11
Faktor – Faktor Utama Perceraian Keluarga 26 Nov 5 Votes Perkawinan untuk membentuk dan membangun rumah tangga yang bahagia pasti didambakan oleh setiap pasangan suami isteri. Tidak ada orang yang ketika melakukan perkawinan mengharapkan terjadi sesuatu yang buruk dalam perkawinannya. Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 (Tahun 1974) tentang Perkawinan menyebutkan bahwa tujuan perkawinan adalah mewujudkan keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Berdasarkan pengertian itu sebenarnya tidak perlu ragu lagi apakah yang sebenarnya dituju dalam perkawinan itu. Di lain pihak ada kemungkinan terdapat tujuan yang tidak sama antara suami-isteri. Tujuan yang tidak sama antara suami-isteri akan merupakan sumber permasalahan dalam keluarga. Berbicara mengenai tujuan perkawinan memang merupakan hal yang tidak mudah, tetapi ini tidak berarti bahwa tidak dapat dilaksanakan. Tujuan yang sama harus benar-benar diresapi oleh masing-masing pasangan dan harus disadari bahwa tujuan itu hanya dapat dicapai secara bersama-sama, bukan hanya oleh isteri atau suami saja. Tujuan perkawinan itu di samping membentuk keluarga yang bahagia, juga untuk membentuk keluarga yang kekal. Ini berarti bahwa dalam perkawinan perlu disadari bahwa perkawinan berlaku untuk seumur hidup, untuk selama-lamanya. Karena itu diharapkan agar pemutusan ikatan suami-isteri itu tidak terjadi kecuali karena kematian; sedangkan pemutusan lain diberikan kemungkinan yang sangat ketat. Pemutusan ikatan antara suami-isteri dalam bentuk perceraian hanyalah merupakan jalan yang terakhir, setelah usaha-usaha lain memang benar-benar telah tidak dapat memberikan pemecahan.

Moral Perceraian

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Moral Perceraian

Faktor – Faktor Utama Perceraian Keluarga26 Nov  5 Votes

Perkawinan untuk membentuk dan membangun rumah tangga yang bahagia pasti didambakan oleh setiap pasangan suami isteri. Tidak ada orang yang ketika melakukan perkawinan mengharapkan terjadi sesuatu yang buruk dalam perkawinannya.

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 (Tahun 1974) tentang Perkawinan menyebutkan bahwa tujuan perkawinan adalah mewujudkan keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Berdasarkan pengertian itu sebenarnya tidak perlu ragu lagi apakah yang sebenarnya dituju dalam perkawinan itu. Di lain pihak ada kemungkinan terdapat tujuan yang tidak sama antara suami-isteri. Tujuan yang tidak sama antara suami-isteri akan merupakan sumber permasalahan dalam keluarga.

Berbicara mengenai tujuan perkawinan memang merupakan hal yang tidak mudah, tetapi ini tidak berarti bahwa tidak dapat dilaksanakan. Tujuan yang sama harus benar-benar diresapi oleh masing-masing pasangan dan harus disadari bahwa tujuan itu hanya dapat dicapai secara bersama-sama, bukan hanya oleh isteri atau suami saja.

Tujuan perkawinan itu di samping membentuk keluarga yang bahagia, juga untuk membentuk keluarga yang kekal. Ini berarti bahwa dalam perkawinan perlu disadari bahwa perkawinan berlaku untuk seumur hidup, untuk selama-lamanya. Karena itu diharapkan agar pemutusan ikatan suami-isteri itu tidak terjadi kecuali karena kematian; sedangkan pemutusan lain diberikan kemungkinan yang sangat ketat. Pemutusan ikatan antara suami-isteri dalam bentuk perceraian hanyalah merupakan jalan yang terakhir, setelah usaha-usaha lain memang benar-benar telah tidak dapat memberikan pemecahan.

