121
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI 1 PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN MODUL 01 POLMAS DAN BHABINKAMTIBMAS 46 JP (2.070 menit) Pengantar Modul ini membahas materi tentang Polmas dan Bhabinkamtibmas yang meliputi, deteksi dini, pelaksanaan kunjungan dan pelaksanaan pemecahan masalah. Tujuan diberikan materi ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan tugas Polmas dan Bhabinkamtibmas. Standar Kompetensi Memahami dan terampil melaksanakan tugas Polmas dan Bhabinkamtibmas. Kompetensi Dasar 1. Memahami konsepsi Polmas. Indikator Hasil Belajar : a. Menjelaskan pengertian Polmas; b. Menjelaskan tujuan Polmas; c. Menjelaskan prinsip-prinsip Polmas; d. Menjelaskan falsafah Polmas; e. Menjelaskan fungsi Polmas; f. Menjelaskan strategi dan sasaran Polmas;

MODUL POLM AS DAN BHABINKA M TIBMAS 01

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

1

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

MODUL

01

POLMAS DAN BHABINKAMTIBMAS

46 JP (2.070 menit)

Pengantar

Modul ini membahas materi tentang Polmas dan Bhabinkamtibmas yang meliputi, deteksi dini, pelaksanaan kunjungan dan pelaksanaan pemecahan masalah.

Tujuan diberikan materi ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan tugas Polmas dan Bhabinkamtibmas.

Standar Kompetensi

Memahami dan terampil melaksanakan tugas Polmas dan Bhabinkamtibmas.

Kompetensi Dasar

1. Memahami konsepsi Polmas.

Indikator Hasil Belajar :

a. Menjelaskan pengertian Polmas;

b. Menjelaskan tujuan Polmas;

c. Menjelaskan prinsip-prinsip Polmas;

d. Menjelaskan falsafah Polmas;

e. Menjelaskan fungsi Polmas;

f. Menjelaskan strategi dan sasaran Polmas;

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

g. Menjelaskan pelaksanaan Polmas;

h. Menjelaskan Pengemban Polmas dan Indikator keberhasilan

Polmas;

i. Menjelaskan Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat

(FKPM).

2. Memahami konsep Bhabinkamtibmas.

Indikator Hasil Belajar :

a. Menjelaskan pengertian-pengertian terkait Bhabinkamtibmas;

b. Menjelaskan dasar hukum tugas Bhabinkamtibmas;

c. Menjelaskan tugas pokok Bhabinkamtibmas;

d. Menjelaskan fungsi Bhabinkamtibmas;

e. Menjelaskan wewenang Bhabinkamtibmas;

f. Menjelaskan keterampilan Bhabinkamtibmas;

g. Menjelaskan kedudukan, kewenangan, perlengkapan dan

administrasi Bhabinkamtibmas.

3. Memahami dan terampil melaksanakan Deteksi dini.

Indikator Hasil Belajar :

a. Menjelaskan pengertian deteksi dini;

b. Menjelaskan sasaran deteksi dini;

c. Menjelaskan metode pelaksanaan deteksi dini;

d. Menjelaskan sumber bahan keterangan;

e. Menjelaskan laporan Bhabinkamtibmas;

f. Mempraktikkan pembuatan laporan Bhabinkamtibmas.

4. Memahami dan terampil melaksanakan Kunjungan.

Indikator Hasil Belajar :

a. Menjelaskan konsep kunjungan;

b. Menjelaskan pelaksanaan kegiatan kunjungan;

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

c. Menjelaskan tatacara pengisian blangko kunjungan;

d. Mempraktikkan cara mengisi blangko kunjungan;

e. Menjelaskan administrasi blangko kunjungan;

f. Menjelaskan sistem pelaporan;

g. Mempraktikkan kegiatan kunjungan.

5. Memahami dan terampil melaksanakan Pemecahan masalah.

Indikator Hasil Belajar :

a. Menjelaskan pengertian pemecahan masalah;

b. Menjelaskan tujuan pemecahan masalah;

c. Menjelaskan tahapan kegiatan pemecahan masalah;

d. Menjelaskan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam

kegiatan pemecahan masalah;

e. Mempraktikkan tahapan kegiatan pemecahan masalah.

Materi Pelajaran

1. Pokok Bahasan :

Konsepsi Polmas.

Sub Pokok Bahasan :

a. pengertian Polmas;

b. tujuan Polmas;

c. prinsip-prinsip Polmas;

d. falsafah Polmas;

e. fungsi Polmas;

f. strategi dan sasaran Polmas;

g. pelaksanaan Polmas;

h. Pengemban Polmas dan Indikator keberhasilan Polmas;

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

4

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

i. Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat.

2. Pokok Bahasan :

konsep Bhabinkamtibmas.

Sub Pokok Bahasan :

a. pengertian terkait Bhabinkamtibmas;

b. dasar hukum Bhabinkamtibmas;

c. tugas pokok Bhabinkamtibmas;

d. fungsi Bhabinkamtibmas;

e. wewenang Bhabinkamtibmas;

f. keterampilan Bhabinkamtibmas

g. kedudukan, kewenangan, perlengkapan dan administrasi Bhabinkamtibmas.

3. Pokok Bahasan :

Deteksi dini.

Sub Pokok Bahasan :

a. pengertian deteksi dini;

b. sasaran deteksi dini;

c. metode pelaksanaan deteksi dini;

d. sumber bahan keterangan;

e. laporan Bhabinkamtibmas.

4. Pokok Bahasan :

Kunjungan.

Sub Pokok Bahasan :

a. konsep kunjungan;

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

5

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

b. pelaksanaan kegiatan kunjungan;

c. tatacara pengisian blangko kunjungan;

d. administrasi blangko kunjungan;

e. sistem pelaporan.

5. Pokok Bahasan :

Pemecahan masalah.

Sub Pokok Bahasan :

a. pengertian pemecahan masalah;

b. tujuan pemecahan masalah;

c. tahapan kegiatan pemecahan masalah;

d. faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam kegiatan

pemecahan masalah.

Metode Pembelajaran

1. Metode Ceramah

Metode ceramah digunakan untuk menjelaskan materi tentang Polmas dan Bhabinkamtibmas.

2. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab digunakan dalam setiap penjelasan pelatih yang belum dimengerti peserta pelatihan serta permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran maupun berdasarkan pengalaman peserta pelatihan.

3. Metode Simulasi

Metode simulasi ini digunakan untuk mensimulasikan kegiatan yang berkaitan dengan Polmas dan Bhabinkamtibmas.

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

6

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

4. Metode Praktik

Metode praktik digunakan untuk mempraktikkan kegiatan yang berkaitan dengan Polmas dan Bhabinkamtibmas.

Alat/Media, Bahan dan Sumber Belajar

1. Alat/Media

a. Whiteboard;

b. Flipchart;

c. Komputer/laptop;

d. LCD dan screen;

e. Laser;

f. Pointer.

2. Bahan

a. Kertas;

b. Alat tulis.

3. Sumber Belajar

a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;

b. Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2015 tentang Pemolisian Masyarakat;

c. Skep Kapolri No. Pol. : Skep/989/XII/2005 tentang Pedoman Polsek Sebagai Basis Deteksi;

d. Perkabik Nomor 01 Tahun 2013 tentang Penyelidikan Intelijen;

e. Perkabik Nomor 04 Tahun 2013 tentang Produk Intelijen;

f. Modul Pelatihan Polmas Kerjasama Baharkam, Lemdiklat Polri dan JICA;

g. https://www.scribd.com/doc/238713725/Manfaat-Dan-Tujuan-Dari-Metode-Pemecahan-Masalah.

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

7

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

Kegiatan Pembelajaran

1. Tahap awal : 10 menit

Pelatih/instruktur melaksanakan apersepsi:

a. Pelatih/instruktur memperkenalkan diri kepada para peserta pelatihan;

b. Pelatih/instruktur melakukan pencairan (permainan, bernyanyi, kegiatan yang menarik);

c. Pelatih/instruktur menyampaikan kompetensi dasar dan indikator hasil belajar.

2. Tahap inti

Tahap inti 1 : 45 Menit

a. Pelatih/instruktur menyampaikan materi terkait Polmas;

b. Peserta pelatihan memperhatikan dan mencatat hal-hal yang penting;

c. Pelatih/instruktur memberikan kesempatan peserta pelatihan untuk tanya jawab kepada pendidik tentang materi yang belum dimengerti;

d. Peserta pelatihan bertanya terkait materi yang disampaikan;

e. Pelatih/instruktur menyimpulkan hasil pembelajaran.

Tahap inti 2 : 45 Menit

a. Pelatih/instruktur menyampaikan materi terkait Bhabinkamtibmas;

b. Peserta pelatihan memperhatikan dan mencatat hal-hal yang penting;

c. Pelatih/instruktur memberikan kesempatan peserta pelatihan untuk tanya jawab kepada pendidik tentang materi yang belum dimengerti;

d. Peserta pelatihan bertanya terkait materi yang disampaikan;

e. Pelatih/instruktur menyimpulkan hasil pembelajaran.

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

8

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

Tahap inti 3 : 620 Menit

a. Pelatih/instruktur menyampaikan materi Deteksi dini;

b. Pelatih/instruktur memberikan kesempatan peserta pelatihan untuk tanya jawab kepada pendidik tentang materi yang belum dimengerti;

c. Pelatih/instruktur membagikan dan menjelaskan skenario kepada masing-masing peserta pelatihan;

d. Pelatih/instruktur menugaskan peserta pelatihan untuk mempersiapkan jenis pertanyaan sesuai dengan skenario;

e. Pelatih/instruktur membagi peserta pelatihan dalam 5 kelompok untuk;

f. Peserta pelatihan mempraktikkan kegiatan wawancara dengan cara bertatap muka kemudian Pelatih/instruktur mengawasi jalannya praktik;

g. Peserta pelatihan mempraktikkan cara membuat Laporan Informasi dan Pelatih/instruktur mengawasi jalannya praktik;

h. Pelatih/instruktur menunjuk kepada peserta pelatihan mempresentasikan hasil praktik dan peserta lainnya memberikan saran dan tanggapan;

i. Pelatih/instruktur mengevaluasi dan menyimpulkan hasil praktik yang dilakukan oleh peserta pelatihan.

Tahap inti 4 : 620 Menit

a. Pelatih/instruktur menyampaikan materi kunjungan;

b. Pelatih/instruktur memberikan kesempatan peserta pelatihan untuk tanya jawab kepada pendidik tentang materi yang belum dimengerti;

c. Peserta pelatihan mempersiapkan kegiatan kunjungan;

d. Peserta pelatihan mensimulasikan kegiatan kunjungan dan Pelatih/instruktur mengawasi jalannya praktik;

e. Pelatih/instruktur menunjuk kepada peserta pelatihan mempresentasikan hasil simulasi dan peserta lainnya memberikan saran dan tanggapan;

f. Pelatih/instruktur mengevaluasi dan menyimpulkan hasil simulasi yang dilakukan oleh peserta pelatihan.

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

9

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

Tahap inti 5 : 710 Menit

a. Pelatih/instruktur menyampaikan materi pemecahan masalah;

b. Pelatih/instruktur memberikan kesempatan peserta pelatihan untuk tanya jawab kepada pendidik tentang materi yang belum dimengerti;

c. Pelatih/instruktur membagikan dan menjelaskan skenario kepada masing-masing peserta pelatihan;

d. Peserta pelatihan mensimulasikan pemecahan masalah dengan langkah-langkah :

1) identifikasi masalah;

2) mencari dan menyusun kemungkinan solusi;

3) mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan solusi;

4) menyusun rencana implementasi solusi.

e. Pelatih/instruktur menunjuk kepada perwakilan peserta pelatihan untuk mempresentasikan hasil simulasi dan peserta lainnya memberikan saran dan tanggapan;

f. Pelatih/instruktur mengevaluasi dan menyimpulkan hasil simulasi yang dilakukan oleh peserta pelatihan.

3. Tahap akhir : menit

a. Cek Penguatan materi

Pendidik memberikan ulasan dan penguatan materi secara umum.

b. Cek penguasaan materi

Pendidik mengecek penguasaan materi pembelajaran dengan bertanya secara lisan dan acak kepada peserta pelatihan.

c. Keterkaitan mata pelajaran dengan pelaksanaan tugas.

Pendidik menggali manfaat yang bisa di ambil dari materi yang telah disampaikan.

d. Pendidik menugaskan peserta pelatihan untuk membuat resume pada materi pelajaran yang telah disampaikan.

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

10

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

Tagihan / Tugas

1. Peserta pelatihan mengumpulkan hasil pengisian blangko dan laporan hasil kunjungan;

2. Peserta pelatihan mengumpulkan hasil resume.

Lembar Kegiatan

1. Peserta pelatihan ditugaskan untuk berperan:

a. Sebagai petugas/Bhabinkamtibmas;

b. Sebagai masyarakat;

c. Sebagai pengamat.

2. Peserta pelatihan membuat resume materi;

3. Peserta pelatihan mengumpulkan laporan administrasi kelengkapan Bhabinkamtibmas.

4. Peserta pelatihan membuat administrasi kelengkapan Bhabinkamtibmas

a. Laporan hasil pemecahan masalah;

b. Surat kesepakatan bersama;

c. Laporan rekapitulasi pemecahan masalah;

d. Kartu kunjungan;

e. Blangko kunjungan warga;

f. Blangko kunjungan kantor.

5. Diskusi 1.

a. Kelompok 1 mendiskusikan tentang definisi masalah, kriteria masalah dan penerapan pemecahan masalah.

b. Kelompok 2 mendiskusikan tentang pemecahan masalah dan model Sare langkah (kesatu dan kedua).

c. Kelompok 3 mendiskusikan tentang kegiatan pemecahan masalah oleh petugas Bhabinkamtibmas.

d. Kelompok 4 mendiskusikan tentang kegiatan pemecahan masalah yang dilakukan bersama masyarakat

e. Kelompok 5 mendiskusikan tentang pemecahan masalah

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

11

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

dan model Sare (langkah ketiga dan keempat).

1) Skenario drama.

a. Kelompok 1

Skenario 1 (Pelayanan)

Tema Drama : Pemecahan Masalah “orang dipasung”, oleh Bhabinkamtibmas.

Keterangan

Orang Tua : Muktar

Bhabinkamtibmas : Akyar

Narator : Rachmad

Permasalahan

Adanya suatu masalah di dalam masyarakat yang sudah meresahkan dan memalukan yaitu adanya salah satu warganya yang sakit jiwa dan dipasung oleh keluarganya.

Narator : Di desa Pekayon tinggal satu keluarga yang memiliki anak yang dipasung. Pada suatu hari saat Bhabinkamtibmas melaksanakan kunjungan DDS ke rumah warga dan mendapatkan informasi bahwa tetangganya yang memiliki seorang anak yang sedang dalam kondisi dipasung karena suka mengganggu warga karena mengalami sakit jiwa.

Babhin : “Assalamu’alaikum, nama saya Muktar Bhabinkamtibmas Desa Pekayon, maksud kunjungan saya untuk silaturahmi”

Ortu : “oh iya pak, silahkan masuk, ada apa ya pak?” Bhabin : “saya dapat informasi bahwa ada anggota keluarga bapak yang saat ini dipasung karena sakit, apakah itu benar, pak?” Ortu : “oh iya pak bener, saya terpaksa karena jika tidak dipasung akan meresahkan warga sekitar dan takut terjadi apa-apa” Bhabin : “mohon maaf pak, itu adalah perbuatan yang tidak dibenarkan, saran saya sebaiknya anak bapak dibawa ke RS Jiwa” Ortu : “aduh, pak, saya nggak ada biaya”

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

12

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

Bhabin : “bila seperti itu saya akan bantu pak, saya akan koordinasi dengan pihak kelurahan dan kecamatan” Narator : Bhabinkamtibmas koordinasi dengan Lurah agar bisa memfasilitasi warga untuk membawa anaknya yang sakit untuk dibawa ke RS. Bhabinkamtibmas mendampingi keluarga dan pak Lurah untuk membawa korban ke RS.

Diskusikan : Sebutkan poin baik dan poin buruknya !

b. Kelompok 2

Skenario 2 (Kasus Tindak Pidana)

Tema Drama : Pemecahan Masalah “perselisihan antar warga”, oleh Bhabinkamtibmas.

Keterangan

Tetangga 1 : Ahyar

Tetangga 2 : Erik

Bhabinkamtibmas : Muktar

Narator : Rachmad

Permasalahan

Adanya suatu masalah di dalam masyarakat dimana ada perselisihan antar tetangga, karena anaknya saling ejek sehingga orang tua kedua anak tersebut ikut campur dan terjadi cekcok mulut yang menyebabkan ada pemukulan.

Narator : Pada saat Bhabinkamtibmas melaksanakan patroli mendapatkan telepon dari warga, bahwa di RW A ada perselisihan antar tetangga, selanjutnya Bhabinkamtibmas menuju ke TKP, di lokasi sudah ramai orang karena adanya perselisihan tersebut. Bhabinkamtibmas langsung melakukan peleraian dan membawa kedua orang tua ke kantor RW untuk diadakan musyawarah. Di kantor RW tersebut Bhabinkamtibmas menghubungi ketua RT, RW dan tomas serta FKPM untuk hadir dalam musyawarah tersebut, setelah semua kumpul Bhabinkamtibmas mengadakan musyawarah.

Bhabin : Assalamu’alaikum, saya Bhabinkamtibmas Kel Pekayon, saat ini saya mengumpulkan bapak-bapak karena ada permasalahan antar tetangga, saya ingin penjelasan

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

13

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

dari permasalahan tersebut, karena itu coba kedua belah pihak untuk menjelaskan awal permasalahannya, dimulai dari tetangga A” Tetangga A : “Begini pak awalnya, anak saya pulang dalam keadaan menangis karena diledek oleh anak tetangga B, dengan ledekan, item keling jelek, mendengar laporan itu saya tersinggung dan mendatangi tetangga B, dengan maksud, agar anaknya dijaga mulutnya, namun tetangga B malah tersinggung dan mengatakan bahwa anak saya memang jelek, kenapa mesti marah, mendengar jawaban itu, saya langsung memukul tetangga B” Tetangga B: “bahwa saya tidak pernah mengatakan anaknya jelek, itu karangannya saja, saya hanya bilang, kalau anak saya tidak pernah meledek anaknya dengan perkataan jelek dan tiba-tiba saya langsung dipukul” Bhabin : “Bapak-bapak sekalian bahwa anak-anak itu biasa dalam pergaulan, suka main ledek-ledekan dan nanti dia akan cepat sekali berbaikan, kita sebagai orang tua jangan ikut campur terlalu dalam dengan apa yang terjadi dengan anak kita, karena jika kita ikut campur akan terjadi seperti ini, orang tua akan berkelahi atau saling pukul, sedangkan anaknya besok sudah baikan lagi, karena itu dalam kesempatan ini kedua belah pihak saling menyadari saja dan tidak perlu mencari siapa yang salah serta saling memaafkan, memang tetangga B mempunyai hak untuk melaporkan kejadian tersebut ke Polisi namun dalam hal ini perkara tersebut termasuk pidana ringan yang penyelesaiannya bisa dilakukan dengan musyawarah. Karena itu saya mengharapkan kedua belah pihak dalam permasalahan ini mau bermusyawarah, apakah kedua belah pihak mau musyawarah?” Tetangga A: “iya pak” Tetangga B: “iya pak” Narator: selanjutnya karena kedua belah pihak mau musyawarah disaksikan ketua RT RW dan tomas, dibuatlah surat pernyataan bersama untuk memperkuat hasil musyawarah tersebut.

Diskusikan : Sebutkan poin baik dan poin buruknya !

2) Kelompok 3

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

14

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

Skenario 3 (Pencegahan Kejahatan)

Tema Drama : Pemecahan Masalah “penyuluhan kepada anak sekolah” oleh Bhabinkamtibmas.

Keterangan

Kepala Sekolah : Muktar

Bhabinkamtibmas : Ahyar

Narator : Rachmad

Permasalahan

Pemecahan kejahatan oleh Bhabinkamtibmas dengan melakukan kunjungan ke sekolah serta melakukan himbauan kamtibmas.

Bhabin : Assalamu’alaikum, mohon ijin bapak kepala sekolah, saya Bhabinkamtibmas desa Kaliabang Tengah” Kepsek : “oh iya pak, silahkan masuk, ada apa pak?” Bhabin : “Hari ini adalah hari terakhir anak-anak ujian sekolah, kiranya saya ingin melakukan himbauan kamtibmas kepada siswa siswi sekolah bapak, hal ini sesuai dengan arahan pimpinan untuk mencegah terjadinya tawuran” Kepsek : “baik pak, saya sangat menyambut baik dan saya akan mengumpulkan anak-anak di lapangan” Narator: selanjutnya Kepsek dan Bhabinkamtibmas menuju lapangan dimana anak-anak sekolah sudah menunggu untuk diberikan arahan dan himbauan kamtibmas, selanjutnya Bhabinkamtibmas memberikan arahan kepada siswa siswi.

Diskusikan : Sebutkan poin baik dan poin buruknya !

3) Peserta pelatihan membuat resume materi.

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

15

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

Bahan Bacaan

POKOK BAHASAN 1

KONSEPSI POLMAS

1. Pengertian Polmas

a. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Polri adalah alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

b. Pemolisian Masyarakat (Community Policing) yang selanjutnya disingkat Polmas adalah suatu kegiatan untuk mengajak masyarakat melalui kemitraan anggota Polri dan masyarakat, sehingga mampu mendeteksi dan mengidentifikasi permasalahan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas) di lingkungan serta menemukan pemecahan masalahnya.

c. Pengemban Polmas adalah setiap anggota Polri yang melaksanakan Polmas di masyarakat atau komunitas.

d. Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat yang selanjutnya disebut Bhabinkamtibmas adalah pengemban Polmas di desa/kelurahan.

e. Strategi Polmas adalah cara atau kiat untuk mengikutsertakan masyarakat, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya dalam melakukan upaya-upaya penangkalan, pencegahan, dan penanggulangan ancaman dan gangguan Kamtibmas secara kemitraan yang setara dengan Polri, mulai dari penentuan kebijakan sampai dengan implementasinya.

f. Forum Kemitraan Polri dan Masyarakat yang selanjutnya disingkat FKPM adalah wahana komunikasi antara Polri dan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar kesepakatan bersama dalam rangka membahas masalah Kamtibmas dan masalah-masalah sosial yang perlu dipecahkan bersama guna menciptakan kondisi yang menunjang kelancaran

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

16

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

penyelenggaraan fungsi kepolisian dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.

g. Balai Kemitraan Polri dan Masyarakat yang selanjutnya disingkat BKPM adalah tempat dan sarana yang digunakan untuk kegiatan Polri dan warga masyarakat dalam membangun kemitraan.

h. Pilar Polmas adalah pemangku kepentingan yang mendukung keberhasilan penerapan Polmas dimasyarakat lokal.

2. Tujuan Polmas

Tujuan Polmas sebagai berikut:

a. Terwujudnya kemitran Polri dan masyarakat yang didasarkan pada kesepakatan bersama untuk menangani masalah sosial yang dapat menggangu Kamtibmas guna menciptakan rasa aman, tertib, dan tentram;

b. Upaya menanggulangi permasalahan yang dapat mengganggu keamanan, ketertiban dan ketenteraman masyarakat, mencakup rangkaian upaya pencegahan dengan melakukan identifikasi akar permasalahan, menganalisis, menetapkan prioritas tindakan, melakukan evaluasi berulang atas efektifikas tindakan;

c. Kemitraan Polisi dan masyarakat meliputi mekanisme kemitraan yang mencakup keseluruhan proses manajemen, mulai dari perencanaan, pengawasan, pengendalian, analisis dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan. Kemitraan tersebut merupakan proses yang berkelanjutan;

d. Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang aman, tertib dan tenteram, masyarakat diikutsertakan untuk aktif menemukan, mengidentifikasi, menganalisis dan mencari jalan keluar bagi masalah-masalah yang mengganggu keamanan, ketertiban dan masalah sosial lainnya. Masalah yang dapat diatasi oleh masyarakat terbatas pada masalah yang ringan, tidak termasuk perkara pelanggaran hukum yang serius.

