33
DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL MONITORING DAN EVALUASI ATAS HASIL KOORDINASI DAN SUPERVISI PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PROVINSI MALUKU, PAPUA, DAN PAPUA BARAT AMBON, 13 MEI 2015

MONITORING DAN EVALUASI ATAS HASIL …€¦ · Mengkaji pelaksanaanPermen ESDM No. 32 Tahun 2013 tentang ... rangkaPMDN pd WIUP Daerah ygberadadlm1 Daerah Prov termasuk willaut sd12

Embed Size (px)

Citation preview

DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARAKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

MONITORING DAN EVALUASI ATAS HASIL KOORDINASI DAN SUPERVISI PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PROVINSI MALUKU, PAPUA, DAN PAPUA BARAT

AMBON, 13 MEI 2015

POKOK BAHASANI. PENYEDERHANAAN PERIZINANII. TINDAKLANJUT PENGELOLAAN PERTAMBANGAN PASCA UU NO.

23/2014III. PENATAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP)IV. PERKEMBANGAN RENEGOSIASI KONTRAK KARYA (KK) DAN

PERJANJIAN KARYA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA (PKP2B)

V. PROGRES HILIRISASI (PELAKSANAAN UU NO. 4/2009)VI. OPTIMALISASI PNBP SDA MINERAL DAN BATUBARAVII. PENGAWASAN LINGKUNGANVIII. PENGAWASAN PRODUKSI DAN PENJUALANIX. TANTANGAN DAN UPAYA TEROBOSANX. PENUTUP

2

1. Membentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang khusus menanganipelayanan perizinan (Pelayanan Terpadu Satu Pintu).

2. Mengkaji pelaksanaan Permen ESDM No. 32 Tahun 2013 tentangTata Cara Pemberian Izin Khusus Di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara (khususnya terkait dengan IUP OPK Angkut Jual)

3. Pengkajian Kepmen No. 555.K/26/M.PE/1995 mengenai K3 Pertambangan Umum. (disesuaikan dengan regulasi saat ini dan sektor lain)

4. Pengkajian Kepmen No. 1453 Tahun 2000 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan di Bidang Pertambangan. (Terkait dengan kewenangan berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014)

I. PENYEDERHANAAN PERIZINAN(PEMANGKASAN IZIN 56 -> 18)

Penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang pertambangan mineral dan batubara dibagi antarapemerintah pusat dan provinsi, urusan pemerintahan bidang mineral dan batubara tidak lagimenjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota sejak 2 Oktober 2014.

Kewenangan

pegawai)

Kewenangan Pusat:1. Penerbitan IUP Mineral logam, batubara, mineral bukan logam dan batuan pada :

a. Wil Izin Usaha Pertambangan yg berada pada wil lintas daerah lintas Provinsib. Wil Izin Usaha Pertambangan yg berbatasan langsung dgn neg lain danc. Wil laut lbh dari 12 mil.

2. Penerbitan Izin UsahaPertambangan dlm rangka PMA.3. Pemberian Izin Usaha pertambangan khusus mineral dan batu bara.

Kewenangan Provinsi:1. Penerbitan Izin Usaha Pertambangan Mineral logam, bkn logam ,batu bara dan batuan dlm

rangka PMDN pd WIUP Daerah yg berada dlm 1 Daerah Prov termasuk wil laut sd 12 mil laut.2. Penerbitan Izin Pertambangan rakyat utk komoditas mineral  logam, batubara, mineral bkn

logam dan batuan dlm wil pertambangan rakyat. 