Salah satu goncangan yang menyebabkan terjadinya perpecahan dalam kehidupan rumah tangga suami isteri adalah adanya perselingkuhan yang dilakukan oleh salah satu pihak atau kedua belah pasangan. Perselingkuhan ini terjadi jika suami atau isteri yang telah terikat di dalam perkawinan menjalin hubungan dengan laki-laki/wanita lain. Perselingkuhan ini sering berakhir pada perceraian antara suami isteri. Dengan terjadinya perceraian tersebut maka hancurlah mahligai rumah tangga yang telah terbina. Hal ini terungkap dari penyebab perceraian yang terjadi di Denpasar, yaitu pada tahun 2000, Kantor Agama Denpasar mencatat ada 200 perkara perceraian masuk ke Pengadilan. Dari jumlah tersebut 75 persen karena kasus perselingkuhan. Berdasarkan data tersebut, tampak jelas bahwa perceraian di Bali didominasi karena perselingkuhan. Tahun 2001 sampai dengan Juni, jumlah kasus perceraian kian meningkat menjadi 200 kasus. (Anonim, 2003).

Hal yang sama juga terjadi pada Pengadilan Agama Yogyakarta dan Samarinda. Dari kasus perceraian yang terjadi di Pengadilan Agama Yogyakarta diketahui bahwa perceraian yang

Page 2: Moral Perceraian

terjadi di Pengadilan Agama Yogyakarta pada tahun 2003 disebabkan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1. Perselingkuhan, baik yang dilakukan oleh suami maupun oleh isteri.2. Terjadi pertengkaran terus-menerus antara suami dan isteri.3. Masalah ekonomi keluarga.4. Suami tidak memberi nafkah lahir batin kepada isteri dan anak-anaknya.5. Suami suka memukul isteri.

Dari kelima faktor penyebab perceraian yang ada di Pengadilan Agama Yogyakarta, perselingkuhan menduduki 50 persen penyebab terjadinya perceraian, sehingga merupakan penyebab perceraian tertinggi di antara keempat penyebab lainnya yang hanya menduduki 16 persen untuk perceraian akibat terjadi pertengkaran terus-menerus antara suami dan isteri, 24 persen akibat masalah ekonomi keluarga, 3 persen karena suami tidak memberi nafkah lahir batin kepada isteri dan anak-anaknya, dan 7 persen karena suami suka memukul isteri. Dengan demikian urutan penyebab perceraian di Pengadilan Agama Yogyakarta dari yang paling banyak sampai  yang paling sedikit  adalah :

1. Perselingkuhan, menempati 50 persen.2. Masalah ekonomi keluarga menempati 24 persen.3. Pertengkaran terus-menerus antara suami dan isteri, menempati 16 persen.4. Suami suka memukul isteri, menempati 7 persen.5. Suami tidak memberi nafkah lahir batin kepada isteri dan anak-anaknya, menempati 3

persen.

Seluruh jumlah perceraian yang terjadi di Pengadilan Agama Yogyakarta pada tahun 2003 adalah 568 perceraian. Karena penyebab perselingkuhan menempati 50 persen, berarti ada 284 perceraian yang terjadi karena perselingkuhan.

Perselingkuhan yang dimaksud baik dilakukan oleh suami maupun oleh isteri. Menurut Hakim Pengadilan Agama Yogyakarta, perselingkuhan menjadi penyebab utama perceraian karena kunci kebahagiaan rumah tangga adalah adanya kesetiaan dari masing-masing pihak, karena jika sudah terikat sebagai suami isteri berarti bahwa para pihak harus sudah melepaskan diri dari rasa cinta kepada lawan jenis yang lain selain suami atau isterinya. Selain itu sifat orang yang mencintai biasanya secara psikologis paling merasa tersakiti jika orang yang dicintainya mencintai orang lain. Oleh karena itulah banyak pasangan yang memutuskan untuk bercerai saja jika salah satu pihak sudah dihinggapi penyakit selingkuh tersebut.