3. Prinsip-prinsip Polmas

Prinsip Polmas sebagai berikut:

a. Komunikasi intensif yaitu komunikasi dua arah yang dilakukan secara terus-menerus antara pengemban Polmas dengan

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

17

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

masyarakat/komunitas melalui pertemuan langsung maupun tidak langsung dalam rangka membahas masalah keamanan dan ketertiban;

b. Kesetaraan yaitu kedudukan yang sama antara pengemban Polmas dan masyarakat/komunitas, saling menghormati dan menghargai perbedaan pendapat;

c. Kemitraan yaitu kerja sama yang konstruktif antara pengemban Polmas dengan masyarakat/komunitas dalam rangka pemecahan masalah sosial, pencegahan/ penanggulangan gangguan keamanan dan ketertiban;

d. Transparansi yaitu keterbukaan antara pengemban Polmas dengan masyarakat/komunitas serta pihak-pihak lain yang terkait dengan upaya menjamin rasa aman, tertib, dan tenteram agar dapat bersama-sama memahami permasalahan, tidak saling curiga, dan dapat meningkatkan kepercayaan satu sama lain;

e. Akutanbilitas yaitu dapat dipertanggungjawabkan pelaksanaan Polmas sesuai dengan prosedur dan hukum yang berlaku dengan tolok ukur yang jelas, seimbang dan objektif;

f. Partisipasi yaitu kesadaran Polri dan warga masyarakat untuk secara aktif ikut dalam berbagai kegiatan masyarakat/komunitas dalam upaya memelihara rasa aman dan tertib, memberi informasi saran dan masukan, serta aktif dalam proses pengambilan keputusan guna memecahkan permasalahan Kamtibmas dan tidak main hakim sendiri;

g. Hubungan personal yaitu pendekatan Polri kepada komunitas yang lebih mengutamakan hubungan pribadi daripada hubungan formal/birokratis;

h. Proaktif yaitu aktif (tidak bersifat menunggu) memantau dan memecahkan masalah sosial sesuai dengan peraturan perundang-undangan untuk mencegah terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban serta peningkatan pelayanan kepolisian;

i. Orientasi pada pemecahan masalah, yaitu petugas Polri bersama-sama dengan masyarakat/komunitas melakukan identifikasi dan menganalisis masalah, menetapkan prioritas dan respons terhadap sumber/akar masalah.

4. Falsafah Polmas

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

18

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

Falsafah Polmas:

a. Masyarakat bukan merupakan objek pembinaan, melainkan sebagai subjek dan mitra yang aktif dalam memelihara Kamtibmas di lingkungannya sesuai dengan hukum dan hak asasi manusia;

b. Penyelenggaraan keamanan tidak akan berhasil, bila hanya dilakukan oleh Polri, melainkan harus bersama-sama dengan masyarakat dalam menangani permasalahan Kamtibmas;

c. Menitikberatkan pada upaya membangun kepercayaan masyarakat terhadap Polri melalui kemitraan yang didasari oleh prinsip demokrasi dan hak asasi manusia;

d. Bersikap dan berperilaku sebagai mitra masyarakat yang lebih mengutamakan pelayanan, menghargai kesetaraan antara Polisi dengan masyarakat serta mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengamankan lingkungannya;

e. Membangun kepercayaan masyarakat dilakukan melalui komunikasi dua arah secara intensif antara Polri dengan masyarakat dalam kemitraan yang setara untuk pemeliharaan Kamtibmas;

f. Mengupayakan pengembangan sistem Polmas yang ada disesuaikan dengan perkembangan masyarakat dan nilai-nilai budaya lokal; dan

g. Menggalang kemitraan yang dilandasi norma-norma sosial dan budaya lokal, untuk memelihara Kamtibmas.

5. Fungsi Polmas

Fungsi Polmas:

a. Mengajak masyarakat melalui kemitraan dalam rangka pemeliharaan Kamtibmas;

b. Membantu masyarakat mengatasi masalah sosial di lingkungannya dalam rangka mencegah terjadinya gangguan Kamtibmas;

c. Mendeteksi, mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan prioritas masalah, dan merumuskan pemecahan masalah Kamtibmas; dan

d. Bersama masyarakat menerapkan hasil pemecahan masalah Kamtibmas.

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

19

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

6. Strategi dan Sasaran Polmas

a. Strategi Polmas antara lain:

1) Kemitraan dan kerja sama dengan masyarakat atau komunitas;

2) Pemecahan masalah;

3) Pembinaan keamanan swakarsa;

4) Penitipan eksistensi FKPM kedalam pranata masyarakat tradisional;

5) Pendekatan pelayanan Polri kepada masyarakat;

6) Bimbingan dan penyuluhan;

7) Patrol dialogis;

8) Intensifikasi hubungan Polri dengan komunitas;

9) Koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis kepolisian;

10) Kerja sama bidang Kamtibmas.

b. Sasaran Polmas antara lain:

1) Kepercayaan masyarakat/komunitas terhadap Polri;

2) Kesadaran dan kepedulian masyarakat/komunitas terhadap potensi ancaman/gangguan keamanan, ketertiban dan ketentraman di lingkungannya;

3) Kemampuan masyarakat untuk mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi di lingkungannya, bekerjasama dengan Polri untuk melakukan analisis dan pemecahan masalahnya;

4) Kesadaran hukum masyarakat;

5) Partisipasi mayarakat/komunitas dalam menciptakan Kamtibmas dilingkungannya;

6) Gangguan Kamtibmas di lingkungan masyarakat.

7. Pelaksanaan Polmas

a. Pengemban Polmas; dan

b. Bhabinkamtibmas.

c. Polmas dilaksanakan dengan tiga model, yaitu:

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

20

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

1) Model A, berupa pendayagunaan pranata sosial (tradisional dan modern), Polmas Model A diterapkan melalui:

a) Pembinaan keamanan swakarsa, meliputi:

(1) sistem keamanan lingkungan:

(a) ronda kampung atau nama lain sesuai dengan sebutan didaerahnya, antara lain jaga baya (Jawa), pecalang (Bali);

(b) ronda di kawasan pemukiman;

(2) satuan pengamanan;

(3) sukarelawan pengatur lalu lintas;

(4) patroli keamanan sekolah;

(5) pramuka satuan karya Bhayangkara;

b) Penitipan eksistensi FKPM atau sebutan lainnya ke

dalam pranata adat antara lain:

(1) Tuha Peuet (Aceh);

(2) Dalihan Na Tolu (Batak);

(3) Tungku Tigo Sajarangan (Sumatera Barat);

(4) Rembug Pekon (Lampung);

(5) Masyarakat Pakraman (Bali);

(6) Mapalus (Sulawesi Utara);

(7) Saniri Negeri (Maluku); dan

(8) Tua–tua Adat (Papua).

2) Model B, berupa intensifikasi fungsi Polri di bidang pembinaan masyarakat; dan Polmas Model B diterapkan melalui:

a) pendekatan pelayanan Polri kepada masyarakat, antara lain:

(1) Call centre Polri 110, NTMC (National Traffic Manajement Centre), dan TMC (Traffic Manajement Centre);

(2) pelayanan reaksi cepat (quick response);

(3) Balai Layanan Kamtibmas Keliling (BLKK);

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

21

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

(4) pelayanan Samsat keliling;

(5) pelayanan Surat Izin Mengemudi (SIM) keliling;

(6) Sentra Pelayanan Masyarakat (SPM);

(7) pelayanan izin operasional Badan Usaha Jasa Pengamanan (BUJP) dan Kartu Tanda Anggota (KTA) Satpam, secara on line;

(8) pelayanan Pengaduan Masyarakat (Dumas);

(9) pelayanan Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA);

(10) pelayanan informasi dan dokumentasi kepolisian; dan

(11) peningkatan hubungan dan koordinasi dengan Lembaga Masyarakat Kelurahan/Desa (LMK/LMD);

b) bimbingan dan penyuluhan, antara lain:

(1) memberikan bimbingan Kamtibmas kepada warga masyarakat dengan cara antara lain sosialisasi, konsultasi, audiensi, mediasi, negosiasi;

(2) memberikan penyuluhan Kamtibmas;

(3) penyampaian pesan-pesan Kamtibmas;

c) patroli yang dilakukan secara dialogis, antara lain:

(1) patroli dari rumah ke rumah (door to door);

(2) patroli sambang kampung;

(3) patroli kamandanu (patroli jarak jauh);

(4) patroli blok;

(5) patroli beat; dan

(6) patroli sambang nusa;

d) intensifikasi hubungan Polri dengan komunitas, antara lain: (1) komunitas intelektual;

(2) komunitas profesi;

(3) komunitas hobi;

(4) komunitas olahraga;

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

22

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

(5) komunitas seni budaya;

(6) komunitas tokoh masyarakat, tokoh agama, dan

tokoh adat;

(7) komunitas Kelompok Sadar Kamtibmas

(Pokdarkamtibmas).

e) koordinasi, pengawasan, dan pembinaan (Korwasbin) teknis kepolisian, meliputi:

(1) Kepolisian Khusus (Polsus);

(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS);

(3) Bentuk-bentuk Pengamanan Swakarsa.

f) intensifikasi kegiatan fungsi-fungsi teknis kepolisian, meliputi:

(1) Binmaspol yang terdiri dari:

(a) Penempatan minimal satu Bhabinkamtibmas pada setiap desa/kelurahan;

(b) Pembinaan Keluarga Besar Putra Putri Polri (KBPPP);

(c) Deradikalisasi kelompok ekstrim.

(2) Sabhara antara lain:

(a) Police Back Bone Quick Response;

(b) Pengamanan kegiatan penyampaian pendapat di muka umum secara humanis.

(3) Lalu lintas antara lain:

(a) Polisi Sahabat Anak;

(b) Polisi Cilik;

(c) Pelopor Keselamatan Berlalulintas;

(d) Patroli Keamanan Sekolah;

(e) Sukarelawan Pengatur Lalu Lintas.

(4) Reserse antara lain:

(a) Kring Reserse;

(b) pelayanan Surat Pemberitahuan

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

23

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP).

(5) Intelijen Keamanan antara lain:

(a) pelayanan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK), Surat Izin Keramaian, Surat Izin Penggunaan Senjata Api, dan Surat Izin Bahan Peledak;

(b) Pengembangan jaringan intelijen.

(6) Kepolisian Perairan antara lain terdiri dari:

(a) melakukan kemitraan dan kerja sama dengan masyarakat atau komunitas transportasi laut yang ada di wilayah perairan atau pesisir pantai;

(b) memberdayakan potensi masyarakat atau komunitas perairan yang dapat mendukung terciptanya kamtibmas yang kondusif di perairan;

(c) patroli dialogis di perairan.

(7) Kepolisian Udara antara lain terdiri dari:

(a) melakukan kemitraan dan kerja sama dengan masyarakat atau komunitas transpotasi udara;

(b) memberdayakan potensi masyarakat atau komunitas transpotasi udara yang dapat mendukung terciptanya kamtibmas yang kondusif.

(8) Kepolisian Satwa antara lain terdiri dari:

(a) melakukan kemitraan dan kerja sama dengan masyarakat atau komunitas yang berkaitan dengan hewan;

(b) memberdayakan potensi masyarakat atau komunitas yang berkaitan dengan hewan yang dapat mendukung terciptanya kamtibmas yang kondusif.

(9) Kepolisian Objek Vital antara lain terdiri dari:

(a) melakukan kemitraan dan kerja sama dengan masyarakat atau komunitas objek

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

24

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

nasional atau daerah, kementerian, lembaga, badan, perusahaan swasta dan atau asing, untuk mendukung terciptanya kamtibmas yang kondusif;

(b) bekerja sama dengan masyarakat atau komunitas yang berada di lokasi sekitar objek vital nasional dan daerah untuk mencegah dan menanggani gangguan ketertiban masyarakat.

(10) Brigade Mobile, antara lain:

(a) melaksanakan penanggulangan terhadap huru hara.

(b) memberikan pelayanan SAR dalam rangka mengamankan dan menyelamatkan warga masyarakat dari bencana alam maupun kecelakaan;

3) Model C, berupa pengembangan konsep Polmas dari negara Jepang (Koban dan Chuzaiso), Australia, New Zealand, dan Inggris (Neighbourhood Watch) di Indonesia. Polmas Model C huruf c dapat diterapkan Polri sesuai dengan karakteristik masyarakat di masing-masing daerah.

8. Pengemban Polmas dan Indikator Keberhasilan Polmas

a. Pengemban Polmas

1) Pengemban Polmas pada tingkat Polda diangkat berdasarkan Surat Perintah Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda);

2) Pengemban Polmas pada tingkat Polres diangkat berdasarkan Surat Perintah Kepala Kepolisian Resor (Kapolres);

3) Pengemban Polmas dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya wajib menerapkan prinsip-prinsip Polmas dan memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.

a) Pengemban Polmas bertugas: (1) melaksanakan pembinaan masyarakat, deteksi

dini, negosiasi/mediasi, identifikasi, dan mendokumentasi data komunitas di tempat

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

25

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

penugasannya yang berkaitan dengan kondisi Kamtibmas;

(2) melaksanakan bimbingan dan penyuluhan terhadap masyarakat atau komunitas di tempat penugasannya tentang Kamtibmas;

(3) melaksanakan komunikasi dan koordinasi dengan masyarakat atau komunitas di tempat penugasannya tentang pemeliharaan Kamtibmas; dan

(4) melaksanakan konsultasi dan diskusi dengan masyarakat atau komunitas di tempat penugasannya tentang pemecahaan masalah Kamtibmas.

b) Wewenang pengemban Polmas:

(1) menerima informasi tentang permasalahan Kamtibmas dari masyarakat atau komunitas untuk diteruskan kepada pimpinan;

(2) mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;

(3) membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat atau komunitas;

(4) melakukan tindakan kepolisian berupa penertiban, pengamanan, penegakkan hukum terhadap orang yang menolak/melawan petugas di lapangan secara proporsional dan merupakan pilihan terakhir.

b. Indikator keberhasilan Polmas

Indikator keberhasilan Polmas, dilihat dari aspek : kinerja pelaksanaan Polmas; pengemban Polmas dan Bhabinkamtibmas;masyarakat; hubungan Polri dan masyarakat.

1) Indikator keberhasilan Polmas, dilihat dari aspek Kinerja pelaksanaan Polmas sebagai berikut:

a) meningkatnya intensitas komunikasi antara Pengemban Polmas dengan Bhabinkamtibmas dan masyarakat;

b) meningkatnya keakraban hubungan Pengemban Polmas dengan Bhabinkamtibmas dengan masyarakat;

c) meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

26

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

Polri;

d) meningkatnya instensitas kegiatan forum komunikasi antara Polri dengan masyarakat;

e) meningkatnya kepekaan/kepedulian masyarakat terhadap masalah Kamtibmas di lingkungannya;

f) meningkatnya informasi/saran dari masyarakat pada Polri tentang akuntabilitas pelaksanaan tugas Polri;

g) meningkatnya ketaatan masyarakat terhadap hukum;

h) meningkatnya partisipasi masyarakat dalam memberikan informasi Kamtibmas, peringatan dini, dan kejadian;

i) meningkatnya kemampuan masyarakat mengeleminir akar masalah;

j) meningkatnya keberadaan dan berfungsinya mekanisme penyelesaian masalah oleh polisi dan masyarakat; dan

k) menurunnya gangguan Kamtibmas.

2) Indikator keberhasilan Polmas, dilihat dari aspek Pengemban Polmas dan Bhabinkamtibmas sebagai berikut:

a) kesadaran bahwa masyarakat sebagai pemangku kepentingan yang harus dilayani;

b) meningkatnya rasa tanggung jawab tugas kepada masyarakat;

c) meningkatnya semangat melayani dan melindungi masyarakat sebagai kewajiban profesi;

d) meningkatnya kesiapan dan kesediaan menerima keluhan/pengaduan masyarakat;

e) meningkatnya kecepatan merespons pengaduan/keluhan/laporan masyarakat;

f) meningkatnya kecepatan mendatangi TKP; g) meningkatnya kesiapan memberikan bantuan yang

sangat dibutuhkan masyarakat; h) meningkatnya kemampuan menyelesaikan masalah,

konflik/pertikaian antarwarga; dan i) meningkatnya intensitas kunjungan petugas terhadap

warga. 3) Indikator keberhasilan Polmas, dilihat dari aspek

masyarakat sebagai berikut:

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

27

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

a) Pengemban Polmas dan Bhabinkamtibmas mudah dihubungi oleh masyarakat;

b) pos/loket pengaduan/laporan mudah ditemukan masyarakat;

c) mekanisme pengaduan mudah, cepat dan tidak berbelit-belit;

d) respon/jawaban atas pengaduan cepat/segera diperoleh masyarakat;

e) meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap Polri;

f) meningkatnya kemampuan FKPM dalam menemukan, mengidentifikasi akar masalah, dan penyelesaiannya;

g) meningkatnya kemandirian masyarakat dalam mengatasi permasalahan di lingkungannya;

h) berkurangnya ketergantungan masyarakat kepada Polri; dan

i) meningkatnya dukungan masyarakat dalam memberikan informasi dan pemikiran.

4) Indikator keberhasilan Polmas, dilihat dari aspek hubungan Polri dan masyarakat sebagai berikut:

a) meningkatnya intensitas komunikasi Pengemban Polmas dan Bhabinkamtibmas dengan masyarakat;

b) meningkatnya intensitas kegiatan FKPM di Balai Kemitraan Polisi dan Masyarakat atau tempat lainnya;

c) meningkatnya intensitas kegiatan kerja sama Pengemban Polmas dan Bhabinkamtibmas dan masyarakat;

d) meningkatnya keterbukaan dalam memberikan informasi;

e) meningkatnya kebersamaan dalam penyelesaian permasalahan; dan

f) meningkatnya intensitas kerja sama dan partisipasi dari pemangku kepentingan.

9. Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM)

a. Tugas FKPM meliputi:

1) mengumpulkan data, mengidentifikasi permasalahan, dan

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

28

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

mempelajari karakteristik potensi gangguan kamtibmas yang ada di lingkungannya;

2) ikut serta mengambil langkah-langkah yang proporsional dalam rangka pelaksanaan fungsi kepolisian umum dan fungsi bimbingan/penyuluhan;

3) membahas permasalahan sosial aspek kamtibmas yang bersumber dari wilayahnya dengan memberdayakan masyarakat yang berkompeten atau konsultan dan menemukan akar permasalahan serta menentukan jalan keluar untuk pemecahannya;

4) membahas dan menetapkan program kerja dengan memperhatikan skala prioritas termasuk melakukan evaluasi dan revisi bila diperlukan;

5) mengajukan rancangan/proposal program kerja kepada Pemerintah Daerah untuk mendapatkan dukungan anggaran;

6) melaksanakan program kerja yang telah dibuat sesuai dengan dukungan anggaran yang tersedia (yang bersumber dari Pemerintah Daerah atau swadaya anggota FKPM/pihak swasta);

7) secara terus-menerus memantau kegiatan warga dari aspek keamanan dan ketertiban di wilayahnya serta wilayah yang berdekatan dengannya; dan

8) menampung keluhan/pengaduan masyarakat yang berkaitan dengan masalah kamtibmas dan masalah sosial lainnya serta membahasnya bersama dengan Bhabinkamtibmas/pengemban Polmas untuk mendapatkan solusi.

b. Wewenang FKPM meliputi:

1) membuat kesepakatan tentang hal-hal yang perlu dilakukan atau tidak dilakukan oleh warga sehingga merupakan suatu peraturan lokal dalam lingkungannya;

2) secara kelompok atau perorangan mengambil tindakan kepolisian (upaya paksa) dalam hal terjadi kejahatan/tindak pidana dengan tertangkap tangan;

3) memberikan pendapat dan saran kepada Kapolsek baik tertulis maupun lisan mengenai pengelolaan/peningkatan kualitas keamanan/ketertiban lingkungan; dan

4) turut serta menyelesaikan perkara ringan atau perselisihan antarwarga yang dilakukan oleh petugas Polmas.

c. Hak FKPM, meliputi:

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

29

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

1) mendapatkan fasilitas baik materiil maupun nonmateriil sesuai yang ditetapkan atau disepakati forum khusus, aparat desa dan dukungan warga;

2) mendapat dukungan anggaran dari pemerintah daerah sepanjang tercantum dalam program kerja untuk pemecahan masalah-masalah sosial dalam rangka pembinaan Kamtibmas dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.

d. Kewajiban FKPM, meliputi:

1) menjunjung hak asasi manusia dan menghormati norma-norma agama, adat/kebiasaan dan kesusilaan masyarakat setempat;

2) bersikap jujur dalam menjalankan tugas; 3) tidak diskriminatif dan tidak berpihak dalam menangani

perselisihan/pertikaian; 4) mengutamakan kepentingan umum/tugas di atas

kepentingan pribadi; 5) bersikap santun dan menghargai setiap orang serta

bersikap dan berperilaku yang dapat menjadi contoh dan teladan masyarakat; dan

6) mengelola administrasi dan keuangan forum secara transparan dan bertanggung jawab.

e. Larangan FKPM meliputi:

1) membentuk suatu-satuan tugas (Satgas-satgas); 2) menggunakan atribut dan emblim (lambang/simbol) Polri

dalam organisasi Forum; 3) tanpa bersama pengemban Polmas, menangani sendiri

penyelesaian kasus-kasus kejahatan dan pelanggaran; 4) melakukan tindakan kepolisian (upaya paksa) terhadap

kasus kejahatan, kecuali dalam keadaan tertangkap tangan; dan

5) mengatasnamakan atau mengkait-kaitkan hubungan Polmas/FKPM dalam melakukan kegiatan politik praktis.

POKOK BAHASAN 2

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

30

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

KONSEP BHABHINKAMTIBMAS

1. Pengertian-pengertian Terkait Bhabinkamtibmas

a. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya

disingkat Polri adalah alat negara yang berperan dalam

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,

menegakkan hukum serta memberikan perlindungan,

pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam

rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri;

b. Pemolisian Masyarakat (Community Policing) yang

selanjutnya disingkat Polmas adalah suatu kegiatan untuk

mengajak masyarakat melalui kemitraan anggota Polri dan

masyarakat, sehingga mampu mendeteksi dan

mengidentifikasi permasalahan Keamanan dan Ketertiban

Masyarakat (Kamtibmas) di lingkungan serta menemukan

pemecahan masalahnya;

c. Pengemban Polmas adalah setiap anggota Polri yang

melaksanakan Polmas di masyarakat atau komunitas;

d. Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat

yang selanjutnya disebut Bhabinkamtibmas adalah

pengemban Polmas di desa/kelurahan;

e. Strategi Polmas adalah cara atau kiat untuk mengikutsertakan

masyarakat, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya

dalam melakukan upaya-upaya penangkalan, pencegahan,

dan penanggulangan ancaman dan gangguan Kamtibmas

secara kemitraan yang setara dengan Polri, mulai dari

penentuan kebijakan sampai dengan implementasinya;

f. Forum Kemitraan Polri dan Masyarakat yang selanjutnya

disingkat FKPM adalah wahana komunikasi antara Polri dan

masyarakat yang dilaksanakan atas dasar kesepakatan

bersama dalam rangka membahas masalah Kamtibmas dan

masalah-masalah sosial yang perlu dipecahkan bersama guna

menciptakan kondisi yang menunjang kelancaran

penyelenggaraan fungsi kepolisian dan peningkatan kualitas

hidup masyarakat;

g. Balai Kemitraan Polri dan Masyarakat yang selanjutnya

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

31

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

disingkat BKPM adalah tempat dan sarana yang digunakan

untuk kegiatan Polri dan warga masyarakat dalam

membangun kemitraan;

h. Pilar Polmas adalah pemangku kepentingan yang mendukung keberhasilan penerapan Polmas dimasyarakat lokal.

2. Dasar Hukum Bhabinkamtibmas

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002

tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;

b. Peraturan Presiden Nomor 6 tahun 2017 tentang Susunan

Organisasi dan tata Kerja Kepolisian Negara Republik

Indonesia;

c. Peraturan Kapolri Nomor 3 tahun 2015 tentang Pemolisian

Masyarakat.

3. Tugas Pokok Bhabinkamtibmas

a. Tugas Pokok Bhabinkamtibmas melakukan pembinaan

masyarakat, deteksi dini, dan mediasi/negosiasi agar tercipta

kondisi yang kondusif di desa/kelurahan;

b. Dalam melaksanakan tugas pokok, melakukan kegiatan:

1) kunjungan dari rumah ke rumah (door to door) pada

seluruh wilayah penugasannya;

2) melakukan dan membantu pemecahan masalahan

(Problem Solving);

3) melakukan pengaturan dan pengamanan kegiatan

masyarakat;

4) menerima informasi tentang terjadinya tindak pidana;

5) memberikan perlindungan sementara kepada orang yang

tersesat, korban kejahatan dan pelanggaran;

6) ikut serta dalam memberikan bantuan kepada korban

bencana alam dan wabah penyakit;

7) memberikan bimbingan dan petunjuk kepada masyarakat atau komunitas berkaitan dengan permasalahan Kamtibmas dan pelayanan Polri.

