Upload
brandi-hammond
View
39
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
status case, bagian kulit, morfea, skleroderma, raynaud fenomenon, diagnosis banding pitiriasis versikolor,
Citation preview
Diskusi Kasus
MORFEA
q
Oleh:
Salvitri Puspa Aryago, S.Ked
04124705084
Pembimbing:
Dr. Nopriyati, SpKK
BAGIAN/DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. MOHAMMAD HOESIN
PALEMBANG
2013
HALAMAN PENGESAHAN
Diskusi Kasus
MORFEA
Oleh:
Oleh:
Salvitri Puspa Aryago, S. Ked
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat guna mengikuti
kepaniteraan klinik senior di Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/Rumah Sakit Umum Pusat
Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 2 Desember – 6 Januari 2013.
Palembang, Desember 2013
Pembimbing
Dr. Nopriyati, SpKK
2
STATUS PASIEN
I. IDENTIFIKASI
Nama : Nn.M
Usia : 16 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar SMA
Suku : Palembang
Alamat : Jl. Harun Sehar RT.04 RW.23 Kelurahan Kebun Bunga
Kecamatan Sukarami Kota Palembang
No Reg : 779326
II. ANAMNESIS (Autoanamnesis, tanggal 3 Desember 2013 pukul 11.30
WIB)
Keluhan Utama:
Kulit kering dan mengeras pada wajah dan lengan sejak 2 bulan yang
lalu.
Keluhan Tambahan:
Rasa gatal pada kedua lengan sejak 1 bulan yang lalu.
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Kisaran tiga bulan yang lalu, pasien mengeluh kulit lengan kanan dan
kirinya menjadi keras, demam tidak ada, batuk tidak ada, pilek tidak ada.
Pasien mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolahnya di luar ruangan dan
terpapar sinar matahari. sesak nafas tidak ada, sariawan tidak ada, nyeri
menelan tidak ada, BAB sering dan lebih cair tidak ada, nyeri sendi tidak ada,
rasa baal pada kulit tidak ada, pasien tidak berobat.
3
Kisaran dua bulan yang lalu, pasien mengeluh kulit lengan semakin
mengeras, kulit wajah dan jari-jari tangan juga mulai keras. Pasien merasa
kulitnya menjadi lebih hitam dan lengannya mengecil. Pasien mengalami
kesulitan dalam menulis. Rasa gatal tidak ada. Rasa baal pada kulit tidak ada.
Pasien pergi ke tukang urut. Keluhan tetap ada.
Kisaran satu bulan yang lalu, pasien mengeluh kulit tangan dan wajah
semakin mengeras, rasa baal pada kulit ada, rasa gatal ada dan disertai bercak
berwarna putih. Pasien juga mengeluh ujung-ujung jari berubah warna
menjadi biru ketika cuaca dingin.
Kisaran dua pekan yang lalu, kulit pasien semakin mengeras dan kaku,
timbul bercak putih di tepi hidungnya ukuran ± 3 cmx 4 cm. Pasien mengeluh
suara menjadi serak. Pasien berobat ke dokter umum diberi obat 1 macam
bentuk pil berwarna putih diminum 3x1 hari dan dirujuk ke poliklinik IKKK
RSMH Palembang.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat menderita kulit kering dan keras pada lengan dan wajah
sebelumnya disangkal
- Riwayat nyeri-nyeri sendi tidak ada
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga :
- Riwayat menderita kulit kering dan keras pada lengan, wajah, dan kaki
dalam keluarga disangkal
- Riwayat nyeri-nyeri sendi pada keluarga ada (ibu pasien)
Riwayat Higiene :
- Pasien menggunakan air PAM
- Pasien mandi dua kali sehari
- Pasien menggnti seprai seminggu sekali
4
Riwayat sosial ekonomi:
Pasien adalah anak kedelapan dari delapan bersaudara.
Ayah pasien sudah meninggal. Ibu pasien tidak bekerja, kebutuhan sehari -
hari di penuhi oleh kakak pasien yang telah menikah.
Kesan status sosial ekonomi menengah ke bawah.
