62
1 MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM IMUNISASI I. DESKRIPSI SINGKAT Monitoring dan evaluasi merupakan komponen yang penting dalam program imunisasi. Kegiatan ini merupakan suatu proses pengamatan sistematik yang dilakukan secara periodik dengan menggunakan instrumen yang standar. Tujuannya adalah untuk menilai apakah rencana yang dibuat sebelumnya dalam pengelolaan program, sudah dilaksanakan dengan baik dan apakah program imunisasi berjalan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program imunisasi yang dilakukan secara rutin diharapkan dapat menggunakan form standar sehingga hasil pelaksanaannya dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk melakukan perbaikan program imunisasi melalui kegiatan tindak lanjut. Modul ini dibagi atas jenis monitoring dan evaluasi program imunisasi, instrumen dan kegiatan tindak lanjut, yang dapat dilihat sebagai berikut: Monitoring dan evaluasi program imunisasi : a. Cakupan munisasi b. Pengelolaan Vaksin dan Logistik Imunisasi c. Manajemen KIPI Kegiatan tindak lanjut berdasarkan hasil kegiatan monitoring dan evaluasi : a. Sweeping b. Drop Out Follow Up (DOFU) c. Backlog Fighting d. Crash Program e. Perbaikan manajemen vaksin dan logistik f. Manajemen KIPI Intrumen monitoring dan evaluasi pelaksanaan program imunisasi : a. Supervisi Supportif b. Data Quality Self Assessment c. Effective Vaccine Management d. Rapid Convenience Assessment

MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

1

MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM IMUNISASI

I. DESKRIPSI SINGKAT

Monitoring dan evaluasi merupakan komponen yang penting dalam program imunisasi.

Kegiatan ini merupakan suatu proses pengamatan sistematik yang dilakukan secara

periodik dengan menggunakan instrumen yang standar. Tujuannya adalah untuk

menilai apakah rencana yang dibuat sebelumnya dalam pengelolaan program, sudah

dilaksanakan dengan baik dan apakah program imunisasi berjalan sesuai dengan

prosedur yang ditetapkan.

Kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program imunisasi yang dilakukan

secara rutin diharapkan dapat menggunakan form standar sehingga hasil

pelaksanaannya dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk melakukan perbaikan

program imunisasi melalui kegiatan tindak lanjut.

Modul ini dibagi atas jenis monitoring dan evaluasi program imunisasi, instrumen dan

kegiatan tindak lanjut, yang dapat dilihat sebagai berikut:

Monitoring dan evaluasi program imunisasi : a. Cakupan munisasi b. Pengelolaan Vaksin

dan Logistik Imunisasi

c. Manajemen KIPI

Kegiatan tindak lanjut berdasarkan hasil kegiatan monitoring dan evaluasi : a. Sweeping b. Drop Out Follow Up

(DOFU) c. Backlog Fighting d. Crash Program e. Perbaikan manajemen

vaksin dan logistik f. Manajemen KIPI

Intrumen monitoring dan evaluasi pelaksanaan program imunisasi : a. Supervisi Supportif b. Data Quality Self Assessment c. Effective Vaccine Management d. Rapid Convenience Assessment

Page 2: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

2

II. TUJUAN PEMBELAJARAN:

Tujuan Pembelajaran Umum Pada akhir sesi, peserta mampu melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan

program imunisasi

Tujuan Pembelajaran Khusus Pada akhir sesi, peserta mampu:

1. Melaksanakan monitoring dan evaluasi program imunisasi yaitu cakupan

imunisasi, pengelolaan vaksin dan logistik imunisasi serta manajemen KIPI.

2. Melaksanakan monitoring dan evaluasi program imunisasi menggunakan

instrumen standar yaitu Supervisi Suportif (SS), Data Quality Self assessment

(DQS), Effective Vaccine Management (EVM), dan Rapid Convenience

Assessment (RCA)

3. Memanfaatkan hasil monitoring dan evaluasi untuk menentukan upaya tindak

lanjut perbaikan penyelenggaraan program imunisasi.

4. Menetapkan rencana kegiatan tindak lanjut berdasarkan hasil kegiatan

monitoring dan evaluasi yaitu Sweeping, Drop Out Follow Up (DOFU),

Backlog Fighting, Crash Program, Perbaikan manajemen vaksin dan logistik,

Manajemen KIPI

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program imunisasi:

1. Monitoring dan evaluasi Program Imunisasi :

a. Cakupan imunisasi

b. Pengelolaan Vaksin dan Logistik Imunisasi

c. Manajemen KIPI

2. Pengenalan dan penggunaan Intrumen monitoring dan evaluasi pelaksanaan

program imunisasi :

a. Supervisi Supportif

b. Data Quality Self Assessment

c. Effective Vaccine Management

d. Rapid Convenience Assessment

3. Tindak lanjut monitoring dan evaluasi:

a. Sweeping

b. Drop Out Follow Up (DOFU)

Page 3: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

3

c. Backlog Fighting

d. Crash Program

e. Perbaikan manajemen vaksin dan logistik

f. Manajemen KIPI

IV. METODE PEMBELAJARAN Ceramah, tanya jawab, diskusi dan penugasan

V. MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN Pembelajaran ini memerlukan media dan alat bantu pembelajaran : pembelajaran

berupa LCD, laptop, whiteboard, flipchart, bahan tayang, buku register kohort bayi dan

balita tahun berjalan, laporan PWS tahun berjalan, pencatatan vaksin dan logistik

imunisasi tahun berjalan yang berasal dari masing-masing wilayah puskesmas, format

SS, DQS, EVM dan RCA.

VI. URAIAN MATERI 1. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Rutin :

a. Cakupan imunisasi

Dalam pelaksanaan manajemen program imunisasi, capaian cakupan imunisasi

menjadi sangat penting yang menunjukkan kinerja dari program imunisasi itu

sendiri. Berapa banyak sasaran yang telah diimunisasi, baik per antigen maupun

setiap dosis pengulangan, dapat menunjukkan tingkat perlindungan kelompok yang

terdapat di suatu wilayah.

Monitoring dan evaluasi terhadap cakupan imunisasi dapat dilihat melalui format

Pemantauan Wilayah Setempat (PWS). Kegiatan ini dapat dilakukan secara

berkala dengan membandingkan capaian cakupan setiap bulan, setiap tiga bulan

setiap enam bulan atau tahunan. Oleh karena itu, penting untuk menyimpan

dengan baik hasil pencatatan dan pelaporan serta PWS dari masing-masing level

administrasi mulai dari puskesmas, kabupaten/kota, provinsi maupun pusat.

Dengan memantau, membandingkan dan menganalisa capaian cakupan satu jenis

imunisasi setiap bulannya, maka pengelola imunisasi puskesmas dapat menilai tren

atau kecenderungan dari cakupan imunisasi tersebut di wilayahnya. Hal-hal

dibawah ini dapat menjadi contoh dalam melakukan analisa :

- apakah cakupan yang terjadi sama setiap bulannya? ataukah cenderung

mengalami penurunan atau bahkan peningkatan? Apa penyebabnya?

Page 4: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

4

- bagaimana cakupan tersebut dibandingkan dengan target yang telah

ditetapkan setiap bulannya? apakah lebih rendah ataukah lebih tinggi?

- Bila belum mencapai target, apa penyebabnya? Bagaimana cara agar dapat

mencapai target?

- Bila melebihi target, apa penyebabnya? Bagaimana cara mengkoreksinya?

• Menghitung Cakupan Imunisasi Dalam melakukan analisa cakupan, tentunya pengelola imunisasi puskesmas

harus mengetahui bagaimana cara menghitung cakupan itu sendiri. Untuk dapat

menghitung cakupan imunisasi tertentu maka diperlukan beberapa data seperti :

data jumlah sasaran di wilayah kerja puskesmas (bayi, baduta, anak sekolah

setiap tingkatan kelasnya, WUS atau ibu hamil, dan sasaran tertentu pada

kegiatan imunisasi masal) sebagai denominator, dan data jumlah sasaran yang

telah mendapatkan imunisasi tertentu sebagai numerator. Jumlah sasaran bisa

merupakan data estimasi yang berasal dari institusi khusus yang mengeluarkan

data statistik kependudukan (BPS), data yang didapat dari pendataan langsung

dari rumah ke rumah (PIS-PK), data kelahiran dan perpindahan penduduk

(Disdukcapil), Dinas Pendidikan, atau sumber lainnya yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Rumus menghitung cakupan imunisasi : = [ a / b ] x 100%

Keterangan : a : Jumlah sasaran kelompok tertentu yang telah mendapatkan imunisasi

tertentu pada tahun perhitungan (numerator)

b : Jumlah sasaran kelompok tertentu pada tahun perhitungan

(denominator)

Tabel Denominator Cakupan Imunisasi No Jenis Cakupan Imunisasi Denominator 1 Cakupan imunisasi dasar bayi : a. HB0 dan BCG Jumlah bayi lahir

b. DPT-HB-Hib 1-3, bOPV 1-4, IPV, MR 1

Jumlah bayi yang bertahan hidup sampai usianya 1 tahun (surviving infant) pada tahun perhitungan

2. Cakupan imunisasi lanjutan :

a. Baduta (DPT-HB-Hib 4 atau MR 2)

Jumlah bayi yang bertahan hidup sampai usianya 1 tahun (surviving infant) pada tahun lalu

b. BIAS MR atau DT kelas 1 Jumlah anak SD kelas 1

Page 5: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

5

c. BIAS Td kelas 2 Jumlah anak SD kelas 2 d. BIAS Td kelas 5 Jumlah anak SD kelas 5 e. Td pada Bumil Jumlah ibu hamil

Penentuan denominator dalam perhitungan cakupan menyesuaikan dengan jenis

kegiatan dan kelompok umur sasaran yang menjadi target imunisasi. Misalnya

kegiatan imunisasi masal tambahan dengan target anak usia 9-59 bulan, maka

denominatornya adalah jumlah anak usia 9-59 bulan di wilayah tersebut.

Contoh :

Petugas imunisasi Puskesmas A, ingin mengetahui cakupan imunisasi BCG di

wilayah nya pada tahun 2019. diketahui bahwa estimasi jumlah bayi lahir di wilayah

tersebut berdasarkan data BPS daerah tahun 2019 sebanyak 100 bayi dan bayi

yang telah mendapatkan imunisasi BCG sepanjang tahun 2019 sebanyak 80 bayi,

maka cakupan imunisasi BCG di Puskesmas A tahun 2019 adalah sebesar :

= [ 80 / 100 ] x 100% = 80%

Perhitungan cakupan ini juga dapat digunakan untuk menghitung cakupan bulanan,

dengan rumus yang sama akan tetapi untuk numerator menggunakan jumlah

sasaran yang telah diimunisasi bulan tertentu.

Contoh :

Petugas imunisasi Puskesmas A, ingin mengetahui cakupan imunisasi BCG di

wilayahnya pada bulan November tahun 2020. diketahui bahwa estimasi jumlah

bayi lahir di wilayah tersebut berdasarkan data BPS daerah tahun 2020 sebanyak

100 bayi dan jumlah bayi yang telah mendapatkan imunisasi BCG pada bulan

November tahun 2020 sebanyak 5 bayi, maka cakupan imunisasi BCG di

Puskesmas A pada bulan November tahun 2020 adalah sebesar :

= [ 5 / 100 ] x 100% = 5%

• Menghitung Target Cakupan Untuk memantau kinerja capaian dari program imunisasi di suatu wilayah adalah

dengan membandingkan antara cakupan imunisasi tertentu yang diperoleh

wilayah dengan target cakupan yang telah ditentukan.

Target cakupan ditentukan perbulan dan kumulatif selama 1 tahun. Penetapan

target cakupan imunisasi secara kumulatif didasarkan pada target-target yang

harus dicapai baik secara nasional, regional maupun global. Sebagai contoh,

Indonesia berkomitmen secara regional dan global untuk turut serta dalam

Page 6: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

6

eliminasi campak dan rubela, oleh karena itu agar tujuan eliminasi dapat

tercapai, ditetapkan target cakupan imunisasi MR selama 1 tahun, baik pada

dosis 1 dan dosis 2 minimal sebesar 95%.

Tabel Penetapan Target Cakupan Imunisasi per Tahun

No Jenis Imunisasi Target Cakupan per Tahun

1 Imunisasi dasar pada bayi

- Semua antigen imunisasi (HB0, BCG, DPT-HB-Hib 1-3, bOPV 1-4, MR 1)

95%

2 Imunisasi lanjutan - Baduta (DPT-HB-Hib 4 atau MR 2) 95%

- BIAS (setiap jenis antigen dan setiap tingkatan kelas) 95%

- Td 2+ pada Ibu Hamil 80%

Apabila pengelola imunisasi sudah mengetahui target cakupan imunisasi

tertentu per tahunnya, maka pengelola juga dapat menghitung cakupan

imunisasi tersebut setiap bulannya.

Rumus menghitung target cakupan bulanan : = [target cakupan imunisasi dalam 1 tahun / jumlah bulan dalam 1 tahun (12

bulan)]

Dengan rumus diatas, maka pengelola imunisasi di puskesmas dapat

menghitung semua target cakupan bulanan pada setiap jenis imunisasi.

