 - 19.370 = 0
P1 = 0 + 0 = 0
Koordinat terkoreksi Y terkontrol karena jumlah kesluruhan = 0
10. Koordinat Poligon
Rumus Umum =
Jika Xo dan Yo = ( 0,0)
Koordinat X
P2 = 0 – 0.3724 = -0.3724
P3 = -0.3724 – 49.784 = -50.1564
P0 = -50.1564 – 0.05974 = -50.216
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 29
X = Xo + X dan Y = Yo + Y
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
P1 = -50.216+ 50.216 = 0
Koordinat Y
P2 = 0 + 20.627 = 20.627
P3 = 20.627 – 1.257 = 19.370
P0 = 19.370 - 19.370 = 0
P1 = 0 + 0 = 0
11. Perhitungan beda tinggi
Dibawah ini adalah contoh perhitungan beda tinggi
Adapun langkah – langkah perhitungan adalah sebagai berikut :
a. Menentukan Beda tinggi
Rumus Umum =
Keterangan :
a. TP = Tinggi pesawat
b. BTM = Benang tengah muka
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 30
Beda tinggi = TP – BTM + Dcos V
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
c. D = Jarak datar
d. V = Sudut Vertikal
Menentukan KoreksiRumus Umum =
b. Beda tinggi terkoreksi
Rumus Umum =
c. Tinggi titik
Rumus Umum =
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 31
Koreksi = selisih / jumlah patok
Beda tinggi + koreksi
Titik awal + beda tinggi terkoreksi
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
Sketsa gambar dan Kontur
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 32
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 2003
LABORATURIUM ILMU UKUR TANAH 33