4. Fungsi Bhabinkamtibmas

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

32

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

a. melaksanakan kunjungan/sambang kepada masyarakat untuk:

1) mendengarkan keluhan warga masyarakat tentang

permasalahan Kamtibmas dan memberikan penjelasan

serta penyelesaiannya;

2) hubungan silaturahmi/persaudaraan;

b. membimbing dan menyuluh di bidang hukum dan Kamtibmas

untuk meningkatkan kesadaran hukum dan Kamtibmas dengan

menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM);

c. menyebarluaskan informasi tentang kebijakan pimpinan Polri

berkaitan dengan Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban

Masyarakat (Harkamtibmas);

d. mendorong pelaksanaan siskamling dalam pengamanan

lingkungan dan kegiatan masyarakat;

e. memberikan pelayanan kepolisian kepada masyarakat yang

memerlukan;

f. menggerakkan kegiatan masyarakat yang bersifat positif;

g. mengkoordinasikan upaya pembinaan Kamtibmas dengan

perangkat desa/kelurahan dan pihak-pihak terkait lainnya; dan

h. melaksanakan konsultasi, mediasi, negosiasi, fasilitasi, motivasi kepada masyarakat dalam Harkamtibmas dan pemecahan masalah

5. Wewenang Bhabinkamtibmas

a. menyelesaikan perselisihan warga masyarakat atau komunitas;

b. mengambil langkah-langkah yang diperlukan sebagai tindak

lanjut kesepakatan FKPM dalam memelihara keamanan

lingkungan;

c. mendatangi Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan melakukan

Tindakan Pertama (TP) di TKP; dan

d. mengawasi aliran kepercayaan dalam masyarakat yang dapat

menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan

kesatuan bangsa.

6. Keterampilan Bhabinkamtibmas

a. Keterampilan yang harus dimiliki Bhabinkamtibmas :

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

33

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

1) deteksi dini;

2) komunikasi sosial;

3) negosiasi dan mediasi;

4) kepemimpinan; dan

5) pemecahan masalah sosial.

b. Pengetahuan Yang Harus Dimiliki Oleh Bhabinkamtibmas

1) Karakteristik wilayah penugasan;

2) Budaya masyarakat setempat;

3) Peraturan perundang-undangan;

4) Sosiologi masyarakat desa;

5) Polmas;

6) Komunikasi sosial;

7) Bimbingan dan penyuluhan;

8) Kepemimpinan;

9) Hak asasi manusia.

c. Sikap Kepribadian Yang Harus Dimiliki Oleh Bhabinkamtibmas

1) Percaya diri adalah bersikap optimis terhadap kemampuannya, apa yang dilaksanakannya dan bagaimana melaksanakannya serta tidak takut untuk mengembangkan kemampuan diri;

2) Profesional adalah kemampuan profesionalisasi Polri sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat khususnya kemampuan membangun kemitraan dengan warga masyarakat;

3) Disiplin adalah ketaatan kepada aturan dan ketertiban diri dalam penggunaan waktu secara efektif untuk melaksanakan tugas maupun kehidupan sehari-hari;

4) Simpatik adalah selalu berpakaian rapi, sikap menarik dan menunjukkan empati;

5) ramah adalah selalu menunjukkan sikap berteman/bersahabat murah senyum, mendahului sapa salam;

6) Optimis adalah bersikap positif, tidak ragu akan keberhasilan dalam setiap malakukan pekerjaan;

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

34

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

7) Inisiatif adalah kemampuan mengajukan gagasan dan prakarsa dalam mengidentifikasi masalah, menentukan prioritas masalah, mencari alternatif solusi dan memecahkan permasalahan dengan melibatkan masyarakat;

8) Cermat adalah teliti dalam mengumpulkan dan menganalisa fakta serta mempertimbangkan konsekuensi atas setiap pengambilan keputusan;

9) Tertib adalah selalu teratur dalam melaksanakan pekerjaan dan mampu menata/menyusun rencana kerja, dokumen, lingkungan kerja dan wilayah kerja;

10) Akurat adalah mampu menentukan tindakan yang tepat dalam mengantisipasi permasalahan, disertai argumentasi yang jelas;

11) Tegas adalah mampu mengambil keputusan dan tindakan tegas tanpa keraguan serta melaksanakannya tanpa menunda-nunda waktu;

12) Peduli adalah peka terhadap situasi dan lingkungan tugasnya maupun terhadap gejolak dan potensi gangguan Kamtibmas yang timbul di masyarakat.

7. Kedudukan, Kewenangan, Perlengkapan dan Administrasi Bhabinkamtibmas

a. Kedudukan Bhabinkamtibmas

1) Bhabinkamtibmas berkedudukan dibawah struktur Polsek,

dalam pelaksanaan tugasnya bertanggungjawab kepada

Kapolsek, dalam kegiatannya dikoordinir oleh Kanit

Binmas Polsek;

2) Bhabinkamtibmas diangkat dan diberhentikan oleh

Kapolres dengan surat keputusan dan merupakan

penugasan definitif;

3) Wilayah penugasan Bhabinkamtibmas adalah di

Desa/Kelurahan atau nama lain yang setingkat dengan

ketentuan setiap Desa/Kelurahan ditugaskan seorang

Bhabinkamtibmas.

b. Kewenangan Bhabinkamtibmas

Sebagai anggota Polri yang berada di tengah-tengah

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

35

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

masyarakat, pada dirinya juga melekat kewenangan Kepolisian secara umum berdasarkan peraturan perundang-undangan dan prosedur yang berlaku dilingkungan Polri:

1) Dalam situasi bencana Bhabinkamtibmas bersama dengan aparat lainnya melakukan sosialisasi dan mobilisasi warga dalam rangka mencegah dampak buruk yang ditimbulkan;

2) Dalam rangka mendukung kebijakan Polsek sebagai basis deteksi, Bhabinkamtibmas sebagai petugas Polri terdepan diharapkan menjadi mata dan telinga serta menjadi sumber informasi dalam rangka deteksi dini;

3) Bhabinkamtibmas wajib mencatat semua kegiatan yang dilaksanakan secara detail dalam buku mutasi kegiatan sesuai dengan format yang ditetapkan;

c. Kelengkapan Bhabinkamtibmas Untuk Mendukung Kelancaran Tugas

1) Jas hujan;

2) Rompi;

3) Jaket;

4) Senter;

5) Ransel Kerja;

6) Kamera;

7) komputer, modem, dan printer;

8) Alat Komunikasi (HP, HT, Megaphone/Wireless);

9) Kartu Nama;

10) Belangko Kunjungan;

11) Stiker Kunjungan;

12) Brosur Kamtibmas;

13) Buku Agenda;

14) Peta Desa/Kelurahan;

15) Garis Polisi (police line);

16) Alat Tulis Kantor (ATK); dan

17) Alat mobilitas (sepeda motor/sepeda/lain-lain).

FORMAT “A”

BHABINKAMTIBMAS DESA / KELURAHAN

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

36

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

FORMAT LAPORAN INFORMASI

NO. INFO : ...............

ASPEK

MATERI INFORMASI

SUMBER INFO NAMA : PEKERJAAN : ALAMAT :

WAKTU INFO DIDAPAT

HARI : TGL : PKL :

TEMPAT INFO DIDAPAT

CARA MENDAPATKAN INFO

- Terbuka / tertutup *

- Disampaikan oleh sumber/digali oleh pelapor *

BIDANG

POLITIK EKONOMI SOSBUD KEAMANAN

URAIAN INFORMASI :

PELAPOR

( …………………)

NAMA : PANGKAT/NRP : TANDA TANGAN :

NILAI INFORMASI (Diisi oleh atasan pelapor)

A B C D E F 1 2 3 4 5 6

Penjelasan :

Laporan informasi dibuat oleh Bhabinkamtibmas apabila ada hal-hal yang sangat penting, yang bukan kewenangan Bhabinkamtibmas.

FORMAT “B-1”

BHABINKAMTIBMAS DESA / KELURAHAN

SURAT KESEPAKATAN BERSAMA

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

37

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

Pada hari ini, ………. Bulan …….tahun ………… Kami yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : …………………………….. Alamat : ......................................... Dalam hal ini disebut sebagai pihak kesatu Nama : ……………………………. Alamat : ......................................... Dalam hal ini disebut sebagai pihak kedua Kedua belah pihak atas kehendak bersama tanpa tekanan siapapun bertekat baik dan mengadakan kesepakatan bersama sebagai berikut : ( Diisi kesepakatan uraian kesepakatan seperti : a. Permintaan maaf dari salah satu pihak atau saling memaafkan dari kedua belah pihak, b. Kesanggupan untuk ganti rugi dari salah satu pihak jika ada, c. Janji tidak mengulangi perbuatannya, d. Tidak saling menuntut, dll ) Demikian surat kesepakatan bersama ini dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah pihak dihadapan para saksi dan petugas Polmas yang turut serta menandatangani kesepakatan ini.

PIHAK PERTAMA

PIHAK KEDUA

Saksi – saksi : 1. ............................ 2. ............................

MENGETAHUI BHABINKAMTIBMAS

NAMA ( PANGKAT/ NRP )

Penjelasan : Format dibuat untuk pihak-pihak yang bersengketa dan arsip pada Bhabinkamtibmas

FORMAT “B-2”

BHABINKAMTIBMAS

DESA / KELURAHAN

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

38

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

LAPORAN HASIL PEMECAHAN MASALAH

1. Nama : Pangkat : Bhabinkamtibmas : Desa /.Kelurahan .................... 2. Melaporkan bahwa : a. Pada hari/tgl/pkl : ........................................... b. TKP : ........................................... c. Uraian singkat kejadian : ........................................... ........................................... ........................................... ........................................... 3. Nama Pelapor/Korban : a. Alamat : ........................................... b. Pekerjaan : ........................................... 4. Nama Terlapor : a. Nama : ........................................... b. Alamat : ........................................... 5. Hasil Penanganan : ........................................... ........................................... ...........................................

Nama Kota/Wilayah, ............. 201........

BHABINKAMTIBMAS

( NAMA ) ( PANGKAT / NRP )

Penjelasan : Diisi berdasarkan format B-1 jika diselesaikan, atau tanpa merujuk format B-1 jika diserahkan penanganannya kepada Polsek/Res/Instansi lain.

FORMAT “B-3” BHABINKAMTIBMAS DESA / KELURAHAN

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

39

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

LAPORAN REKAPITULASI PEMECAHAN MASALAH BULAN : .............................

NO KASUS / PERKARA PENYELESAIAN

KET URAIAN

SINGKAT WAKTU LOKASI SELESAI DITERU-

KAN

1 2 3 4 5 6 7

1 2

Terjadi sengketa batas tanah antara Bpk. Ahmad dengan Bpk. Budi Penganiayaan oleh ibu Ani kepada tetangganya ibu Rita

5 Agustus 2010 10 Maret 2011

Jl. Alam baru RT 001/03 RT 001/04 Kel Mampang perapatan

Terjadi perdamai-an kedua belah pihak Tidak selesai

Diteruskan ke Polsek melalui jalur hukum untuk ditindaklanjuti

Korban tetap meminta melalui jalur hukum

…………………………………………..

BHABINKAMTIBMAS

( NAMA ) ( PANGKAT / NRP )

Penjelasan : Diisi berdasarkan himpunan format B-2 selama sebulan.

FORMAT “C”

BHABINKAMTIBMAS DESA / KELURAHAN

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

40

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

REKAPITULASI LAPORAN KEGIATAN BHABINKAMTIBMAS /

PENGEMBAN POLMAS BULAN : ..........................................

Penjelasan : Kolom kegiatan berisi kegiatan yang dilakukan oleh Petugas Polmas seperti : Rapat FKPM, kunjungan, sambang, ceramah, kegiatan preventif dl

FORMAT ”D”

BHABINKAMTIBMAS DESA / KELURAHAN

NO HARI / TGL / JAM

TEMPAT KEGIATAN KET

1 2 3 4 5

1 2 3

Senin, 1 Agustus 2011 Pukul 10.00 s/d 12.00 WIB Selasa 2 Agustus 2011 Pukul 19.00 s/d 20.00 WIB dst

Balai desa, desa Cikesik

RT 001 / RW 10 desa Cikesik

Melakukan penyuluhan tentang Siskamling kpd masyarakat RW III desa cikesik Peserta 30 orang Melakukan sambang ke pondok pesantren dgn pimpinan pondok K.H. Rachman

…………………………………………..

BHABINKAMTIBMAS

( NAMA )

( PANGKAT / NRP )

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

41

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

BUKU MUTASI KEGIATAN

NO WAKTU URAIAN LENGKAP KEGIATAN

KET

1

Senin, 4 Juli 2011 Pukul 09.00 s/d 20.00 WIB

Melaksanakan kegiatan pelatihan petugas Kamling RT 001/03 sebanyak 8 orang bersama pak Rt (Bpk. Agus)

2

Sabtu, 3 September 2011 Pukul 09.00 s/d 11.00 WIB

Mengikuti kegiatan kunjungan Muspida Kab. Bantul yang dihadiri Bupati, Kapolres, Dandim dan Kajari dalam rangka peresmian balai desa

3

Dst.

…………………………………….

BHABINKAMTIBMAS

( NAMA ) ( PANGKAT / NRP )

Penjelasan : Buku mutasi diisi oleh Bhabinkamtibmas setiap Selesai melakukan kegiatan, setiap ada kejadian dan menerima laporan / penyuluhan masyarakat

POKOK BAHASAN 3

DETEKSI DINI

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

42

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

1. Pengertian-pengertian Terkait Deteksi Dini

a. Deteksi, adalah serangkaian upaya, pekerjaan dan kegiatan serta tindakan dalam rangka menemukan secara cepat terhadap berbagai fenomena/gejala/dinamika dan perubahan masyarakat yang meliputi aspek Statis dan aspek dinamis/kehidupan masyarakat (geografi, demografi, sumber kekayaan alam, ideologi politik, sosial ekonomi, sosial budaya dan keamanan) dengan menggunakan panca indera atau peralatan tertentu.

b. Bahan keterangan adalah uraian, catatan, tanda-tanda tentang gejala-gejala, fakta, masalah, peristiwa sebagai hasil usaha mempelajari, mengetahui, menghayati dengan menggunakan panca indera dan peralatan tentang suatu situasi dan kondisi.

c. Penyelidikan Intelijen adalah segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan secara berencana dan terarah untuk mencari, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan bahan-bahan keterangan yang dibutuhkan dalam bidang Ipoleksosbudkam dan kemudian menyampaikannya kepada pimpinan atau pihak-pihak yang berwenang guna memungkinkan untuk membuat suatu perencanaan atau perkiraan mengenai masalah yang dihadapi, sehingga dapat ditentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan-tindakan dengan resiko yang telah diperhitungkan.

d. Pengamatan adalah suatu cara untuk mendapatkan bahan keterangan dan gambaran obyek tertentu secara langsung dengan menggunakan panca indera dan peralatan khusus intelijen.

e. Wawancara adalah suatu cara mendapatkan bahan keterangan melalui pembicaraan tanya jawab secara langsung kepada orang-orang yang dianggap mengetahui masalah yang diperlukan.

f. Produk Intelijen adalah suatu perwujudan akhir dari kegiatan dan operasional intelijen, setelah melalui proses pengolahan yang meliputi pencatatan, penilaian dan penafsiran atau tulisan dinas yang dibuat dan dikeluarkan oleh badan intelijen sebagai hasil kegiatan dan operasi intelijen, yang disusun dalam bentuk yang telah ditentukan.

g. Bhabinkamtibmas adalah singkatan dari Bhayangkara Polri Pembina Keamanan Ketertiban Masyarakat yang diemban oleh personel Polsek yang penugasannya dikendalikan langsung

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

43

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

oleh Kapolsek berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Kapolres.

2. Sasaran Deteksi Dini

Sasaran deteksi pada hakekatnya meliputi dinamika dan perubahan seluruh aspek kehidupan masyarakat baik yang bersifat statis maupun dinamis yang berada di wilayah hukum Polsek, terdiri dari :

a. Sasaran Aspek Statis

1) Aspek Geografi, meliputi antara lain : segala sesuatu yang berkaitan dengan bumi/alam, gunung, sungai, danau, luas wilayah dan batas-batasnya termasuk infrastruktur.

2) Aspek Demografi, yaitu berkaitan dengan kependudukan yang meliputi keterangan antara lain : tentang jumlah, jenis kelamin, umur, agama, kewarganegaraan, pendidikan, pekerjaan, penyebaran/kepadatan, perpindahan termasuk kelahiran dan kematian.

3) Aspek Sumber Kekayaan Alam, merupakan bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.

b. Sasaran Aspek Dinamis (kehidupan masyarakat)

1) Aspek Ideologi, meliputi segala bentuk cita-cita dan kepercayaan yang dipegang oleh suatu masyarakat yang mampu menggerakkan aktifitas politik untuk mencapai tujuan bersama.

2) Aspek Sosial Politik, meliputi partai politik, organisasi massa, jumlah suara yang diperoleh dalam Pemilu, jumlah anggota DPRD, Aparatur Negara dan Lembaga Negara, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),media massa (elektronik dan cetak), kelompok radikal dan Organisasi Kemasyarakatan di bidang politik lainnya.

3) Aspek Sosial Ekonomi, meliputi segala kegiatan perekonomian dan potensi ekonomi yang ada, antara lain: Perbankan, pertokoan, pasar tradisional, pasar swalayan, perindustrian, koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (UKM), perikanan, perkebunan, kelautan, kehutanan, perhubungan, pertambangan dan energi, telekomunikasi dan pertanian termasuk peternakan.

4) Aspek Sosial Budaya, meliputi antara lain : agama, aliran kepercayaan, hukum dan perundang-undangan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, transmigrasi

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

44

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

, kesehatan, olah raga, pariwisata, kesenian, tenaga kerja dan lapangan kerja, lingkungan hidup, tradisi / adat, pertanahan, penyakit masyarakat dan bencana alam.

5) Aspek Keamanan, meliputi antara lain : berbagai bentuk kejahatan dan pelanggaran, institusi aparat pertahanan dan aparat keamanan, obyek vital serta instalasi penting lainnya.

3. Metode Pelaksanaan Deteksi Dini

a. Teknik Wawancara.

1) Pengertian Teknik Wawancara.

a) Wawancara adalah usaha pekerjaan kegiatan maupun tindakan dalam rangka pengumpulan bahan keterangan atau informasi yang terencana terhadap orang sebagai sumber informasi secara langsung, dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan bernilai Intelijen yang telah disiapkan dengan situasi yang dikondisikan untuk mencapai tujuan tertentu.

b) Teknik wawancara adalah penerapan metode-metode dalam melakukan wawancara dengan menitik beratkan kepada pelaksanaan kegiatan wawancara itu sendiri seperti Langsung : face to face/berhadapan dan tidak langsung : melalui media alat telekomunikasi dan questioner serta dalam mengajukan bentuk pertanyaan yang akan diajukan seperti pertanyaannya yang jawabannya terbatas (wawancara tertutup) dan pertanyaan yang jawabannya tak terbatas (wawancara terbuka).

2) Kegunaan, Tujuan, Sasaran.

a) Kegunaan Wawancara.

(1) Digunakan untuk memperoleh fakta yang obyektif

(2) misalnya wawancara terhadap orang yang menyaksikan terjadinya suatu peristiwa

(3) Untuk memperoleh fakta yang subyektif

(4) misalnya pendapat atau pikiran seseorang mengenai sesuatu hal.

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

45

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

(5) Menggali fakta, alasan, motivasi, opini atas fenomena, peristiwa yang telah, sedang maupun yang kemungkinan akan terjadi.

(6) Konfirmasi, melengkapi baket dan data yang ada, mendorong sumber informasi untuk menjelaskan fakta secara konstruksionis, dalam rangka mencari positivistik indikasi permasalahan dari Intisari Baket yang dibutuhkan.

b) Tujuan.

(1) Teknik Wawancara dalam rangka menghasilkan data Strategis.

Yang dimaksud dengan data strategis adalah informasi yang telah diolah dari hasil penyelidik kan dan telah dituangkan dalam bentuk laporan dengan format tertentu tidak bertujuan jangka pendek namun memiliki kualitas informasi sebagai early detection dapat berbentuk data Potensi Gangguan (PG) dan bermanfaat untuk jangka panjang.

Penerapan teknik Wawancara dalam menghasilkan data strategis, aktivitas Wawancara lebih bersifat parsial artinya upaya pengumpulan informasi yang dilakukan dengan teknik wawancara atas dasar kepentingan pengumpulan data per-gatra secara berdiri sendiri dan semata-mata bertujuan melengkapi data yang perlu disempurnakan dari sumber informasi.

Sehingga kegiatan teknik Wawancara seperti tersebut lebih bersifat rutinitas (Service Type of Operation/ STO) tanpa tujuan pengungkapan satu informasi secara khusus.

(2) Teknik Wawancara dan Data Taktis (Kasuistis) atau secara khusus dalam rangka ungkap kasus.

Yang dimaksud data yang bersifat taktis (kasuistis) adalah infomasi yang sengaja dikumpul kan secara khusus dan lebih bersifat Mission Type of Operation/MTO yang telah di

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

46

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

laporkan dalam bentuk produk tertentu, bertujuan dalam rangka menjawab dan menjadi terangnya satu persoalan yang sedang diselidiki.

Dalam penerapan teknik Wawancara secara taktis, posisi informasi atau data yang dihasilkan bersifat sinergi bagi informasi yang dihasilkan teknik penyelidikan lainnya baik yang terbuka maupun teknik tertutup. Artinya informasi hasil teknik wawancara melengkapi hasil teknik lainnya, karena antara informasi atau data yang dihasilkan oleh masing-masing teknik tidak berdiri sendiri, namun menjadi satu kesatuan informasi saling mendukung dan bulat serta bertujuan memecahkan persoalan.

Dalam hal ini teknik Wawancara dilakukan secara simultan (serentak/bersamaan) dengan teknik lainnya dengan sasaran yang sama ataupun berbeda dalam persoalan yang sama.

c) Sasaran.

Dalam wawancara harus di ingat anda tidak berhadapan dengan makhluk logika , namun makhluk berakal dan berperasaan oleh karenanya saat menghadapi sumber informasi sasaran dari wawancara merujuk pada :

(1) Orang, yang diindikasikan memiliki; misi strategis, biodata atau identitas, anteseden atau latar belakang riwayat hidup sumber informasi, segala kemungkinan lain yang disesuaikan dengan tujuan wawancara.

(2) Bahan keterangan (baket), yang telah direncanakan maupun yang berkembang yang berhubungan dengan sumber informasi utama dan sumber yang terkait.

(3) Informasi, memperoleh kejelasan data faktual atas dasar peristiwa yang telah, sedang terjadi dan akan terjadi.

(4) Opini, menggali gagasan, penilaian dan kepercayaan sumber informasi atas dasar

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

47

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

persoalan atau peristiwa yang telah, sedang terjadi guna mendapatkan gambaran segala kemungkinan yang akan terjadi.

(5) Personality, segala aspek pribadi seseorang, latar belakang, wawasan atau pandangan, persoalannya, yang akan dikaitkan dengan status strategis atau taktis.

3) Hakekat, Syarat dan Prinsip wawancara.

a) Hakekat Wawancara.

Suatu percakap an meminta keterangan yang tidak untuk tujuan suatu tugas, tetapi hanya untuk tujuan sekedar tahu, beramah tamah atau ngobrol saja tidak disebut wawancara,

Jadi hakikat wawancara mencakup komunikasi yang dipergunakan untuk tujuan suatu tugas tertentu dalam mendapatkan, mengumpulkan keterangan dengan bercakap cakap atau dengan istilah lain :

(1) Komunikasi dua arah antara komunikator dan komunikan.

(2) Komunikator menggali sesuatu dari komunikan.

(3) Materi yg digali adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan informasi dan kebutuhan baket yang sedang dikaji/dilidik dari sasaran.

(4) Sasaran/komunikan sadar akan arah dan maksud pembicaraan komunikator/penanya

b) Syarat wawancara.

Menjalankan wawancara yang dapat menarik sebanyak mungkin keterangan dari sumber informasi dan dapat menumbuhkan rapport yang sebaik baiknya memang merupakan suatu kepandaian yang dapat dicapai dengan banyak pengalaman, kemahiran berwawancara merupaan suatu kemahiran bersifat seni, kecuali pengalaman juga bakat, orang yang mempunyai bakat bergaul dengan sesamanya biasanya pandai melakulan wawancara, untuk itu sebaiknya pewawancara memperhatikan syarat dalam wawancara tentu

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

48

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

untuk tidak dihafalkan tetapi untuk diterapkan dan dibiasakan.