Tabel Penetapan Target Cakupan Imunisasi per Bulan

No Jenis Imunisasi Target Cakupan per Bulan

1 Imunisasi dasar pada bayi

- Semua antigen imunisasi (HB0, BCG, DPT-HB-Hib 1-3, bOPV 1-4, MR 1)

= 95% / 12 = 7,92% ≈ 8%

2 Imunisasi lanjutan

- Baduta (DPT-HB-Hib 4 atau MR 2) = 95% / 12 = 7,92% ≈ 8%

- BIAS (setiap jenis antigen dan setiap tingkatan kelas)

= 95% / 12 = 7,92% ≈ 8%

- Td 2+ pada Ibu Hamil = 80% / 12 = 6,67% ≈ 7%

Catatan : dilakukan pembulatan ke atas untuk memudahkan dalam perhitungan dan analisa

Apabila sudah didapatkan target cakupan imunisasi per bulan, maka pengelola

imunisasi akan dapat dengan mudah menghitung target cakupan kumulatif per 2

Page 7: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

7

bulan, 3 bulan, dan seterusnya dengan menambah atau mengalikan target

cakupannya tersebut sebanyak jumlah bulan yang akan dihitung.

Sebagai contoh, pengelola imunisasi ingin mengetahui target cakupan imunisasi

BCG sampai dengan bulan April (kumulatif selama 4 bulan dari Januari hingga

April), maka pengelola hanya menjumlahkan target bulanan sebanyak 4 kali atau

mengalikannya dengan 4. maka akan didapatkan target cakupan imunisasi BCG

sampai dengan bulan April sebesar :

= 8% + 8% + 8% + 8% = 32% atau

= 8% x 4 = 32%

• Menghitung Drop Out (DO) dan Left Out (LO)

Selain memantau, membandingkan cakupan imunisasi dari satu jenis antigen,

dapat juga dilakukan penilaian terhadap dosis pengulangan bagi vaksin-vaksin

yang memerlukan lebih daru satu kali pemberian. Misalkan pengelola imunisasi

dapat melakukan penilaian terhadap cakupan DPT-HB-Hib dosis ke-1 di

wilayahnya pada dua bulan lalu dan membandingkannya dengan cakupan DPT-

HB-Hib dosis ke-3 di wilayahnya pada bulan ini. Apakah ada perbedaan berupa

peningkatan atau penurunan yang signifikan? ataukah sama? Perbedaan inilah

yang dinamakan Drop Out (DO).

DO merupakan indikator untuk menilai pemanfaatan imunisasi yaitu kesempatan

masyarakat menggunakan fasilitas kesehatan untuk mendapatkan layanan

imunisasi yang diukur dengan selisih antara cakupan DPT-HB-Hib1 dengan

DPT-HB-Hib 3 atau DPT-HB-Hib 1 dengan Campak Rubela 1 pada bayi atau

pada baduta yaitu selisih cakupan DPT-HB-Hib 3 dengan DPT-HB-Hib 4 atau

selisih cakupan Campak Rubela 1 dengan cakupan Campak Rubela 2 .

Rumus menghitung Drop Out :

1) DO DPT-HB-Hib 1 – DPT-HB-Hib 3

* Dihitung mulai bulan Januari sampai dengan bulan melakukan analisis (bulan

berjalan)

Page 8: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

8

2) DO DPT-HB-Hib 1 – Campak Rubela 1

* Dihitung mulai bulan Januari sampai dengan bulan melakukan analisis (bulan

berjalan)

3) DO DPT-HB-Hib Baduta

* Keterangan:

• DPT-HB-Hib 3 dihitung mulai dari Januari s/d bulan berjalan tahun lalu

• DPT-HB-Hib 4 dihitung mulai dari Januari s/d bulan berjalan tahun ini

4) DO Campak Rubela Baduta

* Keterangan:

• Campak Rubela 1 dihitung mulai dari Januari s/d bulan berjalan tahun lalu

• Campak Rubela 2 dihitung mulai dari Januari s/d bulan berjalan tahun ini

X 100%

(Jumlah imunisasi DPT-HB-Hib 1 – Jumlah imunisasi Campak Rubella 1) dalam 1 periode Jumlah imunisasi DPT-HB-Hib 1 dalam 1 periode

DO Campak Rubella 1

=

X 100%

(Jumlah DPT-HB-Hib-3 sampai bulan berjalan di tahun lalu – Jumlah DPT-HB-Hib-4 sampai bulan berjalan tahun ini*)

Jumlah imunisasi DPT-HB-Hib 3 bulan berjalan di tahun lalu dalam 1 periode

DO DPT-HB-Hib

Baduta =

X 100%

(Jumlah Campak Rubella 1 sampai bulan berjalan di tahun lalu – Jumlah Campak Rubella 2 sampai bulan berjalan tahun ini*)

Jumlah imunisasi Campak Rubella 1 bulan berjalan di tahun lalu dalam 1 periode

DO Campak Rubella Baduta

=

Page 9: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

9

Selain DO rate, penilaian terhadap aksesibilitas terhadap pelayanan imunisasi

dapat dinilai dengan Left Out (LO) rate yang menggunakan antigen BCG. Cara

perhitungan LO adalah sebagai berikut:

* Dihitung mulai bulan Januari sampai dengan bulan melakukan analisis (bulan

berjalan)

Setelah pengelola imunisasi puskesmas menghitung DO dan LO dari masing-

masing wilayah kerjanya (dalam hal ini desa), maka dapat dilakukan analisa

pemetaan wilayah berdasarkan masalah akses dan pemanfaatan imunisasi.

Berikut adalah tabel penentuan kategori masalah akses dan pemanfaatan

imunisasi

Tabel Penentuan Kategori Masalah Akses dan Pemanfaatan Imunisasi

DO < 5% DO > 5%

LO < 5%

Kategori 1 Baik-Baik/BABA

Akses : Baik Pemanfaatan : Baik

Kategori 2 Baik-Buruk/BABU Akses : Baik

Pemanfaatan : Buruk

LO > 5%

Kategori 3 Buruk-Baik/BUBA

Akses : Buruk Pemanfaatan : Baik

Kategori 4 Buruk-Buruk/BUBU Akses : Buruk Pemanfaatan : Buruk

Apabila LO atau DO bernilai negatif, maka termasuk ke dalam kategori buruk

(BU). Lakukan pengecekan akurasi data dan telusuri permasalahannya.

Misalnya ada anak yang datang pertama kali pada usia empat bulan dan belum

mendapatkan imunisasi DPT-HB-Hib sama sekali, tetapi dicatat sebagai DPT-

HB-Hib 3 (seharusnya DPT-HB-Hib 1) atau ada sasaran dari luar daerah.

Berdasarkan pemetaan masalah ini, pengelola imunisasi puskesmas dapat

menentukan wilayah prioritas atau lokus (kabupaten kota menentukan

puskesmas lokus, puskesmas menentukan desa/kelurahan/posyandu lokus)

untuk dilaksanakan upaya pelacakan beserta intervensi peningkatan akses

dan/atau pemanfaatan.

X 100%

Jumlah bayi baru lahir – jumlah bayi yang diimunisasi BCG Jumlah bayi baru lahir

LO =

Page 10: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

10

Penentuan wilayah prioritas juga mempertimbangkan kriteria sebagai berikut :

a. Padat dan kumuh

b. Banyak jumlah anak yang belum/tidak lengkap imunisasi

c. Mobilitas penduduknya tinggi

d. Frekuensi Kejadian Luar Biasa Penyakit-Penyakit yang Dapat Dicegah

Dengan Imunisasi (KLB PD3I) tinggi

e. Pernah terjadi Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI) berat serius yang

menimbulkan keresahan masyarakat

f. Pernah terjadi penolakan vaksin

g. Daerah pengungsian (imigran)

h. Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK)

i. Daerah pemukiman lain yang sulit diakses

• Monitoring dan evaluasi Cakupan imunisasi dengan memanfaatkan program kesehatan lainnya

Monitoring dan evaluasi cakupan imunisasi ini juga dapat memanfaatkan

cakupan program kesehatan lainnya yang sejalan dengan jenis imunisasi yang

sesuai. Sebagai contoh, pengelola dapat melakukan monitoring dan evaluasi

antara cakupan imunisasi HB0 dengan cakupan persalinan oleh tenaga

kesehatan. Sebaiknya tidak membandingkan antara cakupan imunisasi HB0

dengan cakupan KN1 karena cakupan KN1 dapat dilakukan hingga 7 hari

setelah persalinan, sementara program imunisasi mendorong untuk

meningkatkan pemberian imunisasi HB0 pada bayi < 24 jam setelah dilahirkan,

untuk dapat menurunkan angka kesakitan Hepatitis B kronis pada balita. Contoh

lainnya adalah membandingkan antara cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL)

dengan pelayanan bayi paripurna. Kedua cakupan program tersebut (cakupan

persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan bayi paripurna) terdapat pada

program Kesehatan Keluarga (Kesga) atau Kesehatan Ibu Anak (KIA).

Hasil dari monitoring dan evaluasi ini akan menjadi dasar dalam menentukan

langkah dan upaya selanjutnya untuk memperbaiki cakupan imunisasi.

b. Pengelolaan Vaksin dan Logistik Imunisasi

Monitoring dan evaluasi terhadap pengelolaan vaksin dan logistik dilakukan

terhadap beberapa hal yaitu :

(1) kelengkapan dokumen seperti VAR, SBBK, buku/kartu pencatatan stok, grafik

pencatatan suhu;

Page 11: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

11

Dokumen-dokumen tersebut diatas harus terdokumentasi dengan baik dan

terisi secara lengkap sesuai dengan masing-masing peruntukkannya.

Sebagai contoh, dokumen VAR dan SBBK harus ada dan terisi lengkap setiap

variabel dan kolom isian pada setiap penerimaan vaksin dan logistik imunisasi.

Untuk buku/kartu pencatatan stok vaksin dan logistik harus terisi secara

lengkap, dan salinan dokumen pelaporan stok vaksin dan logistik juga

disimpan secara lengkap dan dengan baik.

Grafik pencatatan suhu tersimpan dengan baik setiap bulan dan harus terisi

secara lengkap setiap harinya tanpa memandang hari libur;

(2) kelengkapan dan ketersediaan seluruh jenis vaksin dan logistik imunisasi seperti

ADS, dan safety box;

Pengelola imunisasi puskesmas harus selalu melakukan perhitungan stok

semua jenis vaksin dan logistik setiap bulannya, untuk dapat memantau

ketersediaan vaksin dan logistik sehingga dapat segera mengetahui apabila

harus melakukan permintaan vaksin dan stok ke Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota;

(3) SOP perawatan cold chain, dan SOP dalam kondisi darurat ;

Setiap pengelola imunisasi di puskesmas harus dapat memastikan bahwa

semua SOP standar terkait pengelolaan vaksin dan logistik harus tersedia di

puskesmas seperti SOP terkait perawatan cold chain baik harian, mingguan

maupun bulanan, dan SOP dalam kondisi darurat (mitigasi). Selain itu pengelola

imunisasi di puskesmas harus dapat mengevaluasi apakah SOP telah dilakukan

sesuai dengan yang telah ditetapkan.

(4) menghitung indeks pemakaian vaksin

Untuk bisa memonitoring dan mengevaluasi efisiensi pemakaian vaksin, maka

pengelola imunisasi puskesmas harus dapat menghitung indeks pemakaian (IP)

vaksin. Dengan mengetahui indeks pemakaian vaksin, maka pengelola

imunisasi puskesmas dapat menilai apakah penggunaan vaksin dalam

pelayanan imunisasi di wilayahnya dilakukan secara efisien, dan bila nilai IP

yang didapatkan melalui perhitungan terlalu kecil dari standar nasional, maka

pengelola imunisasi dapat menyampaikannya dalam pertemuan bulanan

puskesmas, dan mendiskusikan upaya-upaya yang harus dilakukan untuk

meningkatkan nilai IP vaksin.

Page 12: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

12

Rumus menghitung IP vaksin :

= jumlah sasaran yang diimunisasi menggunakan vaksin tertentu : jumlah vial

vaksin tertentu yang digunakan

Tabel Standar Nasional Indeks Pemakaian (IP) Vaksin

No Nama Vaksin Standar Nasional IP Vaksin

1 HB0 1 2 BCG (20 dosis) 3 3 DPT-HB-Hib (5 dosis) 4 4 bOPV (10 dosis) 6 5 IPV (5 dosis) 4 6 MR (10 dosis) 4 7 DT (10 dosis) 8 8 Td (10 dosis) 8

Sebagai contoh, seorang pengelola puskesmas A ingin mengetahui berapa

besar IP vaksin MR di puskesmasnya. Diketahui bahwa jumlah yang diimunisasi

MR dosis 1 adalah sebanyak 25 bayi dan MR dosis 2 adalah sebanyak 25

baduta, dan jumlah vaksin yang digunakan sebanyak 10 vial vaksin (1 vial vaksin

MR berisi 10 dosis), maka IP vaksin MR Puskesmas A adalah sebesar :

= (25 +25) / 10 = 50 / 10 = 5

Berdasarkan standar IP vaksin pada tabel diatas, maka IP vaksin MR

Puskesmas A dapat dikatakan masih diatas standar nasional.

c. MANAJEMEN KIPI

Monitoring dan evaluasi terhadap kasus KIPI terutama dilakukan pada

kelengkapan dan ketepatan laporan baik pada kasus KIPI serius maupun non

serius. Pengelola imunisasi di puskesmas wajib setiap bulan melaporkan kasus

KIPI non seriusnya sebagai bahan untuk melakukan penilaian keamanan vaksin

yang digunakan, termasuk zerro report dimana puskesmas melaporkan bahwa

tidak ada kasus KIPI non serius yang terjadi pada pelayanan imunisasi nya.

