20
REFERAT PENYAKIT TROFOBLAS GESTASIONAL Disusun Oleh : Anggi Purnamasari 0961050019 Dosen Pembimbing : dr. VB. Haryanto Kasy, SpOG KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI & GINEKOLOGI PERIODE 01 APRIL 2014 – 10 MEI 2014 FAKULTAS KEDOKTERAN 1

Mola

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Mola

REFERAT

PENYAKIT TROFOBLAS GESTASIONAL

Disusun Oleh :

Anggi Purnamasari

0961050019

Dosen Pembimbing :

dr. VB. Haryanto Kasy, SpOG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI & GINEKOLOGI

PERIODE 01 APRIL 2014 – 10 MEI 2014

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA

1

Page 2: Mola

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan pada Tuhan yang Maha Esa karena

atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Penyakit Trofoblast Gestasional”.

Referat ini dibuat guna memenuhi salah satu syarat tugas kepaniteraan

klinik dibagian Obsgyn di Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong dan juga

diharapkan dapat membantu pembaca untuk memperdalam pemahaman mengenai

Mola Hidatidosa.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan referat ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis menerima

semua saran dan kritik yang membangun guna penyempurnaan tugas referat ini

serta menambah pengetahuan penulis dalam ruang lingkup Obsgyn, khususnya

yang berhubungan dengan referat ini.

Ucapan terima kasih kepada seluruh pembimbing atas ilmu dan

bimbingannya selama ini, khususnya kepada dr. VB. Haryanto Kasy, SpOG,

selaku pembimbing dalam penyusunan referat ini. Semoga referat ini bermanfaat

bagi para pembaca.

Jakarta, Mei 2014

Penulis

2

Page 3: Mola

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi ................................................................................................................................2

2.2 Epidemiologi .......................................................................................................................2

2.3 Etiologi ................................................................................................................................3

2.4 Patofisiologi ........................................................................................................................4

2.5 Klasifikasi............................................................................................................................5

2.6 Manifestasi Klinik ...............................................................................................................5

2.7 Diagnosis..............................................................................................................................6

2.8 Pemeriksaan ........................................................................................................................6

2.9 Penatalaksanaan ..................................................................................................................8

BAB III PENUTUP ................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................11

3

Page 4: Mola

BAB I

PENDAHULUAN

Molahidatidosa merupakan salah satu penyakit trofoblas gestasional

(PTG), yang meliputi berbagai penyakit yang bersal dari plasenta, yaitu mola

hidatidosa parsial dan komplit, koriokarsinoma, mola invasif, dan placental site

trophoblastic tumors. Molahidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblast.

Pada molahidatidosa kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna

melainkan berkembang menjadi keadaan patologik. Kehamilan mola secara

histologis ditandai dengan kelainan vili khorionik yang terdiri dari proliferasi

trofoblas dengan derajat bervariasi dan edema stroma vilus. Mola biasanya

terletak di rongga uterus, tetapi kadang kadang terletak di tuba fallopi dan bahkan

ovarium.1

Molahidatidosa merupakan penyakit yang terjadi pada wanita dalam masa

reproduksi, yakni antara umur 15 tahun sampai 45 tahun. Insidensinya lebih

banyak ditemukan di negara negara Asia, Afrika, dan Amerika latin jika

dibandingkan dengan insidensi pada negara negara barat Amerika Serikat ialah

terjadi 1 kejadian kehamilan mola dari 1.000-1.500 kehamilan. Mola hidatidosa

ditemukan kurang lebih 1 dari 600 kasus abortus medisinalis. Di Asia, insidensi

mola 15 kali lebih tinggi daripada di Amerika Serikat, dengan jepang yang

melaporkan bahwa terjadi 2 kejadian kehamilan mola dari 1.000 kehamilan. Di

negara-negara Timur jauh beberapa sumber memperkirakan insidensi mola lebih

tinggi lagi, yakni 1:120 kehamilan.1

4

Page 5: Mola

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Molahidatidosa adalah kumpulan proliferasi seluler yang berasal dari villi

trofoblas plasenta dimana seluruh vili korialisnya mengalami perubahan

hidrofobik. Molahidatidosa juga dihubungkan dengan edema vesikular dari vili

khorialis placenta dan biasanya tidak disertai fetus yang intak. Secara histologist,