Kab/Kota : Tidak ada kewenangan pertambangan (perlu penempatan/mutasi pegawai)

II. TINDAKLANJUT PENGELOLAAN PERTAMBANGAN PASCA UU NO. 23/2014(1) KEWENANGAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERBA

1. Meminta Gubernur untuk mencabut IUP Non CNC yang tidak memenuhi kewajiban;

2. Meminta Bupati/Walikota segera menyerahterimakan dokumen perizinan IUP yang adadi Kabupaten/Kota kepada Gubernur sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014;

3. Penyerahan pengelolaan IUP PMA dari Bupati/Walikota/Gubernur kepada Menteri,berikut dokumen pendukung.

4. Pemerintah Provinsi membentuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan payunghukum perizinan.

5. Gubernur dapat membentuk UPT di kabupaten/kota untuk pelaksanaan binwas.

6. Gubernur memperbanyak pegawai fungsional IT (recruiting tenaga IT kab/kota dandiklat IT untuk pegawai.

7. Gubernur mulai mengembangkan dan memperkuat database pertambangan minerba.

8. Meminta Kementerian Dalam Negeri untuk menyelesaikan permasalahan bataswilayah administrasi kabupaten/kota.

II. TINDAKLANJUT PENGELOLAAN PERTAMBANGAN PASCA UU NO. 23/2014(2) TINDAKLANJUT PENATAAN IUP

III. PENATAAN IUP(1) REKAPITULASI IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA NASIONAL

STATUS

SEBELUM KORSUP SESUDAH KORSUP

MINERAL BATUBARAJUMLAH

MINERAL BATUBARAJUMLAH

EKS OP EKS OP EKS OP EKS OP

CNC 1.524 2.056 1.473 988 6.041 1.502 2.207 1.349 1.085 6.143

NON CNC 1.442 1.974 1.063 398 4.877 1.240 1.848 849 349 4.286

SUB TOTAL 2.966 4.030 2.536 1.38610.918

2.742 4.055 2.198 1.43410.429

TOTAL 6.996 3.922 6.797 3.632

Per 08 MEI 2015

III. PENATAAN IUP(2a) REKAPITULASI IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PROVINSI MALUKU, PAPUA, DAN PAPUA BARAT

SEBELUM KORSUP

PROVINSI

CNC NON CNCJUMLAH

TOTALMINERAL BATUBARA MINERAL BATUBARA

MINERAL BATUBARAEKS OP EKS OP EKS OP EKS OP

MALUKU 83 4 3 0 9 1 2 0 97 5 102

PAPUA 14 1 25 0 52 4 29 0 71 54 125

PAPUA BARAT 6 2 26 0 29 13 37 2 50 65 115

TOTAL 103 7 54 0 90 18 68 2 218 124 342

III. PENATAAN IUP(2b) REKAPITULASI IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PROVINSI MALUKU, PAPUA, DAN PAPUA BARAT

PROVINSI

CNC NON CNCJUMLAH

TOTALMINERAL BATUBARA MINERAL BATUBARA

MINERAL BATUBARAEKS OP EKS OP EKS OP EKS OP

MALUKU 87 4 3 0 9 1 2 0 101 5 106

PAPUA 14 1 25 0 55 4 29 0 74 54 128

PAPUA BARAT 6 2 26 0 29 13 37 2 50 65 115

TOTAL 107 7 54 0 93 18 68 2 225 124 349

SESUDAH KORSUPPer 08 Mei 2015

III. PENATAAN IUP(3.a) PENATAAN IUP OPK PENGANGKUTAN DAN PENJUALAN BATUBARA

No Kategori Jumlah

1. IUP OPK terbit Periode 15 Juli 2011 s.d Oktober 2013 (berlaku 5 tahun) 364

2. IUP OPK terbit Periode Maret 2014 s.d Maret 2015 (berlaku 3 tahun) 52

3. IUP OPK yang telah diberikan perpanjangan 53

4. SK Pengakhiran IUP OPK (bagi perusahaan yang tidak mengajukan perpanjangan izin) 154

5. IUP OPK dicabut karena diberikan sanksi administrasi 47

TOTAL IUP OPK (Aktif) 416

STATUS IUP OP KHUSUS PENGANGKUTAN DAN PENJUALAN BATUBARA PER 08 MEI 2015

• Terdapat 154 Surat Keputusan pengakhiran izin bagi IUP OP khusus pengangkutan danpenjualan batubara yang diterbitkan pada Februari 2015, karena izin perusahaan telahberakhir pada periode Februari-Juni 2014 dan perusahaan tidak mengajukan permohonanperpanjangan.

• Terdapat 47 IUP OP Khusus Pengangkutan dan Penjualan Batubara yang telah dicabutizinnya Agustus 2014 karena perusahaan tidak memenuhi kewajiban.