Selain itu ada pula faktor penyebab perceraian yang lain yaitu masalah ekonomi. Masalah ekonomi yang sering muncul adalah pihak suami tidak mampu mencukupi kebutuhan rumah tangganya, sehingga keluarganya hidup dalam serba kekurangan. Untuk mencukupi kebutuhan yang ada maka isteri ikut bekerja. Yang sering jadi masalah adalah jika penghasilan isteri melebihi penghasilan suami, maka isteri merasa lebih tinggi derajatnya dari suami karena merasa berjasa sebagai penyelamat keluarga. Bermula dari perasaan seperti inilah maka suami kemudian menjadi merasa tidak nyaman berada di dekat isteri dan kemudian sering terjadi pertengkaran yang akhirnya berakhir pada perceraian.

Page 3: Moral Perceraian

Penyebab lain perceraian di Pengadilan Agama Yogyakarta adalah pertengkaran terus-menerus antara suami dan isteri. Pertengkaran ini bisa bersumber dari masalah apa pun. Biasa masalah ekonomi, masalah kecemburuan pada pihak lain, masalah anak, dan masalah-masalah lainnya. Dalam hal ini sebenarnya yang menjadi sumber masalah adalah tidak adanya saling pengertian antara masing-masing pihak, semua pihak mau menang sendiri, sehingga akhirnya keduanya saling menyalahkan dan terlibat dalam pertengkaran. Banyak pendapat mengatakan bahwa pertengkaran di dalam keluarga adalah bumbu penyedap rumah tangga yang akan menambah akrab suasana di dalam rumah tangga. Pendapat ini bisa jadi memang benar jika pertengkaran yang dilakukan tersebut tetap melibatkan akal sehat untuk mencari kebenaran, sedangkan jika pertengkaran itu hanya dilakukan untuk mencari kebenarannya sendiri, maka pepatah itu tidak berlaku. Oleh karena itulah banyak rumah tangga yang bercerai akibat seringnya terjadi pertengkaran antara suami isteri.

Penyebab perceraian yang lain adalah suami suka memukul isteri. Pemukulan di dalam keluarga seharusnya tidak pernah terjadi, karena rumah tangga merupakan sumber kebahagiaan dan bukan sebagai tempat pertarungan. Apalagi jika perterungan itu berat sebelah, yaitu salah satu pihak lebih kuat dari pihak lainnya. Oleh karena itulah seringkali pemukulan yang dilakukan oleh suami terhadap isteri menjadi sumber penyebab perceraian di Pengadilan Agama Yogyakarta.

Penyebab perceraian terakhir di Pengadilan Agama Yogyakarta adalah suami tidak memberi nafkah lahir batin kepada isteri dan anak-Setelah terikat dalam kehidupan rumah tangga, seorang suami mempunyai kewajiban untuk memberi nafkah lahir dan batin bagi keluarganya. Akan tetapi sering terjadi seorang suami tidak melakukan hal tersebut sehingga seorang isteri terpaksa harus bekjerja keras guna mencukupi kebutuhan keluarganya. Padahal sang suami sendiri sebenarnya mampu untuk memenuhi nafkah lahir dan batin bagi keluarganya. Hal yang seperti ini sering membuat isteri menjadi tidak dianggap sebagai isteri oleh suami, dan akhirnya memutuskan lebih baik bercerai daripada mempunyai suami yang tidak memperhatikan keluarganya.

Selanjutnya, dari penelitian yang dilakukan di Pengadilan Agama Samarinda diketahui bahwa ada 10 alasan penyebab perceraian yang sering dikemukakan oleh suami isteri yang bercerai, yaitu :

1. Poligami tidak sehat2. Krisis akhlak3. Cemburu4. Kawin paksa5. Ekonomi6. Tidak ada tanggung jawab7. Kawin di bawah umur8. Penganiayaan9. Gangguan pihak ketiga10. Tidak ada keharmonisan

Page 4: Moral Perceraian

Dari ke-10 penyebab perceraian tersebut, pada tahun 2003 jumlah perceraian yang terjadi karena alasan-alasan tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Penyebab Perceraian di Pengadilan Agama Yogyakarta.