(1) Tujuan yang jelas.

Wawancara senantiasa didasari tujuan yang sudah direncanakan. kalau tidak maka tanya jawab yang berlangsung disebut berbincang-bincang atau obrolan. Dengan demikian, keterarahan merupakan faktor penting. Makin terarah maka tujuan wawancara makin baik. Paling tidak pewawancara dapat memper tanggung-jawabkan tujuannya melakukan wawancara, dan baket-informasi apa yang ingin tercapai.

(2) Efisien.

Lamanya melakukan suatu wawancara biasanya terbatas pada kemampuan pada sipewawancara kalau wawancara bersifat omong omong dan ngobrol secara bebas menurut pengalaman pada umumnya tiga jam merupakan suatu batas maksimum, Wawancara efisien apabila berhasil mengungkap tujuan pokok wawancara yang ingin dicapai dalam waktu ringkas, sehingga pengguna/user dengan segera mendapatkan informasi yang dibutuhkannya. Karena itu hindari wawancara yang bertele-tele. Lakukanlah wawancara secara mendalam tetapi ringkas untuk mengungkap banyak hal yang berkaitan dengan pengungkapan informasi atau yang dibutuhkan oleh pengguna-user.

(3) Menyenangkan.

Harus dipisahkan pengertian wawancara dan `interogasi', meskipun kadang-kadang pewawancara mengajukan pertanyaan yang tajam, kritis, dan terkesan menyudutkan sumber informasi. Lakukan proses wawancara yang bebas dari pola `tekanan' yang merupakan ciri interogasi. Wawancara yang bukan interogasi akan menciptakan rasa senang. Kalau rasa senang tercipta,

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

49

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

maka timbul saling percaya dan saling menghargai antara pewawancara dan sumber informasi.

(4) Informasi awal.

Wawancara tanpa informasi awal dalam rangka memperoleh data latar belakang pengetahuan wawancara, sama hal nya dengan senjata kehabisan peluru untuk menghindari ”kehabisan pertanyaan” pewawancara harus merumuskan pertanyaan dan hal ini tergantung dan erat hubungannya dengan penguasaan topik yang menjadi materi wawancara, maka pewawancara mutlak menguasai topik tersebut dengan mengumpulkan data atau informasi seputar topik tersebut. Tujuannya supaya pewawancara mampu membuat pertanyaan yang baik karena memahami masalah.

(5) Menimbulkan spontanitas.

Wawancara yang baik sanggup memunculkan jawaban dan suasana spontan. Hal ini berlawanan dengan wawancara yang pertanyaan dan jawabannya sudah dipersiapkan lebih dahulu. Karena wawancara seperti itu sudah pasti tidak menarik, apalagi besar kemungkinan sumber informasi telah menyiapkan jawaban tertulis atau lisan, kemudian membaca jawaban yang sudah disiapkan tersebut. Selain itu karena materi pertanyaan dan jawaban sudah dipersiapkan, pewawancara akan sulit mengembangkan pertanyaan dari jawaban sumber informasi.

(6) Terkendali.

Wawancara akan menarik apabila pewawancara tetap berfungsi sebagai pengendali situasi dan kondisi wawancara. Sering terjadi dalam wawancara justru sumber informasi yang mendominasi

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

50

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

perbincangan dengan mengendalikan keadaan. Akibatnya pewawancara tidak dapat mengembangkan pertanyaan dan alur yang sudah direncanakan.

Keadaan seperti ini hanya dapat terjadi bila pewawancara tidak berwibawa, tidak menguasai permasalahan, atau rendah diri karena menganggap sumber informasi memiliki derajat yang lebih tinggi dibanding dengan dirinya.

(7) Mengembangkan logika.

Karena wawancara dimaksudkan untuk menggali fakta dan opini, maka sebuah wawancara akan menarik apabila mampu mengedepankan logika (tidak lepas dari konteks topic wawancara). Hal itu bertujuan meyakinkan pengguna (apabila direkam; hasil rekaman-dapat diputar ulang kepada pengguna-user) tentang fakta dan kebenaran mengenai topik yang sedang dibicarakan. dimaksudkan menghindari timbulnya penafsiran pengguna-user bahwa proses wawancara tidak menghasilkan informasi berkualitas, atau pewawancara-penyelidik seolah-olah hanya berusaha mempertahankan ‘upaya-usaha’ untuk membiaskan fakta menjadi opini penyelidik.

c) Prinsip Wawancara.

(1) Sederhana;

(2) Praktis, ekonomis dan efisien;

(3) Keberhasilan;

(4) Kebebasan bergerak;

(5) Resmi atau bersifat birokrasi, sasaran sumber informasi pada jajaran birokrasi, pemerintahan yang bersifat protokoler.

(6) Tidak resmi atau sasaran dan sumber informasi berada dalam lingkungan kehidupan

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

51

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

masyarakat umumnya.

b. Eliciting

1) Pengertian Teknik Eliciting. Menurut Kamus Intelijen terbitan tanggal 12

Oktober 2003, Teknik Eliciting merupakan teknik penyelidikan Terbuka, pengertian tersebut dijelaskan pada halaman 87. Pada halaman 31 lebih rinci dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan eliciting/elisitasi mencakup 3 (tiga) point antara lain: a) Keahlian untuk mengajak bicara seseorang

sehingga orang tersebut tidak sadar bahwa ia dieksploitir sehingga dari padanya diperoleh informasi yang diperlukan.

b) Wawancara yang dilakukan secara tersamar (cover Interviewing), dengan pemahaman : (1) Cara mendapatkan bahan keterangan melalui

pembicaraan dan tanya-jawab secara langsung;

(2) Pihak yang ditanya (pemberi keterangan) pada umumnya menyadari bahwa ia telah dijadikan sumber baket dan dia sedang berhadapan dengan orang yang sedang mencari informasi, tetapi ia tidak mengetahui hubungan pertanya an dan tujuan dari sipenanya;

(3) Pihak yang ditanya bebas dalam memberikan jawaban atau keterang an, tanpa suatu paksaan:

Kamus Intelijen menekankan bahwa Interview dan eliciting kedua-duanya mempergunakan cara dan prosedur yang sama, tetapi berbeda dalam situasi, teknik dan bentuk pertanyaan.

2) Kamus Intelijen menjelaskan bahwa wawancara tersamar disebut juga cover interviewing atau eliciting. Menjelaskan :

Pihak yang ditanya (pemberi keterangan pada umumnya menyadari bahwa ia telah dijadikan sumber baket dan dia sedang berhadapan dengan orang yang sedang mencari Baket, tetapi ia (pemberi keterangan) tidak mengetahui hubungan pertanyaan dengan tujuan dari sipenanya. Pihak yang ditanya bebas dalam memberi kan jawaban/keterangan tanpa suatu paksaan.

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

52

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

contoh : Si A ingin mengetahui, apakah si B sudah beristri atau belum.

Pertanyaan wawancara-nya: Apakah anda sudah beristri atau belum ? Pertanyaan eliciting-nya: Sudah berapa orangkah anak anda ?

Sehingga wawancara dan eliciting, kedua-duanya sama-sama bertanya, tetapi berbeda dalam teknik bertanya.

3) Peran teknik eliciting dalam mendukung teknik tertutup Teknik eliciting memiliki peran sangat penting dan strategis disetiap penerapan teknik penyelidikan terbuka lainnya maupun teknik tertutup. Secara khusus apabila dikaitkan dengan pelaksanaan penyelidikan dengan teknik Tertutup, disetiap manajeman pelaksanaan teknik tertutup (langkah-langkah pelaksanaan) dimana dalam prakteknya tidak pernah berhubungan ataupun bersentuhan dengan sasaran, maka dalam rangka melengkapi data awal (data-casing), peran teknik eliciting yang disempurnakan dengan taktik penyelidikan berperan penting terhadap suksesnya setiap teknik tertutup sebelum pelaksanaan teknik tertutup dilakukan.

Catatan : Disadari ataupun tidak dalam kegiatan

penyelidikan Intelijen, kegiatan casing dapat lebih sempurna karena peran teknik pulbaket secara eliciting.

Contoh : Sebelum pelaksanaan teknik Pengamatan,

Penjejakan, Penyadapan, Penyusupan dan penyurupan dilakukan, secara khusus selalu dilakukan kegiatan casing yaitu tindakan penyelidikan dalam rangka mengumpulkan informasi tentang sasaran lebih awal dan terperinci.

Bentuk peran teknik eliciting dalam mendukung kegiatan teknik penyelidikan tertutup antara lain :

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

53

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

a) Teknik eliciting mampu mendekati berbagai jenis sumber informasi dan mendapatkan informasi secara langsung tanpa resiko ekspose yang berarti, artinya seorang elicitor yang berhasil memiliki kedekatan (akrab atas dasar kepercayaan) secara alami dengan sasaran sehingga resiko expose/badar sangat kecil.

b) Dalam proses analisa sasaran, informasi-data yang dihasilkan teknik eliciting dapat berperan penting sebagai penyempurna data indikasi (hasil dari teknik penelitian data tentang sasaran) yang sudah ada tentang sasaran sebelumnya, dikarenakan kualitas informasi yang dihasilkan oleh teknik eliciting dari berbagai sumber informasi lain yang diindikasikan berkaitan dengan sasaran akan melengkapi informasi dan menyempurnakan sistem pengamanan serta tujuan pokok teknik penyelidikan tertutup.

4) Unsur-unsur penting dalam teknik eliciting.

Dari pengertian-pengertian diatas dapat dipahami bahwa eliciting merupakan cara memperoleh informasi rahasia dalam bentuk percakapan informal atau tidak resmi dan cendrung lebih bersifat basa basi intelijen antara penyelidik dengan sumber informasi. Dalam kondisi percakapan tersebut sumber informasi tidak pernah menyadari tentang kepentingan yang sebenarnya atau tujuan yang telah direncanakan oleh penyelidik. Eliciting bisa direncanakan secara khusus, atau dilakukan secara spontan dengan keahlian terlatih terhadap sumber informasi yang ditemukan secara kebetulan berdasarkan situasi dan kondisi tertentu.

Catatan : Dalam pelaksanaan eliciting, dalam satu

keadaan tertentu tidak tertutup kemungkinan sumber informasi tidak hanya satu orang namun dapat sekaligus beberapa orang.

Sehingga dalam proses teknik eliciting terdapat 3 (tiga) unsur pemahaman penting antara lain :

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

54

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

a) Elicitor, adalah pelaksana atau agen penyelidik yang melakukan kegiatan eliciting.

b) Eliciting, adalah aktivitas yang dilakukan seorang

Elicitor, dalam pelaksanaannya melalui 3 (tiga) tahapan yaitu Tahap Kontak Eliciting, Tahap Eksploratif Eliciting dan Tahap Produktif Eliciting.

c) Elisitasi, terciptanya situasi dan kondisi yang

mendukung suksesnya pelaksanaan eliciting yang mencakup keakraban dan kepercayaan sumber informasi terhadap Elicitor.

c. Pengamatan dan Penggambaran.

1) Teknik Pengamatan, Teknik Penggambaran dan Sasaran. Dari berbagai pengalaman membuktikan bahwa keberhasilan suatu tugas sangat bergantung pada banyaknya pengetahuan atau Keterangan tentang Sasaran dan lingkungannya. Keterangan ini merupakan bahan pertimbangan pimpinan untuk mengambil keputusan, sehingga setiap pimpinan akan membutuhkan Keterangan sebanyak mungkin guna mengambil keputusan dan cara bertindak yang tepat. Bahan-bahan Keterangan yang telah diolah diperoleh dari hasil penyelidikan dengan menggunakan teknik antara lain : Penelitian, Wawancara, Interogasi, Elicyting, Penjejakan, Pengamatan dan Penggambaran. Pengamatan dan Penggambaran sebagai salah satu teknik penyelidikan yang dilakukan dengan memanfaatkan kemampuan panca indera dan olah pikirnya terhadap objek/ sasaran atau sekitar sasaran. Oleh karena itu kemampuan perorangan sangat penting disamping memerlukan Alat Khusus (Alsus) sebagai alat pendukung kegiatan.

2) Pengertian.

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

55

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

a) Pengamatan merupakan suatu cara untuk mendapatkan Bahan Keterangan dan gambaran obyek tertentu secara langsung dengan teliti menggunakan panca indera dan peralatan khusus intelijen disertai perhatian, pemikiran dan konsentrasi yang sebaik-baiknya.

b) Penggambaran adalah kegiatan melukiskan

(menceritakan) suatu peristiwa atau kejadian yang disampaikan dalam bahasa lisan, tulisan, atau simbol-simbol yang dituangkan dalam bentuk laporan yang dilengkapi dengan foto-foto dan data terperinci sehingga dapat mengenali kembali apa yang diamati tersebut.

3) Jenis pengamatan.

(1) Pengamatan Melayang (Flying Observation) Pengamatan Melayang adalah Pengamatan sepintas lalu yang bersifat umum, sebagai upaya untuk menggambarkan keadaan dan lingkungan secara umum atau pengamatan sepintas ini ditujukan terhadap sasaran dan lingkungannya dalam rangka mendapatkan data tentang sasaran. Misalnya Pengamatan yang dilakukan ditempat-tempat atau lingkungan kemungkinan sasaran berada atau di daerah-daerah yang dilalui ketika munuju sasaran, mulai berangkat ke kantor dan sebaliknya atau Pengamatan terhadap massa yang mengikuti rapat besar. Pengamatan melayang ini sifatnya mobile atau berjalan sebagai mana biasanya, dan belum adanya target yang harus dicapai dari hasil Pengamatan yang dilakukannya.

(2) Pengamatan teratur (Organisatoris Observation)

Pengamatan teratur merupakan pengamatan yang pelaksanaannya dilakukan oleh perorangan/unit secara berkelanjutan terhadap sasaran :

(1) Orang (dapat perorangan atau kelompok);

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

56

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

(2) Benda tertentu (bergerak atau tidak bergerak); (3) Daerah/tempat (dapat berupa kawasan

pemukiman, pertokoan, pelabuhan dan lain-lain).

Pengamatan secara teratur ini dilaksanakan dengan menitik beratkan pada tugas dan tanggung jawab yang berdiri sendiri.

4) Posisi Pengamat dan Sasaran.

Penentuan titik pengamatan, lokasi atau posisi pengamat berada atau bersembunyi untuk melakukan Pengamatan adalah sangat ideal apabila letak pangkalan dari pengamat berhadapan langsung atau menyudut dengan tempat sasaran. a) Pengamat tetap ditempat-sasaran tetap di tempat.

Pelaksanaan Pengamatan dengan menggunakan posisi ini, diharapkan seorang pengamat akan melakukan pengamatannya terhadap sasaran yang sifatnya diam (statis) di tempat dimana sasaran tersebut berada. Pengamat pada saat melakukan dengan posisi tetap di tempat akan melakukan pengamatan terhadap semua objek sasaran pengamatan (Orang, Benda, Kegiatan dan Daerah/Wilayah). Pengamatan ini diharapkan dapat menemukan bukti-bukti permulaan, berupa informasi, tanda-tanda, ciri-ciri umum dan khusus untuk selanjutnya dilakukan operasi Intelijen lanjutan. Dalam melakukan posisi pengamatan itu diharapkan pengamat mampu untuk menentukan pangkalan pengamatannya dengan benar, sehingga dapat menyembunyikan keberadaannya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kalau pengamat akan menjadi pengamatan pihak lawan atau sasaran, untuk menghindari adanya pengamatan pihak lawan maka pengamat harus dapat mengantisipasinya dengan cara antara lain :

(1) Mencari dan menentukan pangkalan

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

57

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

pengamatan dengan aman;

(2) Pengamat berada di tempat yang terlindung, namun tidak mengurangi kemampuan untuk melakukan Pengamatan terhadap Sasaran;

(3) Melakukan pengcoveran terhadap keberadaan pengamat di daerah sasaran;

(4) Pengamatan dibantu dengan alat khusus Intelijen.

b) Pengamat tetap di tempat, dengan Sasaran

bergerak.

Pelaksanaan Pengamatan dengan menggunakan posisi ini, diharapkan seorang pengamat akan melakukan Pengamatannya terhadap sasaran yang sifatnya bergerak (dinamis) dimana sasaran tersebut berada. Pengamatan ini diharapkan untuk dapat mengidentifikasi terhadap sasaran yang menjadi sasaran pengamatan. Pengamatan terhadap benda bergerak dilakukan terhadap sasaran yang bergerak (Orang dan benda bergerak). Pengamatan ini diharapkan dapat menemukan data atau fakta mengenai sasaran, ciri-ciri umum atau khusus dan mengetahui fakta-fakta dari kegiatan yang dilakukan sasaran. Dalam melakukan posisi pengamatan itu diharapkan pengamat mampu untuk menentukan pangkalan pengamatannya dengan tepat sehingga dapat melakukan pengamatan dengan leluasa terhadap sasaran pengamatan guna memperoleh informasi atau bahan keterangan yang sebanyak-banyaknya.

c) Pengamat bergerak, dengan Sasaran tetap di

tempat.

Pelaksanaan Pengamatan dengan posisi ini dilakukan dengan mengikuti pergerakan sasaran secara hidup, terus menerus dari sasaran. Pengamatan ini dilakukan oleh pengamat secara mobile. Hal yang sangat penting dalam melakukan

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

58

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

pengamatan ini adalah faktor keamanan, dengan cara senantiasa berpikir bahwa setiap sasaran juga menggunakan sistim pengamanan terhadap kegiatannya. Cara ini dapat dilakukan oleh perseorangan atau dalam bnetuk perorangan dalam ikatan sub unit atau unit, Pengamatan ini menitik beratkan pada tugas dan tanggung jawab yang berdiri sendiri.

d) Sasaran Pengamatan.

(1) Sasaran Orang.

Yaitu orang atau perorangan yang dicurigai sebagai lawan ataupun bakal lawan dengan segala identitasnya yaitu karakteristik fisik yang nampak dari luar dan ciri-ciri lain yang membedakan seseorang dengan yang lain, antara lain : rambut, muka, kepala, alis, hidung, mulut, bibir, gigi, dagu, telinga, leher, perut, tangan, pinggul, kaki dan ciri-ciri jasmani lainnya yang bersifat khusus.

(2) Sasaran Benda.

Yaitu material, alat peralatan dimana menyangkut nama barang, jenis, jumlah, cara bekerja, kemampuannya dan cara penggunaannya.

(3) Sasaran Kegiatan.

Merupakan aktivitas sasaran berupa kumpulan kegiatan/kejadian/peristiwa yang berlangsung secara terus menerus atau temporer di daerah sasaran yang meliputi :

(a) Kegiatan orang atau kelompok pada daerah tertentu.

(b) Kegiatan rutin/temporer.

(c) Kegiatan yang menyimpang dari kebiasaan.

(4) Sasaran Daerah dan Masyarakat.

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

59

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

(a) Sasaran daerah yang perlu diketahui adalah mengenai karakteristik sasaran, tempat objek vital dan hal-hal lain yang dianggap perlu.

(b) Sasaran masyarakat yang perlu diketahui adalah mengenai hal jumlah penduduk, kebiasaan, pengaruh lingkungan, ketentuan-ketentuan khusus atau adat istiadat, kebiasaan daerah, norma-norma yang berlaku dan hal-hal lain yang menonjol.

5) Tujuan Pengamatan.

a) Pengamatan Orang.

(1) Untuk mengetahui ciri-ciri pelaku atau orang-

orang yang dicurigai; (2) Untuk mengetahui alamat-alamat pelaku atau

orang- orang yang dicurigai; (3) Untuk mengetahui fakta-fakta dari kegiatan

pelaku atau orang yang dicurigai; (4) Hasil Pengamatan antara lain berupa :

(a) Ciri-ciri khusus dari seseorang yang

mencolok; (b) Ciri-ciri umum (tubuh, muka, kepala,

wajah, rambut, dahi, mata, hidung, bibir, telinga, tangan, kaki );

(c) Kelengkapan data perorangan (identitas, kebiasaan, hobby, sikap/pembawaan, pekerjaan, keahlian, suara/logat, dll);

(d) Perilaku kehidupan, kebiasan yang dilakukan, kelemahan, teman bergaul, teman dekatnya tempat yang biasa disinggahi.

b) Pengamatan Benda (Sasaran bergerak atau tidak

bergerak).

(1) Untuk memperoleh data atau fakta mengenai benda itu sendiri serta situasi dan kondisi yang berhubungan atau menyangkut benda tersebut.

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

60

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

(2) Rangkaian suatu Operasi. (3) Hasil Pengamatan dapat berupa :

(a) Harus dapat menggambarkan ukuran, tinggi, panjang, lebar dan ciri-ciri khusus lainnya;

(b) Nama barang; (c) Jumlah barang; (d) Kegunaannya; (e) Peranan; (f) Cara menggunakannya; (g) Spesifikasi khusus.

c) Pengamatan tempat/bangunan.

(1) Untuk memperoleh data dan fakta keadaan/situasi dan kondisi tempat/bangunan tersebut guna kepentingan tugas tertentu, misalnya penyadapan telekomunikasi (telepon/radio), penyusupan/penetrasi atau rangkaian suatu operasi.

(2) Untuk mengetahui dan memperoleh kepastian mengenai tempat-tempat pertemuan dan rumah aman (Safe House), pelabuhan aman (Safe Port) pihak lawan atau Sasaran.

(3) Hasil Pengamatan berupa: (a) Besarnya tempat atau bangunan; (b) Kegiatan yang ada di tempat tersebut; (c) Lokasi atau denah bangunan; (d) Tanda pengenal kesatuan atau instansi; (e) Perlengkapan yang digunakan.

(4) Hasil Pengamatan dituangkan dalam sket A, B dan C.

d) Pengamatan Daerah dan masyarakat : (1) Untuk memperoleh data dan fakta situasi dan

kondisi daerah tersebut guna kepentingan pembuatan Intel Dasar.

(2) Untuk memperolah data dan fakta keadaan/ situasi dan kondisi daerah tersebut guna kepentingan suatu tugas tertentu misalnya : penyadapan telekomunikasi, telepon/radio, penyusupan/penetrasi atau rangkaian suatu operasi.

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

61

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

(3) Hasil pengamatan yang dicari:

(a) Bentuk daerah/geografi; (b) Jumlah penduduk atau demografi; (c) Kebiasaan atau budaya; (d) Pengaruh kehidupan; (e) Kelainan-kelainan/peraturan khusus; (f) Letak tempat-tempat vital.

6) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengamatan dan

fungsi panca indera.

a) Kesadaran.

Dimaksudkan agar dengan menggunakan kesadaran maka pengamat akan dapat menyatukan perhatiannya pada kenyataan yang dihadapi.

b) Pelatihan meliputi :

(1) Melatih kewaspadaan;

(2) Mengganti Pengamatan umum menjadi terinci;

(3) Melatih pengamatan perkiraan tentang waktu, ukuran jarak, kecepatan benda benda bergerak;

(4) Membiasakan dengan warna-warna, bau, suara-suara;

(5) Menafsir kejadian;

(6) Mengamati benda dan peristiwa.

c) Perbedaan kesaksian.

(1) Adanya kemampuan indera yang tidak sama, maka memungkinkan terjadi adanya perbedaan kesaksian yang diperoleh dari sasaran pengamatan.

(2) Dengan adanya perbedaan kesaksian, maka diharapkan tiap orang berbeda, maka untuk itu diperlukan lebih dari 1 (satu) orang pengamat agar bahan keterangan yang diperoleh adalah bahan keterangan yang sebenarnya.

d) Pengamatan Fakta.

Hal ini dimaksudkan seorang pengamat hanya

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

62

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

dibenarkan melaporkan keterangan yang sebenarnya, laporan yang dibuat tidak boleh didasari penafsiran atau fantasi yang biasa terjadi, ini adalah kesalahan yang amat besar.

e) Pendengaran.

Mendengarkan dengan teliti memerlukan latihan yang baik dan diperlukan penyatuan perhatian pada hal-hal yang harus di ingat untuk menghindari salah dengar.

f) Pengamatan Visual.

Pada dasarnya seorang pengamat/pengusut harus memperhatikan secara keseluruhan dari kenyataan yang dihadapi.

7) Faktor-faktor yang mempengaruhi penggambaran.

a) Pengetahuan tentang sasaran.

Diharapkan petugas yang melakukan pengamatan dapat mengetahui tentang sasaran sehingga dapat memudahkan dalam penggambaran.

b) Penggunaan Istilah (bahasa).