• Periode Agustus – Desember 2014 diterbitkan surat peringatan ke III kepada120 Perusahaan dan telah diterbitkan sanksi Penghentian Sementara Kegiatan bagi52 perusahaaan dan akan dilanjutkan kepada 36 perusahaan lainnya yang saat ini dalamproses persetujuan SK.

• Peringatan I bagi 45 IUP OP khusus pengangkutan dan penjualan batubara yang terbittahun Maret 2014 – Januari 2015, dan telah dilanjutkan dengan Peringatan II kepada 24perusahaan yang tidak memenuhi kewajiban setelah diberikan Peringatan I.

• Surat Peringatan kepada 25 perusahaan atas kegiatan pengangkutan dan penjualanbatubara dari sumber yang tidak sesuai SK (Desember – April 2015).

III. PENATAAN IUP(3.b) PENATAAN IUP OPK PENGANGKUTAN DAN PENJUALAN BATUBARA

III. PENATAAN IUP(3.c) PENATAAN IUP OPK PENGANGKUTAN DAN PENJUALAN MINERAL

No Kategori Jumlah

1. IUP OP Khusus Pengangkutan dan Penjualan Mineral 136

2. IUP OP Khusus Pengangkutan dan Penjualan Mineral (Perpanjangan) 1

STATUS IUP OP KHUSUS PENGANGKUTAN DAN PENJUALAN MINERAL PER 08 MEI 2015

• Terdapat 9 (sembilan) Surat pengakhiran izin bagi IUP OP khususpengangkutan dan penjualan mineral karena izin perusahaan telah berakhirpada periode Februari 2014 dan perusahaan tidak mengajukan permohonanperpanjangan.

• Pada bulan Mei 2014, Februari 2015, dan bulan April 2015 terdapat 3 (tiga)Surat Keputusan pencabutan izin bagi IUP OP khusus pengangkutan danpenjualan mineral karena Perusahaan mengajukan permohonan Izin Prinsipdan/atau pengolahan dan Pemurnian Mineral.

• Pada bulan Juni dan Agustus 2014 diterbitkan surat Permintaan KewajibanPelaporan kepada 132 Perusahaan IUP OP khusus pengangkutan danpenjualan mineral, 13 Perusahaan IUP OP khusus pengolahan dan pemurnianmineral dan 37 Perusahaan Izin Prinsip pengolahan dan pemurnian mineral.

III. PENATAAN IUP(3.d) PENATAAN IUP OPK PENGANGKUTAN DAN PENJUALAN MINERAL SERTA IUP OPK

PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN MINERAL

III. PENATAAN IUP(4) ROADMAP PENGEMBANGAN MOMI

• Kolaborasi data IUP denganPemda

DoneDone

• Integrasi data dengan K/L lain

On ProgressOn Progress• One stop informationbagi pemilik IUP

On ProgressOn Progress

Dec 2014Dec 2014 Jan 2015Jan 2015 Jun 2015Jun 2015

III. PENATAAN IUP(5) PEMUTAKHIRAN DATA MINERBA ONE MAP INDONESIA DENGAN

KEMENTERIAN/LEMBAGA

III. PENATAAN IUP(6) PEMERINTAH DAERAH DAN KEMENTERIAN/LEMBAGA YANG TELAH MENDAPATKAN AKSES MOMI

III. PENATAAN IUP(7) MATRIKULASI LAPORAN KORSUP KPK OLEH GUBERNUR

No Provinsi Surat Isi Laporan

1 MALUKUSudah ada pelaporan dari Pemerintah

Daerah (Provinsi)Matriks Renaksi

2 PAPUA Belum ada laporan Belum ada laporan

3 PAPUA BARATSudah ada pelaporan dari Pemerintah

Daerah (Provinsi)Matriks Renaksi

17

NO TINDAK LANJUT WAKTU

1. Diserahkan kepada Gubernur untuk evaluasi administrasi dan Wilayah (PNBP masih dievaluasi Pusat) Mei‐Desember 2014

2. Koordinasi dan Supervisi bersama KPK‐RI di 34 Provinsi dan Kab/Kota :

• Monitoring dan evaluasi tindak lanjut koordinasi dan supervisi denganKPK di 12 Provinsi