Uraian lengkap terkait monitoring dan evaluasi KIPI dapat dilihat pada modul

mengenai Surveilans KIPI.

Page 13: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

13

2. Pengenalan dan penggunaan Intrumen monitoring dan evaluasi pelaksanaan program imunisasi

a. Supervisi Suportif (SS)

Supervisi Suportif adalah salah satu strategi untuk memperkuat penyelenggaraan

imunisasi secara berjenjang (Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Puskesmas)

yang bertujuan untuk meningkatkan pencapaian target cakupan dan mutu program,

dan merupakan suatu proses untuk meningkatkan kualitas sistem penyelenggaraan

imunisasi pada semua tingkatan administrasi dengan cara memperkuat hubungan

antar sistem yang terkait melalui:

• identifikasi dan pemecahan masalah

• optimalisasi alokasi sumber daya

• penerapan standar dengan kualitas yang tinggi

• kerjasama tim

• komunikasi dua arah

Langkah-langkah pelaksanaan Supervisi Suportif yaitu :

• Mengumpulkan data-data dan bahan yang diperlukan terkait pengelolaan

program imunisasi

• Memantau pelaksanaan kegiatan

• Mengidentifikasi masalah

• Memberi umpan balik dan melakukan evaluasi

• Memecahkan masalah

• Memotivasi petugas di lapangan

• Melatih di tempat kerja (On the Job Training)

• Menyusun rencana tindak lanjut (RTL)

Kegiatan supervisi suportif dilakukan melalui proses dan kaidah-kaidah sebagai

berikut :

• Terencana

Setiap pelaksanaan supervisi suportif harus dilakukan secara terencana

terutama daerah yang akan dikunjungi, menyiapkan instrumen sesuai dengan

rencana kunjungan, dan melakukan komunikasi terhadap pihak terkait di daerah

yang akan dikunjungi

• dilakukan oleh “supervisor”

supervisor merupakan orang yang berasal dari program imunisasi, atau yang

memahami mengenai program imunisasi dengan level administrasi lebih tinggi

dari institusi yang akan dilakukan supervisi

Page 14: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

14

• menggunakan instrumen cecklist/daftar tilik khusus supervisi suportif

• mengumpulkan data dan bahan serta mengidentifikasi masalah

Dalam melakukan supervisi suportif, maka perlu mengumpulkan semua data dan

bahan yang diperlukan untuk evaluasi terkait pengelolaan program, serta

melakukan identifikasi masalah yang ditemukan yaitu apabila adanya

ketidaksesuaian antara standar yang telah ditetapkan dengan kondisi yang

ditemukan saat dilakukan evaluasi

• membina dan on the job training

Dilakukan untuk mengarahkan dan memperbaiki pelaksanaan program sesuai

standar

• ada pemecahan masalah

• tindak lanjut

setiap hasil dari supervisi yang dilakukan harus segera disampaikan (feedback)

untuk ditindaklanjuti oleh wilayah yang disupervisi. Selain itu, perlu juga

dilakukan supervisi ulang terhadap daerah yang sama untuk melihat apakah

hasil supervisi sebelumnya telah ditindaklanjuti.

Supervisi suportif dilakukan secara terarah. Hal ini berarti kegiatan supervisi

membutuhkan alat bantu berupa daftar tilik supervisi sehingga proses supervisi

dapat dilakukan secara terukur dan sistematis, dimana perubahan peningkatan

mutu pelayanan dapat diukur dengan baik, dan penetapan perbandingan tingkat

kinerja individu dan fasilitas dapat dilakukan dengan sederhana.

Daftar tilik adalah kumpulan syarat esensial yang diterima/disepakati untuk

mengukur tingkat kepatuhan terhadap standar (harapan) tertentu. Daftar tilik tidak

ditujukan untuk memastikan bahwa seluruh prosedur standar dipenuhi, minimal

pada syarat esensial dari prosedur tersebut. Dengan demikian, daftar tilik berisi

syarat terpenting atau penanda (marker) dari standar tertentu (terutama standar

input dan proses). Supervisor diminta untuk menilai syarat atau prosedur tersebut,

bila sesuai maka ditandai pada kolom ‘Ya’. Bila dalam persyaratan itu tidak

dilakukan sepenuhnya atau hanya sebagian saja maka ditandai pada kolom ‘Tidak’.

Pada akhir dari daftar tilik, dilakukan penghitungan dan pencantuman jumlah hasil

‘Ya’ pada kolom ‘Nilai Aktual’.

Daftar tilik supervisi suportif merupakan instrumen yang terdiri atas 4 bagian :

1. daftar tilik untuk pelayanan imunisasi di polindes/posyandu,

2. daftar tilik untuk pelayanan dan penyelenggaraan program imunisasi di

puskesmas,

3. daftar tilik untuk penyelenggaraan program imunisasi di kabupaten/kota dan

Page 15: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

15

4. daftar tilik untuk penyelenggaraan program imunisasi di provinsi.

Karena modul ini diperuntukkan bagi puskesmas, maka supervisi suportif akan

menggunakan daftar tilik untuk pelayanan imunisasi di polindes/posyandu, dan

daftar tilik untuk pelayanan dan penyelenggaraan program imunisasi di puskesmas.

Pengisian Daftar Tilik Tingkat Polindes/Posyandu

Tugas dan fungsi Pengelola Imunisasi serta Bikor puskesmas dalam

pelaksananaan supervisi suportif terkait dengan fungsi supervisi, dimana mereka

berperan sebagai supervisor terhadap bidan di wilayah kerjanya terutama terhadap

bidan di desa. Supervisi yang baik adalah supervisi yang dijalankan secara efektif

dan bersifat suportif, terencana, tidak mendadak atau mencari-cari kesalahan.

Supervisi suportif menuntut pengelola imunisasi dan Bikor puskesmas mempunyai

keterampilan dalam membantu memecahkan masalah, memotivasi serta

membimbing dan mengarahkan bidan yang disupervisinya kearah praktek

pelayanan imunisasi yang baik dan memenuhi standar.

Langkah Pengelola Imunisasi dan Bikor puskesmas dalam melaksanakan supervisi

supportif adalah:

1. Pra – supervisi : Pengelola imunisasi dan Bikor Puskesmas diharapkan

mempunyai pemahaman dan keterampilan melakukan supervisi supportif dan

menguasai dengan benar daftar tilik supervisi. Hal ini dapat dilakukan dengan

mengikuti pelatihan atau belajar sendiri melalui buku acuan yang tersedia.

2. Supervisi

a. Orientasi

Orientasi pemahaman konsep, metode, pelaksanaan dan penjelasan daftar

tilik yang diterapkan melalui kajian mandiri dan verifikasi. Pada saat ini juga

dilakukan kesepakatan tentang jadual dan operasional kegiatan supervisi.

b. Kajian Mandiri.

Pelaksanaan kajian mandiri dengan menggunakan daftar tilik dilakukan oleh

bidan di desa di wilayah kerja puskesmas untuk pelayanan imunisasi di

polindes dan posyandu. Pengelola imunisasi dan Bikor bersama tim

puskesmas juga melakukan kajian terhadap program imunisasi dengan

menggunakan daftar tilik yang ada. Pada lembar Rencana Tindak Lanjut,

bidan mengisi masalah yang diambil dari jawaban ‘Tidak’, lalu membuat

rencana tindak lanjut langsung dan tidak langsung.

Page 16: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

16

c. Verifikasi.

Verifikasi dilakukan oleh Pengelola Imunisasi dan Bikor puskesmas terhadap

bidan di wilayah kerjanya dengan menggunakan daftar tilik yang telah diisi

terlebih dahulu oleh bidan. Pengelola imunisasi dan Bikor melakukan

verifikasi untuk tiap komponen yang dianggapnya perlu diverifikasi kebenaran

dan kelengkapan pengisiannya. Pengelola imunisasi dan Bikor puskesmas

kemudian melakukan rekapitulasi hasil verifikasi untuk tiap fasilitas dan

memberikan bimbingan untuk proses yang tidak memenuhi standar.

d. Pertemuan Bulanan

Pertemuan bulanan membicarakan hasil verifikasi baik tingkat kepatuhan

terhadap standar maupun item-item yang tidak memenuhi standar. Pada

pertemuan ini juga dilakukan penyusunan rencana tindak lanjut untuk

mengatasi ketidakpatuhan. Tiap item dipilah; mana yang dapat dipenuhi oleh

bidan, mana yang dapat diatasi oleh puskesmas dan mana item yang akan

dipenuhi oleh dinas kesehatan kabupaten. Proses bimbingan yang bersifat

supportif juga dapat diberikan pada pertemuan bulanan.

e. Upaya peningkatan mutu

Berdasarkan temuan dari hasil penilaian daftar tilik, pengelola imunisasi dan

bikor di puskesmas maupun bidan di wilayah kerjanya membuat perencanaan

peningkatan mutu layanan imunisasi. Hasil pencapaian dan peningkatan yang

dilakukan akan dibicarakan pada pertemuan berkala periode berikutnya.

Demikian secara berkelanjutan dilakukan kegiatan supervisi supportif yang

bertujuan untuk melakukan peningkatan mutu pelayanan imunisasi secara

berkesinambungan yang pada akhirnya akan memberi dampak pada

meningkatnya angka cakupan imunisasi di wilayah kerja pengelola imunisasi

dan bikor puskesmas.

f. Sumber data Supervisi

Sumber data yang digunakan dalam kegiatan supervisi diantaranya adalah:

a) PWS

b) Buku Register Kohort Ibu, Bayi dan Balita

c) Pencatatan:

o Kartu/status ibu (hamil, persalinan, nifas, bayi baru lahir)

o Kartu/status pemeriksaan kesehatan bayi

o Buku KIA/KMS

Page 17: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

17

Pengisian Daftar Tilik Tingkat Puskesmas Tugas dan fungsi Pengelola Imunisasi Kabupaten dalam pelaksananaan supervisi

suportif terkait dengan fungsi supervisi. Mereka berperan sebagai supervisor

terhadap Kepala Puskesmas, Pengelola Imunisasi Puskesmas dan Bidan

Kordinator di wilayah kerjanya. Supervisi supportif menuntut pengelola imunisasi

Kabupaten mempunyai keterampilan dalam membantu memecahkan masalah,

memotivasi serta membimbing dan mengarahkan Pengelola imunisasi Puskesmas

yang di supervisi ke arah praktek penyelenggaraan imunisasi yang baik dan

memenuhi standar.

Langkah Pengelola Imunisasi Kabupaten dalam supervisi supportif adalah;

1. Pra – supervisi; Pengelola imunisasi Kabupaten diharapkan mempunyai

pemahaman dan keterampilan melakukan supervisi supportif dan menguasai

dengan benar daftar tilik supervisi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengikuti

pelatihan atau belajar sendiri melalui buku acuan yang tersedia.

2. Supervisi

a. Orientasi

Orientasi pemahaman konsep, metode, pelaksanaan dan penjelasan daftar

tilik yang diterapkan melalui kajian mandiri dan verifikasi. Pada saat ini juga

dilakukan kesepakatan tentang jadual dan operasional kegiatan supervisi.

b. Kajian Mandiri.

Pelaksanaan kajian mandiri dengan menggunakan daftar tilik, dilakukan oleh

pengelola imunisasi Kabupaten termasuk Pengelola Imunisasi Puskesmas

untuk menilai penyelenggaraan program imunisasi dan pelayanan imunisasi

di wilayah kerja Puskesmas. Pada lembar Rencana Tindak Lanjut, Pengelola

imunisasi Kabupaten mengisi masalah yang diambil dari jawaban ‘Tidak’, lalu

membuat rencana tindak lanjut langsung dan tidak langsung.

c. Verifikasi.

Verifikasi dilakukan oleh Pengelola Imunisasi Kabupaten terhadap Pengelola

Imunisasi Puskesmas di wilayah kerjanya dengan menggunakan daftar tilik

yang telah diisi terlebih dahulu oleh Pengelola Imunisasi Puskesmas.

Pengelola imunisasi Kabupaten melakukan verifikasi untuk tiap komponen

yang dianggapnya perlu diverifikasi kebenaran dan kelengkapan

pengisiannya. Pengelola imunisasi Kabupaten kemudian melakukan

rekapitulasi hasil verifikasi untuk tiap fasilitas dan memberikan bimbingan

untuk proses yang tidak memenuhi standar.

