86
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 1 Modul Etika Jurnalistik & Profesionalisme Internews Timor Leste Jl. Marconi – Fatuhada, Dili Phone: (67) 0390 324 475 Firmansyah Training Manager April 2004

Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bahan bacaan broadcaster semoga manfaat

Citation preview

Page 1: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 1

Modul Etika Jurnalistik & Profesionalisme

Internews Timor LesteJl. Marconi – Fatuhada, DiliPhone: (67) 0390 324 475

Firmansyah Training Manager

April 2004

Page 2: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 2

Persoalan Etika: Menjadi Jurnalis Profesional

Media di Mata Publik Kode Etik & Perilaku Profesional

Nilai, Standar & Prinsip Untuk Apa Jurnalisme Itu?

Sembilan Elemen Jurnalisme

Page 3: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 3

UU Pers no. 40/1999

Pers adalah lembaga sosial & wahana komunikasi massa yg melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data & grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yg tersedia. (Pasal 1 ayat 1)

Page 4: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 4

UU Pers no. 40/1999

Kemerdekaan pers adalah salah satu wujudkedaulatan rakyat yang berasaskan prinsipprinsip demokrasi, keadilan, dan supremasihukum. (Pasal 2)

Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasiwarga negara. (Pasal 4 ayat 1)

Page 5: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 5

UU Pers no. 40/1999

Terhadap pers nasional tidak dikenakanpenyensoran, pembredelan/pelarangan

penyiaran. (Pasal 4 ayat 2)

Untuk menjamin kemerdekaan pers, persnasional mempunyai hak mencari,

memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan & informasi. (Pasal 4 ayat 3)

Page 6: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 6

UU Penyiaran no. 32/2002

Penyiaran radio: media komunikasi massadengar, yang menyalurkan gagasan dan informasi

dalam bentuk suara secara umum & terbuka,berupa program yg teratur & berkesinambungan.

(Pasal 1 ayat 3)

Spektrum frekuensi radio: gelombangelektromagnetik yg digunakan utk penyiaran &merambat di udara serta ruang angkasa tanpa

sarana penghantar buatan, merupakan ranah publik& sumber daya alam terbatas. (Pasal 1 ayat 8)

Page 7: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 7

UU Penyiaran no. 32/2002

Lembaga penyiaran: penyelenggara penyiaran (lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas maupun

lembaga penyiaran berlangganan) yg dalammelaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung

jawabnya berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(Pasal 1 ayat 9)

Page 8: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 8

UU Penyiaran no. 32/2002

Wartawan penyiaran dalam melaksanakan kegiatan jurnalistik media elektronik tunduk

kepada Kode Etik Jurnalistik & peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(Pasal 42)

Page 9: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 9

Media di Mata Publik(Apa kata publik tentang media

pada umumnya?)

Tdk sensitif, arogan & pada umumnya berperilaku buruk

Tdk akurat, tidak lengkap & umumnya tidak profesional

Page 10: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 10

Media di Mata Publik(Apa kata publik tentang media pd umumnya?)

Berbeda pandangan soal NILAI BERITA & “pengertian berita”

Berbeda pandangan soal manfaat berita bagi konsumennya/publik

Prof. Charles Self, Texas A&M University (1985)

Page 11: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 11

Kode Etik & Perilaku Profesional

“Jurnalis elektronik profesional harus bertugas sebagai wakil dari publik, mengusahakan

kebenaran, melaporkan dengan jujur & independen serta bertanggung-jawab atas kerja mereka”

Radio-TV News Director Association Adopted on Sept 14,

2000

Page 12: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 12

Nilai, Standar & Prinsip

1. Ketidakberpihakan2. Akurat3. Keadilan4. Berikan gambaran utuh & apa adanya

terhadap orang atau budaya

(Producers’ Guidelines The BBC’s values & standards)

Page 13: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 13

Nilai, Standar & Prinsip

5. Editorial yg jujur & independen6. Menghormati hak-hak pribadi7. Menghormati standar rasa & kesopanan (adat-

istiadat, dll)

Page 14: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 14

Nilai, Standar & Prinsip

8. Menghindari tiruan antisosial & perilaku kriminal (terutama dlm liputan peristiwa kriminal)

9. Melindungi keselamatan anak-anak

Page 15: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 15

Utk Apa jurnalisme Itu?