6, 20 dan 27 November 2014

• Koordinasi dan supervisi dengan KPK atas pelaksanaan penataan IUP di19 Provinsi

3‐4 Desember 2014

• Monitoring dan evaluasi tindak lanjut koordinasi dan supervisi denganKPK di 19 Provinsi

Maret‐Juni 2015

3. Batas akhir penyelesaian penataan IUP, disarankan wilayah eks IUP Non CNCditetapkan menjadi Wilayah Pencadangan Negara (WPN) atau Wilayah UsahaPertambangan (WUP) diperlukan revisi Permen 02 tahun 2013 tentangPengawasan terhadap penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambanganyang dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kotaDan surat edaran terkait CnC dan koordinasi dengan kementerian terkaityang mensyaratkan CnC di dalam perijinannya

Juni 2015

• Hingga 08 Mei 2015 terdapat 4.286 IUP non CnC atau sejumlah 41,15% dari total IUP 10.429, hal ini menunjukkan masih lemahnya tata kelola perizinanpertambangan di Indonesia.

• Perlu ketegasan untuk penetapan status IUP yang sampai saat ini belum CnC.

III. PENATAAN IUP(8) TINDAKLANJUT PENATAAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN NON CNC

IV. PERKEMBANGAN RENEGOSIASI KK DAN PKP2B Status Renegosiasi KK dan PKP2B Per Perusahaan

(08 Mei 2015)

STATUS KK PKP2B JumlahSepakat Sebagian MoU 8 12 20Sepakat dan Tanda tanganMOU 20 52 72

Sepakat draft amandemen 5 9 14Tanda tangan NaskahAmandemen kontrak 1 ‐ 1

Total 34 73 107

NO PROGRES (%) CAPAIAN KEGIATAN

JUMLAHIUP

(Maret2015)

1. 0 – 5 Progres mencapai StudiKelayakan

96

2. 6 – 10 Progres mencapai AMDAL 12

3. 11 ‐ 30 Progres mencapai Ground Breaking dan AwalKonstruksi Pabrik

19

4. 31‐50 Progres mencapai  Pertengahan Tahap Konstruksi Pabrik 

18

5. 51‐80 Progres mencapai  Akhir Tahap Konstruksi

7

6. 81‐100 Progres mencapai tahap commissioning/Produksi

27

V. PROGRES HILIRISASI (PELAKSANAAN UU NO. 4/2009)(1) PROGRES PEMBANGUNAN DAN RENCANA FASILITAS OLAH MURNI

NO KOMODITAS JUMLAHIUP

JUMLAHFAS. 

PENGOLAHAN /PEMURNIAN

1. Nikel 41 34

2. Bauksit 12 7

3. Besi 8 8

4. Mangan 3 3

5. Zirkon 13 11

6. Timbal danSeng

2 2

7. Kaolin danZeolit

4 4

Total 83 69

19

Rencana Investasi : US$ 10,9 Miliar

1. Progres Pembangunan 2. Jumlah Rencana FasilitasPengolahan dan Pemurnian

Kendala :1. Infrastruktur (Kawasan Industri)2. Energi3. Fiskal

Sumber data : Kementerian Perindustrian

PETA PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN INDUSTRIV. PROGRES HILIRISASI (PELAKSANAAN UU NO. 4/2009)(2) PETA PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN INDUSTRI

V. PROGRES HILIRISASI (PELAKSANAAN UU NO. 4/2009)(3) SEBARAN FASILITAS PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN

WILAYAH MALUKU, PAPUA, PAPUA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Lokasi Kabupaten Mimika

Kapasitas Input Kapasitas Produksi

‐ Copper concentrate :  900 ribu ton/year‐ Copper Cathode       :  ‐‐ Anode Slime             :  ‐

Target Penyelesaian Direncanakan beroperasi pada tahun 2021

1. Indonesia menguasai 30% pasar dunia dan lokasi potensinya hanya terdapat di sekitarKepulauan Bangka Belitung dan sekitar Kepulauan Riau