Page 18: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

18

d. Pertemuan Rutin

Pertemuan rutin membicarakan hasil verifikasi baik tingkat kepatuhan

terhadap standar maupun item-item yang tidak memenuhi standar. Pada

pertemuan ini juga dilakukan penyusunan rencana tindak lanjut untuk

mengatasi ketidakpatuhan. Tiap item dipilah; mana yang dapat dipenuhi oleh

pengelola imunisasi puskesmas, mana yang dapat diatasi oleh pengelola

imunisasi kabupaten dan mana item yang akan dipenuhi oleh dinas

kesehatan provinsi. Proses bimbingan yang bersifat supportif juga dapat

diberikan pada pertemuan ini.

e. Upaya peningkatan mutu

Berdasarkan temuan dari hasil penilaian daftar tilik, pengelola imunisasi

kabupaten di di wilayah kerjanya membuat perencanaan peningkatan mutu

penyelenggaraan program imunisasi. Hasil pencapaian dan peningkatan yang

dilakukan akan dibicarakan pada pertemuan berkala periode berikutnya.

Demikian secara berkelanjutan dilakukan kegiatan supervisi supportif yang

bertujuan untuk melakukan peningkatan mutu pelayanan dan

penyelenggaraan imunisasi secara berkesinambungan yang pada akhirnya

akan memberi dampak pada meningkatnya angka cakupan imunisasi di

wilayah kerja pengelola imunisasi puskesmas.

f. Sumber data Supervisi

Sumber data yang digunakan dalam kegiatan supervisi diantaranya adalah:

a) PWS

b) Buku Register Kohort Ibu, Bayi dan Balita

c) Buku stok vaksin, logistik dan kondisi peralatan rantai dingin

d) Semua laporan pelayanan imunisasi dari fasilitas pelayanan kesehatan

swasta atau jejaring puskesmas

Page 19: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

19

DAFTAR TILIK SUPERVISI SUPPORTIF PELAYANAN IMUNISASI TINGKAT POLINDES/POSYANDU

TANGGAL POLINDES

PUSKESMAS KECAMATAN

KAB/ KOTA

A. INPUT

1. FASILITAS FISIK POLINDES/POSYANDU

AKTUAL

Ya Tidak

1.1 Spesifikasi kamar (minimal 12 m2)

1.2 Kebersihan (tidak ada debu, kotoran, sampah atau sarang

labalaba)

1.3 Pencahayaan (cukup untuk membaca dengan baik di dalam

ruangan)

1.4 Ventilasi (sirkulasi udara baik)

1.5 Outlet listrik (soket) minimal 1 satu di ruangan

1.6 Tempat cuci tangan dengan air mengalir (wastafel atau ember

berlobang)

1.7 Lantai Semen/Keramik

Penilaian tingkat Polindes/Posyandu

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 7

Penilaian tingkat Puskesmas

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 7

2. PERLENGKAPAN DALAM RUANG

AKTUAL

Ya Tidak

2.1 Meja dengan laci (penyimpanan catatan)

2.2 Kursi ( minimal 3 kursi di ruangan yang berfungsi baik)

2.3 Meja pemeriksaan/ pelayanan

2.4 1 Tempat sampah di ruangan

2.5. 1 tempat limbah – medis ADS (safety box)

Page 20: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

20

Penilaian tingkat Polindes/Posyandu

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 5

Penilaian tingkat Puskesmas

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 5

B. PROSES

1. COLD CHAIN (RANTAI VAKSIN)

AKTUAL

Ya Tidak

1.1 Ada thermometer dalam vaccine carrier yang berfungsi baik

1.2 Temperatur vaccine carrier memenuhi syarat penyimpanan

vaksin (2 - 8 derajat Celsius)

1.3 Semua vaksin ( DT, Td, DPT-HB-Hib, HB, IPV dalam keadaan

cair (tidak beku)

1.4 Vaksin disimpan dengan menggunakan cool pack (kotak dingin

cair)

1.5 Tidak ada vaksin kedaluarsa

1.6 Apakah pelarut disimpan dalam vaccin carrier

1.7 Tidak ada vaksin dengan VVM yang memenuhi kriteria C atau D

Penilaian tingkat Polindes/Posyandu

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 7

Penilaian tingkat Puskesmas

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 7

2. PELAYANAN IMUNISASI AKTUAL

Ya Tidak

2.1 Apakah ada bukti rencana jadual pelayanan imunisasi di

Polindes/ Posyandu (Buktikan dengan melihat dokumen)

2.2 Apakah jadwal pemberian, dosis dan metode pemberian

sesuai prosedur setiap jenis imunisasi (verifikasi untuk

imunisasi Polio tetes (bOPV) dan Polio suntik (IPV), DPT-HB-

Hib, HB Uniject)

Page 21: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

21

2.3 Apakah menggunakan kotak dingin cair (cool pack) untuk

membawa vaksin

2.4 Apakah tidak melakukan penutupan kembali (recaping) jarum

suntik setelah melakukan penyuntikan.

2.5 Apakah memasukkan langsung alat suntik bekas pakai ke

dalam safety box.

2.6 Apakah tidak ditemukan vaksin yang telah dilarutkan melebihi

waktu pemakaian di dalam vaccine carrier

Penilaian tingkat Polindes/Posyandu

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 6

Penilaian tingkat Puskesmas

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 6

3. KEMITRAAN AKTUAL

Ya Tidak

3.1 Apakah pada setiap persalinan oleh nakes diberikan imunisasi

HB0 < 24 Jam? Lihat catatan persalinan nakes, bandingkan

dengan cakupan HB < 24 Jam. Jumlah persalinan oleh

nakes...

Jumlah cakupan HB < 24 Jam...

3.2 Apakah cakupan HB0 < 24 Jam sama dengan cakupan KN1?

Lihat cakupan KN1, bandingkan dengan cakupan HB < 24

Jam.

Jumlah KN1..... jumlah HB0 < 24 Jam.....

3.3 Apakah sudah ada kerjasama/kemitraan dengan minimal 3

dari mitra dibawah ini:

a. PKK

b. Kepala Desa

c. Tokoh Masyarakat

d. Dukun Bayi

e. Kader

Penilaian tingkat Polindes/Posyandu

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 3

Penilaian tingkat Puskesmas

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 3

Page 22: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

22

4. PENYULUHAN AKTUAL

Ya Tidak

4.1 Apakah Poster imunisasi ditempel di ruang pelayanan

4.2 Apakah Petugas sudah berkomunikasi dengan akrab dan

menghargai pasien

4.3 Apakah Petugas sudah memberikan penjelasan kepada ibu

tentang kemungkinan reaksi yang timbul setelah imunisasi

4.4 Apakah Petugas memberikan penjelasan kepada ibu bila si

anak harus kembali untuk mendapatkan imunisasi berikutnya?

Penilaian tingkat Polindes/Posyandu

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 4

Penilaian tingkat Puskesmas

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai Harapan 4

5. PENCATATAN DAN PELAPORAN

AKTUAL

Ya Tidak

6.1 Apakah informasi imunisasi bayi di catat di kohort bayi

6.2 Apakah buku register imunisasi diisi dengan benar dan

tersedia 1 cadangan buku register

6.3 Apakah kohort ibu, untuk status imunisasi Td pada ibu di isi

dengan benar selama 3 bulan ?

Penilaian tingkat Polindes/Posyandu

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 3

Penilaian tingkat Puskesmas

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 3

Page 23: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

23

RENCANA TINDAK LANJUT (Tulis berdasarkan prioritas masalah)

No. Masalah diambil dari jawaban “Tidak”

Rencana Tindak Lanjut Langsung

Rencana Tindak Lanjut Tidak Langsung

Catatan Supervisor:

Mengetahui ……………………..tgl…………………

Kepala Puskesmas…………………….. Pelaksana Supervisi

Page 24: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

24

DAFTAR TILIK SUPERVISI DAN TINDAK LANJUT MENGATASI MASALAH PROGRAM IMUNISASI TINGKAT PUSKESMAS

PUSKESMAS NAMA KEPALA PUSKESMAS

KECAMATAN KAB/ KOTA

PROVINSI

A. INPUT

1. FASILITAS FISIK

AKTUAL

Ya Tidak

1.1 Spesifikasi ruangan (minimal 12 m2)

1.2 Kebersihan (tidak ada debu, kotoran, sampah atau sarang

laba laba)

1.3 Pencahayaan (bisa untuk membaca dengan baik)

1.4 Ventilasi (sirkulasi udara baik)

1.5 Outlet listrik (soket) minimal 1 satu di ruangan

1.6 Tempat cuci tangan dengan air mengalir

1.7 Lantai semen/keramik

Penilaian tingkat Puskesmas

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 7

Penilaian tingkat Kabupaten

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 7

2. PERLENGKAPAN DALAM RUANGAN

AKTUAL

Ya Tidak

2.1 Meja dengan laci (penyimpanan catatan)

2.2 Kursi ( minimal 6 kursi di ruangan – berfungsi baik)

2.3 Lemari catatan dengan rak dan pintu berengsel serta kunci

2.4 Meja pemeriksaan / pelayanan

2.5 Tempat limbah-medis / safety box (1 tempat sampah di

ruangan)

Page 25: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

25

2.6 Tempat sampah di ruangan

Penilaian tingkat Puskesmas

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 6

Penilaian tingkat Kabupaten

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 6

3. PERALATAN AKTUAL

Ya Tidak

3.1 Box Pendingin (min. 1 box , tutup rapat , tidak retak dan

bersih)

3.2 Vaccine Carrier (min. 1, tutup rapat, tidak retak dan bersih)

3.3 Cool pack (kotak dingin cair) (minimal 12 cool pack yang

dapat digunakan)

3.4 Lemari pendingin / refrigerator ( min. 1, pintu tertutup rapat,

penyegel pintu dari karet utuh, bersih)

3.5 Thermometer lemari pendingin ( minimal 1, berfungsi baik)

3.6 Permukaan lemari pendingin (lantai dasar lemari

pendingin rata)

Penilaian tingkat Puskesmas

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 6

Penilaian tingkat Kabupaten

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 6

4. BAHAN – BAHAN AKTUAL

Ya Tidak

4.1 Vaksin Polio tetes (bOPV)

4.2 Vaksin DPT-HB-Hib

4.3 Vaksin MR & pelarut

4.4 Vaksin BCG & pelarut

4.5 Vaksin Hep B Uniject

4.6 Vaksin Poilo suntik (IPV)

4.7 Vaksin Td

4.8 Auto disposible syringe (ADS) 0,05 mL & 0,5 mL

4.9 Alat suntik (habis pakai) 5 mL

Page 26: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

26

4.9 Kapas steril & air hangat

4.10 Kit Anafilaktik

4.11 Sabun cuci tangan (sabun-antiseptik)

Penilaian tingkat Puskesmas

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 11

Penilaian tingkat Kabupaten

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 11

B. PROSES

1. COLD CHAIN (RANTAI VAKSIN) AKTUAL

Ya Tidak

1.1 Apakah suhu lemari es dicatat 2 x sehari pada kartu suhu

setiap hari? (Lihat kartu suhu). Kartu suhu diletakkan di

atas/di dinding dekat lemari es yang bersangkutan. Kartu

suhu harus disimpan minimal 3 tahun

1.2 Apakah temperatur di lemari es memenuhi syarat

penyimpanan vaksin (2 s/d 8 derajat celsius) pada

saat kunjungan? Suhu....ºC

1.3 Apakah tidak ada vaksin DT, Td, DPT-HB-Hib, IPV & HB

yang beku/pernah beku?

1.4 Apakah tidak dijumpai vaksin sisa yang terbuka (pelayanan

dari komponen statis) di dalam lemari es melebihi waktu yang

ditentukan

1.5 Apakah di dalam lemari es tidak ada vaksin yang

disusun/disimpan tidak sesuai ketentuan (Seharusnya: vaksin

(FS) Td, DPT-HB-Hib, IPV, DT dan HB jauh dari tempat

membuat es (evaporator); vaksin (HS) BCG, MR, Polio tetes

(bOPV) dekat dengan evaporator)?

1.6 Apakah tidak ditemukan vaksin dengan VVM dengan kriteria

C dan/atau D ?

1.7 Apakah dalam lemari es ada termometer dan berfungsi baik.

1.8 Apakah dalam lemari es tidak dijumpai bunga es dengan

ketebalan > 0,5 cm ?

Penilaian tingkat Puskesmas

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 8

Penilaian tingkat Kabupaten Nilai Aktual

Page 27: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

27

Tanggal: Nilai harapan 8

2. VAKSIN DAN LOGISTIK AKTUAL

Ya Tidak

2.1 Apakah tidak pernah terjadi kekosongan vaksin dalam 3

bulan terakhir (lihat buku stok vaksin)?

2.2 Apakah jumlah pelarut sesuai vaksin peruntukannya (BCG

dan MR)

2.3 Apakah tersedia ADS dan safety box dalam jumlah cukup?

(bandingkan jumlah persediaan dengan sasaran yang akan

diimunisasi).