Tujuan utama dari jurnalisme adalah menyediakan masyarakat informasi yang tidak

berpihak & bebas mereka tentukan sendiri

The Elements of Journalism: Bill Kovach & Tom Rosenstiel

Page 16: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 16

9 Elemen Jurnalisme

1. Tugas pertama jurnalisme adalah menyampaikan KEBENARAN (fungsional)

2. Loyalitas kepada Masyarakat

3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI

The elements of Journalism: Bill Kovach & Tom Rosenstiel

Page 17: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 17

9 Elemen Jurnalisme

4. Independensi

5. Memantau Kekuasaan & Menyambung Lidah Mereka yang Tertindas

6. Jurnalisme sebagai forum publik

The elements of Journalism: Bill Kovach & Tom Rosenstiel

Page 18: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 18

9 Elemen Jurnalisme

7. Jurnalisme Harus MEMIKAT Sekaligus RELEVAN

8. Kewajiban Wartawan Menjadikan Beritanya PROPORSIONAL & KOMPREHENSIF

9. Setiap Wartawan Harus Mendengarkan Hati Nuraninya Sendiri

The elements of Journalism: Bill Kovach & Tom Rosenstiel

Page 19: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 19

1. Tugas pertama jurnalisme adalah menyampaikan KEBENARAN (fungsional)

Namun, menurut Kovach & Rosenstielsendiri, ini sebuah ironi, yang justru paling

membingungkan!

Page 20: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 20

Kebenaran yang mana? Bukankah kebenaran bisa dipandang dr kacamat berbeda2? Tiap-tiap

agama, ideologi ataukah filsafat punya dasar pemikiran yg belum tentu sama. Sejarah pun sering bisa direvisi. Jadi, kebenaran menurut

siapa?

1. Tugas pertama jurnalisme adalah menyampaikan KEBENARAN

Page 21: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 21

Mnrt Kovach & Rosenstiel masyarakat butuh prosedur & proses utk mendapatkan apa yang

disebut kebenaran fungsional (k.f). Polisi melacak & menangkap tersangka berdasarkan ini. Hakim menjalankan peradilan juga berdasarkan k.f.

1. Tugas pertama jurnalisme adalah menyampaikan KEBENARAN

Page 22: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 22

Kebenaran fungsional senantiasa bs direvisi. Seorg terdakwa bs dibebaskan krn tdk terbukti

salah. Hakim bs keliru. Pelajaran sejarah bs salah. Bahkan hukum2 alampun bs salah!

1. Tugas pertama jurnalisme adalah menyampaikan KEBENARAN

Page 23: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 23

Ini pula yg dilakukan jurnalisme. Bukankebenaran dlm tataran filosofis, tapi dlm tataran

fungsional. Kebenaran yg diberitakan mediadibentuk lapisan demi lapisan.

1. Tugas pertama jurnalisme adalah menyampaikan KEBENARAN

Page 24: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 24

Kovach & Rosenstiel mengambil contoh tabrakanlalu lintas. Hari pertama seorang wartawan

memberitakan kecelakaan itu. Di mana, jam berapa, jenis kendaraannya apa, nomor

polisi berapa, korbannya bagaimana.

1. Tugas pertama jurnalisme adalah menyampaikan KEBENARAN

Page 25: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 25

Hari kedua berita itu mungkin ditanggapi oleh pihak lain. Mungkin polisi, mungkin keluarga

korban. Mungkin ada koreksi. Kemudian, koreksi bisa diberitakan pd hari ketiga/segera mungkin. Ini juga bertambah ketika ada surat pendengar, atau opini lewat telepon, dst. Dari kebenaran sehari-

hari ini terbentuklah bangunan kebenaran yg lebih lengkap.