III.PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Kompos mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,7 °C
Pernapasan : 20 x/menit
Tinggi Badan : 158 cm
Berat Badan : 56 kg
IMT : 22,43
Status Gizi : Normoweight
Keadaan Spesifik
- Kepala
Rambut : hitam, panjang, tidak mudah dicabut, allopecia
tidak ada
Mata : edema palpebra tidak ada, konjungtiva palpebra
pucat tidak ada, sklera ikterik tidak ada.
Hidung : deviasi septum tidak ada, discharge tidak ada.
Telinga : Orificium Auditori Externa lapang, sekret tidak
ada
Mulut : stomatitis tidak ada
Tenggorokan : tonsil T1-T1, uvula di tengah, faring hiperemis.
- Leher : JVP (5-2 cmH2O)
5
- Thoraks : bentuk dada simetris
- Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, Hr: 84 x/menitmurmur
tidak ada, gallop tidak ada.
- Paru-paru
Inspeksi : Statis dan dinamis simetris
Palpasi : Stem fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler pada kedua lapang paru, Ronkhi tdiak ada,
wheezing tidak ada.
- Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Lemas, Hepar dan lien tak teraba
Perkusi : Timfani
Auskultasi : Bising usus dalam batas normal
- Genitalia : Tidak diperiksa
- Ekstremitas atas : Keterbatasan ROM pada jari-jari dan tangan kanan
dan kiri, banana like finger.
Kulit lihat status dermatologikus
- Ekstremitas bawah : ROM tidak terbatas, deformitas tidak ada. Kulit
lihat status dermatologikus.
- Kelenjar Getah Bening : Tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening pada axilla dan tidak ada nyeri
pada penekanan.
6
Status Dermatologikus
Regio Nasomaksilaris
Patch sklerotik regional dengan bagian sentral berupa patch
hipopigmentasi, soliter seperti gambaran segitiga sama sisi dengan sisi
5 cm.
Gambar 3. Regio Nasomaksilaris
7
Regio Antebrachii, Regio Brachii Dextra et Sinistra
Patch sklerotik, hipopigmentasi, multipel, irreguler, diskret.
Gambar 4. Regio Antebrachii, Regio Brachii Dextra et Sinistra
Regio Dorsum Manus Dextra et Sinistra, Regio Digitalis Manus Dextra
et Sinistra
Patch sklerotik, hipopigmentasi, multipel, irreguler, diskret.
Gambar 5. Regio Dorsum Manus Dextra et Sinistra, Regio Digitalis
Manus Dextra et Sinistra
8
Regio Supraskapular
Patch sklerotik, hipopigmentasi, multipel, irreguler, diskret.
Gambar 6. Regio Supraskapular
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Gambar 7. Pembesaran 40x
Pada pemeriksaan kerokan kulit dengan menggunakan penambahan
KOH 10%, tidak ditemukan elemen jamur seperti hifa dan spora.
9
Pemeriksaan Darah Rutin dan Kimia Darah
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 13,2 g/dl 11,7-15,5 g/dl
Leukosit (WBC) 19.300/ mm3 4.500-11.000/mm3
Hematokrit 39 % 38-44%
Trombosit 389/ mm3 150.000-450.000/
mm3
Hitung jenis leukosit
- Basofil
- Eosinofil
- Netrofil batang
- Netrofil segmen
- Limfosit
- Monosit
0
1
0
74
17
8
0-1
1-6
2-6
50-70
25-40
2-8
Faal Hemostasis
Waktu Protrombin
Kontrol 12,20 detik
Pasien 13,0 detik 9,8-12,6 detik
INR 1,14
APTT
Kontrol 25,5 detik
Pasien 30,8 detik 31-47 detik
Kimia Klinik
Protein Total 7,8 g/dL 6,4-8,3 g/dL
Albumin 4,0 g/dL 3,2-4,5 g/dL
Globulin 3,8 g/dL < 2,6-3,6 g/dL
Glukosa Sewaktu 101 mg/dL <200 mg/dL
10
Ureum 13 mg/dl 16,6-48,5 mg/dl
Asam Urat 3,6 mg/dL <5,7, Nilai kritis
>14 mg/dL
Kreatinin 0,54 mg/dL 0.5 – 0,9 mg/dL
Natrium 142 mEq/L 135-155 mEq/L
Kalium 3,8 mEq/L 3,6-5,5 mEq/L
Imunoserologi
ANA Test Hasil menyusul