ditemukan proliferasi trofoblast dengan berbagai tingkatan hiperplasia dan

displasia. Vili khorialis terisi cairan,membengkak, dan hanya terdapat sedikit

pembuluh darah.1

Molahidatidosa dapat dibagi menjadi dua kategori, antara lain mola

hidatidosa komplit dan mola hidatidosa parsial. Mola hidatidosa komplit tidak

bersi jaringan fetus, di mana 90% biasanya terdiri dari kariotipe 46,XX dan 10%

terdiri dari kariotipe 46,XY. Semua kromosomnya bersal dari sisi paternal. Ovum

yang tidak bernukleus akan mengalami fertilisasi oleh sperma haploid yang

kemudian berduplikasi sendiri, atau satu telur dibuahi oleh dua sperma. Pada mola

yang komplit, vili khoriales memiliki ciri seperti buah anggur dan terdapat

hiperplasia tropoblastik. Sedangkan, pada mola hidatidosa persial,terdapat

jaringan fetus. Eritrosit fetus dan pembuluh darah di vili khorialis masih sering

didapatkan. Vili khorialis terdiri dari berbagai ukuran dan bentuk dengan stroma

tropoblastik yang menonjol berkelok-kelok.3

2.2 EPIDEMIOLOGI

Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika dan Amerika Latin

jika dibandingkan dengan negara negara barat. Di negara-negara barat dilaporkan

1:200 atau 2000 kehamilan, sedangkan di negara negara berkembang sebesar

1:100 atau 600 kehamilan. Insiden si di Indonesia dilaporkan mencapai 1:85

kehamilan di RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta sebesar 1:31 persalinan dan

1:49 kehamilan.2

5

Page 6: Mola

Pada pasien dengan mola hidatidosa, 20% kasus berkembang menjadi

keganasan trophoblastik. Setelah mola sempurna berkembang, invasi uterus

terjadi pada 15% pasien dan metastatis terjadi 4% kasus. Tidak ada kasus

koriokarsinoma yang dilaporkan berasal dari mola parsial, walaupun pada 4%

pasien, mola parsial dapat berkembang menjadi penyakit trofoblastik gestasional

persisten nonmetastatik yang membutuhkan kemoterapi.

Insiden kehamilan mola beragam diantara kelompok-kelompok etnis dan

biasanya tertinggi pada negara negara Amerika Latin, Timur Tengah, dan Asia

Timur. Mola hidatidosa biasanya lebih sering dijumpai pada wanita usia

reproduksi, yakni usia 15 hingga 45 tahun, di mana wanita pada umur remaja

muda atau premenopausal yang paling beresiko. Wanita dengan umur 35 tahun

keatas memiliki peningkatan resiko 3 kali lipat. Wanita dengan usia lebih dari 40

tahun mengalami peningkatan sebanyak 7 kali lipat jika dibandingkan dengan

wanita yang lebih muda. Peran gaviditas, paritas, faktor reproduksi lain, status

esterogen, kontrasepsi oral, dan faktor makanan dalam resiko penyakit

trofoblastik gestasional masih belum jelas, kekambuhan mola hidatidosa dijumpai

pada sekitar 1-2% kasus. Dalam suatu kajian terhadap 12 penelitian yang total

mencakup hampir 5.000 persalinan, frekuensi mola rekuren adalah 1,3% (lorret de

mola dan Goldfarb).2

2.3 ETIOLOGI

Penyebab pasti molahidatidosa tidak diketahui, tetapi faktor-faktor yang

mungkin dapat menyebabkan dan mendukung terjadinya mola, antara lain:

1. Faktor ovum

Di mana ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat

dikeluarkan. Spermatozoa memasuki ovum yang telah kehilangan

nukleusnya sehingga terjadi kelainan atau gangguan dalam pertumbuhan.

2. Imunoselektif dari trofoblast

3. Keadaan sosioekonomi yang rendah

Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil meningkat yang berperan dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan janin. Pada sosialekonomi yang rendah

6

Page 7: Mola

kebutuhan zat gizi tidak terpenuhi dengan sempurna sehingga

menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin.