Untuk dapat menyatakan suatu laporan diperlukan kemampuan dalam menyusun bahasa yang baik dan penggunaan istilah yang mudah dimengerti.

c) Daya ingat.

Daya ingat seseorang berlainan, sehingga pelaksanaan tugas di lapangan diharapkan dapat dilaksanakan lebih dari satu orang sehingga hasil yang didapatkan akan lebih akurat.

d) Batas Waktu.

Batas waktu antara saat melakukan pengamatan dengan saat pembuatan laporan akan mempengaruhi ketepatan suatu laporan.

e) Kejujuran.

Diharapkan hasil pengamatan yang berupa penggambaran ini merupakan refleksi hasil pengamatan di lapangan yang sebenarnya, disini

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

63

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

dituntut kejujuran pengamat dalam penulisan menjabarkan hasil penggambaran tersebut yang dapat mengakibatkan kesalahan dalam mengambil tindakan selanjutnya.

4. Sumber Bahan Keterangan

a. Instansi Pemerintah, meliputi : 1) Kecamatan, Koramil. 2) Instansi dinas tingkat kecamatan. 3) Kelurahan. 4) Instansi Pemerintah lainnya.

b. Rukun Tetangga, Rukun Warga, Badan Perwakilan Desa/Kelurahan.

c. Tokoh masyarakat, agama, pemuda, adat. d. Pengusaha / pelaku ekonomi. e. Akademisi, mahasiswa dan pelajar. f. Politisi. g. Potensi masyarakat binaan Polri, meliputi :

1) Satpam. 2) Ronda kampung/Siskamling. 3) Pramuka Saka Bhayangkara. 4) Patroli Keamanan Sekolah (PKS). 5) Karang Taruna. 6) Kelompok Sadar Kamtibmas. 7) Tokoh agama dan tokoh masyarakat serta potensi

masyarakat lainnya. h. Keluarga besar TNI dan Polri, antara lain :

1) Purnawirawan dan Warakawuri. 2) Organisasi isteri TNI dan Polri. 3) Keluarga besar putra-putri purnawirawan Polri. 4) Forum komunikasi putra-putri purnawirawan TNI.

i. Sumber-sumber informasi lainnya.

5. Laporan Bhabinkamtibmas

BHABINKAMTIBMAS DESA / KELURAHAN

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

64

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

FORMAT LAPORAN INFORMASI

NO. INFO : ...............

ASPEK

MATERI INFORMASI

SUMBER INFO NAMA : PEKERJAAN : ALAMAT :

WAKTU INFO DIDAPAT

HARI : TGL : PKL :

TEMPAT INFO DIDAPAT

CARA MENDAPATKAN INFO

- Terbuka / tertutup *

- Disampaikan oleh sumber/digali oleh pelapor *

BIDANG

POLITIK EKONOMI SOSBUD KEAMANAN

URAIAN INFORMASI :

PELAPOR

( ………………)

NAMA : PANGKAT/NRP : TANDA TANGAN :

NILAI INFORMASI (Diisi oleh atasan pelapor)

A B C D E F 1 2 3 4 5 6

Penjelasan :Laporan informasi dibuat oleh Bhabinkamtibmas apabila ada hal-hal yang sangat penting, yang bukan kewenangan Bhabinkamtibmas.

Format Laporan Informasi Bhabinkamtibmas berisi tentang :

1. Sumber Informasi; 2. Waktu informasi didapat; 3. Tempat informasi didapat; 4. Cara mendapatkan Informasi; 5. Bidang (Ipoleksosbudkam); 6. Uraian Informasi;

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

65

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

7. Pelapor / Petugas Bhabinkamtibmas / petugas Polmas; 8. Nilai Informasi ( diisi oleh atasan Pelapor.

POKOK BAHASAN 4

KUNJUNGAN

1. Konsep Kunjungan

a. Pengertian Kegiatan Kunjungan

Sejak dahulu sudah ada kegiatan sambang. Tetapi

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

66

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

kegiatan sambang ini menitikberatkan pada kunjungan dengan target tertentu seperti tokoh masyarakat dan lain-lain, karena itu jika dilihat dari sudut pandang kegiatan perpolisian sipil, kegiatan sambang ini belum mencukupi.

Kunjungan bukan hanya mengunjungi orang - orang tertentu saja, tetapi seluruh lapisan masyarakat, serta mempergunakan format kartu kunjungan. Poin ini yang membedakan kegiatan kunjungan dengan kegiatan sambang.

Kegiatan kunjungan, merupakan kegiatan paling mendasar di antara keseluruhan kegiatan perpolisian, serta merupakan inti dari kegiatan perpolisian sipil.

b. Maksud, Tujuan dan Target dari Kegiatan Kunjungan

1) Maksud dari kegiatan kunjungan

Pengemban Polmas di antaranya Bhabinkamtibmas, mengunjungi rumah penduduk, tempat usaha dan lain-lain di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya, memberikan informasi/pesan Kamtibmas dan pengarahan mengenai pencegahan tindak kriminal, musibah/kecelakaan, serta hal- hal yang dianggap perlu dalam menjaga kehidupan masyarakat yang aman dan tentram, menanyakan keinginan dan pendapat masyarakat.

2) Tujuan kegiatan kunjungan:

a) Membangun hubungan baik dengan masyarakat;

b) Mendapatkan kepercayaan dari masyarakat;

c) Dapat bekerja sama dengan masyarakat;

d) Mengetahui dan memastikan situasi dan kondisi nyata di wilayah tanggung jawabnya.

3) Target kegiatan kunjungan:

a) Rumah kediaman warga masyarakat, dihitung per Kepala Keluarga (KK);

b) Tempat usaha (Perusahaan/Pabrik, toko dan tempat usaha lainnya) dihitung per tempat usaha;

c) Kantor pemerintahan (Kantor Pemda, Kantor Kecamatan/UPTD, Kantor Kelurahan/Desa, dll) dan fasilitas umum (sekolah, kantor pos, bank, kantor pemadam kebakaran dll);

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

67

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

d) Fasilitas keagamaan (Masjid, Gereja, Pura, Vihara, Kelenteng dan tempat-tempat ibadah lainnya).

2. Pelaksanaan Kegiatan Kunjungan

a. Rencana Pelaksanaan

Menentukan target (berapa KK/tempat) yang akan dikunjungi tergantung dari hari, cuaca, dan waktu (jam) dilaksanakan kegiatan kunjungan, demikian juga urutan rute yang akan dilewati dibuat secara berkala (mingguan, bulanan dan tahunan).

Tetapi, target ini hanyalah sebagai patokan saja, perlu diperhatikan juga kemungkinan perlunya perhitungan ulang yang fleksibel, tergantung dari situasi dan kondisi Kamtibmas di wilayah itu seperti terjadinya tindak pidana, kecelakaan dan gangguan Kamtibmas lainnya.

b. Persiapan sebelum melaksanakan kegiatan kunjungan

Kegiatan kunjungan, meliputi daerah yang berbeda, juga kondisi warga yang berbeda, oleh karena itu sebelum berangkat melaksanakan kunjungan, persiapkan hal - hal sebagai berikut:

1) Menyiapkan informasi dan pesan-pesan Kamtibmas yang akan disampaikan kepada warga dan mengecek serta memastikan hal-hal yang berguna bagi warga, seperti kondisi kerawanan tindak kejahatan, kondisi kerawanan lalu lintas, kegiatan-kegiatan warga dan lain–lain;

2) Menyiapkan administrasi kunjungan (blangko kunjungan, penyelesaian masalah, surat kesepakatan bersama, kartu patroli, laporan informasi), kartu nama, stiker kunjungan, koran mini, brosur/selebaran himbauan Kamtibmas, dan lain–lain;

3) Memperhatikan penampilan serta kerapian dalam berpakaian, dan peralatan yang akan dibawa.

c. Waktu (jam) pelaksanaan kegiatan kunjungan

Kegiatan kunjungan harus dilaksanakan pada waktu yang tepat (tidak membuat repot masyarakat yang dikunjungi atau mengganggu waktu istirahat dan waktu kerja). Jika warga meminta untuk dikunjungi pada malam hari mintalah persetujuan/laporkan terlebih dahulu kepada Kanit Binmas/

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

68

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

Kapolsek dan jika perlu minta didampingi ketua RT/RW, Tomas setempat.

d. Poin Penting Saat Pelaksanaan Kegiatan Kunjungan serta Poin Informasi dan Pengarahan

1) Poin penting saat pelaksanaan kegiatan kunjungan

a) Sopan dan hormat

Kunjungan harus dilaksanakan dengan sopan dan hormat sesuai dengan adat istiadat/kebiasaan di wilayah masing-masing. Misalnya dalam melaksanakan kunjungan penghuni rumah yang ditemui adalah wanita seorang diri, maka dalam pelaksanaannya dengan pintu depan terbuka dan sebisa mungkin selesaikan di depan pintu saja.

b) Memperkenalkan diri

(1) Menyampaikan kepada setiap masyarakat yang dikunjungi bahwa kedatangan petugas adalah untuk melaksanakan kegitan kunjungan, dengan jelas dan bahasa yang mudah dimengerti serta menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan kunjungan tersebut;

(2) Setelah memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan selanjutnya dapat memberikan kartu nama, dilanjutkan dengan pemberian informasi pengarahan Kamtibmas. Semua ini dilaksanakan dengan selalu bersifat ramah agar warga yang ditemui mempunyai kesan bahwa petugas bisa dipercaya.

c) Mempergunakan bahasa yang mudah dipahami

(1) Jangan menggunakan istilah-istilah tehnis kepolisian yang tidak dimengerti oleh masyarakat umum;

(2) Menggunakan bahasa yang mudah dipahami dengan memperhatikan usia, jenis kelamin, pekerjaan, situasi dan hal-hal lainnya dari warga yang ditemui.

d) Memperhatikan situasi dan kenyamanan warga yang dihadapi

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

69

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

(1) Warga yang terlihat sibuk misalnya sedang mengadakan hajatan, sedang menerima tamu, sedang makan, sibuk dengan pekerjaan, tunda dulu kegiatan kunjungan lain kali;

(2) Terlalu lama di rumah warga tersebut melebihi waktu yang diperlukan, akan merepotkan penghuni rumah.

e) Perhatikan isi pembicaraan

(1) Memilih pokok pembicaraan yang sesuai dengan warga yang ditemui, bicarakan degan bahasa yang mudah dipahami secara kongkrit kejadian-kejadian yang terjadi di sekitar wilayah yang menarik perhatian luas;

(2) Jangan membicarakan kabar angin yang beredar di sekitar wilayah;

(3) Jangan membicarakan hal politik, jika pembicaraan itu muncul harus memposisikan sebagai pihak netral. Mengenai agama, tidak boleh mencampuri secara tidak seimbang.

2) Memperhatikan pola komunikasi dengan latar belakang warga yang dikunjungi

3) Memastikan perubahan susunan keluarga

Memastikan ada tidaknya perubahan susunan keluarga inti, orang yang tinggal di rumah itu, anak kos dan lain-lain (kelahiran, pindah masuk/keluar, kematian dan lain-lain).

4) Menyampaikan informasi penting antara lain:

a) Kecenderungan tindak pidana dan kecelakaan lalu lintas yang terjadi akhir-akhir ini dan bagaimana cara pencegahannya;

b) Tindakan darurat saat terjadi tindak kriminal, musibah dan cara menghubungi Polisi;

c) Cara pelaporan surat-surat yang diterbitkan oleh Kepolisian.

5) Memanfaatkan materi sosialisasi yang ada (brosur/ himbauan Kamtibmas).

e. Poin informasi dan pengarahan

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

70

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

1) Kecenderungan tindak pidana dan kecelakaan lalu lintas yang terjadi akhir-akhir ini, dan bagaimana cara pencegahannya;

2) Tindak pidana atau kecelakaan mungkin ditemui oleh warga yang dikunjungi serta cara pencegahannya;

3) Tindakan darurat saat terjadi tindak kriminal dan musibah/kecelakaan, serta cara menghubungi dengan panggilan darurat;

4) Cara pelaporan/pembuatan surat-surat kepolisian (konsultasi, surat kehilangan, dan lain-lain);

5) Hal-hal yang diperlukan dalam rangka menjaga Kamtibmas.

f. Jika ada penolakan terhadap kunjungan

Jika kedatangan petugas untuk kegiatan kunjungan ini ditolak oleh penghuni rumah, terangkan dengan benar dan jelas maksud dan tujuan dari kegiatan kunjungan ini, serta berusaha untuk mendapatkan pemahaman dan kerjasama, jangan terlalu dipaksakan, apabila tidak berhasil selanjutnya mohon diri. Untuk kesempatan lainnya mintalah bantuan kerjasama dengan ketua RT/RW tokoh masyarakat setempat untuk membantu menjelaskan, laporkan kepada pimpinan dan mintalah petunjuk darinya.

g. Tindakan bila penghuni rumah tidak ada

1) Ubahlah waktu kunjungan menjadi sore atau lebih pagi sekali, atau melaksanakan pada hari minggu yang merupakan hari libur karyawan pada umumnya;

2) Menggunakan kartu patroli;

3) Menanyakan kepada rumah sebelah mengenai kapan kemungkinan penghuni rumah itu ada, dan melaksanakan kegiatan kunjungan pada waktu itu.

4) Pada saat mendatangi TKP kejahatan atau kecelakaan, dapat juga sekaligus ditanyakan apakan sudah pernah didatangi oleh petugas dan tanyakan apakah ada waktu untuk berbicara, jika ada waktu selanjutnya laksanakan pada saat itu juga atau waktu yang ditentukan jika ada halangan.

h. Hal yang perlu diperhatikan mengenai kegiatan kunjungan

1) Dialog dengan masyarakat, harus secara kreatif

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

71

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

mencairkan suasana, secara aktif membuka suatu topik pembicaraan (cuaca, barang perabot rumah, bangunan rumah, berita lokal, situasi dan kondisi wilayah dll);

2) Dialog, terutama mengenai poin informasi dan pengarahan kerawanan kejahatan, serta topik pembicaaan umum, agar menghindari pertanyaan atau topik pembicaraan yang terlalu jauh ke wilayah pribadi, serta jangan masuk dalam kehidupan pribadi;

3) Semua hal yang diketahui melalui kegiatan kunjungan ini, harus dijaga kerahasiaannya. Kartu kunjungan tidak boleh diperlihatkan kepada orang ketiga yang tidak berkepentingan serta dijaga kerahasiaannya;

4) Untuk lebih memperlancar kegiatan kunjungan (tergantung dari situasi dan kondisi) kadang diperlukan kerjasama dari pihak mitra kepolisian seperti FKPM, ketua RT atau RW, dan lain-lain;

5) Setelah kembalinya dari kegiatan kunjungan ini, melaporkan kepada pimpinan, sekaligus melakukan penyimpanan dan pengaturan kartu kunjungan di dalam file kunjungan, serta tuliskan hasil pelaksanaan kegiatan kunjungan ini serta kegiatan problem solving yang dilaksanakan kedalam buku mutasi.

3. Tatacara Pengisian Blangko Kunjungan

a. Contoh Blangko Kunjungan

1) Untuk warga penduduk

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

72

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

73

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

2) Untuk tempat usaha/kantor.

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

74

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

b. Contoh pengisian blanko kunjungan.

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

75

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

Pada saat pelaksanaan kegiatan kunjungan:

1) Kartu kunjungan harus dibawa. 2) Penghuni rumah yang ditemui diminta untuk mengisinya. 3) Diisikan oleh petugas dan mintalah data yang diperlukan

daripenghuni rumah tsb.

4. Administrasi Blangko Kunjungan

a. Setelah selesai melaksanakan kunjungan dalam satu hari, Bhabinkamtibmas langsung melaporkan hasil kunjungan tersebut kepada Kanit Binmas untuk direkap;

b. Selanjutnya Bhabinkamtibmas menyimpan kartu kunjungan tersebut sesuai file penyimpanan;

c. Bhabinkamtibmas bertanggung jawab atas penyimpanan dan pengaturan kartu kunjungan ini dengan penuh kerahasiaan (file disimpan ditempat yang aman);

d. Administrasi blangko kunjungan dapat digunakan jika ada pencarian data dengan blangko kunjungan, untuk itu pastikan dengan seksama pengisian blangko kunjungan meliputi (nomor telpon, nama dll).

5. Sistem Pelaporan.

a. Para Bhabinkamtibmas setiap selesai melaksanakan kunjungan melaporkan kepada Kanit Binmas, selanjutnya Kanit Binmas mengecek dan merekap hasilnya;

b. Rekap hasil kunjungan selama 1 (satu) bulan dilaporkan kepada Kapolres up. Kasat Binmas, sesuai contoh format:

KOPSTUK…………..

REKAPITULASI HASIL GIAT KUNJUNGAN ANGGOTA BHABINKAMTIBMAS

POLSEK…………………. BULAN………………………………..2017

NO

NAMA

PANGKAT/NRP

DESA/KEL

HASIL

TARGET

JUMLAH

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

76

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

POKOK BAHASAN 5

PEMECAHAN MASALAH

1. Pemecahan Masalah

Berbagai kelompok masyarakat di dunia telah membuktikan keberhasilan metode pendekatan pemecahan masalah (problem solving). Melalui pendekatan ini, polisi dan masyarakat merasakan manfaat berkaitan dengan penurunan berbagai masalah kejahatan, seperti perampokan, pencurian, prostitusi, perdagangan narkoba, juga grafiti. Pemecahan masalah adalah satu dari dua komponen kunci Polmas. Tanpa pemecahan masalah, Polmas tidak lebih dari sekedar hubungan masyarakat. Fokus yang substansial pada kejahatan, ketidaktenteraman, dan ketidaktertiban merupakan suatu hal yang penting dalam konsep Polmas.

Problem solving atau pemecahan masalah adalah sebuah pendekatan analitis untuk menangani kejahatan. Dibutuhkan waktu yang lama bagi instruktur atau tenaga pendidik untuk mengajarkan topik ini, tanpa melihat apakah pesertanya berasal dari anggota polisi atau masyarakat, sehingga peserta sanggup melakukan pendekatan analitis untuk menangani kejahatan. Serangkaian proses termasuk dalam pemecahan masalah yang intinya adalah proses mengamati permasalahan kejahatan dan ketidaktertiban. Proses ini meliputi upaya memahami masalah, mengusulkan sejumlah solusi (tidak hanya dengan hukum pidana dan penangkapan), mengevaluasi, serta melakukan evaluasi ulang keefektifan solusi yang telah dipilih. Pelatihan, keterampilan, dan alat bantu sangat dibutuhkan dalam hal ini.

Masalah harus dianalisis dengan baik, kuantitatif maupun kualitatif, agar solusi yang dicapai tepat mengenai masalah tersebut. Proses menganalisis harus dilakukan dengan menggali informasi dari berbagai sumber, antara lain dari orang yang mengalami dampak langsung, kepolisian (meliputi data riwayat kejahatan, laporan/pengaduan, survei, catatan telepon), instansi pemerintah lainnya (mencakup peraturan, penerapan hukum percobaan, pembebasan bersyarat, rencana tata kota), dan Rukun Tetangga (RT). Berbagai peraturan daerah, juga peraturan dan hukum lingkungan, termasuk pula sumber informasi yang berguna dalam analisis persoalan.

Alternatif solusi dapat diperoleh dari khasanah hukum pidana.

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

77

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

Namun, kemungkinan solusi juga lain harus dipelajari dengan lebih mendalam. Dengan demikian, alternatif solusi yang akan diterapkan sesuai dengan permasalahan. Sering kali kita membutuhkan solusi kreatif untuk menangani permasalahan yang kompleks. Pendekatan yang konvensional mungkin kurang tepat untuk sebuah masalah dan dibutuhkan sedikit modifikasi di lapangan. Pada kondisi ini, diperlukan adanya usaha evaluasi untuk mengetahui sejauh mana sebuah solusi efektif. Seperti kita ketahui, usaha pemecahan masalah tidak akan sempurna tanpa evaluasi akhir. Jika sebuah solusi yang diambil terbukti efektif, maka solusi yang lain harus dicoba setelah mempelajari laporan yang diperoleh selama analisis. Tentu saja, informasi tambahan harus dikumpulkan sebelum solusi baru dikembangkan dan diuji. Dengan demikian, kepolisian selalu berkembang dan menerapkan solusi yang sesuai dengan kebutuhan zaman yang juga selalu berubah.

a. Pemahaman tentang Masalah.

Kunci utama pemecahan masalah adalah pengetahuan untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam terhadap masalah yang menjadi target. Permasalahan tersebut harus dianalisis secara mendalam sehingga solusi yang direncanakan memang spesial untuk persoalan tersebut. Sebuah solusi tidaklah dipilih secara acak, tetapi didasarkan pada pengamatan yang mendalam mengenai akar permasalahannya.

(a) Definisi Masalah.

Masalah didefinisikan sebagai suatu kondisi, kejadian dan keadaan yang mengejutkan, merugikan, mengancam, menyebabkan ketakutan, atau cenderung menyebabkan ketidaktertiban dalam masyarakat, terutama kejadian-kejadian yang kelihatannya tidak saling berkaitan.

Bila kita amati lebih dalam, banyak masalah memiliki kesamaan karakteristik, contohnya dalam pola, korban, atau lokasi geografis.

Sebenarnya, pendekatan pemecahan masalah bukan sekedar model perpolisian. Pemecahan masalah adalah suatu strategi operasional yang bertujuan mengelompokkan kejadian-kejadian yang saling berhubungan sebagai suatu kelompok masalah, mencari akar penyebabnya, dan kemudian bersama dengan masyarakat memformulasikan pemecahan permasalahan

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

78

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

secara khusus. Tujuannya adalah menangani masalah dan akar permasalahannya, baik dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.

a) Kriteria Masalah

Suatu kejadian baru dapat dianggap sebagai masalah jika memenuhi dua kriteria berikut:

(1) Kejadiannya terjadi berulang-ulang atau saling berkaitan;

(2) Polisi maupun masyarakat prihatin terhadap permasalahan tersebut.

Suatu masalah adalah dua kejadian atau lebih yang memiliki kemiripan dalam satu atau beberapa unsurnya, menyebabkan terjadinya kejahatan, ketakutan, atau ketidaktertiban. Suatu masalah bukan suatu kejadian yang tidak sama dengan suatu kejadian yang terjadi sekali saja atau yang tidak ada kaitannya dengan kejadian lain melainkan merupakan kejadian yang terjadi berulang kali atau saling berkaitan.

Jika ditemukan kejadian, telepon permintaan bantuan, pengaduan yang kemungkinan besar terulang kembali, atau berkaitan dengan kejadian-kejadian lainnya, maka hal ini sudah memenuhi syarat sebagai permasalahan yang harus dipecahkan. Pencurian berulang pada alamat yang sama, pola pencurian kendaraan tertentu di satu daerah, serta telepon permintaan bantuan atau pengaduan yang berulang-ulang dari alamat yang sama, adalah contoh permasalahan yang perlu ditangani.

Umumnya tidak banyak jumlah kejadian yang hanya sekali terjadi yang menjadi perhatian anggota polisi. Semestinya kejadian-kejadian seperti ini ditangani tersendiri. Namun, umumnya kejahatan, kekacauan, dan ketakutan yang ada di masyarakat saling terkait satu sama lainnya. Misalnya, sudut jalan yang sering digunakan sebagai tempat penjualan narkoba pasti memicu berbagai problem keamanan untuk masyarakat sekitarnya. Jadi, setiap tindak kejahatan bukan

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

79

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

terjadi sendiri-sendiri dan kejahatan biasanya terkonsentrasi.

Hubungan antara kejadian-kejadian yang saling berkaitan atau yang berulang dapat dilihat dengan cara memfokuskan pada karakteristik tertentu.

Fokus tersebut adalah:

(a) Perilaku

Pelaku modus operandi yang sama;

Ciri-ciri korban sama yang ditemukan;

Orang-orang yang memilki ciri-ciri yang sama seperti korbannya, pelakunya atau pelapornya;

Perilaku yang sama dari pelakunya, korbannya, atau saksinya.

(b) Wilayah

Merupakan tempat-tempat kejadian yang terkait, di lokasi yang sama atau terkonsentrasi di wilayah tertentu. Misalnya, kecelakaan lalu lintas serius di perempatan jalan tertentu, pencurian di lingkungan tertentu, dan telepon pengaduan yang berasal dari alamat yang sama. Semua yang terjadi berulang-ulang.

(c) Orang

Perhatikan masalah atau kejadian yang dilakukan atau diprovokasi oleh kelompok tertentu (misalnya, pengrusakan yang dilakukan oleh remaja).