Anti ds-DNA Hasil menyusul
Pemeriksaan Urinalisis
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Urinalisis Urine Lengkap
Warna Kuning Uning
Kejernihan Jernih Jernih
Berat Jenis 1030 1.003 – 1.030
pH 5 5-9
Protein Positif + Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen 1 0.1 – 1.8 EU/dl
Nitrit Negatif Negatif
Leukosit Esterase Negatif Negatif
Sedimen Urine
- Epitel
- Leukosit
Positif +
2-4Negatif
0 – 5 / LPB
11
- Eritrosit
- Silinder
- Kristal
- Bakteri
- Mukus
- Jamur
0-1
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Positif +
Negatif
0 – 1 / LPB
Negatif
NegatifNegatif
Negatif
Negatif
Negatif
V. RESUME
Nn M, Perempuan, 16 tahun datang dengan keluhan utama kulit kering
dan mengeras pada wajah dan lengan sejak 2 bulan yang lalu. Kisaran tiga
bulan yang lalu, pasien mengeluh kulit regio antebrachii, brachii dextra et
sinistra mengalami sklerosis, febris tidak ada, cough tidak ada, influenza tidak
ada. Pasien mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di sekolahnya di luar ruangan
dan terpapar sinar matahari. Pasien tidak berobat. Kisaran dua bulan yang
lalu, pasien mengeluh sklerosis kulit pada regio antebrachii dan regio brachii
semakin bertambah, kulit facial dan finger juga mulai mengalami sklerosis.
Pasien merasa kulitnya menjadi lebih hitam dan lengannya mengecil. Pasien
mengalami kesulitan dalam menulis. Pasien pergi ke tukang urut. Keluhan
tetap. Kisaran satu bulan yang lalu, pasien mengeluh sklerosis pada kulit
regio antebrachii, brachii dan facialis semakin bertambah, rasa baal pada kulit
ada, pruritus ada dan disertai timbulnya patch hipopigmentasi pada kulit.
Kisaran dua pekan yang lalu, kulit pasien semakin mengeras dan kaku, timbul
patch hipopigmentasi di regio nasomaksilaris ukuran ± 3 cmx 4 cm. Pasien
mengeluh suara menjadi serak. Pasien berobat ke dokter umum diberi obat 1
macam bentuk pil berwarna putih diminum 3x1 hari dan dirujuk ke poliklinik
IKKK RSMH Palembang. Riwayat mengalami sklerosis dan dry skin pada
regio antebrachii, brachii dan facialis sebelumnya disangkal, riwayat nyeri-
nyeri sendi tidak ada, riwayat menderita kulit kering dan keras pada lengan
dan wajah dalam keluarga disangkal, riwayat nyeri-nyeri sendi pada keluarga
12
ada (ibu pasien). Riwayat higienitas pasien baik dan status sosial ekonomi
menengah ke bawah. Pada pemeriksaan fisik, pada status generalikus dan
keadaan spesifik dalam batas normal. Pada status dermatologikus regio
nasomaksilaris ditemukan patch sklerotik regional dengan bagian sentral
berupa patch hipopigmentasi, soliter seperti gambaran segitiga sama sisi
dengan sisi 5 cm. Regio antebrachii, regio brachii dextra et sinistra ditemukan
patch sklerotik, hipopigmentasi, multipel, irreguler, diskret. Regio dorsum
manus dextra et sinistra, regio digitalis manus dextra et sinistra ditemukan
patch sklerotik, hipopigmentasi, multipel, irreguler, diskret. Regio
supraskapular ditemukan patch sklerotik, hipopigmentasi, multipel, irreguler,
diskret. Pada pemeriksaan kerokan kulit dengan penambahan KOH 10% tidak
ditemukan elemen jamur seperti hifa dan spora.
VII. DIAGNOSIS BANDING
1. Morfea
2. Pitiriasis Versikolor
3. Vitiligo
4. Skleroderma
VIII. DIAGNOSIS KERJA
Morfea
IX. PEMERIKSAAN ANJURAN
Anti- Scl-70 (Topoisomerase I)
Biopsi
IX. PENATALAKSANAAN
Umum:
1. Memberikan informasi kepada pasien bahwa penyakitnya disebabkan
oleh proses autoimun.
2. Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya tidak menular.
13
3. Menjelaskan kepada pasien mengenai tujuan dilakukannya pemeriksaan
penunjang
4. Menjelaskan kepada pasien mengenai terapi yang akan diberikan.
5. Menyarankan kepada pasien untuk mengkonsumsi obat secara teratur
dan tidak menghentikan pengobatan tanpa seizin dokter.
6. Menyarankan pasien untuk memakai pakaian panjang dan topi ketika
keluar rumah pada siang hari
7. Menyarankan pasien untuk menghindari dingin, menggunakan pakaian
panjang dan kaos kaki ketika dingin.
Khusus:
Sistemik:
Loratadin tablet 10 mg 1x1 peroral
Metilprednisolon tablet 60 mg/hari (12 tablet) ( 5 pagi, 4 siang, 3 malam)
peroral
Topikal:
Krim urea 20% 2x/hari dioles pada lesi (setelah mandi)
Tabir surya 30 menit sebelum keluar rumahkeratosis
Fisioterapi
Konsul ke Bagian Penyakit Dalam
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
14
Sesi Diskusi Hari Senin, tanggal 9 Desember 2013
Pertanyaan :
1. Apa yang dimaksud banana like finger ?
2. Apa tujuan menanyakan paparan sinar matahari pada anamnesis ?
3. Bagaimana membedakan antara morfea dan skleroderma ?
4. Apa tujuan menanyakan adanya riwayat sariawan dan nyeri saat menelan pada
anamnesis ?
5. Apa hubungan antara riwayat mengalami nyeri sendi pada keluarga pasien
dengan penyakit yang dialami pasien ?
6. Apa tujuan konsul ke bagian THT, penyakit dalam, dan gigi dan mult dalam
kasus ini?
Jawaban :
1. Apa yang dimaksud banana like finger ?
Banana like finger adalah kondisi jari-jari yang seperti banana, seringkali kulit
pada jari-jari putih seperti lilin.
2. Apa tujuan menanyakan paparan sinar matahari pada anamnesis ?
Sinar matahari akan bereaksi pada kulit dan menimbulkan efek akut dan
kronik. Salah satu efek dari kontak sinar mataahri terhadap kulit adalah sinar
ultraviolet dapat menginduksi terjadinya immunosupression, efek kronik yang
ditimbulkan adalah sinar ultraviolet menyebabkan kerusakan DNA, dan
apoptosis yang signifikan. Kaitannya dalam hal ini adalah sinar ultraviolet
menjadi eksogen oksidan yang dapat menyebabkan kerusakan DNA sehingga
apabila seseorang tersebut memiliki gen suatu penyakit maka gen tersebut
dapat terekspresi.
15
3. Bagaimana membedakan antara morfea dan skleroderma ?
Morfea SklerodermaAnamnesis - Faktor genetik
- Infeksi- Lingkungan
- Trauma (radiasi,
pembedahan, gigitan
serangga, suntikan
intramuskular)
- Sebelum lesi muncul
bisa ditemukan nyeri
atau gatal
- Adanya rambut rontok
(alopesia)
- Ada keterlibatan organ kulit, esofagus, paru-paru,
jantung, dan ginjal.
- Faktor genetik
- Faktor vaskular (gangguan yang menyebabkan
ketidakseimbangan aliran darah sehingga terjadi
hipoksia jaringan yang terlihat dengan kuku yang
menjadi pucat)
- Faktor fibroblas yang menyebabkan kulit menjadi
keras dan kaku
- Faktor lingkungan (kontak dengan bensin,
toluene, vinyl chloride, dan obat-obatan, seperti
bleomycin, cardiopa, pentazocine, cocaine,
docetaxel, metaphenylenediamine
- Pada pekerjaan biasanya pada orang yang bekerja
di tambang emas dan batu bara yang usai lebih
dari 40 tahun
- Bisa terjadi osteolysis pada distal jari, fibrosis hati
dan paru pada orang yang terpajan polyvinyl
chloride
Pemeriksaan Fisik
Arthtritis, myalgia, neuropati,
carpal tunnel syndrome, ↓
ROM (Range of Movement),
deformitas sendi, kontraktur
Komplikasi neurologik dan
okular yang bisa terjadi :
kejang , sakit kepala, kelainan
adneksa (kelopak mata dan
alis mata), uveitis dan
episkleritis. Morfea pada
wajah bisa menyebabkan
Pemeriksaan fisik melibatkan keterlibatan organ yang
mengalami fibrosis, seperti kulit, esofagus, jantung, paru-paru,
hati dan ginjal.