2.4 Apakah pemakaian vaksin dibawah ini sudah efisien? Catat

indeks pemakaiannya (IP) bandingkan antara hasil cakupan

dengan jumlah vial yang digunakan:

IP Td BCG DPT-HB-

Hib

MR POLIO

tetes

(bOPV)

Standar 8 3-4 4 3-4 8

Hasil

2.5 Apakah tidak ada vaksin yang kadaluwarsa

2.6 Apakah permintaan vaksin ke kabupaten/kota berdasarkan

kebutuhan satu bulan ditambah cadangan satu minggu

dikurangi sisa vaksin bulan lalu (hitung stok minimal dan

maksimal)

Penilaian tingkat Puskesmas

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 6

Penilaian tingkat Kabupaten

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 6

3. PELAYANAN IMUNISASI AKTUAL

Ya Tidak

3.1 Apakah ada jadwal pelayanan imunisasi di Posyandu?

(Buktikan dengan melihat dokumen)

3.2 Apakah jadual kunjungan Posyandu ditepati? (Lihat hasil

cakupan salah satu posyandu pada bulan ini)

Page 28: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

28

3.3 Apakah untuk pelayanan imunisasi, vaksin dibawa dan

disimpan dengan menggunakan cool pack (kotak dingin cair)

3.4 Apakah setelah menyuntik tidak melakukan penutupan

kembali jarum suntik (Recaping)?

3.5 Apakah alat suntik bekas pakai dimasukkan langsung ke

dalam safety box?

3.6 Apakah ada penanganan limbah alat suntik yang aman?

Buktikan dengan observasi dan sebutkan caranya............

Penilaian tingkat Puskesmas

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 6

Penilaian tingkat Kabupaten

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 6

4. KEMITRAAN AKTUAL

Ya Tidak

4.1 Apakah pada setiap persalinan oleh nakes diberikan imunisasi

HB-0 < 24 Jam? Lihat catatan persalinan nakes, bandingkan

dengan cakupan HB0 < 24 Jam. Jumlah persalinan oleh

nakes...

Jumlah cakupan HB0 < 24 Jam...

4.2 Apakah cakupan HB0 < 24 Jam sama dengan cakupan KN1?

Lihat cakupan KN1, bandingkan dengan cakupan HB0 < 24

Jam.

Jumlah KN1..... jumlah HB0 < 24 Jam.....

4.3 Apakah sudah ada kerjasama/kemitraan dengan minimal 3

dari mitra dibawah ini:

a. Program terkait (KIA, Promkes, Surveilans)

b. Instansi terkait (Diknas, Kemenag)

c. PKK

d. Kepala Desa

e. Tokoh Masyarakat

Penilaian tingkat Puskesmas

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 3

Penilaian tingkat Kabupaten

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 3

Page 29: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

29

5. PENYULUHAN AKTUAL

Ya Tidak

5.1 Apakah Poster imunisasi ditempel di ruang pelayanan

5.2 Apakah Petugas sudah berkomunikasi dengan akrab

dan menghargai pasien

5.3 Apakah Petugas sudah memberikan penjelasan kepada

ibu tentang kemungkinan reaksi yang timbul setelah

imunisasi

5.4 Apakah Petugas sudah memberikan penjelasan kepada ibu

bila si anak harus kembali untuk mendapatkan imunisasi

berikutnya

Penilaian tingkat Puskesmas

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 4

Penilaian tingkat Kabupaten

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan

4

6. MANAJEMEN AKTUAL

Ya Tidak

6.1 Ada minimal 1 buku petunjuk praktek imunisasi tersedia di

ruangan

6.2. Ada uraian tugas untuk pelayanan imunisasi

6.3 Sasaran dan cakupan imunisasi tercatat

6.4 Ada bukti tercacat kegiatan penyeliaan dari Dinkes

kabupaten

Penilaian tingkat Puskesmas

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 4

Penilaian tingkat Kabupaten

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan

4

Page 30: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

30

7. PENGOLAHAN PWS DI PUSKESMAS

Adakah grafik PWS per desa/per wilayah kerja bulan lalu di Puskesmas? Cakupan:

AKTUAL

Ya Tidak

7.1 DPT-HB-Hib1

7.2 Polio Tetes (bOPV) 4

7.3 HB0 < 24 jam

7.4 MR 1

7.5 Drop out DPT-HB-Hib1 – MR 1

Penilaian tingkat Puskesmas

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 5

Penilaian tingkat Kabupaten

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 5

8. ANALISIS & TINDAK LANJUT PWS

AKTUAL

Ya Tidak

8.1 Apakah Puskesmas membuat analisis PWS

8.2 Apakah hasil analisis PWS dibahas dalam setiap

pertemuan bulanan Puskesmas?

8.3 Apakah analisa PWS dikaitkan dengan penyakit PD3I (lihat

grafik atau spot map?)

8.4. Apakah ada tindak lanjut dari hasil pembahasan

(Bandingkan hasil bulan lalu dengan bulan berikutnya atau

lihat hasil (sweeping)?

8.5 Apakah Kepala Puskesmas dalam 3 bulan terakhir

menyampaikan rangkuman analisis PWS, dan bersama

Lurah/Camat membahas tindak lanjutnya dalam rapat

koordinasi Kelurahan/Kecamatan (Lihat undangan/Notulen)

Penilaian tingkat Puskesmas

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 5

Penilaian tingkat Kabupaten

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 5

Page 31: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

31

9. PEMANTAUAN PROGRAM IMUNISASI AKTUAL

Ya Tidak

9.1 Apakah dilakukan pemnatauan UCI desa? Bila ya, catat

hasulnya: Desa UCI......% (tahun terakhir)

9.2 Apakah dilakukan pemantauan Td-WUS 5 dosis? Bila ya,

catat hasilnya:

Desa dengan cakupan WUS 5 dosis > 80% ......% Desa.

9.3 Apakah ada data desa resiko/bukan resiko TN (Berdasarkan

sistem skoring)

9.4 Apakah ada pemetaan desa resiko tinggi campak-rubela?

Desa risti campak: desa dengan cakupan < 80% selama 3

tahun berturut-turut atau pernah KLB campak-rubela pada

tahun sebelumnya atau endemis campak-rubela.

9.5 Apakah setiap kasus KIPI dilaporkan, dalam satu tahun

terakhir, termasuk bila tidak ada kasus dilaporkan nihil (zero

report)? Lihat arsip laporan.

9.6 Apakah ada pemetaan daerah sulit? (Lihat dokumen).

9.7 Apakah ada strategi untuk memberikan pelayanan imunisasi

di daerah sulit? (Lihat dokumen perencanaan dan hasil

kegiatan)

Penilaian tingkat Puskesmas

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 7

Penilaian tingkat Kabupaten

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 7

10.

PENCATATAN DAN PELAPORAN AKTUAL

Ya

Tidak

10.1 Apakah informasi imunisasi di catat di kohort bayi

10.2 Apakah buku register (pencatatan) imunisasi diisi dengan benar dan

tersedia 1 cadangan buku register (pencatatan)

Page 32: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

32

10.3 Apakah pencatatan dan pelaporan cakupan imunisasi di Puskesmas

akurat?

Caranya: hitung kembali cakupan imunisasi MR 1 dan DPT-HB-Hib1

dari buku register dan dari cakupan pelayanan swasta dalam satu

desa yang dipilih secara acak, minimal dalam 3 bulan terakhir (A).

Bandingkan dengan laporan cakupan yang tercatat di buku

rekapitulasi Puskesmas ke kabupaten dalam periode yang sama (B).

Gunakan table 1. Bila akurasi sama dengan 100%, berarti

pencatatan dan pelaporan cakupan akurat

Tabel 1.

Periode Waktu : Bulan ……..s/d………Tahun……

Desa

(A)

Registerasi

(B)

Rekap/

Laporan

Puskesmas

DPT– HB-

Hib1 (A:B)

x

100%

MR 1

(A:B) x

100%

DPT-

HB-Hib1

MR 1 DPT-

HB-

Hib1

MR 1

CCatatan: Jawaban tidak, bila akurasi data < atau > 100%.

Ttemukan penyebabnya

10.4 Apakah jumlah vaksin dalam lemari es sama dengan yang tercatat

pada buku stok vaksin? Untuk menentukan Ya/Tidak, cek dua jenis

vaksin yang dipilih secara acak dengan menggunakan Tabel 2.

Tabel 2.

Vaksin Jumlah Vaksin (Vial)

Di lemari es Tercatat di buku

stok Vaksin

10.5 Apakah ada laporan bulanan bayi dan ibu yang dimunisasi dan

dilaporkan tepat waktu?

Page 33: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

33

10.6 Apakah ada arsip laporan bulanan, laporan kegiatan suplemen

tersimpan rapi dan lengkap?

Penilaian tingkat Puskesmas

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 6

Penilaian tingkat Kabupaten

Tanggal:

Nilai Aktual

Nilai harapan 6

RENCANA TINDAK LANJUT (Tulis berdasarkan prioritas masalah)

No. Masalah diambil dari jawaban

“Tidak”

Rencana Tindak Lanjut Langsung

Rencana Tindak

Lanjut Tidak Langsung

Catatan Supervisor:

Mengetahui ……………………..tgl…………………

Kepala Puskesmas…………………….. Pelaksana Supervisi

Page 34: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

34

b. Data Quality Self assessment (DQS)

Dalam upaya menilai dan menjaga kualitas pencatatan dan pelaporan data

imunisasi, perlu dilaksanakan Data Quality Self Assessment (DQS). DQS

merupakan alat untuk menilai kualitas sistem pencatatan dan pelaporan data hasil

imunisasi. Komponen yang dinilai melalui DQS meliputi akurasi data dan kualitas

sistem pemantauan data imunisasi.

Tujuan umum pelaksanaan DQS adalah untuk memperoleh gambaran kualitas

pencatatan dan pelaporan program imunisasi secara berjenjang, khususnya di

tingkat puskesmas dimana pencatatan hasil pelayanan imunisasi dilakukan, serta

menemukan upaya pemecahan masalah yang ditemukan untuk meningkatkan

kualitas sistem pencatatan dan pelaporan.

Tujuan khusus nya adalah:

• Mengidentifikasi alur pencatatan dan pelaporan di tingkat puskesmas;

• Mengetahui tingkat akurasi laporan cakupan imunisasi dengan verifikasi atau

penghitungan ulang data imunisasi secara berjenjang;

• Mengetahui persentase kelengkapan dan ketepatan waktu pelaporan secara

berjenjang mulai dari desa ke puskesmas, Puskesmas ke Kabupaten/kota,

Kabupaten/kota ke provinsi dan provinsi ke pusat;

• Mengetahui kualitas sistem pemantauan program imunisasi di masing-masing

level administrasi tersebut;

• Mengetahui kekuatan dan kelemahan sistem pencatatan dan pelaporan serta

memberikan rekomendasi berdasarkan hasil temuan penilaian

Sasaran Penilaian DQS

1. Sasaran Kuantitatif

Sasaran penilaian kuantatif adalah sistem pencatatan dan pelaporan hasil

pelayanan imunisasi yang meliputi :

a) Pencatatan hasil pelayanan imunisasi di Posyandu, Puskesmas, dan unit

pelayanan kesehatan lainnya (misalnya: buku register/kohort bayi, buku

register pelayanan di Puskesmas, laporan imunisasi dari praktek swasta,

kohort Ibu, register WUS).

b) Rekapitulasi hasil pelayanan Puskesmas (misalnya: buku rekapan imunisasi)

atau lembar laporan Puskesmas ke tingkat Kabupaten/Kota.

c) Rekapan laporan Puskesmas di tingkat Kabupaten/Kota (laporan

Kabupaten/kota ke Provinsi)

Page 35: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

35

2. Sasaran Kualitatif

Sasaran penilaian kualitatif ini adalah data yang menggambarkan kualitas

komponen sistem pemantauan, yaitu meliputi:

a) Data demografi

b) Pencatatan

c) Pelaporan atau pengarsipan

d) Ketersediaan data/formulir

e) Penggunaan data

Pengertian

Berikut ini adalah beberapa istilah yang penting dipahami dalam pelaksanaan DQS. 1. Data Quality Self-Assessment (DQS) adalah suatu perangkat alat bantu

penilaian pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan imunisasi untuk mengetahui

tingkat ketepatan/akurasi data imunisasi dan kualitas sistem pemantauan

program imunisasi.

2. Verifikasi atau penghitungan ulang adalah suatu kegiatan untuk mengetahui

keakuratan data cakupan imunisasi dengan mencocokkan data hasil pelayanan

imunisasi pada pencatatan di tingkat yang lebih rendah dengan data yang

dilaporkan ke tingkat yang lebih tinggi. Misalnya, penghitungan ulang jumlah

anak yang diimunisasi MR dari kohort/register bayi desa, pelayanan Puskesmas

dan swasta selama bulan Juni, lalu mencocokkannya dengan jumlah bayi yang

diimunsasi MR yang dilaporkan Puskesmas untuk desa tersebut pada bulan

yang sama.