(d) Waktu

Dalam menilai suatu kasus tidak hanya secara kuantitas waktu tetapi lebih cenderung kepada kualitasnya waktu itu sendiri, misalnya kejadian-kejadian itu saling berkaitan, karena terjadi pada waktu-waktu tertentu dan pada jam

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

80

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

tertentu dalam sehari atau pada hari tertentu dalam seminggu, atau pada suatu musim tertentu.

b. Penerapan Pemecahan Masalah

Melalui penerapan pemacahan masalah, petugas kepolisian akan menghadapi tantangan baru dalam mempelajari fenomena-fenomena yang dihadapi dalam pekerjaan sehari-hari. Berbagai fenomena dilihat dari sudut pandang berbeda guna mendapatkan analisis yang tajam. Untuk itu, anggota polisi harus memilki keterampilan mengamati hal-hal yang sering membingungkan dalam kejadian-kejadian yang saling berkaitan, serta mencatat tren dan pola kejadian. Setelah itu, perlu dianalisis dan dipelajari tentang karakteristik fisik, sosial, dan lingkungan yang berpengaruh dalam membentuk pola dan tren tersebut. Anggota polisi diharapkan menerapkan pemecahan masalah untuk dapat menguraikan dan menangani berbagai sisi kejadian-kejadian dan kondisi yang membentuk permasalahan itu.

Pada praktiknya, polisi dalam mengurangi dampak permasalahan perlu menerapkan proses pemecahan masalah, seperti model SARE (Scanning, Analisis, Respon, dan Evaluasi), dan model-model lain sebagai alat untuk menangani hal-hal yang terkait dengan kejahatan, ketakutan, dan ketidaktertiban yang meresahkan warga dan menjadi kebutuhan dan harapan masyarakat dan polisi setempat.

1) Pemecahan masalah, meliputi:

a) Identifikasi masalah-masalah kejahatan, ketidaktertiban, dan ketakutan di lingkungan warga;

b) Memahami kondisi yang menyebabkan terjadinya permasalahan ini;

c) Mengembangkan dan mengimplementasikan solusi jangka panjang;

d) Menentukan dampaknya.

c. Unsur-unsur penting dalam pemecahan masalah:

1) Masalah adalah unsur dasar dalam pekerjaan polisi;

2) Masalah berdampak pada masyarakat, tidak hanya pada polisi;

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

81

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

3) Pemecahan masalah mengharuskan polisi menanganinya secara menyeluruh bukan hanya penanganan yang cepat;

4) Masalah harus dideskripsikan secara akurat;

5) Dibutuhkan investigasi yang sistematis sebelum membuat solusi;

6) Pertimbangkan semua kemungkinan munculnya respon atau tanggapan;

7) Selesaikan masalah secara proaktif;

8) Polisi harus diberi wewenang untuk melakukan diskresi dalam proses pemecahan masalah yang diterapkannya;

9) Menilai hasil-hasil respon yang baru dilaksanakan dan tidak hanya sekedar mengevaluasi aktivitas responnya.

Berbagai unsur penting dalam masyarakat, antara lain konsultasi, adaptasi, pelibatan, akuntabilitas, dan mandat yang lebih luas, tercakup dalam penerapan Polmas berbasis pemecahan masalah. Melalui analisis masalah yang dilakukan bersama dalam konteks sosial dan fisik tertentu, polisi dan masyarakat bersama-sama mencari jalan keluar. Mereka melaksanakan solusi yang dipilih serta mengevaluasinya bersama-sama.

Dalam konteks ini, berbagai usaha harus terus dilakukan polisi untuk melibatkan semua sumber daya masyarakat. Dengan demikian, permasalahan ketertiban sekaligus akar penyebabnya dapat dihilangkan.

d. Keuntungan tambahan Polmas berbasis pemecahan masalah adalah:

1) Polmas berbasis pemecahan masalah memungkinkan polisi untuk mencegah masalah di masyarakat dengan cara menangani akar permasalahannya;

2) Polmas berbasis pemecahan masalah melibatkan anggota masyarakat dalam masalah yang terjadi di daerahnya dengan jalan keluarnya. Polmas berbasis pemecahan masalah dapat menumbuhkan dan memelihara kerja sama antara polisi dan masyarakat. Hal ini juga memperkuat kemitraan antara polisi dan masyarakat;

3) Polmas berbasis pemecahan masalah menciptakan

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

82

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

kesempatan baru bagi staf operasional untuk mengembangkan dan menggunakan pengetahuan dan keterampilannya semaksimal mungkin. Dengan cara ini, Polmas berbasis pemecahan masalah mendorong penciptaan lingkungan kerja yang positif dan menantang, serta kepuasan kerja yang lebih besar.

2. Tujuan Pemecahan Masalah

a. Menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian

menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya;

b. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah

intrinsik bagi siswa;

c. Potensi intelektual siswa meningkat.

3. Tahapan Kegiatan Pemecahan Masalah

Tahapan Model SARE dalam proses pemecahan masalah :

Untuk memecahkan suatu permasalahan diperlukan suatu cara agar mudah dalam menemukan solusi-solusi dalam pemecahan masalah. Mungkin banyak cara yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan menggunakan model SARE yang meliputi 4 tahap, yaitu scanning, analisis, respon, dan evaluasi/penilaian.

a. Tahap 1: Scanning (identifikasi masalah)

Cara-cara yang mungkin digunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai kejahatan dan masalah kejahatan dari masyarakat dalam ”Tahap 1 - scanning”.

Perlu dicari pola-pola atau masalah yang berulang kali terjadi dalam masyarakat kita. Jika kita dapat memfokuskan usaha pemecahan masalah dengan memperhatikan hal-hal yang terjadi lebih dari satu kali, maka kemungkinan usaha kita dapat membuahkan hasil penting. Berbagai institusi kepolisian bergantung pada observasi anggota polisinya dalam mengidentifikasi masalah kejahatan di masyarakat.

Cara-cara mengidentifikasi masalah kejahatan:

1) Survei penduduk;

2) Pertemuan masyarakat;

3) Wawancara individu dengan anggota masyarakat;

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

83

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

4) Forum masyarakat yang khusus menangani masalah kejahatan;

5) Wawancara dengan pekerja dari instansi kota lainnya;

6) Informasi atau data dari instansi kota lainnya;

7) Pengaduan (masyarakat dan petugas);

8) Analisa kejahatan;

9) Diskusi dengan jajaran pimpinan;

10) Diskusi dengan pengawas atau supervisor;

11) Diskusi dengan penyelidik atau detektif;

12) Meninjau kembali data kejadian sebelumnya berdasarkan lokasi, kejahatan, atau catatan telepon;

13) Percakapan dengan petugas di ruang operator telpon;

14) Meninjau kembali informasi data-data kepolisian;

15) Informasi dari staf, polisi, divisi riset, dan perencanaan pemerintah setempat;

16) Informasi dari kelompok-kelompok, organisasi, dan asosiasi nasional maupun internasional;

17) Media massa.

Umumnya, permasalahan dapat diidentifikasi melalui analisis riwayat kejahatan di suatu wilayah dan analisis terhadap data panggilan bantuan. Idealnya, sebuah pusat data harus dibangun sehingga semua data dapat disimpan dan dianalisis. Hal ini memungkinkan polisi untuk memperoleh gambaran secara lengkap tentang semua masalah yang ada di wilayah hukumnya. Gambaran menyeluruh ini juga dapat membantu polisi membuat skala prioritas permasalahan, karena tidak mungkin memecahkan semua masalah pada waktu bersamaan.

Walaupun masyarakat memegang peranan penting dalam mengidentifikasi dan memprioritaskan masalah, hal-hal berikut ini perlu diperhatikan:

1) Permasalahan yang diidentifikasi oleh kelompok-kelompok masyarakat atau Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM) tidak secara otomatis dianggap sebagai permasalahan masyarakat secara luas, apalagi oleh masyarakat. Sehingga, perlu dicatat bahwa sedapat mungkin FKPM mewakili semua pemangku kepentingan/pihak yang ada di wilayah tersebut. Dalam beberapa hal, tingkat kekhawatiran masyarakat dapat juga diketahui melalui jajak pendapat;

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

84

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

2) Masyarakat sering lebih khawatir terhadap masalah-masalah kecil, seperti kebisingan, kendaraan yang ditinggal begitu saja, atau tuna wisma yang terlalu berani. Walaupun semua kekhawatiran tersebut dapat diterima, namun dari sikap warga yang terlalu membesar-besarkan, dapat disimpulkan bahwa mereka kurang mendapat informasi mengenai kejahatan serius dan dampaknya bagi lingkungan di mana pun mereka berada.

Akibatnya, polisi harus memberi informasi penting yang dibutuhkan masyarakat. Hal ini untuk menciptakan pandangan yang lebih seimbang mengenai permasalahan yang mereka hadapi. Tentunya, bukan berarti ketidaktertiban yang bukan tindak pidana harus diabaikan anggota polisi. Seringkali suatu masalah muncul hanya karena adanya konflik kepentingan antara kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Misalnya, konflik antar kelompok partai politik, antar perusahaan taksi yang bersaing, atau antar pengusaha dan pedagang kaki lima.

Penting untuk diingat bahwa polisi maupun FKPM tak boleh memihak dalam menangani konflik tersebut. Petugas patroli hampir selalu berada dalam posisi untuk mengidentifikasi masalah yang timbul.

Petugas patroli memiliki informasi pertama mengenai berbagai permasalahan yang ada dan mereka harus dijadikan bagian dalam proses pemecahan masalah. Mereka harus didorong untuk mengidentifikasi masalah dan menyarankan kemungkinan solusi. Tidak peduli apakah mereka menjadi bagian formal dari proses pemecahan masalah itu atau tidak. Kemampuan petugas patroli dalam mengidentifikasi masalah dapat diperkuat dengan menerapkan giliran jaga yang fleksibel dan mendorong dilakukannya kontak rutin dengan warga.

Riset adalah hal yang sangat penting bagi polisi untuk mencari solusi yang memberikan hasil mengesankan dalam melawan kejahatan, ketidaktertiban dan ketidaktenteramanan. Data berikut ini bisa menggambarkan betapa pentingnya riset.

Kejahatan biasanya terkonsentrasi pada:

1) Dari 55 persen kejahatan, 10 persen dilakukan oleh pelaku yang sama;

2) Dari 42 persen korban kejahatan, 10 persen diantaranya adalah korban yang sama;

3) Dari 60 persen permintaan pelayanan bagi polisi, 10

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

85

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

persennya berasal dari lokasi di satu wilayah hukum.

Mengetahui bahwa suatu kejahatan cenderung terkonsentrasi dapat membantu kita berpikir dan bertindak secara strategis. Jika kita dapat menyentuh pelaku yang melakukan kejahatan berulang kali di suatu tempat, juga warga yang menjadi korban, maka dampaknya terhadap penurunan tingkat kejahatan, ketidaktenteraman, dan ketidaktertiban dalam masyarakat akan signifikan.

1) Memilah Masalah.

Dari proses-proses pengidentifikasian masalah, secara tetap dapat diketahui berapa banyak masalah yang dapat tangani. Mengingat terbatasnya sumber daya yang dimiliki, maka penting bagi polisi untuk menentukan prioritas pemecahan masalah. Seperti kita ketahui, prioritas tak dapat diambil jika dampak dan tingkat keseriusan permasalahan belum diketahui. Oleh karena itu perlu dilakukan analisa awal sebelum memprioritaskan permasalahan.

Analisis permasalahan setidak-tidaknya harus menjawab pertanyaan berikut:

a) Bagaimana bentuk dan luasnya permasalahan yang sebenarnya?

b) Apa dampak dan konsekuensi permasalahan tersebut?

c) Mengapa permasalahan tersebut harus ditangani?

d) Apa yang sedang dilakukan polisi terhadap masalah tersebut dan apa hasilnya?

e) Siapa yang dapat diminta polisi untuk membantu mereka menangani permasalahan tersebut?

2) Frekuensi

Pada tahun 1991, tercatat ada 11.835 kasus perampokan yang dilaporkan ke kantor polisi di Pretoria Utara, Amerika Serikat. Penelitian terhadap korban menemukan adanya 16.992 perampokan, menunjukkan tingkat resiko satu dari setiap 12 penduduk setempat. Penelitian terhadap jenis korban menunjukkan adanya 2.965 kasus perampokan toko atau pusat perdagangan. Dengan demikian, tingkat resiko mengalami perampokan

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

86

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

adalah satu dari setiap 4,5 usaha yang didirikan.

3) Tingkat Keseriusan

Ketika terjadi perampokan, selain terjadi pelanggaran terhadap keamanan seseorang, juga terjadi hilangnya barang-barang berharga. Penelitian terhadap para korban menunjukkan bahwa masyarakat lebih takut pada perampokan dibanding kejahatan lain.

Penduduk Pretoria Utara juga menganggap bahwa perampokan adalah kejahatan yang paling serius. Bukan semata karena kerugian material atau finansial yang diakibatkan, tetapi karena perampokan biasanya disertai kekerasan. Korban perampokan sering kali bereaksi keras dan mengungkapkan kekesalan bahwa mereka dan tempat tinggal mereka telah diobok-obok.

4) Ancaman relatif dari kelompok pelaku

Hanya sekitar 10 persen dari seluruh kasus perampokan yang berhasil diungkap. Selama tahun 1991, hanya 120 pelaku perampokan yang ditangkap. Rata-rata setiap pelaku yang tertangkap, terkait dengan sembilan kasus perampokan lainnya.

5) Potensi pengurangan

Sekitar 30 s.d. 40 persen dari kasus perampokan rumah penduduk yang dilaporkan menunjukkan bahwa perampok masuk melalui pintu atau jendela yang tidak dikunci. Memang diakui bahwa sulit untuk menekan jumlah perampokan secara signifikan. Alasannya, antara lain karena perampok cenderung memilih sasaran rumah yang terpencil hingga patroli pengamanan tidak menjangkau tempat itu. Namun, penekanan jumlah kasus perampokan mungkin bisa dilakukan dengan memperbaiki kualitas pengamanan pintu dan jendela. Kewaspadaan penduduk juga mesti ditingkatkan dengan kegiatan Kamtibmas, antara lain dengan Siskamling. Warga sering kali tidak melaporkan adanya perampokan (30 persen) kasus perampokan tidak pernah dilaporkan. Ini terjadi karena tidak semua orang yakin bahwa laporan yang dibuat akan ditangani dengan baik. Dengan demikian, melalui Siskamling, bisa dilakukan kampanye penyebaran informasi kepada warga mungkin dapat menolong memecahkan dilema keengganan pelaporan kasus.

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

87

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

6) Sistem respon

Pada saat ini, respon polisi terhadap masalah masih terbatas pada investigasi kejahatan secara reaktif dan meningkatkan patroli ke berbagai wilayah yang bermasalah. Sebaiknya respon semacam ini diperbaiki dengan pendekatan pemacahan masalah.

7) Penentuan Skala Prioritas

Setelah laporan pendahuluan tentang masing-masing permasalahan dibuat, polisi sebaiknya segera menentukan skala prioritas laporan penanganan masalah-masalah. Penentuan skala prioritas menyiratkan bahwa suatu masalah dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Oleh karena itu, sebelum masalah ditetapkan untuk diprioritaskan penanganannya, polisi harus lebih dulu menentukan kriterianya. Kriteria yang akan ditentukan harus dikonsultasikan dengan Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat. Hal ini penting dibahas mengingat kriteria tersebut harus merefleksikan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.

Faktor-faktor yang dipertimbangkan sebagai panduan dalam penentuan skala prioritas:

a) Dampak permasalahan;

b) Seberapa besar permasalahnya;

c) Berapa banyak orang yang terpengaruh oleh permasalahan tersebut;

d) Kerugian apa yang ditimbulkan.

Tingkat keseriusan permasalahan:

a) Seberapa besar bahaya, kerusakan, kekhawatiran masyarakat, atau kepekaan politik yang ditimbulkannya;

b) Apa konsekuensinya bagi masyarakat dan polisi;

c) Apakah permasalahan tersebut berdampak terhadap hubungan polisi dengan masyarakat.

a. Tingkat kerumitan permasalahan

d) Seberapa rumit permasalahannya?

e) Apakah polisi mampu memecahkannya?

f) Apa dampaknya bagi polisi?

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

88

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

Kemungkinan pemecahan masalah:

- Sejauh mana dampak yang dapat ditimbulkan oleh upaya polisi memecahkan permasalahan tersebut.

Keinginan untuk memecahkan masalah:

- Keinginan untuk memecahkan masalah harus ditunjukkan, baik oleh polisi maupun oleh masyarakat.

Sesudah faktor-faktor tersebut di atas dipertimbangkan dalam setiap permasalahan yang sudah diidentifikasi, buatlah daftar permasalahan yang sudah direvisi. Daftar tersebut kemudian harus diperiksa oleh panel evaluasi internal bersama FKPM. Selanjutnya, dibuatlah skala prioritas masalah yang harus ditangani.

b. Tahap 2 : Analisis (Analisis Masalah)

Analisis adalah tahap yang paling sulit dalam model SARE (Scanning, Analisis, Respon, dan Evaluasi). Proses ini bahkan sering dilewati polisi dan anggota masyarakat. Penyebabnya, mereka cenderung terburu-buru dan sangat bersemangat untuk mengembangkan solusi yang tepat waktu.

Padahal, tanpa memahami permasalahan yang sedang ditangani, akan ada risiko yang besar terhadap solusi yang dikembangkan. Solusi yang dipilih mungkin saja tidak akan ada gunanya untuk jangka panjang.

Permasalahan pun tersebut akan tetap ada karena pemecahannya berdasarkan dugaan, bukan fakta.

Pola kejadian juga membutuhkan analisis. Permasalahan jarang berkembang hanya dalam waktu yang singkat, dan solusi yang cepat jarang yang dapat menghilangkan permasalahan tersebut. Jika polisi tidak melakukan analisis, polisi cenderung bergantung pada solusi standar polisi model lama, seperti patroli yang terarah atau berjalan kaki.

Kehadiran polisi jarang menjadi solusi terbaik untuk suatu permasalahan. Hal ini umumnya mengindifikasikan tidak dilakukannya analisis secara menyeluruh atau polisi masih merasa lebih nyaman dengan perpolisian model tradisional.

Tujuan dari menganalisis masalah adalah untuk mengidentifikasi dan memahami faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah, yang mendukung terulangnya masalah dan yang menghambat penanganannya. Sekali sudah

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

89

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

diidentifikasikan, faktor-faktor tersebut menjadi target potensial untuk diubah, karena strategi dirancang untuk memperbaiki atau memperkecil dampak masalah tersebut.

1) Tujuan analisis masalah/mencari penyebab, adalah sebagai berikut:

a) Menentukan penyebab masalah;

b) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah;

c) Membedakan gejala dengan penyebab.

Analisis yang tepat terhadap suatu masalah juga penting, karena memberikan petunjuk tentang solusi-solusi yang mungkin dapat digunakan dalam pemecahan masalah tersebut. Menurut Goldstein (1990:82): “Analisis masalah harus berupa pemeriksaan yang luas, yang tidak dipengaruhi oleh pendapat lama, pertanyaan harus diajukan, walaupun jawaban belum tentu ada. Pertanyaan yang terbuka dan konsisten tidak sama dengan pertanyaan yang diajukan seorang detektif senior untuk memecahkan suatu misteri kejahatan, mencoba mencari ke semua arah, mendalam, dan menggunakan pertanyaan yang tepat.“ 2) Panduan analisis masalah

Informasi yang dibutuhkan ketika menganalisis masalah dapat diperoleh dan menjadi bermanfaat jika polisi membuat daftar yang sistematis. Dalam mengelola proses pengumpulan informasi, harus difokus pada:

a) Orang-orang yang terlibat, seperti korban, pelaku, dan saksi;

b) Informasi kejadian, seperti kronologis kejadian, konteks fisik dan sosial di mana kejadian itu terjadi, serta efeknya;

c) Respon dan reaksi masyarakat dan lembaga-lembaga masyarakat, termasuk tindakan yang dilakukan polisi sampai saat pengumpulan informasi.

Panduan dan pertanyaan berikut dapat membantu dalam menganalisis masalah.

3) Menganalisis orang-orang yang terlibat

Masalah biasanya timbul dari interaksi antar sesama.

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

90

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

Seseorang bisa melakukan tindakan yang mengakibatkan ketakutan atau kerugian pada orang lain. Kadang-kadang tindakan tersebut menimbulkan reaksi dari orang-orang yang terpengaruh.

Untuk memahami suatu masalah, polisi harus mulai dengan mengidentifikasi siapa saja orang-orang yang terlibat, apa yang mereka lakukan, bagaimana mereka bereaksi, dan apa pengaruh dari tindakan-tindakan tersebut. Beberapa masalah mungkin hanya melibatkan sebagian orang dan masalah yang lain mungkin melibatkan seluruh masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi siapa yang terlibat dalam suatu masalah itu dan dalam hal apa dia terlibat.

a) Pelaku:

Cobalah untuk mengetahui dan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan pelaku, sebagai berikut:

1) Motivasi;

2) Identitas atau deskripsi fisik;

3) Usia, suku dan jender (untuk tujuan identifikasi);

4) Latar belakang sosial, termasuk gaya hidup, pendidikan, dan sejarah;

5) Pekerjaan;

6) Catatan kejahatan (sejarahnya sebagai pelaku);

7) Modus operandi;

8) Faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi perilaku, seperti pecandu narkoba atau alkohol.

b) Korban:

Cobalah untuk mengetahui dan mengumpulkan informasi berikut sehubungan dengan korban, sebagai berikut:

1) Tindakan pengamanan yang dilakukan;

2) Sejarah korban (bagaimana ia sampai menjadi korban);

3) Suku, usia, jender, afiliasi politik (jika sesuai dengan masalah);

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

91

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

4) Reaksinya ketika menjadi korban;

5) Hubungan dengan pelaku;

6) Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja sama dengan polisi;

7) Instansi medis yang dapat dirujuk;

8) Konseling yang dibutuhkan.

c) Pihak ketiga:

Sering ditemukan bahwa ada orang, selain korban dan pelaku, yang juga ikut terlibat. Beberapa dari mereka mungkin saja berlaku sebagai saksi, pendukung korban, atau pendukung si pelaku. Untuk mengetahuinya, cobalah kumpulkan informasi-informasi mengenai pihak ketiga mengenai hal-hal berikut ini:

1) Identifikasi;

2) Keterlibatan dan kepentingan terhadap masalah;

3) Faktor-faktor yang berdampak pada kerja sama mereka dengan polisi;

4) Hubungannya dengan korban dan atau pelaku.

d) Segitiga kejahatan

Segitiga kejahatan menawarkan cara yang mudah untuk memahami dan menvisualisasikan masalah kejahatan. Segitiga kejahatan juga menyediakan cara yang mudah untuk menjelaskan tahap analisis dengan menggunakan model SARE dan dapat membantu peserta membuat suatu analisis. Ketiga elemen yang disebutkan sebelumnya dipakai untuk mengilustrasikan bahwa suatu tindak kejahatan terkonsentrasi, yakni pelaku, korban, dan lokasi. Ketiga unsur tersebut bersama-sama membentuk satu segitiga kejahatan.

Setelah mengetahui siapa yang berada pada tiap sisi dari segitiga kejahatan tersebut, perlu dilakukan analisis sebelum menyiapkan strategi-strategi untuk memecahkan masalah tersebut. Perlu dicari keterangan sebanyak mungkin mengenai korban, pelaku dan TKP untuk mengembangkan pemahaman

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

92

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

tentang apa yang menjadi penyebab masalah tersebut.