Menurut ACR (American Collage Reumatology) untuk
diagnosis : 1 kriteri mayor dan 2 atau lebih minor.
Kriteria mayor : skleroderma pada proximal jari tangan atau
kaki.
KriteriaMinor : sclerodactyly, ulkus pada jari atau pitting
digital scar, dan bibasilar.
Fenomena raynaud dengan discolorisasi (putih-biru) pada jari
16
maloklusi gigi, altered
dentition, atrofi lidah dan
kelenjar saliva dan fenomena
raynaud.
Status dermatologikus :
Awal :
patch atau plak eritem, kadang
dengan reticulated
appearance.
Fase Inflamasi :
Plak sklerotik hipopigmentasi
pada sentral yang dikelilingi
eritem atau tepi violaceous .
Fase sklerotik :
Bagian tengah menjadi
sklerotik dengan warna putih
bersinar dan dikelilingi
hiperpigmentasi
Fase atropi :
Plak sklerotik menjadi lembut
dan atropi dengan
hipopigmentasi ataupun
hiperpigmentasi.
Pada fase atropi dihubungkan
dengan cigarette paper
wrinkling (papillary dermis),
cliff drop(dermal), atau deep
indention (subcutis atau lebih
dalam).
tangan dan kaki terutama jika stress, dan puffy finger.
Tipe wajah physiognomy dengan hypermimia, microstomia,
telangiectasis dan beaked nose
Kulit biasanya kering dengan kecendrungan rambut rontok.
Status dermatologikus :
Hipopigmentasi dan hiperpigmentasi pada kulit
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
1. Pemeriksaan serum
lainnya:
Serum autoantibodi:
ANA, anti single-stranded DNA, antidouble-stranded DNA,
antihistone, antitopoisomerase Lia, antifosfolipid,
anticentromer, anti-Scl-70, dan faktor reumatik (MMP-1)
17
↑eosinofil,
hipergammaglobulin
emia
↑LED/CRP
↑ Limfosit T, sel
plasma dan eosinofil
↑ sitokin (IL-1,IL-4,
IL-6, IL-8, TNF)
↑ molekul adhesi
(ICAM-1, VCAM 1,
E-selctin)
↑ kolagen dan
matrix extracellular
2. Pencitraan:
- MRI untuk melihat
perjalanan penyakit
lebih jauh dan evaluasi
pengobatan
- Ultrasonografi (US)
untuk melihat
penebalan jaringan,
lemak dan otot
subkutan yang hilang
Tergantung organ yang terlibat :
- Sistem vaskular : Provokas dingin, nail fold
capillaroscopy, antinuclear antibodi level.
- Kulit : skin skor modifikasi Rodnan, ultra sound
20 MHZ, radioterapi (x-ray, MRI, CT scan)
- Musculoskletal system : laboratorium (eritrosit
sedimen rate, faktor rematik, antinuklear
autoantibodi), kreatin kinase treshold, MRI,
elektromiografi, biopsi otot
- GI tract:endoskopi, oesophageal-scintigraphy,
oeshophagus-manometry, kolonskopi
- Respiratory system : Tes fungsi paru, x-ray, CT-
scan, bronchoalveolar lavage (BAL)
- Cardiac system : elektrokardiografi,
echokardiografi, ergometry, tekanan darah,
katerisasi jantung
- Ginjal : tekanan darah, ulttrasound, serum level
kreatinin, urin analisa (protein, albuminuria,
mikroelektrophoresis).
komplikasi Kelemahan otot pada
ekstremitas atau wajah.
Perubahan prilaku, kesulitan
belajar dan kejang. Ulkus
kronik yang bisa menjadi
KSS. Kontraktur, pergerakan
paru yang terbatas, disfagia.