2. Bijih Timah berasosiasi dengan unsur-unsur logam tanah jarang yang bernilai tinggi;3. Indonesia perlu mengontrol produksi timah agar mendapatkan manfaat yang maksimal.4. Revisi Peraturan MENDAG No. 44 Tahun 2014 tentang Ketentuan ekspor timah

dengan melibatkan instansi teknis penanggungjawab sektor dalam hal ini KESDMuntuk memberikan Rekomendasi Eksportir Terdaftar kepada Mendag, setelahmendapatkan rekomendasi dari Gubernur ;

5. Perbaikan regulasi tersebut dapat mengontrol jumlah produksi timah dan menjagakeseimbangan supply and demand pasar timah dunia serta memperkuat manajemensumber daya timah.

6. Pemerintah Pusat sesuai dengan PP 77 Tahun 2014 akan menetapkan WIUPK untukwilayah ex PT. Kobatin.

V. PROGRES HILIRISASI (PELAKSANAAN UU NO. 4/2009)(4) TATA NIAGA TIMAH

23

NO TINDAK LANJUT TARGET WAKTU

1. Verifikasi perkembangan pembangunan fasilitas pemurniankepada IUP yang telah berkomitmen membangun denganmelibatkan tim independen (akademisi, litbang, LIPI, BPPT)berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Nomor240.K/73.07/DJB/2014

Per semester

2. Menindaklanjuti hasil koordinasi dengan KementerianKeuangan.

Semester kedua2015

3. Melanjutkan harmonisasi perizinan (IUP Operasi Produksikhusus Pengolahan Pemurnian v.s. Izin Usaha Industri) KESDMdan Kemenperin yang difasilitasi Kemenko Perekonomian

Semester kedua2015

1. PERLU KEBIJAKAN DALAM HAL PENETAPAN BATAS WAKTU KEWAJIBAN PELAKSANAAN PNT MINERAL BAGI IUP

2. PERLU DUKUNGAN KONKRIT KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR, ENERGI  DAN PEMBIAYAAN

V. PROGRES HILIRISASI (PELAKSANAAN UU NO. 4/2009)(5) TINDAKLANJUT PENINGKATAN NILAI TAMBAH (PNT)

VI. OPTIMALISASI PNBP PERTAMBANGAN MINERBA(1) TINDAKLANJUT OPTIMALISASI PENINGKATAN PNBP SDA MINERAL DAN BATUBARA

1. Peningkatan tarif iuran produksi (royalti) mineral dan batubara:a. Untuk Kontrak Karya (mineral) tarif pembayaran royalti disesuaikan dengan PP No 9 Tahun 2012

berubah dari tembaga 3,75%; emas 1%; dan perak 1% meningkat menjadi tembaga 4%; Emas 3,75%;dan perak 3,25%.

b. Royalti nickel matte dari semula 0,9% menjadi 2% dan logam nikel dari semula 0,7% menjadi 1,5%, Tarifroyalti akan ditingkatkan sejalan dengan peningkatan harga logam.

c. Rencana peningkatan royalti batubara yang berasal dari Izin Usaha Pertambangan (IUP) berdasarkankualitas batubara yang dihasilkan dan metode penambangannya:− Tambang bawah tanah: untuk kalori di bawah 5.100 k.kl/kg semula 3% menjadi 5%, batubara 5.100

– 6.100 k.kal/kg semula 5% menjadi 7% dan batubara di atas 6.100 k.kal/kg semula 7% menjadi 9%.− Tambang permukaan: untuk kalori di bawah 5.100 k.kl/kg semula 3% menjadi 7%, batubara 5.100 –

6.100 k.kal/kg semula 5% menjadi 9% dan batubara di atas 6.100 k.kal/kg semula 7% menjadi 13,5%.

2. Peningkatan nilai tambah mineral dan batubara, yang akan meningkatkan harga jual, royalti dikenakankepada hasil pemurnian.