1. Tugas pertama jurnalisme adalah menyampaikan KEBENARAN

Page 26: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 26

Hari kedua berita itu mungkin ditanggapi oleh pihak lain. Mungkin polisi, mungkin keluarga

korban. Mungkin ada koreksi. Kemudian, koreksi bisa diberitakan pada hari

ketiga/segera mungkin. Ini juga bertambah ketika ada surat pendengar, atau opini lewat telepon, dst. Dari kebenaran sehari-hari ini

terbentuklah bangunan kebenaran yang lebih lengkap.

1. Tugas pertama jurnalisme adalah menyampaikan KEBENARAN

Page 27: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 27

Mengetahui mana yg benar &mana yangsalah saja tak cukup. Kovach dan Rosenstiel

menerangkan elemen kedua dengan bertanya,“Kepada siapa wartawan harus menempatkan

loyalitasnya? Pada perusahaannya? Padapembacanya? Atau pada masyarakat?”

2. Loyalitas kepada Masyarakat

Page 28: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 28

Mengetahui mana yg benar & mana ygsalah saja tak cukup. Kovach dan Rosenstiel

menerangkan elemen kedua dengan bertanya,“Kepada siapa wartawan harus menempatkan

loyalitasnya? Pada perusahaannya? Padapembacanya? Atau pada masyarakat?” Ingatlah:

wartawan punya tanggungjawab sosial!

2. Loyalitas kepada Masyarakat

Page 29: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 29

  Kovach & Rosenstiel khawatir banyaknya wartawan yang mengurusi bisnis bisa

mengaburkan misi media dlm melayani kepentingan masyarakat. Bisnis media beda dg

bisnis kebanyakan. Dalam bisnis media ada sebuah segitiga. Sisi pertama adalah pembaca,

pemirsa, atau pendengar. Sisi kedua adalah pemasang iklan. Sisi ketiga adalah masyarakat

(citizens).

2. Loyalitas kepada Masyarakat

Page 30: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 30

Segitiga Bisnis Media

Masyarakat

Pendengar Pengiklan

2. Loyalitas kepada Masyarakat

Page 31: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 31

Kovach & Rosenstiel berkata: Pengecekan ulang dengan teliti adalah ESENSI dari jurnalisme!

Disiplin mampu membuat wartawan menyaring desas-desus, gosip, ingatan

yang keliru, manipulasi, untuk mendapatkaninformasi yang akurat. Disiplin verifikasi inilahyang membedakan jurnalisme dengan hiburan,

propaganda, fiksi atau seni. 

3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI

Page 32: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 32

Kovach & Rosenstiel berpendapat, “saudara sepupu” hiburan yang disebut infotainment

(dari kata information & entertainment) harus dimengerti wartawan agar tahu mana

batas-batasnya.

3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI

Page 33: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 33

Infotainment hanya terfokus pada apa-apayang menarik perhatian pemirsa/ -

pendengar. Jurnalisme meliputkepentingan masyarakat yang bisa

menghibur tapi juga bisa tidak.

3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI

Page 34: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 34

Bagaimana dg beragamnya standar jurnalisme? Tidakkah disiplin tiap wartawan

dalam melakukan verifikasi bersifat personal? Menurut Kovach & Ronsenstiel,

memang tak setiap wartawan punya pemahaman yang sama.

3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI

Page 35: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 35

Tidak setiap wartawan tahu standar minimal verifikasi. Susahnya, karena tak dikomunikasikan dengan baik, ini sering

menimbulkan ketidaktahuan pada banyak orang karena disiplin dalam

jurnalisme ini sering terkait dengan apa yg biasa disebut sebagai objektifitas.

3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI

Page 36: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 36

Orang sering bertanya apa objektifitas dalam jurnalisme itu? Apakah wartawan

bisa objektif? Bagaimana dengan wartawan yang punya latar belakang

pendidikan, sosial, ekonomi, kewarganegaraan, etnik, agama &

pengalaman pribadi yang nilai-nilainya berbeda dengan nilai dari peristiwa yang

diliputnya?

3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI

Page 37: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 37

Kovach dan Rosenstiel menjelaskan, pada abad XIX tak mengenal konsep objektifitas itu.

Wartawan zaman itu lebih sering memakai apa yang disebut sebagai realisme. Mereka

percaya bila seorang reporter menggali fakta-fakta dan menyajikannya begitu saja maka

kebenaran bakal muncul dengan sendirinya.