3. Penghitungan rasio akurasi data adalah perbandingan jumlah imunisasi yang

berhasil diverifikasi atau dihitung ulang dari sumber tertentu pada satu tingkatan

(pembilang/numerator) dengan jumlah imunisasi yang dilaporkan oleh tingkatan

tersebut ke tingkat yang lebih tinggi (penyebut/denominator).

Misalnya: Jumlah imunisasi yang dihitung ulang dari kohort/register bayi desa,

pelayanan Puskesmas dan swasta (pembilang) dan Laporan Puskesmas untuk

desa tersebut ke Kabupaten/kota (penyebut).

4. Rasio Akurasi data adalah hasil perhitungan verifikasi data poin 3 diatas yang

ditunjukkan dalam bentuk persentasi (%) dengan hasil akurat, under reporting,

dan over reporting.

a. Akurat, apabila hasil akurasi rasio sama dengan 100%

Akurat adalah hasil imunisasi yang dihitung ulang (diverifikasi) sama dengan

hasil imunisasi yang dilaporkan.

Page 36: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

36

Contoh: jumlah cakupan absolut imunisasi DPT-HB-Hib3 di buku

desa/register bayi adalah 10, dan yang dilaporkan dari puskesmas untuk

desa tersebut ke dinkes kabupaten/kota sama dengan 10.

b. Under reporting, apabila hasil akurasi rasio > 100%

Under reporting adalah hasil imunisasi yang dihitung ulang (diverifikasi) lebih

besar dibandingkan dengan hasil imunisasi yang dilaporkan. Contoh: jumlah

cakupan absolut imunisasi DPT-HB-Hib3 di kohort/register bayi adalah 10,

tetapi yang dilaporkan dari puskesmas untuk desa tersebut ke dinkes

kabupaten/kota hanya 8.

c. Over reporting, apabila hasil akurasi rasio < 100%

Over reporting adalah hasil imunisasi yang dihitung ulang (diverifikasi) lebih

kecil dibandingkan dengan hasil imunisasi yang dilaporkan. Contoh: jumlah

cakupan absolut imunisasi DPT-HB-Hib 3 di kohort/register bayi adalah 8,

tetapi yang dilaporkan dari puskesmas untuk desa tersebut ke dinkes

kabupaten/kota 10.

5. Kelengkapan laporan Puskesmas diartikan sebagai persentasi (%) jumlah

laporan yang diterima terhadap laporan yang seharusnya diterima selama

periode waktu tertentu. Cara perhitungan kelengkapan laporan adalah dengan

membandingkan jumlah laporan yang diterima (pembilang) dengan jumlah

laporan yang seharusnya diterima selama periode waktu tertentu (penyebut)

dikali 100%.

Ketepatan waktu dari laporan Puskesmas diartikan sebagai persentasi (%)

jumlah laporan yang diterima tepat waktu. Cara menghitung ketepatan waktu

adalah membandingan jumlah laporan yang diterima tepat waktu (pembilang)

dengan jumlah laporan yang seharusnya diterima selama suatu periode waktu

tertentu (penyebut) dikali 100%.

6. Kualitas Indeks adalah nilai angka untuk mengukur kualitas komponen-

komponen sistem pemantauan data imunisasi. Nilai Kualitas Indeks tersebut

diperoleh dengan melengkapi kuesioner kualitatif DQS melalui pengamatan dan

wawancara tentang kualitas data demografi, pencatatan, pelaporan &

pengarsipan, ketersediaan data & formulir, dan penggunaan data.

Lokasi dan Pelaksana Untuk mendapatkan gambaran akurasi data dan sistem pemantauan program

imunisasi, DQS sebaiknya dapat dilakukan di minimal 4 dan maksimal 6

Puskesmas, dan masing-masing Puskesmas terdiri dari 3 desa/kelurahan.

Pemilihan Puskesmas dan desa/kelurahan dilakukan dengan acak, misalnya

Page 37: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

37

dengan menomori Puskesmas dan desa lalu mengundi nomor tersebut untuk

memperoleh lokasi pelaksanaan DQS.

Pada dasarnya, DQS adalah penilaian sendiri (self assesment). Oleh karena itu,

pelaksana DQS sebaiknya adalah petugas Puskesmas (bidan koordinator,

juru/pengelola imunisasi, bidan desa) bersama-sama dengan petugas imunisasi

Kabupaten/Kota, Provinsi, atau Pusat. Petugas imunisasi Kabupaten/Kota, Provinsi,

atau Pusat beperan sebagai pemandu atau pengarah pelaksanaan DQS.

Dengan demikian petugas Puskesmas berpartisipasi aktif dalam melakukan

penghitungan ulang atau verfikasi data imunisasi sehingga dapat menemukan

sendiri titik lemah sistem pencatatan dan pelaporan yang ada di Puskesmas

bersangkutan. Kerja sama ini diharapkan dapat menghasilkan penilaian yang lebih

bermanfaat untuk perbaikan kualitas data dan sistem pemantauan.

Metodologi 1. Menggambarkan alur

Tujuan menggambarkan alur imunisasi adalah untuk mengetahui setiap langkah

pencatatan dan pelaporan sehingga mempermudah verifikasi data dan juga

mengetahui dimana terjadi hambatan/masalah dalam kegiatan pencatatan dan

pelaporan dan memperkirakan dampaknya terhadap data. Berikut ini langkah-

langkah menggambarkan alur pencatatan dan pelaporan: a. Kumpulkan sumber informasi pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan

imunisasi mulai dari unit pelayanan (Posyandu, Puskesmas, Pustu,

Poskesdes, Polindes, bidan/dokter praktek, RS, RB, swasta lainnya) sampai

dilaporkan ke Kabupaten/Kota.

• Sumber informasi pencatatan pada unit pelayanan terdiri dari buku

kohort/register bayi desa, kohort ibu dan register WUS, buku pelayanan

dalam gedung puskesmas, buku pencatatan dari hasil pelayanan swasta.

• Pencatatan berdasarkan nama bayi harus dapat ditelusuri karena

merupakan tingkat pencatatan yang paling rendah yang harus dihitung

ulang atau diverifikasi.

• Sumber informasi pelaporan: buku rekapitulasi cakupan atau laporan

bulanan hasil imunisasi di Puskesmas maupun di Kabupaten/kota

b. Tanyakan dan gambarkan alur pencatatan dan pelaporan.

2. Melakukan Verifikasi data Verifikasi bertujuan untuk mengetahui keakuratan data cakupan imunisasi dari

desa ke puskesmas dan dari puskesmas ke kabupaten/kota. Verifikasi dilakukan

Page 38: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

38

dengan menghitung ulang data dari register desa, buku pelayanan dalam

gedung, laporan swasta dan membandingkannya dengan jumlah imunisasi yang

dilaporkan pada laporan bulanan/ Rekapitulasi Puskesmas.

Karena modul ini dikhususkan pada puskesmas, maka pembahasan mengenai

DQS akan untuk penilaian desa ke puskesmas dan puskesmas ke desa.

a. Akurasi data Desa – Puskesmas Berikut langkah-langkah penghitungan ulang atau verifikasi data hasil

pelayanan imunisasi desa dengan laporan/rekapitulasi Puskesmas:

o Memilih 3 desa/kelurahan secara acak untuk melakukan verifikasi data

cakupan. Pada puskesmas di perkotaan, unit verifikasi data dapat diganti

menjadi RW atau posyandu, karena diperkotaan/kota besar, sering

ditemukan wilayah puskesmas hanya meliputi satu desa/kelurahan.

o Menentukan minimal 2 jenis vaksin yang akan diverifikasi secara acak.

o Periode verifikasi data ditetapkan satu tahun (Januari-Desember). Data

yang diverifikasi sebaiknya diambil satu tahun sebelumnya.

o Mengumpulkan semua dokumen-dokumen pencatatan dan pelaporan di

tingkat desa/kelurahan terpilih dan Puskesmas, misalnya buku register

bayi desa dan laporan Puskesmas.

o Mencari sumber lain laporan cakupan (Pelayanan dalam Gedung

Puskesmas, laporan RS, Klinik swasta, laporan umpan balik luar wilayah)

untuk desa/kelurahan terpilih.

o Untuk setiap desa terpilih, lakukan verifikasi data dari register desa,

register KIA, register pelayanan dalam gedung dan laporan swasta

dengan menghitung satu demi satu bayi yang diimunisasi dengan antigen

yang ditentukan, memisahkan bayi-bayi yang berumur lebih dari satu

tahun, dan yang berasal dari luar wilayah desa tersebut. Kemudian

mencatatnya dengan melidi lalu dijumlahkan dalam format yang

disediakan.

o Catatan: Bila register bayi tidak tersedia/ditemukan, maka penghitungan

ulang/verifikasi data imunisasi tidak dapat dilakukan. Jadi sedapat

mungkin, temukanlah pencatatan imunisasi yang mencantumkan nama-

nama bayi yang diimunisasi.

o Khusus untuk memverifikasi cakupan HB0 <24 jam, lihat tanggal dan jam

kelahiran bayi terhadap tanggal dan jam pemberian imunisasi apakah

tepat kurang dari 24 jam. Jika lebih dari 24 jam maka tidak dihitung

sebagai HB0.

Page 39: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

39

o Hasil penghitungan ulang hasil imunisasi bulanan desa dicocokkan dengan

laporan bulanan Puskesmas untuk desa tersebut. Bila terdapat selisih,

temukan penyebab-penyebabnya.

o Hitunglah tingkat akurasi laporan cakupan setiap desa dengan rumus

berikut:

o Masukkanlah hasil rekapan akurasi data ke dalam software yang sudah

tersedia. Bila komputer tidak tersedia, gunakanlah Tabel Rekapitulasi

Manual Akurasi Data Desa-Puskesmas.

b. Akurasi data Puskesmas – Kabupaten Berikut ini langkah-langkah melakukan verifikasi data dari laporan/ rekapitulasi

bulanan puskesmas dengan laporan/rekapitulasi kabupaten/kota:

o Mengumpulkan dokumen pencatatan dan pelaporan Puskesmas terpilih.

o Lakukan penghitungan ulang dengan menjumlah ulang hasil imunisasi dari

semua desa di Puskesmas kemudian catat dalam format yang tersedia.

o Bandingkan hasil penghitungan ulang laporan/rekapan Puskesmas dengan

laporan Puskesmas yang ada di Kabupaten/Kota.

o Hitung tingkat akurasi laporan cakupan Puskesmas dengan rumus berikut:

o Masukkanlah hasil rekapan akurasi data ke dalam software yang sudah

tersedia. Bila komputer tidak tersedia, gunakanlah Tabel Rekapitulasi Manual

Akurasi Data Puskesmas-Kabupaten.

Jumlah imunisasi antigen terpilih yang dihitung ulang di suatu desa dalam satu periode waktu X100%

Jumlah imunisasi antigen terpilih yang dilaporkan Puskesmas untuk desa tsb dalam periode waktu yang sama

Jumlah imunisasi antigen terpilih yang dihitung ulang di Puskesmas dalam satu periode waktu X100%

Jumlah imunisasi antigen terpilih Puskesmas yang dilaporkan ke Kab/Kota dalam periode waktu yang sama

Page 40: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

40

Tabel Input Akurasi Data dari Desa ke Puskesmas (Software)

Page 41: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

41

Tabel Input Akurasi Data dari Puskesmas ke Kabupaten/Kota (Software)

Page 42: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

42

Tabel dan Grafik Rekapitulasi Akurasi Data Desa - Puskesmas (Manual)

Puskesmas :_________________________

Kabupaten/Kota :_________________________

Nama Vaksin____________________ Desa 1 Desa 2 Desa 3

C Jumlah total imunisasi yang dihitung ulang dari

pencatatan yang lebih rendah (yaitu buku register

desa terpilih dan dari puskesmas, bidan desa,

praktek swasta, RS yang berasal dari desa terpilih).*

D Jumlah total imunisasi yang tercatat di Puskesmas

(di Buku Biru atau buku rekapitulasi) untuk desa

terpilih.**

Persentase verifikasi hasil imunisasi (C/D x 100%)

Nama Vaksin____________________ Desa 1 Desa 2 Desa 3

C Jumlah total imunisasi yang dihitung ulang dari

pencatatan yang lebih rendah (yaitu buku register

desa terpilih dan dari puskesmas, bidan desa,

praktek swasta, RS yang berasal dari desa terpilih).*

D Jumlah total imunisasi yang tercatat di Puskesmas

(di Buku Biru atau buku rekapitulasi) untuk desa

terpilih.**

Persentase verifikasi hasil imunisasi (C/D x 100%)

* Bagian C pada lembar verifikasi Desa-Puskesmas

** Bagian D pada lembar verifikasi Desa-Puskesmas

Page 43: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

43

Tabel dan Grafik Rekapitulasi Akurasi Data Puskesmas-Kabupaten (Manual)

Pers

enta

se (%

)