4. Paritas tinggi

Ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan molahidatidosa karena

trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetic yang dapat

diidentifikasikan dan penggunaan stimulan drulasi seperti klomifen atau

menotropiris (pergonal).

5. Kekurangan protein

Protein yang paling berperan yaitu protein nabati. Dimana protein berguna

sebagai zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh sehubungan

dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim dan buah dada ibu.

Keperluan akan zat protein meningkat pada waktu hamil. Jika kekurangan

protein dalam makanan mengakibatkan bayi akan lahir lebih kecil dari

normal.

6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.

Masuknya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan

penyakit. Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba yang masuk

virulensinya serta daya tahan tubuh.4

2.4 PATOFISIOLOGI

Disini kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang smpurna, melainkan

berkembang menjadi keadaan patologik yang terjadi pada minggu minggu

pertama kehamilan, berupa degenerasi hidrofik dari jonjot karion, sehingga

menyerupai gelombang yang disebut “mola hidatidosa” sebagian dari villi berbah

menjadi gelembung gelembung berisi cairan jernih merupakan kista kista kecil

seperti anggur dan dapat mengisi seluruh cavum uteri. Secara histopatologik

kadang kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Bisa

juga terjadi kehamilan ganda mola, yaitu satu jenis tumbuh dan yang satu lagi

menjadi mola hidatidos. Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai yang dari

kecil sampai yang berdiameter lebih dari 1 cm 5. Pada umumnya penderita “mola

hidatidosa akan menjadi baik kembali, tetapi ada diantaranya yang kemudian

mengalami degenerasi keganasan yang berupa karsinoma.

7

Page 8: Mola

Teori terjadinya penyakit trofoblast ada 2, yaitu teori missed abortion dan

teori neoplasma. Teori missed abortion menyatakan bahwa mudigah mati pada

kehamilan 3-5 minggu (missed abortion) karena itu terjadi gangguan peredaran

darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari villi dan

akhirnya terbentuk gelembung-gelembung. Teori neoplasma menyatakan bahwa

yang abnormal adalah sel-sel trofoblast dan juga fungsinya dimana terjadi resorbsi

cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul gelembung. Hal ini

menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah. 3,4,6

2.5 KLASIFIKASI

a. Molahidatidosa Sempurna

Suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan

janin dan hampir seluruh villi khorialis mengalami perubahan hidropik. Temuan

histologik ditandai oleh adanya, antara lain :

Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan stroma villi

Tidak adanya pembuluh darah di villi yang membengkak

Proliferasi epitel trofoblast dengan derajat bervariasi

Gambaran sitogenetiknya pada umumnya berupa 46XX.

b. Molahidatidosa Parsial

Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang, dan

mungkin tampak sebagai jaringan janin. Umumnya janin mati pada bulan pertama

tetap ada juga yang hidup sampai cukup besar atau bahkan aterm.

Pada pemeriksaan histopatologik tampak di beberapa tempat villi yang edema

dengan sel trofoblas yang tidak begitu berproliferasi, sedangkan di tempat lain

masih tampak villi yang normal. Umumnya mola parsial mempunyai karotipe

triploid. Jenis mola ini umumnya jarang menjadi ganas.3

2.6 MANIFESTASI KLINIS

Amenorrhoe dan tanda-tanda kehamilan

Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat.

Merupakan gejala utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa

intermiten selama berapa minggu sampai beberapa bulan sehingga

dapat menyebabkan anemia defisiensi besi

8

Page 9: Mola

Uterus sering membesar lebih cepat dari usia kehamilan

Tidak dirasakan tanda-tanda adanya gerakan janin maupun

ballotement

Hiperemesis, pasien dapat mengalami mual dan muntah cukup

berat

Preklampsia dan eklampsia sebelum minggu ke-24

Keluar jaringan mola seperti buah anggur yang merupakan

diagnosa pasti

Gejala Tirotoksikosis.3,5

2.7 DIAGNOSIS

Adanya molahidatidosa harus dicurigai bila ada wanita dengan amenorea,

perdarahan pervaginam, uterus yang lebih besar dari usia kehamilan dan tidak

ditemukan tanda kehamilan pasti, seperti ballotement dan detak jantung janin.