3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI

Page 38: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 38

Ide tentang realisme ini muncul bersamaan dengan terciptanya struktur karangan yang disebut sebagai piramida terbalik di mana fakta yang paling penting diletakkan pada awal laporan, demikian seterusnya, hingga

yang paling kurang penting. Mereka berpendapat struktur itu membuat

pendengar memahami berita secara alamiah.

3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI

Page 39: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 39

Walter Lippmann (wartawan terkemuka New York Times) menekankan, jurnalisme tak cukup hanya

dilaporkan oleh “saksi Mata yang tak terlatih.” Niat baik atau usaha yang jujur juga tak cukup.

Lippmann mengatakan inovasi baru pada zaman itu, misalnya bylines atau kolumnis, juga tidak

cukup.

3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI

Page 40: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 40

Bylines diciptakan agar nama setiap reporter diketahui publik yang bakal mendorong si

reporter bekerja lebih baik karena namanya terpampang jelas. Kolumnis/ulasan adalah

wartawan atau penulis senior yang tugasnya menerangkan suatu peristiwa dengan konteks

yang lebih luas yang mungkin tak bisa dilaporkan reporter yang sibuk bekerja di lapangan.

3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI

Page 41: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 41

Solusinya, menurut Lippmann, wartawan harus menguasai semangat ilmu

pengetahuan (ANALISIS), “Ada satu hal yang bisa disatukan dalam kehidupan yang

berbeda-beda ini. Itu adalah keseragaman dalam mengembangkan metode, ketimbang sebagai tujuan; seragamnya metode yang

ditarik dari pengalaman di lapangan).”

3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI

Page 42: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 42

Baginya, metode jurnalisme bisa objektif. Namun, objektifitas bukanlah tujuan. Objektifitas

adalah disiplin dalam melakukan verifikasi.

3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI

Page 43: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 43

Kovach & Rosenstiel menawarkan 5 konsep dalam verifikasi: 

- Jangan menambah atau mengarang apa pun; - Jangan menipu atau menyesatkan pembaca, pemirsa, maupun pendengar; - Bersikaplah setransparan & sejujur mungkin ttg metode & motivasi Anda dlm reportase; - Bersandarlah pd reportase Anda sendiri; - Bersikaplah rendah hati.

3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI

Page 44: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 44

Kovach dan Rosenstiel juga menawarkan metode yang kongkrit dalam melakukan verifikasi:

Pertama, penyuntingan secara skeptis. Penyuntingan harus dilakukan baris demi baris,

kalimat demi kalimat, dengan sikap skeptis. Banyak pertanyaan, banyak gugatan.

3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI

Page 45: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 45

Kedua, memeriksa akurasi. David Yarnold dari San Jose Mercury News mengembangkan satu daftar pertanyaan yang disebutnya “accuracy

checklist.”

- Apakah lead berita sudah didukung dengan data-data penunjang yang cukup?

- Apakah sudah dicek ulang: semua nomor telepon & alamat yg ada dalam laporan tsb?

Bagaimana dengan penulisan/cara pengucapan nama & jabatan?

3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI

Page 46: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 46

- Apakah materi background guna memahami laporan Anda sudah lengkap?

- Apakah semua pihak yang ada dalam laporan sudah diungkapkan dan apakah semua pihak sudah diberi hak untuk bicara?

- Apakah laporan itu berpihak atau membuat penghakiman yang mungkin halus terhadap salah satu pihak? Siapa orang yang kira-kira tak suka dengan laporan Anda lebih dari batas yg wajar?

3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI

Page 47: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 47

- Apa ada yang kurang?

- Apakah semua kutipan akurat dan diberi keterangan dari sumber yang memang mengatakannya? Apakah kutipan-kutipan (insert/actuality) itu mencerminkan pendapat dari yang bersangkutan?

3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI

Page 48: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 48

Ketiga, jangan berasumsi. Jangan percaya pada sumber-sumber resmi begitu saja.

Wartawan harus mendekat pada sumber-sumber primer sedekat mungkin.