Nama Desa Terpilih

Grafik 1. Persentase Verifikasi Data Imunisasi Desa - Puskesmas

Vaksin A Vaksin B

Kabupaten/Kota:_________________

Vaksin_____________________ Puskesmas

1

Puskesmas

2

Puskesmas

3

Puskesmas

4

A Jumlah imunisasi yang tercatat dalam

buku rekapitulasi/laporan bulanan

Puskesmas terpilih*

B Jumlah imunisasi dari Puskesmas

terpilih yang tercatat di Kabupaten

pada laporan bulanan Kabupaten**

Persentase verifikasi hasil imunisasi

(a/b x100%)

Vaksin____________________

A Jumlah imunisasi yang tercatat dalam

buku rekapitulasi/laporan bulanan

Puskesmas*

B Jumlah imunisasi dari Puskesmas

yang dikunjungi yang tercatat di

Kabupaten pada laporan bulanan

Kabupaten**

Persentase verifikasi hasil imunisasi

(a/b x100%)

Page 44: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

44

3. Kelengkapan dan ketepatan laporan

Kumpulkan dokumen laporan semua Puskesmas ke Kabupaten/Kota selama 12

bulan selama tahun penilaian.

a. Kelengkapan laporan

o Laporan dinyatakan lengkap bila laporan tersedia dan bisa dilihat secara

fisik. Definisi ini tidak memasukkan kualitas laporan (misalnya: apakah

satu laporan yang diberikan lengkap/semua kolom terisi).

o Hitunglah kelengkapan laporan bulanan Puskesmas dengan rumus

berikut:

b. Ketepatan laporan

o Laporan dinyatakan tepat waktu apabila diterima sebelum batas waktu

yang ditentukan, yaitu tanggal 5 setiap bulan berikutnya di

Kabupaten/Kota.

o Telusuri dokumen penerimaan laporan semua Puskesmas (absensi, tanda

terima, dll). Bila absensi tidak ditemukan, maka untuk perhitungan

ketepatan waktu dianggap NA (Not Applicable).

o Hitunglah ketepatan waktu laporan bulanan Puskesmas dengan rumus

berikut:

* Bagian A pada lembar verifikasi Puskesmas - Kabupaten/kota

** Bagian B pada lembar verifikasi Puskesmas - Kabupaten/kota

Jumlah laporan semua Puskesmas yang diterima di Kabupaten/Kota selama 1 tahun X 100% Jumlah laporan semua Puskesmas yang seharusnya diterima Kabupaten/Kota selama 1 tahun

Jumlah laporan semua Puskesmas yang diterima tepat waktu oleh Kabupaten/Kota selama satu tahun X 100% Jumlah laporan semua Puskesmas yang seharusnya diterima Kabupaten/Kota selama satu tahun

Page 45: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

45

o Masukkanlah hasil rekapan akurasi data ke dalam software yang sudah

tersedia. Bila komputer tidak tersedia, gunakanlah Tabel kelengkapan dan

ketepatan waktu laporan.

Tabel dan Grafik Kelengkapan dan Ketepatan Laporan Puskesmas di

Kabupaten/kota (Manual)

4. Kualitas sistem pemantauan di Puskesmas

Penilaian kualitas sistim pemantauan imunisasi di Puskesmas dilakukan dengan

wawancara dan pengamatan terhadap komponen sistim pemantauan, yaitu:

a. Data demografi

b. Pencatatan

c. Pelaporan dan pengarsipan

d. Ketersediaan data dan formulir

Tabel 3. Kelengkapan dan Ketepatan Laporan Puskesmas di Kabupaten/kota

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des

% Keleng

kapan

laporan*

%

Ketepatan

waktu

laporan*

Laporan

ditemukan di

Kab/kota*

Laporan

tepat waktu**

* Jika Laporan ditemukan, tulislah 1, jika tidak tulis 0;

** Jika Laporan tepat waktu, tulislah 1, jika tidak tulis 0

Page 46: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

46

e. Penggunaan data

Berikut ini langkah-langkah dalam menilai kualitas sistem pemantauan imunisasi:

• Mengumpulkan dokumen: Laporan bulanan Puskesmas, Register

Imunisasi/Kohort, Hasil sweeping, PWS dan analisisnya, Dokumen hasil

pertemuan dan hasil supervisi petugas Kabupaten/Kota, Buku stok vaksin.

• Mengisi kuesioner penilaian kualitas sistem pemantauan melalui wawancara,

pengamatan, dan memeriksa dokumen. Kuesioner Kualitas sistem

pemantauan terdapat pada dokumen terpisah dari panduan ini.

• Gunakanlah kuesioner kualitatif DQS untuk mengumpulkan informasi kualitas

sistem pemantauan data imunisasi.

• Bobot nilai sudah tersedia dalam manual ini. Setiap jawaban ”YA” akan

memperoleh nilai sama dengan bobot yang sudah disesuaikan dengan

pentingnya indikator tersebut. Jawaban ”TIDAK” akan memperoleh nilai 0

(nol). Sedangkan bila pertanyaan tidak relevan, maka diisi NA dan nilainya

juga sama dengan NA.

Page 47: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

47

Kuesioner Kualitatif Data Quality Self Assesment

Page 48: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

48

Page 49: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

49

Page 50: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

92

Analisa Kualitas Sistim Pemantauan di Puskesmas

Tabel 4. Analisa Kualitas Sistem Pemantauan di Puskesmas

Kategori Nilai maksimal yang mungkin diperoleh

(1)

Total nilai yang diperoleh

(2)

Persentase nilai yang diperoleh QI = (2)/(1)*100

a = pencatatan 20

b = pelaporan & pengarsipan 13

c = demografi 5

d = penggunaan data 17

e= ketersediaan data & formulir 10

Total 65

Keterangan: Total nilai yang diperoleh adalah jumlah bobot dari jawaban ”Ya”. Hitung Quality Index Score

atau Nilai QI (Kualitas Indeks) dan lakukan identifikasi kekuatan dan kelemahan dan berilah rekomendasi lalu siapkan umpan balik kepada Kepala Puskesmas.

Grafik Hasil Analisa Kualitas Sistem Pemantauan

Analisa dan Penyajian Data 1. Analisa dan penyajian

Hasil temuan DQS diolah dan dianalisa dengan menggunakan software DQS

atau secara manual, kemudian disajikan dengan menggunakan grafik batang

dan radar. Berikut ini contoh cara penyajian temuan DQS.

Puskesmas __________________

Page 51: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

93

a. Contoh penyajian alur pencatatan dan pelaporan puskesmas X tahun 200.....

b. Contoh penyajian hasil penilaian akurasi data

c. Contoh penyajian hasil penilaian kelengkapan dan ketepatan laporan

21

37

56

2619

65

0

10

20

30

40

50

60

70

A B C

%

Desa

Akurasi Rasio Desa ke Puskesmas tahun 2007

Polio 4Campak

100 100 10083.3 83.3 91.6

0

20

40

60

80

100

120

PKM 1 PKM 2 PKM 3

%

TABEL KELENGKAPAN DAN KETEPATAN LAPORAN IMUNISASI DI KABUPATEN X BULAN JANUARI - DESEMBER 2005

Kelengkapan

Ketepatan

Page 52: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

94

d. Contoh penyajian penilaian kualitas sistem pemantauan data

2. Analisa Kekuatan , Kelemahan, dan Rekomendasi Tujuan akhir penilaian kuantitas/akurasi data dan kualitas sistem pemantauan

data imunisasi adalah mengidentifikasi permasalahan pencatatan dan pelaporan

lalu kemudian mencari pemecahannya untuk perbaikan.

Dalam merumuskan upaya pemecahan masalah atau rekomendasi, perlu

dilakukan identifikasi kekuatan dan kelemahan terhadap sistem pemantauan

data dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas data. Untuk itu

setelah menyelesaikan kegiatan DQS, maka supervisor harus melengkapi tabel

dibawah ini.

Kategori Kekuatan Kelemahan/ Masalah

Rencana tindak lanjut

Pencatatan

Pelaporan & Pengarsipan

Demografi Penggunaan data Ketersediaan data dan formulir

Akurasi data

Dari tabel tersebut, maka supervisor diharuskan untuk melakukan hal-hal berikut

ini :

o Membuat kesimpulan dari hasil analisis penilaian sesuai hasil tabel tersebut

diatas.

o Mendiskusikan hasil penilaian tersebut dengan petugas di unit yang dinilai.

Puskesmas_______________

Page 53: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

95

o Melaporkan hasil diskusi kepada pimpinan unit yang dinilai dan sampaikan

rekomendasi untuk merencanakan tindak lanjut.

c. Effective Vaccine Management (EVM) Tempat penyimpanan dingin primer adalah unsur yang paling kritis dalam

sistem imunisasi karena di tempat inilah vaksin diterima, disimpan dan

didistribusikan dalam jumlah besar. Pada saat terdapat kegagalan peralatan

atau pengelolaan pada tingkat primer, sejumlah besar vaksin dapat rusak

hanya dalam beberapa jam. Untuk mencegah atau menghindari ancaman dari

kegagalan yang besar itu, maka peralatan perlu diadakan, dioperasikan dan

dipelihara sesuai standar internasional tertinggi dan vaksin harus ditangani

secara rinci.

EVM adalah suatu cara untuk melakukan penilaian terhadap manajemen

penyimpanan vaksin, sehingga dapat mendorong suatu provinsi untuk

memelihara dan melaksanakkan manajemen dalam melidungi vaksin.

Tujuan dari pelaksanaan EVM adalah untuk mengukur kualitas pengelolaan

vaksin dan alat logistik lainnya. Untuk itu, EVM didasarkan pada prinsip jaga

mutu. Kualitas vaksin hanya dapat dipertahankan jika produk disimpan dan

ditangani dengan tepat mulai dari pembuatan hingga penggunaan. Manager

dan penilai luar hanya dapat menetapkan bahwa kualitas terjaga bila rincian

data arsip dijaga dan dapat dipercaya. Jika arsip tidak lengkap atau tidak

akurat, sistem penilaian tidak dapat berjalan dengan baik. Sekalipun jika vaksin

disimpan dan didistribusikan secara benar, jika tidak didukung dengan data dan

arsip yang lengkap, maka hasil EVM tidak akan menunjukkan hasil

“memuaskan”.

EVM dapat digunakan sebagai mekanisme untuk memonitor dan

mengembangkan struktur dan prosedur manajemen vaksin secara mendalam

dan berkesinambungan. Setelah dilakukan penilaian EVM akan teridentifkasi

kekuatan atau kelemahan fasilitas penyimpanan vaksin yang dinilai sehingga

dapat disusun rencana peningkatan mutu melalui proses berkesinambungan.

Periode penilaian EVM umumnya 12 bulan. Periode penilaian ditentukan

sebelum penilaian dimulai dan digunakan untuk semua fasilitas yang dinilai.

Indikator dalam penilaian EVM secara otomatis akan disesuaikan dengan level

Page 54: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

96

yang akan dinilai. Indikator tergantung konteks yang dinilai, hanya pertanyaan

yang relevan yang akan ditanyakan oleh penilai. Level penilaian dalam EVM

terdiri dari tingkat pusat (primary level), tingkat provinsi (intermediate level),

tingkat kabupaten/kota (lowest delivery level) dan tingkat puskesmas (service

point level).

Karena EVM merupakan suatu penilaian terhadap pengelolaan manajemen

vaksin dan logistik dimana yang melakukan adalah level administrasi diatas dari

institusi yang dinilai, maka dalam modul ini tidak akan dibahas secara detail.

Kriteria Global dalam Pelaksanaan EVM

Lingkup dan fokus EVM didasarkan pada 9 kriteria global di bawah ini yang

masing-masing harus divalidasi dalam penilaian terhadap dokumen pencatatan

selama 12 tahun terakhir, yaitu:

1) Prosedur sebelum pengiriman dan saat penerimaan untuk meyakinkan

bahwa setiap pengiriman vaksin dari pabrik mencapai tempat penyimpanan

penerima dalam kondisi baik dan dokumen yang lengkap

2) Semua vaksin dan pelarut disimpan dan didistribusikan sesuai kisaran suhu

yang direkomendasikan WHO

3) Ruang dingin, gudang kering dan kapasitas transportasi cukup untuk

mengakomodasi semua vaksin dan suplai yang dibutuhkan program

4) Bangunan, peralatan cold chain dan sistem transportasi menjamin agar

vaksin dan saran penunjang berfungsi secara efektif

5) Pemeliharaan bangunan, peralatan rantai dingin dan kendaraan memadai

6) Sistem dan prosedur pengelolaan stok berjalan efektif

7) Distribusi pada setiap tingkat dalam rantai suplai efektif

8) Kebijakan mengenai pengelolaan vaksin yang tepat digunakan dan

dilaksanakan

9) Sistem informasi dan manajemen pendukung yang memadai

d. Rapid Convenience Assessment (RCA) Merupakan penilaian cepat untuk mengukur akurasi hasil cakupan imunisasi di

komunitas. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mencari informasi alasan anak-

anak tidak mendapatkan imunisasi, atau mengapa orang tua/pengasuh tidak

Page 55: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

97

kembali membawa anaknya untuk menyelesaikan jadwal imunisasi yang

lengkap. Kegiatan ini dilakukan dengan cara melakukan kunjungan ke rumah

yang terdekat dengan pusat pelayanan kesehatan sampai ditemukan minimal

20 sasaran imunisasi.