Pertanyaan-pertanyaan harus diajukan dan dijawab oleh pihak-pihak yang berada pada tiap sisi dari segitiga kejahatan tersebut. Cara yang mudah untuk memulai adalah dengan menanyakan siapa, apa, kapan, dimana, bagaimana, mengapa ”ya”, dan mengapa ”tidak”.

e) Menganalisis Informasi Kejadian

Menganalisis informasi seputar kejadian meliputi lebih dari sekadar memusatkan perhatian pada apa yang masing-masing aktor lakukan. Hal tersebut meliputi melihat secara keseluruhan kontek sosial dan fisik dari sebuah kejadian atau berbagai kejadian.

f) Analisis kronologis, meliputi:

(1) Apakah kejadian tersebut terkait dengan waktu-waktu tertentu pada hari tersebut;

(2) Apakah kejadian-kejadian tersebut terkait pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Contoh, kekerasan dalam rumah tangga paling sering terjadi pada akhir pekan, terutama pada akhir bulan;

(3) Apakah kejadian-kejadian tersebut terkait pada peristiwa-peristiwa tertentu. Contoh: pertandingan olahraga, hari gajian, liburan sekolah, dan lain-lain;

(4) Apakah kejadian-kejadian tersebut menunjukkan variasi bulanan atau musiman? Mengapa?.

g) Situasi TKP dan waktu kejadian:

(1) Apakah wilayah berbahaya (hot spot) tersebut dapat diidentifikasi? Dengan kata lain, apakah kejahatan tersebut terkelompok pada suatu lokasi tertentu? Bagaimana menjelaskan daerah berbahaya tersebut?;

(2) Dimana kejadian tersebut berlangsung? di dalam rumah, di luar rumah, kendaraan pribadi, kendaraan umum, lokasi yang sepi, dan lain-lain?;

(3) Apakah ada hal yang berkaitan dengan lokasi

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

93

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

yang memberikan kontribusi pada kejadian?, misalnya, bangunan yang ditinggalkan, bahaya lingkungan, tempat-tempat yang penting bagi aktivitas masyarakat, kemungkinan tempat persembunyian, dan lain-lain;

(4) Dapatkah lingkungan fisik tersebut dimodifikasi untuk mencegah permasalahan tersebut terjadi lagi?.

h) Kontak Sosial:

(1) Pelaku dan korban termasuk dalam kelompok apa? Apakah kelompok-kelompok tersebut sedang dalam konflik?;

(2) Kepentingan-kepentingan apa yang memotivasi pelaku?;

(3) Apa tindakan-tindakan korban yang membuatnya tidak berdaya sehingga mudah diserang?;

(4) Apakah faktor-faktor sosio-demografis berpengaruh terhadap masalah tersebut? contohnya, tidak ada toleransi sosial, intimidasi, rasa takut, kurangnya persatuan masyarakat, dan lain-lain;

(5) Bagaimana saksi–saksi atau saksi-saksi potensial bereaksi terhadap masalah tersebut? Mengapa mereka bereaksi seperti itu?.

i) Urut-urutan Kejadian:

(1) Apa yang dilakukan pelaku? Kepada siapa? Bagaimana? Kapan? Dimana?;

(2) Rangkaian kejadian seperti apa yang menimbulkan masalah tersebut?;

(3) Apakah alkohol, narkoba, atau faktor-faktor lain memberikan kontribusi terhadap terjadinya masalah tersebut? Bagaimana bisa terjadi?.

j) Akibat dari kejadian:

Apa akibat dari masalah tersebut, misalnya: kematian, cedera, kerusakan harta benda, kerugian finansial, intimidasi?.

k) Menganalisis Respon

(1) Instansi atau lembaga:

Bagaimana lembaga masyarakat dan

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

94

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

instansi swasta, termasuk polisi, melihat masalah ini? Apa yang telah mereka lakukan? Apa hasilnya? Apa yang mungkin mereka ingin lakukan sekarang? Faktor-faktor apa yang mempengaruhi respon polisi terhadap masalah tersebut? Isu-isu hukum apa yang mempengaruhi masalah tersebut? Instansi-instansi mana (publik atau swasta) yang dapat membantu polisi dalam memecahkan masalah tersebut?

(2) Masyarakat:

Bagaimana anggota masyarakat melihat masalah tersebut? Apa yang telah mereka lakukan? Apa hasilnya? Apa yang akan mereka lakukan sekarang? Apakah mereka bersedia untuk bekerja bersama dengan polisi? Bila ya, bagaimana? Bila tidak, mengapa?.

(3) Keseriusan:

Apakah ini sebuah masalah serius yang memerlukan respon yang serius pula? Bila tidak, mengapa? Apabila serius, bagaimana membuat masyarakat dan instansi atau lembaga terkait dapat mengetahuinya? Apabila itu bukan masalah yang serius, apa yang harus dilakukan? Apakah masyarakat menyadari dampak yang ditimbulkan dari masalah tersebut terhadap masyarakat?.

(4) Sumber-sumber informasi yang memungkinkan

Guna mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, berbagai macam sumber informasi yang mungkin bisa digunakan antara lain:

(a) Bahan bacaan yang relevan:

Perkembangan penelitian atas kejahatan dan perpolisian baru-baru ini telah menciptakan sekumpulan informasi relevan yang berharga. Informasi ini sangat membantu terutama dalam memberikan kemungkinan solusi-solusi untuk menangani berbagai macam masalah. Namun sayangnya, informasi seperti ini jarang

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

95

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

dimanfaatkan.

(b) Arsip polisi:

Polisi mengumpulkan, mengarsip, dan memproses sejumlah besar informasi mengenai berbagai masalah. Sayangnya, informasi tersebut seringkali dikumpulkan untuk tujuan-tujuan yang tidak ada kaitannya dengan pemecahan masalah. Akibatnya, data-data polisi perlu disesuaikan untuk dapat digunakan dalam analisis pemecahan masalah. Sebagai contoh, bila polisi ingin mengidentifikasi adanya panggilan berulang yang meminta pelayanan polisi, mungkin penting untuk memprogram ulang sistem informasi komputerisasi di Unit Pengendali Radio (Radio Control Unit). Dianjurkan untuk mendiskusikan kumpulan data dan kebutuhan analisis yang ada dengan Reskrim Polda. Mereka mungkin dapat membantu dalam mengembangkan sistem-sistem yang diperlukan.

(c) Anggota polisi:

Pengetahuan pribadi anggota polisi yang didapat dari pengalaman di lapangan seringkali berguna. Oleh karena itu, setiap usaha seharusnya dilakukan untuk mengumpulkan informasi langsung dari anggota polisi yang berurusan atau terkait dengan masalah tertentu. Perhatian khusus harus diarahkan pada cara-cara informal yang digunakan polisi dalam menangani masalah tertentu.

(d) Satuan kepolisian lainnya:

Kadang-kadang, masalah yang dipilih untuk dianalisis mungkin telah ditangani sebelumnya oleh unit atau bagian-bagian lain dalam kepolisian. Informasi, analisis, dan strategi-strategi yang digunakan oleh unit lain tersebut mungkin dapat dijadikan petunjuk tentang masalah yang dihadapi.

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

96

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

Serangkaian informasi ini bahkan bisa digunakan sebagai bahan mencari usulan kemungkinan solusi alternatif.

(e) Sumber-sumber dalam masyarakat:

Berbagai informasi ada dalam masyarakat sangat berharga. Sumber-sumber informasi ini meliputi korban, pengadu, saksi, agen-agen masyarakat, dan lembaga-lembaga masyarakat.

Informasi yang berharga bisa diperoleh dengan cara mengajukan pertanyaan kepada mereka yang terkena pengaruh dengan mengadakan pertemuan publik dengan kelompok-kelompok masyarakat dan berkonsultasi dengan FKPM setempat. Bisa juga dengan mencari informasi dari berbagai lembaga pemerintahan, seperti pemerintah daerah dan DPRD serta berbagai informasi dari berbagai aspek kehidupan masyarakat dan lingkungan sekitar. Informasi ini seringkali selalu siap dan bebas diakses.

(f) Pelaku:

Pelaku adalah sumber informasi yang penting dan harus ditanyai tentang:

Modus operandi dan motivasi mereka;

Mengapa sebuah pelanggaran dilakukan pada satu waktu spesifik;

Alasan dipilihnya target tertentu;

Rute pelarian yang digunakan;

Cara membuang barang bukti.

c. Tahap 3 : Respon (Merumuskan Respon Strategis)

Respon adalah tahap ketiga dalam model SARE (Scanning, Analisis, Respon, dan Evaluasi). Masalah akan tetap ada bila dalam solusi jangka panjang tidak dicari penyebab utamanya. Kreativitas juga dianjurkan. Cobalah mengarahkan masyarakat untuk menggunakan

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

97

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

pelindung yang ada semaksimal mungkin.

Agar terlaksana secara efektif, solusi yang dipilih harus mempengaruhi minimal dua sisi dari Segitiga Kejahatan. Mengusahakan solusi hanya pada sisi pelaku saja seringkali tidak efektif, tidak jarang malah memberi peluang terhadap adanya pelaku baru untuk menggantikan pelaku yang lama. Ini mungkin saja terjadi karena belum ada tindakan yang dilakukan polisi untuk mengubah sarang kejahatan atau posisi korban sebagai target buruan. Penanganan harus dilakukan di dua sisi dari segitiga kejahatan demi terciptanya solusi yang efektif dan berjangka panjang.

Masyarakat dan polisi seringkali tergoda untuk menerapkan solusi yang dikembangkan di lingkungan masyarakat lain untuk masalah serupa di komunitas mereka sendiri. Namun, harus diperhatikan bahwa solusi dari luar jarang sekali sempurna dan cocok untuk semua komunitas. Faktor penyebab harus dianalisis untuk menguji apakah faktor-faktor tersebut sesuai dengan solusi yang digunakan dalam lingkungan masyarakat lain.

Kadangkala, masalah kejahatan masyarakat sangat berat sehingga harus segera dipecahkan sebelum masalah tersebut berkembang. Keadaan mungkin sangat berat bagi mereka yang terpengaruh masalah tersebut. Harus diingat, walaupun solusi jangka pendek penting sekali, namun solusi jangka panjang juga harus dikejar.

Sebagai tambahan, dampak masalah tersebut terhadap masyarakat secara spesifik harus mempengaruhi bentuk solusi yang dipilih. Solusi yang paling baik adalah apabila solusi tersebut dapat membuat masyarakat mampu menangani masalah kejahatan serupa di masa datang dengan lebih baik.

Rumusan tentang sebuah paket respon strategis mewakili inti dari pemecahan masalah dan dilakukan dalam 4 (empat) langkah, sebagai berikut:

Langkah 1 : Identifikasi masalah;

Langkah 2 : Mencari dan menyusun kemungkinan solusi;

Langkah 3 : Mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan solusi;

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

98

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

Langkah 4 : Menyusun rencana implementasi solusi.

a) Langkah 1: Identifikasi masalah

Setiap saat, strategi pemecahan masalah seharusnya bersifat spesifik untuk sebuah masalah. Strategi harus diarahkan untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Tidak semua strategi bisa diharapkan dan memberikan hasil yang sama.

Berikut ini adalah tujuan-tujuan strategis yang dapat dipertimbangkan ketika mengembangkan strategi pemecahan masalah:

(1) Solusi-solusi dirancang untuk mengatasi masalah;

(2) Solusi-solusi dirancang untuk mengurangi masalah secara substansial;

(3) Solusi-solusi dirancang untuk mengurangi bahaya atau dampak sebuah masalah;

(4) Solusi-solusi dirancang untuk meningkatkan respon polisi terhadap suatu masalah;

(5) Solusi-solusi dirancang untuk menegaskan, mengarahkan kembali, dan mengatasi permasalahan.

Sangat penting menentukan sasaran yang realistis dan menerima kenyataan bahwa polisi tidak akan mampu memindahkan gunung. Dengan merinci sebuah masalah yang besar dan kompleks menjadi sub-sub masalah yang lebih kecil, seperangkat sasaran yang lebih realistis, terukur dan dapat dikembangkan.

b) Langkah 2 : Mengidentifikasi Kemungkinan Solusi

Tujuan pemacahan masalah adalah menangangi masalah dan penyebabnya, baik dalam jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang.

Mencari kemungkinan solusi harus dilakukan dengan berpikir luas dan bebas. Sangat penting untuk berpikir luas dan tidak membatasi diri dengan respon polisi yang tradisional, yakni semata-mata meningkatkan patroli dan jumlah penahanan. Polisi

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

99

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

harus kreatif. Permasalahan perlu dilihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda, menggunakan imajinasi dan jangan membatasi respon hanya pada sebuah taktik!

Harus ditekankan bahwa langkah ini tidak melibatkan evaluasi terhadap solusi-solusi yang mungkin ada. Sehingga, pemecahan harus disajikan tanpa memikirkan kegunaan atau keberhasilan solusi tersebut. Untuk menemukan solusi yang baik, mungkin ada baiknya membahas bersama rekan-rekan sekerja.

Kemungkinan-kemungkinan di bawah ini bisa dipertimbangkan ketika sedang mencari solusi sebagai panduan terhadap solusi-solusi yang memungkinkan, seperti:

(1) Strategi yang terfokus

Adakalanya analisis masalah mengungkapkan adanya individu atau kelompok tertentu yang bertanggung jawab dalam menciptakan masalah di masyarakat secara tidak proporsional. Bisa pula analisis masalah menunjukkan adanya beberapa lokasi (wilayah berbahaya) menjadi pusat aktivitas bermasalah. Pada kondisi demikian, usaha yang ditujukan untuk mengatasi individu, kelompok, atau perbaikan keadaan di lokasi-lokasi yang dimaksud mungkin saja merupakan bagian dari usaha pemecahan masalah atau solusi. Strategi yang terfokus bisa digunakan untuk menangani masalah, seperti: (a) Pelaku kejahatan yang berulang

(residivis); (b) Orang yang sering menjadi korban; (c) Sumber panggilan bantuan yang

berulang; (d) Kelompok yang berisiko tinggi menjadi

korban; (e) Kelompok yang sangat potensial

melakukan kejahatan; (f) Kerja sama antar instansi atau lembaga;

Banyak masalah yang dihadapi polisi yang merupakan bagian dari tanggung

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

100

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

jawab instansi pemerintah atau swasta lainnya. Misalnya: sekolah, pengadilan, kejaksaan, pegawai kesehatan, lembaga-lembaga rehabilitasi, dinas pelayanan sosial, dan departemen perhubungan. Badan-badan pemerintahan dan swasta lainnya juga harus berbagi tanggung jawab mengendalikan perilaku anti sosial atau, setidaknya, memiliki kapasitas untuk membantu meringankan masalah yang dihadapi polisi.

Kerja sama antar instansi dapat dilakukan dalam beberapa bentuk, seperti:

- Menyerahkan pengaduan kepada instansi lain;

- Mengkoordinasikan tindakan yang akan dilakukan dengan instansi terkait;

- Meminta pelayanan lebih atau pelayanan khusus dari instansi terkait.

(2) Strategi-strategi mediasi dan negosiasi

Konflik antar individu atau kelompok seringkali menjadi sumber kekacauan, bahkan kejahatan. Polisi berada pada posisi yang unik untuk memecahkan masalah-masalah tersebut melalui strategi mediasi dan negosiasi. Pada beberapa situasi, daripada melakukan pemecahan sesuai dengan prosedur hukum, pendekatan dengan mediasi dan negosiasi sebagai sumber daya polisi jauh lebih efektif.

(3) Komunikasi dengan masyarakat

Polisi kadangkala mengendalikan masalah secara efektif hanya dengan menyampaikan informasi yang akurat kepada masyarakat. Strategi komunikasi bisa digunakan untuk:

(a) Mendidik masyarakat mengenai tingkat keseriusan sebuah masalah;

(b) Mengurangi rasa takut;

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

101

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

(c) Menyampaikan informasi yang akurat kepada masyarakat untuk membantu mereka agar patuh terhadap hukum atau memecahkan masalah mereka sendiri;

(d) Menunjukkan kepada masyarakat tentang bagaimana mereka memberikan kontribusi dalam memecahkan masalah;

(e) Memperingatkan mereka yang mempunyai potensi menjadi korban tentang kerentanan mereka dan menyarankan kepada mereka mengenai cara-cara melindungi diri mereka sendiri;

(f) Menjelaskan kemampuan dan keterbatasan polisi dalam memecahkan masalah-masalah mereka.

(4) Mengatur dan membantu masyarakat agar terlibat secara langsung dalam memecahkan masalah-masalah mereka.

Sebenarnya, solusi bagi beberapa permasalahan ada dalam kapasitas masyarakat itu sendiri. Polisi harus mendorong warga masyarakatnya untuk terlibat dalam pemecahan masalah mereka sendiri.

Mengerahkan masyarakat dapat dilakukan dengan cara:

(a) Membentuk sistem keamanan lingkungan atau patroli warga;

(b) Merekrut dan menggunakan tenaga-tenaga sukarela;

(c) Mengaktifkan kelompok-kelompok minat tertentu;

(d) Mengikutsertakan korban kejahatan. (5) Mendukung hubungan yang telah ada di antara

mereka untuk terlibat dalam pengawasan masyarakat

Cara ini untuk mempengaruhi dan mengontrol tingkah laku orang-orang yang bertanggung jawab dalam menimbulkan masalah.

Polisi perlu mengidentifikasi dan melibatkan anggota masyarakat, misalnya orang tua, manajer apartemen, kontraktor, dan

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

102

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

pemilik bangunan, yang mungkin berada pada posisi yang kuat untuk mempengaruhi perilaku pelaku. Orang-orang yang tepat mungkin dapat membantu pengawasan, secara intensif dalam waktu yang lama, individu-individu yang menimbulkan masalah. Mengubah lingkungan fisik untuk mengurangi kemungkinan terjadinya masalah-masalah. Pendekatan ini seringkali dikenal juga sebagai “pencegahan kejahatan situasional”.

Tujuannya untuk memodifikasi dan mengatur lingkungan fisik sedemikian rupa dalam rangka mengurangi kesempatan timbulnya kejahatan, meningkatkan resiko, dan upaya yang ada hubungannya dengan pelanggaran dan mengurangi keuntungan yang didapat oleh pelaku kejahatan.

Hal itu dapat dicapai dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

DUA BELAS TEKNIK PENCEGAHAN KEJAHATAN SITUASIONAL

MENINGKATKAN USAHA

MENINGKATKAN RISIKO

MENGURANGI KESEMPATAN

1. Menperkuat perlindungan diri sasaran (Target Hardening)

5. Memeriksa masuk dan keluar

9. Memindahkan sasaran

1. Mengawasi/ kontrol akses

6. Meningkatkan pengawasan formal

10. Memberikan tanda barang-barang berharga.

3. Mengalihkan perhatian pelaku

7. Meningkatkan pengawasan oleh karyawan

11. Menghilangkan pemicu

4. Mengawasi alat-alat yang dapat digunakan untuk melakukan kejahatan (Clarke 1992 : 10 21)

8. Meningkatkan pengawasan informal

12. Menggunakan peraturan

Keterangan:

1. Memperkuat perlindungan diri sasaran

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

103

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

Cara yang paling mudah untuk mengurangi kesempatan bagi tersangka adalah dengan menggunakan hambatan-hambatan fisik. Pengamanan target tidak lain adalah penggunaan kunci pengamanan, perimeter antimaling, dan pemasangan rintangan yang ditujukkan untuk mencegah atau menghalangi akses menuju suatu tempat atau barang-barang berharga.

2. Mengawasi atau kontrol akses

Pengawasan terhadap akses masuk-keluar bertujuan untuk mengatur akses menuju ke sebuah tempat atau sistem. Hal tersebut biasanya dilakukan dengan cara memasang kunci kode atau penjagaan pada pintu masuk. Kontrol akses menuju sistem komputer biasanya menggunakan password.

3. Mengalihkan perhatian pelaku

Ini adalah upaya pengalihan perhatian pelaku dari melakukan perbuatan yang merugikan orang lain ke arah perbuatan yang lebih positif. Menyediakan fasilitas-fasilitas olahraga kepada pemuda-pemuda yang suka membuat masalah dapat dilihat sebagai contoh pendekatan ini.

4. Mengawasi alat-alat yang dapat digunakan untuk melakukan kejahatan

Berbagai benda, misalnya pisau dan senjata api, berpotensi mendorong seseorang untuk melakukan kejahatan dan mengacaukan ketertiban. Dengan menghilangkan atau mengontrol penggunaan benda-benda serta situasi tersebut, kejahatan dan ketidaktertiban dapat dicegah.

5. Memeriksa Masuk dan Keluar

Pemeriksaan pada pintu masuk berbeda

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

104

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

dengan kontrol akses. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi siapa yang tidak memenuhi persyaratan untuk masuk, ketimbang melarang atau menghalangi orang untuk masuk. Persyaratan-persyaratan ini berkaitan dengan pembawa barang-barang atau benda-benda yang dilarang (misalnya senjata api) atau alternatif lain, kepemilikan tiket, atau dokumen-dokumen. Pemeriksaan pada pintu keluar berguna untuk menghalangi pencurian dengan cara mendeteksi benda-benda yang seharusnya tidak boleh dipindahkan dari daerah yang dilindungi seperti benda-benda toko yang belum dibayar.

6. Meningkatkan pengawasan formal

Personel yang fungsi utamanya menghalangi niat pelaku kejahatan terdiri dari polisi, satpam, dan penjaga toko. Merekalah yang berfungsi penting dalam menyediakan pengawasan formal. Peranan pengawasan mereka bisa ditingkatkan melalui penggunaan perangkat elektronik seperti: sistem alarm, kamera pengawas, dan perubahan tata ruang bangunan.

7. Meningkatkan pengawasan oleh karyawan

Karyawan, terutama yang bekerja dengan orang banyak, tanpa disadari ikut melakukan pengawasan.

8. Meningkatkan pengawasan informal

Pengawasan informal didasarkan pada asumsi bahwa anggota masyarakat akan mengenali pelaku kejahatan dan segera melaporkan hal tersebut kepada polisi. Meningkatkan pengawasan informal adalah sasaran utama dari gerakan

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

105

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

penjagaan keamanan lingkungan.

9. Memindahkan sasaran

Pemindahan target berhubungan dengan pengamanan target yang mengacu pada pemindahan benda-benda berharga ke lokasi yang lebih aman. Toko-toko musik, misalnya: sering memindahkan Compact Disc (CD) dari kotak dan hanya memperlihatkan sampulnya untuk mencegah pencurian.

10. Memberikan tanda pada barang berharga

Harta benda yang telah ditandai mengurangi manfaat bagi si pelaku dan meningkatkan resiko bagi pencuri. Hal ini disebabkan: a. Lebih sulit untuk dijual; b. Mudah dikenali sebagai barang

curian; c. Pemilik yang sah bisa dilacak.

11. Menghilangkan Pemicu

Tindakan ini berkaitan dengan dialihkannya perhatian seseorang dari keinginan untuk melakukan tindakan buruk atau jahat. Misalnya, selalu membersihkan tembok dari coretan-coretan. Sebab, dengan membersihkan coretan-coretan tersebut kita menghilangkan rasa senang si pelaku yang ingin memamerkan hasil karyanya.

12. Menggunakan Peraturan

Sebagian besar organisasi dan instansi memiliki aturan mengenai perilaku pekerja, anggota, dan pengunjung. Seringkali peraturan ini bisa digunakan untuk mencegah perbuatan yang melanggar aturan.

(6) Penegakkan hukum dan penuntutan yang selektif

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

106

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

Walaupun pemecahan masalah mendorong digunakannya respon yang tidak tradisional, bukan berarti respon tradisional layak ditiadakan sama sekali, penegakan hukum dan proses penuntutan tetap harus dilakukan. Dalam beberapa hal, penegakan hukum dan proses penuntutan adalah satu-satunya solusi yang efektif dalam pemecahan masalah.

(7) Penegakan hukum bisa diterapkan melalui beberapa cara:

(a) Penegakan hukum dan penuntutan yang tak selektif. Alternatif ini mengacu pada proses tradisional dalam mengidentifikasi, menangkap, dan menuntut semua pelaku pelanggaran;

(b) Penegakan hukum dan penuntutan yang selektif serta sesuai panduan tertentu. Alternatif ini merujuk pada polisi yang mengambil tindakan keras, ketika pelanggaran tertentu ditangani intensif dengan alasan khusus. Alternatif ini sering digunakan sebagai solusi jangka pendek terhadap masalah-masalah seperti prostitusi, menyetir dalam keadaan mabuk, dan perdagangan minuman keras ilegal;

(c) Penegakan hukum yang biasanya dilakukan oleh instansi atau lembaga lain. Ketentuan hukum, peraturan, dan ordonansi biasanya ditegakkan oleh instansi lain seperti undang-undang konservasi lingkungan dan peraturan daerah. Hukum, peraturan, dan ordonansi tersebut dapat juga ditegakkan oleh polisi. Instansi terkait juga dapat diminta untuk menegakkannya;

(d) Penggunaan hukum dan peraturan non pidana. Banyak persoalan yang muncul, diatur dalam berbagai hukum, peraturan-peraturan, undang-undang publik, dan

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

107

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

statuta. Peraturan-peraturan serta undang-undang tersebut dapat digunakan polisi untuk membantu memecahkan masalah. Peraturan-peraturan tentang bangunan, misalnya, dapat digunakan untuk menegakkan tindakan pencegahan kejahatan. Peraturan mengenai kebisingan suara dapat pula digunakan untuk menangani penyewa kamar yang susah diatur, peraturan mengenai kesehatan dan dapat digunakan untuk mengatasi masalah di rumah susun atau bangunan lain untuk mencegah terlalu padatnya tingkat hunian bangunan dan mencegah peredaran narkoba.