David Protess dari Northwestern University memiliki satu metode untuk ini.

3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI

Page 49: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 49

David Protess memakai tiga lingkaran yang konsentris. Lingkaran paling luar berisi data-data sekunder terutama kliping media lain. Lingkaran

yang lebih kecil adalah dokumen-dokumen misalnya laporan pengadilan, laporan polisi, laporan keuangan, dsb. Lingkaran terdalam

adalah saksi mata.

3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI

Page 50: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 50

Data sekunder

Dokumen

Saksi mata

Metode 3 Lingkaran

David Protess

Page 51: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 51

Metode keempat, pengecekan fakta ala Tom French yang disebut Tom French’s Colored Pencil. Metode ini sederhana.

French, seorang spesialis narasi panjang nonfiksi dari suratkabar St. Petersburg Times, Florida, AS memakai pensil berwarna untuk mengecek fakta-fakta dalam karangannya, baris per baris, kalimat per kalimat.

3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI

Page 52: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 52

“Seorang wartawan adalah mahluk asosial. Asosial bukan berarti antisosial.” (Namun ini sangat dilematis!)

Kovach dan Rosenstiel berpendapat, wartawan boleh mengemukakan pendapatnya dalam kolom opini (tidak dalam berita). Mereka tetap dibilang wartawan walau menunjukkan sikapnya dengan jelas.

4. Independensi

Page 53: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 53

Kalau begitu wartawan boleh tak netral? Menjadi netral bukanlah prinsip dasar jurnalisme. Impartialitas juga bukan yang dimaksud dengan objektifitas.

Prinsipnya, wartawan harus bersikap independen terhadap orang-orang yang mereka liput.

4. Independensi

Page 54: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 54

Semangat & pikiran untuk bersikap independen ini lebih penting ketimbang NETRALITAS. Namun wartawan yang

beropini juga tetap harus menjaga akurasi dari data-datanya. Menulis opini ibaratnya, menurut Maggie Galagher dari Universal Press Syndicate, “bicara dengan seseorang

yang tak setuju dengan saya.”

Mereka harus tetap melakukan verifikasi, mengabdi pada kepentingan masyarakat, dan memenuhi berbagai

ketentuan lain yang harus ditaati seorang wartawan (kode etik).

4. Independensi

Page 55: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 55

Kesetiaan pada kebenaran inilah yang membedakan wartawan dengan juru penerangan

atau propaganda.

Kebebasan berpendapat ada pada setiap orang. Tiap orang boleh bicara apa saja walau isinya

propaganda atau menyebarkan kebencian. Tapi jurnalisme bukan hal yang sama.

4. Independensi

Page 56: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 56

Independensi harus dijunjung tinggi di atas identitas lain seorang wartawan. Ada wartawan yang

beragama Kristen, Islam, berkulit putih, keturunan Asia, keturunan Afrika, laki-laki, perempuan, dsb.

Semua itu harus dinomorduakan! Pertama wartawan dulu, baru sebagai orang Kristen/Islam, dll. Jangan

jadikan identitasmu sebagai alasan untuk mendikte-mu.

4. Independensi

Page 57: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 57

Memantau kekuasaan bukan berarti melukai mereka yang hidupnya nyaman.

Memantau kekuasaan dilakukan dalam kerangka ikut menegakkan demokrasi.

5. Memantau Kekuasaan & Menyambung Lidah Mereka yang Tertindas

Page 58: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 58

Salah satu cara pemantauan ini adalah melakukan investigative reporting --sebuah jenis

reportase di mana si wartawan berhasil menunjukkan siapa yang salah, siapa yang

melakukan pelanggaran hukum, yang seharusnya jadi terdakwa, dalam suatu

kejahatan publik yang sebelumnya dirahasiakan.

5. Memantau Kekuasaan & Menyambung Lidah Mereka yang Tertindas

Page 59: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 59

Namun investigasi sering dijadikan barang dagangan (terjadi di AS & juga di Indonesia).

Investigasi tidak sama dengan RUMOR.

Kovach & Rosenstiel menceritakan bagaimana radio-radio di sana menyiarkan rumor dan dengan

seenaknya mengatakan mereka melakukan investigasi. Susahnya, para pendengar, pemirsa, dan pembaca juga tak tahu apa investigasi itu.