Informasi yang didapat kemudian diolah dan dianalisa untuk memberikan

umpan balik yang diikuti dengan tindak lanjut perbaikan yaitu berupa kegiatan

pemberian imunisasi sesegera mungkin di daerah yang memiliki sejumlah

sasaran imunisasi yang belum pernah atau belum lengkap mendapatkan

imunisasi, dan juga perbaikan perencanaan imunisasi rutin selanjutnya.

1. Lokasi pelaksanaan

RCA dilakukan di 20 rumah di tingkat desa/kelurahan, dengan prioritas pada:

a. Desa/kelurahan dengan jumlah penduduk yang besar

b. Desa/kelurahan yang rendah cakupan imunisasinya

Di daerah perkotaan, RCA juga dilakukan di tempat-tempat umum, antara

lain di daerah padat dan kumuh (sekitar pasar, kolong jembatan, dll), daerah

persinggahan (transit) darat/laut/udara. Untuk daerah seperti ini, maka

wawancara dilakukan pada 20 anak dan informasi dilengkapi dengan nama

desa/kecamatan/kab/kota anak tersebut berasal.

2. Target jumlah RCA Dianjurkan untuk melakukan RCA di 2 puskesmas per kab/kota, dan 2 desa

per puskesmas.

3. Cara memilih rumah pertama Cari pusat desa dan tentukan rumah pertama dengan memutar

pulpen/pensil. Ujung pensil dipakai untuk menunjukan arah rumah pertama.

Rumah berikut adalah rumah terdekat yang menjauhi pusat desa.

Page 56: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

98

4. Langkah-langkah pelaksanaan RCA

Identifikasi Desa sesuai kriteria diatas

Koordinasi dengan supervisor setempat dan Kepala Desa

Gunakan format monitoring RCA untuk mengunjungi 20 rumah* (atau 20 anak di tempat-tempat umum) yang memiliki anak usia sasaran imunisasi

>5% dari total anak belum diimunisasi

< 5% dari total anak belum diimunisasi maka

SWEEPING segera Tentukan Tindak Lanjut

Perbaikan

YA, cakupan imunisasi telah di validasi

Page 57: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

92

Unit organisasi

Desa/Kel. RW

Tanggal

:

Observasi ke 20 rumah sasaran

Apakah anak telah diimunisasi?

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Sasaran anak

Jumlah di Imunisasi

Jumlah tidak diimunisasi

Bila jaw aban tidak lanjutkan pertanyaan point 2

1. Tanyakan kepada orang tua, dari mana mengetahui ttg waktu dan tempat pelayanan imunisasi? (Jawaban bisa lebih dari satu)

A Televisi

B Radio

C Koran

D Poster/Spanduk/Selebaran

E Speaker/Pengeras suara

F Pengumuman Masjid

G Petugas kesehatan

H Kader

I Keluarga

J Tetangga

K Anak Sekolah

L Guru Sekolah

M SMS

N WhatsApp (WA)

O Facebook/media sosial

P Lain-lain

2. Lanjutkan ke pertanyaan ini bila anak tidak terimunisasi. (Jawaban bisa lebih dari satu)

A Orang tua tidak mengetahui tentang tempat dan w aktu pelayanan imunisasi

B Orang tua merasa imunisasi bukan hal yang penting

D Anak sakit

ETidak ada layanan imunisasi di fasilitas layanan kesehatan setempat (termasuk sekolah)

F Takut suntikan

GTakut efek samping (anak demam, rew el, bengkak, sakit, dll)

H Lokasi pelayanan imunisasi terlalu jauh

IAntrian terlalu panjang di fasilitas pelayanan imunisasi

J Sedang bepergian

K Orangtua bekerja pada siang hari

L Alasan keyakinan

M Lainya, sebutkan…..

Nama Supervisor Wilayah

Nama Pew aw ancara

TOTALRUMAH

Rapid Convenience Assessment (RCA)

Tipe area Pedesaan/perkotaan

Kab/Kota

Jumlah anak

Page 58: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

92

3. Tindak lanjut monitoring dan evaluasi :

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi yang telah dilakukan pengelola

imunisasi puskesmas, maka pengelola imunisasi puskesmas dapat

menindaklanjuti dengan pengusulan atau pengajuan pelaksanaan kegiatan di

bawah ini seperti :

a. Sweeping upaya aktif mencari bayi dan/atau baduta yang belum mendapatkan

imunisasi sama sekali atau tidak terdata dalam buku kohort atau register

imunisasi di puskesmas/posyandu. Kegiatan ini dilakukan minimal setiap

3 bulan.

Sebelum pelaksanaan sweeping, lakukan langkah-langkah persiapan

sebagai berikut:

1) Lakukan koordinasi dengan pimpinan daerah setempat (Camat,

Lurah/Kepala Desa, Ketua RW dan RT), tokoh agama, tokoh

masyarakat, kader dan pihak lain yang terkait.

2) Lakukan identifikasi sasaran melalui kegiatan pendataan langsung

(kunjungan rumah ke rumah) bekerja sama dengan kader, untuk

mengidentifikasi anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi sama

sekali atau tidak tercatat dalam buku kohort/register imunisasi.

3) Siapkan kohort bayi dan kohort balita atau register imunisasi. Catat

bayi dan baduta yang belum mendapatkan imunisasi sama sekali atau

tidak terdata dalam buku kohort atau registrasi imunisasi, termasuk

bayi dan baduta yang mendapatkan pelayanan imunisasi di fasilitas

pelayanan kesehatan swasta. Bawa serta buku KIA baru untuk

diberikan kepada anak-anak yang belum memilikinya.

Untuk bayi/baduta yang mendapatkan imunisasi di fasilitas pelayanan

kesehatan swasta:

o Catat data anak dan status imunisasinya (jenis dan tanggal

imunisasi) ke dalam buku kohort atau register imunisasi.

o Untuk bayi/baduta pindahan dari wilayah lain :

Untuk daerah sulit, kunjungan dalam rangka pendataan sasaran ini dapat

dimanfaatkan untuk sekaligus melaksanakan pelayanan imunisasi

Page 59: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

93

o Catat data anak dan status imunisasinya (jenis dan tanggal

imunisasi) ke dalam buku kohort atau register imunisasi.

o Berikan informasi mengenai jadwal pelayanan imunisasi di

posyandu/fasilitas pelayanan kesehatan setempat.

b. Drop Out Follow Up (DOFU) DOFU merupakan upaya untuk menjangkau bayi yang sudah

mendapatkan kesempatan pertama imunisasi namun tidak menyelesaikan

rangkaian dosis pemberian sesuai jadwal. Data jumlah bayi yang belum

lengkap imunisasinya tersebut dapat dilihat melalui register kohort bayi

setelah pengelola imunisasi melakukan penghitungan drop out

sebelumnya dengan menggunakan cakupan DPT-HB-Hib1- DPT-HB-Hib3

atau DPT-HB-Hib1-Campak Rubela.

Instrumen yang dapat digunakan dalam kegiatan sweeping dan DOFU ini

adalah instrumen pelacakan/defafulter tracking (DT). Dengan melakukan

pelacakan anak yang belum imunisasi atau yang tidak lengkap imunisasi

maka kita meminimalkan terjadinya Missed opportunity (MO) atau

hilangnya kesempatan seorang anak untuk memperoleh imunisasi sesuai

jadwal.

Petugas kesehatan dapat memilih beberapa metode untuk melaksanakan

pelacakan bayi dan baduta yang belum mendapatkan imunisasi atau tidak

lengkap imunisasi, dengan menggunakan instrumen sebagai berikut :

1) My Village My Home (MVMH)

2) Daftar Pelacakan

3) Kotak Pengingat

4) Kantong Imunisasi

5) Pengiriman pesan pengingat melalui Short Message Service (SMS) /

WhatsApp (WA)

Penjelasan lebih lengkap tentang penggunaan instrumen pelacakan dapat

dilihat di ”Petunjuk Teknis Pelacakan Bayi dan Baduta Belum/Tidak

Lengkap Imunisasi” yang disusun oleh Kementerian Kesehatan RI.

c. Backlog Fighting (BLF) Merupakan upaya aktif di tingkat Puskesmas untuk melengkapi Imunisasi

dasar pada anak yang berumur di bawah tiga tahun. Jenis-jenis vaksin

Page 60: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

94

yang dapat diberikan yaitu DPT-HB-Hib, Polio tetes (bOPV), MR, dan IPV.

Kegiatan ini diprioritaskan untuk dilaksanakan di desa yang selama dua

tahun berturut-turut tidak mencapai UCI.

d. Crash Program

Kegiatan ini dilaksanakan di tingkat Puskesmas yang ditujukan untuk

wilayah yang memerlukan intervensi secara cepat untuk mencegah

terjadinya KLB. Kriteria pemilihan daerah yang akan dilakukan crash

program adalah :

1) Angka kematian bayi akibat PD3I tinggi;

2) Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang; dan

3) Desa yang selama tiga tahun berturut-turut tidak mencapai UCI.

Crash program bisa dilakukan untuk satu atau lebih jenis Imunisasi,

misalnya campak, atau campak terpadu dengan polio.

e. Perbaikan manajemen vaksin dan logistik

Perbaikan manajemen vaksin dan logistik dilakukan sesuai dengan hasil

dari monitoring dan evaluasi yang telah dilakukan oleh pengelola

imunisasi puskesmas secara mandiri. Dokumen dan SOP yang belum

lengkap atau tidak tersedia, haruslah segera dilengkapi terutama terkait

vaksin dan logistik karena akan menjadi temuan audit.

f. Manajemen KIPI

Perbaikan dalam pelaksanaan manajemen KIPI dapat dipelajari secara

khusus pada modul Surveilans KIPI

VII. REFERENSI

1. Departemen Kesehatan RI. 2009. Daftar Tilik Supervisi Supportif Pelayanan

Imunisasi Tingkat Polindes/Posyandu.

2. Ditjen PP dan PL, Kementerian Kesehatan RI. 2014. Petunjuk Teknis

Effective Vaccine Management (EVM).

3. Kementerian Kesehatan RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12

Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.

4. WHO, 2017. Imunisasi Praktis, Petunjuk Praktis bagi Petugas Kesehatan.

Page 61: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

95

5. Ditjen P2P, Kementerian Kesehatan RI. 2020. Petunjuk Teknis Pelacakan

Bayi dan Baduta Belum/Tidak Lengkap Imunisasi.

VIII. PENUGASAN

Secara berkelompok (1 kelompok berisi 4 orang), dan dengan menggunakan data

yang terdapat pada buku register kohort bayi dan balita tahun 2020, laporan PWS

2020, pencatatan vaksin dan logistik imunisasi tahun 2020 masing-masing

puskesmas, maka :

1. Hitunglah cakupan imunisasi DPT-HB-Hib1, DPT-HB-Hib3, MR1, DPT-HB-

Hib4 dan MR2 kumulatif dari bulan Januari-Oktober 2020

2. Hitunglah target cakupan imunisasi DPT-HB-Hib1, DPT-HB-Hib3, MR1, DPT-

HB-Hib4 dan MR2 kumulatif sampai dengan bulan Oktober 2020

3. Bandingkan antara cakupan imunisasi DPT-HB-Hib1, DPT-HB-Hib3, MR1,

DPT-HB-Hib4 dan MR2 pada bulan Oktober dengan target yang telah

ditetapkan. Bagaimana menurut pengelola imunisasi puskesmas? Lakukan

analisa dan kemungkinan penyebabnya.

4. Lakukan perhitungan Drop Out (DO) antara cakupan imunisasi DPT-HB-Hib1

dengan DPT-HB-Hib3, DPT-HB-Hib1 dengan MR1, dan MR1 dengan MR2

bulan Januari-Oktober 2020.

5. Berdasarkan poin no 4, apa yang harus dilakukan oleh pengelola puskesmas

untuk menindaklanjutinya?

6. Dengan menggunakan data stok vaksin tahun 2020 bulan Januari-Oktober

2020 dan jumlah anak yang diimunisasi baik bayi dan baduta, berapakah

indeks pemakaian (IP) vaksin BCG, DPT-HB-Hib, dan MR sampai dengan

bulan Oktober?

7. Bandingkan antara cakupan imunisasi HB0 dengan cakupan persalinan oleh

nakes atau jumlah kelahiran bayi hidup di wilayah puskesmas masing-masing.

Bagaimanakah kondisi nya? Buatlah penjelasan singkat terkait hal tersebut,

apa alasan dari kondisi yang terjadi?

8. Lakukan penilaian akurasi data cakupan dari desa ke puskesmas. Bagaimana

rasio akurasi data di puskesmas masing-masing?

Page 62: MODUL PELATIHAN MATERI INTI 7: MONITORING DAN …

96

9. Lakukan supervisi suportif dengan menggunakan daftar tilik untuk pelayanan

dan penyelenggaraan program imunisasi di puskesmas dan menjawab

berdasarkan kondisi pada masing-masing puskesmas.