Pemerintah kota dan pembuat peraturan hukum lain yang berwenang dapat juga diminta untuk mengatur berbagai bentuk perilaku masyarakat atau pelaku kejahatan dengan cara menerapkan peraturan, ordonansi, atau undang-undang baru yang lebih ketat:

(a) Mengatasi secara langsung kondisi sosial dan ekonomi yang berimbas pada perilaku bermasalah. Apabila polisi dapat mengidentifikasi dengan cepat berbagai kondisi sosial dan ekonomi dalam masyarakat yang mendorong timbulnya masalah, maka mungkin polisi sendiri dapat mencegah masalah di masa datang dengan bekerja untuk mengubah kondisi tersebut. Mengadakan kegiatan-kegiatan waktu luang yang konstruktif bagi remaja adalah salah satu contoh dari pendekatan ini;

(b) Memastikan agar kehadiran polisi lebih terlihat. Agar kehadiran polisi dapat terlihat, polisi perlu menambah jumlah patroli jalan kaki, patroli berkendaraan, atau memasang blokade di jalan. Bisa juga dengan membangun pos-pos polisi di tempat yang terpencil atau mendirikan pusat pelayanan masyarakat. Harus

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

108

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

diingat bahwa inisiatif ini biasanya hanya memiliki pengaruh jangka pendek.

Untuk menyimpulkan strategi Polmas berbasis pemecahan masalah, kita bisa mengumpamakan alat-alat yang ada dalam kotak peralatan. Dalam perpolisian tradisional, kotak peralatan biasanya hampir kosong dan hanya berisi strategi penegakan hukum dan kehadiran polisi yang lebih banyak. Berbeda halnya dengan anggota polisi dalam pemecahan masalah, alat-alat yang tersedia di dalam kotak jauh lebih beragam dan menerapkan berbagai taktik yang tersedia.

c) Langkah 3: Mengevaluasi kemungkinan solusi lainnya

Setelah mengidentifikasi berbagai bentuk solusi, saatnya kini untuk mengevaluasi solusi-solusi tersebut dan memutuskan bentuk paket solusi yang akan digunakan. Panduan berikut ini dapat membantu memilih beberapa alternatif yang ada:

(1) Adanya kemungkinan bahwa respon tersebut dapat mengurangi masalah dan tujuan yang sudah disepakati akan tercapai;

(2) Adanya dampak khusus dari respon tersebut terhadap masalah atau konsekuensi serius yang mungkin terjadi;

(3) Sejauh mana respon tersebut bersifat mencegah agar mengurangi pengulangan atau konsekuensi yang lebih akut yang lebih sukar ditangani;

(4) Tingkat di mana respon mempengaruhi kehidupan seseorang yang didasarkan pada sanksi hukum serta penggunaan kekerasan yang mungkin dilakukan;

(5) Sikap masyarakat yang kemungkinan besar akan berubah sebagai akibat adanya adopsi solusi alternatif tersebut;

(6) Biaya finansial dalam implementasi solusi alternatif;

(7) Kesiapan sumber daya yang dimiliki polisi

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

109

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

dalam menjalankan solusi alternatif; (8) Hal yang harus dilakukan agar respon polisi

berakibat positif terhadap hubungan masyarakat dengan polisi;

(9) Kemudahan mengimplementasikan respon. Sebagai tambahan, perlu dipertimbangkan

hal-hal berikut ini: (1) Strategi yang dipilih harus mampu melihat

permasalahan secara keseluruhan dan mampu menangani penyebabnya;

(2) Strategi harus bisa memberikan solusi jangka panjang;

(3) Solusi harus mampu memberikan perubahan yang berarti bagi warga masyarakat, mengurangi kerugian dan ketakutan mereka di masa datang;

(4) Jika memungkinkan, strategi juga ditujukan untuk mengurangi beban kerja polisi.

d) Langkah 4: Menyusun rencana implementasi solusi

Ketika masalah sudah dipilih, dianalisis, dan paket respon strategis sudah ditentukan, maka kembangkan rencana implementasi untuk memandu respon dan memberikan dasar evaluasi. Rencana implementasi harus mencakup pernyataan tertulis tentang tujuan, sasaran, strategi, tanggung jawab, dan kerangka waktu.

Tujuan dan sasaran harus selalu tepat, realistis, dan terukur, serta harus ditujukan untuk memecahkan permasalahan dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Hal yang tak kalah penting adalah menyampaikan sejelas mungkin bagaimana strategi akan dicapai, serta alat ukur apa yang akan digunakan untuk menentukan dampaknya.

Sekali lagi, perlu ditekankan bahwa pemecahan masalah tidak mengesampingkan penegakan hukum atau patroli polisi. Dalam banyak contoh, kedua aktifitas ini akan menjadi komponen penting dari paket solusi yang diinginkan.

d. Tahap 4 : Penilaian (evaluasi)

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

110

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

Banyak alasan pentingnya mengevaluasi strategi-strategi pemecahan masalah. Alasan yang paling jelas adalah untuk menilai secara langsung apakah strategi pemecahan masalah yang dimaksud sudah berjalan atau belum.

Ada dua jenis evaluasi yang harus dipertimbangkan sebagai bagian dari setiap kegiatan yaitu, evaluasi proses dan evaluasi dampak. Keduanya merupakan hal penting dengan alasan yang berbeda. Evaluasi dilakukan secara terus menerus selama implementasi rencana kegiatan, dimulai pada saat rencana tersebut dilaksanakan. a) Evalusi proses berkaitan dengan hal-hal

menentukan yang tercermin dari pertanyaan: Apakah rencana sudah diimplementasikan dengan benar? Apakah langkah-langkah yang ditetapkan dalam rencana implementasi dijalankan dengan benar? Apakah ada masalah yang harus dipecahkan? Haruskah rencana implementasi dimodifikasi? Apakah rencana tersebut kelihatannya berjalan?;

b) Evaluasi dampak berarti menilai konsekuensi atau hasil dari strategi atau efek dari strategi terhadap permasalahan. Evaluasi dampak biasanya dijalankan dengan membandingkan data “sebelum dan sesudah” atau dengan membandingkan komunitas target dengan suatu kelompok “kontrol”. Hal-hal yang harus dapat ditanyakan meliputi: Apakah perencanaan tersebut menghasilkan sesuatu sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan? Kesalahan apa yang sudah dibuat? Mengapa?

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

111

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

Tabel pendekatan sistematik pada pemecahan masalah

(Tabel dari Neighbourhood Policing, BCU Commanders Guide, www.neighbourhoodpolicing.co.uk)

2. Langkah-langkah teknis dalam pemecahan masalah

Sebagai anggota yang paham dengan Hak Asasi

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

112

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

Manusia dan mendukung kemitraan dibentuk, maka perlu mempersiapkan diri untuk berperan dalam menganalisis dengan cara baru pemecahan masalah sebagai anggota tim. Analisis kejahatan menurut beberapa penelitian merupakan suatu hal yang sangat krusial dalam perpolisian masyarakat. Anggota masyarakat mungkin sangat sulit untuk menjadi seorang penganalisis kejahatan, namun seorang anggota polisi perlu mengetahui hal-hal dasar yang bisa diikuti dalam proses pemecahan masalah.

Bagian dari manual ini mempersiapkan pembaca untuk menempati peran baru dengan memberikan langkah-langkah dalam pemecahan masalah dan hal-hal yang terkait dengan keamanan lingkungan dan pencegahannya. Sebagai anggota masyarakat yang peduli, tidak bisa menunggu kolega polisi bertanya mengenai suatu informasi, namun perlu ada inisiatif dari polisi dengan mencari akar permasalahannya, mencari solusi yang efektif, membantu polisi untuk mencari langkah yang efektif dan mengevaluasi setiap tindakan agar polisi dapat belajar dari hasil pencapaian itu. Hal ini berarti bahwa polisi harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari tim kemitraan polisi dan masyarakat ini, dan perlu mencari sumber informasi dan data di luar dari pekerjaan sehari-hari, dan perlu mengikuti rencana yang disusun bersama-sama dalam waktu yang cukup lama dari yang diinginkan dan pada akhirnya polisi akan menerima penghargaan atas keberhasilannya dan tentunya kekecewaan atas kegagalannya, sama halnya dengan anggota tim lainnya.

Dengan manual ini diharapkan para analisis yang mengambil peran baru dalam masyarakat berkeinginan membagi keahliannya dan menjadi profesional dalam bidang ini. Dengan langkah awal menjadi bagian dari tim ini diharapkan muncul benih-benih masyarakat yang berpengalaman dan profesional yang bermotivasi tinggi yang akan sangat membantu perkembangan Hak Asasi Manusia dalam kemitraan polisi dan masyarakat dalam tahun-tahun mendatang. Setiap anggota polisi dapat menyumbang dengan menyampaikan hasil kegiatan melalui rapat resmi dan seorang polisi dapat melaporkannya dalam laporan kerjanya. Dengan melakukan ini, tidak hanya akan mendapatkan keterampilan dan keahlian tambahan, tetapi akan memperoleh banyak informasi dan menjadi sumber berharga bagi pihak lain.

Langkah untuk menjadi ahli dalam pemecahan masalah:

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

113

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

1) Menjadi ahli dalam menerapkan model SARE;

2) Menganalisis kejahatan dengan teliti;

3) Mengetahui tugas polisi dan masyarakat dalam pemolisian;

4) Memperkenalkan pemecahan masalah;

5) Terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah dalam bentuk kelompok yang diwakili oleh masyarakat yang berkepentingan;

6) Mempelajari bentuk-bentuk kejahatan dan ketidaktertiban di masyarakat setempat;

7) Berkomunikasi dengan efektif;

8) Melatih keterampilan dalam menganalisis;

9) Mengembangkan profesi dalam pemecahan masalah;

10) Memberi informasi secara menyeluruh kepada fungsi yang terkait suatu permasalahan;

11) Melibatkan pemerintah daerah untuk membahas permasalahan Kamtibmas;

12) Menjalin komunikasi dengan para pengusaha dan sektor swasta;

13) Mencari informasi dari para pakar mengenai target dan metode kejahatan di kota atau tempat lain;

14) Mencari informasi dari para korban secara pasti mengenai kapan, bagaimana dan dimana kejahatan sering terjadi;

15) Menganalisis kesempatan dan keadaan yang menciptakan benih kejahatan;

16) Menganalisis tindakan yang akan diambil dalam penegakan hukum dan merekomendasi kepada polisi;

17) Polisi dalam penegakan hukum perlu melibatkan instansi pemerintah, sosial, dll., agar kerjasama dan kepercayaan terjalin dengan baik;

18) Membantu agar tidak terjadi viktimisasi berulang terhadap kelompok-kelompok tertentu;

19) Menentukan tempat-tempat yang cenderung menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat (taman, hiburan malam, terminal, stasiun, kompleks ruko,

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

114

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

angkutan dll);

20) Menggunakan studi kasus sebagai pembanding dalam pemecahan masalah dengan menerapkan analisis sehingga tanggapan sesuai sasaran;

21) Melibatkan anggota dan kelompok masyarakat lain untuk menjadi fasilitator dalam kegiatan pencegahan kejahatan dan ketidaktertiban;

22) Buatlah presentasi yang lengkap, padat dan menarik agar pihak lain yang membutuhkan bantuan bisa diberikan secara sukarela;

23) Menjadi fasilitator yang baik.

Langkah-langkah di atas adalah beberapa langkah yang bisa diikuti satu-persatu, sesuai dengan model pemecahan masalah SARA (Scanning, Analysis, Response and Assessment), langkah ini akan berguna jika terfokus pada satu masalah sampai selesai dan baru mulai dengan yang baru.

4. Faktor-faktor yang Harus Diperhatikan dalam Kegiatan Pemecahan Masalah

a. Motivasi Motivasi yaitu adanya dorongan atau keinginan individu untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapinya.

b. Kepercayaan dan sikap yang salah Asumsi yang salah terhadap kerangka tujuan yang cermat membantu efektivitas pemecahan masalah. Sikap terbuka terhadap informasi baru serta memahami dan mengakui kekeliruan dan mempermudah pemecahan masalah.

c. Kebiasaan Kecenderungan untuk mempertahankan pola pikir tertentu, atau melibatkan masalah hanya dari satu sisi saja, atau kepercayaan yang berkelebihan dan tanpa kritis pada pendapat otoritas, menghambat pemecahan masalah yang efisien.

d. Emosi Ketika menghadapi permasalahan secara tidak disadari emosi tertentu akan muncul dan mempengaruhi individu dalam menyelesaikan masalah. Berdasarkan uraian di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah yaitu faktor situasional, personal, biologis, dan sosiopsikologis (motivasi,

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

115

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

kepercayaan dan sikap yang salah, kebiasaan, dan emosi).

Matheny dkk (Rice, 1992) menjelaskan bahwa terdapat 5 (lima) sumber utama yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah sekaligus menghadapi tekanan, yaitu:

a. Dukungan sosial (social supports). Dukungan sosial dapat dikatakan sebagai elemen utama dalam melakukan coping. Dukungan sosial dapat memberikan efek penghalang/penyangga, yang melindungi seseorang dari dampak stress yang merugikan atau dapat berfungsi melalui sebuah dampak langsung yaitu dukungan sosial yang bermanfaat dan menguntungkan.

b. Keyakinan dan nilai (belief and value). Keyakinan dan nilai tertentu yang dianut akan menjadi sangat penting karena akan menuntun seseorang untuk menilai sebuah peristiwa sehingga dapat dinilai secara positif.

c. Kontrol kepercayaan (confidance control) Rasa percaya diri yang ada pada diri seseorang untuk menentukan dalam melakukan pengambilan keputusan dalam situasi yang penuh tekanan. Hal ini memiliki kaitan erat dengan efikasi diri dan control coping.

d. Harga diri (self esteem). Harga diri berarti penerimaan dan penghargaan yang ada pada diri seseorang. Hal ini tidak berarti memilki makna yang sama dengan efikasi diri tapi secara teoritis harga diri akan meningkat seiring dengan meningkatnya self efficacy yang dirasakan.

e. Kebugaran (wellness). Merupakan kualitas kesehatan yang seseorang bisa nikmati, termasuk kesehatan fisik, tingkat energi, kontrol berat badan, dan menghindari perilaku yang beresiko tinggi mengancam kesehatan. Berdasarkan pemaparan di atas, maka disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan memecahkan masalah yaitu; dukungan sosial, keyakinan dan nilai, kontrol kepercayaan dan harga diri. Dukungan sosial selanjutnya dijadikan acuan dalam menyusun variabel bebas dalam penelitian ini yaitu dukungan teman sebaya.

Rangkuman

1. Pemolisian Masyarakat (Community Policing) yang selanjutnya

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

116

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

disingkat Polmas adalah suatu kegiatan untuk mengajak masyarakat melalui kemitraan anggota Polri dan masyarakat, sehingga mampu mendeteksi dan mengidentifikasi permasalahan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas) di lingkungan serta menemukan pemecahan masalahnya.

2. Pengemban Polmas adalah setiap anggota Polri yang melaksanakan Polmas di masyarakat atau komunitas.

3. Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat yang selanjutnya disebut Bhabinkamtibmas adalah pengemban Polmas di desa/kelurahan.

4. Strategi Polmas adalah cara atau kiat untuk mengikutsertakan masyarakat, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya dalam melakukan upaya-upaya penangkalan, pencegahan, dan penanggulangan ancaman dan gangguan Kamtibmas secara kemitraan yang setara dengan Polri, mulai dari penentuan kebijakan sampai dengan implementasinya.

5. Forum Kemitraan Polri dan Masyarakat yang selanjutnya disingkat FKPM adalah wahana komunikasi antara Polri dan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar kesepakatan bersama dalam rangka membahas masalah Kamtibmas dan masalah-masalah sosial yang perlu dipecahkan bersama guna menciptakan kondisi yang menunjang kelancaran penyelenggaraan fungsi kepolisian dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.

6. Prinsip Polmas sebagai berikut:

a. Komunikasi intensif b. Kesetaraan, c. Kemitraan, d. Transparansi, e. Akutanbilitas, f. Partisipasi, g. Hubungan personal h. Proaktif, i. Orientasi pada pemecahan masalah

7. Bhayangkara Pembina Kamtibmas, yang selanjutnya disebut Bhabinkamtibmas adalah anggota Polri yang bertugas membina Kamtibmas dan juga merupakan petugas Polmas di desa / kelurahan;

8. Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional yang ditandai

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

117

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

dengan terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum serta terbinanya ketentraman yang mengandung kamampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam mencegah, menangkal dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat;

9. Tugas Pokok Bhabinkamtibmas

a. Melakukan pembinaan terhadap warga masyarakat yang menjadi tanggungjawabnya untuk dapat meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum dan ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan perundang-undangan yang berlaku;

b. Melakukan upaya kerjasama yang baik dan harmonis dengan aparat desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat yang ada di desa/kelurahan;

c. Melakukan pendekatan dan membangun kepercayaan terhadap masyarakat;

d. Melakukan upaya pencegahan tumbuhnya penyakit masyarakat dan membantu penanganan rehabilitasi yang terganggu;

e. Melakukan upaya peningkatan daya tangkal dan daya cegah warga masyarakat terhadap timbulnya gangguan Kamtibmas;

f. Membimbing masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam rangka pembinaan Kamtibmas secara swakarsa di desa/kelurahan;

g. Melakukan kerjasama dan kemitraan dengan potensi masyarakat dan kelompok atau forum Kamtibmas guna mendorong peran sertanya dalam Binkamtibmas dan dapat mencari solusi dalam penanganan permasalahan agar tidak berkembang menjadi gangguan nyata Kamtibmas;

h. Menumbuhkan kesadaran dan ketaatan terhadap hukum dan perundang-undangan;

i. Memberikan bantuan dalam rangka penyelesaian perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum;

j. Memberikan petunjuk dan melatih masyarakat dalam rangka pengamanan lingkungan;

k. Memberikan pelayanan terhadap kepentingan warga masyarakat untuk sementara waktu sebelum ditangani pihak yang berwenang;

l. Menghimpun informasi dan pendapat dari masyarakat untuk memperoleh masukan atas berbagai isu atau kisaran suara

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

118

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

yang berkembang dalam masyarakat.

10. Sasaran deteksi pada hakekatnya meliputi dinamika dan perubahan seluruh aspek kehidupan masyarakat baik yang bersifat statis maupun dinamis yang berada di wilayah hukum Polsek, terdiri dari :

a. Sasaran Aspek Statis; b. Sasaran Aspek Dinamis (kehidupan masyarakat).

11. Metode Pelaksanaan Deteksi Dini

a. Teknik Wawancara. b. Eliciting c. Pengamatan dan Penggambaran.

12. Kegiatan kunjungan, merupakan kegiatan paling mendasar di antara keseluruhan kegiatan perpolisian, serta merupakan inti dari kegiatan perpolisian sipil.

13. Tujuan kegiatan kunjungan:

a. Membangun hubungan baik dengan masyarakat;

b. Mendapatkan kepercayaan dari masyarakat;

c. Dapat bekerja sama dengan masyarakat;

d. Mengetahui dan memastikan situasi dan kondisi nyata di wilayah tanggung jawabnya.

14. Target kegiatan kunjungan:

a) Rumah kediaman warga masyarakat, dihitung per Kepala Keluarga (KK);

b) Tempat usaha (Perusahaan/Pabrik, toko dan tempat usaha lainnya) dihitung per tempat usaha;

c) Kantor pemerintahan (Kantor Pemda, Kantor Kecamatan/UPTD, Kantor Kelurahan/Desa, dll) dan fasilitas umum (sekolah, kantor pos, bank, kantor pemadam kebakaran dll);

d) Fasilitas keagamaan (Masjid, Gereja, Pura, Vihara, Kelenteng dan tempat-tempat ibadah lainnya).

b. Tujuan

1) Membangun hubungan baik dengan masyarakat;

2) Mendapatkan kepercayaan dari masyarakat;

3) Dapat bekerja sama dengan masyarakat;

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

119

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

4) Mengetahui dan memastikan situasi dan kondisi nyata di wilayah tanggung jawabnya.

c. Target

1) Rumah kediaman warga masyarakat, dihitung per Kepala Keluarga (KK);

2) Tempat usaha (Perusahaan/Pabrik, toko dan tempat usaha lainnya) dihitung per tempat usaha;

3) Kantor pemerintahan (Kantor Pemda, Kantor Kecamatan/ UPTD, Kantor Kelurahan/Desa, dll) dan fasilitas umum (sekolah, kantor pos, bank, kantor pemadam kebakaran dll);

4) Fasilitas keagamaan (Masjid, Gereja, Pura, Vihara, Kelenteng dan tempat - tempat ibadah lainnya).

15. Pelaksanaan kegiatan kunjungan meliputi:

a. Rencana pelaksanaan;

b. Persiapan sebelum melaksanakan kegiatan kunjungan;

c. Waktu (jam) pelaksanaan kegiatan kunjungan.

16. Poin penting saat pelaksanaan kegiatan kunjungan serta poin informasi dan pengarahan adalah sebagai berikut:

a. Sopan dan hormat;

b. Memperkenalkan diri;

c. Mempergunakan bahasa yang mudah dipahami;

d. Memperhatikan situasi dan kenyamanan warga yang dihadapi;

e. Memperhatikan isi pembicaraan;

f. Memperhatikan pola komunikasi dengan latar belakang warga yang dikunjungi;

g. Memastikan perubahan susunan keluarga;

h. Memastikan ada tidaknya perubahan susunan keluarga inti, orang yang tinggal di rumah itu, anak kos dan lain-lain (kelahiran, pindah masuk / keluar, kematian dll);

i. Menyampaikan informasi penting;

j. Memanfaatkan materi sosialisasi yang ada (brosur/ himbauan

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

120

PENDIDIK FT. BINMAS

HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

Kamtibmas).

17. Problem solving atau pemecahan masalah adalah sebuah pendekatan analitis untuk menangani kejahatan. Dibutuhkan waktu yang lama bagi instruktur atau tenaga pendidik untuk mengajarkan topik ini, tanpa melihat apakah pesertanya berasal dari anggota polisi atau masyarakat, sehingga peserta sanggup melakukan pendekatan analitis untuk menangani kejahatan.

18. Kriteria Masalah

Suatu kejadian baru dapat dianggap sebagai masalah jika memenuhi dua kriteria berikut:

a. Kejadiannya terjadi berulang-ulang atau saling berkaitan;

b. Polisi maupun masyarakat prihatin terhadap permasalahan tersebut.

19. Unsur-unsur penting dalam pemecahan masalah:

a. Masalah adalah unsur dasar dalam pekerjaan polisi;

b. Masalah berdampak pada masyarakat, tidak hanya pada polisi;

c. Pemecahan masalah mengharuskan polisi menanganinya secara menyeluruh bukan hanya penanganan yang cepat;

d. Masalah harus dideskripsikan secara akurat;

e. Dibutuhkan investigasi yang sistematis sebelum membuat solusi;

f. Pertimbangkan semua kemungkinan munculnya respon atau tanggapan;

g. Selesaikan masalah secara proaktif;

h. Polisi harus diberi wewenang untuk melakukan diskresi dalam proses pemecahan masalah yang diterapkannya;

i. Menilai hasil-hasil respon yang baru dilaksanakan dan tidak hanya sekedar mengevaluasi aktivitas responnya.

Latihan

1. Jelaskan pengertian Polmas!

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

121

PENDIDIK FT. BINMAS HPP-LAT PENDIDIK FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN

2. Jelaskan tujuan Polmas!

3. Jelaskan prinsip Polmas!

4. Jelaskan falsafah Polmas!

5. Jelaskan strategi dan sasaran Polmas!

6. Jelaskan pengertian Bhabinkamtibmas!

7. Jelaskan tugas pokok Bhabinkamtibmas!

8. Jelaskan fungsi Bhabinkamtibmas!

9. Jelaskan wewenang Bhabinkamtibmas!

10. Jelaskan keterampilan Bhabinkamtibmas!

11. Jelaskan kedudukan, kewenangan, perlengkapan dan administrasi Bhabinkamtibmas!

12. Jelaskan sasaran deteksi dini!

13. Jelaskan metode pelaksanaan deteksi dini!

14. Jelaskan sumber bahan keterangan!

15. Jelaskan pengertian kunjungan!

16. Jelaskan tujuan kunjungan!

17. Jelaskan target kunjungan!

18. Jelaskan pelaksanaan kegiatan kunjungan!

19. Jelaskan hal yang perlu diperhatikan mengenai kegiatan kunjungan!

20. Jelaskan cara pengisian blangko kunjungan!