5. Memantau Kekuasaan & Menyambung Lidah Mereka yang Tertindas

Page 60: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 60

Banyak media lebih suka memperdagangkan label-nya saja tetapi tak benar-benar masuk ke dalam

investigasi. 

Bob Woodward dari The Washington Post, salah seorang wartawan yang investigasinya ikut mendorong mundurnya Presiden Richard Nixon (skandal Watergate

pada 1970-an), mengatakan: salah satu syarat investigasi adalah “pikiran yang terbuka.”

5. Memantau Kekuasaan & Menyambung Lidah Mereka yang Tertindas

Page 61: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 61

Manusia itu punya rasa ingin tahu yang alamiah. Bila media melaporkan, katakanlah dari jadwal-

jadwal acara budaya hingga kejahatan publik atau timbulnya suatu tren sosial, ini pasti akan menggelitik rasa ingin tahu pendengar.

Ketika mereka bereaksi terhadap laporan-laporan itu maka masyarakat pun dipenuhi dengan

komentar –mungkin lewat program telepon di radio/talk show, surat pendengar, dsb.

6. Jurnalisme Sebagai Forum Publik

Page 62: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 62

Pada gilirannya, komentar-komentar dalam program interaktif didengar oleh para politisi & birokrat yang

menjalankan roda pemerintahan. Memang tugas merekalah untuk menangkap aspirasi masyarakat.

Dengan demikian, fungsi jurnalisme sebagai forum publik sangatlah penting karena, seperti pada zaman

Yunani kuno, lewat forum inilah demokrasi ditegakkan.

6. Jurnalisme Sebagai Forum Publik

Page 63: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 63

Kovach dan Rosenstiel berpendapat jurnalisme yang mengakomodasi debat publik harus dibedakan dengan

“jurnalisme semu,” yang mengadakan debat secara artifisial dengan tujuan menghibur atau melakukan

provokasi. 

Munculnya jurnalisme semu itu terjadi karena debatnya tak dibuat berdasarkan fakta-fakta secara memadai. “Talk

is cheap,” kata Kovach dan Rosenstiel.

6. Jurnalisme Sebagai Forum Publik

Page 64: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 64

Memikat sekaligus relevan. Ironisnya, dua faktor ini justru sering dianggap dua hal yang

bertolakbelakang.

Laporan yang memikat dianggap laporan yang lucu, sensasional, menghibur, dan penuh selebritis. Tapi

laporan yang relevan dianggap kering, penuh dengan

angka-angka, dan membosankan.

7. Jurnalisme Harus Memikat Sekaligus Relevan

Page 65: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 65

Padahal bukti-bukti cukup banyak, bahwa masyarakat mau keduanya. Orang menonton Cek

& Ricek tapi juga suka menyaksikan Seputar Indonesia, dst.

Majalah The New Yorker terkenal bukan saja karena kartun-kartunnya yang lucu, tapi juga

laporan-laporannya yang panjang & serius. Inilah yang disebut dengan jurnalisme yang bermutu.

7. Jurnalisme Harus Memikat Sekaligus Relevan

Page 66: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 66

Apa itu berita yang proporsional?

Kovach & Rosenstiel mengatakan banyak suratkabar yang menyajikan berita yang tak

proporsional. Judul-judulnya sensional. Penekanannya pada aspek yang emosional.

8. Kewajiban Wartawan Menjadikan Beritanya PROPORSIONAL & KOMPREHENSIF

Page 67: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 67

Apa itu berita yang sensasional?

Kovach & Rosenstiel mengambil contoh menarik. Pers sensasional diibaratkan seseorang yang ingin meraih perhatian orang dengan pergi ke tempat umum lalu melepas pakaiannya. Orang pasti suka &

melihatnya.

Pertanyaannya adalah bagaimana orang telanjang itu menjaga kesetiaan orang yang sedang melihatnya?

8. Kewajiban Wartawan Menjadikan Beritanya PROPORSIONAL & KOMPREHENSIF

Page 68: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 68

Ini berbeda dengan pemain gitar di pusat keramaian. Dia datang ke tempat umum, memainkan gitar, ada sedikit orang yang

memperhatikan.