6. 1. Peningkatan Royalti 

VI. OPTIMALISASI PNBP PERTAMBANGAN MINERBA(1) TINDAKLANJUT OPTIMALISASI PENINGKATAN PNBP SDA MINERAL DAN BATUBARA

1. Penetapan harga batubara acuan dan harga patokan mineral. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanyatransfer of pricing.

2. Peningkatan kerjasama dengan Instansi terkait (Pemda, BPKP, BPK, Kemendag, Kemenkeu).a. Audit Kewajiban PNBP SDA Pertambangan Umum (Tim OPN-BPKP, BPK, Itjen-KESDM)b. Rekonsiliasi produksi, penjualan dan PNBP IUP Mineral dan Batubarac. Kerjasama informasi data ekspor Mineral dan Batubara dengan Kemendag, Kemenhub dan Ditjen Bea dan

Cukai Kemenkeu3. Pengendalian produksi dan pengaturan tata niaga mineral dan batubara:

a. Mengatur pasokan mineral dan batubara di pasar internasional untuk mempertahankan harga jual yangkompetitif;

b. Inisiasi pembentukan bursa komoditas mineral dan batubara (contoh Inatin untuk bursa komoditas timah).4. Penerapan Tata Cara Penyetoran Kewajiban PNBP dibayar di depan sebelum melakukan pengapalan.

Pembayaran yang dilakukan selama ini adalah 1 bulan setelah pengapalan.5. Terintegrasinya Sistem Informasi Mineral dan Batubara secara Nasional (Pemda Provinsi/Kabupaten/Walikota

dan seluruh instansi terkait).6. Penataan Pelabuhan Induk Penjualan Batubara.7. Penataan Fungsi Surveyor.8. Pemberian sanksi berupa penghentian pengapalan dan pencabutan izin bagi perusahaan yang masih

mempunyai tunggakan kewajiban PNBP.

6. 2. Perbaikan Tata Kelola

VI. OPTIMALISASI PNBP PERTAMBANGAN MINERBA(2) REALISASI DAN RENCANA PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) SDA MINERAL DAN

BATUBARA

NO. PROVINSIJUMLAH 

IUP MINERBA

SEBELUM KORSUP SETELAH KORSUP

JUMLAH IUP YANG KURANG BAYAR

IURAN TETAP  ROYALTI  JUMLAHJUMLAH IUP YANG KURANG BAYAR

IURAN TETAP ROYALTI JUMLAH

1 M A L U K U 98 93 20.692.974.857  ‐ 20.692.974.857  90 32.056.602.717  ‐ 32.056.602.717 

2 P A P U A 124 116 128.896.416.533  ‐ 128.896.416.533  115 199.426.777.643  ‐ 199.426.777.643 

3 PAPUA BARAT 115 112 80.634.878.918  ‐ 80.634.878.918  109 128.353.286.048  ‐ 128.353.286.048 

JUMLAH 337 321 230.224.270.309  ‐ 230.224.270.309  314 359.836.666.409  ‐ 359.836.666.409 

VI. OPTIMALISASI PNBP PERTAMBANGAN MINERBA(3) REKAPITULASI PEMBAYARAN PIUTANG IUP DI WILAYAH PROVINSI MALUKU, PAPUA, PAPUA

BARAT

Per 08 Mei 2015

VII. PENGAWASAN LINGKUNGANJAMINAN REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

NO PROVINSI JUMLAH IUP

SEBELUM KORSUP TINDAK LANJUT KORSUP

JAMREK PASCA TAMBANG JAMREK DAN PASCA TAMBANG

1 MALUKU 106 0 0 BELUM ADA TINDAK LANJUT

2 PAPUA 128 0 0 BELUM ADA TINDAK LANJUT

3 PAPUA BARAT 115 0 0 BELUM ADA TINDAK LANJUT

TOTAL 349

Per 8 Mei 2015

VIII. PENGAWASAN PRODUKSI DAN PENJUALAN(1) TATA NIAGA EKSPOR PRODUK PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Mineral BatubaraRekomendasi ET Rekomendasi PE Rekomendasi ET

KK 11 KK 2 PKP2B 40IUP OP 71 IUP OP 3 IUP OP 206IUP OPK 16 IUP OPK 1 IUP OPK 63

IUI ‐ IUI 1JUMLAH 98 JUMLAH 7 JUMLAH 309

• Rekomendasi ET dan PE pada komoditas mineral diberlakukan untukperbaikan “data base” ekspor serta fokus kepada hilirisasi

• Rekomendasi ET Batubara diberlakukan selain untuk sinkronisasi “singledatabase” jumlah produksi batubara juga untuk menekan kebocoranpenerimaan negara akibat ekspor yang tidak tercatat.