Untuk menegakkan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan kadar Human

Chorionic Gonadotropin (HCG) dalam darah atau urin. Peningkatan HCG,

terutama setelah hari ke 100, sangat sugestif. Lebih mutakhir dengan

menggunakan USG, di mana kasus mola menunjukkan gambaran yang khas, yaitu

berupa badai salju (snow storm) dan honey comb apperance yang mengindikasi

villi khoriales yang hidropik.

Diagnosis paling tepat bila kita melihat gelembung mola. Tetapi bila

menunggu sampai gelembung mola keluar biasanya sudah terlambat karena

pengeluaran gelembung umumnya disertai perdarahan yang banyak dan keadaan

umum pasien menurun.3

2.8 TEMUAN KLINIS

Anamnesis

Ada kehamilan dsertai gejala dan tanda kehamilan muda yang berlebihan,

perdarahan pervaginam berulang cenderung berwarna coklat dan kadang

bergelembung seperti busa.

Pemeriksaan Fisik

9

Page 10: Mola

Palpasi : uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba

lembek, tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan

janin.

Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin.

Pemeriksaan Dalam : memastikan besarnya uterus, uterus terasa lembek,

terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis.1

Hasil Pemeriksaan Fisik :

Mola Sempurna

Ukuran yang tidak sesuai dengan usia gestasi. Pembesaran uterus lebih

besar daripada biasanya pada usia gestasi tertentu merupakan tanda

yang klasik dari mola sempurna. Pembesaran tidak diharapkan

disebabkan oleh pertumbuhan trofoblastik berlebih dan darah yang

tertampung. Namun, pasien yang datang dengan ukuran sesuai dengan

usia kehamilan bahkan lebih kecil tidak jarang ditemukan.

Preeklampsia. Sekitar 27% pasien dengan mola sempurna mengalami

toxemia ditandai oleh adanya hipertensi (BP > 140/90 mmHg),

proteinuria (>300mg/dl) dan edema. Kejang jarang terjadi.

Kista lutein. Kista ini berkembang akibat adanya kadar β-HCG yang

tinggi dan kadarnya menurun setelah mola.

Mola Parsial

Lebih sering tidak memperlihatkan tanda fisik. Paling sering

ditemukkan dengan USG.

Pembesaran uterus dan preklampsia dilaporkan hanya pada 3% kasus

Kista lutein, hiperemesis dan hipertiroid jarang terjadi.1

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

Pemeriksaan kadar HCG diukur secara kuantitatif di urin dan darah.

Didapatkan peningkatan kadar HCG diatas kehamilan normal.

10

Page 11: Mola

Radiologi

USG : ditemukan gambaran honey comb apperance dan snow storm atau

gambaran seperti badai salji.

Histopatologik

Dari gelembung-gelembung yang keluar, dikirim ke laboratorium PA.3

2.9 PENATALAKSANAAN

Terapi mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap, yaitu :

Perbaiki keadaan umum

Pengeluaran jaringan mola

Profilaksis dengan sitostatika

Pemeriksaan tindak lanjut

1. Perbaiki keadaan umum

Yang termasuk usaha ini misalnya pemberian transfusi darah untuk

memperbaiki syok atau anemia dan menghilangkan atau mengurangi penyulit

seperti preeklampsia dan tirotoksikosa. Preeklampsia diobati seperti pada

kehamilan biasa, sedangkan tirotoksikosa diobati sesuai dengan protokol

bagian Penyakin Dalam, antara lain dengan inderal.3

2. Pengeluaran jaringan mola

Ada dua cara : a) kuretase dan b) histerektomi

a) Kuretase

Setelah keadaan umum diperbaiki dilakukan kuretase. Untuk memperbaiki

kontraksi diberikan uterotonika. Tindakan kuret cukup dilakukan satu kali

saja, asal bersih. Kuret kedua hanya dilakukan bila ada indikasi yaitu jika

kuretase yang pertama tidak bersih dan menimbulkan gejala. Sebelum

tindakan kuret sebaiknya sediakan darah untuk menjaga kemungkinan

perdarahan banyak.

b) Histerektomi

Tindakan ini dilakukan pada wanita yang telah cukup umur dan cukup

punya anak. Alasan untuk melakukan histerektomi ialah karena umur tua

11

Page 12: Mola

dan paritas tinggi merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya

keganasan. Batasan yang dipakai adalah umur 35 tahun dengan anak hidup

tiga, uterus yang sangat besar yaitu setinggi pusat atau lebih.