Namun seiring dengan kualitas permainan gitarnya, makin hari makin banyak orang yang

datang untuk mendengarkan. Pemain gitar inilah contoh pers yang proporsional.

8. Kewajiban Wartawan Menjadikan Beritanya PROPORSIONAL & KOMPREHENSIF

Page 69: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 69

Masyarakat bisa tahu kalau si wartawan mencoba proporsional atau tidak. Sebaliknya masyarakat

juga tahu kalau si wartawan cuma mau bertelanjang bulat.

SETIAP wartawan harus mendengarkan hati nuraninya sendiri. Dari ruang redaksi hingga ruang direksi,

semua wartawan seyogyanya punya pertimbangan pribadi tentang etika dan tanggungjawab sosial.

8. Kewajiban Wartawan Menjadikan Beritanya PROPORSIONAL & KOMPREHENSIF

Page 70: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 70

“Setiap individu reporter harus menetapkan kode etiknya sendiri, standarnya sendiri dan berdasarkan model itulah dia membangun karirnya,” kata wartawan televisi Bill Kurtis dari

A&E Network.

Menjalankan prinsip itu tak mudah karena diperlukan suasana kerja yg nyaman, bebas, dimana setiap orang

dirangsang utk bersuara. “Bos, saya kira keputusan Anda keliru!” atau “Pak, ini kok kesannya rasialis” adalah 2 contoh

kalimat yg seharusnya bisa muncul di redaksi.

9. Setiap Wartawan Harus Mendengarkan Hati Nuraninya Sendiri

Page 71: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 71

Membolehkan tiap individu wartawan menyuarakan hati nurani pada dasarnya membuat urusan

manajemen jadi lebih kompleks. Tapi tugas setiap redaktur untuk memahami persoalan ini.

Mereka memang mengambil keputusan final tapi mereka harus senantiasa membuka diri agar tiap

orang yang hendak memberi kritik atau komentar bisa datang langsung pada mereka.

9. Setiap Wartawan Harus Mendengarkan Hati Nuraninya Sendiri

Page 72: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 72

Esensi dari jurnalisme adalah disiplin dalam melakukan verifikasi. Ini membuat wartawan bisa

menyaring desas-desus, gosip, atau manipulasi, guna mendapatkan informasi yang akurat. Disiplin

verifikasi membedakan jurnalisme dengan hiburan, propaganda, fiksi atau seni.

Dua Elemen Penting Jurnalisme

Page 73: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 73

Jurnalisme harus memantau kekuasaan & menyambung lidah mereka yang tertindas. Bukan berarti melukai mereka yang hidupnya nyaman tapi ikut menegakkan demokrasi.

Dua Elemen Penting Jurnalisme

Page 74: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 74

1. Menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar

2. Menempuh cara yang etis utk memperoleh & menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber informasi

Kode Etik Wartawan Indonesia

Wartawan Indonesia:

Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan (UU Pers no. 40/1999 pasal

1 ayat 14)

Page 75: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 75

3. Menghormati asas praduga tak bersalah, tidak mencampur-adukkan antara fakta & opini, berimbang & selalu meneliti kebenaran informasi serta tidak melakukan plagiat

4. Tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis, cabul serta tidak menyebutkan identitas korban kejahatan susila

Kode Etik Wartawan Indonesia

Wartawan Indonesia:

Page 76: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 76

5. Tidak menerima suap & tidak menyalahgunakan profesi

6. Memiliki hak tolak*, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang & off the records sesuai kesepakatan

*Hak Tolak adalah hak wartawan karena profesinya,untuk menolak mengungkapkan nama dan atauidentitas lainnya dari sumber berita yang harus

dirahasiakannya. (UU Pers 40/1999 pasal 1 ayat 10)

Kode Etik Wartawan Indonesia

Wartawan Indonesia:

Page 77: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 77

*Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan mempunyai Hak Tolak. (UU Pers 40/1999 pasal 4 ayat 4)

*Embargo: Menunda pemberitaan karena kesepakatan kita

dg nara sumber (sampai masa ia memperbolehkannya).