Berdasarkan alasan-alasan penyebab perceraian di Pengadilan Agama Samarinda di atas, dapat diketahui bahwa penyebab perceraian karena perselingkuhan memang tidak disebutkan secara persis, akan tetapi dari hasil wawancara dengan Bapak Ketua Pengadilan Agama Samarinda, Bapak Drs. Jalal Aromi, S.H. dapat diketahui bahwa alasan penyebab perceraian yang sebenarnya disebabkan oleh perselingkuhan adalah :

1. Tidak ada keharmonisan, menempati 24,28 persen.2. Gangguan pihak ketiga, menempati 11,82 persen.3. Cemburu, menempati 9,90 persen.

Poligami tidak sehat, menempati 0,63 persen.

 

Keempat alasan perceraian di atas, menempati jumlah 46,64 persen dari total perceraian yang ada di Pengadilan Samarinda atau sama dengan 292 kasus.

Jika dibandingkan jumlah perceraian karena perselingkuhan di Pengadilan Agama Yogyakarta yang mempunyai 284 kasus dan jumlah perceraian karena perselingkuhan di Pengadilan Agama Samarinda yang mempunyai 292 kasus, maka dapat diketahui bahwa jumlah perceraian karena perselingkuhan di kedua Pengadilan Agama tersebut hampir sama jumlahnya dan menempati jumlah tertinggi dari berbagai alasan penyebab perceraian yang terjadi di dalam masyarakat.

Para suami isteri yang bercerai karena adanya perselingkuhan biasanya berakhir dengan hubungan yang kurang baik. Hal ini dikarenakan mereka merasa dihianati oleh pasangannya sehingga mereka merasa benci dengan pasangannya. Selain perasaan benci ada juga perasaan sedih dari pasangan yang bercerai itu. Di lain pihak anak-anak yang telah lahir dari perkawinan itu juga menunjukkan kecenderungan yang sama, yaitu perasaan marah dan sedih. Perasaan marah ditunjukkan pada orang tua mereka yang melakukan perselingkuhan, sedangkan perasaan sedih ditunjukkan kepada orang tua mereka yang menjadi korban perselingkuhan.

Banyaknya kasus perceraian karena perselingkuhan ini merupakan suatu kenyataan yang sangat menarik untuk dikaji. Khususnya mengenai faktor-faktor penyebab perselingkuhan. Dalam prakteknya, perselingkuhan ini lebih sering dilakukan oleh pihak suami daripada pihak isteri. Perlu diteliti mengapa hal itu terjadi.

Berdasarkan atas uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perselingkuhan dalam Keluarga.

Page 5: Moral Perceraian

7 Alasan Utama Perceraian - Menurut anda apakah faktor utama yang menyebabkan keretakan rumah tangga seseorang ? Diberbagai kalangan seperti selebriti,pejabat atau masyarakat biasa kawin-cerai sudah sering terjadi.Bahkan ada beberapa kasus yang lebih parah lagi,baru sebulan menikah sudah bercerai.Namun saya yakin semua orang tidak ada yang menginginkan perceraian itu terjadi.Penyebab perceraian terkadang bukan karena suatu masalah-masalah fatal seperti perselingkuhan,namun seringkali kasus-kasus sepele memperparah keharmonisan rumah tangga dan memicu perpisahan.Berikut ini 7 alasan utama perceraian

1. KomunikasiKurangnya kesempatan untuk melakukan komunikasi yang intens, dengan kualitas yang baik. Bagi pasangan menikah, penting punya ruang dan emosi untuk bisa saling curhat, mengungkapkan isi hati baik pujian, harapan, kesenangan maupun kekesalan.Kedua belah pihak perlu punya kesadaran dan niat penuh untuk mendiskusikan persoalan dengan kepala dingin. Tujuan diskusi adalah untuk mencari jalan keluar, bukan sekedar meluapkan emosi.