3. Terapi profilaksis dengan sitostika

Terapi profilaksis diberikan pada kasus mola dengan resiko tinggi akan

terjadi keganasan misalnya umur tua dan paritas tinggi yang menolak untuk

dilakukan histerektomi atau kasus mola dengan hasil histopatologi yang

mencurigakan. Biasanya diberikan methotrexate atau actinomycin D. Goldstein

berpendapat bahwa pemberian sitostatika profilaksis dapat menghindarkan

keganasan dengan metastasis, serta mengurangi koriokarsinoma.3

4. Pemeriksaan tindak lanjut

Ibu dianjurkan untuk tidak hamil

Mematuhi jadwal periksa ulang selam 2-3 tahun, yaitu setiap

minggu pada Trimester I, setiap 2 minggu pada Trimester kedua,

setiap bulan pada 6 bulan berikutnya, setiap 2 bulan pada tahun

berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.

Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :

a. Gejala klinis : keadaan umum, perdarahan

b. Pemeriksaan dalam : keadaan serviks, uterus bertambah kecil

atau tidak

c. Laboratorium : reaksi biologis dan imunologis : 1x seminggu

sampai hasil negatif, 1x per 2minggu selama triwulan

selanjutnya, 1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya, 1x per 3

bulan selama tahun berikutnya. Jika hasil reaksi titer masih (+)

maka harus dicurigai adanya keganasan.5

12

Page 13: Mola

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Molahidatidosa merupakan salah satu penyakit trofoblas gestasional

(PTG), yang meliputi berbagai penyakit yang bersal dari plasenta, yaitu mola

hidatidosa parsial dan komplit, koriokarsinoma, mola invasif, dan placental site

trophoblastic tumors. Mola hidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblast.

Pada mola hidatidosa kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna

melainkan berkembang menjadi keadaan patologik. Kehamilan mola secara

histologis ditandai dengan kelainan vili khorionik yang terdiri dari proliferasi

trofoblas dengan derajat bervariasi dan edema stroma vilus. Mola biasanya

terletak di rongga uterus, tetapi kadang kadang terletak di tuba fallopi dan bahkan

ovarium.

Molahidatidosa merupakan penyakit yang terjadi pada wanita dalam masa

reproduksi, yakni antara umur 15 tahun sampai 45 tahun. Penanganan mola

hidatidosa tidak terbatas pada evakuasi kehamilan mola saja, tetapi juga

membutuhkan penanganan lebih lanjut berupa monitoring untuk memastikan

prognosis penyakit tersebut.

13

Page 14: Mola

DAFTAR PUSTAKA

1. Cuninngham. F.G. dkk. “Mola Hidatidosa” Penyakit Trofoblastik

Gestasional Obstetri Williams. Edisi 21. Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran.

EGG Jakarta. 2009. Hal 930-38.

2. Mansjoer, A. Dkk. Mola Hidatidosa. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta. 2007.

Hal 265-67.

3. Martaadisoebrata. D, & Sumapraja, S. Penyakit Serta Kelainan Plasenta &

Selaput Janin. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka SARWONO

PRAWIROHARDJO. Jakarta. 2008. Hal 341-48.

4. Martaadisoebrata. D, buku pedoman pengelolaan penyakit trofoblas

gestasional. Penerbit buku Kedokteran. EGC. Jakarta. 2008. Hal 7-41.

5. Mochtar. R. Penyakit Trofoblas. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Edisi 2. Penerbit

Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. 2008. Hal 238-243.

6. Sastrawinata, S.R. Mola Hidatidosa. Obstetri Patologik. Bagian Obstetri dan

Ginekologi Fakultas Kedokteran Padjajaran. Elstar Offset. Bandung. 2005.

Hal 38-42.

14