Status MEI 2015

1. SK Menteri ESDM No. 666.K/30/DJB/2015 tgl 30 April 2015 tentang Persetujuan Penunjukkan danPenetapan PT. Surveyor Indonesia sebagai Surveyor Pemerintah (Witness Surveyor); SK MenteriESDM No. 668.K/30/DJB//2015 tgl 30 April 2015 tentang Persetujuan Penunjukkan dan PenetapanPT. Puslitbang Tekmira sebagai Surveyor Pemerintah (Witness Surveyor); SK Menteri ESDM No.669.K/30/DJB//2015 tgl 30 April 2015 tentang Tim Counterpart Terkait Kegiatan Verifikasi AnalisaKualitas dan Kuantitas penjualan Batubara serta Kegiatan Witness Surveyor.

2. Sampai saat ini telah ditetapkan 6 (enam) perusahaan surveyor yaitu : PT Sucofindo, PTGeoservices, PT Surveyor Indonesia, PT Carsurin, PT Anindya Wira Putra Konsult dan PT. SurveyorCarbon Consulting Indonesia sesuai keputusan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara No. 1029-1052 K/30/DJB/2014.

3. Telah terbit surat Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Nomor 1910/30/DBB/2014 perihalpemakaian surveyor superintending batubara

4. Telah diterbitkannya surat Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Nomor 461/30/DBB/2015tentang Pelaksanaan Peraturan Dirjen Mineral dan Batubara Nomor. 481K/30DJB/2014 yangdisampaikan ke Direksi PKP2B, IUP Operasi Produksi, IUP OP Khusus Pengangkutan danPenjualan Batubara, Kepala Adpel/Syahbandar, Perusahaan Surveyor dan Buyer batubara.

VIII. PENGAWASAN PRODUKSI DAN PENJUALAN(2) TINDAKLANJUT PENGAWASAN PRODUKSI SEBAGAI BAGIAN DARI RENAKSI KPK

NO TANTANGAN UPAYA TEROBOSAN1. Koordinasi Pusat dan Daerah

sebagai tindak lanjut UU No 23/2014

Revisi UU No 4/2009 beserta peraturan pelaksananya

2. Peningkatan kualitas pelayananpublik

a. Membentuk Unit Pelaksana Teknis yang khususmenangani Pelayanan Terpadu Satu Pintu

b. Meminta dukungan Menteri ESDM untuk melakukanharmonisasi pelayanan publik (reformasi perizinan) dengan sektor lain, terutama dengan KementerianLingkungan Hidup dan Kehutanan (contoh Izin PinjamPakai Kawasan Hutan agar jangka waktu penerbitan izindapat di atur)

c. Pembayaran PNBP secara online3. Pengawasan Langsung Penjualan Bersama unit terkait (Bea Cukai, Syahbandar, Dinas

setempat dan ESDM) menempatkan personil di pelabuhaninduk ekspor batubara yang ditunjuk pemerintah untukmemantau dan mengawasi secara langsung kegiatanpengapalan ekspor batubara dan pembayaran royalty sebelum di kapalkan.

IX. TANTANGAN DAN UPAYA TEROBOSAN

• Penyelesaian penataan IUP untuk 19 provinsi (Korsupwas KPK II)

selesai paling lambat Juni 2015

• Pemerintah akan menerbitkan kebijakan terkait dengan

penyelesaian IUP Non CNC berdasarkan hasil Korsupwas KPK

• Apabila wilayah eks IUP Non CNC dicabut, akan ditetapkan menjadi

Wilayah Pencadangan Negara (WPN) atau Wilayah Usaha

Pertambangan (WUP).

32

X. PENUTUP

www.minerba.esdm.go.id