7. Segera mencabut & meralat kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani Hak Jawab

*Hak Jawab adalah seseorang/sekelompok org utkmemberikan tanggapan/sanggahan thd pemberitaan yg

merugikan nama baiknya. (UU Pers 40/1999 pasal 1 ayat 11)

Kode Etik Wartawan Indonesia

Wartawan Indonesia:

Page 78: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 78

Proses kebebasan dari pengekangan, yang sangat esensial untuk memungkinkan para

jurnalis, redaksi & penerbit/lembaga penyiaran untuk memajukan kepentingan masyarakat melalui penerbitan, penyiaran atau sirkulasi

fakta-fakta & opini yang tanpanya suatu kelompok pemilih yang demokratis tidak akan

dapat membuat pertimbangan yang bertanggung jawab.

(International Federation of Journalists)

Kebebasan untuk Media

Page 79: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 79

Serikat-serikat IFJ menolak usaha-usaha untuk memanipulasi media baik melalui cara kasar

penyensoran resmi atau dengan mekanisme apapun dimana para jurnalis diberitahu apa yang harus

ditulis/disiarkan dalam suratkabarnya/gelombang siaran.

Manipulasi dapat terjadi dalam pelbagai bentuk: apakah melalui tangan besi dari suatu departemen penerangan

sampai kepada tekanan yang lebih halus dari pihak periklanan dan kepentingan komersial.

Kebebasan untuk Media

Page 80: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 80

Ancaman yang paling serius terhadap kebebasan pers seringkali bukan dalam bentuk pengontrolan langsung,

tapi melalui terciptanya suasana dimana terjadi penyensoran diri oleh para jurnalis dan redaktur sendiri.

IFJ yakin akan perlunya pemberdayaan para jurnalis agar dapat memperjuangkan kebebasan pers. IFJ sepenuhnya mendukung definisi kebebasan & pluralitas dalam media

yg tertuang pada Deklarasi Windhoek th. 1991

Kebebasan untuk Media

Page 81: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 81

“Dengan mengatakan pers independen, kami maksudkan pers yang bebas dari

kontrol pemerintah, kepentingan-kepentingan politik atau ekonomi, atau

dari pengontrolan bahan-bahan dan infrastruktur yang penting bagi produksi dan distribusi suratkabar, majalah dan

terbitan periodik.”

Deklarasi Windhoek (1991) UNESCO

Page 82: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 82

“Dengan mengatakan pers pluralistik, kami maksudkan dihentikannya monopoli dalam bentuk apapun juga, dan kehadiran sebanyak mungkin suratkabar, majalah dan terbitan periodik yang mencerminkan jangkauan opini yang terdapat di masyarakat seluas-luasnya.”

Deklarasi Windhoek (1991) UNESCO

Page 83: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 83

Page 84: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 84

Daftar Pustaka

1. Primadi, Riza, Persoalan Etika dalam Program kampanye & Iklan Politik di Radio, sebuah Makalah pada Seminar UNESCO, Jakarta, 2003

2. Kovach, Bill & Rosenstiel, Tom, The Elements of Journalism, 2001

3. Kovach, Bill, Journalism and Patriotism , Commentary, 2003

4. Harsono, Andreas, Resensi Buku ‘Sembilan Elemen

Jurnalisme’, Pantau, Jakarta, 2001.

5. International Federation of Journalists, Election Reporting Handbook, IFJ, 1999.

Page 85: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 85

6. Center for Civic Education, Press Gallery, Islamabad, Pakistan.

7. International Federation of Journalists, Keselamatan Jurnalis di Daerah Konflik, AJI, Jakarta.

8. Jonathans, Errol, Kekuatan Radio Lokal Membangun Demokrasi di Indonesia, sebuah Makalah pada Seminar UNESCO, Jakarta, 2003.

9. Firmansyah, dkk, Radio & Pemilu 2004, FNS, CETRO dan JRPP, Jakarta, 2004

Daftar Pustaka

Page 86: Modul Training Jurnalistik (Tentang Etika & Profesionalisme

21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 86