Digital vasculopatjy, scleroderma renal disease, pulmonary
fibrosis, chronic constipation, myositosis, diastolic
dysfunction.
Terapi 1. Fototerapi
2. Derivat Vitamin D
Terapi berdasarkan organ yang terkait :Vasculopathy :Parrafin bath, CCB, sildenafilMusculoskletal system :
18
3. Immunomodulator:
Methotrexate dengan
atau tanpa
kortikosteroid
(Methotrexate 15-25
mg/minggu dengan
prednisone 1
mg/kg/hari)
Tacrolimus 0,1%
4. Antimikrobial
Antibiotik dan
hydroxycloroquin
5. Adjunctive therapy
Kerjasama dengan
ahli rematologi,
fisioterapi dan ahli
bedah.
MethotrexateGI tract :PPI, H2 receptor antagonis, pola makanRespiratory system :Oksigen, cyclophosphamid, azathioprin,glukokortikoidCardiac system:Oksigen, diuretik, biosentan, sildenafilKidney :ACE-Hemmer (dosis tinggi)
Terapi ppada kulit :Kulit yang mengeras :Drainase limpa, fisioterapi, topikal steroid, sistemik steroid, fototerapiKering dan gatal :Topikal steroid, cannabinoid agonist, emollien, fototerapi, antihistamin.Ulserasi :Intravenailoprost, bosentan, hydrocolloid agen, terapi fisikKalsifikasi :Bisphospat, injeksi kortikosteroid, Terapi laser, pembedahanTelangiektasis :Terapi laserHiper dan hipopigmentasi :Bleaching agent, sunscreen, as. Salisilat, chemical peeling, hydroquinone, retinoid, kortikosteroid.
3. Apa tujuan menanyakan adanya riwayat sariawan dan nyeri saat menelan pada
anamnesis ?
Salah satu penyebab morfea adalah infeksi sehingga tujuan menanyakan
adanya riwayat sariawan adalah untuk menyingkirkan diagnosis banding
penyebab morfea akibat infeksi.
Salah satu perbedaan antara morfea dan skleroderma adalah pada skleroderma
terdapat kelainan pada organ internal, slaah satunya gastrointestinal tract.
Salah satu gangguan gastrointestinal tract yang sering terjadi adalah gangguan
menelan. Jadi tujuan ditanyakannya nyeri saat menelan adalah untuk
menyingkirkan sklerooderma sebagai diagnosis.
4. Apa hubungan antara riwayat mengalami nyeri sendi pada keluarga pasien
dengan penyakit yang dialami pasien ?
19
Pada penelitian yang dilakukan oleh Louisiana State University Medical
Center didapatkan bahwa terjadi peningkatan sekresi sHLA-I pada reumatoid
arthritis dan skleroderma. Jadi terdapat kaitan antara skleroderma dan adanya
riwayat neyri-nyeri sendi yang didalam hal ini adalah reumatoid arthritis.
5. Apma tujuan konsul ke bagian THT, penyakit dalam, dan gigi dan mult dalam
kasus ini?
Pada hasil pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah rutin dan darah
kimia didapatkan adanya peningkatan jumlah leukosit (leukositosis) yaitu
19.300/mm3 yang merupakan tanda-tanda adanya infeksi.
Untuk mencari penyebab infeki pada pasien ini, maka pasien disarankan untuk
dikonsulkan ke bagian THT, bagian penyakit daam, dan bagian gigi dan mulut.
20
Referensi :
1. Vincent Valanga, Christina E Killoran. Morphea. In: Wolff K, Goldsmith LA,
Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, editors. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York: McGraw Hill; 2012.p.
543-546.
2. Antony R, Susan L. Acute and Chronic effects of Ultraviolet Radiation on
Skin. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ,
editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York:
McGraw Hill; 2012.p. 809-816.
3. Christoper and Carrol. Scleroderma (Systemic Sclerosis). In: Wolff K,
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, editors.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York: McGraw
Hill; 2012.p.1553-1561.
4. Wolf RE, Adamashvili IM, et al. Soluble HLA-I in rheumatic diseases. 59(10):
64-9. (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9757946)
21