2. Harapan Tidak RealistisBerharap pasangan akan berubah setelah menikah. Hal ini berhubungan dengan pemahaman masing-masing pihak terhadap pasangannya. Seringkali perselisihan terjadi karena mengharapkan perubahan dari pasangan.

3. ‘Power’ Dalam PerkawinanAda yang ingin suami pegang kendali, ada yang ingin istri yang mengatur. Padahal ini hanyalah masalah kesepakatan.

4. Konflik PeranDalam perkawinan akan ada pembagian peran, seperti siapa yang mengasuh anak, siapa yang mencari nafkah. Ini bisa jadi sumber pertentangan dan menimbulkan ketidakpuasan antar suami-istri. Terutama karena sekarang banyak istri berkarir.

5. Cinta MeredupAda yang bilang daripada diberi perasaan jatuh cinta, lebih baik diberi kekuatan menjaga cinta. Karena cinta itu perlu dipupuk agar terus menyala. Pasangan yang sudah menikah, berapa tahun pun, perlu tetap membakar cinta, salah satunya dengan mengungkapkan rasa sayang.

6. Affair (Orang Ketiga)Adanya orang ketiga membuat sebuah perkawinan sulit dipertahankan. Selain cinta yang membutakan, hal peling penting yang justru membuat perkawinan bubar jalan adalah kepercayaan. Dalam sebuah

Page 6: Moral Perceraian

perkawinan, rasa saling percaya -yang melahirkan rasa aman dan nyaman- adalah tiang utama.

7. SeksIni adalah paling kecil dari alasan retaknya sebuah rumah tangga, Karena seks bisa diabaikan ketika rasa sayang yang dalam masih terpelihara. Rasa sayang itulah yang menahan seseorang untuk menyakiti pasangan dan menggugat talak maupun cerai

Sekian dulu sekilas artikel bahasan tentang penyebab utama perceraian.Menyudahi hubungan bukanlah langkah yang terbaik untuk menyelesaikan masalah rumah tangga.Masih ada satu jalan yang mungkin lebih baik yang bisa anda tempuh sebelum memilih cerai yaitu DAMAI. Salam damai........

Dampak psikologis dari perceraian terhadap anak - anak

Dampak psikologis dari perceraian terhadap anak - anak ini bisa bermacam - macam. Anak - anak yang orang tuanya bercerai biasanya menderita berbagai masalah psikologis, antara lain seperti :

- memiliki rasa bersalah dan suka menyalahkan diri sendiri- merasa tidak percaya diri atau rendah diri- merasa tidak diinginkan atau ditolak oleh orang tuanya- merasa tidak merasa aman dan sendirian / kesepian

Perasaan - perasaan di atas yang dimiliki anak hasil perceraian dapat memicu timbulnya perkembangan perilaku seperti : - depresi dan suka memberontak- pendiam, tidak ceria dan suka bersedih- mudah marah, agresif, suka mengamuk berbuat kerusakan atau bertindak kasar- sulit berkonsentrasi dalam belajar yang dapat mengakibatkan prestasi sekolah menurun- takut memulai hubungan dengan lawan jenis karena takut gagal seperti orang tuanya

Penting untuk diketahui bahwa dampak perceraian terhadap anak di setiap keluarga tidak selalu sama, karena setiap orang tua dan anak berbeda. Pada beberapa anak, mereka tidak hanya akan mendapat dampak psikologis ketika kecil saja, tetapi juga dampaknya dapat berlanjut sampai mereka dewasa juga.

Anak korban perceraian yang berhasil melalui proses adaptasi, tidak akan mengalami kesulitan yang berarti ketika meneruskan kehidupannya ke masa perkembangan selanjutnya. Tetapi bagi

Page 7: Moral Perceraian

anak yang gagal beradaptasi dengan lingkungan baru setelah perceraian, maka anak akan membawa dampak ini hingga dewasa seperti perasaan ditolak, tidak percaya diri dan tidak dicintai.

Perceraian-Wikipedia.com

Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan tak ingin melanjutkan kehidupan pernikahannya, mereka bisa meminta pemerintah untuk dipisahkan. Selama perceraian, pasangan tersebut harus memutuskan bagaimana membagi harta mereka yang diperoleh selama pernikahan (seperti rumah, mobil, perabotan atau kontrak), dan bagaimana mereka menerima biaya dan kewajiban merawat anak-anak mereka. Banyak negara yang memiliki hukum dan aturan tentang perceraian, dan pasangan itu dapat diminta maju ke pengadilan.

Jenis perceraian

Cerai hidup - karena tidak cocok satu sama lain. Cerai mati - karena salah satu pasangan meninggal.

[sunting] Penyebab perceraian

faktor penyebab perceraian antara lain adalah sebagai berikut :

Ketidakharmonisan dalam rumah tangga

Alasan tersebut di atas adalah alasan yang paling kerap dikemukakan oleh pasangan suami – istri yang akan bercerai. Ketidakharmonisan bisa disebabkan oleh berbagai hal antara lain, krisis keuangan, krisis akhlak, dan adanya orang ketiga. Dengan kata lain, istilah keharmonisan adalah terlalu umum sehingga memerlukan perincian yang lebih mendetail.

Krisis moral dan akhlak

Selain ketidakharmonisan dalam rumah tangga, perceraian juga sering memperoleh landasan berupa krisis moral dan akhlak, yang dapat dilalaikannya tanggung jawab baik oleh suami ataupun istri, poligami yang tidak sehat, penganiayaan, pelecehan dan keburukan perilaku lainnya yang dilakukan baik oleh suami ataupun istri, misal mabuk, berzinah, terlibat tindak kriminal, bahkan utang piutang.

Perzinahan

Di samping itu, masalah lain yang dapat mengakibatkan terjadinya perceraian adalah perzinahan, yaitu hubungan seksual di luar nikah yang dilakukan baik oleh suami maupun istri.

Pernikahan tanpa cinta

Page 8: Moral Perceraian

Alasan lainnya yang kerap dikemukakan oleh suami dan istri, untuk mengakhiri sebuah perkawinan adalah bahwa perkawinan mereka telah berlangsung tanpa dilandasi adanya cinta. Untuk mengatasi kesulitan akibat sebuah pernikahan tanpa cinta, pasangan harus merefleksi diri untuk memahami masalah sebenarnya, juga harus berupaya untuk mencoba menciptakan kerjasama dalam menghasilkan keputusan yang terbaik.

Adanya masalah-masalah dalam perkawinan

Dalam sebuah perkawinan pasti tidak akan lepas dari yang namanya masalah. Masalah dalam perkawinan itu merupakan suatu hal yang biasa, tapi percekcokan yang berlarut-larut dan tidak dapat didamaikan lagi secara otomatis akan disusul dengan pisah ranjang seperti adanya perselingkuhan antara suami istri. Langkah pertama dalam menanggulangi sebuah masalah perkawinan adalah :

1. Adanya keterbukaan antara suami – istri2. Berusaha untuk menghargai pasangan3. Jika dalam keluarga ada masalah, sebaiknya diselesaikan secara baik-baik4. Saling menyayangi antara pasangan

[sunting] Dampak

Perceraian sering menimbulkan tekanan batin bagi tiap pasangan tersebut. Anak-anak yang terlahir dari pernikahan mereka juga bisa merasakan sedih bila orangtua mereka bercerai. Namun, banyak sumber daya yang bisa membantu orang yang bercerai, seperti keluarga besar, teman-teman, terapi, konsultan, buku, dan DVD.